Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging

EFIKASI ANTIBIOTIK BERBAHAN AKTIF ENROFLOXACIN
TERHADAP Escherichia coli DAN Mycoplasma gallinarum
PADA AYAM PEDAGING

ALDI IZKARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efikasi Antibiotik
Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma
gallinarum adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Aldi Izkari
NIM B04090090

ABSTRAK
ALDI IZKARI. Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap
Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging. Dibimbing
oleh RAHMAT HIDAYAT.
Ayam pedaging merupakan ras unggulan yang memiliki produktivitas tinggi
dan masa panen yang singkat. Produktivitas ayam ini dapat menurun karena
adanya penyakit seperti colibacillosis dan mycoplasmosis. Pemberian antibiotik
merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan dalam mencegah dan
mengobati penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi
antibiotik yang mengandung enrofloxacin terhadap bakteri Escherichia coli dan
Mycoplasma gallinarum. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2012
sampai dengan 24 Agustus 2012. Pengamatan meliputi morbiditas, mortalitas, dan
bobot badan ayam dari masing-masing kandang. Hasil yang diperoleh
menunjukkan antibiotik ini efektif digunakan pada bakteri Escherichia coli dan
Mycoplasma gallinarum. Waktu pemberian antibiotik pada ayam antara 6 jam

sampai 7 hari pasca infeksi terbukti efektif dalam mencegah penyakit.
Kata kunci: broiler, efikasi, enrofloxacin, Escherichia coli, Mycoplasma
gallinarum

ABSTRACT
ALDI IZKARI. The Efficacy of Antibiotic with Active Substance, Enrofloxacin,
againts Escherichia coli and Mycoplasma gallinarium on Broiler. Supervised by
RAHMAT HIDAYAT.
Broiler is a superior breed which has high productivity and shortly in
productive period. The productivity of broiler may decline caused by diseases,
such as colibacillosis and mycoplasmosis. Antibiotic treatment is one of the choise
which can be done to prevent and treat the diseases. This research aims to know
the efficacy of antibiotic containing Enrofloxacin against Escherichia coli and
Mycoplasma gallinarum. This research was conducted on 1st August, 2012 until
24th August, 2012. The observation included morbidity, mortality, and body
weight. The result of this research showed that this antibiotic is effective against
Escherichia coli and Mycoplasma gallinarium. The appropriate time antibiotics
application to the infected chickens is about six hours untill seven days post
infection which has been proven to prevent the diseases effectively.
Keywords: broiler, efficacy, enrofloxacin, Escherichia coli, Mycoplasma

gallinarum

EFIKASI ANTIBIOTIK BERBAHAN AKTIF ENROFLOXACIN
TERHADAP Escherichia coli DAN Mycoplasma gallinarum
PADA AYAM PEDAGING

ALDI IZKARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap

Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging
: Aldi Izkari
Nama

NIM

: B04090090

Disetujui oleh

drh Rahmat Hidayat, MSi
Pembimbing

Tanggal Lulus:

b

J 7 OCT LO U

Judul Skripsi : Efikasi Antibiotik Berbahan Aktif Enrofloxacin terhadap

Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada Ayam Pedaging
Nama
: Aldi Izkari
NIM
: B04090090

Disetujui oleh

drh Rahmat Hidayat, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada subhanahu wa ta’ala atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah antibiotik, dengan judul Efikasi Antibiotik Berbahan
Aktif Enrofloxacin terhadap Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum pada
Ayam Pedaging.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak drh. Rahmat Hidayat, M.Si
sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingan, masukan, nasehat, serta
kesabaran dalam penelitian dan karya ilmiah ini. Terimakasih kepada Ibu Dr. drh.
Upik Kesumawati, MS, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan bimbingan dalam kegiatan akademik. Ungkapan
terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala
doa dan dukungannya. Penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan kepada
rekan satu penelitian dan teknisi Laboratorium Bakteri Bagian Mikrobiologi
Medik atas kerja sama dan semangat yang telah diberikan, serta rekan-rekan FKH
46 dan semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Aldi Izkari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

BAHAN DAN METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Bahan dan Alat

2


Metode Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Hasil

4

Pembahasan

5

SIMPULAN DAN SARAN

9


Simpulan

9

Saran

9

DAFTAR PUSTAKA

9

LAMPIRAN

11

RIWAYAT HIDUP

15


DAFTAR TABEL
1 Persentase morbiditas dan mortalitas terhadap bakteri Escherichia coli
2 Persentase morbiditas dan mortalitas terhadap bakteri Mycoplasma
gallinarum
3 Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia
coli
4 Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Mycoplasma
gallinarum

4
4
4
5

DAFTAR GAMBAR
1 Ayam pedaging

5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Gambaran patologi anatomi kelompok ayam yang diinfeksi bakteri
Escherichia coli
2 Gambaran patologi anatomi kelompok ayam yang diinfeksi bakteri
Mycoplasma gallinarum

11
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan unggas merupakan usaha yang cukup penting karena unggas
merupakan salah satu sumber protein hewani yang terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat. Unggas yang banyak diternakkan adalah ayam pedaging karena
memiliki nilai gizi yang tinggi dan masa panen yang singkat yaitu 4-5 minggu.
Broiler atau ayam pedaging merupakan hasil budidaya teknologi peternakan
melalui berbagai perkawinan silang dan seleksi yang rumit yang diikuti dengan
upaya perbaikan manajemen pemeliharaan secara terus menerus (Abidin 2002).
Menurut Rasyaf (2008) broiler memiliki keunggulan dalam hal produktivitas,
terutama dalam memproduksi daging.
Pertumbuhan ayam pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pakan,
temperatur kandang, lingkungan, dan sistem pemeliharaan (Rasyaf 1992).
Kelemahan ayam pedaging adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan
lebih peka terhadap infeksi suatu penyakit (Murtidjo 1987). Penyakit yang sering
menyerang ayam pedaging biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, dan
virus. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain colibacillosis,
mycoplasmosis, pasteurellosis, salmonellosis, dan lainnya. Masalah yang
ditimbulkan oleh penyakit dapat berupa penurunan produksi dan kerugian
ekonomi baik bagi peternak maupun industri perunggasan.
Colibacillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Escherichia coli dan merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada
peternakan unggas. Colibacillosis dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang
cukup tinggi karena infeksi oleh bakteri E. coli biasanya bersifat primer maupun
sekunder yang akan memperparah penyakit bahkan hingga menyebabkan
kematian. Colibacillosis menyebabkan berbagai manifestasi penyakit pada unggas
antara lain omphalitis, swollen head disease, septicaemia, enteritis, peritonitis,
selulitis, chronic respiratory disease, salphingitis, dan coligranuloma (Barnes dan
Gross 1997).
Mycoplasmosis merupakan penyakit pernafasan utama pada unggas yang
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma sp., penyakit ini bersifat menular dan sering
ditemukan pada semua kelompok umur yang menyerang ayam pedaging maupun
ayam petelur. Penyakit ini sering berjalan kronis dan merupakan predisposisi
terhadap mikroorganisme lain seperti E. coli, infeksi E. coli akan memperparah
kejadian penyakit sehingga penanganannya juga akan menjadi semakin sulit
(Soeripto 1988).
Pemberian antibiotik merupakan salah satu tindakan yang dapat
dilakukandalam pengobatan penyakit. Antibiotik diberikan ke dalam pakan ternak
yang bertujuan sebagai pemacu pertumbuhan, memperbaiki efisiensi penggunaan
pakan, dan pencegahan terhadap kemungkinan infeksi patogen (Solomon 1978).
Pemilihan jenis antibiotik, dosis, serta waktu pemberian yang tepat merupakan
faktor penting dalam penggunaan antibiotik sehingga efek optimum dari suatu
antibiotik dapat tercapai.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi antibiotik yang
mengandung enrofloxacin terhadap bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma
gallinarum dilihat dari tingkat kesakitan (morbiditas), kematian (mortalitas), dan
bobot badan ayam.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pemberian antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma
gallinarum yang menyerang ayam pedaging, khususnya waktu pemberian yang
tepat.

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Mikrobiologi Medik dan Unit Pengelola
Hewan Laboratorium (UPHL) Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor, dan berlangsung dari tanggal 1sampai dengan 24 Agustus 2012.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain day old chick
(DOC) 160 ekor, Escherichia coli dalam bentuk suspensi, Mycoplasma
gallinarum dalam bentuk suspensi, antibiotik dengan kandungan enrofloxacin
dikode sebagai antibiotik D4, pakan dan air ad libitum. Alat-alat yang digunakan
pada penelitian ini yaitu sentrifus, kandang ayam, spuit 1 ml, botol, tempat
minum, tempat pakan, lampu 5 watt, mikropipet, gunting, pinset, dan timbangan.

Metode Penelitian
Persiapan
Kandang ayam dibersihkan dan dibagi menjadi 10 bagian. Lima bagian
pertama digunakan untuk perlakuan Escherichia coli dan 5 bagian kedua
digunakan untuk perlakuan Mycoplasma gallinarum. Masing-masing bagian
tersebut terdiri dari kandang kontrol negatif (-), kontrol positif (+), kelompok
perlakuan 1, kelompok perlakuan 2, dan kelompok perlakuan 3. Setiap kandang
diberi sekam, tempat air minum, tempat pakan, dan lampu 5 watt. Ayam
diistirahatkan selama 7 hari untuk menghilangkan stres dan penyesuaian terhadap
lingkungan kandang. Ayam ditimbang bobot badannya sebelum diberi perlakuan.
Suspensi bakteri disiapkan, untuk bakteri E. coli kultur yang sudah ada
dilakukan subkultur selama 24 jam pada media agar darah kemudian ditumbuhkan

3
ke dalam media brain heart infusion (BHI) Broth selama 24 jam. Metode
selanjutnya pada media tersebut dilakukan sentrifugasi selama 15 menit dengan
kecepatan 5000 RPM, hasil yang didapatkan adalah pelet dan supernatan,
kemudian supernatan dibuang. Pelet dibilas dengan NaCl fisiologis dan dilakukan
sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian diulang
sebanyak 3 kali. Pelet dibuat suspensi lalu kekeruhan suspensi disesuaikan dengan
standar Mc. Farland 1 (3 x 108 CFU/ml).
Suspensi bakteri kedua yaitu M. gallinarum, bakteri ditumbuhkan pada
media Mycoplasma Broth pada suhu 37 °C dengan kondisi mikroaerofilik selama
24 jam. Metode selanjutnya pada media dilakukan sentrifugasi selama 15 menit
dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian akan didapatkan pelet dan supernatan.
Supernatan dibuang kemudian pelet dibilas lagi dengan NaCl fisiologis dan
dilakukan sentrifugasiselama 15 menit dengan kecepatan 5000 RPM, kemudian
diulang sebanyak 3 kali. Pelet dibuat menjadi suspensi dimana kekeruhan
suspensi disesuaikan dengan standar Mc. Farland 1 (3 x 108 CFU/ml).
Infeksi ayam dengan bakteri Escherichia coli dan pengobatan dengan
antibiotik D4
Pada hari ke-8 ayam diinfeksi dengan bakteri E. coli secara per oral
sebanyak 1 ml untuk kelompok kontrol + (10 ekor), kelompok perlakuan 1 (20
ekor), kelompok perlakuan 2 (20 ekor), dan kelompok perlakuan 3 (20 ekor),
setiap kelompok tersebut ditempatkan pada kandang yang berbeda. Setelah 6 jam
kelompok perlakuan 1 diobati dengan antibiotik D4, untuk kelompok perlakuan 2
pengobatan dilakukan pada hari ke-3 pasca infeksi, dan kelompok perlakuan 3
diobati pada hari ke-7 pasca infeksi.
Kontrol negatif tidak diinfeksi dan tidak diobati, sedangkan kontrol positif
diinfeksi dengan E. coli dan tidak diberi pengobatan. Pengobatan dilakukan
dengan mencampurkan 1 gram antibiotik D4 (dalam bentuk serbuk) ke dalam
ember yang berisi 6 liter air lalu dihomogenkan, kemudian air dituangkan pada
masing-masing tempat air minum.
Infeksi ayam dengan bakteri Mycoplasma gallinarum dan pengobatan dengan
antibiotik D4
Pada hari ke-8 ayam diinfeksi dengan bakteri M. Gallinarum melalui lubang
hidung sebanyak 0,5 ml untuk kelompok kontrol + (10 ekor), kelompok perlakuan
1 (20 ekor), kelompok perlakuan 2 (20 ekor), dan kelompok perlakuan 3 (20
ekor). Setiap kelompok tersebut ditempatkan dalam kandang yang berbeda.
Setelah 6 jam kelompok perlakuan 1 diobati dengan antibiotik D4, untuk
kelompok perlakuan 2 pengobatan dilakukan pada hari ke-3 pasca infeksi, dan
kelompok perlakuan 3 diobati pada hari ke-7 pasca infeksi.
Kontrol negatif tidak diinfeksi dan tidak diobati, sedangkan kontrol positif
diinfeksi dengan M. gallinarum dan tidak diberi pengobatan. Pengobatan
dilakukan dengan mencampurkan 1 gram antibiotik D4 (dalam bentuk serbuk) ke
dalam ember yang berisi 6 liter air lalu dihomogenkan, kemudian dituangkan pada
masing-masing tempat air minum.

4
Pengamatan
Ayam diamati pada pagi dan siang hari yang dimulai pada hari ke-8. Ayam
diberi makan dan minum ad libitum setiap hari. Pengamatan yang dilakukan
meliputi morbiditas dengan melihat gejala klinis, mortalitas, serta penimbangan
bobot badan sebanyak 7 kali dengan selang 2 hari. Penimbangan bobot badan
dilakukan pada hari ke-9 sampai hari ke-21. Pada pengamatan hari ke-24
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1 Persentase morbiditas dan mortalitas terhadap bakteri Escherichia coli
Hasil pengujian
Kelompok
ayam

Jumlah awal
ayam (ekor)

1
2
3
Kontrol +
Kontrol -

20
20
20
10
10

Morbiditas
Jumlah ayam
Persentase
(ekor)
(%)
0
0
0
0
0
0
10
100
0
0

Mortalitas
Jumlah ayam
Persentase
(ekor)
(%)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Tabel 2 Persentase morbiditas dan mortalitas terhadap bakteri Mycoplasma
gallinarum
Hasil pengujian
Kelompok
ayam

Jumlah awal
ayam (ekor)

1
2
3
Kontrol +
Kontrol -

20
20
20
10
10

Morbiditas
Jumlah ayam
Persentase
(ekor)
(%)
0
0
0
0
0
0
10
100
0
0

Mortalitas
Jumlah ayam
Persentase
(ekor)
(%)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Tabel 3 Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia
coli
Kelompok
ayam
1
2
3
Kontrol +
Kontrol -

1
250±57.7
200±0
225±50
200±0
217±40.8

2
375±50
325±50
250±57.7
400±0
275±46.3

Pengukuran bobot badan ke- (gram)
3
4
5
475±50
550±57.7 700±81.7
450±100
575±50
700±81.7
450±57.7 550±57.7 725±95.7
550±70.7 510±73.8 440±96.6
375±70.7 475±46.3 587±64.1

6
700±163
875±50
575±263
690±110
737±74.4

7
775±125
875±50
750±129
540±171
812±64.1

5
Tabel 4 Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Mycoplasma
gallinarum
Kelompok
ayam
1
2
3
Kontrol +
Kontrol -

1
250±57.7
225±50
225±50
200±141
187±35.4

2
275±50
275±50
275±50
250±70.7
262±51.7

Pengukuran bobot badan ke- (gram)
3
4
5
6
400±81.7
525±50
675±95.7 800±81.7
425±50
525±50
675±50
775±50
300±0
450±57.7
625±50
725±50
500±141 410±56.8 600±105 730±67.5
400±75.6 412±412 637±51.7 775±175

7
800±81.7
775±170.8
750±238
850±108
837±51.8

Pembahasan
Ayam pedaging umumnya dipanen untuk diambil karkasnya pada umur 5-6
minggu, ayam ini memiliki pertumbuhan yang cepat yaitu mampu mencapai
bobot 1-2 kg dalam kurun waktu 1-6 minggu (Rasyaf 1993). Keberhasilan
pemeliharaan ayam pedaging dapat diketahui melalui pengukuran lima parameter,
yaitu bobot badan, Feed Conversion Ratio (FCR), umur rata-rata ayam saat
dipanen, tingkat kematian (mortalitas), dan nilai indeks performa (Riza 2009).
Mortalitas merupakan perbandingan antara jumlah ternak yang mati dengan
jumlah ternak yang dipelihara (Hastuti 2008). Pengukuran mortalitas saat
melakukan pengujian terhadap suatu penyakit biasanya sejalan dengan
pengukuran morbiditas atau tingkat kesakitan.

Gambar 1. Ayam pedaging (dokumentasi penelitian)
Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia
coli
Penyakit yang disebabkan oleh E. coli disebut colibacillosis, penyakit ini
menyerang ayam pedaging dan petelur pada semua umur, tetapi lebih sering
terjadi pada umur muda (Faradilla 2013). Penyakit ini dapat timbul akibat
pengaruh imunosupresi dari penyakit Gumboro dan juga menjadi ikutan dari
penyakit pencernaan dan pernapasan lainnya, seperti chronic respiratory disease
(CRD), infectious coryza, swollen head disease, infectiouslaryngotracheitis (ILT),
dan coccidiosis (Tarmudji 2003).
Hasil pengujian antibiotik terhadap bakteri E. coli pada kelompok perlakuan

6
1 yaitu pengobatan 6 jam pasca infeksi menunjukkan tidak ada morbiditas dan
mortalitas pada ayam. Kelompok perlakuan 2 yang diobati dengan antibiotik pada
hari ke-3 pasca infeksi menunjukkan tidak adanya ayam yang sakit maupun ayam
yang mati. Kelompok perlakuan 3 yang diobati pada hari ke-7 pasca infeksi juga
menunjukkan hasil yang sama dengan kelompok perlakuan 1 dan 2, yaitu tidak
ada penyakit dan kematian pada ayam. Tingkat morbiditas dan mortalitas ayam
pada perlakuan 1, 2, dan 3 adalah 0%, hasil dari tiap perlakuan menunjukkan
bahwa pengobatan ayam yang terinfeksi bakteri E. coli efektif dilakukan antara 6
jam hingga 7 hari pasca infeksi.
Kelompok ayam kontrol negatif yang tidak diinfeksi dengan E. coli
menunjukkan tidak adaterjadi morbiditas dan mortalitas, sedangkan kelompok
ayam kontrol positif mengalami morbiditas sebesar 100%, tetapi tidak ada ayam
yang mati. Kelompok ayam kontrol positif semuanya terkena penyakit karena
tidak diberikan pengobatan antibiotik, sehingga penyakit dapat berkembang
dengan cepat. Tingkat morbiditas ayam pada tiap perlakuan adalah 0%, hasil
tersebut menunjukkan bahwa antibiotik ini efektif dalam mencegah terjadinya
penyakit pada ayam yang terinfeksi bakteri E. coli.
Pemeriksaan patologi anatomi pada ayam yang diinfeksi dengan bakteri E.
coli menunjukkan adanya enteritis ringan pada kelompok perlakuan 1, 2, dan 3
yaitu berupa adanya hiperemi ringan pada duodenum. Kelompok ayam kontrol
positif mengalami enteritis yang lebih parah dibandingkan dengan perlakuan 1, 2,
dan 3, yang ditunjukkan dengan gejala hiperemi yang lebih luas serta terjadinya
diare. Reservoir E. coli adalah pada saluran pencernaan, namun juga dapat
ditemukan pada saluran pernapasan bagian atas, kulit, dan bulu. Kelompok ayam
kontrol negatif yang tidak diinfeksi bakteri menunjukkan tidak adanya kelainan
pada saluran pencernaan maupun organ tubuh lainnya.
Morbiditas dan mortalitas ayam yang diinfeksi dengan bakteri Mycoplasma
gallinarum
Mycoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycoplasma spp. Gejala klinis penyakit ini tidak patognomonis karena sering
terjadi bersamaan dengan infeksi pathogen lainnya, sehingga sulit untuk dideteksi
dengan diagnosis biasa. Gejala klinis meliputi konjungtivitis, blepharitis, rhinitis,
tracheitis, air sacculitis, dan focal bronchopneumonia. Penyakit ini jika diikuti
dengan infeksi E. coli dapat menyerang sendi dan menyebabkan kepincangan
pada unggas (Coles 2007).
Hasil pengujian antibiotik terhadap bakteri M. gallinarum pada kelompok
perlakuan 1 yaitu pengobatan 6 jam pasca infeksi menunjukkan tidak ada
morbiditas dan mortalitas pada ayam. Kelompok perlakuan 2 menunjukkan hasil
yang sama dengan perlakuan 1, ayam yang diobati pada hari ke-3 pasca infeksi
juga tidak mengalami sakit maupun kematian. Pada kelompok perlakuan 3 tingkat
morbiditas dan mortalitas ayam sebesar 0%, tidak ada ayam yang sakit maupun
mati. Tingkat morbiditas dan mortalitas ayam pada perlakuan 1, 2, dan 3 adalah
0%, hasil tersebut menunjukkan bahwa pengobatan ayam yang terinfeksi bakteri
M. gallinarum efektif dilakukan antara 6 jam hingga 7 hari pasca infeksi.
Kelompok ayam kontrol negatif yang tidak diinfeksi dengan M. gallinarum
menunjukkan tidak ada ayam yang sakit maupun mati, sedangkan kelompok ayam
kontrol positif mengalami tingkat morbiditas sebesar 100%, tetapi tidak ada ayam

7
yang mati. Kelompok ayam kontrol positif semuanya terkena penyakit karena
tidak adanya pengobatan antibiotik, sehingga penyakit dapat berkembang dengan
cepat. Tingkat morbiditas ayam pada tiap perlakuan adalah 0%, hasil tersebut
menunjukkan bahwa antibiotik ini efektif dalam mencegah terjadinya penyakit
pada ayam yang terinfeksi bakteri M. gallinarum.
Gambaran patologi anatomi pada kelompok ayam 1, 2, dan 3 yang diinfeksi
dengan bakteri M. gallinarum menunjukkan tidak ada kelainan pada paru-paru
dan trakhea, namun organ hati tampak pucat dan rapuh. Kelompok ayam kontrol
positif mengalami kelainan pada sistem pernapasan dengan gejala berupa sesak
napas, hasil pemeriksaan patologi anatomi ditemukan adanya lendir pada hidung
serta peradangan pada organ paru-paru. Pada kelompok ayam kontrol negatif tidak
ditemukan adanya kelainan pada organ pernapasan, baik hidung maupun paruparu.
Tingkat pertumbuhan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Escherichia coli
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan bobot hidup sejak menetas
hingga mencapai bobot ukuran dewasa. Pertumbuhan terdiri atas beberapa
komponen yaitu pertambahan massa otot, ukuran tulang, lemak tubuh, bulu, kulit,
maupun organ dalam (Rose 1997). Kecepatan pertumbuhan ayam pedaging
dipengaruhi oleh tipe ayam, jenis kelamin, energi metabolisme, kandungan
protein pakan, dan suhu lingkungan (Wahju 1997). Pertambahan bobot badan
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
pemeliharaan ayam pedaging.
Hasil pengamatan terhadap bobot badan ayam yang diinfeksi dengan bakteri
Escherichia coli pada tabel 3 secara keseluruhan memperlihatkan peningkatan
bobot badan pada setiap kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan pertama
menunjukkan peningkatan bobot badan mulai dari pengamatan pertama sampai
pengamatan ketujuh, tidak ada ayam yang mengalami penurunan bobot badan.
Kelompok perlakuan kedua hampir sama dengan kelompok pertama, terjadi
peningkatan bobot badan pada pengamatan pertama sampai pengamatan keenam,
kemudian bobot badan ayam tetap hingga pengamatan ketujuh.
Kelompok perlakuan ketiga tidak jauh berbeda dengan kelompok pertama
dan kedua, rata-rata bobot badan ayam mengalami peningkatan dari pengamatan
pertama hingga pengamatan kelima, namun pada pengamatan keenam bobot
badan ayam mengalami penurunan, dan kembali meningkat pada pengamatan
ketujuh. Penurunan bobot badan ayam pada pengamatan keenam disebabkan oleh
penimbangan bobot badan yang dilakukan secara acak.
Rata-rata bobot badan ayam kontrol positif menunjukkan peningkatan pada
awal pengamatan, namun pada pengamatan keempat, kelima, dan ketujuh bobot
badan ayam mengalami penurunan. Bobot badan ayam kontrol positif mengalami
penurunan disebabkan oleh kondisi ayam yang mulai sakit. Kelompok ayam
kontrol negatif mengalami peningkatan bobot badan dari pengamatan pertama
hingga pengamatan ketujuh. Kelompok ayam kontrol negatif tidak diinfeksi
bakteri sehingga ayam dapat tumbuh secara normal.
Tingkat pertumbuhan ayam yang diinfeksi dengan bakteri Mycoplasma
gallinarum
Rata-rata bobot badan ayam yang diinfeksi bakteri Mycoplasma gallinarum

8
pada tabel 4 menunjukkan peningkatan yang hampir sama pada setiap kelompok
perlakuan. Kelompok perlakuan pertama dan kedua menunjukkan peningkatan
bobot badan ayam pada pemeriksaan pertama sampai pemeriksaan keenam, dan
tidak berubah pada pemeriksaan ketujuh. Kelompok perlakuan ketiga
menunjukkan pertambahan bobot badan ayam terus meningkat dari pengamatan
pertama hingga pengamatan terakhir.
Kelompok ayam kontrol positif mengalami peningkatan bobot badan pada
pemeriksaan pertama sampai pemeriksaan ketiga, pada pemeriksaan keempat
terjadi penurunan bobot badan dan kembali meningkat pada pemeriksaan
selanjutnya. Penurunan bobot badan ayam pada pemeriksaan keempat disebabkan
olehpenimbangan bobot badan yang dilakukan secara acak. Kelompok ayam
kontrol negatif menunjukkan peningkatan bobot badan dari pemeriksaan pertama
hingga pemeriksaan terakhir. Kelompok ayam kontrol negatif tidak diinfeksi
bakteri sehingga ayam dapat tumbuh dengan normal bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif.
Enrofloxacin
Antibiotik D4 yang digunakan mengandung enrofloxacin yang merupakan
antibiotik golongan quinolone. Enrofloxacin banyak digunakan untuk pengobatan
bakteri Gram positif dan negatif karena memiliki aktivitas bakterisidal dan
spektrum yang luas (Anadon dan Larranaga 1995). Enrofloxacin sering digunakan
untuk mengatasi salmonellosis, colibacillosis, dan CRD pada ayam. Menurut
Soeripto (2009) pengobatan Mycoplasmosis biasanya dilakukan dengan
menggunakan antibiotik makrolid seperti tiamulin, tylosin, lincomycin,
oxytetrasiklin, dan enrofloxacin.
Enrofloxacin sensitif terhadap beberapa bakteri yaitu Mycoplasma
gallisepticum, Salmonella sp., Pasteurella multocida, dan Haemophilus
paragallinarum (Bauditz 1987). Enrofloxacin memiliki daya kerja menghambat
replikasi bakteri dengan cara menghambat kerja enzim DNA gyrase (Vancutsemet
al. 1989). Enrofloxacin berkhasiat terhadap organisme yang resisten terhadap
antibiotik beta lactam, aminoglikosida, tetrasiklin, folat antagonis, dan makrolida
(Tjay dan Raharja 2000).
Penggunaan enrofloxacin pada ayam menjadi pilihan utama dalam
menanggulangi infeksi saluran pernafasan dan pencernaan sehingga kadangkadang penggunaannya menjadi tidak terkendali (Andriyanto 2010). Penggunaan
antibiotik secara berlebihan dan tidak selektif akan meningkatkan kemampuan
bakteri untuk bertahan dan menjadi resisten (Craig dan Stitzel 2005). Bakteri
resisten menyebabkan penggunaan antibiotik menjadi tidak efektif, sehingga dapat
menghambat pengendalian dan pengobatan penyakit. Peternak ayam harus hatihati dan selektif dalam menggunakan antibiotik (Murtidjo 2008).

9

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan bahwa
antibiotik D4 yang mengandung bahan aktif enrofloxacin efektif diberikan pada
bakteri Escherichia coli dan Mycoplasma gallinarum dilihat dari persentase
kejadian morbiditas dan mortalitasnya. Pada kelompok ayam yang diinfeksi
dengan bakteri E. coli, waktu pemberian antibiotik antara 6 jam sampai 7 hari
pasca infeksi terbukti efektif dalam mencegah penyakit, demikian juga kelompok
ayam yang diinfeksi dengan bakteri M. gallinarum. Rata-rata bobot badan ayam
menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian antibiotik terhadap perubahan bobot
badan ayam.

Saran
Penggunaan antibiotik harus memperhatikan dosis serta waktu pemberian
yang tepat agar didapatkan hasil yang optimum dan berkurangnya jumlah residu
dari antibiotik tersebut pada ayam.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Jakarta (ID):
Agromedia Pustaka.
Anadon A, Larranaga M. 1995. Pharmacokinetics and Residues of Enrofloxacin in
Chickens. Am JVetRes. 56(4).
Andriyanto. 2010. Pengaruh penambahan bio adenosin triphosphat terhadap profil
kinetik dan efektivitas enrofloksasin dalam mengatasi Coxiella burnetti [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Barnes HJ, Gross WB. 1997. Diseases of Poultry. 10th ed. IA (US): Iowa State
University Press.
Bauditz R. 1987. Result of Clinical Studies with Baytril in Poultry. Vet Med. Rev.
2:122.
Coles BH. 2007. Essensial of Avian Medicine and Surgery. Ames (US). Blackwell
Pub Ltd.
Craig CR, Stitzel RE. 2005. Modern Pharmacology with Clinical Application. 5th
Edition. Newyork (US): Little Brown and Company.
Faradilla K. 2013. Efikasi antibiotik D-1 terhadap bakteri Escherichia coli dan
Mycoplasma gallinarum pada ayam pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hastuti P. 2008. Pengaruh penggunaan bubuk bawang putih (Allium sativum)
dalam ransum terhadap performa ayam kampung yang diinfeksi cacing
Ascaridia galli [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor.

10
Murtidjo BA. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Murtidjo BA. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Rasyaf M. 1992. Produksi dan Pemberian Ransum Unggas. Yogyakarta (ID):
Kaninus.
Rasyaf M. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Rasyaf M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Riza F. 2009. Pengaruh vaksinasi Infectious Bursal Disease inaktif terhadap
kinerja ayam pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
Rose SP. 1997. Principle of Poultry Science. CAB International. Biddles Ltd.
Guildford.
Soeripto. 1988. Natural Mycoplasma gallisepticum Infection in Tegal Duck.
Bogor.
Soeripto. 2009. Chronic respiratory disease (CRD) pada ayam. Wartazoa.
19(3):134-142.
Solomon IA. 1978. Antibiotics in Animal Feeds-Human and Animal Safety
Issues. J Anim Sci. 46:1360-1368.
Tarmudji. 2003. Kolibasilosis pada ayam: etiologi, patologi, dan
pengendaliannya. Wartazoa. 13(2):65-73.
Tjay TH, Raharja K. 2000. Obat-Obat Penting. Depkes RI. Jakarta (ID):
Gramedia.
Vancutsem PM, Babish JG, and WS Scchwark. 1989. The Fluoroquinolone
Antimicrobials: Structure, Antimicrobial, Activity, Pharmacokinetics, Clinical
Use in Domestic Animals and Toxicity. Cornell Vet. 80:173-186.
Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.

11
Lampiran 1 Gambaran patologi anatomi kelompok ayam yang diinfeksi bakteri
Escherichia coli

Kontrol +
Keterangan: Hiperemi pada duodenum

Kelompok Perlakuan 1
Keterangan : Hiperemi ringan pada duodenum

12

Kelompok Perlakuan 2
Keterangan : Hiperemi ringan pada duodenum

Kelompok Perlakuan 3
Keterangan : Hiperemi ringan pada duodenum

13
Lampiran 2 Gambaran patologi anatomi kelompok ayam yang diinfeksi bakteri
Mycoplasma gallinarum

Kontrol +
Kontrol +
Keterangan : Kerusakan pada organ paru-paru

Perlakuan 1
Keterangan : Organ hati pucat dan rapuh

14

Perlakuan 2
Keterangan :Organ hati pucat dan rapuh

Perlakuan 3
Keterangan : Trakhea tidak ada kelainan

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Solok pada tanggal 20 Mei 1991. Penulis merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara, dari ayah bernama Drs. Ernurzal, M.Ag dan ibu
bernama Lili Hasda S.Pd.
Penulis mengawali pendidikan pertama di TK Bhayangkari Kota Solok yang
diselesaikan pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri
02 Aro Kota Solok pada tahun 1997 hingga 2003. Tahun 2006 Penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Solok dan
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Solok hingga tahun 2009. Pada tahun
2009 penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah menjadi anggota
Himpro Ruminansia pada tahun 2011/2012 dan anggota BEM FKH divisi BOS
pada tahun 2011/2012. Penulis juga pernah menjadi pengurus IPMM divisi BOS
pada tahun 2010/2011, serta aktif dalam beberapa kepanitiaan di kampus. Penulis
mendapatkan beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) dari semester lima
hingga semester delapan.