Perbedaan hasil belajar Pengkajian Cerpen Siswa .SMA Negeri I Malang antara Kelomlok eksperimen dan Kelumpok Kontrol

3. Perbedaan hasil belajar Pengkajian Cerpen Siswa .SMA Negeri I Malang antara Kelomlok eksperimen dan Kelumpok Kontrol

Perbedaan liasil belajar pengkajian cerpen siswa SMA Negeri I antara kelompok eksperimen (MMI) dengan kelompok kontrol (MMK) adalah signifikan. Temuan ini berdasarkan hasil uji t test dan uji ANAVA yang menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar pengkajian cerpen antara MMI dengan MMK. Artinya, MMI lebih meningkatkan hasil betajar siswa dibandingkan dengan MMK. Jadi, MMI dapat meningkatkan liasil belajar pengkajian cerpen siswa.

Peningkatan hasil belajar tersebut dapat diketahui dari hasil pengukuran kemampuan awal siswa terhadap cerpen, yakni rata-rata 47,72 menjadi 70,30 setelah perlakuan MMI. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan mengkaji cerpen sebelum perlakuan KBM MMI rendah, sedangkan kemampuan mengkaji cerpen setelah proses belajar menggunakan MMI menjadi meningkat.

menjadi bisa atau dari yang kurang menjadi baik. Penjelasan yang lebih rinci mengenai unsur-unsrrr yang meningkat dalam kemampuan siswa mengkaji cerpen ini secara lengkap diuraikan dalam sub bab Fi. I, yaitu tentang keterpahaman unsur- unsur kajian cerpen oleh siswa kelompok MMI dan f{.2 untuk kelompok h1MMK. Misalnya, sebagian besar siswa kelompok eksperimen (MMI) mampu memahami tingkat informasi dalam jenjang ingatan, yaitu mengingat judul-judul cerpen yang

berkaitan dengan pengarang cerpen “Godlob” Pada jenjang pemahaman kemampuan siswa tentang amanat dari aku lirik masih kurang. Artinya, tingkat infonnasi pada

jenjang pemahaman ini menjadi titik le mah siswa dalam memahami cerpen “Godlob” Perbedaan kemampuan siswa dalam mengkaji cerpen setelah MMI ini dapat dilihat dari hasil uji perbedaan dua rata-rata antara pretes dengan postes. lni pun dapat dibuktikan karena perbedaannya sangat signifikan dengan tng(14,95) >(2,617) pada p < 0,01 dalam df = 76. Hasil uji perbedaan ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa mengkaji cerpen sesudah proses belajar MMI lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan sebelum proses belajar MMI.

Selain diuji perbedaan antara hasil pretes dan postes, juga diuji perbedaan antara hasil postes mengkaji cerpen antara kelompok eksperimen (MMI) dengan kelompok kontrol (MMK). Hasil uji ini pun membuktikan bahwa perbedaannya signifikan, karena

tn g (13,46) > t 4 ,b., (2,686) pada p < 0,01 dalam df = 80. Data ini pun menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengkaji cerpen dengan menggunakan MMI lebih tinggi'dibandingkan dengan MMK.

Untuk lebih lengkapnya, pengujian perbedaan kedua variabel ini diuji dengan ANAVA. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelompok eksperimen (MMI) dengan kelompok kontrol (MMK) signufikan, karena Fig(349,49) > FL,t(7,35) pada p < 0,01.

Kelebihan model mengajar respons pembaca dalam mengkaji cerpen ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengkaji cerpen yang berjenis dan berbentuk apa saja sedangkan MMK hanya dapat meningkatkan hasil belajar kajian cerpen yang transparan.

oleh M. Price ( Barr dkk., 1991:471), yaitu siswa tingkat pertama yang menerima pengajaran pengkajian cerpen dengan menggunakan pendekatan respons pembaca menghasilkan kajian cerpen yang lebih tinggi kualitas meresponsnya, dibandingkan dengan siswa yang menerima pengajaran dengan menggunakan pendekatan tradisional. Di samping itu, hasil penelitian yang lain menunjukkan pula bahwa pendekatan respons pembaca ini secara signifikan memberikan pengaruh positif pada sikap siswa terhadap sastra (Webb dalam Barr dkk., 1971:471). Teori yang menunjang hasil penelitian ini telah dikemukakan pula oleh Apes J. Webb (Cooper, 1985 :274) bahwa respons pembaca yang menurut istilah Louise M. Rosssenblatt ialah tran.cactive response : Transactive respo nse to literature asserts that the reading of workks is not merely the communication of a massage to a passive receiver; the transaction is an interna l a ctivity in which the rea der recrea tes the text a nd confers mea ning on the work.

Dengan demikian, temuan penelitian ini yang menyebutkan bahwa . MMI lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan MMK telah sesuai dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya, yang berarti temuan penelitian ini telah memperkuat hasil-hasil penelitian sebelumnya. Temuan penelitian ini telah lebih merinci lay hasil penelitian sebelumnya dengan cara mengkaji perbedaan peningkatan hasil belajar, keterkaitan dan detenninasi hasil belajar sebelum dan sesudah perlakuan MMI dan MMK, keterpahaman cerpen oleh siswa, serta kualitas proses belajar menbajar pengkajian cerpen.

Di bawah ini dibahas perbedaan peningkatan hasil belajar pengkajian cerpen antara MMI dan MMK cerpen . “Sukab dan Sepatu” yang diajarkan Perbedaan peningkatan hasil belajar pengkajian cerpen “Sukab dan Sepatu” siswa SMA Negeri I Malang antara kelompok eksperimen (MMI) dan kelompok kontrol (MMK) tidak signifikan. Temuan ini berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata- rata dan uji ANAVA yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar pengkajian cerpen antara MMI dan MMK. Artinya, MMI dan MMK dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, model mengajar apapun dengan materi cerpen

Hasil pengujian rata- rata pretes dan postes mengkaji cerpen “Sukab dan Sepatu”; kelompok MMI menunjukkan bahwa rata-rata pretes 47,72 dan rata-rata postes 60,89. Dilihat dari perbedaan rata-ratanya, kemampuan siswa dalam mengkaji cerpen “Sukab dan Sepatu” dengan MMI meningkat dari rata-rata 47,72 menjadi 60,89. Hasil pengujian rata-rata prztes dan postes kemampuan mengkaji cerpen "Sukab dan Sepatu" kelompok kontrol (MMK) juga meningkat dari 47,12 menjadi 56,60. Apabila rata-rata hasil postes kelompok MMI dibedakan dengan rata-rata hasil postes kelompok MMK, maka perbedaannya kecil yakni 4,29. Hal ini pun dibuktikan berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata postes kelompok MMI dengaii kelompok MMK tidak ada perbedaan yang berarti karena t,(1,75) < t u t(2,686) pada p < 0,01 dalam d f= 80.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara MMI dan MMK dalam mengajarkan cerpen “Sukab dan Sepatu” disebabkan karakteristik jenis cerpen ini lebih mudah dipahami bila dibandingkan dengan cerpen “Godlob”. Cerpen-cerpen yang memiliki ciri cerpen naratif, deskriptif, atau diafan dapat diberikan dengan MMI dan M1MSS. Cerpen yang berkarakteristik polos atau transparan dan menggunakan diksi yang tidak terlalu memiliki muatan imajinatif akan mudah dipahami oleh siswa. Dengan menggunakan model mengajar apa pun, misalnya MMI dan MMK, pembelajaran cerpen seperti di atas akan meningkatkan hasil belajar siswa.