angsur akibat kontrol permeabilitas oleh hormon dan system saraf otomatis terhadap lingkungan baru dan pengaruh langsung sel-sel permukaan tubuhnya.
Karakter Kuantitatif 1. Kelangsungan Hidup
Menurut Royce 1973 kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme dapat menyebabkan turunnya jumlah populasi. Kelangsungan hidup
diasumsikan dengan seberapa banyak jumlah kematian yang terjadi dalam masa pemeliharaan.
Kelangsungan hidup dan metabolisme ikan akibat perubahan salinitas tergantung pada dua hal, yaitu kemampuan cairan tubuh untuk berfungsi
sedikit mungkin dan dengan waktu yang singkat pada kisaran osmotik internal dan konsentrasi ion tidak normal yang tumbuh secara mendadak. Kedua,
kemampuan cairan tubuh yang bekerja sedikit mungkin dan pengembalian tekanan osmotik kembali ke normal Holliday 1969. Kelangsungan ikan air tawar
di dalam lingkungan berkadar garam bergantung pada jaringan insang, luas permukaan insang, laju konsumsi oksigen, daya tahan toleransi jaringan
terhadap garam-garam dan kontrol permeabilitas Black 1957.
2. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat
dalam satuan waktu Effendi 1979. Effendi 1978 menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi bila ada kelebihan masukan energi dan asam amino dari
pakan. Energi dari pakan tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh serta
menggantikan sel-sel yang telah rusak dan kelebihannya untuk pertumbuhan. Menurut Huet 1971, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ikan meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor- faktor yang berhubungan dengan keadaan ikan itu sendiri, seperti umur dan sifat
genetik ikan yang meliputi keturunan, kamampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor
yang berkaitan dengan lingkungan tempat ikan hidup yang meliputi sifat fisik dan kimia air, yaitu suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas dan lain sebagainya.
Beberapa penelitian mengenai pemeliharaan ikan air tawar pada media bersalinitas yang dilatar belakangi perlunya pemanfaatan lahan bekas tambak
yang kosong dan tendensi adanya tendensi semakin sempitnya lahan di daratan akibat dikonversi keperuntukan lain dan semakin terbatasnya sumberdaya air
Setiawati dan Suprayudi 2003 telah dilakukan. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji kemampuan adaptasi, kelangsungan hidup dan pertumbuhan
dengan menggantikan ikan-ikan yang biasa dipelihara di tambak dengan ikan-ikan air tawar. Ikan patin misalnya, dapat bertahan hidup dan tumbuh dengan baik pada
media bersalinitas dengan kisaran 3 ppt hingga 7 ppt. Setiawati dan Suprayudi 2003 menyatakan bahwa, ikan nila dapat tumbuh dengan baik pada media
bersalinitas karena dapat memanfaatkan energi pakan lebih optimal. Karakter Kualitatif
Komposisi Kimiawi Tubuh
Menurut Ahmed 2007, komposisi tubuh ikan sering dijadikan sebagai indikator kualitas ikan. Beberapa faktor seperti pertumbuhan dan pakan diketahui
dapat mempengaruhi komposisi tubuh ikan. Protein adalah makromolekul yang terbuat dari karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan dapat juga mengandung sulfur. Protein juga merupakan bahan organik utama pada jaringan ikan yang diperlukan untuk pertumbuhan,
perbaikan jaringan dan pemeliharaan tubuh Nur dan Arifin 2004. Ikan mengkonsumsi protein untuk menghasilkan asam amino. Asam amino digunakan
secara terus menerus oleh beberapa jaringan untuk mensintesa protein baru Goddard 1996. Secara umum, kebutuhan protein ikan berkurang dengan
meningkatnya ukuran dan umur ikan. Benih channel catfish membutuhkan sekitar 30-35 protein, sedangkan ikan yang lebih dewasa membutuhkan 25-35 protein
Goddard 1996. Hal tersebut disebabkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein untuk petumbuhan ikan antara lain, spesies,
ukuran ikan, umur, temperatur air, kualitas protein yang ditentukan dari profil asam aminonya, tingkat dietari dari energi non-protein serta jumlah pakan harian
Nur dan Arifin 2004. Lemak merupakan sumber asam lemak essensial yang sangat
penting. Ikan menggunakan lemak untuk energi, penyusun sel dan untuk
mempertahankan integritas biomembran Watanabe 1988. Perbedaan kebutuhan lemak pada beberapa spesies ikan dan udang mencerminkan perbedaan tipe lemak
yang ditemukan dalam rantai makanan spesies air tawar dan la ut. Asam lemak- asam lemak tidak jenuh yang terikat pada fosfolipid dapat mempengaruhi aktivitas
enzim Na
+
K
+
ATP-ase yang terdapat pada membran Darwisito 2006. Lemak disimpan sebagai cadangan energi jangka panjang selama periode
yang penuh aktivitas atau periode tanpa makanan dan energi Setiawati dan Suprayudi 2003. Peningkatan ketersediaan nutrien penghasil energi selain
protein, seperti lemak dapat menurunkan oksidasi protein dalam menghasilkan energi, sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan protein pakan untuk
pertumbuhan Feruichi 1988. Beberapa asam lemak bersifat hidrofobik atau tidak larut dalam air pada
membran sel. Namun demikian, beberapa fosfolipid, spingolipid lipid polar mengandung gugus asam lemak polar Darwisito 2006 yang dapat larut dalam
air. Sifat fisik dari membran sel ini ditentukan oleh fosfolipid yang ada pada membran, komposisi asam lemak pada fosfolipid dan interaksinya dengan
kolesterol dan protein. Komposisi asam lemak tidak hanya dipengaruhi oleh pakan, namun juga
oleh faktor lingkungan, seperti temperatur dan salinitas. Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak essensial berbeda untuk masing-masing spesies ikan, perbedaan
ini berkaitan dengan habitatnya. Ikan air yang hidup di air laut dan perairan dingin membutuhkan asam lemak omega 3 yang lebih banyak, sedangkan ikan air tawar
membutuhkan asam lemak omega 6 yang lebih banyak atau kombinasi omega 3 dan omega 6. Sebagai contoh ikan salmon yang bermigrasi dari lingkungan air
tawar ke lingkungan air laut akan memiliki perbandingan n-3n-6 lebih tinggi Nur dan Arifin 2004.
Menurut Hamre et al. 2005, asam lemak essensial dapat mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan syaraf, daya tahan terhadap
stres, pigmentasi, kebiasaan berkelompok dan timbulnya kelainan bentuk pada ikan laut, selain itu asam lemak dan lemak yang disimpan dalam otot juga dapat
mempengaruhi warna Shearer 1994 dalam Goddard 1996, tekstur dan rasa pada daging ikan Goddard 1996.
Organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempergunakan suatu produk. Oganoleptik juga
diartikan sebagai penggunaan panca indra perasa, peraba, penglihatan, pendengaran dan penciuman dalam menentukan sifat sesuatu bendazat.
Menurut Rosdiana 2002, dalam uji organoleptik, indra yang berperan dalam pengujian adalah indera penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba dan
pendengaran. Namun produk pangan, yang paling jarang digunakan adalah indra pendengaran.
Ujipenilaian organoleptik yang dilaksanakan memerlukan panel. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Dalam penilaian mutu atau analisis
sifat-sifat sensori dari suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrument atau alat. Panel terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu
komoditi berdasarkan kesan subjektif. Tujuh macam panel yang dikenal dalam penilaian organoleptik, yaitu panel perorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel
agak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.
Penilaian orgnoleptik dilakukan dengan menggunakan uji hedonic atau uji kesukaan yang merupakan satu jenis uji penerimaan. Dalam uji ini panelis diminta
mengungkapkan tangapan pribadinya tentang uji kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan, disamping itu mereka juga mengemukakan tingkat kesukaan atau
ketidaksukaan. Tingkat kesukaan ini disebut orang sebagai skala hedonic, misalnya amat sangat suka, sangat suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak
suka, sangat suka dan amat sangat tidak suka. Skala hedonic dapat direntangkan atau diperkecil menurut skala yang
dikehendaki. Dalam analisisnya skala hedonic ditransfortasikan menjadi skala numeric dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan adanya skala
hedonic ini secara tidak langsung uji dapat digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan Rosdiana 2002.
Warna
Menurut Sukarni dan Kusno 1980 yang termasuk dalam faktor - faktor rupa diantaranya adalah sifat-sifat seperti warna, ukuran dan bentuk. Selanjutnya
Rosdiana 2002 berpendapat bahwa hal pertama yang dinilai dari suatu makanan adalah berdasarkan indera penglihatan. Penglihatan yang berhubungan dengan
warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.
Warna biasanya merupakan tanda kemasakan, atau kerusakan dari makanan, seperti makanan dari penyimpanan warnanya mungkin akan berubah,
oleh karena itu untuk mendapatkan warna yang sesuai dan menarik harus digunakan teknik memasak tertentu atau dengan penyimpanan yang baik Sukarni
dan Kusno 1980.
Tekstur
Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus. Menurut
Sukarni dan Kusno 1980 termasuk ke dalam faktor tekstur diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan, kekompakan dan mudah dikunyah. Selain itu
termasuk juga kerenyahan makanan. Penilaian tekstur makanan dapat dilakukan dengan jari, gigi, langit-langit tekak. Dari nilai yang diperoleh diharapkan dapat
diketahui kualitas makanan.
Rasa
Rasa makanan merupakan faktor kedua yang mempengaruhi cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Rasa merupakan tanggapan
atas adanya rangsangan kimiawi yang sampai indera pengecap lidah, khususnya jenis rasa dasar manis, asin, asam dan pahit Rosdiana 2002.
Sedangkan yang mempengaruhi rasa yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu awal bulan April sampai bulan Juni 2009 di Laboratorium Lingkungan Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor, Jawa Barat. Untuk proses uji proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, analisis asam lemak dilakukan di Laboratorium
Bioprospeksi, Puslit Biologi LIPI, Bogor. Uji warna dilakukan di Laboratorium Pengembangan Produk dan Proses Pangan Seafast Center IPB, Uji struktur
histologis daging di Laboratorium Kesehatan Ikan dan analisis kualitas air di Laboratorium Lingkungan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB.
Alat dan Bahan Penelitian Media Percobaan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah akuarium kaca berukuran 100 x 50 x 50 cm
3
sebanyak 12 unit yang sekelilingnya ditutup dengan plastik hitam dan diisi air tawar yang dicampur dengan air laut sebanyak ± 150 liter. Air
tawar berasal dari air sumur yang sudah diendapkan selama 7 hari, sedangkan air laut berasal dari Ancol, Jakarta. Sebelum digunakan air laut dan air tawar
disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan klorin sebanyak 100mlton air selama 24jam, kemudian dinetralkan dengan memberikan larutan thiosulfat
dengan dosis yang sama. Masing-masing akuarium dilengkapi dengan aerasi dan water heater dengan suhu 28
- 30 C.
Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan pada percobaan ini adalah ikan Patin Siam Pangasius hypopthalmus dengan bobot awal 99.30±9.6 gram yang diperoleh
dari petani di daerah Bogor Jawa Barat. Padat penebaran ikan uji adalah 5 ekor setiap akuarium.
Pakan
Pakan yang diberikan adalah pakan ikan komersil berbentuk pelet dengan kadar protein 28.25 . Pemberian pakan dilakukan secara at satiation, sebanyak
2 kali sehari, yaitu pukul 09.00 dan 16.00 WIB.
Metode Percobaan
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen laboratories yang bertujuan untuk mengkaji peranan salinitas terhadap
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, komposisi kimiawi tubuh dan beberapa indikator organoleptik ikan patin siam. Percobaan ini dirancang dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan mengaplikasikan 4 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu salinitas 0ppt, 3ppt, 5ppt dan 7ppt. Penetapan
rentang salinitas didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Hardjamulia et al. 1987. Untuk mendapatkan media percobaan
dengan tingkat salinitas tersebut, dilakukan pengenceran air laut dengan air tawar Gambar 2.
30 3
330 x 150 lt = 15 lt air laut
3
27 2730 x 150 lt = 135 lt air tawar
Gambar 2 Contoh perhitungan untuk mendapatkan salinitas tertentu dengan pengenceran air laut
Paramater Pengamatan Osmolaritas
Analisa osmolaritas baik osmolaritas media maupun osmolaritas cairan tubuh dilakukan dengan menggunakan alat osmometer SOP OSMOMAT-30
Lampiran 1.
Tingkat Kerja Osmotik TKO
Tingkat kerja osmotik merupakan salah satu parameter pendukung pertumbuhan. Perhitungan tingkat kerja osmotik dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar selisih antara nilai tekanan osmotik osmolaritas cairan tubuh dengan nilai tekanan osmotik pada media dan menentukan nilai selisih
terendahnya untuk mengetahui kondisi iso-osmotik ikan patin siam yang dipelihara. Dari nilai tersebut juga dapat diketahui besarnya energi yang
digunakan untuk osmoregulasi dan yang tersedia bagi pertumbuhan.
Karakter Kuantitatif 1. Kelangsungan Hidup Ikan
Kelangsungan hidup ikan diamati setiap hari, ikan yang mati segera dikeluarkan dari wadah percobaan, dicatat dan tidak dilakukan penggantian
ikan yang mati. Kemudian kelangsungan hidup ikan dianalisa dengan rumus berdasarkan Effendie 1979 :
SR =
No Nt
x 100 Dimana :
SR = Survival rate kelangsungan hidup ikan
Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan No = Jumlah ikan pada awal pengamatan
2. Laju Pertumbuhan