Efektivitas Antibiotik Enrofloxacin Terhadap Ayam Pedaging Yang Diinfeksi Bakteri Escherichia Coli Dan Mycoplasma Gallinarum

EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK ENROFLOXACIN TERHADAP
AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI BAKTERI
Escherichia coli DAN Mycoplasma gallinarum

RETNO WINDRADINI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Antibiotik
Enrofloxacin terhadap Ayam Pedaging yang Diinfeksi Bakteri Escherichia coli
dan Mycoplasma gallinarum adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi
Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Retno Windradini
NIM B04090151

ABSTRAK
RETNO WINDRADINI. Efektivitas Antibiotik Enrofloxacin terhadap Ayam
Pedaging yang Diinfeksi Bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum.
Dibimbing oleh FACHRIYAN PASARIBU.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pemberian antibiotik
Enrofloxacin yang paling efektif untuk mengobati colibacillosis dan
mycoplasmosis ditinjau dari bobot badan, morbiditas, dan mortalitas. Pelaksanaan
penelitian ini adalah dari tanggal 2 sampai 24 Agustus 2014 di kandang ayam
Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL), Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.
Ayam pedaging dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu ayam yang diinfeksi
Escherichia coli (colibacillosis) dan ayam yang diinfeksi Mycoplasma gallinarum
(mycoplasmosis). Setiap kelompok besar dibagi menjadi 5 kelompok kecil yaitu
Kelompok A (perlakuan 6 jam pasca infeksi), Kelompok B (perlakuan 3 hari
pasca infeksi), Kelompok C (perlakuan 7 hari pasca infeksi), Kontrol positif (tidak
diberi perlakuan), dan Kontrol negatif (tidak diinfeksi maupun diberi perlakuan).

Perlakuan adalah pemberian dosis antibiotik sebanyak 1 gram dalam 6 liter air
minum. Pengamatan meliputi bobot badan, morbiditas, dan mortalitas. Data bobot
badan dihitung rata-ratanya menggunakan metode analisis ragam (ANOVA)
untuk menganalisa perbedaan signifikan pada bobot badan. Hasil yang diperoleh
menunjukkan antibiotik Enrofloxacin efektif mengobati mycoplasmosis pada 3
hari pasca infeksi dan tidak efektif terhadap colibacillosis.
Kata kunci: antibiotika, efektivitas, Echerichia coli, Mycoplasma gallinarum,
enrofloxacin

ABSTRACT
RETNO WINDRADINI. The Effectiveness of Enrofloxacin Antibiotic against
Escherichia coli and Mycoplasma gallinarum in Broilers. Supervised by
FACHRIYAN H PASARIBU.
The aim of this study is to determine the most effective time to administer
Enrofloxacin to broiler infected with Escherichia coli (colibacillosis) and
Mycoplasma gallinarum (mycoplasmosis), in terms of body weight, morbidity,
and mortality. This research was held from August 2nd until 24th 2012 in
Laboratory Animal Management Unit’s (UPHL) Henhouse, Faculty of Veterinary
Medicine, Bogor Agricultural University. The broilers were divided into 2 major
groups, the first was infected with Escherichia coli and the second was infected

with Mycoplasma gallinarum. Each group were divided into 5 small groups,
namely group A (Treatment 6 hours post-infection), Group B (Treatment 3 days
post-infection), Group C (Treatment 7 days post-infection), Group positive
control (untreated), and Group negative control (not infected, untreated). The
treatment is a dose of Enrofloxacin as much as 1 gram in 6 litre of broiler’s
drinking water. The parameters observed are bodyweight, morbidity, and
mortality. The bodyweight were calculated with Analysis of Variance (ANOVA)
method. The results obtained showed that Enrofloxacin is effective if given 3 days
post-infection and not effective against colibacillosis.
Keywords: antibiotic, effectiveness, Escherichia coli, Mycoplasma gallinarum,
enrofloxacin

EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK ENROFLOXACIN TERHADAP
AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI BAKTERI
Escherichia coli DAN Mycoplasma gallinarum

RETNO WINDRADINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Efektivitas Antibiotik Enrofloxacin
terhadap Ayam Pedaging yang Diinfeksi Escherichia coli dan Mycoplasma
gallinarum berhasil diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drh. Rahmat Hidayat,
M.Si dan Bapak Prof. Dr. Drh. Fachriyan H Pasaribu sebagai Dosen Pembimbing
atas segala kritik dan saran, bimbingan, nasehat, dan kesabarannya dalam
membimbing penelitian ini. Terima kasih Penulis ucapkan kepada bapak Drh.
Nurhidayat, MS, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah

mendidik dan memotivasi dengan sabar sampai Penulis menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ayah, Ibu, dan seluruh keluarga
Penulis atas doa dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini. Penghargaan dan
terimakasih tak terhingga juga Penulis ucapkan kepada rekan satu penelitian dan
teknisi laboratorium bakteri bagian Mikrobiologi Medik atas kerjasamanya, dan
rekan-rekan FKH dan IPB yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Besar harapan Penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya penggunaan antibiotika dalam
industri unggas

Bogor, Mei 2015
Retno Windradini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR


xiv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Ayam Pedaging

2

Mycoplasma gallinarum

3

Escherichia coli

3

Antibiotik Enrofloxacin

4

METODE


5

Lokasi dan waktu penelitian

5

Bahan dan alat

5

Metode penelitian

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Hasil


7

Pembahasan

8

SIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA


10

RIWAYAT HIDUP

13

DAFTAR TABEL
1 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri Escherichia coli

7

2 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri
Mycoplasma gallinarum

8

3 Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi bakteri Escherichia coli

8


4 Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi bakteri
Mycoplasma gallinarum

8

5 Standar bobot ayam broiler strain Cobb

9

DAFTAR GAMBAR
1 Ayam pedaging strain Cobb

2

2 Bakteri Escherichia coli

4

3 Tampak dalam kandang ayam penelitian (Dokumentasi penelitian)

6

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari ras-ras
ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi dengan karakteristik pertumbuhan
cepat, daging tebal, dan masa pemeliharaan yang relatif singkat (Tamalludin
2012). Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang tinggi, mudah
diperoleh, dengan harga relatif murah.
Di Indonesia, terdapat korelasi positif antara peningkatan pendapatan
perkapita dengan jumlah konsumsi protein hewani, salah satunya daging ayam.
Menurut BPS (2013), pendapatan perkapita Indonesia terus meningkat sejak tahun
2007 yaitu sekitar Rp 26.6 juta sampai tahun 2011 yaitu sekitar Rp 41.4 juta.
Peningkatan pendapatan perkapita berpengaruh terhadap konsumsi daging ayam
Indonesia yaitu sebesar 4.7 kg/kapita pada tahun 2007 sampai sebesar 7 kg/kapita
pada tahun 2011 (Tamalludin 2012). Menurut BPS (2013) pendapatan perkapita
Indonesia akan terus meningkat sampai 2013, yang berarti konsumsi daging ayam
akan terus meningkat.
Penyakit karena bakteri merupakan salah satu penyebab penurunan
produksi daging ayam. Salah satu penyakit karena bakteri yang hampir selalu
terjadi di peternakan broiler adalah colibacillosis yang disebabkan oleh
Escherichia coli (E. coli) dan mycoplasmosis yang disebabkan oleh Mycoplasma
gallinarum (M. gallinarum). Peternak mengenal mycoplasmosis dengan nama
Chronic Respiratory Disease (CRD). Kemunculan CRD seringkali diikuti infeksi
bakteri lainnya sehingga menjadi CRD kompleks, misalnya diikuti infeksi E. coli.
Menurut Medion (2012), angka kasus CRD dan CRD kompleks terus mengalami
peningkatan sejak tahun 2010-2012. Diperkirakan, jenis penyakit ayam pada
tahun-tahun berikutnya tidak akan jauh berbeda.
Meningkatnya angka kasus CRD dan CRD kompleks menuntut adanya
usaha pencegahan dan pengobatan, salah satunya dengan pemberian antibiotika.
Antibiotika adalah senyawa alami maupun sintetik yang memiliki efek menekan
atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri. Salah satu antibiotika yang efektif mengatasi
colibacillosis dan mycoplasmosis adalah Enrofloxacin (Tamalludin 2012).
Enrofloxacin adalah antibiotika golongan Fluoroquinolone berspektrum luas yang
berdaya kerja menghambat DNA gyrase pada bakteri, yang dapat menghambat
sintesis DNA bakteri.
Efek optimum dari aplikasi antibiotika dapat tercapai jika memilih jenis
antibiotika, dosis, dan waktu pemberian yang tepat. Penelitian yang melibatkan
ketiga faktor di atas penting untuk dilakukan, sehingga dapat menjadi acuan untuk
usaha peternakan ayam maupun perkembangan ilmu pengetahuan.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antibiotik
Enrofloxacin terhadap bakteri E. coli dan M. gallinarum pada ayam pedaging
ditinjau dari waktu pemberian, bobot badan, morbiditas, dan mortalitas.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian
antibiotik Enrofloxacin terhadap bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma
gallinarum yang menyerang ayam pedaging.

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam pedaging
Ayam pedaging merupakan ayam yang diperoleh dari perkawinan silang,
seleksi, dan rekayasa genetik untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap
daging ayam. Karakteristik unggul dari ayam pedaging adalah daya
produktivitasnya yang tinggi, pertumbuhan cepat, daging tebal, dan masa
pemeliharaan yang singkat (Yuwanta 2004). Pertumbuhan ayam pedaging sangat
cepat, sehingga dapat mencapai 1.5 kg dalam 30 hari (Rahayu 2011).
Pengelompokkan ayam dilakukan berdasarkan ras, bangsa, varietas, dan
strain. Strain adalah klasifikasi ayam berdasarkan garis keturunan tertentu melalui
persilangan dari berbagai kelas, bangsa, atau varietas, sehingga ayam tersebut
memiliki bentuk, sifat, dan tipe produksi sesuai dengan tujuan. Di pasaran telah
beredar berbagai macam strain ayam pedaging. Salah satu strain yang ada di
pasaran adalah strain Cobb, yang penampilan fisiknya dapat dilihat pada Gambar
1. Keunggulan dari strain Cobb dibanding strain lainnya adalah keseragaman
karkas yang baik, jumlah daging tinggi, dan lebih tahan terhadap penyakit. Strain
Cobb mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, yang dapat
dibuktikan dengan rendahnya Feed Convertion Ratio (FCR) baik jika dipelihara di
dataran tinggi maupun dataran rendah (Adiwinarto 2005).

Gambar 1 Ayam pedaging strain Cobb (Dokumentasi penelitian)

3
Munculnya penyakit pada ayam broiler akan menyebabkan penurunan
produktivitas, yang selanjutnya menimbulkan kerugian pada peternak. Beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko ini adalah dengan pencegahan
dan pengobatan. Pencegahan dapat dilakukan dengan biosekuriti, menciptakan
lingkungan yang nyaman untuk broiler yaitu pakan, nutrisi dan cuaca yang tepat,
vaksinasi, dan kontrol kesehatan (Damerow 2010). Jika ayam broiler sudah
terkena penyakit cara yang dapat ditempuh adalah pengobatan, salah satunya
dengan pemberian antibiotika sesuai penyakit.

Mycoplasma gallinarum
Mycoplasma adalah prokariot yang tidak memiliki dinding sel, bersifat
gram negatif, dan memiliki ukuran sel terkecil (dengan diameter lebih kecil dari
300 nm). Bakteri ini termasuk ke dalam kelas Mollicutes (Mollis = halus, dan
cutes = kulit) yang berarti tidak memiliki dinding sel. Ketiadaan dinding sel
menyebabkan bakteri ini bersifat pleomorfik, yaitu dapat mengubah bentuknya
(Gyles et al. 2010). M. gallinarum termasuk ke dalam genus ini.
Habitat utama dari bakteri ini pada hewan adalah permukaan saluran
pernapasan dan urogenital, alimentary canal pada mata, kelenjar mamari, dan
sendi (Wan et al. 2010). Bakteri ini dapat bersifat saprofit, komensal, atau parasit
patogen pada hewan vertebrata. Di alam, Mycoplasma bersifat obligat parasit dan
beradaptasi pada permukaan mukosa inangnya (Gyles et al. 2010). Karena tidak
memiliki dinding sel bakteri ini rentan terhadap antiseptik dan disinfektan, namun
tidak terpengaruh oleh antibiotika yang bersifat mengganggu perkembangan
dinding sel, misalnya penicillin.
Bakteri M. gallinarum adalah salah satu penyebab penyakit mycoplasmosis,
CRD, dan CRD kompleks. CRD kompleks terjadi jika mycoplasmosis mengalami
komplikasi oleh bakteri lain, salah satunya E. coli. Menurut Medion (2012), angka
kasus CRD dan CRD kompleks menempati urutan pertama dan kedua tertinggi
selama tahun 2010-2012.
Menurut Cumpanasoiu (2008) penyakit mycoplasmosis pada burung
ditandai dengan gejala pernapasan yang kronis yaitu ngorok, batuk, keluar cairan
eksudat dari hidung atau mulut, gangguan pertumbuhan, penurunan bobot badan
dan produksi telur, dan kaheksia. Mycoplasma ditularkan secara horizontal dan
vertikal. Penularan secara horizontal adalah penularan antara ayam broiler melalui
pernapasan dan cairan reproduksi ayam yang terinfeksi. Penularan secara vertikal
yaitu penularan dari induk ke anak.

Escherichia coli
Escherichia merupakan genus dari famili Enterobacteriaceae yang dapat
tumbuh secara anaerob maupun aerob menggunakan karbon sederhana dan
sumber nitrogen (Barnes et al. 2003). E. coli adalah salah satu spesies dari genus
Escherichia, yang berbentuk batang, bersifat gram negatif, tidak tahan asam, tidak
menghasilkan spora, dan membentuk koloni berwarna merah (Gyles et al. 2010)

4
seperti pada Gambar 2. E. coli bersifat komensal, yaitu bakteri ini hidup di saluran
pencernaan namun tidak merugikan hewan inang , dengan jumlah normal 107-109
organisme per gram dalam feses.

Gambar 2 Bakteri Escherichia coli di bawah mikroskop. a) Sel tunggal E. coli; b) Koloni
E. coli

Menurut Nataro and Kaper (1998), pada bakteri E. coli terdapat 6 galur
yang menyebabkan diare yaitu Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic
E. coli (EPEC), Enteroaggregative E. coli (EAEC), Enteroinvasive E. coli
(EIEC), Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC), dan Diffusely Adherent E. coli
(DAEC). Dari seluruh galur di atas, yang paling sering menyebabkan kematian
adalah EHEC atau sering disebut Verocytotoxin-producing E. coli (VTEC).
Berdasarkan karakter antigenik dari protein strukturalnya dikenal beberapa jenis
antigen E.coli yaitu Somatik (O), Kapsula (K), dan flagella (H). Khusus pada
unggas, colibacillosis disebabkan oleh Avian Pathogenic E. coli (APEC) yang
didominasi oleh serogroup O1, O2, dan O78 (Mellata et al. 2003).
Gejala klinis colibacillosis adalah lesu, bulu kusam, sesak napas, dan diare
yang menyebabkan bulu di sekitar anus lengket (Tamalludin 2012). Sementara itu
penyakit colibacillosis dimanifestasikan dalam bentuk kelainan organ yaitu
airsacculitis, sinusitis, omfalitis, enteritis, perikarditis, selulitis, Swollen Head
Syndrome (SHS), peritonitis, salphingitis, panopthalmitis, dan Bursitis sternalis
(Barnes and Gross 1997). Kasus colibacillosis dapat menjadi penyakit ikutan pada
Chronic Respiratory Disease (CRD), Infectious coryza (Snot), Swollen Head
Syndrome (SHS), Infectious Laryngotracheitis (ILT), dan koksidiosis (Tarmudji
2003). Bakteri E. coli sering diisolasi dari saluran pernapasan bagian atas, kulit,
dan bulu unggas (Kabir 2010). Penularan E. coli terjadi secara horizontal yaitu
melalui burung lain, feses, air, dan pakan (Dho Moulin and Fairbrother 1999)

Antibiotik Enrofloxacin
Antibiotika yang biasa dipakai untuk mengobati mycoplasmosis atau CRD
adalah doksisiklin, erythromycin, kakamycin, dan enrofloxacin. Sedangkan
antibiotika yang biasa dipakai untuk mengobati colibacillosis adalah trimetropim,
sulfadiazin, ampicillin, colistin, neomycin, dan enrofloxacin (Tamalludin 2012).
Penelitian ini menggunakan Enrofloxacin sebagai antibiotika berpektrum luas
yang dapat mengobati colibacillosis dan mycoplasmosis. Enrofloxacin termasuk
dalam antibiotika golongan Fluoroquinolon, bersifat bakterisida, berspektrum

5
luas, dan dipakai khusus untuk hewan (Khargaria et al. 2005). Daya kerja
Enrofloxacin adalah menghambat replikasi bakteri dengan cara menghambat kerja
enzim DNA gyrase (Vancutsem et al. 1989).

METODE
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 2 sampai 24 Agustus 2012 di kandang
ayam Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL), Fakultas kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ayam
pedaging berusia 7 hari, bakteri M. gallinarum dalam bentuk suspensi, E. coli
dalam bentuk suspensi, antibiotik Enrofloxacin USP 10% dosis 10 mg/kg BB,
serta pakan dan air ad libitum. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu
tabung reaksi, kandang ayam, pipet, sentrifus, botol, tempat minum dan pakan,
spoit 1 ml, lampu 5 watt, dan timbangan.

Metode Penelitian
Persiapan Kandang Percobaan. Jumlah kandang yang dipakai adalah 9
kandang. Sebanyak 4 kandang untuk ayam yang diinfeksi E. coli, 4 kandang
untuk ayam yang diinfeksi M. gallinarum, dan 1 kandang besar berisi 10 ayam
kontrol negatif. Tipe kandang yang dipakai adalah kandang terbuka. Luas
kandang A, B, C adalah 0.95 x 1 m2, Kontrol positif sebesar 0.475 x 1 m2, dan
Kontrol negatif sebesar 1.905 x 1.65 m2. Kandang A, B, dan C masing-masing
berisi 20 ekor ayam, dan kontrol positif berisi 5 ekor ayam. Pertama-tama
dilakukan disinfeksi dan pembersihan kandang. Setiap kandang diberi sekam,
tempat pakan dan air minum. Sebelum perlakuan, ayam-ayam ditimbang bobot
badannya dan diistirahatkan selama 7 hari untuk menghilangkan cekaman dan
menyesuaikan kondisi tubuh terhadap lingkungan. Kondisi kandang dapat dilihat
pada Gambar 3.

6

Gambar 3 Kondisi kandang ayam, setiap kandang kelompok dipisahkan oleh terpal biru

Persiapan pada bakteri yang akan diinokulasikan. Masing-masing
suspensi bakteri dipersiapkan. Untuk bakteri E. coli, kultur yang sudah ada disubkultur selama 24 jam di dalam media agar darah. Setelah 24 jam, bakteri ini
ditumbuhkan ke dalam media Brain-Heart Infusion (BHI) Broth selama 24 jam.
Selanjutnya, media tersebut disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000
RPM, kemudian akan didapatkan pelet dan supernatan. Supernatan dibuang
kemudian pelet dibilas lagi dengan NaCl fisiologis dan disentrifus selama 15
menit dengan kecepatan 5000 RPM dan diulang lagi sebanyak 3 kali. Pelet
kemudian dibuat suspensi, kemudian kekeruhan suspensi disesuaikan dengan
standar Mc. Farland 1 yaitu 3,0 x 108 CFU/ml (Mc Farland 1907).
Bakteri kedua adalah M. gallinarum. Pertama-tama tumbuhkan bakteri ini
ke dalam Mycoplasma broth pada suhu 37 OC dengan kondisi mikroaerofilik
selama 24 jam. Setelah itu, disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 5000
RPM seperti E.coli sampai didapatkan suspensi yang kekeruhannya disesuaikan
dengan standar Mc. Farland 1.
Proses inokulasi bakteri. Ayam yang telah berusia 7 hari diinfeksi
dengan bakteri E. coli secara peroral sebanyak 1 ml untuk semua kelompok
kontrol negatif (5 ekor), kontrol positif (10 ekor), kelompok A (20 ekor),
kelompok B (20 ekor), dan kelompok C (20 ekor). Setiap kelompok tersebut
ditempatkan dalam kandang yang berbeda. Antibiotik Enrofloxacin diberikan
pada kelompok A (6 jam pasca infeksi), pada kelompok B (3 hari pasca infeksi) ,
pada kelompok C (7 hari pasca infeksi). Pengobatan dilakukan dengan
mencampurkan 1 gram Enrofloxacin dalam bentuk serbuk ke dalam ember yang
berisi 6 liter air lalu dihomogenkan, kemudian dituangkan ke dalam masingmasing tempat minum.
Bakteri M. gallinarum diinokulasikan dengan metode yang sama seperti E.
coli, namun dengan jumlah yang berbeda, yaitu sebanyak 0.5 µl secara pernasal.
Pengobatan dilakukan dengan cara yang sama seperti bakteri E. coli.
Ayam yang sudah diinfeksi dipelihara selama 15 hari dan diamati setiap
pagi dan siang hari. Ayam diberi makan dan minum ad libitum setiap hari.
Pengamatan meliputi bobot badan, morbiditas, dan mortalitas.
Penyajian data. Data bobot badan dihitung rata-ratanya untuk setiap
kelompok dan perlakuan, lalu dihitung menggunakan metode analisis ragam
(ANOVA) dengan taraf nyata 5% untuk mengetahui perbedaan signifikan antara
bobot badan. Data morbiditas dan mortalitas disajikan dalam Tabel 3 dan 4,
sedangkan data bobot badan disajikan dalam Tabel 1 dan 2.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengukuran bobot badan dilakukan sebanyak 7 kali dan disajikan dalam
Tabel 1 dan 2. Selama jangka waktu penelitian, angka morbiditas dan mortalitas
dihitung dan disajikan dalam Tabel 3 dan 4. Mortalitas, Morbiditas, dan Bobot
badan adalah beberapa parameter yang menentukan keberhasilan pemeliharaan
ayam pedaging (Riza 2009). Usia ayam saat pengukuran pertama (hari ke-1)
adalah 7 hari, dan pada pengukuran ke-7 (hari ke-15) usia ayam adalah 22 hari.
Dari hasil penelitian yang terlihat pada Tabel 1 dan 3, menunjukkan bahwa
ayam yang diinfeksi E. coli mengalami peningkatan bobot badan secara teratur
dari pengukuran ke-1(1 hari pasca infeksi) sampai ke-7(15 hari pasca infeksi).
Kelompok C menunjukkan pengukuran bobot akhir tertinggi (850 gram), dan
Kelompok kontrol negatif (K-) menunjukkan pengukuran bobot akhir terendah
(783.3 gram). Pada pengukuran ke-5 sampai ke-7, kelompok B menunjukkan
bobot badan yang tinggi secara konsisten (800-825 gram). Pada Kelompok K+ di
pengukuran ke-4 dan ke-5, rata-rata bobot badan mengalami penurunan signifikan
(200 gram) karena pengambilan ayam untuk ditimbang bobot badannya dilakukan
secara acak. Pada kelompok A terdapat 1 ayam yang mengalami gejala
colibacillosis, dan semua ayam pada Kelompok kontrol positif (K+) mengalami
gejala colibacillosis.
Pada Tabel 2 dan 4, ayam yang diinfeksi M. gallinarum menunjukkan
peningkatan bobot badan yang teratur mulai pengukuran ke-1(1 hari pasca infeksi)
sampai ke-7(15 hari pasca infeksi). Bobot badan akhir pada kelompok B adalah
yang tertinggi (850 gram), dan pada kelompok K+ adalah yang terendah (400
gram). Kelompok A, B, dan C mengalami penurunan bobot badan pada
pengukuran ke-6 karena mycoplasmosis. Bobot badan pada kelompok A
menunjukkan angka yang tinggi secara konsisten (725-775 gram). Pada kelompok
A, 1 ayam mengalami gejala mycoplasmosis, dan semua ayam pada Kelompok K
+ mengalami gejala mycoplasmosis.
Tabel 1 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri Escherichia coli
Kel.
ayam

Pengukuran ke-

A

1
(1 hari PI)
225+50hij

2
(2 hari PI)
275+50hij

3
(6 hari PI)
400+81.65fgh

4
(8 hari PI)
600+0cde

5
(10 hari PI)
625+50bcde

6
(13 hari PI)
775+50ab

7
(15 hari PI)
825+377,5a

B

225+50hij

275+50hij

475+95,7efg

575+50cde

800+0ab

800+115,5ab

825+170,8a

450+57,7efg
450+70,7efg
350+54,77ghi

550+57,7def
200+0ij
466,7+51,6efg

725+50abc
200+0ij
566,7+51,6cdef

775+125,8ab
700+0abcd
716,7+75,3abcd

850+100 a
800+0ab
783,3+40,8ab

C
K+
K-

200+0ij
275+50hij
250+70,7hij
150+70,7j
216.7+40,8ij 266,7+51,6hij

a,b,c,d,e,f,g,h,i, dan j berbeda pada taraf nyata 5%,
a adalah kelompok dengan nilai tertinggi, dan i dengan nilai terendah.
K+ : Kontrol positif, K- : Kontrol negatif, PI : Pasca infeksi

8
Tabel 2 Nilai rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri Mycoplasma
gallinarum
Kel.
ayam

Pengukuran ke-

A

1
(1 hari PI)
225+50lm

2
(2 hari PI)
300+81,65jkl

3
(6 hari PI)
500+0gh

4
(8 hari PI)
575+50fg

5
(10 hari PI)
775+50abc

6
(13 hari PI)
725+221,7bcd

7
(15 hari PI)
775+170,78abc

B

225+50lm

350+57,7ijk

500+81,65gh

575+50fg

700+115,5cde

675+206,2cdef

850+57,7a

575+50fg
300+0jkl
383,3+40,8ij

750+57,7abcd
400+141,4hij
616,7+40,8ef

650+191,49def
400+141,4hij
716,7+160,2bcde

775+170,78abc
400+282,8hij
816,7+40,8ab

C
K+
K-

225+50lm
300+0jkl
425+50hi
150+70,7m
150+70,7m
450+70,7hi
183,3+40,8m 250+54,77klm 366,7+51,6ij

a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l, dan berbeda pada taraf nyata 5%,
a adalah kelompok dengan nilai tertinggi, dan i dengan nilai terendah.
K+ : Kontrol positif, K- : Kontrol negatif, PI : Pasca infeksi

Tabel 3 Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi bakteri Escherichia coli
Kel.
Ayam
A
B
C
Kontrol +
Kontrol -

Jumlah
awal ayam
(ekor)
20
20
20
10
5

Hasil Pengujian
Morbiditas
Mortalitas
Jumlah ayam
Persentase
Jumlah ayam
Persentase
(ekor)
(%)
(ekor)
(%)
1
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
100
0
0
0
0
0
0

Tabel 4 Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi bakteri Mycoplasma
gallinarum
Kel. Ayam

Jumlah
awal ayam
(ekor)

A
B
C
Kontrol +
Kontrol -

20
20
20
10
5

Hasil Pengujian
Morbiditas
Mortalitas
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
ayam (ekor)
(%)
ayam (ekor)
(%)
1
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
100
0
0
0
0
0
0

Pembahasan
Pada Tabel 1, rataan bobot badan ayam pada semua perlakuan di hari ke15 (pengukuran ke-7) berada antara 783.3 gram – 850 gram. Bobot badan ini
sedikit di bawah standar bobot badan ayam pada Tabel 5. Hal ini menunjukkan
adanya penurunan kondisi yang disebabkan karena penyakit dan lingkungan.
Menurut Medion (2012), standar kepadatan ayam ideal adalah 15 kg/m2. Mulai
dari pengukuran ke-6 kepadatan kandang melampaui batas ideal. Meningkatnya
kepadatan kandang ayam dapat menyebabkan meningkatnya suhu dan
kelembapan kandang, dan penurunan konsumsi pakan dan bobot badan (North and
Bell 1990). Hal ini ditandai dengan beberapa ayam yang menunjukkan perilaku

9
karena cekaman panas yaitu mengepakkan sayap, gelisah, dan terengah-engah
(Sugito 2009)
Penilaian efektivitas dapat dilakukan dengan melihat kelompok ayam yang
bobot badannya paling tinggi, walaupun berada dalam kondisi cekaman karena
kepadatan kandang dan penyakit. Dari kelompok A, B, dan C, bobot badan akhir
(pengukuran ke-7) tertinggi adalah kelompok C (850 gram). Pada kelompok K+,
bobot badan akhir tidak berbeda jauh dengan kelompok lainnya. Seharusnya
angka bobot badan akhir kelompok K+ berada di bawah kelompok lainnya karena
ayam tidak diberikan Enrofloxacin. Hal ini diduga terjadi karena E. coli yang
diinfeksikan mengalami penurunan viabilitas, patogenitas, maupun E. coli bersifat
probiotik yang dapat meningkatkan bobot badan atau disebut growth promotor
(Kabir et al. 2004; Möndel et al. 2009). Namun, Food and Drugs Administration
(FDA 2005) telah melarang penggunaan antibiotik Enrofloxacin sebagai growth
promotor karena ada Campylobacter yang resisten terhadap Enrofloxacin, yaitu
bakteri yang tidak menunjukkan gejala klinis pada ayam. Karena itu, efektivitas
antibiotik Enrofloxacin terhadap E.coli belum dapat dipastikan, walaupun bobot
badan akhir kelompok C merupakan yang tertinggi.
Tabel 5 Standar bobot ayam broiler strain Cobb
Umur
Minggu
1
2
3
4
5
6
7

Feed Intake
gram/ekor/hari
21
65
106
144
174
190
196

Bobot Badan
gram/ekor
175
486
932
1467
2049
2634
3177

Sumber : http://arboge.com/standar-bobot-badan-ayam-broiler/

Pada ayam yang diinfeksi M. gallinarum seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 2 , kelompok B menunjukkan hasil bobot badan akhir tertinggi (850 gram).
Seperti bobot badan akhir kelompok A dan C, bobot badan akhir kelompok B
mendekati standar pada Tabel 5. Efektivitas dapat dinilai dari dinamika perubahan
bobot badan dari pengukuran ke-5 sampai ke-7, yaitu saat kepadatan kandang
melewati batas ideal sebesar 15 kg/m2 (Medion 2012)
Pada pengukuran ke-6, kelompok A, B, dan C mengalami penurunan
bobot badan. Pertama, sesuai dengan Cumpanasoiu (2008), ayam yang terkena
mycoplasmosis akan mengalami penurunan bobot badan. Kedua, ayam
mengalami penurunan konsumsi pakan karena suhu lingkungan meningkat, yang
selanjutnya menyebabkan penurunan bobot badan (North and Bell 1990). Dari
pengukuran ke-5 sampai ke-6, penurunan bobot badan terendah terjadi pada
kelompok B (25 gram). Sedangkan dari pengukuran ke-6 sampai ke-7,
peningkatan tertinggi dialami kelompok B yaitu 175 gram.
Pemberian antibiotik Enrofloxacin pada kelompok B lebih efektif
dibandingkan kelompok A dan C karena lebih tahan terhadap penurunan bobot
badan dan penyakit pada pengukuran ke-6. Sesuai dengan Tabel 4, kelompok B
tidak menunjukkan ayam sakit maupun mati. Sebaliknya, pada kelompok A

10
ditemukan 1 ayam yang sakit yang menunjukkan gejala mycoplasmosis sesuai
Cumpanasoiu (2008) yaitu batuk, ngorok, penurunan bobot badan, dan cairan
eksudat keluar dari mulut/hidung. Dapat disimpulkan bahwa antibiotik
Enrofloxacin efektif terhadap mycoplasmosis jika diberikan 3 hari pasca infeksi
(Kelompok B).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa antibiotik Enrofloxacin paling efektif terhadap mycoplasmosis jika
diberikan pada 3 hari pasca infeksi. Sedangkan efektivitas antibiotik Enrofloxacin
terhadap colibacillosis belum dapat dipastikan karena E. coli yang diinfeksikan
diduga mengalami penurunan viabilitas dan patogenitas, maupun berfungsi
sebagai Growth promotor.

Saran
Uji efektivitas kerja obat terhadap suatu bakteri kurang spesifik jika hanya
melihat gejala klinis, bobot badan, mortalitas, dan morbiditas, karena suatu
penyakit dapat disebabkan karena penyakit lainnya maupun kondisi lingkungan.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis optimum dari
antibiotik Enrofloxacin dan mengetahui penurunan viabilitas dan patogenitas
bakteri yang diinfeksikan.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwinarto, G. 2005. Penampilan dan Laju Pertumbuhan Relatif Karkas dan
Komponen Karkas Dua Strain Ayam Broiler Fase Finisher (21-42 hari)
Dalam Berbagai Suhu Pemeliharaan. Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Ardhi Borneo Gemilang. 2012. Standar bobot badan ayam broiler. [Internet].
[Diunduh 2015 januari 15]. Tersedia pada : http://arboge.com/standarbobot-badan-ayam-broiler.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. [Internet]. [Diunduh 2015 Januari 15].
Tersedia pada : http://www.bps.go.id.
[FDA] Food and Drugs Administration. 2005. [Internet]. [Diunduh 2015 Januari
15].
Tersedia
pada
:
http://www.fda.gov/NewsEvents/Newsroom/PressAnnouncements/2005/u
cm108467.htm.
Barnes HJ, dan Gross WB. 1997. Disease of Poultry. 10th ed. Calnek BW, Barnes
HJ, Beard CW, McDouglad LR, Saif YM, ed. Ames, IA (USA): Iowa
State University Press.

11
Barnes HJ, Vailancourt JP, dan Gross WB. 2003. Diseases of Poultry. 11th ed.
Barnes HJ, Fadly AM, Glisson JR, McDOuglad LR, Swayne DE, ed.
Ames, IA (USA): Blackwell Publishing.
Cumpanasoiu C. 2008. The Development of Avian respiratory Mycoplasmosis in
a poultry farm. Lucrac stiintif medec vet. 41: 583-586.
Damerow G. 2010. Storey’s guideto raising chicken. Massachusetts (USA) :
Storey publishing.
Dho Moulin M, Fairbrother JM. 1999. Avian Pathogenic Escherichia coli. Vet
Res. 30(2-3) : 299-316.
Gyles CL, Prescott JF, Songer JG, Thoen CO. 2010. Pathogenesis of bacterial
infections in animals. Iowa (USA) : Blackwell Publishing.
Kabir SML, Rahman MM, Rahman MB, Rahman MM, Ahmed SU. 2004. The
dynamics of probiotics on growth performance and immune response in
broilers. Int J Poult Sci. 3(5) : 361-364.
Kabir SML. 2010. Avian colibacillosis and salmonellosis: a closer look at
epidemiology, pathogenesis, diagnosis, control, and public health
concerns. Int J Environ Res Publ Health. 7: 89-114.
Khargaria S, Barua CC, Mohan P, Bhattacharya M. 2005. Pharmacokinetic
studies Enrofloxacin in Yak after Intramuscular Administration. Iran J
Pharmacol Ther. 4(2):91-94.
Mc Farland JMD.1907. The Nephelometer : An Instrument for estimating the
number of bacteria in suspensions used for calculating the Opsonic Index
and for vaccines. JAMA. XLIX(14):1176-1178.
Medion. 2012. Dinamika Penyakit ayam di 2012 dan prediksinya di 2013.
[Internet]. [2012 Desember]. [Diunduh 2014 Desember 13]. Tersedia pada
http://info.medion.co.id/Index.php/artikel/layer/penyakit/penyakit-2012.
Mellata M, Dho-Moulin M, Dozois CM, Curtiss M, Brown PK, Arne P, Bree A,
Dasautels C, Fairbrother JM. 2003. Role of virulence factor in resistance
of Avian Pathogenic Escherichia coli to serum and in pathogenicity. J
Infect Immun. 71 : 536-540.
Möndel M, Schroeder BO, Zimmermann, Huber H, Nuding S, Beisner J,
Fellermann. Probiotic E. coli treatment mediates antimicrobial human βdefensin synthesis and fecal excretion in human. 2009. Nature. 2(2) : 166172.
Nataro JP, Kaper JB. 1998. Diarrheagenic Escherichia coli. Clin Microbiol Rev
11. 142-201.
North MO, Bell DO. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Revised
Edition. New York (USA) : Van Nostrand Reinhold.
Rahayu L, Sudaryani, Santosa H. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Jakarta (ID) :
Penebar Swadaya.
Riza F. 2009. Pengaruh vaksinasi Infectious Bursal Disease inaktif terhadap
kinerja ayam pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
Sugito, Delima M. 2009. Dampak cekaman panas terhadap pertambahan bobot
badan, rasio heterofil : Limfosit dan suhu tubuh ayam broiler. J Ked
Hewan. 3(1) : 218-226.

12
Tamalludin F. 2012. Ayam Broiler, 22 hari panen lebih untung. Jakarta (ID) :
Penebar Swadaya.
Tarmudji. 2003. Colibacillosis pada ayam: Etiologi, patologi, dan
pengendaliannya. Wartazoa. 13(2): 65-73.
Vancutsem PM, Babish JG, and WS Scchwark. 1989. The Fluoroquinolone
Antimicrobials: Structure, Antimicrobial, Activity, Pharmacokinetics,
Clinical Use in Domestic Animals and Toxicity. Cornell Vet. 80:173-186.
Wan X, Branton SL, Collier SD, Evans JD, Leigh SA, dan Pharr GT. 2010.
Proteomics inference of genes involved in host adaptation of Mycoplasma
gallinarum. Vet Microbiol. 145(2010): 177-184.
Yuwanta, T. (2004). Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 November 1991. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari ayah bernama Dr. Ir. Bambang
Widarsono, M.Sc dan ibu bernama Sofie Andriani.
Penulis mengawali pendidikan di TK dan SD Sumbangsih Jakarta,
menempuh pendidikan sekolah tingkat menengah pertama di SMP Tarakanita 5
Jakarta pada tahun 2003, dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di
SMA Tarakanita 1 pada tahun 2009. Penulis diterima di Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI)
pada tahun 2009.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB,
penulis merupakan anggota dan pengurus Himpro Hewan Kesayangan dan Satwa
akuatik, AIESEC IPB, dan aktif menyalurkan hobi melukisnya.