Respon pertumbuhan jabon (anthocepalus cadamba (roxb.) Miq.) terhadap lubang resapan biopori pada lahan bekas tambang

RESPON PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus cadamba
(Roxb.) Miq.) TERHADAP LUBANG RESAPAN BIOPORI
PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

RIAN PRAKOSA WIJAYA

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
Jabon (Anthocepalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Lubang Resapan Biopori
Pada Lahan Bekas Tambang adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr. Ir.
Irdika Mansur, M.For.Sc dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014
Rian Prakosa Wijaya
NIM E44100078

ABSTRAK
RIAN PRAKOSA WIJAYA. Respon Pertumbuhan Jabon (Anthocepalus cadamba
(Roxb.) Miq.) Terhadap Lubang Resapan Biopori pada Lahan Bekas Tambang.
Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.
Pertumbuhan jabon (Anthocephalus cadamba) pada lahan bekas tambang
tidak optimal dikarenakan tanah masam dan unsur hara yang sangat rendah.
Pengapuran dan Lubang Resapan Biopori merupakan upaya dalam peningkatan
pertumbuhan jabon. Kapur dapat menetralkan asam dan Lubang Resapan Biobori
(LRB) dapat memperluas permukaan tanah dalam meresapkan air hujan, selain itu
serasah dalam LRB dapat menambah unsur hara. Tujuan penelitian ini yaitu
meningkatkan pertumbuhan jabon melalui pembuatan LRB serta mengetahui jenis
isian LRB yang terbaik dari daun tumbuhan LCC (Legume Cover Crops), daun
akasia (Acacia mangium), atau sampah dapur organik. Daun LCC merupakan

serasah isian terbaik berdasarkan variabel diameter karena memiliki rataan tertinggi
dan berbeda nyata dengan perlakuan P2 (LRB berisi daun akasia) dan P0 (kontrol).
Sampah dapur (P3) merupakan serasah isian LRB terbaik berdasarkan parameter
tinggi karena berbeda nyata dengan kontrol (P0) dan memiliki rataan tertinggi.
Kata kunci: jabon, pengapuran, lubang resapan biopori, daun LCC, sampah dapur

ABSTRACT
RIAN PRAKOSA WIJAYA. Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.)
Growth Response in Application of Biopori Hole Infiltration on Postmining Area.
Supervised by IRDIKA MANSUR.
Growth of jabon (Anthocephalus cadamba) on postmining area is not optimal
due to the acidic soil and nutrients are very low. Liming and Hole Infiltration of
Biopori was an effort to improve Jabon growth. Lime can neutralize acid and Hole
Infiltration of Biopori (LRB) can expand the ground to absorb water in the rain, in
addition to the litter in the LRB can add nutrients. The purpose of this research is
to improve jabon growth through making LRB and know the best of the LCC
(Legume Cover Crops) plant leaves, leaf of Acacia mangium, or organic kitchen
waste for LRB. Leaf litter stuffing LCC is best based on the variable diameter
because it has the highest average and significantly different from treatment P2
(LRB containing acacia leaf) and P0 (control). Kitchen waste (P3) is the best litter

LRB field parameters based high as significantly different from the control (P0) and
has the highest average.
Keywords: jabon, liming, hole infiltration of biopori, LCC leaf, kitchen waste

RESPON PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus cadamba
(Roxb.) Miq.) TERHADAP LUBANG RESAPAN BIOPORI
PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

RIAN PRAKOSA WIJAYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Jabon (Anthocepalus cadamba (Roxb.) Miq.)
Terhadap Lubang Resapan Biopori pada Lahan Bekas Tambang
Nama
: Rian Prakosa Wijaya
NIM
: E44100078

Disetujui oleh

Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2014 ini
adalah reklamasi lahan bekas tambang, dengan judul Respon Pertumbuhan
Tanaman Jabon (Anthocepalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Lubang Resapan
Biopori Pada Lahan Bekas Tambang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Hari Sutikno dan seluruh staf dan karyawan PT. Tunas Inti Abadi yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya, seluruh staf dan pengajar Departemen Silvikultur, teman-teman satu
bimbingan (Riyan Dwi, Dimas N, Iqbal NA dan Elfina Y), teman-teman yang
membantu dalam proses penelitian (Lastiti Sanubari, Sudirman, Putu dan Fatma
Putri) serta teman-teman Silvikultur 47 lainnya yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.


Bogor, November 2014
Rian Prakosa Wijaya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Lokasi Penelitian

2


Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

2

KONDISI UMUM

6

Letak dan Posisi Geografis PT. Tunas Inti Abadi

6

Komponen Biotis

6


Kondisi Cuaca dan Iklim

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

7
7
12
15

Simpulan

15

Saran


15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR TABEL
1. CH bulanan antara tahun 2004-2013 (dalam mm)
2. Hasil uji T terhadap variabel diameter pada setiap interaksi antar
perlakuan
3. Hasil uji T terhadap variabel tinggi pada setiap interaksi antar perlakuan
4. Penambahan jumlah daun jabon

5. Hasil uji T terhadap variabel jumlah daun pada setiap interaksi antar
perlakuan
6. Penambahan jumlah cabang jabon
7. Hasil uji T terhadap variabel jumlah cabang pada setiap interaksi antar
perlakuan
8. Hasil pengujian sample tanah pada lahan penelitian

7
9
10
11
11
11
11
12

DAFTAR GAMBAR
1. Proses pembuatan LRB, A) Pengeboran tanah, B) Pengisian LRB dengan
daun LCC, C) Pengisian LRB dengan sampah dapur, D) Pengisian LRB
dengan sampah daun akasia (Acacia mangium)
2. Proses pengapuran, A) Penimbangan kapur, B) Penaburan kapur dalam
piringan sekitar pohon
3. Layout pengambilan sampel tanah pada lahan penelitian
4. Layout pengacakan setiap perlakuan
5. Peta lokasi PT. Tunas Inti Abadi
6. Grafik pertumbuhan diameter jabon
7. Pertumbuhan diameter pohon setelah 8 minggu
8. Grafik pertumbuhan tinggi jabon
9. Pertumbuhan tinggi pohon setelah 8 minggu

3
3
4
5
6
8
8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Uji T pada variable diameter dan tinggi
2. Hasil Uji T pada variable jumlah cabang dan jumlah daun
3. Kriteria penilaian karakteristik tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983
dalam Hardjowigeno 2010)
4. Hasil analisis tanah

17
18
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam (SDA) yang sangat
melimpah. Salah satu SDA yang diproduksi Indonesia dan sebagai komoditi ekspor
yang memberikan sumbangan besar kepada devisa negara yaitu dari sektor tambang
batubara. Indonesia merupakan salah satu penghasil batu bara terbesar di dunia
dengan produksi 366 juta ton pada tahun 2013 (ESDM 2013). Lokasi pertambangan
yang banyak berada pada kawasan hutan menuntut para pemegang peran dalam
dunia pertambangan untuk mengembalikan lahan sesuai dengan peruntukannya.
Reklamasi menjadi penting dilakukan dengan besarnya lahan yang
terdegradasi dan terdeforestasi. Oleh karena itu pemerintah mengatur tentang
reklamasi lahan dalam UU No.4 tahun 2009 pasal 26 reklamasi adalah kegiatan
yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan,
dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali
sesuai peruntukannya.
Sedangkan menurut UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pada pasal 44 ayat
3 menyebutkan reklamasi hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c,
meliputi usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi
hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
Kesadaran yang tinggi terhadap upaya mengembalikan keadaan alam daerah
bekas penambangan sangat diperlukan untuk tetap menjaga keseimbangan
ekosistem hutan yang telah habis ditebang. PT Tunas Inti Abadi merupakan
perusahaan pertambangan batubara yang memiliki komitmen dalam
mengembalikan keadaan alam mendekati keadaan sebelumnya. Dengan komitmen
yang tinggi maka upaya mengembalikan ekosistem hutan yang hilang itu akan
menjadi lebih mudah.
Hutan memiliki fungsi konservasi yang dapat melindungi segala macam
plasma nutfah yang ada di dalamnya baik flora maupun fauna, fungsi lindung
sebagai fungsi hidrologi yang mengatur sistem aliran air yang berguna dalam
peyediaan air bersih untuk kehidupan manusia, bahkan fungsi produksi yang dapat
memberikan keuntungan ekonomi tinggi bila dikelola dengan bijaksana dari hasil
hutan kayu maupun hasil hutan non-kayunya. Selain itu fungsi hutan yang marak
diperbincangkan yaitu potensi hutan yang dapat menyerap CO2 dimana unsur ini
merupakan penyebab utama dari Green House Effect. Dengan fungsi yang luar
biasa tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan manusia sangat tergantung
dengan adanya hutan hujan tropis yang sebagian besar berada di Indonesia yang
memiliki kawasan hutan seluas 139 juta ha pada tahun 2009 (Kemenhut 2009).
Lahan bekas tambang batubara, khususnya di PT. Tunas Inti Abadi memiliki
lahan dengan tingkat keasaman yang tinggi ditunjukkan dengan pertumbuhan
pohon jabon (Anthocephallus cadamba) yang kerdil dan gemuk. Upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan jabon di area ini sangat perlu dilakukan. Pengapuran
merupakan upaya dalam mengatasi keasaman tanah yang tinggi ditambah dengan
pemberian Lubang Resapan Biopori (LRB) untuk menambah bahan organik bagi
tumbuhan sebagai pasokan makanan.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengukur
1. Pengaruh LRB pada jabon di lahan bekas tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA)
2. Perbandingan isian LRB yang terbaik dari jenis isian tumbuhan LCC (Legume
Cover Crops), daun akasia (Acacia mangium), atau sampah dapur organik

Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain
1. Peningkatan pertumbuhan jabon pada lahan bekas tambang PT. Tunas Inti
Abadi
2. Mendapatkan jenis isian LRB yang paling mendukung pertumbuhan jabon,
dengan pertimbangan lain yaitu stok yang mencukupi untuk diterapkan

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2014 sampai 11 Mei 2014
pada lokasi in pit dump (IPD) 2 pada lahan bekas tambang PT. Tunas Inti Abadi
Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah bor tanah dengan diameter 10 cm, meteran
50 m, caliper digital, tally sheet, timbangan 2 kg, penggaris 100 cm, kantong plastik,
karung, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah dari lahan
yang ditanami Jabon dan akan diteliti, kapur (CaCO3), daun Acacia mangium, daun
tumbuhan LCC, sampah organik dari dapur PT TIA (sampah dapur), dan tanaman
jabon berumur 1 tahun yang telah berada di lokasi penelitian.
Prosedur Penelitian
Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dimulai dengan menyiapkan alat-alat yang akan
digunakan selama penelitian, menyiapkan bahan-bahan isian LRB yaitu daun
akasia, sampah dapur, dan daun tumbuhan LCC yang dikumpulkan dalam karung
dengan berat basah totalnya 16 kg/jenis. LCC yang digunakan yaitu dari jenis
Pureria javanica, Centrocema pubescens, dan Calopogonium mucunoides. Selain
itu juga disiapkan kapur yang telah ditimbang seberat 500 gram sebanyak 30 paket.
Pembuatan Lubang Resapan Biopori
Pembuatan Lubang Resapan Biopori dilakukan dengan menggunakan bor
tanah manual yang memiliki diameter 10 cm. Tanah dilubangi menggunakan bor
hingga mencapai kedalaman 40 cm. Setiap pohon memiliki 2 buah lubang yang

3
diisi daun akasia atau daun LCC atau sampah dapur. Berat setiap isian LRB yaitu
1kg/lubang. Bahan isian pada 2 buah LRB di setiap pohon memiliki jenis yang sama.
A

B

C

D

Gambar 1 Proses pembuatan LRB, A) Pengeboran tanah, B) Pengisian LRB dengan
daun LCC, C) Pengisian LRB dengan sampah dapur, D) Pengisian LRB
dengan sampah daun akasia (Acacia mangium)
Pengapuran Lahan
Pengapuran dilakukan dengan cara membersihkan tumbuhan bawah dan
menggemburkan tanah di sekitar pohon seluas 1 m2 dan kedalaman 10cm kemudian
mencampurnya dengan kapur kalsit (CaCO3). Dosis kapur yang digunakan adalah
sama pada setiap pohon yaitu 500 gram/pohon.
A

B

Gambar 2 Proses pengapuran, A) Penimbangan kapur, B) Penaburan kapur dalam
piringan sekitar pohon
Pengambilan Sampel Tanah dan Analisis Tanah
Pengambilan sampel tanah dilakukan pada minggu ke-7 dengan mengambil
tanah dari 9 titik yang mewakili lahan yang diteliti. Terdapat 2 jenis sampel tanah
yang diambil dari lapisan tanah atas setebal 10 cm dan lapisan tanah bawah diambil
dari kedalaman 10 cm – 20 cm.

4
Setiap sampel tersebut dicampur tiap jenisnya dan diambil 1kg tanah untuk
kemudian di analisis di laboratorium SEAMEO BIOTROP. Penyampuran tanah
menggunakan metode komposit sehingga didapat tanah yang mewakili lahan yang
diteliti. Tanah yang telah tersisa 1 kg setiap sampelnya ini kemudian disimpan pada
tempat yang sejuk sehingga dapat mencegah organisme lain untuk berkembang.
Lama pengujian tanah di laboratorium adalah 34 hari.

Gambar 3 Layout pengambilan sampel tanah pada lahan penelitian
Pengukuran
Pengukuran dilakukan selama 8 minggu berturut-turut pada setiap
minggunya. Pengukuran diameter menggunakan alat jangka sorong (caliper) pada
setiap pohon pada ruas pertama pada batang pohon, sedangkan pengukuran tinggi
pohon menggunakan meteran yang dibantu dengan tongkat kayu. Pengukuran
tinggi dilakukan dengan mengukur panjang pohon dari pangkal batang pohon
hingga tajuk yang paling tinggi. Selain itu juga dilakukan pengukuran jumlah
cabang dan daun.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan adalah pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menghilangkan daun yang
terkena patogen. Pemeliharaan ini dilakukan selama 8 minggu.
Rancangan Penelitian
Metode pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji T
dengan bantuan software SPSS 21. Terdapat beberapa variabel yang diukur pada
penelitian ini. Variabel tersebut adalah pertumbuhan diameter, pertumbuhan tinggi,
pertambahan jumlah cabang dan pertambahan jumlah daun pada setiap pohon jabon.

5
Setiap variabel ini diukur pada setiap minggu. Data yang didapat selanjutnya
dianalisis untuk diketahui apakah antar perlakuan memberikan perbedaan sebaran
nilai dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%.
Dalam rancangan penelitian ini dilakukan pengacakan pada setiap perlakuan
yang diberikan. Pengacakan dilakukan dengan dengan menggunakan kalkulator.
Layout perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Layout pengacakan setiap perlakuan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Independent
Sample T-Test dengan 6 kali ulangan pada kontrol dan 8 kali ulangan pada
perlakuan 1,2, dan 3. Faktor P adalah faktor jenis bahan isian LRB dengan 4 taraf.
Perlakuan yang diberikan adalah:
Perlakuan P0 : 500 gr/pohon kapur CaCO3 tanpa ada LRB (kontrol)
P1 : 500 gr/pohon kapur CaCO3 dengan LRB berisi daun
Acacia mangium
P2 : 500 gr/pohon kapur CaCO3 dengan LRB berisi daun LCC
(Legume Cover Crops)
P3 : 500 gr/pohon kapur CaCO3 dengan LRB berisi sampah
Organic
Hipotesis yang digunakan adalah
H0: Tidak terdapat perbedaan nilai yang nyata dalam kombinasi antar perlakuan
H1: Terdapat perbedaan nilai yang nyata dalam kombinasi antar perlakuan

6
KONDISI UMUM
Letak dan Posisi Geografis PT. Tunas Inti Abadi
PT Tunas Inti Abadi ini memiliki luas wilayah pertambangan seluas 3.085
hektar yang merupakan areal konsesi pertambangan batu bara milik PT.Tunas Inti
Abadi dengan potensi cadangan yang diperkirakan 50 juta ton dan produksi tahunan
sekitar 2,5 juta ton selama tiga tahun. Areal konsesi beroperasi di wilayah
administrasi Kecamatan Sungai Loban, Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan
Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan. Kemudian areal konsesi juga hanya
berjarak 27 km dari pelabuhan, dimana terdapat juga lokasi peremukan batubara
(crushing plant) yang berada di Desa Dermaga, Kabupaten Tanah Bumbu. Letak
geografis PT. Tunas Inti Abadi ini berada pada 115o54’00”-115o57’30” BT dan
3o34’30”-3o37’00” LS.

Gambar 5 Peta lokasi PT. Tunas Inti Abadi
Komponen Biotis
Areal pertambangan PT. TIA sebagian besar merupakan daerah lahan kering
yang didominasi oleh jenis pohon akasia (Acacia mangium) dan tumbuh secara
invasif di areal pertambangan. Hal ini terjadi karena jenis kayu yang diproduksi
pada awal penggunaan lahan PT. TIA yaitu jenis akasia sebagai HTI (Hutan
Tanaman Indonesia).

7
Spesies yang ditemukan di areal penambangam dianggap penting karena
ada beberapa yang dilindungi, terancam kepunahan, dan memiliki habitat khusus di
tempat tersebut. Spesies yang ditemukan terdiri dari jenis mamalia, aves dan
reptilian.
Kondisi Cuaca dan Iklim
Lokasi penambangan PT. TIA memiliki iklim tropis basah dengan ciri khas
yaitu curah hujan yang cukup tinggi dan penyebaran merata sepanjang tahun. Data
Curah Hujan (CH) bulanan tertinggi di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan
sekitarnya adalah 544.4 mm per bulan dan jumlah Hari Hujan (HH) tertinggi adalah
28 hari. Data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandar Udara
Stagen Kotabaru serta data CH PT.TIA tersebut dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir (tahun 2004 hingga 2013) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 CH bulanan antara tahun 2004-2013 (dalam mm)
Tahun
Bulan
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010*

2011*

2012*

2013*

Jan

221

283

137

197.9

182

345.0

273.1

303.8

171.0

324

Feb

149

178

394

291

232

217.8

262

210

144.5

168

Mar

288

180

202.8

216.4

333

182.8

510.5

198.8

186.5

158

Apr

137

213

209.5

257.6

137

119.9

399.5

381.5

195.5

87

Mei

130

305

318.6

243.3

388

105.6

235.5

142.5

124

131

Jun

144

406

447.1

500.7

180

74.0

160.5

95

199.5

202

Jul

223

10

26

544.4

398

57.9

400.8

349.5

375.5

202

Agst

2

9

14.4

91.5

336

11.3

331

32.5

97.5

250

Sept

212

0

56.7

107.7

261

1.5

387

169.5

14

286

Okt

233

0

1.5

147.5

248

100.3

344.5

82.5

98.5

13

Nov

85

0

112.4

177.3

166

345.8

212

269.5

51

179

Des

236

0

80.6

128

139

291.0

210.9

249

388.5

184

Total

2060

1584

2001.5

2903.5

3000

1852.9

3727.3

2484.1

2046

2184

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Stagen Kotabaru;*) Data Curah Hujan
PT TIA (2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Pengukuran pertumbuhan diameter
Pengukuran pertumbuhan diameter dilakukan secara rutin setiap minggu
selama 8 minggu. Hasil pertumbuhan diameter dapat diperhatikan pada Gambar 6,

8

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DIAMETER
(MM)

diagram pertumbuhan setelah 8 minggu pada Gambar 7, sedangkan hasil pengaruh
antar perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada grafik yang ada dalam Tabel 2.
18
16
14
12
10
8
6
4
2

0
1

2

3

4

5

6

7

8

MINGGU
(P0) Tanpa LRB

(P1) LRB berisi LCC

(P2) LRB berisi daun akasia

(P3) LRB berisi sampah dapur

PERTUMBUHAN DIAMETER SETELAH 8 MINGGU
(MM)

Gambar 6 Grafik pertumbuhan diameter jabon
Pada Gambar 6 perbedaan pertumbuhan cukup mencolok ditunjukkan
perlakuan P1 yang pertumbuhannya dari minggu kedua hingga minggu kedelapan
terus meningkat menjauhi grafik pertumbuhan diameter dari 3 perlakuan yang lain.
Pada perlakuan P0, P2 dan P3 pertumbuhan diameter dari minggu pertama hingga
minggu ke-3 memiliki tingkat pertumbuhan yang hampir sama atau hanya memiliki
perbedaan angka yang tidak terlalu besar. Minggu keempat hingga minggu terakhir
menunjukkan bahwa pertumbuhan ketiga perlakuan tersebut mulai menunjukkan
perbedaan.
18
15.62

16
14

12.1

12
9.93
10

9.05

8
6

4
2
0
(P0) Tanpa LRB

(P1) LRB berisi LCC

(P2) LRB berisi daun
akasia

(P3) LRB berisi
sampah dapur

PERLAKUAN

Gambar 7 Pertumbuhan diameter pohon setelah 8 minggu

9
Gambar 7 merupakan hasil pengukuran pertumbuhan jabon selama 8 minggu
pada setiap perlakuan. Jabon dengan perlakuan P1 memiliki pertumbuhan yang
paling tinggi, sedangkan perlakuan P0 memberikan pertumbuhan yang paling
rendah.
Tabel 2 Hasil uji T terhadap variabel diameter pada setiap interaksi antar perlakuan
(Lampiran 1)
No
Antar perlakuan
Perbedaan
1
P1-P3
tn
2
P1-P2
*
3
P1-P0
*
4
P3-P2
tn
5
P3-P0
*
6
P2-P0
tn
(tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 3 macam interaksi perlakuan yang
menunjukkan perbedaan pada taraf 95%. Perlakuan tersebut adalah antara LRB
berisi sampah dapur dengan kontrol, LRB berisi LCC dengan daun akasia, dan LRB
berisi LCC dengan kontrol. Sedangkan antar perlakuan lainnya tidak berbeda nyata.
Pengukuran pertumbuhan tinggi
Variabel selanjutnya yang diukur adalah pertumbuhan tinggi pohon jabon.
Pertumbuhan tinggi jabon ini juga diukur selama 8 minggu pada setiap minggunya.
Grafik peningkatan tinggi jabon dapat dilihat pada Gambar 7.
PENINGKATAN PERTUMBUHAN TINGGI
(CM)

60
50
40
30
20
10
0
1

2

3

4

5

6

7

8

MINGGU
(P0)Tanpa LRB

(P1)LRB berisi LCC

(P2)LRB berisi daun akasia

(P3)LRB berisi sampah dapur

Gambar 8 Grafik pertumbuhan tinggi jabon
Gambar 8 menunjukkan adanya perubahan pola peningkatan pertumbuhan.
Pada minggu pertama hingga minggu keempat menunjukkan bahwa pertumbuhan
terjadi namun tidak terlalu tinggi, berbanding terbalik dengan pertumbuhan tinggi
jabon pada minggu keempat hingga minggu kedelapan yang memiliki peningkatan
pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal ini secara umum dapat dibaca pada perlakuan
P1, P2, dan P3. Sedangkan pada perlakuan P0 peningkatan pertumbuhan tinggi
cenderung lebih konstan dan tidak terlihat perbedaan pola.

PERTUMBUHAN TINGGI SETELAH 8 MINGGU (CM)

10
60
49.56
50
41.34
40
33.75
30

25.83

20
10
0
(P0) Tanpa LRB

(P1) LRB berisi LCC

(P2) LRB berisi daun (P3) LRB berisi sampah
akasia
dapur

PERLAKUAN

Gambar 9 Pertumbuhan tinggi pohon setelah 8 minggu
Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa pada variabel tinggi, LRB
berisi sampah dapur memberikan pertumbuhan yang paling tinggi. Hal ini berbeda
dengan variabel diameter. Sedangkan kontrol tetap menjadi perlakuan yang
memberikan pengaruh paling rendah bersama LRB berisi daun akasia yang sedikit
lebih tinggi.
Tabel 3 Hasil uji T terhadap variabel tinggi pada setiap interaksi antar perlakuan
(Lampiran 1)
No
1
2
3
4
5
6

Antar perlakuan
P3-P1
P3-P2
P3-P0
P1-P2
P1-P0
P2-P0

Perbedaan
tn
tn
*
tn
*
tn

(tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Analisis data dengan uji T menunjukkan bahwa hanya ada 2 interaksi yang
memberikan perbedaan nilai. Yaitu antara perlakuan kontrol dan LRB berisi LCC
serta perlakuan kontrol dan LRB berisi sampah dapur.
Pengukuran Jumlah Daun
Pengukuran jumlah daun pada jabon yang diteliti merupakan salah satu
variabel yang diukur dari hasil yang ditampilkan pada Tabel 4, ditunjukkan bahwa
penambahan jumlah daun yang dihasilkan jabon selama 8 minggu memiliki
peningkatan yang relatif sama, tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok. Semua
perlakuan rata-rata menumbuhkan daun sebanyak 1-5 daun. Hal yang sama juga
ditunjukkan dari hasil analisis statistik berdasarkan data pertumbuhan jumlah daun
jabon yang menunjukkan bahwa pada semua perlakuan tidak ada yang memberikan
perbedaan signifikan, hal ini ditunjukkan Tabel 5.

11
Tabel 4 Penambahan jumlah daun jabon
Pertambahan daun pada Minggu kePerlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
P0
0
1
2
4
4
4
4
4
P1
0
1
2
1
3
3
4
4
P2
0
1
1
1
4
5
5
5
P3
1
2
2
2
4
4
5
5
Tabel 5 Hasil uji T terhadap variabel jumlah daun pada setiap interaksi antar
perlakuan (Lampiran 2)
No
Antar perlakuan
Perbedaan
1
P0-P1
tn
2
P0-P2
tn
3
P0-P3
tn
4
P1-P2
tn
5
P1-P3
tn
6
P2-P3
tn
(tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Pengukuran Jumlah Cabang
Variabel yang terakhir diukur dalam penelitian ini adalah jumlah cabang yang
juga di ukur setiap minggu selama 8 minggu. Dari hasil yang di dapat, jumlah
cabang yang dihasilkan tidak banyak bahkan hanya tumbuh rata-rata 1 cabang di
setiap minggunya. Pertumbuhan cabang yang hanya 1 buah ini ditunjukkan oleh
semua perlakuan bahkan hampir serentak di minggu ke-5 kecuali pada kontrol yang
telah tumbuh dari minggu ke-3 (Tabel 6). Sama dengan variabel jumlah daun, pada
variabel jumlah cabang juga semua perlakuannya tidak memberikan perbedaan nilai
yang signifikan (Tabel 7).
Tabel 6 Penambahan jumlah cabang jabon
Pertambahan cabang pada Minggu kePerlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
P0
0
0
1
1
1
1
1
1
P1
0
0
0
0
1
1
1
1
P2
0
0
0
0
1
1
1
1
P3
0
0
0
0
1
1
1
1
Tabel 7 Hasil uji T terhadap variabel jumlah cabang pada setiap interaksi antar
perlakuan (Lampiran 2)
No
1
2
3
4
5
6

Interaksi perlakuan
P0-P1
P0-P2
P0-P3
P1-P2
P1-P3
P2-P3

Perbedaan
tn
tn
tn
tn
tn
tn

(tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

12
Hasil Analisis Tanah
Selain ke-4 variabel di atas, pengujian juga dilakukan terhadap sample tanah
yang diambil secara komposit di area penelitian (Tabel 8). Hasil analisis tanah
terhadap 2 sample tanah menunjukkan bahwa tanah tersebut pada umumnya
memiliki tingkat kesuburan yang hanya pada rentang rendah atau sangat rendah,
hanya ada 1 nilai pengujian yang memiliki nilai sedang yaitu pada jumlah Mg.
Tabel 8 Hasil pengujian sample tanah pada lahan penelitian (Lampiran 3 dan 4)
Parameter
No
Satuan
Sample 1
Kriteria
Sample 2
Kriteria
Pengujian
1
pH
Sangat
H2O (1:1)
4.4
4.5
Masam
masam
Sangat
Sangat
CaCl2 (1:1)
3.7
3.8
masam
masam
Sangat
Sangat
2
C org
%
0.59
0.52
rendah
rendah
Sangat
Sangat
3
N Total
%
0.07
0.06
rendah
rendah
4
Rasio C/N
8.4
Rendah
8.7
Rendah
Sangat
Sangat
5
P2O5
ppm
1.3
1.3
rendah
rendah
Sangat
Sangat
6
Ca
cmol/kg
0.34
0.40
rendah
rendah
7
Mg
cmol/kg
0.82
Rendah
1.18
Sedang
8
K
cmol/kg
0.17
Rendah
0.16
Rendah
9
Na
cmol/kg
0.30
Rendah
0.26
Rendah
10
KTK
cmol/kg
8.01
Rendah
6.04
Rendah
3+
11
Al
me/100g
3.67
2.60
12
H+
me/100g
0.89
1.37
Sampel dianalisis di Laboratorium SEAMEO BIOTROP; *) Kriteria penilaian sifat
kimia tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2010)
Pembahasan
Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan pertumbuhan Jabon
pada lahan bekas tambang yang memiliki unsur hara rendah dan keasaman yang
tinggi. Jabon merupakan jenis pohon pionir asli Indonesia yang memiliki
penyebaran alami yang luas dari Aceh sampai Papua. Jenis pohon ini banyak
dijumpai di tempat-tempat terbuka bekas tebangan atau di kanan-kiri jalan logging.
Jabon juga banyak dijumpai pada lahan bekas tambang khususnya di Kalimantan
dan tumbuh alami di tempat terbuka maupun sela-sela tegakan. Jabon memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis-jenis pohon kehutanan cepat
tumbuh lainnya yang saat ini telah dikenal masyarakat luas, antara lain : 1) Jenis
pohon asli Indonesia dengan penyebaran yang luas, 2) mudah diperbanyak, 3)
budidayanya (produksi bibit, penanaman, dan pemeliharaan) mudah, 4) kayunya
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. (Mansur 2010)

13
Penelitian ini menggunakan pohon jabon yang telah berumur 2.5 tahun
namun memiliki pertumbuhan yang tidak terlalu bagus. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Adiwicaksono (2013) yang menyebutkan bahwa tanah di PT. Tunas Inti
Abadi memiliki pH yang rendah sehingga tanah sangat masam. Tanah yang masam
dan kesuburan yang rendah diduga menjadi penyebab utama tidak sempurnanya
pertumbuhan jabon. Akan tetapi, Safriati (2012) menyebutkan jabon merupakan
tanaman yang dapat bertahan hidup pada tanah yang masam. Berdasarkan
pengamatan secara visual di lapang, jabon dapat bertahan hidup namun
pertumbuhannya tidak terlalu baik. Sebagian besar pohon jabon yang ditemukan di
PT. Tunas Inti Abadi pendek dan gemuk.
Hasil evaluasi tanah menunjukkan kesuburan sampel 1 sedikit lebih rendah
daripada sampel 2 terutama pada parameter pH tanah dan jumlah Mg, hal ini diduga
karena terjadi pencucian unsur hara pada tanah lapisan atas oleh air hujan.
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman. Selain meningkatkan kandungan Ca dan Mg tanah,
pengapuran bermanfaat bagi tanaman secara tidak langsung. Manfaat tidak
langsung pengapuran antara lain meningkatkan ketersediaan P, mengurangi
keracunan unsur Fe, Al dan Mn, memacu kegiatan jasad renik yang terlibat dalam
reaksi-reaksi penting di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, dan
mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen terbawa tanah
(soil-borne pathogens) (Munawar 2011). Bahan kapur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kalsit (CaCo3).
Berbeda dengan hasil penelitian Wicaksono (2014) bahwa kapur (CaCo3) dan
pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jabon yang tumbuh
pada lahan bekas tambang hanya pada faktor diameter. Penelitian ini menunjukkan
bahwa kapur dan LRB memberikan perbedaan yang nyata antar beberapa perlakuan
terhadap variabel tinggi dan diameter. Hal ini disebabkan karena perbedaan sumber
hara tambahan, lokasi penelitian yang tidak sama, umur tanaman jabon yang juga
berbeda jauh, dan intensitas cahaya yang lebih kecil.
Berdasarkan hasil analisis tanah, Mg menunjukkan jumlah yang lebih besar
daripada Ca sedangkan tanaman membutuhkan komposisi Ca lebih besar daripada
Mg untuk dapat tumbuh dan tidak stagnan. Tumbuhan membutuhkan Ca sebanyak
0.5% dari berat basah totalnya dan hanya membutuhkan Mg sebesar 0.04% dari
berat basah totalnya (Barchia 2009). Sedangkan kalsit memiliki 40 % Ca dan tidak
mengandung Mg sehingga dapat meningkatkan nilai Ca dalam tanah (Munawar
2011). Dengan pemberian kalsit yang mengandung banyak Ca ini diharapkan
terjadi peningkatan Ca dan tanaman jabon dapat tumbuh dengan baik.
Selain pengapuran yang di aplikasikan dalam penelitian ini juga dibuat
Lubang Resapan Biopori (LRB). Lubang Resapan Biopori atau yang biasa disingkat
LRB adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan
diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka
air tanah. Lubang kemudian diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya
biopori. Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan keci) yang dibentuk oleh
aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (Brata dan purwakusuma 2008).
Tim Biopori IPB (2007) menjelaskan bahwa biopori adalah lubang-lubang di
dalam tanah yang terbentuk akibat aktivitas berbagai organisme di dalamnya seperti
cacing, perakaran tanah, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang
terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.

14
Dengan lubang tersebut diharapkan kemampuan sebidang tanah dalam meresapkan
air juga akan meningkat sehingga akan memperkecil peluang terjadinya aliran air
di permukaan tanah.
Mulyadi (2008) menyatakan bahwa teknik LRB ini dikembangkan atas dasar
prinsip ekohidrologis, yaitu dengan memperbaiki kondisi ekosistem tanah untuk
perbaikan fungsi hidrologis ekosistem tersebut. Pemanfaatan sampah organik ke
dalam lubang yang kecil dan dalam, ternyata dapat menciptakan habitat yang baik
bagi beraneka ragam organisme tanah, khususnya cacing tanah.
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik pertambahan jumlah sel,
volume dan bobot. Seluruh ciri pertumbuhan dapat diukur, cara pengukuran yang
biasa digunakan adalah pengukuran volume atau massa (Salisbury dan Ross 1995).
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran pertambahan
volume dengan cara mengukur jumlah cabang, jumlah daun, tinggi, dan diameter
tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan. (Sitompul dan Guritno 1995). Faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dapat dikelompokkan menjadi faktor lingkungan di atas
tanah dan unsur penyusun tanah (Sitompul dan Guritno 1995). Faktor lingkungan
yang berada di atas tanah antara lain sinar matahari, suhu, udara, dan air
(Hardjowigeno 2010).
Terdapat 3 jenis serasah yang dimasukkan dalam LRB yaitu tumbuhan LCC,
daun akasia, dan sampah dapur. Berdasarkan hasil penelitian, ketiga serasah
tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap 4 variabel yang diamati.
Pada variabel diameter, jenis-jenis serasah dalam LRB memberikan pengaruh yang
nyata. Hal ini dibuktikan dalam analisis data yang dilakukan. Berdasarkan uji T,
diameter pohon dengan LRB yang berisi LCC memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap pohon kontrol dan pohon dengan LRB berisi daun akasia.
Pohon dengan LRB berisi LCC memiliki perbedaan yang tidak signifikan terhadap
pohon dengan LRB berisi sampah dapur. Sedangkan pohon dengan LRB berisi
daun akasia tidak berbeda signifikan dengan pohon kontrol dan pohon dengan LRB
berisi sampah dapur. Hal ini menunjukkan bahwa pohon jabon dengan LRB berisi
LCC dan sampah dapur merupakan pilihan yang paling baik dalam memilih jenis
serasah yang dimasukkan dalam LRB pada jabon di lahan bekas tambang PT. Tunas
Inti Abadi berdasarkan variabel diameter.
Gardner et al (1985) menyebutkan bahwa penyinaran yang kuat akan
menurunkan hormon auksin dan mengurangi tinggi tanaman. Faktor ini merupakan
salah satu penyebab stagnannya pertumbuhan jabon pada area bekas tambang PT.
TIA. Namun, pemberian LRB telah meningkatkan pertumbuhan tinggi. Hal ini
dibuktikan pada variabel tinggi, pohon jabon dengan LRB berisi sampah dapur dan
LCC memiliki perbedaan yang signifikan dengan pohon kontrol. Sedangkan antar
perlakuan yang lain tidak memberikan perbedaan yang signifikan.
Pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang pada semua perlakuan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini karena memang tidak terlalu banyak
daun dan cabang yang bertambah selama pengukuran dan pengamatan selama 8
minggu. Pertumbuhan jumlah cabang dan daun yang tidak terlalu bagus ini
dikarenakan adanya cabang yang patah baik disengaja maupun tidak disengaja oleh
manusia.
Berdasarkan pertumbuhan diameter (Gambar 7) dan pertumbuhan tinggi
(Gambar 9) dapat ditentukan bahwa jenis serasah pengisi LRB yang terbaik dan

15
dapat diterapkan pada PT Tunas Inti Abadi adalah LRB berisi daun LCC dan LRB
berisi sampah dapur. Kedua jenis ini tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap
semua parameter.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa LRB dapat
meningkatkan pertumbuhan diameter dan tinggi jabon pada lahan bekas tambang
batubara dengan kondisi tanah yang marjinal. Beberapa jenis serasah dalam LRB
memberikan perbedaan yang nyata terhadap variabel tinggi dan diameter, namun
antar semua perlakuannya tidak ada yang memberikan perbedaan nyata terhadap
variabel jumlah daun dan jumlah cabang. Daun dari tumbuhan LCC dan sampah
dapur merupakan bahan pengisi LRB yang baik dan tersedia di lokasi PT. Tunas
Inti Abadi.
Saran
1. Pembuatan LRB dapat menggunakan serasah daun akasia sebagai isiannya
karena lebih banyak tersedia, lebih mudah pengangkutannya daripada sampah
dapur dan memberikan pengaruh nyata terhadap diameter serta tinggi jabon.
2. Pengapuran dapat diaplikasikan dengan menggunakan kapur kalsit (CaCO3)
yang tidak mengandung unsur Mg.
3. Pemupukan lanjutan seperti NPK juga diperlukan sebagai pendukung dalam
meningkatkan unsur hara selain LRB.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwicaksono R. 2013. Pertumbuhan Jabon Merah, Jabon, Dan Sengon Buto Di
Lahan Bekas Tambang Batubara PT. Tunas Inti Abadi, Kalimantan Selatan
[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Brata RK dan Purwakusuma W. 2008. Teknologi peresapan air tepat guna untuk
perbaikan kualitas lingkungan perkotaan. Bogor (ID): Penebar Swadaya
Barchia MF. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. Yogyakarta (ID): UGM
Press
[ESDM] Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2013. Surat Keputusan
No.2934 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Kebutuhan dan Presentase
Minimal Penjualan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri tahun 2013.
Jakarta (ID): ESDM
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop
Plants
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Presindo
Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : P. 60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan
Reklamasi Hutan. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

16
Mansur I, Taheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Martawijaya A, Kartasudjana I, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas
kayu Indonesia JIlid II. Bogor (ID): Litbanghut.
Mulyadi I. 2008. Analisis efektivitas lubang resapan biopori. [Internet]. [diunduh
20 September 2013]. Tersedia pada http://www.tarumanegara.ac.id
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press
[PT TIA] PT Tunas Inti Abadi. 2010. Laporan Rencana Penutupan Tambang PT
Tunas Inti Abadi Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Banjarmasin
(ID): PT Tunas Inti Abadi
[RI] Republik Indonesia. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009. Jakarta
(ID): RI
[RI] Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009. Jakarta (ID):
RI
Safriati. 2012. Respon pertumbuhan jabon terhadap sumber benih dan dosis pupuk
yang berbeda pada daerah bekas tambang batubara di PT Kaltim Prima Coal,
Sangatta, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung (ID): Penerbit
ITB Bandung.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Tim Biopori IPB. 2007. Biopori. [Internet]. [diunduh 20 September 2013]. Tersedia
pada: http://www.biopori.com
Wicaksono. 2014. Respon pertumbuhan tanaman jabon (Anthocepalus cadamba
(Roxb.) Miq.) terhadap pengapuran di areal bekas tambang [ Skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

17
Lampiran 1 Hasil Uji T pada variable diameter dan tinggi
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

95% Confidence

tailed)

Difference

Difference

Interval of the
Difference
Lower

Upper

Diameter P1 dan P3

1.748

14

.102

3.49750

2.00046

-.79306

7.78806

Diameter P1 dan P2

2.277

14

.039

5.67500

2.49263

.32885

11.02115

Diameter P1 dan P0

3.119

12

.009

6.54792

2.09942

1.97367

11.12216

Diameter P3 dan P2

1.059

14

.308

2.17750

2.05661

-2.2334

6.58849

Diameter P3 dan P0

2.334

12

.038

3.05042

1.30681

.20313

5.89771

Diameter P2 dan P0

.402

12

.695

.87292

2.17201

-3.8595

5.60533

Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t

df

Sig.

Mean

Std. Error

95% Confidence

(2-

Difference

Difference

Interval of the

tailed)

Difference
Lower

Upper

Tinggi P3 dan P1

.904

14

.381

8.25000

9.12977

-11.3314

27.83141

Tinggi P3 dan P2

1.851

14

.085

15.87500

8.57673

-2.52025

34.27025

Tinggi P3 dan P0

2.557

12

.025

23.79167

9.30557

3.51657

44.06676

Tinggi P1 dan P2

1.158

14

.266

7.62500

6.58377

-6.49577

21.74577

Tinggi P1 dan P0

2.305

12

.040

15.54167

6.74304

.84984

30.23349

Tinggi P2 dan P0

1.396

12

.188

7.91667

5.66922

-4.43550

20.26883

18
Lampiran 2 Hasil Uji T pada variable jumlah cabang dan jumlah daun

Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

95% Confidence

tailed)

Difference

Difference

Interval of the
Difference
Lower

Upper

Cabang P2 dan P0

.391

12

.703

.37500

.95946

-1.71549

2.46549

Cabang P2 dan P3

.572

14

.576

.50000

.87372

-1.37395

2.37395

Cabang P2 dan P1

1.288

14

.219

1.00000

.77632

-.66505

2.66505

Cabang P0 dan P3

.140

12

.891

.12500

.89389

-1.82263

2.07263

Cabang P0 dan P1

.820

12

.428

.62500

.76177

-1.03476

2.28476

Cabang P3 dan P1

.698

14

.497

.50000

.71651

-1.03677

2.03677

Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

95% Confidence

tailed)

Difference

Difference

Interval of the
Difference
Lower

Upper

Daun P3 dan P2

.058

14

.954

.12500

2.14382 -4.47305

4.72305

Daun P3 dan P0

.498

12

.628

1.08333

2.17613 -3.65804

5.82471

Daun P3 dan P1

.617

14

.547

1.00000

1.62019 -2.47495

4.47495

Daun P2 dan P0

.393

12

.702

.95833

2.44130 -4.36079

6.27746

Daun P2 dan P1

.466

14

.648

.87500

1.87738 -3.15158

4.90158

Daun P0 dan P1

-.046

12

.964

-.08333

1.81030 -4.02765

3.86098

19
Lampiran 3 Kriteria penilaian karakteristik tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983
dalam Hardjowigeno 2010)
Sangat
Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat
tinggi

C -Organik (%)

< 1,00

1,00 - 2,00

2,01 - 3,00

3,01 - 5,00

> 5,00

Nitrogen (%)

< 0,10

0,10 - 0,20

0,21 - 0,50

0,51 - 0,75

> 0,75

C/N

25

P2O5 HCl (mg/100g)

< 10

Oct-20

21 - 40

41 - 60

> 60

P2O5 Bray-1 (ppm)

< 10

Oct-15

16 - 25

26 - 35

> 35

P2O5 Olsen (ppm)

< 10

Oct-25

26 - 45

46 - 60

> 60

K2O HCl 25%
(mg/100g)

< 10

Oct-20

21 - 40

41 - 60

> 60

KTK (me/100g)

40

K (me/100g)

< 0,1

0,1 - 0,2

0,3 - 0,5

0,6 - 1,0

>1,0

Na (me/100g)

< 0,1

0,1 - 0,3

0,4 - 0,7

0,8 - 1,0

>1,0

Mg (me/100g)

< 0,4

0,4 - 1,0

1,1 - 2,0

2,1 - 8,0

> 8,0

Ca (me/100g)

< 0,2

2-5

6 - 10

Nov-20

> 20

Kejenuhan Basa (%)

< 20

20 - 35

36 - 50

51 - 70

> 70

Aluminium (%)

< 10

10 - 20

21 - 30

31 - 60

> 60

Sifat Tanah

Susunan Kation :

pH H2O

Sangat
Masam
< 4,5

Masam
4,5 - 5,5

Agak
Masam
5,6- 6,5

Netral
6,6-7,5

Agak
Alkalis
7,6-8,5

Alkalis
> 8,5

20
Lampiran 4 Hasil analisis tanah

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun, 24 Desember 1992 dari pasangan Sugeng
Riyanto dan Itri Sulistyowati sebagai putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis
lulus dari SMA Negeri 3 Madiun pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama
penulis lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis diterima di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
Selama masa perkuliahan di IPB penulis juga aktif di berbagai kegiatan nonakademis antara lain sebagai anggota PASKIBRA MENWA IPB pada tahun 20102011, penulis juga aktif sebagai ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban
Sedulur Madiun (OMDA PASMAD) pada tahun 2011-2012. Selain itu penulis juga
aktif dalam Himpunan Mahasiswa Tree Grower Community sebagai anggota
Human Reaserch and Development pada tahun 2012 dan sebagai anggota Scientific
Improvement pada tahun 2013. Pada kepanitiaan, penulis juga pernah menjadi ketua
komisi disiplin dalam Masa Perkenalan Departemen (MPD) Silvikultur pada tahun
2011 serta menjadi ketua panitia Canvasing IPB untuk Madiun, Magetan, dan
Ngawi pada tahun 2013.
Pengalaman penulis dalam hal akademis, penulis melakukan Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan di Indramayu-Ciremai (2012), Praktek Pengelolaan
Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) (2013), dan Praktek Kerja
Profesi di PT. Tunas Inti Abadi site Sebamban, Kalimantan Selatan (2014).