Perbaikan Teknik Grafting Manggis (Garcinia mangostana L )

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

SOFIANDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

i

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
tesis yang berjudul:

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan bimbingan komisi pembimbing,
kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah
dipublikasikan dan diajukan untuk memperoleh gelar apapun di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, Mei 2006
Yang membuat pernyataan

Sofiandi
NRP351020201

ii

ABSTRAK
SOFIANDI. Perbaikan Tek nik Grafting Manggis (Garcinia mangostana L.).
Di bawah bimbingan ROEDHY POERWANTO sebagai Ketua Komisi dan
MOHAMAD REZA TIRTAWINATA sebagai Anggota.
Bibit manggis (Garcinia mangostana L.) yang selama ini diperbanyak melalui
grafting memiliki kelemahan yaitu pertumbuhannya lambat. Teknik grafting yang
biasa digunakan adalah dengan sambung celah pada posisi entris 1 ruas (bidang
sambungan yang bertautan sama -sama pada ruas). Untuk mempelajari lambatnya
pertumbuhan tersebut, dilakukan penelitian mengenai beberapa teknik grafting yang
dikombinasikan dengan beberapa posisi entris pada bagian buku dan ruas. Penelitian

ini bertujuan untuk mendapatkan suatu teknik grafting dan posisi entris yang tepat
dengan memperhatikan penampang anatomi jaringan batang atas dan batang bawah
sehingga akan dihasilkan bibit sambung yang pertumbuhannya lebih baik. Penelitian
dilaksanakan sejak bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006 bertempat di Kebun
Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian Buah-Buaha n Tropika
menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor dan 4 ulangan.
Faktor pertama adalah teknik grafting yang terdiri dari 7 jenis (sambung celah
? -beda, sambung celah ? -sama, sambung celah V, sambung diagonal tanpa selang,
sambung diagonal dengan selang, sambung horizontal dengan selang dan sambung
horizontal dengan pasak) dan faktor kedua adalah posisi entris yang terdiri dari
7 jenis (¾ ruas, 1 ruas, buku ke-2 dan 1¼ ruas).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik sambung celah (diameter entris
dan batang bawah berbeda) dan teknik sambung celah (diameter entris dan batang
bawah sama) mengalami pecah tunas paling cepat dibandingkan dengan teknik
sambung celah V dan diagonal. Akan tetapi pertumbuhan selanjutnya teknik sambung
celah V dan diagonal mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari teknik sambung
celah. Selain itu teknik sambung celah V dan diagonal yang dikombinasikan dengan
posisi sambungan pada buku dapat meningkatkan pembentukan jaringan pembuluh
baru pada pembuluh batang atas dan pembuluh batang bawah. Sedangkan dari ketiga
perlakuan tersebut terbukti teknik sambung celah V yang lebih berpengaruh nyata

terutama dalam peningkatan panjang tunas, jumlah daun, bobot basah daun, bobot
kering daun, bobot kering akar, nisbah daun/akar, kandungan nitrogen akar dan laju
fotosintesis.
Posisi entris buku kedua (entris dan batang bawah disambung sama -sama
pada bagian buku) ternyata lebih unggul dibandingkan dengan posisi lainnya, terbukti
pertumbuhannya lebih baik dan menunjukkan perbedaan nyata pada peubah panjang
tunas, diameter tunas, jumlah daun, luas daun, bobot basah dan bobot kering daun
dan akar, kandungan nitrogen akar, nisbah C/N daun dan laju fotosintesis.
Interaksi teknik grafting dan posisi entris, terbaik ditunjukkan pada teknik
sambung celah (?-beda dan ? -sama) pada posisi 1¼ ruas, sambung celah V dan
diagonal (tanpa selang maupun dengan selang) pada posisi buku.

iii

© Hak cipta milik Sofiandi, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, foto copi, mikro film, dan sebagainya


iv

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

SOFIANDI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

v

Judul Tesis
Nama

NRP

: Perbaikan Teknik Grafting Manggis (Garcinia mangostana L.)
: Sofiandi
: A351020201

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc.
Ketua

Dr. Ir. Mohamad Reza Tirtawinata, M.S.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S.

Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian: 24 Mei 2006

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Perbaikan
Teknik Grafting Manggis (Garcinia mangostana L.)” ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1 Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc sebagai ketua komisi pembimbing dan
Dr. Ir. Mohamad Reza Tirtawinata, M.S sebagai anggota komisi pembimbing atas
segala bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan penelitian dan

penyusunan tesis ini.
2 Dr. Ir. M Rahmad Suhartanto yang telah berkenan menjadi penguji luar komisi
atas saran dan masukannya.
3 Bupati dan Sekretaris Daerah serta Kepala Kantor Kepegawaian Daerah dan
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kapuas Hulu atas dukungan
dana beasiswa dan izin pendidikan magister sains ini.
4 Kementerian Riset dan Teknologi dan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika
(PKBT) IPB, yang telah memberikan dana penelitian sehingga penelitian ini
dapat terlaksana dengan baik.
5 Dr. Ir. Sobir, M.Si selaku kepala dan seluruh staf serta peneliti Pusat Kajian
Buah-Buahan Tropika atas bantuan, diskusi dan keramahtamahannya.
6 Ibunda Hj. Wahjah dan ibu mertua Dorma, almarhum ayahnda Sholihin HM
Yusuf dan bapak mertua Ahmad serta seluruh keluarga atas doa dan bantuan yang
telah diberikan.
7 Istri tercinta Wakilah dan anak-anak tersayang Safrie Maulidin, Rizka Syafira dan
Putri Rahmatin Nabila atas pengorbanan, ketulusan, kesabaran dan pengertian
yang telah diberikan selama menyelesaikan pendidikan.
8 Bapak Sulaiman dan bapak Ibram serta seluruh karyawan Kebun Percobaan Pusat
Kajian Buah-Buahan Tropika Tajur atas bantuannya selama penelitian.


vii

9 Bapak Ujang Hapid di Herbarium Bogoriense dan ibu Heti di Balai Besar
Pascapanen atas bantuan pembuatan preparat anatomi jaringan dan analisis
kandungan hara serta bapak Arief di Lab Produksi Biotrop dan Bapak Joko di Lab
Ekofisiologi Faperta IPB atas bantuan dan pelayanan selama penulis
menggunakan fasilitas laboratorium.
10 Direktur dan staf Taman Buah Mekarsari yang telah memberikan izin pemakaian
alat dan bahan serta membantu penulis sebelum dan selama penelitian.
11 Bapak Salafudin dan ibu Eti di Kantor Kepegawaian Daerah Kapuas Hulu serta
saudara Saparin di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kapuas Hulu
atas bantuannya selama pendidikan.
12 Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama
pendidikan, penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya dan
mudah-mudahan Allah SWT meninggikan derajat orang-orang yang menuntut ilmu
bukan karena riya’ dan tidak pula meninggalkannya karena malu.

Bogor, Mei 2006


Sofiandi

viii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pemangkat, Kalimantan Barat pada tanggal 21 Januari
1964 dari ayah Sholihin HM Yusuf dan ibu Hj Wahjah. Penulis merupakan anak
ketujuh dari delapan bersaudara.
Tahun 1984 penulis lulus dari SMA Negeri Pemangkat dan pada tahun yang
sama melanjutkan pendidikan S-1 pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak dan lulus tahun 1990. Selanjutnya
tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan program pascasarjana pada Program
Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai staf Subdin Produksi dan merangkap staf Satgas
Hortikultura pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Barat tahun
1991 hingga 1992,

sebagai tenaga teknis Balai Benih Induk Hortikultura Prop.

Kalimantan Barat tahun 1992 hingga 1993. Pada tahun 1993 hingga 1994, sebagai

staf Produksi dan Perluasan Areal di Cabdin Pertanian Tanaman Pangan Kab.
Sambas. Tahun 1994 hingga 1995 sebagai Penyuluh Pertanian Spesialis, tahun 1995
hingga 1997 sebagai staf Penyuluhan dan Usahatani, tahun 1997 hingga 1998 sebagai
Plt. Kepala Seksi Penyuluhan dan Usahatani, tahun 1998 hingga 2000 sebagai Plt.
Kepala Seksi Produksi dan Perluasan Areal dan tahun 2000 hingga 2001 sebagai
Kepala Seksi Produksi dan Perluasan Areal pada Cabang Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kab. Kapuas Hulu. Pada tahun 2001 hingga 2002 sebagai Kepala Sub Bagian
Program pada Dinas Pertanian dan Irigasi Kabupaten Kapuas Hulu. Pada tahun 1996
hingga 2000, penulis juga diberi kepercayaan sebagai Kepala Sekolah Pertanian
Pembangunan (SPP) Daerah Kabupaten Kapuas Hulu.
Penulis menikah dengan Wakilah pada tahun 1998 dan dikaruniai satu putra
dan dua putri yaitu Safrie Maulidin, Rizka Syafira dan Putri Rahmatin Nabila.

ix

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………

xii


DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………

xv

PENDAHULUAN .…………………………………………………………….
Latar Belakang ………………………………………………………………
Tujuan Penelitian ……………………………………………………………
Hipotesis …………………………………………………………………….

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………...
Botani Manggis ……………………………………………………………...
Syarat Tumbuh Manggis …………………………………………………….
Teknik Grafting ……………………………………………………………...
Pertautan Batang Atas dan Batang Bawah ………………………………. ...

5
5
6
7
8

BAHAN DAN METODE ……………………………………………………….
Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………………….
Bahan dan Metode Penelitian ……………………………………………....
Pelaksanaan Penelitian ………………………………………………………
Pengamatan ………………………………………………………………….

10
10
10
13
16

HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………

21

Hasil …………………………………………………………………………

21

Persentase Bibit Jadi …………………………………………………..

22

Waktu Pecah Tunas ……………………………………………………

23

Panjang Tunas …………………………………………………………

24

Diameter Tunas ………………………………………………………..

25

Jumlah Daun …………………………………………………………..

26

Luas Daun ……………………………………………………………..

27

Bobot Basah dan Nisbah Daun/Akar ………………………………….

28

Bobot Basah Daun …………………………………………………..

28

Bobot Basah Akar …………………………………………………..

29

Nisbah Daun/Akar …………………………………………………..

30

x

Bobot Kering …………………………………………………………

31

Bobot Kering Daun …………………………………………………

31

Bobot Kering Akar …………………………………………………

33

Kandungan Hara dan Nisbah C/N …………………………………..

34

Kandungan Karbohidrat Total Daun ………………………………

34

Kandungan Nitrogen Daun ………………………………………

36

Kandungan Karbohidrat Total Akar ………………………………

37

Kandungan Nitrogen Akar …………………………………………

39

Nisbah C/N Daun ………………………………………………….

41

Nisbah C/N Akar ………………………………………………… .

42

Aktivitas Fotosintesis ……………………………………………… .

44

Laju Fotosintesis ………………………………………………….

44

Laju Transpirasi …………………………………………………..

45

Anatomi Jaringan …………………………………………………….

46

Pembahasan ………………………………………………………………..

51

KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………

57

Kesimpulan ………………………………………………………………….
Saran ………………………………………………………………………...

57
57

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...

58

LAMPIRAN ……………………………………………………………………..

61

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Ringkasan sidik ragam penelitian pengaruh Perbaikan Teknik
Grafting Manggis (Garcinia mangostana L) ….…………………………

22

2 Persentase bibit jadi dari interaksi antara teknik grafting (T) dan
posisi entris (P) ..…………………………………………………………….

23

3 Pengaruh interaksi teknik grafting dan posisi entris terhadap bobot
basah daun …..………………………………………………………………

29

4 Pengaruh interaksi teknik grafting dan posisi entris terhadap bobot
kering daun ………………………………………………………………..

32

5 Pengaruh interaksi teknik grafting dan posisi entris terhadap
kandungan karbohidrat total daun …...………………………………………

35

6 Pengaruh interaksi teknik grafting dan posisi entris terhadap
kandungan nitrogen daun ...…………………………………………………. 36
7 Pengaruh interaksi teknik grafting dan posisi entris terhadap
kandungan karbohidrat total akar ………………………….………………..

38

8 Pengaruh interaksi teknik grafting dan posisi entris terhadap
kandungan nitrogen akar ……………………………………………………. 40
9 Pengaruh interaksi teknik grafting dan posisi entris terhadap
nisbah C/N daun …………………………………………………………….. 42
10 Pengaruh interaksi teknik grafting dan posisi entris terhadap
nisbah C/N akar ...……………………………………………………………

43

11 Posisi entris yang tepat pada masing- masing teknik grafting ………………

50

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Penampang melintang entris orthotrop (kiri) dan plagiotrop (kanan) …….....

2

2 Bagan alur penelitian Perbaikan Teknik Grafting Manggis ………………….

4

3 Ilustrasi teknik grafting ………………………………………………………

12

4 Posisi entris ………………………………………………………………….

12

5 Batang bawah siap sambung umur 2 tahun (kiri) dan pohon induk (kanan)
sebagai sumber entris (batang atas) …………………………………………. 13
6 Pecah tunas sempurna (kiri) dan tunas dorman (kanan) …………………….. 17
7 Leaf Chamber Analyser (kiri) dan pengambilan gambar anatomi jaringan
dengan mikroskop cahaya dan kamera digital (kanan) …….…….................. 19
8 Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap waktu
pecah tunas …………………………………………………..………………

24

9 Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap panjang
tunas pada 28 MSS ………………………………………………………….. 25
10 Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap diameter
tunas pada 28 MSS ………………………………………………………….. 26
11 Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap jumlah
daun pada 28 MSS …………………………………………………………..

27

12 Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap luas
daun pada 28 MSS …………………………………………………………..

28

13 Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap bobot
basah akar pada 28 MSS …………………………………………………….

30

14 Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap nisbah
daun/akar pada 28 MSS …………………………………………………….

31

15 Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap bobot
kering akar pada 28 MSS ……………………………………………………

33

xiii

16

Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap
laju fotosintesis pada 28 MSS …………………………………………….. 44

17

Pengaruh teknik grafting (kiri) dan posisi entris (kanan) terhadap
laju transpirasi pada 28 MSS ……………………………………………… 45

18

Penampang melintang (kiri) dan bidang pertautan sambungan batang
atas dan batang bawah (kanan) pada teknik sambung celah V pada
posisi buku ke-2 …………………………………………………………… 47

19

Penampang melintang (kiri) dan bidang pertautan batang atas dan
batang bawah (kanan) pada teknik sambung diagonal tanpa selang
pada posisi buku ke-2 ……………………………………………………… 48

20

Penampang melintang (kiri) dan bidang pertautan batang atas dan
batang bawah (kanan) pada teknik sambung diagonal dengan selang
pada posisi buku ke-2 ……………………………………………………… 48

21

Penampang melintang (kiri) dan bidang pertautan batang atas dan
batang bawah (kanan) pada teknik sambung celah (? sama)
pada posisi 1 ruas ………………………………………………………….. 49

22

Penampang melintang (kiri) dan bidang pertautan batang atas dan
batang bawah (kanan) pada teknik sambung celah (? beda )
pada posisi 1 ruas ………………………………………………………….. 49

xiv

LAMPIRAN
Halaman
1 Prosedur analisis kandungan karbohidrat total

….………………………… 62

2 Prosedur analsis kandungan nitrogen ……………………………………….

63

3 Sidik ragam peubah persentase bibit jadi sampai 28 MSS ….………………

64

4 Sidik ragam peubah waktu pecah tunas …………………………………….

64

5 Sidik ragam peubah panjang tunas 28 MSS ………………………………..

65

6 Sidik ragam peubah diameter tunas 28 MSS ………………………………

65

7 Sidik ragam peubah jumlah daun 28 MSS …………………………………

66

8 Sidik ragam peubah luas daun 28 MSS ……………………………………

66

9 Sidik ragam peubah bobot basah daun 28 MSS ……………………………

67

10 Sidik ragam peubah bobot basah akar 28 MSS ……………………………

67

11 Sidik ragam peubah nisbah daun/akar 28 MSS ……………………………

68

12 Sidik ragam peubah bobot kering daun 28 MSS …………………………..

68

13 Sidik ragam peubah bobot kering akar 28 MSS ……………………………

69

14 Rata-rata hasil analisis kandungan hara daun dan akar manggis umur
28 MSS …………………………………………………………………….

70

15 Sidik ragam peubah kandungan karbohidrat total daun 28 MSS ………….

71

16 Sidik ragam peubah kandungan nitrogen daun 28 MSS …………………..

71

17 Sidik ragam peubah kandungan karbohidrat total akar 28 MSS …………..

72

18 Sidik ragam peubah kandungan nitrogen total akar 28 MSS …………….

72

19 Sidik ragam peubah nisbah C/N daun 28 MSS ……………………………

73

20 Sidik ragam peubah nisbah C/N akar 28 MSS …………………………….

73

21 Sidik ragam peubah laju fotosintesis 28 MSS ……………………………..

74

22 Sidik ragam peubah laju transpirasi 28 MSS ………………………………

74

23 Rata-rata kandungan karbohidrat total dan nitrogen pada posisi entris
1 ruas, ¾ ruas, buku ke-2 dan1¼ ruas ……………………………………..

75

24 Rata-rata waktu yang diperlukan dalam melakukan penyambungan
pada masing- masing teknik grafting ………………………………………

76

xv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Umumnya bibit manggis yang tersedia saat ini berasal dari biji yang masa
remajanya panjang. Tanaman yang diperbanyak dari biji baru dapat menghasilkan
buah pada umur 8–15 tahun (Samson 1989). Perbanyakan bibit dengan cara sambung
pucuk merupakan langkah yang tepat dalam upaya mempercepat tanaman manggis
berbuah. Dengan cara ini tanaman manggis bisa mulai berproduksi pada umur
5 tahun (Poerwanto 2002).
Permasalahan sekarang yang dihadapi adalah pertumbuhan bibit sambung
lebih lambat dibandingkan dengan bibit dari biji. Rukayah dan Zabedah (1992)
menyatakan bahwa bibit sambung menyebabkan pertumbuhan manggis lebih lambat
dan tanaman menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan bibit dari biji.
Dari hasil penelitian Tirtawinata (2003), telah diketahui penyebab lambatnya
pertumbuhan bibit sambung manggis tersebut antara lain karena adanya perbedaan
struktur anatomis dan kondisi penampang antara entris dan batang bawah. Perbedaan
struktur anatomis dan kondisi penampang ini disebabkan karena adanya lingkaran
jaringan pembuluh yang tidak sama antara batang bawah dan entris. Penyebab
perbedaan ini dikarenakan bahan entris yang digunakan untuk penyambungan berasal
dari tunas plagiotrop. Alasan menggunakan tunas plagiotrop karena selain cabangcabangnya rendah dan mudah diambil, juga jumlah entrisnya lebih banyak
dibandingkan dengan entris yang berasal dari tunas orthotrop. Akan tetapi
permasalahan penggunaan entris dari cabang plagiotrop adalah adanya lingkaran
jaringan pembuluh yang mengalami disorientasi akibat pemelintiran batang sehingga
kondisi ini akan mempersulit usaha untuk mendapatkan kontak kambium yang
optimal antara entris dengan batang bawah (Gambar 1). Karena itu untuk
mendapatkan kontak kambium yang optimal tersebut perlu dicari posisi entris yang
tepat untuk penyambungan, baik pada posisi ruas maupun pada buku sehingga

2

pertautan akan terjadi antara bagian ruas batang atas dengan ruas batang bawah dan
bagian buku batang atas dengan buku batang bawah.

Gambar
1. (a)
Penampang
melintang
orthotrop
(kiri) dan plagiotrop (kanan)
Gambar 1.
tunas orthotrop
dan entris
(b) tunas
plagiotrop
(Sumber:
Tirtawinata
2003).
(Sumber: Tirtawinata MR 2003).

Selain posisi entris yang tepat maka untuk mendapatkan kontak menyeluruh
antara entris dengan batang bawah perlu dicari suatu teknik penyambungan yang
tepat pula. Ada tiga model sambungan yang dapat menghasilkan kontak menyeluruh
yaitu sambungan dengan irisan horizontal, sambungan dengan irisan diagonal (splice
graft), serta sambungan dengan irisan V-ganda (Tirtawinata 2003). Namun modelmodel sambungan ini dalam prakteknya sulit dilakukan dilapangan karena: pertama,
posisi entris yang mudah goyah sehingga menggagalkan terjadinya pertautan; kedua,
cara mengikat entris dengan batang bawah cukup sulit; dan ketiga, membentuk
irisan-V pada batang bawah yang sulit dan tidak praktis.
Untuk mengatasi posisi entris yang mudah goyah selain dibalut dengan plastik
pembalut juga menggunakan selang plastik dan menggunakan pasak di tengah
empulur dan memperpanjang bidang sayatan sambungan serta pengirisan batang
bawah dan entris dengan menggunakan cetakan penyambungan. Pada penelitian ini,
teknik grafting yang digunakan adalah teknik sambung celah, celah V, diagonal dan
horizontal (Bagan alur pikir penelitian ini disajikan pada Gambar 2.

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu teknik grafting dan posisi
entris yang tepat dengan memperhatikan penampang anatomi jaringan batang atas
dan batang bawah sehingga akan dihasilkan bibit grafting yang pertumbuhannya lebih
baik

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapatnya teknik
grafting dan posisi entris yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan bibit manggis
hasil sambungan.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Manggis
Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae
yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya,
Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam hingga kepulauan Maluku (Cox 1988).
Tinggi tanaman manggis berkisar antara 6–25 meter dengan bentuk batang
lurus (Morton 1987), memiliki percabangan yang banyak dengan bentuk cabang yang
teratur bersudut 180o pada cabang yang berhadapan dan 90o pada cabang berikutnya.
Diameter batang dapat mencapai 35 cm. Kulit batang berwarna coklat tua sampai
hitam kusam, mengeluarkan getah kuning yang disebut gumosis bila terluka (Khalid
& Rukayat 1993).
Daun manggis mempunyai lebar antara 4.5–10 cm dengan panjangnya 9–25
cm (Verheij 1992). Kedudukannya pada ranting berpasangan dengan bentuk daun
bulat panjang (Steenis 1975). Daun yang berhadapan posisi tangkainya tampak
menjepit ranting. Permukaan atas daun mengkilap, licin, tebal dan berwarna hijau
muda sampai hijau tua sedangkan bagian bawahnya berwarna hijau muda sampai
sampai kekuningan dan umumnya daun muda berwarna merah muda (Cox 1988).
Bunga mempunyai lebar 4–5 cm (Morton 1987), memiliki sepal berwarna
hijau dengan semburat warna merah kekuningan di bagian dalamnya (Heyne 1987).
Bunga manggis terletak di dekat ujung-ujung ranting dekat daun yang memiliki
empat sepal dan empat petal yang berwarna merah atau merah muda (Steenis 1975).
Sepal tetap melekat pada bunga hingga buah menjadi matang (Whitmore 1973).
Buah manggis mempunyai bentuk bulat, berukuran 3.5–7 cm dengan kulit
buah berwarna ungu kehitaman pada waktu matang (Popenoe 1974). Buah akan
terdapat bercak kuning merah muda apabila kulitnya terluka. Bagian dalam buah
terdiri dari 5–8 bagian buah yang berwarna putih, dengan lebar 1.3–2.5 cm dan
panjang sekitar 3.8 cm (Stephens 1935).

5

Biji manggis merupakan biji apomiksis yang terbentuk dari sel-sel nucelus
pada buah partenokarpi (Verheij & Coronel 1991). Biji manggis termasuk biji yang
rekalsitran, sehingga pada keadaan yang kurang lembab akan berakibat terhadap
kematian biji (Roberts 1973).

Syarat Tumbuh Manggis
Tanaman manggis secara alami tersebar pada daerah sampai 10 oLU-10 oLS,
bila di tanam di luar daerah tersebut tanaman manggis akan tertekan pertumbuhannya
karena tanaman manggis membutuhkan iklim yang khas (Cox 1988). Di daerah
tropis tanaman manggis dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-800 m di atas
permukaan laut tetapi semakin tinggi tempat tumbuh akan semakin lambat
pertumbuhannya dan semakain lama permulaan berbunganya (Verheij 1992).
Menurut Chandler (1958) ketinggian optimum agar tanaman manggis dapat tumbuh
dengan baik adalah 460–610 m di atas permukaan laut.
Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman manggis berkisar
25–35 oC. Pada suhu di bawah 20 oC pertumbuhannya terhambat dan suhu di bawah
5 oC dan di atas 38 oC menyebabkan kematian tanaman. Kelembaban udara optimal
untuk tanaman manggis ialah sekitar 80% (Verheij & Coronel 1991).
Tanaman manggis membutuhkan curah hujan sekitar 1 500 mm per tahun dan
tersebar merata sepanjang tahun (Cox 1988). Menurut Samson (1989) untuk
pertumbuhan yang baik tanaman manggis membutuhkan curah hujan lebih dari
100 mm per bulan dengan musim kering yang pendek untuk menstimulir
pembungaan. Meskipun demikian tanaman manggis dapat pula tumbuh baik pada
tempat-tempat yang air irigasi tersedia pada musim kemarau (Coronel 1986).
Dikemukakan pula oleh Popenoe (1974) bahwa selain keadaan iklim maka kondisi
tanah yang baik sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman manggis. Menurut
Hume (1947) tanaman manggis akan tumbuh baik pada tanah lempung berpasir
dengan bahan organik tanah yang tinggi, disamping itu untuk pertumbuhan yang
optimum tanah harus subur dan mempunyai drainase yang baik, air tanahnya harus

6

dangkal dengan kedalaman 2–3 meter dari permukaan tanah dan dijaga agar tanah
tidak sampai kering.

Teknik Grafting
Grafting (penyambungan) merupakan upaya menggabungkan dua jenis
tanaman atau lebih sehingga tanaman yang disambung akan menjadi satu tanaman
baru. Manfaat perbanyakan tanaman dengan cara grafting ini adalah untuk
mengekalkan sifat klon yang tidak dapat dilakukan dengan cara perbanyakan tanaman
lainnya, memperoleh sifat unggul dari batang bawah dan batang atas, memperbaiki
jenis tanaman yang telah tumbuh, mempercepat produksi tanaman, memperbaiki
bagian yang rusak, mempelajari penyakit yang berasal dari virus dan mengubah
kebiasaan pertumbuhan (Hartmann et al. 1997).
Menurut Hartmann et al. (1997) grafting dapat dilakukan dengan empat cara
yaitu :
1

Detached Scion Grafting yaitu penyambungan antara batang bawah dan dengan
batang atas yang diambil dari bagian tanaman lain yang lepas dari akarnya.

2

Approach Grafting yaitu batang bawah dan batang atas tanaman masing-masing
masih berhubungan dengan sistem perakarannya. Umumnya cara ini dilakukan
bila penyambungan sulit dilakukan dengan cara-cara lainnya.

3

Inarching yaitu menyisipkan tanaman muda ke dalam batang tanaman tua.
Grafting dilakukan agar tanaman yang telah tua dapat dibantu pertumbuhannya
dalam mengambil zat makanan oleh tanaman muda yang disambungkan.

4

Bridge Grafting yaitu memasukkan potongan batang atas sehingga ujungnya
dapat disisipkan pada kedua tepi kulit kayu yang telah diratakan yang
menghubungkan antara daerah batang yang luka pada batang bawah.
Penyambungan ini bertujuan untuk menghubungkan jaringan yang terpisah pada
batang akibat kerusakan.
Grafting pada tanaman manggis dilakukan untuk memperpendek masa remaja

(juvenil) tanaman. Sebelumnya telah dilakukan perbanyakan vegetatif dengan
cangkok dan stek namun mengalami kegagalan. Perbanyakan dengan mata tunas sulit

7

dilakukan karena kulit manggis tidak dapat dilepas, sementara perbanyakan dengan
mata berkayu menghasilkan tanaman dengan tunas yang tetap dorman. Perbanyakan
dengan penyusuan berhasil namun tidak efisien karena membuang banyak cabang.
Perbanyakan yang paling sesuai dan hemat dalam penggunaan cabang adalah
penyambungan dengan cara sambung pucuk (Sunarjono 1988).
Verheij (1992) menyatakan bahwa perbanyakan manggis melalui sambungan
dapat memperpendek masa juvenil namun pertumbuhan lambat dengan ukuran buah
cenderung lebih kecil. Rukayah dan Zabedah (1992) juga sependapat bahwa bibit
sambung menyebabkan pertumbuhan manggis lebih lambat dan tanaman menjadi
lebih kerdil dibandingkan dengan bibit yang diperbanyak melalui biji (seedling).
Melihat permasalahan di atas, maka penyebab lambatnya pertumbuhan
manggis dari bibit sambungan tersebut antara lain dikarenakan adanya perbedaan
struktur anatomis dan kondisi fisiologis bidang sambungan yang tidak sama antara
batang atas dan batang bawah. Tirtawinata (2003) menjelaskan bahwa dengan bentuk
penampang entris yang oval maka penentuan sisi yang diiris pada pangkal entris
menjadi sangat penting pada saat penyambungan. Hal ini berkaitan dengan dua hal
yaitu: pertama, diameter entris harus sama atau sedikit lebih kecil dari diameter
batang bawahnya; dan kedua, posisi kambium entris harus diusahakan tepat
menempel dengan kambium batang bawahnya. Secara teoritis kontak kambium
optimal antara entris dengan batang bawah dapat diperoleh bila seluruh lingkaran
kambium saling bertemu. Posisi sambungan demikian hanya dapat tercapai bila
jaringan pembuluh entris bertemu face-to-face dengan jaringan pembuluh batang
bawah.

Pertautan Batang Atas dan Batang Bawah
Pada
menyebabkan

proses

penyambungan

jaringan

parenkim

tanaman,

membentuk

pemotongan
kalus,

kalus

bagian
tersebut

tanaman
sangat

berpengaruh pada proses pertautan sambungan (Hartmann et al. 1997). Menurut
Hartmann dan Kester (1978), pertautan antara batang atas dengan batang bawah
melalui beberapa tahapan yaitu:

8

1

Produksi jaringan kalus (parenchyma cells) oleh kedua komponen sambungan
(batang bawah dan batang atas) pada daerah kambium.

2

Sel-sel parenchym saling bergabung dan saling mengikat.

3

Diferensiasi sel-sel parenchym tertentu dari kalus menjadi sel kambium baru yang
masih berhubungan dengan kambium asli batang bawah dan batang atas.

4

Produksi jaringan vaskuler baru oleh kambium baru untuk kelancaran aliran air
dan zat hara dari batang bawah ke batang atas
Apabila

batang atas dan batang bawah disambung maka pada daerah

potongan dari masing-masing batang tersebut tumbuh sel-sel yang bersifat
meristematik. Agar proses pertautan dapat berlanjut, kegiatan sel atau jaringan
meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara
sempurna. Hal ini hanya mungkin apabila kedua jenis batang cocok (kompatibel) dan
irisan luka rata serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat
sehingga terjadi kerusakan atau kematian jaringan (Ashari 1995).

9

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006.
Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat
Kajian Buah-Buahan Tropika, Bogor. Analisis karbohidrat total dan nitrogen di Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Departemen Pertanian.
Pengamatan anatomi jaringan dilakukan di Herbarium Bogoriensis dan pengambilan
gambar preparat dilakukan di laboratorium Ekofisiologi Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Metode Penelitian
Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah batang bawah manggis
umur 2 tahun yang telah ditanam di polybag sebanyak 560 batang, entris yang
diambil dari pohon induk yang sudah berproduksi yaitu dari cabang plagiotrop.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari
2 faktor dan dibagi dalam 4 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman.
Faktor pertama yaitu teknik grafting (T) terdiri dari tujuh jenis (Gambar 3), yaitu:
T0 : Teknik sambung celah (diameter entris lebih kecil dari batang bawah)
T1 : Teknik sambung celah (diameter entris dan batang bawah sama)
T2 : Teknik sambung celah V
T3 : Teknik sambung diagonal tanpa selang
T4 : Teknik sambung diagonal dengan selang
T5 : Teknik sambung horizontal dengan selang
T6 : Teknis sambung horizontal dengan pasak
Teknik penyambungan ke-2 sampai ke-7, diameter batang bawah dan diameter
entrisnya sama.

10

Faktor kedua adalah posisi entris (P), terdiri dari empat jenis (Gambar 4),
yaitu:
P0 : Posisi entris 1 ruas
P1 : Posisi entris ¾ ruas
P2 : Posisi entris pada buku ke-2
P3 : Posisi entris 1¼ ruas
Model matematika untuk percobaan ini (Mattjik dan Sumertajaya, 2002)
adalah sebagai berikut:

Yijk

= µ + Kk + Ti + P j + (TP)ij + eijk ; dimana :

Ket:
Yijk

= Nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh taraf ke-i
dari dari faktor teknik penyambungan dan taraf ke-j dari faktor
posisi entris.

µ

= Nilai rataan umum.

Kk

= Pengaruh ulangan ke-k.

Ti

= Pengaruh perlakuan teknik penyambungan taraf ke-i.

Pj

= Pengarauh perlakuan posisi entris taraf ke-j.

(TP)ij

= Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor teknik penyambungan dan
taraf ke-j faktor posisi entris.

eijk

= Pengaruh galat pada ulangan ke-k yang memperoleh taraf ke-i
faktor teknik penyambungan dan taraf ke-j faktor posisi entris.

11

e

bb

T1

bb

bb

bbeb

T0
Gambar 3

e

e

T2

T3

T4

T5

T6

Ilustrasi teknik grafting T 0 (sambung celah, ? -beda), T 1 (sambung
celah, ? -sama), T2 (sambung celah V), T3 (sambung diagonal tanpa
selang), T4 (sambung diagonal dengan selang), T5 (sambung horizontal
dengan selang), T 6 (sambung horizontal dengan pasak); e= entris;
bb= batang bawah.

POSISI
ENTRIS

P1
P0
P2
P3

Gambar 4

Posisi entris P0 (1 ruas), P1 ( ¾ ruas), P2 (buku ke-2) dan P3 (1¼ ruas).

12

Pelaksanaan Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di kebun pembibitan manggis Tajur I UPT
Kebun Percobaan IPB dengan menggunakan pelindung paranet 65%.
Persiapan Batang Bawah
Batang bawah yang digunakan adalah bibit semai manggis yang telah
berumur sekitar 2 tahun dalam polybag ukuran 25 cm x 30 cm dan medianya dengan
campuran tanah, pasir dan kompos (Gambar 5, kiri).

Batang bawah yang

dipindahkan ke tempat penelitian dipelihara selama dua bulan sebelum dilakukan
penyambungan.
Pengambilan Entris
Entris (batang atas) yang digunakan untuk penyambungan dipilih yang
kondisinya sehat dari pohon induk yang sudah berproduksi (Gambar 5, kanan).
Entris diambil dari cabang plagiotrop dengan diameter sekitar 5–6 mm. Ciri cabang
plagiotrop adalah pertumbuhan cabangnya yang menyamping /horizontal.

Gambar 5

Batang bawah siap sambung umur 2 tahun (kiri) dan pohon induk
(kanan) sebagai sumber entris.

13

Pelaksanaan Penyambungan
Pemotongan batang bawah dilakukan pada batang yang memiliki diameter
5–6 mm (ruas ke tiga sampai ke lima dari pucuk). Diameter bidang sambungan
batang bawah dan entris harus sama untuk semua perlakuan kecuali pada sambung
celah (T0), yang ukuran entrisnya lebih kecil dari batang bawah. Penyayatan batang
bawah disesuaikan dengan perlakuan yaitu 7 jenis teknik penyambungan. Kemudian
entris dipotong disesuaikan dengan 4 jenis posisi entris yang masing-masing disayat
sesuai dengan 7 jenis teknik penyambungan. Sebelum penyambungan dilakukan,
daun entris disisakan sebanyak 2 helai dan dipotong satu per delapan dari luas daun.
Setelah penyayatan, entris disisipkan pada batang bawah dan dibalut serta dibungkus
dengan plastik transparan. Plastik pembungkus dapat dibuka pada saat sambungan
telah mengalami pecah tunas. Sedangkan pelepasan plastik pembalut dilakukan pada
umur 3 bulan setelah pecah tunas.
Pelaksanaan penyambungan untuk beberapa teknik penyambungan seperti di
bawah ini:
a

Sambung celah (T0).
1

Diameter bidang sambungan entris lebih kecil dari batang atas.

2

Batang bawah dipotong horizontal dan dibelah sepanjang 2 cm.

3

Entris dipotong sepanjang 1.5 cm membentuk baji (V)

4

Batang bawah dibelah sepanjang 2 cm, entris disisipkan pada belahan
batang bawah tersebut dan salah satu sisi bidang sambungan harus sama.

b

Sambung celah (T1)
1

Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama.

2

Batang bawah dan entris dipotong seperti pada T0.

3

Entris disisipkan pada belahan batang bawah dan kedua sisi bidang
sambungan tepat bersentuhan

c

Sambung celah V (T2)
1

Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama.

2

Batang bawah dipotong sepanjang 1.5 cm dan membentuk huruf V.

14

3

Entris dipotong sepanjang 1.5 cm membentuk baji dan disisipkan pada
batang bawah sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan.

d

Sambung diagonal tanpa selang (T3)
1

Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama.

2

Batang bawah dan entris dipotong diagonal sepanjang 1.5 cm.

3

Entris disisipkan pada batang bawah sampai seluruh bidang sayatan
bersentuhan.

e

Sambung diagonal dengan selang (T4)
1

Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama.

2

Batang bawah dipotong diagonal sepanjang 1 cm.

3

Selang dengan panjang 2 cm dan diameternya yang sudah disesuaikan
dengan ukuran entris dan batang bawah, diselipkan pada bidang
sambungan batang bawah sepanjang setengah bagian selang. Selanjut
dibalut dengan plastik pembalut pada setengah panjang selang, kemudian
pembalut tersebut dijepit.

4

Entris dipotong diagonal sepanjang 1 cm dan disisipkan melalui selang
sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan. Penjepit dilepas dan
pembalutan dilanjutkan lagi.

f

Sambung horizontal dengan selang (T5)
1

Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama.

2

Batang bawah dipotong horizontal

3

Selang panjang 1.5 cm dengan diameter yang juga sudah disesuaikan
dengan ukuran entris dan batang bawah, diselipkan pada batang bawah
setengah dari ukuran selang dan dibalut kemudian dijepit.

4

Entris dipotong horizontal dan disisipkan melalui selang sampai seluruh
bidang sayatan bersentuhan. Penjepit dilepas kemudian dibalut lagi.

g

Sambung horizontal dengan pasak (T6)
1). Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama.
2). Batang bawah dan entris dipotong horizontal seperti teknik T5.

15

3). Entris dipasang pasak (panjang 2 cm) tepat pada tengah bidang sayatan
sedalam 0.5 cm. Selanjutnya ujung pasak satunya ditancapkan pada
tengah bidang sayatan batang bawah dan upayakan masing-masing bidang
sayatan saling bersentuhan.
Pada semua teknik, setelah dilakukan pembalutan maka seluruh permukaan entris
dibungkus dengan plastik transparan.
Perawatan tanaman
Perawatan

tanaman

meliputi

penyiraman,

pemupukan,

pengendalian

hama/penyakit dan gulma serta pembuangan tunas yang tumbuh pada batang bawah.
Penyiraman dilakukan dengan interval tiga hari sekali apabila tidak turun hujan.
Pemupukan yang diberikan pada bibit berupa pupuk NPK (16:16:16) yang diberikan
sebulan sekali setelah penyambungan dan diberikan dengan cara dilarutkan lalu
disiram ke media dalam polybag. Pemberian NPK melalui penyiraman ini
diupayakan agar pupuk cepat diserap oleh tanaman dan yang sangat penting agar
kemungkinan

keracunan

1 gram/tanaman.

pupuk

dapat

dihindari.

Pupuk

NPK

diberikan

Penggunaan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit,

disesuaikan dengan keadaan serangan. Pembersihan gulma dilakukan sebulan sekali.
Pembuangan tunas yang tumbuh pada batang bawah segera dilakukan supaya tidak
mengganggu proses pertautan sambungan.

Pengamatan
Persentase bibit jadi
Persentase bibit jadi (%) dihitung berdasarkan perbandingan jumlah bibitsambung yang pecah tunas sampai 28 minggu setelah sambung (MSS) dengan jumlah
tanaman yang disambung. Bibit-sambung kemungkinan akan terjadi dorman apabila
tanaman tidak tumbuh tunas dalam waktu lama walaupun sambungannya tetap hijau.
Bibit-sambung mati ditandai dengan warna hitam atau kecoklatan pada entris yang
disambungkan.

16

Waktu pecah tunas
Waktu pecah tunas (hari) diamati setiap hari, dimulai dua minggu sampai tiga
bulan setelah penyambungan, selanjutnya pengamatan dilakukan dengan interval dua
hari sekali sampai 28 MSS. Kriteria bibit tanaman mengalami pecah tunas adalah jika
tunas sudah menembus ke luar dan tunasnya tidak dorman (Gambar 6).

Gambar 6 Pecah tunas sempurna (kiri) dan tunas dorman (kanan).

Panjang tunas
Panjang tunas sambungan (mm) diukur dari pangkal tunas sampai ke buku
teratas sambungan. Pengukuran dilakukan setiap empat minggu, yaitu mulai 12 MSS
sampai 28 MSS.
Diameter tunas
Pengukuran diameter tunas sambungan (mm) menggunakan jangka sorong
pada pertengahan ruas pertama dan pada bagian yang terlebar. Pengukuran dilakukan
setiap delapan minggu, yaitu mulai 12 MSS sampai 28 MSS.

17

Jumlah daun
Jumlah daun (helai) yang diamati adalah daun yang tumbuh dari tunas
sambungan. Tunas daun muda sudah dianggap sebagai daun apabila tunas sudah
membuka dan bentuk daun sudah jelas terlihat (umur 3 – 4 hari setelah pecah tunas).
Pengukuran dilakukan setiap empat minggu, yaitu mulai 12 MSS sampai 28 MSS.
Luas daun
Luas daun (cm2) diukur pada akhir penelitian dengan menggambar
(menjiplak) semua daun sambungan pada kertas kemudian diukur dengan alat
automatic area meter (Model AAM-9). Seluruh kertas jiplakan daun dari setiap
tanaman yang akan diukur luasnya diletakkan satu per satu pada konveyor yang
berjalan. Luasan daun yang telah diukur kemudian dapat dilihat pada layar yang
terdapat pada alat tersebut.
Bobot basah dan bobot kering daun dan akar
Penimbangan bobot basah daun dan akar (g) dilakukan segera setelah sampel
dipanen dan langsung di oven pada suhu 90 oC selama 1 jam, dilanjutkan suhu 60 oC
selama 48 jam kemudian ditimbang untuk mendapatkan angka bobot kering (g).
Nisbah daun/akar
Perhitungan nisbah daun/akar dilakukan dengan cara membagi bobot basah
daun dengan bobot basah akar.
Kandungan karbohidrat total dan nitrogen
Analisis karbohidrat total dan nitrogen (%) dilakukan terhadap daun dan akar
pada minggu 28 setelah sambung. Pengukuran pada daun dilakukan terhadap daun
pertama sambungan dan pada akar dilakukan terhadap akar muda. Analisis
karbohidrat total dilakukan menggunakan metode Semogyi-Nelson (Lampiran 1)
sedangkan analisis nitrogen dilakukan dengan metode Semi-Kjeldahl (Lampiran 2).

18

Nisbah C/N daun dan C/N akar
Nisbah C/N daun dan akar dihitung dengan cara membagi kandungan karbon
(yang terdapat pada kandungan karbohidrat total) dengan kandungan nitrogen.
Kandungan C (karbon) didapatkan dengan rumus:
6 X BA.C
x Persentase karbohidrat total
BM C6H12O6
Ket: BA: berat atom; BM: berat molekul
Laju fotosintesis dan laju transpirasi
Pengukuran laju fotosintesis (µmol CO 2/m2/detik) dan laju transpirasi (µmol
H2O/cm2) dilakukan pada akhir penelitian antara jam

10.30–11.30 pada daun

sambungan pertama dengan menggunakan alat leaf chamber analyser (LCA), Tipe
LCA 4 (Gambar 7, kiri ).

Gambar 7 Leaf Chamber Analyser (kiri) dan mikroskop cahaya dan kamera digital
(kanan) untuk pengambilan gambar anatomi jaringan.

19

Anatomi jaringan
Pengamatan anatomi jaringan bidang sambungan dilakukan pada akhir
penelitian di bawah mikroskop cahaya binokuler dengan pembesaran 10 kali.
Pengamatan anatomi jaringan menggunakan mikroskop dilakukan dengan membuat
preparat irisan melintang dan membujur dalam keadaan segar. Pengambilan gambar
terhadap penampang melintang dan membujur menggunakan kamera digital pada
zoom optikal 4.0x (Gambar 7, kanan). Untuk menjadikan frame yang banyak menjadi
satu gambar dilakukan pengolahan melalui komputer yaitu dengan menggunakan
beberapa program antara lain Stitch, Photo Studio 5 dan Adobe Photoshop 7.0.

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil seperti disajikan pada
Tabel 1 dan sidik ragam selengkapnya disajikan pada Lampiran 3 sampai 22. Teknik
grafting berpengaruh terhadap persentase bibit jadi, waktu pecah tunas,
Tabel 1 Ringkasan sidik ragam penelitian Perbaikan Teknik Grafting Manggis
(Garcinia mangostana L.)
Faktor
Peubah

Persentase bibit jadi
Waktu pecah tunas
Panjang tunas
Diameter tunas
Jumlah daun
Luas daun
Bobot basah dan nisbah daun/akar
Bobot basah daun
Bobot basah akar
Nisbah daun/akar
Bobot kering
Bobot kering daun
Bobot kering akar
Kandungan hara dan nisbah C/N
Kandungan karbohidrat total daun
Kandungan nitrogen daun
Kandungan karbohidrat total akar
Kandungan nitrogen akar
Nisbah C/N daun
Nisbah C/N akar
Aktivitas fotosintesis
Laju fotosintesis
Laju transpirasi

T

P

TP

KK
(%)

**
**
*
*
**
tn

**
tn
*
**
**
**

*
tn
tn
tn
tn
tn

23.59
16.36
26.17
7.69
7.52
20.25

**
**
*

**
**
tn

*
tn
tn

22.73
17.41
26.28

**
**

**
**

*
tn

26.41
20.94

**
**
**
**
**
**

**
**
**
**
**
**

**
**
**
**
**
**

0.34
2.59
0.23
1.67
2.93
1.72

*
tn

*
tn

tn
tn

48.54
34.40

Ket: **= nyata pada taraf uji 1%; *= nyata pada taraf uji 5%; tn= tidak berbeda nyata; KK=koefisien
keragaman; T= teknik grafting; P=posisi entris

21

panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, bobot basah daun dan akar, nisbah
daun/akar, bobot kering daun dan akar, kandungan karbohidrat total dan nitrogen
daun, kandungan karbohidrat total dan nitrogen akar, laju fotosintesis, nisbah C/N
daun dan akar. Sedangkan posisi entris berpengaruh terhadap persentase bibit jadi,
panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, luas daun, bobot basah daun dan akar,
bobot kering daun dan akar, kandungan karbohidrat total dan nitrogen daun dan akar,
nisbah C/N daun dan akar. Interaksi antara teknik grafting dan posisi entris
berpengaruh nyata terhadap persentase bibit jadi, bobot basah dan bobot kering daun,
kandungan karbohidrat total dan nitrogen daun dan akar, nisbah C/N daun dan akar.

Persentase Bibit Jadi
Persentase bibit jadi dipengaruhi oleh teknik grafting, posisi entris dan
interaksi antara teknik grafting dan posisi entris (Lampiran 3). Pengaruh interaksi
teknik grafting dan posisi entris terhadap persentase bibit jadi terlihat pada teknik
horizontal dengan selang pada posisi buku kedua (95%), nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan posisi lainnya yang berkisar 25-35% (Tabel 2)
Persentase bibit jadi yang sangat kecil pada teknik horizontal dengan pasak
yang berkisar 5–15 % atau 1–3 bibit sambungan yang tumbuh pada semua ulangan
dan pada teknik horizontal dengan selang berkisar 25-35% atau 5-7 bibit sambungan
yang tumbuh pada semua ulangan kecuali hanya pada posisi buku kedua sampai 95%
(19 bibit sambungan yang tumbuh). Sedangkan jumlah tanaman yang diambil untuk
dijadikan sampel sebanyak 3 tanaman dari setiap ulangan yang kemudian dirataratakan, maka untuk itu pengamatan dan analisis selanjutnya hanya dilakukan pada
teknik sambung celah (? -beda), celah (? -sama), celah V, diagonal tanpa selang dan
diagonal dengan selang saja.

22

Tabel 2 Persentase bibit jadi dari interaksi antara teknik grafting (T) dan
posisi entris (P)
Teknik Grafting
Posisi Entris
T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Rata-rata

Persentase bibit jadi (%)
P0
P1
P2

95.00

85.00

100.00

90.00

90.00

30.00

5.00

(77.08)

(67.21)

(89.73)

(71.57)

(71.57)

(33.21)b

(12.92)

80.00

95.00

90.00

80.00

95.00

35.00

5.00

(63.42)

(77.08)

(71.57)

(63.42)

(77.08)

(36.27)b

(12.92)

100.00

100.00

90.00

95.00

95.00

(77.08)

(89.73)

(89.73)

(71.57)

(77.08)

(77.08)a

(22.79)

90.00

95.00

95.00

95.00

90.00

25.00

5.00

(71.57)

(77.08)

(77.08)

(77.08)

(71.57)

(30.00)b

(12.92)

90.00

93.75

96.25

88.75

92.50

46.25

7.50

95.00

P3

Rata-rata

15.00

70.71
68.57

84.29
70.71

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT yang dilakukan setelah transformasi nilai pada

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59