Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo

FRAKSIONASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI
LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga (L.) Willd) SEBAGAI
PELANGSING AROMATERAPI SECARA IN VIVO

RIZKI DAMAYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Fraksionasi Senyawa
Aktif Minyak Atsiri Lengkuas Merah (Alpinia galangal (L.) Willd) sebagai
Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Rizki Damayanti
NRP G451120081

RINGKASAN
RIZKI DAMAYANTI. Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Lengkuas
Merah (Alpinia galanga (L.) Willd) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In
Vivo. Dibimbing oleh IRMA HERAWATI SUPARTO dan IRMANIDA
BATUBARA.
Obesitas merupakan penyakit beresiko karena dapat menyebabkan beberapa
penyakit yang mengakibatkan kematian. Salah satu penanggulangan obesitas
adalah dengan mengonsumsi obat pelangsing. Saat ini pengobatan secara
aromaterapi mulai banyak dieksplorasi. Tanaman herbal yang berpotensi sebagai
pelangsing aromaterapi adalah tanaman yang mengandung minyak atsiri.
Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L) Willd) merupakan tanaman aromatik
mengandung minyak atsiri yang dapat berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi.
Tujuan penelitian ini adalah memisahkan senyawa aktif minyak atsiri rimpang
lengkuas merah dan menduga senyawa aktif yang berpotensi sebagai pelangsing
aromaterapi yang diamati secara in vivo terhadap tikus jantan galur Sprague

Dawley.
Minyak atsiri rimpang lengkuas merah dipisahkan dengan metode distilasi
air menghasilkan 0.3% minyak atsiri. Minyak ini selanjutnya difraksionasi
menggunakan kromatografi silika gel menghasilkan lima fraksi. Minyak atsiri
kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 dianalisis menggunakan kromatografi gasspektrometri massa (GC-MS). Kromatogram GC-MS menunjukkan komponen
utama dalam minyak atsiri kasar adalah β-bisabolena dan trans-karyopilena.
Komponen fraksi 1 adalah bisiklo-2-heptena, β-bisabolena, dan eremophila,
sedangkan fraksi 2 mengandung senyawa dominan trans-α bergamotena dan
pentadekana.
Minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 2 diuji aktivitasnya sebagai
pelangsing aromaterapi menggunakan tikus putih dewasa galur Sprague Dawley
selama lima minggu. Parameter yang diuji terhadap setiap kelompok diantaranya
bobot badan, bobot lemak, dan profil lipid (kolesterol total, trigliserida, dan High
Density Lipoprotein-cholesterol/HDL-c). Semua data diolah menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA). Secara statistik, bobot badan setiap kelompok
berbeda signifikan (p0.05). Kolesterol total dan trigliserida seluruh kelompok
hewan uji tidak berbeda signifikan akan tetapi kelompok yang menginhalasi fraksi
2 memiliki kadar HDL-c terendah (p0.05) but HDL-c was in animals inhaling fraction 2
(p0.05)
282.3±13.6a

283.2±22.0a
287.7±14.8a
289.0±6.2a

Bobot Akhir (g)
(p0.05) (Gambar 10). Kelompok II mempunyai rerata deposit lemak yang lebih
rendah dibandingkan kelompok lainnya, yaitu 37.98 g. Hal ini sesuai dengan
bobot badan kelompok tersebut yang merupakan bobot badan terendah.
Akumulasi lemak perut khususnya lemak viseral adalah yang paling banyak
dihubungkan dengan risiko gangguan kesehatan (Pou et al. 2009). Orang yang
mengalami obesitas cenderung mempunyai kadar lemak yang lebih tinggi
(Dachriyanus et al. 2007).
Hal ini, menunjukkan bahwa minyak atsiri diduga dapat memberikan
respon terhadap penurunan deposit lemak dalam tubuh hewan uji, namun waktu
perlakuan yang cukup singkat diduga menyebabkan penurunan deposit lemak
tidak teramati secara akurat. Kelompok III mempunyai bobot badan tertinggi serta
berpotensi meningkatkan bobot badan memiliki deposit lemak yang cenderung
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hal ini, menunjukkan
bahwa meskipun fraksi 1 berpotensi meningkatkan bobot badan namun fraksi 1
cenderung memberikan respon terhadap penurunan deposit lemak dalam tubuh

hewan uji. Kelompok I dan IV mempunyai deposit lemak tertinggi dibandingkan
dengan kelompok lainnya.
60
50
40
30
20
10
0

48.33a

46.82a

48.59a

III

IV


37.98a

I

II

Perlakuan
Gambar 10 Rerata deposit lemak pada akhir perlakuan. (I) kontrol; (II) inhalasi
lengkuas merah; (III) inhalasi fraksi 1; (IV) inhalasi fraksi II

15

Profil lipid
Kadar kolesterol total dan trigliserida pada seluruh kelompok sebelum diberi
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0.05). Tabel 4
menunjukkan bahwa pada akhir perlakuan, kadar kolesterol total dan HDL-c
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p0.05). Hal ini menunjukkan bahwa inhalsi fraksi 1 yang
mengandung bisiklo-2-heptana, β-bisabolena, β-farnesena dan eremophila dapat
menurunkan kadar kolesterol total.
HDL-c terendah ditemukan pada kelompok IV, yaitu 21.16 mg/dl. Farouk et

al. (2012) melaporkan bahwa tikus jantan galur Sprague-Dawley albino normal
mempunyai kadar trigliserida yang berada pada batas 115 mg/dl dan Suckow et al
(2006) melaporkan bahwa kadar trigliserida hewan uji normal berada pada batas
25-145 mg/dl. Kadar kolesterol total tikus putih galur Rattus norvegicus berada
pada batas 97.44-102.40 mg/dl (Fahri et al. 2005) sedangkan menurut US
National Education (2002) kolesterol normal berkirsar antara 0.05)

Trigliserida
(mg/dl)
(p>0.05)

HDL-c
(mg/dl)
(p