:Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN
KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI

BUDI YADHIKA SARJONO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian
Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Budi Yadhika Sarjono
NIM A24100003

ABSTRAK
BUDI YADHIKA SARJONO. Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo
Abadi. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN.
Magang ini dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu
Nabatindo Abadi (WNA) dari Maret sampai Juni 2014. Tujuan kegiatan ini adalah
menambah pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang usaha perkebunan
kelapa sawit secara umum dan pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit
secara khusus. Data dan informasi dikumpulkan dengan metode langsung dan
tidak langsung. Penulis mengamati dominansi gulma di pasar pikul BKLE dengan
parameter pengamatan yang terdiri atas spesies, frekuensi, kerapatan, dan bobot
basah biomassa. Pengamatan lain adalah gejala kerusakan penyemprotan kentosan

4 minggu setelah aplikasi. Data penilaian gulma dianalisis dengan menggunakan
analisis nisbah jumlah dominansi (NJD), sedangkan penyemprotan kentosan
dianalisis secara deskriptif. Pasar pikul BKLE didominasi oleh Nephrolepis
biserrata, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, dan Digitaria adscendens.
Penyemprotan kentosan menyebabkan banyak kentosan yang mengalami
kematian namun masih ada yang tetap tumbuh.

Kata kunci: dominansi gulma, kerusakan kentosan, nisbah jumlah dominansi,
pasar pikul, piringan

ABSTRACT
BUDI YADHIKA SARJONO. Weed Control of Oil Palm Plantation (Elaeis
guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate of PT Windu Nabatindo Abadi.
Supervised by SOFYAN ZAMAN.
This intership was conducted at Bangun Koling Estate (BKLE) of PT
Windu Nabatindo Abadi (WNA) from March to June 2014. The aim of this
activity were to improve knowledge, skill, and experience about oil palm
plantation in general and specifically about weed control of oil palm plantation.
Collection of data and information was carried out by direct and indirect methods.
The author observed weed domination in harvester path of BKLE with

observation parameter consisting of species, frecuency, density, and biomass wet
weight. Another observation was the damage symptom of voluntary oil palm
seedlings (VOPs) spraying in the circle 4 weeks after application. The output of
weed domination observation was analyzed with Summed Dominance Ratio
(SDR), while VOPs spraying was analyzed descriptively. The harvester path of
BKLE was dominated by Nephrolepis biserrata, Ageratum conyzoides, Cyperus
rotundus, and Digitaria adscendens. VOPs spraying caused many VOPs dead but
few keep growing.
Key words: circle, harvester path, summed dominance ratio, VOPs damage, weed
domination

2

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN
KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI

BUDI YADHIKA SARJONO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

3

4

Judul Skripsi :Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo
Abadi
Nama
: Budi Yadhika Sarjono

NIM
: A24100003

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo Abadi”. Skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dan lulus
di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Skripsi ini merupakan laporan hasil magang yang dilaksanakan selama
empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Bangun Koling, PT Windu
Nabatindo Abadi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis, Bapak Ir
Sarjono Damanik, Ibu Rosnilawaty Alifia, Suci Aripurnami, dan Devita Sandra
M. atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis; Bapak Ir Sofyan
Zaman, MP selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi,
MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan
saran dalam proses magang dan akademik sampai dengan penyusunan skripsi ini;
Bapak Dr Ir Herdhata Agusta dan Bapak Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi
selaku dosen penguji. Keluarga besar Kebun Bangun Koling PT Windu Nabatindo
Abadi, terutama Bapak Syahbudin selaku Manajer Kebun dan Bapak Gunawan
Setiaji selaku Asisten Divisi 2 BKLE yang telah memberikan bimbingan dan
masukan kepada penulis. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 47
beserta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Penulis
amat senang menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

Bogor, Desember 2014
Budi Yadhika Sarjono

6

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa Sawit
Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit
Pengendalian Gulma
METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dominansi Gulma
Teknik Pengendalian Gulma
Faktor Penentu Keberhasilan Pengendalian Gulma
Estimasi Biaya Pengendalian Gulma
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
viii
viii
1
1
2
2
2
3
4
4
4
5
6
6

7
7
7
8
8
9
10
10
17
19
19
22
26
28
28
28
29
29
30
39


DAFTAR TABEL
1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE
2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE
3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2013

8
9
9

7

4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014
5 Nisbah jumlah dominansi gulma per tahun tanam
6 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari dua
komunitas yang berbeda
7 Rekap anggaran biaya pengendalian gulma BKLE tahun 2014

10
20
21
28

DAFTAR GAMBAR
1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH
12
2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH
13
3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate
15
4 Kegiatan panen dengan dodos
17
5 Dendrogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol 22
6 Hasil semprot kentosan 4 minggu setelah aplikasi
26

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
2 Data curah hujan 2009-2013 Bangun Koling Estate, PT Windu
Nabatindo Abadi
3 Struktur organisasi Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
4 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di Bangun Koling Estate,
PT Windu Nabatindo Abadi
5 Rekomendasi dosis pupuk tahun 2014 di BKLE
6 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di Bangun Koling Estate,
PT Windu Nabatindo Abadi
7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di Bangun Koling Estate,
PT Windu Nabatindo Abadi

31
32
33
34
35
36
37

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
nabati unggulan dan berpengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam memproduksi minyak kelapa sawit
(MKS) karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif berupa mikroklimat
yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Tingginya pertumbuhan
industri kelapa sawit di Indonesia berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja dan penambahan devisa negara.
Peningkatan pendapatan domestik bruto dan pertumbuhan penduduk dunia
mengakibatkan peningkatan kebutuhan minyak nabati dunia. Minyak kelapa
sawit, sebagai salah satu minyak nabati unggulan, merupakan bahan baku utama
pembuatan minyak goreng pada industri minyak goreng dan bahan baku
oleochemical utama pada industri makanan, industri shortening, dan industri
farmasi (kosmetik), sehingga MKS memiliki nilai yang strategis.
Data dari Kementrian Perindustrian (2012) menunjukkan bahwa
penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam
pasar minyak nabati dunia sejak tahun 2004 yaitu mencapai sekitar 30 juta ton
dengan pertumbuhan rata-rata 8% per tahun. Tingginya permintaan akan minyak
kelapa sawit di dalam dan luar negeri merupakan indikasi pentingnya produksi
minyak kelapa sawit yang optimal.
Indonesia sebagai salah satu produsen MKS terbesar di dunia terus
berusaha mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Usaha ini terlihat dari
peningkatan luas areal dan produktivitas perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2012) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 8 992 824 ha
pada tahun 2011 menjadi 9 074 621 ha pada tahun 2012 dan terus meningkat.
Produktivitas MKS adalah 3.53 ton/ha pada tahun 2011 dan meningkat menjadi
3.57 ton/ha pada tahun 2012.
Tingginya pertumbuhan industri kelapa sawit merupakan hal positif yang
perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Usaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan produktivitas tanaman dapat dilakukan melalui kegiatan
pemeliharaan yang tepat. Salah satu unsur pemeliharaan kebun kelapa sawit pada
periode tanaman menghasilkan (TM) adalah pengendalian gulma.
Kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat mengakibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas produksi tandan buah segar (TBS), gangguan
terhadap pertumbuhan tanaman, peningkatan serangan hama dan penyakit,
gangguan tata guna air, dan secara umum akan meningkatkan peningkatan biaya
usaha tani (Pahan 2006). Pengendalian gulma menjadi topic penting yang penulis
pilih untuk diamati sebagai bahan kajian tugas akhir magang karena pengendalian
gulma memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi TBS tanaman kelapa
sawit.

2

Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan pemamaham
proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis lapangan,
meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan di lapangan
perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah
meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tentang pemeliharaan
tanaman kelapa sawit terutama pengendalian gulma yang terdiri dari dominansi
gulma, teknik pengendalian gulma, faktor penentu keberhasilan pengendalian
gulma, dan estimasi biaya pengendalian gulma.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Pahan (2006), dalam dunia botani, semua tumbuhan
diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode
pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus.
Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi
: Embryophyta Siphonagama
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Monocotyledonae
Famili
: Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: 1. E. guineensis Jacq.
: 2. E. oleifera (H.B.K) Cortes
: 3. E. odora
Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah yang disebut tandan buah segar
(TBS). Menurut Corley (2003) produktivitas tandan kelapa sawit meningkat
dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian
menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua
hingga umur ekonomis 25 tahun. Adi (2010) menambahkan, kelapa sawit
merupakan suatu tanaman yang menghasilkan minyak nabati sebagai hasil
utamanya yang memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya. Tinggi pohon kelapa sawit dapat mencapai 24
meter. Buah dari kelapa sawit memiliki warna merah kehitaman pada kondisi
telah matang. Daging dan kulit pada buah tersebut mengandung minyak yang
dapat digunakan sebagai minyak goreng, peralatan kosmetik, bahan baku
margarin, dan bahan baku minyak alkohol.
Tandan buah segar akan menghasilkan minyak setelah diolah. Minyak
yang berasal dari kelapa sawit terdiri atas dua macam. Pertama, minyak yang
berasal dari daging buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui perebusan dan
pemerasan (press). Minyak jenis ini dikenal sebagai minyak sawit kasar atau

3

crude palm oil (CPO). Kedua, minyak yang berasal dari inti sawit, dikenal sebagai
minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO) (Pardamean 2008).

Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan,
gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi
dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi
sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi
sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budi daya dalam hal
perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati)
yang disekresikan (Pahan 2006).
Menurut Sembodo (2010), penggolongan gulma berdasarkan kesamaan
responnya terhadap herbisida paling banyak digunakan bila dikaitkan dengan
upaya pengendalian gulma. Kesamaan respon terhadap herbisida adalah sifat atau
gejala umum yang ditunjukkan gulma tersebut apabila dikenai suatu jenis
herbisida. Berdasarkan respon gulma terhadap herbisida, maka gulma dapat
digolongkan menjadi: (1) gulma rumputan (grasses), (2) gulma golongan tekian
(sedges), dan (3) gulma golongan berdaun lebar (broadleaves).
Jenis-jenis gulma yang dominan yang terdapat di perkebunan dapat
berbeda-beda jenisnya dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan juga
bergantung pada umur dari tanaman pokoknya (Sastroutomo 1990). Soedarsan et
al. (1983) mencatat 8 jenis gulma penting pada pertanaman kelapa sawit yang
terdiri dari 6 jenis rerumputan, 1 jenis gulma berdaun lebar, dan 1 jenis pakis.
Jenis-jenis ini adalah I. cylindrica, A. compressus, Ottochloa sp., P. repens, P.
conjugatum, D. adscendens, Mikania micrantha, dan Nephrolepis biserrata.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan
menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E. Gulma kelas A adalah jenis-jenis gulma
yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara
tuntas, contohnya Imperata cylindrica, Mikania sp., dan Mimosa sp.. Gulma kelas
B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu
dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian, contohnya Lantana
camara, Melastoma malabathricum, dan Scleria sumatrensis. Gulma kelas C
adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan
memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut
tergantung pada keadaan, misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan
segi estetika (kebersihan kebun), contohnya Axonopus compressus, Cyperus sp.,
dan Nephrolepis biserrata. Gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang
merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian,
contohnya Ageratum conyzoides, Cyrtococcum sp., dan Digitaria sp.. Gulma kelas
E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman
perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau, contohnya
Calopogonium sp., Centrosema pubescens, dan Pueraria sp. (Barus 2003).

4

Pengendalian Gulma
Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budi daya
lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, CO2, ruang dan lain-lainnya. Mungkin
dengan adanya pengendalian yang terus-menerus akan dapat merusak tanaman
karena sentuhan mekanik dan dengan sendirinya akan dapat mengurangi hasil dan
demikian seterusnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan
membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir 1993).
Beberapa laporan menginformasikan pengaruh gulma pada perkebunan
kelapa sawit dapat mengurangi produksi panen kelapa sawit. Mikania micrantha
misalkan, dilaporkan dapat menurunkan produksi Tandan Buah Segar (TBS)
sebesar 20% karena pertumbuhannya sangat cepat dan mengeluarkan zat
allelopatik yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tahun 2010, di Provinsi Jambi
tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit yang disebabkan oleh Mikania
micrantha sebesar Rp 38 110 500,00 dengan luas serangan 757.5 ha, Imperata
cylindrica sebesar Rp 59 971 500,00 dengan luas serangan 1 086 ha, Paspalum
conjugatum sebesar Rp 43 416 599,00 dengan luas serangan 1 149.9 ha
(Dirjenbun 2013).
Menurut Pahan (2006), pengendalian/pemberantasan gulma di perkebunan
kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan
(interrow). Ada tiga jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu (1) ilalang di
piringan dan gawangan, (2) rumput-rumputan di piringan, (3) tumbuhan
pengganggu/anak kayu di gawangan, (4) gulma lainnya, yaitu keladi liar, dan
pisang liar. Pengendalian gulma dilakukan dengan pendekatan konsep ambang
ekonomi. Artinya, selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma
tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk
pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan.
Sembodo (2010) menambahkan, langkah awal sebelum dilakukan
pengendalian gulma dalam suatu areal usaha tani yang luas seperti perkebunan,
terlebih dahulu perlu dilakukan penilaian terhadap gulma yang ada. Tahapan
penilaian gulma dalam suatu areal tertentu adalah survei primer (pendahuluan),
penetapan contoh yang mewakili (sampling), pencatatan jenis dan parameter
gulma, penilaian kondisi gulma, dan penetapan kebijakan pengelolaan gulma. Ada
enam metode pengendalian gulma, yaitu preventif atau pencegahan, mekanik atau
fisik, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu.

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kebun Bangun Koling PT Windu
Nabatindo Abadi di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah pada 1 Maret
sampai dengan 30 Juni 2014.

5

Metode Pelaksanaan
Magang dilaksanakan dengan metode memberikan penulis tanggung jawab
sebagai karyawan lapangan selama satu bulan, pembantu mandor selama satu
bulan, dan pembantu asisten selama dua bulan, serta mempelajari administrasi dan
pengumpulan data di kantor. Penulis mengikuti semua kegiatan yang ada di
lapangan (kebun), baik yang bersifat teknis maupun administratif, bekerja seperti
halnya karyawan perusahaan, di bawah pengawasan pembimbing lapangan,
berdiskusi dengan para asisten mengenai semua aspek pengelolaan kebun,
khususnya aspek budidaya tanaman, menerima tugas sebagai mandor atau
melaksanakan kegiatan administrasi di bawah bimbingan asisten perusahaan,
mempelajari administrasi kebun dengan bimbingan asisten administrasi,
menyesuaikan variasi jadwal dan jenis kegiatan yang ditangani dengan kegiatan
yang ada dilapangan, melakukan analisis deskriptif terhadap data dan informasi
yang berhasil dikumpulkan, dan membahas permasalahan yang dihadapi baik dari
aspek teknis maupun manajerial sehingga dapat memberikan rekomendasi
perbaikan-perbaikan kepada perusahaan tempat magang.
Penulis bertanggung jawab sebagai karyawan lapangan pada bulan pertama
dan melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Penulis
terlibat dalam kegiatan pengendalian gulma, pemupukan, pemanenan, dan
perawatan. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat prestasi kerja
penulis, karyawan, dan norma yang berlaku di perusahaan, serta diskusi dengan
karyawan lapangan.
Kegiatan sebagai pembantu mandor berlangsung pada bulan kedua.
Kegiatan yang dipelajari adalah batas kewenangan dan tanggung jawab seorang
Mandor. Sesuai dengan aspek agronominya, masing-masing mandor menentukan
jumlah tenaga kerja, alat, dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan esok hari,
memeriksa kehadiran, mengorganisir dan mengawasi pelaksanaan di lapangan,
membuat laporan harian mandor, mengisi administrasi pada tingkat mandor.
Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat jumlah karyawan yang diawasi,
luas areal pengawasan, dan lama pekerjaan, pengambilan contoh gulma di blokblok contoh untuk penilaian dominansi gulma, dan melakukan diskusi dengan
Mandor.
Kegiatan sebagai Pendamping Asisten Divisi dilakukan pada dua bulan
terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan yang
dilakukan oleh Asisten seperti membuat rencana kerja harian dan bulanan,
melakukan kegiatan manajemen tingkat divisi, mengarahkan kerja mandor,
membuat laporan harian asisten, mengisi administrasi tingkat divisi, dan
memeriksa pelaksanaan kegiatan di lapangan untuk setiap aspek agronomi.
Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat jumlah mandor yang diawasi,
luas areal pengawasan, dan lama pekerjaan, dan melakukan diskusi dengan asisten
dan manajer.

6

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data primer dan data sekunder selama kegiatan
magang. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan penulis
secara langsung di lapangan yang meliputi penilaian gulma dan efektivitas
penyemprotan kentosan. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
pengamatan dan dokumentasi pihak lain, umumnya tersedia di kantor kebun, dan
tidak diperoleh oleh penulis secara langsung di lapangan. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi letak georafis dan administratif, keadaan iklim dan tanah,
luas areal dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, dan struktur
organisasi dan ketenagakerjaan.
Pengamatan penilaian gulma dilakukan pada 5 blok tahun tanam, yaitu
2006 (L20), 2007 (M21), 2008 (M23), 2009 (K15), dan 2010 (K14). Distribusi
petak contoh yang digunakan adalah sampling beraturan, yaitu 20 petak contoh
pada 4 pasar pikul di setiap blok, masing-masing pasar pikul diambil 5 petak
contoh, dengan menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm.
Penilaian gulma ini dilakukan untuk menentukan spesies gulma dominan melalui
parameter frekuensi mutlak (FM), kerapatan mutlak (KM), dan bobot basah
biomassa atau bobot basah mutlak (BBM). Penyemprotan kentosan di piringan
diamati 4 minggu setelah aplikasi.

Analisis Data dan Informasi
Data primer yang diperoleh dikelompokkan dan diolah lebih lanjut. Data
penilaian gulma dianalisis dengan menggunakan analisis Nisbah Jumlah
Dominansi (NJD), sedangkan penyemprotan kentosan dianalisis secara deskriptif.
NJD dihitung dengan rumus (Fitriana et al. 2013):
N
KN (kerapatan nisbi) adalah nilai KM spesies gulma tertentu dibagi total
KM semua jenis gulma. BBN (bobot basah nisbi) adalah nilai BBM spesies gulma
tertentu dibagi total BBM semua jenis gulma. FN (frekuensi nisbi) adalah nilai
FM spesies gulma tertentu dibagi total FM semua jenis gulma. NJD
mengindikasikan kemampuan penguasaan sarana tumbuh yang ada oleh suatu
jenis gulma tertentu.
Tingkat kesamaan vegetasi gulma dari setiap blok dibandingkan dengan
cara menghitung koefisien komunitas (KK) menggunakan indeks kesamaan BrayCurtis (Ludwig dan Reynolds 1988). KK dihitung dengan rumus:

Nilai W adalah jumlah individu terendah dari spesies gulma yang terdapat di
2 blok yang dibandingkan. Nilai a adalah jumlah semua individu dari spesies

7

gulma pada blok pertama, dan b adalah jumlah semua individu dari spesies gulma
pada blok kedua. KK menunjukkan tingkat kesamaan antara 2 blok yang
dibandingkan. Koefisien ketidaksamaan dari nilai KK dianalisis dengan analisis
gerombol metode single-linkage dan ditampilkan dalam bentuk dendrogram.
Data sekunder yang diperoleh dibandingkan dengan literatur hasil studi
pustaka yang terkait dengan kegiatan magang dan norma yang berlaku di
perkebunan kelapa sawit secara umum.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) adalah grup perusahaan yang bergerak
di bidang perkebunan kelapa sawit. PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) adalah
salah satu anak perusahaan dari BGA yang mengelola empat unit usaha, yaitu
Selucing Agro Mill (SAGM), Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga
Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). BKLE terdiri atas 4 divisi.
Penulis melakukan kegiatan magang di Divisi 2 BKLE. Tanaman tertua di BKLE
adalah tahun tanam 2006 dan yang termuda adalah 2010. Progeni yang ditanam di
BKLE terdiri atas Costa Rica, Papua New Guinea, Marihat V, dan Socfindo.

Letak Geografis dan Wilayah Administratif
BKLE terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas areal BKLE
sebelah timur berbatasan dengan SCME, sebelah selatan berbatasan dengan PT
SS, sebelah barat berbatasan dengan PT TASK, dan sebelah utara berbatasan
dengan PT NKU. Letak geografis BKLE yaitu pada koordinat di antara 112.01°113.09°BT dan 1.45°-1.85°LS. Peta BKLE dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah
Rata-rata curah hujan di BKLE sejak tahun 2009-2013 adalah 3 940.84
mm per tahun. Rata-rata hari hujan adalah 137.8 hari per tahun. Jumlah Bulan
Basah adalah 11 bulan (September s.d. Juli) serta Bulan Kering 1 bulan (Agustus)
sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Scmidt-Ferguson termasuk tipe iklim
A (Sangat Basah). Suhu rata-rata harian di BKLE yaitu 27 °C dengan kisaran suhu
23-33 °C. Curah hujan BKLE dapat dilihat pada Lampiran 2.
Jenis tanah di BKLE terdiri dari tanah inseptisol 64.7%, entisol 30.4%,
histosol 7.11%, dan ultisol 0.71% sehingga tanah yang dominan di BKLE adalah
tanah inseptisol. Kesesuaian lahan untuk kelapa sawit di BKLE termasuk dalam
kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Topografi
mayoritas datar dengan tingkat kemiringan 0-8 %, sedikit daerah bergelombang
dengan tingkat kemiringan 9-15 % dan berbukit dengan kemiringan 15-30 %.

8

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal kebun BKLE adalah 3 183 ha dengan rincian 2 669 ha sudah
diusahakan yang terdiri dari 2 505 ha areal Tanaman Menghasilkan (TM) dan 25
ha areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). BKLE mempunyai empat divisi,
yaitu Divisi I seluas 845 ha, Divisi II seluas 714 ha, dan Divisi III seluas 1 110 ha.
Areal yang ditanam di BKLE terdiri atas TM dengan tahun tanam 2006-2010 dan
TBM dengan tahun tanam 2011. BKLE mempunyai areal prasarana seluas 140 ha,
areal yang bisa ditanam seluas 158 ha, dan areal yang tidak bisa ditanam seluas
356 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas areal kebun dan tata guna lahan di BKLE
Uraian
I. Areal Diusahakan = A + B
A. Areal Ditanam = 1 + 2
1. Tanaman Menghasilkan (TM)
1.1 Tahun Tanam 2006
1.2 Tahun Tanam 2007
1.3 Tahun Tanam 2008
1.4 Tahun Tanam 2009
1.5 Tahun Tanam 2010
2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
2.1 Tahun Tanam 2011
B. Areal Prasarana = 3 + 4
3. Emplasemen
4. Jalan dan Jembatan
II. Areal Bisa Ditanam = C
C. Okupasi
III. Areal Tidak Bisa Ditanam = D + E
D. Tanah Desa
E. Bukit, Sungai, Rawa, Pasir, dll
Total Luas Areal Kebun = I + II + III
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Luas (ha)
2 669
2 530
2 505
560
1 527
261
35
122
25
25
140
67
72
158
158
356
53
303
3 183

Keadaan Tanaman dan Produksi
BKLE menanam kelapa sawit varietas tenera dengan berbagai macam
progeni. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan Satuan
Pokok per Hektar (SPH) adalah 136 tanaman per ha. Adanya batas-batas alam
menyebabkan luasan blok di BKLE tidak semuanya baku 30 ha. Ada blok-blok
yang luasannya lebih dari 30 ha dan ada yang kurang dari 30 ha. Jumlah populasi
tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2.

9

Tabel 2 Populasi tanaman per tahun tanam di BKLE
Tahun Tanam
Luas Areal (ha)
Jumlah Tanaman
2006
0 560.06
075 514
2007
1 526.55
206 200
2008
0 261.05
034 107
2009
0 034.63
005 056
2010
0 122.35
013 254
2011
0 025.01
004 374
Total
2 529.65
338 505
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

SPH (pokok/ha)
135
135
131
146
108
175
134

Tanaman tahun tanam 2006 di BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009.
Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE terus meningkat dari
tahun ke tahun dan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2013
Tahun Luas TM (ha)
Produksi (ton)
BJR (kg)
Produktivitas (ton/ha)
2009
0 560
01 868
3.97
00.83
2010
2 086
10 441
4.10
04.45
2011
2 347
21 892
4.76
09.33
2012
2 381
32 778
6.20
13.76
2013
2 503
38 963
7.52
15.56
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
BKLE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh
Kepala Administrasi (Kasi) dan empat Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh
mandor I, kerani divisi, mandor semprot, mandor until, mandor pupuk, mandor
panen, kerani panen, kerani transport, mandor perawatan, dan mandor traksi. Kasi
dibantu oleh accounting, mantri, admin tanaman, kasir, personalia, dan kerani
gudang.
Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola
dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang
meliputi produksi, areal statement, sumber daya manusia, dan biaya. Asisten
Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di
lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui
pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi,
memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer
kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam
menjalankan tugasnya akan dibantu oleh mandor I, mandor, dan kerani divisi.
Kasi adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua kegiatan
administrasi di kebun. Kasi dibantu oleh karyawan kantor kebun. Struktur
organisasi BKLE dapat dilihat pada Lampiran 3.
Sistem ketenagakerjaan BKLE terbagi menjadi karyawan staf dan
karyawan nonstaf. Karyawan staf terdiri atas Estate Manager (EM), Asisten

10

Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan
Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL).
Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung seperti karyawan kantor
kebun, mandor, dan kerani. KHT dan KHL terdiri atas pekerja langsung lapangan.
Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Status dan jumlah karyawan BKLE tahun 2014
No
Status Karyawan
1
Karyawan Staf
2
Karyawan Bulanan
3
Karyawan Harian Tetap (KHT)
4
Karyawan Harian Lepas (KHL)
Indeks Tenaga Kerja (ITK)
Sumber: Kantor Kebun BKLE (2014)

Jumlah
006
013
292
116
0.12

Indeks tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah total tenaga kerja
dan luas areal kebun. BKLE menerapkan 7 jam kerja per hari dan 6 hari kerja per
minggu. Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (1 HK),
kecuali hari Jumat 1 HK hanya 5 jam. Sistem pembagian gaji untuk karyawan
non staf berbeda-beda sesuai status karyawan, yaitu:
1. Karyawan Bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per bulan
sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari raya,
tunjangan jamsostek, dan tunjangan kesehatan.
2. Karyawan Harian Tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik, air, gaji per
bulan sesuai Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) sebesar Rp 1 908
525,00 setiap bulan, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek,
dan tunjangan kesehatan.
3. Karyawan Harian Lepas: fasilitas rumah, listrik, air, upah harian sebesar Rp 76
341,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan setelah 3 bulan
diangkat menjadi karyawan harian tetap.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan
aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif melakukan
kegiatan teknis di lapangan sebagai karyawan lapangan. Aspek manajerial ialah
kegiatan penulis bekerja aktif melakukan kegiatan pengawasan, evaluasi,
perencanaan, dan administrasi sebagai mandor dan asisten. Asisten divisi sebagai
pembimbing lapang memberikan arahan kepada penulis dalam melaksanakan
kegiatan magang.

Aspek Teknis
Pelaksanaan aspek teknis sehari-hari diawali dengan apel pagi. Apel pagi
di BKLE terdiri atas apel pagi tahap 1 dan apel pagi tahap 2. Apel pagi tahap 1

11

berlangsung pukul 04.45-05.00 WIB berisi pengingatan atau pemastian kembali
oleh asisten kepada para mandor tentang ada atau tidaknya perubahan rencana
kerja harian (RKH) pada hari tersebut. Perubahan RKH dapat terjadi apabila saat
apel cuacanya hujan atau ada sumberdaya yang tidak tersedia di luar perkiraan.
Apel pagi tahap 2 berlangsung pukul 05.00-05.30 WIB berisi pemeriksaan
kehadiran dan pengarahan oleh mandor per jenis kegiatan kepada karyawan
lapangannya masing-masing tentang rencana kerja hari tersebut sesuai instruksi
dari asisten saat apel pagi tahap 1. Setelah apel pagi tahap 2 selesai, karyawan
lapangan bergegas sarapan dan berangkat ke lahan sehingga pukul 06.00 WIB
pekerjaan sudah bisa dimulai. Jam kerja karyawan lapangan dimulai pukul 06.00
sampai dengan 13.30 WIB dengan jeda istirahat pukul 09.30-10.00 WIB. Karena
semua tanaman kelapa sawit di lokasi penulis magang (divisi 2) statusnya adalah
tanaman menghasilkan (TM), maka aspek teknis yang penulis lakukan selama
kegiatan magang hanya terdiri dari 3 kegiatan rutin seperti pengendalian gulma,
pemupukan, dan pemanenan. Jurnal harian sebagai karyawan lapangan dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di BKLE adalah salah satu kegiatan utama yang
sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap akses menuju pokok dan
kelancaran kegiatan operasi secara umum. Kegiatan ini dilakukan secara kimiawi
dan manual dengan fokus lokasi pengendalian pada piringan, pasar pikul, tempat
pengumpulan hasil (TPH), dan gawangan mati. Gulma yang banyak ditemukan di
BKLE adalah Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, Stenochlaena palustris,
Melastoma malabathricum, kentosan, dan Scleria sumatrensis.
Pengendalian gulma secara kimiawi. Salah satu tindakan pengendalian
gulma dengan mempertimbangkan aspek biaya, tenaga kerja, dan waktu yang
relatif rendah adalah dengan menggunakan herbisida (Monaco et al. 2002).
Pengendalian gulma secara kimiawi di BKLE merupakan kegiatan pemeliharaan
yang menelan biaya produksi terbesar kedua setelah pemupukan. Oleh karena itu,
pelaksaannya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode
Spraying System (BSS). Tim kerja semprot BSS di BKLE terdiri atas 28 tenaga
penyemprot, 2 tenaga pengairan, 1 orang supir, dan 1 orang mandor. Satu tim
kerja semprot BSS menangani seluruh divisi di BKLE. Rotasi semprot piringan,
pasar pikul, dan TPH di divisi 2 dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Standar
output semprotnya adalah 3 ha/HK.
Tim kerja semprot BSS dilengkapi dengan 1 unit modifikasi truk dengan
tangki berkapasitas 3000 liter. Masing-masing penyemprot dilengkapi dengan 1
unit knapsack sprayer semi-otomatis bertekanan konstan “SA15” yang dinomori
sesuai nomor tenaga penyemprot, fan nozzle kuningan berjenis very low volume
200 l/ha “VLV200“, bendera kuning, dan parang. Bendera kuning digunakan
sebagai tanda batas terakhir penyemprotan apabila larutan semprot habis sebelum
pasar pikul selesai disemprot. Apabila hari hujan dan penyemprotan terpaksa
harus dialihkan, maka parang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual
atau babat tumbuhan pengganggu (BTP). Alat pelindung diri yang digunakan oleh
penyemprot terdiri atas sepatu boot, topi, masker, sarung tangan, rompi (perlak),
dan kacamata. Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH dapat dilihat pada
Gambar 1.

12

Gambar 1 Kegiatan penyemprotan piringan, pasar pikul, & TPH
Tenaga pengairan dilengkapi dengan gelas ukur berkapasitas 1 liter untuk
penakaran herbisida. Herbisida yang digunakan adalah glifosat “ROUN UP 486
SL”, metsulfuron methyl “AMIRON-M 20 WG”, dan parakuat “GRAMOXONE
276 SL”. ROUNDUP 486 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat
sistemik berbentuk larutan, berwarna coklat kuning emas, dan digunakan untuk
mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah
isopropil amina glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 360 g/l. AMIRON-M
20 WG adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk
butiran, berwarna putih yang dapat didispersikan dalam air untuk mengendalikan
gulma rumput, berdaun lebar dan teki. Bahan aktifnya adalah Metsulfuron methyl
20%. GRAMOXONE 276 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak
non selektif, berbentuk larutan, berwarna hijau tua, dan digunakan untuk
mengendalikan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki. Bahan aktifnya adalah
Paraquat diklorida 276 g/l atau setara dengan Ion parakuat 200 g/l.
Penggunaan herbisida tersebut tergantung pada jenis gulma yang akan
dikendalikan. Namun, umumnya bahan aktif yang sering digunakan untuk
penyemprotan rutin piringan, pasar pikul, dan TPH adalah Glifosat 1% yang
dicampur dengan Metsulfuron Methyl 0.05%. Pencampuran racun dilakukan di
lahan sebelum penyemprotan dimulai. Tahap pertama pencampuran racun adalah
membagi racun Glifosat baru bervolume 20 L menjadi 2 jerigen masing-masing
10 L. Tahap kedua adalah membuat larutan racun 250 gr Metsulfuron Methyl
yang dicampur dengan air secukupnya dan diaduk merata. Tahap ketiga adalah
memasukkan larutan Metsulfuron Methyl ke dalam jerigen berisi Glifosat 10 L.
Tahap keempat adalah mengisi jerigen berisi campuran racun tersebut hingga 20 L
dan diaduk merata. Dosis campuran racun adalah 200 ml per knapsack sprayer
bervolume 15 L. Volume semprot efektif per ha untuk kegiatan semprot piringan,
pasar pikul, dan TPH adalah 58.78 L atau setara dengan 4 knapsack sprayer per
ha. Khusus untuk pengendalian kentosan dan ilalang (tidak rutin), bahan aktif
yang digunakan adalah Paraquat 0,5% yang dicampur dengan Metsulfuron methyl
0,03%.

13

Mandor dilengkapi dengan pancang bendera berwarna merah sebagai
tanda batas ancak penyemprotan. Pelaksanaan penyemprotan dimulai dengan
pencampuran bahan oleh tenaga pengairan dan penancapan pancang bendera
berwarna merah oleh mandor di sepanjang collection road (CR) blok yang akan
disemprot. Setelah batas ancak masing-masing penyemprot terlihat dengan jelas,
tenaga penyemprot langsung menuju ancak yang telah ditentukan sesuai dengan
nomor urut tenaga penyemprot pada bendera merah. Penyemprotan pasar pikul
dilakukan dengan cara 1 tenaga penyemprot untuk tiap 1 pasar pikul. Areal yang
disemprot adalah piringan, pasar pikul, dan TPH. Tenaga penyemprot mengatur
agar posisi nozel saat penyemprotan tetap stabil pada ketinggian 40 cm dari
permukaan gulma. Penyemprotan gulma di piringan, pasar pikul, dan TPH
dimulai dari CR menuju barisan pokok secara selang seling sampai piringan pada
pasar pikul tersebut tersemprot semua. Mandor semprot menancapkan kembali
bendera merah pada ancak berikutnya sementara tenaga pengairan mencampur
kembali herbisida yang akan digunakan. Penyemprot yang sudah selesai
menyemprot satu pasar pikul, dapat pindah ke pasar pikul selanjutnya sesuai
nomor tenaga penyemprot yang terdapat di bendera merah sampai ancak pada hari
tersebut selesai. Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Rute atau jalur penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
adalah kegiatan BTP menggunakan parang. Kegiatan BTP ini dilakukan apabila
hujan turun dan/atau gulma sasaran tidak bisa dikendalikan secara kimiawi.
Sasaran BTP adalah kacangan Mucuna bracteata (MB) yang merambat ke pokok
sawit, kentosan (anakan sawit liar) di piringan, pasar pikul, dan TPH, serta anak
kayu di gawangan mati seperti Chromolaena odorata (krinyuh), Clidemia hirta
(haredong), Lantana camara (tahi ayam), dan Melastoma malabathricum
(senduduk).
Pembabatan kacangan MB dilakukan pada pokok kelapa sawit yang terlilit
MB sehingga kekurangan penyinaran matahari untuk proses fotosintesis.
Pembabat yang sudah menyelesaikan satu pasar pikul dapat berpindah ke pasar
pikul selanjutnya sesuai dengan ancaknya pada hari tersebut. Pembabatan anak
kayu dilakukan pada anak kayu yang berada di gawangan mati. Anak kayu ini
juga merugikan bagi pertanaman kelapa sawit karena menghalangi penyinaran
matahari untuk proses fotosintesis. Anak kayu yang berdiameter di bawah 10 cm

14

dibabat pada ketinggian < 15 cm dari permukaan tanah agar tanaman kelapa sawit
mendapatkan penyinaran matahari yang optimal. Pembabat yang telah selesai
membabat habis satu gawangan dapat berpindah ke gawangan selanjutnya sesuai
dengan ancaknya pada hari tersebut. Standar kerja pengendalian gulma secara
manual di BKLE adalah 0.5 ha per HK.
Alat pelindung diri. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan
herbisida yang beracun bagi tubuh manusia. Herbisida yang terpapar ke tubuh
dapat menyebabkan keracunan atau bahkan penyakit. Oleh karena itu tenaga
semprot diharuskan menggunakan APD. Alat pelindung diri tersebut di antaranya
adalah baju dan celana pelindung, sarung tangan karet, pelindung wajah dan
kepala, sepatu boot, dan apron.
Pemupukan
Pemupukan adalah salah satu kegiatan utama pemeliharaan yang sangat
penting karena pemupukan menelan biaya produksi terbesar dan berpengaruh
langsung terhadap kuantitas dan kualitas buah yang dihasilkan. Oleh karena itu,
pelaksanaanya diatur dalam sistem tersendiri yang disebut dengan Barcode
Manuring System (BMS). Pupuk dapat dianggap sebagai bahan baku yang diolah
oleh pokok kelapa sawit untuk menghasilkan buah. Pemupukan di BKLE
dilakukan dengan metode untilan dan penaburan manual di piringan.
Tim kerja pupuk BMS di BKLE terdiri dari 1 orang mandor BMS yang
membawahi 1 mandor until, 1 mandor tabur, dan 1 supir light truck (LT). Mandor
until membawahi 7 tenaga penguntil pupuk dan 4 tenaga muat-langsir. Mandor
tabur membawahi 7 tenaga pengecer dan 14 tenaga penabur. Organisasi
penaburan pupuk dilakukan dengan pembentukan kelompok kerja pupuk (KKP)
yang terdiri dari 1 tenaga pengecer dan 2 tenaga penabur. Satu tim kerja pupuk
BMS menangani seluruh divisi di BKLE. Pemupukan dilakukan 1 kali per tahun
atau 2 kali per tahun tergantung unsur pupuknya. Pupuk yang diaplikasikan terdiri
dari Urea (N), Rock Phosphate (P), Muriate of Potash (K), Kieserit (Mg),
Zincopper (Cu), dan High Grade Fertilizer Borate (B). Dosis aplikasi masingmasing pupuk dapat dilihat pada Lampiran 5.
Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah pembuatan untilan pupuk
dari goni berukuran 50 kg menjadi goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan
kemudahan operasional pemupukan di lapangan. Stok pupuk yang lama
diprioritaskan untuk diuntil lebih dahulu. Proses penguntilan dimulai dengan
pembukaan karung dan penuangan pupuk ke lantai until. Pupuk yang
menggumpal dipecahkan dengan alat pemecah gumpalan. Pupuk yang sudah tidak
menggumpal dimasukkan ke dalam takaran until masing-masing pupuk. Berat
untilan untuk masing-masing pupuk berbeda-beda tergantung standar yang
ditetapkan oleh perusahaan (biasanya 12-16 kg per untilan). Pupuk yang ada
ditakaran diratakan “peres” dengan alat perata. Pupuk yang sesuai takaran
dimasukkan ke dalam goni bekas dan diikat dengan tali yang terbuat dari goni
bekas yang sudah rusak dan dipotong membentuk tali. Untilan disusun dan
ditumpuk 15 until per tumpuk di atas pallet yang terbuat dari kayu. Untilan
disusun teratur agar mudah untuk dihitung saat proses muat ke LT. Standar
output penguntilan adalah 2.5 ton/HK.
Pengangkutan dan pelangsiran untilan pupuk. Kegiatan ini dilakukan
olen tenaga muat-langsir dan sopir LT. Proses pengangkutan dan pelangsiran

15

untilan pupuk dimulai dengan pemuatan untilan pupuk ke LT oleh tenaga muatlangsir saat karyawan lain apel pagi. Setelah pupuk selesai dimuat ke LT (dengan
kapasitas maksimal yang diizinkan adalah 7 ton), sopir LT menjalankan LT
menuju CR blok yang akan dipupuk. Setibanya di CR, sopir LT menghentikan
kendaraan di setiap tempat peletakan pupuk. Pelangsiran pupuk dilaksanakan
terus sampai semua TPP di blokyang piringannya akan dipupuk hari itu mendapat
untilan yang cukup. TPP disediakan di setiap 3 gawangan atau 6 barisan. Artinya,
setiap 3 gawangan atau 6 barisan terdapat satu TPP. Biasanya tenaga muat-langsir
juga
bertugas untuk mengumpulkan kembali karung bekas untilan dan
menggulung per 10 karung untuk dikembalikan lagi ke gudang pupuk.
Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah mengecer untilan pupuk
dari TPP ke sepanjang pasar pikul di dalam blok. Setiap KKP terdiri atas 1
pengecer dan 2 penabur. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul.
Pengeceran dimulai dengan meninggalkan 1 untilan pupuk untuk aplikasi pertama
oleh tenaga tabur (kondisi untilan sudah terbuka talinya). Untilan pupuk dibawa
sesuai barisan tanaman ke dalam blok. Untilan pupuk diletakkan pada pokok
dalam piringan sesuai dengan jumlah pokok per until. Bekas karung untilan pupuk
dibawa dan diletakkan di jalan CR oleh pengecer, diambil dan dikumpulkan oleh
tenaga muat-langsir.
Penaburan pupuk. Penaburan pupuk adalah menabur pupuk dari untilan
ke setiap piringan kelapa sawit. Penaburan dilakukan oleh dua orang penabur
yang terdapat dalam 1 KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok
dengan menggunakan takaran yang disesuaikan untuk bobot masing-masing
pupuk. Penaburan dimulai dengan penuangan pupuk dari untilan ke dalam ember
tabur yang terbuat dari jerigen bekas herbisida yang sudah dimodifikasi.
Penaburan pupuk dilakukan ke piringan sesuai arah barisan tanaman ke dalam
blok. Goni untilan yang sudah kosong dibawa dan diletakkan ke CR untuk
dikumpulkan oleh tenaga muat-langsir. Penaburan pupuk dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk rock phosphate
Panen
Panen merupakan pekerjaan utama karena langsung menjadi sumber
pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS)
dan inti kelapa sawit (IKS). Panen adalah kegiatan memotong tandan buah yang
ada di pokok, mengutip brondolan yang ada di piringan, dan memindahkannya ke
TPH oleh pemanen serta pengangkutannya ke PKS. Buah yang dipanen

16

diupayakan berada pada tingkat kematangan yang sesuai dan diantar ke pabrik
sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan
kerusakan pada tanaman. Karena pentingnya kegiatan panen, maka pelaksanaan
panen di BKLE diatur dalam Barcode Harvesting System (BHS). Sistem kerja
potong buah yang dilaksanakan di BKLE adalah Sistem Kerja Potong Buah-1
(SKP-1). Pelepah dipotong dan dirumpuk, buah dipotong, brondolan dikutip, dan
diangkut ke TPH, semuanya dilaksanakan oleh satu orang pemanen.
Seksi dan pusingan panen. Seksi panen adalah kelompok blok yang
harus dipanen di hari yang sama dan biasanya terdiri dari 5 blok. Kebun BKLE
membagi seksi panen menjadi 6 seksi yang harus diselesaikan dalam waktu 6 hari
kerja per minggu. BKLE Divisi II membagi seksi panen menjadi 6 seksi dengan
luasan yang berbeda-beda. Seksi A dari blok K22-K24 dengan luasan 88.91 ha,
seksi B dari blok L23-L21 dengan luasan 92.79 ha, seksi C dari blok M23-M19
dengan luasan 140.3 ha, seksi D dari blok L20-L17 dengan luasan 93.4 ha, seksi E
dari blok K16-K18 dengan luasan 77.51 ha, dan seksi F dari blok K19-K21
dengan luasan 72.51 ha. Seksi panen mempengaruhi pusingan panen. Pusingan
panen adalah interval waktu antara satu kegiatan panen dengan kegiatan panen
selanjutnya pada ancak yang sama dan blok yang sama. Pusingan panen yang
diterapkan di BKLE adalah 7 hari.
Peralatan panen. Peralatan panen adalah alat-alat yang digunakan untuk
melaksanakan panen. Peralatan panen digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu alat
untuk memotong TBS, alat untuk membawa TBS ke TPH, dan alat untuk memuat
TBS dari TPH ke dump truck (DT). Berdasarkan tinggi tanaman, alat untuk
memotong TBS dibagi menjadi 2, yaitu dodos dan egrek. BKLE menggunakan
dodos sebagai alat potong buahnya karena tanaman kelapa sawit yang ada di
BKLE umumnya belum mencapai tinggi 3 meter. Alat untuk membawa TBS ke
TPH terdiri atas gancu dan angkong. Alat untuk memuat TBS dari TPH ke DT
terdiri atas tojok dan goni bekas pupuk.
Pelaksanaan Panen. BKLE Divisi 2 memiliki dua kemandoran panen.
Masing-masing kemandoran terdiri atas 15 orang. Sistem pengancakan yang
diterapkan adalah ancak giring tetap. Mandor panen menentukan ancak setiap
pemanen. Satu ancak terdiri dari 4 baris yang berdekatan. Kegiatan potong buah
diawali dengan memotong pelepah tua sehingga songgo diupayakan tetap berada
pada kondisi optimum, yaitu songgo 3. Pelepah tua dirumpuk di gawangan mati.
Buah dipotong dengan cara “dicuri”, sehingga tidak ada pelepah muda yang
dipotong. Tangkai buah yang panjang dipotong rapat ke buah tapi tidak mengenai
buah. Brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dikorek menggunakan gancu.
Brondolan yang ada di piringan dikutip sampai bersih. Buah dan brondolan di
keluarkan ke TPH, disusun rapi, dan diberi nomor pemanen. Kerani buah
memeriksa kematangan buah, menghitung jumlah janjang, mencatatnya dalam
buku penerimaan buah, dan menandai buah yang sudah dihitung dengan kupon
kecil yang ditancapkan ke salah satu duri TBS. Basis borong minimal yang
diterapkan di BKLE adalah 1270 kg per HK. Kelebihan borong dibayarkan
sebagai premi.
Kriteria mutu buah dan mutu ancak panen. Kriteria matang panen
adalah ciri-ciri yang digunakan sebagai penanda bahwasannya suatu buah siap
untuk dipanen. BKLE menerapkan ciri-ciri brondolan yang lepas sebagai kriteria
matang panen. Buah dianggap matang dan layak untuk dipanen apabila terdapat

17

lebih dari 9 brondolan yang membrondol secara alami di piringan. Buah yang
belum membrondol lebih dari 5 namun belum lebih dari 9 dianggap sebagai buah
kurang matang. Buah yang belum membrondol 5 dianggap sebagai buah mentah.
Buah yang membrondol lebih dari 20 dianggap b

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Tingkat Serangan Ulat Kantong Metisa plana Walker (Lepidoptera: Psychidae) terhadap Umur Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Matapao PT Socfin Indonesia

4 104 49

Kemampuan AntiFungi Bakteri Endofit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Ganoderma boninenese Pat

5 53 66

Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan Mencit Jantan

9 61 110

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Uji Lanjutan Fitotoksisitas dan Efikasi Herbisida Aminosiklopiraklor pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan

11 85 72

Efikasi Herbisida Metil Metsulfuron terhadap Gulma pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) Belum Menghasilkan (TBM)

4 45 57

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

0 0 6

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

0 0 29

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

0 0 12