PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA KEPERAWATAN DI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

(1)

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

LUSIA WAHYUNING TYAS 20141050058

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

LUSIA WAHYUNING TYAS 20141050058

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iii Nama : Lusia Wahyuning Tyas NIM : 20141050058

Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Yogyakarta, Juli 2016


(4)

iv

Ya Rabb….. Alkhamdulillah dengan sifat Rahman dan Rahim Mu, Engkau menuntun hamba yang tak berdaya ini untuk menyelesaikan sebuah karya kecil tapi penuh makna ini kepada Engkau….

“ Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan – perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Q.S. Al-Hashr ayat 20)


(5)

v Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirobbilalaamiin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan penelitian pada Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti menyadari, terwujudnya Tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. Ahmad Nurmandi selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns., MAN., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Keperawatan Program Pasca Sarjana Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M.Kes selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan masukan serta saran dalam penyempurnaan penyusunan Tesis ini.


(6)

vi

5. Dr. Suryanto selaku dosen penguji, yang telah memberi masukkan serta saran dalam penyempurnaan penyusunan Tesis ini.

6. Seluruh dosen dan Staf karyawan Program Studi Magister Keperawatan Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

7. Semua rekan rekan mahasiswa Magister Keperawatan Angkatan V Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

8. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia diteliti.

9. Kedua orang tua dan keluarga saya yang selalu memanjatkan doa untuk kelancaran dalam pembuatan tesis ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmat serta hidayahNya kepada kita semua pihak yang membantu hingga teselesainya Tesis ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dalam di masa yang akan datang.

Yogyakarta, Juli 2016


(7)

vii

HALAMAN JUDUL………... I

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv

KATA PENGANTAR………. v

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR BAGAN……….. x

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

DAFTAR SINGKATAN………. xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

Abstrak……… xiv

Abstract……… xv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 7

C. Tujuan Penelitian………... 7

D. Manfaat Penelitian………... 8

E. Penelitian Terkait……….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 14

A Landasan Teori……….. 14

1. Team Based Learning…..………... 14

2. Berpikir Ktitis………. 26

B. Kerangka Teori……….. 40

C. Kerangka Konsep……….. 41

D. Hipotesis……… 42

BAB III METODE PENELITIAN………... 43

A. Desain Penelitian………... 43

B. Populasi dan Sampel Penelitian……… 44

C. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 45

D. Variabel Penelitian………... 45

E. Definisi Operasional………. 45

F. Instrumen Penelitian……….. 46

G. Cara Pengumpulan Data …..………. 51

H. Validitas dan Reliabilitas..……… 52

I. Pengolahan dan Metode Analisis Data……….. 52

J. Etika Penelitian………. 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 57

A. Hasil Penelitian………. 57

B. Pembahasan………... 62


(8)

viii

B.Saran………... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

ix

(2008: 87)………..………..

Tabel 3.1 Definisi Operasional……… 45 Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis….. 46 Tabel 3.3 Uji Normalitas Data Variabel Penelitian

Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelompok Intervensi………

53

Tabel 3.4 Uji Normalitas Data Variabel Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol

53 Tabel 3.5 Uji Homogenitas Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol……….

54

Tabel 4.1 Karakteristik Responden……… 58 Tabel 4.2 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pre test – Post test

Berpikir Kritis Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol………..

59

Tabel 4.3 Perbedaan Nilai Rata-Rata Berpikir Kritis pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi……….

60

Tabel 4.4 Perbedaan Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Post Test ketiga, kelima dan ketujuh pada Kelompok

Intervensi dan Kelompok

Kontrol……….


(10)

x

Bagan 2.4 Kerangka Konsep……… 41 Bagan 3.2 Alur Pengumpulan data……… 51


(11)

xi

Halaman Gambar 2.1 Team-Based Learning Instructional Activity

Sequence (Michaelsen, Sweet & Parmalee,

2009)………

23

Gambar 4.1 Rata Rata Kemampuan Berpikir Kritis

Responden Pada Setiap Item………


(12)

xii IRAT : Individual readiness assurance test GRAT : Group readiness assurance test SCL : Student Centered Learning STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan TBL : Team Based Learning


(13)

xiii Lampiran 1 Buku Modul

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Data Demografi Responden

Lampiran 5 Lembar Kuesioner Berpikir Kritis Lampiran 6 Modul Team Based Learning Lampiran 7 Surat Keterangan Uji Etik Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 9 Kegiatan Perlakuan kelompok penelitian Lampiran 10 Hasil Analisa Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Lampiran 11 Hasil Analisa Uji Normalitas

Lampiran 12 Hasil Analisa Uji Homogenitas Lampiran 13 Hasil Uji Cross Tabulasi

Lampiran 14 Hasil Analisa Uji Paired Sampel t test Lampiran 15 Hasil Analisa Uji Independent t test Lampiran 16 Hasil Analisa Uji One Way Anova Lampiran 17 Lembar Konsultasi


(14)

(15)

iii

Lusia Wahyuning Tyas, Moh. Afandi, Wiwik Kusumawati

Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting pada mahasiswa keperawatan. Mahasiswa dituntut mempunyai keahlian yang fleksibel dan individual pada situasi khusus pemecahan masalah keperawatan pasien. Metode pembelajaran Team Based Learning merupakan strategi Student Center Learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Metode : Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Quasi eksperimen pre-test-post-test with control group. Dengan Sampel penelitian adalah mahasiswa semester IV Prodi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk yang berjumlah 63 responden. Analisa data menggunakan Paired Samples T Test, Independent Samples T Test, One Way Anova dan Post Hoc Bonferroni.

Hasil : Hasil penelitian menunjukan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai rata-rata kelompok intervensi sebesar 113.06 ± 8.63 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 93.47 ± 8.27. Hasil kemampuan berpikir kritis setelah intervensi ketujuh lebih tinggi dibandingkan intervensi ketiga maupun ke lima. Nilai F hitung lebih besar dibanding F tabel (13.667 > 3.08) pada kelompok intervensi dan F hitung lebih kecil dibanding dengan F tabel (0.086 < 3.094) pada kelompok kontrol.

Kesimpulan : Ada pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan Prodi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk setelah tujuh kali penerapan metode pembelajaran Team Based Learning.

Kata kunci : Kemampuan Berpikir kritis, Metode Pembelajaran, Team Based Learning


(16)

iv

Master of Nursing Program of Graduate Program Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

Background : Critical thinking skills are essential abilities for the nursing students. The students are demanded to possess flexible and individual skills to solve patient care problems in certain situations. Team based learning method comprises a Student Center Learning approach to enhance students’ critical thinking skills. This study aims to discover the effect of Team based Learning methods on students’ critical thinking ability.

Method : This study used a quantitative research with quasi experiment pre-test post-test with control group. The research sample was 63 respondents of the semester IV of DIII Nursing Program of STIKES Satria Bhakti Nganjuk. Data analysis used Paired Samples T Test, Independent Samples T Test, One Way Anova and Post Hoc Bonferroni.

Result : The result of the study showed that the students’ critical thinking was higher compared to control group. The mean score of intervention group was 113.06 ± 8.63 while the control group was only 93.47 ±8.27. The result of critical thinking skill after the seventh intervention was higher than the third and fifth interventions. F count is bigger than F table (13. 667> 3.08) in the intervention group and F count is smaller than F table (0.086 < 3.094) in the control group. Conclusion : There is increasing effect critical thinking skills at Nursing Diploma III Study Program of STIKES Satria Bhakti Nganjuk after seventh of the implementation of Team Based Learning method to students’


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting pada mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) yang mengungkapkan bahwa kemampuan dalam berpikir kritis adalah keahlian yang penting dan sangat dibutuhkan oleh seseorang. Hal ini juga sesuai dengan Higgs et al., (2000) dan Profetto et al., (2003) dalam Yuan (2008) menyatakan dalam lingkungan perawat kesehatan kontemporer ditandai dengan cepat berubahnya perkembangan dan tanpa hentinya peningkatan pengetahuan oleh karena itu, perawat profesional perlu mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini akan memberikan mereka keahlian yang fleksibel dan individual pada situasi khusus pemecahan masalah. Begitu pula Chan (2012) yang menyatakan bahwa berpikir kritis sangat penting dalam pendidikan keperawatan karena membantu memecahkan masalah.

Kemampuan perawat untuk mempertahankan tingkat kewaspadaan tinggi dan penilaian klinis untuk mendeteksi perubahan awal status pasien membutuhkan pemikiran kritis (Buerhaus et al., 2005 dalam Yu et al., 2013). Akan tetapi, jika seorang perawat tidak mempunyai kemampuan berpikir kritis akan berakibat fatal pada pasien yang dirawatnya, bahkan malpraktek pun bisa terjadi yang hal ini akan berakibat pada buruknya pelayanan kesehatan (Cohen, 2008).


(18)

Mengingat risiko keselamatan pasien, sangat penting maka perlu inovatif metode pengajaran yang digunakan untuk mendukung pengembangan berpikir kritis dan kinerja untuk meningkatkan hasil. Sehingga metode pembelajaran yang lebih menumbuhkan kemampuan berpikir kritis merupakan masalah yang harus diselesaikan dalam pendidikan keperawatan. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan di perguruan tinggi harus terus menerus menerapkan strategi pengajaran baru untuk meningkatkan berpikir kritis (Yu et al., 2013). Dan hal ini sesuai dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2014 yang menyatakan bahwa metode pembelajaran Student Center Learning / SCL adalah metode pembelajaran dimana mahasiswa terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat tinggi, seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu maupun berkelompok. Dan salah satu metode pembelajaran Student Center Learning / SCL adalah Team Based Learning / TBL.

Adapun metode pembelajaran akademik di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk selama ini adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Teacher Centered Learning / TCL dengan cara ceramah. Hasil wawancara dengan sebagian mahasiswa mengatakan bahwa kurang puas dengan metode pembelajaran yang diterapkan pada akademik. Mahasiswa juga mengalami kesulitan untuk menjelaskan dan memahami kembali materi kuliah yang telah diterima, kebingungan mengambil langkah untuk solusi yang harus dilakukan


(19)

bahkan untuk membuat kesimpulan pun tidak lengkap serta cenderung diam saat diminta pendapat tentang materi yang diajarkan. Data tersebut didukung dengan keterbatasan jumlah dosen yang tersedia di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk yang kurang memadai. Jumlah dosen yang mengampu Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk sebanyak 22 orang. Merekapun masih mendapat beban tugas untuk mengampu program lain. Dan jumlah ruang kelas yang kurang mencukupi. Sehingga diperlukan adanya inovasi ke dalam metode pembelajaran Student Center Learning / SCL yang sesuai dengan kondisi tersebut.

Metode pembelajaran Team Based Learning / TBL efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Data hasil penelitian menunjukkan Team Based Learning mempengaruhi hasil pembelajaran pengetahuan pemeriksaan sistem saraf mahasiswa keperawatan yang menunjukkan pada kelompok belajar Team Based Learning deviasi standar adalah 13,39 (4,52) sebelum intervensi, yang telah meningkat menjadi 31,07 (3,20) (Maslakpak et al., 2015), berdasarkan penelitian Allen et al. (2013) enam puluh sembilan dari 100 anggota fakultas (69%) yang mewakili 43 (86%) lembaga menyatakan TBL lebih efektif meningkatkan persiapkan mahasiswa di kelas.

Manfaat Team Based Learning secara keseluruhan berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan Team Based Learning / TBL bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Mcinerney &


(20)

Fink (2003). TBL mampu mengembangkan atau meningkatkan semua keterampilan akademik umum serta rata rata semua keterampilan berpikir kritis Espey & Walker (2012). TBL meningkatkan kinerja siswa dan meningkatkan keterlibatan dan kepuasan siswa (Chung, et al, 2009), lebih efektif meningkatkan penalaran klinik daripada Problem Based Learning (Okubo et al., 2012). TBL meningkatkan keterlibatan siswa, meningkatkan persiapan mahasiswa untuk kelas, dan mempromosikan pencapaian hasil daripada metode ceramah (Allen et al., 2013). TBL menghasilkan perbaikan yang jauh lebih baik dan stabilitas dalam pengetahuan pemeriksaan sistem saraf dari mahasiswa keperawatan dibandingkan dengan metode ceramah tradisional (Maslakpak, et al, 2015). TBL mampu merangsang pengembangan pribadi baru melalui kerangka mental yang dibangun di atas pengetahuan sebelumnya (Hrynchak & Batty, 2012), serta meningkatkan kemampuan penalaran klinis (Parmelee et al., (2009).

Espey & Walker (2012), mengemukakan prinsip tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kritis. Sedangkan berpikir kritis adalah suatu proses penilaian yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, serta penjelasan terhadap suatu kejadian, konsep, metode, pernyataan, pandangan, dan atau pertimbangan kontekstual dimana penilaian itu didasarkan. Facione (1990) didalam Oja, (2011). Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2014 di atas yang salah satunya metode pembelajaran yang bisa digunakan dengan menggunakan Team Based Learning / TBL.


(21)

Mayona dan Irawati (2009) menyatakan bahwa pada metode Team Based Learning / TBL pengajar lebih memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama karena memberikan bobot yang lebih besar kepada proses diskusi (peer discussion) dan belajar individu (individual study) dibandingkan dengan proses pembelajaran konsep yang berpusat pada pengajar (instructor input/lecture).

Teori tersebut dikuatkan oleh Michaelsen (2002) yang menyatakan Team Based Learning (TBL) memiliki karakteristik penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah. Penekanan TBL pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah . Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi, umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Team based learning (TBL) adalah sebuah pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran dengan kelompok kecil yang menyediakan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan konsep melalui tahap aktivitas-aktitas, meliputi kerja individual (individual work), kerja tim (teamwork), dan umpan balik cepat (immediate feedback). Lebih lanjut Parmelee (2012) menyatakan bahwa


(22)

TBL digunakan untuk kelas-kelas besar (>100 mahasiswa) atau kelas yang lebih kecil (< 25 mahasiswa), penggabungan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 mahasiswa dalam sebuah kelas.

Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis selama di pendidikan menurut Bissell dan Lemons (2006) adalah kurikulum pembelajaran yang diterapkan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi berpikir kritis seseorang antara lain adalah cara pandang seseorang didalam memahami dan menilai sesuatu, tingkat intelegensi/ kecerdasan seseorang, motivasi yang dimiliki, pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh, faktor latar belakang dan budaya seseorang, keadaan emosi/ kecemasan, dan kondisi fisik. (Sobur, 2003; Maryam, 2008; Hassoubah, 2008) Sementara itu menurut Gusrini et al., (2010) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Team Learning adalah kepemimpinan kelompok, teknologi yang digunakan, kemampuan kognitif, pengetahuan anggota dan kepribadian anggota

Mengingat pentingnya proses kegiatan pembelajaran harus mengarah pada pembelajaran orang dewasa dengan menggunakan Student Centered Learning / SCL yang mampu meningkatkan berpikir kritis pada mahasiswa dengan menyesuaikan permasalahan tersebut di atas. Maka peneliti melakukan penelitian pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk


(23)

B. Rumusan Masalah

“Adakah pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning

terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk ?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk. 2. Tujuan Khusus

a. Menganalisa kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan sebelum diterapkan metode pembelajaran Team Based Learning di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk b. Menganalisa kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan

sesudah diterapkan metode pembelajaran Team Based Learning di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk c. Menganalisa pengaruh penerapan metode pembelajaran Team

Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk


(24)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi

Bagi institusi memberikan manfaat dalam memperkaya penerapan metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada materi yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan bagi institusi.

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mendapatkan pengalaman berharga dalam meningkatkan kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah dengan cara berpikir kritis melalui penerapan metode pembelajaran Team Based Learning sehingga prestasi belajar mahasiswa meningkat.

3. Bagi Pendidik

Bagi pendidik akan memperkaya metode pembelajaran sebagai cara yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran ke mahasiswa.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya akan memberikan arah / pertimbangan yang lebih baik dalam penerapan metode pembelajaran Team Based Learning.


(25)

E. PenelitianTerkait

1. Mcinerney & Fink (2003)

Judul penelitian Team-Based Learning Enhances Long-Term Retention and Critical Thinking in an Undergraduate Microbial Physiology Course. Tujuan penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis tim untuk meningkatkan pemahaman dan pemikiran kritis siswa sarjana mikroba (metabolisme-fisiologi). Metode penelitian ini dengan penilaian termasuk kedalaman analisis, masuknya informasi, integrasi materi belajar di kelas-kelas dan pemotongan intuitif dan kreatif tim. Kinerja pada ujian akhir digunakan untuk mengukur dampak dari TBL pada pemahaman informasi.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning dan variabel terikat Critical Thinking.

2. Espey & Walker (2012)

Judul penelitian Enhancing Critical Thinking in Economics Using Team-Based Learning. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah berpikir TBL bisa meningkatkan berpikir kritis pada mahasiswa. Metode penelitian Pada awal semester, mahasiswa dinilai sejauh mana mereka setuju bahwa perguruan tinggi mereka telah telah dikembangkan atau ditingkatkan kemampuan mereka dalam setiap kategori di bawah, di mana 1 = sangat tidak setuju, 3 = netral, 5 = sangat setuju. Pada akhir


(26)

semester, mahasiswa dinilai sejauh mana mereka setuju bahwa penggunaan pembelajaran berbasis tim di kelas telah dikembangkan atau ditingkatkan kemampuan mereka dalam setiap kategori, di mana 1 = sangat tidak setuju, 3 = netral, 5 = sangat setuju.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning dan Critical Thinking

3. Chung et al (2009)

Judul penelitian The effect of team-based learning in medical ethics education. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak TBL pada keterlibatan siswa dan kepuasan dinilai prestasi pendidikan. Metode penelitian yang digunakan Pendidikan etika medis menggunakan TBL terdiri dari empat sesi untuk 2 tahun pertama mahasiswa kedokteran dari Chonnam National University Medical School.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.

4. Okubo et al., (2012)

Judul penelitian Team Based Learning, a Learning Strategy For Clinical Reasoning, In Students With Problem Based Learning Tutorial Experiences. Tujuan penelitian yaitu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan antara TBL dengan PBL dalam peningkatan penalaran klinis.


(27)

Metode penelitian Pada tahun 2008, 2009, dan 2010, selama 4 tahun mahasiswa di Kedokteran University School of Medicine Tokyo berpartisipasi dalam 2 program TBL setiap tahun. Siswa diberi progresif PBL tutorial kontinyu menerus selama tiga setengah tahun, termasuk tutorial pengantar, masalah-berorientasi pembelajaran tutorial, dan masalah-berorientasi tutorial klinis.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.

5. Allen et al., (2013)

Judul penelitian Team-Based Learning in US Colleges and Schools of Pharmacy. Tujuan penelitian yaitu untuk mengkarakterisasi penggunaan pembelajaran TBL di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah AS farmasi, termasuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan dan persepsi dari anggota fakultas mengenai dampak TBL pada hasil pendidikan. Metode penelitian dengan cara responden faktor diidentifikasi yang menghambat atau mengaktifkan penggunaan TBL dan dampaknya pada siswa belajar. Hasil dikelompokkan berdasarkan jenis institusi (pemerintah / swasta), ukuran kelas, dan pengalaman TBL.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning


(28)

6. Maslakpak, et al., (2015)

Judul penelitian The Impact of Team-Based Learning on Nervous System Examination Knowledge of Nursing Students. Tujuan penelitian menentukan dampak pembelajaran TBL dalam pengetahuan pemeriksaan sistem saraf mahasiswa keperawatan. Metode : Penelitian kuasi-eksperimen ini dilakukan pada mahasiswa keperawatan kelas 3, termasuk semester 5 (kelompok intervensi) dan semester 6 (kelompok kontrol).

Dalam penelitian ini metode ceramah tradisional dan metode pembelajaran berbasis tim digunakan untuk mendidik pemeriksaan sistem saraf untuk intervensi dan kelompok kontrol, masing-masing. Data dikumpulkan dengan tes yang mencakup 40-pertanyaan (pilihan ganda, pencocokan, mengisi dan pertanyaan deskriptif) sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok. Kesiapan individu Jaminan Test (RAT) dan Kelompok Jaminan Kesiapan Test (Grat) digunakan untuk mengumpulkan data pada kelompok intervensi.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.

7. Hrynchak & Batty (2012)

Judul penelitian The educational theory basis of team-based learning. Tujuan penelitian bagaimana TBL mengikuti prinsip-prinsip teori belajar konstruktivis. Metode penelitian prinsip-prinsip teori belajar konstruktivis


(29)

dibahas dalam kaitannya dengan metode pengajaran pembelajaran berbasis tim. Efektivitas TBL dalam pendidikan kesehatan kemudian Ulasan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian, instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.

8. Parmelee et al., (2009)

Judul penelitian Medical Students’ Attitudes about Team-Based Learning in a Pre-Clinical Curriculum. Tujuan penelitian membandingkan bagaimana sikap mahasiswa kedokteran 'tentang proses pembelajaran tim Berbasis berubah antara tahun pertama dan kedua dari sekolah kedokteran. Metode: 180 siswa merespons 19 pernyataan tentang sikap mereka tentang Pembelajaran TBL selama tahun pertama dan kedua mereka sekolah kedokteran. Data dianalisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney U. Perbedaan dengan penelitian ini pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Team Based Learning (TBL) a. Pengertian TBL

Team based learning adalah sebuah strategi pedagogik yang menggunakan kelompok siswa bekerja bersama-sama dalam tim untuk mempelajari bahan mata pelajaran. Sasaran utama team based learning adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk melatih konsep mata pelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Mayona dan Irawati (2009) menyatakan bahwa pada metode team based learning (TBL), pengajar lebih memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama karena memberikan bobot yang lebih besar kepada proses diskusi (peer discussion) dan belajar individu (individual study) dibandingkan dengan proses pembelajaran konsep yang berpusat pada pengajar (instructor input/lecture).

Team based learning (TBL) adalah sebuah pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran dengan kelompok kecil yang menyediakan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan konsep melalui tahap aktivitas-aktitas, meliputi kerja individual (individual work), kerja tim (teamwork), dan umpan balik cepat


(31)

(immediate feedback) (Parmele et al, 2012). Lebih lanjut Parmelee (2012) menyatakan bahwa TBL digunakan untuk kelas-kelas besar (>100 mahasiswa) atau kelas yang lebih kecil (<25 mahasiswa), penggabungan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 mahasiswa dalam sebuah kelas

Konsep Team Learning berawal dari ide dasar bahwa kelompok mahasiswa yang terdiri dari 5 hingga 7 orang dapat menjadi tim belajar yang efektif karena keterkaitan antar mereka merupakan kekuatan utama yang dapat saling mendukung dalam proses pembelajaran (Michaelsen, Knight & Fink, 2002).

Sasaran yang hendak dicapai dalam metode Team-Based Learning ialah berusaha untuk memperbaiki metode pembelajaran satu arah yang telah ada saat ini. Perbedaan metode Team-Based Learning (TBL) dengan metode tradisional yang ada terletak pada sasaran pembelajaran yang hendak dicapai. Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan berfikir di dalam menanggapi permasalahan dan mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bekerjasama yang lebih baik.

b. Karakteristik TBL

Team Based Learning (TBL) adalah salah satu metode pembelajaran aktif dimana pembelajaran aktif tersebut, menurut


(32)

Bonwell dalam Michaelsen, (2002) memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

2) Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah.

3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah

4) Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi.

5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran

Bekerja dalam suatu kelompok merupakan bagian penting dari kegiatan belajar aktif. Pembentukan kelompok secara cepat dan efisien, pada saat bersamaan, variasi komposisi serta besaran kelompok di dalam kelas merupakan hal yang sangat penting guna menunjang proses pembelajaran aktif.

c. Faktor – Faktor yang mempengaruhi TBL

Bruhn dan Gibson (2006), Stewart (2006) dalam (Gusrini et al., 2010) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Team Learning adalah


(33)

kepemimpinan kelompok, teknologi yang digunakan, kemampuan kognitif, pengetahuan anggota dan kepribadian anggota

d. Manfaat TBL

Manfaat menurut Michaelsen, Knight & Fink, (2002) yang dapat diperoleh dari konsep Team Learning adalah:

1) Memfasilitasi proses pembelajaran mahasiswa secara lebih mendalam

2) Dapat mendukung semangat belajar mahasiswa secara sosial dan akademis

3) Meningkatkan keahlian proses bekerjasama dalam kelompok Disamping manfaat tersebut di atas, secara umum proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence di mana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat menilai setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasana yang tinggi sehingga akan memupuk social skills. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga penguasaaan materi juga meningkat.


(34)

Ada beberapa manfaat lain yang diharapkan dari penerapan metode TBL adalah:

1) Menyelenggarakan diskusi interaktif mengenai persoalan aktual tentang pengelolaan pembangunan ruang. Proses tersebut diharapkan dapat mengasah mahasiswa berfikir secara logis dan analitis serta melatih mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran mengenai fenomena permasalahan pengelolaan pembangunan ruang dalam bentuk catatan dan poster sehingga mampu lebih peka akan permasalahan pembangunan. Pada metode ini dosen berperan sebagai fasilitator, dapat dilakukan penerapan beberapa metode seperti simulasi dengan card sort dan reading guide.

2) Menggunakan gambaran nyata mengenai proses-proses yang terjadi dalam tahapan pengelolaan melalui berbagai media seperti audio-visual, poster, foto, gallery mapping dan lain-lain yang didesain untuk mengarah kepada pengelolaan pengetahuan.

3) Mengembangkan proses belajar dalam kelompok, sehingga dapat dikenalkan prinsip-prinsip bekerjasama. Proses belajar dalam kelompok dapat dilakukan dengan metode diskusi kelompok kecil, belajar koperatif, dan gallery session.

4) Belajar mencari bukti dari konsep dan teori yang dipelajari dari kejadian yang telah terjadi di lingkungannya khususnya pada proses belajar di akhir kuliah (pemahaman POAC secara keseluruhan), dilakukan dengan metode Blended learning.


(35)

e. Penerapan TBL

Bentuk proses pembelajaran yang mendukung Team-Based Learning adalah sebagai berikut (Michaelsen, Knight & Fink, 2002): 1) Dosen berperan didalam menyampaikan materi dasar dan aturan

perkuliahan pada pertemuan awal perkuliahan. Pada pertemuan berikutnya dosen lebih berperan sebagai fasilitator di kelas yang mengamati proses pembelajaran TBL. Persiapan yang perlu dilakukan oleh dosen adalah menentukan daftar topik/kasus dari materi yang akan diajarkan dan mempersiapkan modul. Peran dosen di awal pertemuan adalah sebagai berikut :

a) Menjelaskan konsep dasar materi perkuliahan dan aturan perkuliahan di awal pertemuan. Penjelasan meliputi metode pembelajaran yang dapat membantu pemahaman mahasiswa mengenai alasan pemilihan metoda pembelajaran, penilaian yang akan dilakukan, pembagian kelompok dan pola hubungan antar kelompok.

b) Memberikan gambaran kasus/tema yang akan diberikan dalam proses perkuliahan.

c) Memberikan daftar beberapa bahan bacaan mengenai materi yang diajarkan.

d) Mempersiapkan berbagai macam fasilitas pendukung kelas agar strategi pembelajaran dapat tercapai


(36)

2) Pada dua pertemuan berikutnya dosen memberikan penjelasan konsep garis besar materi.

3) Mahasiwa di dalam kelas dibagi kedalam kelompok beranggotakan lebih dari 7 orang. Dosen membagikan modul yang akan dipakai di dalam setiap pertemuan. Mahasiswa diharuskan membaca modul yang dibagikan agar dapat memahami materi pada setiap pertemuan.

4) Pada setiap awal pertemuan, mahasiswa diberi tes kesiapan individu dan kelompok dan di akhir perkuliahan mahasiswa diberi tes akhir individu untuk menilai pemahaman materi yang diberikan. Setiap kelompok diharuskan membuat logbook yang berisi kegiatan pada setiap pertemuan. Logbook terdiri dari bukti kehadiran setiap kelompok, rincian proses diskusi dan resume setiap kegiatan yang telah dilakukan. Logbook ditandatangani dan dikomentari oleh pengajar pada setiap pertemuannya. Selain logbook, setiap kelompok diharuskan mengumpulkan setiap bahan penunjang materi perkuliahan.

5) Hasil setiap kegiatan mahasiswa di setiap pertemuan di sajikan pada papan poster atau papan buletin.

6) Pada akhir proses perkuliahan, hasil setiap kegiatan kelompok mahasiswa disajikan dalam desain gallery session. Mahasiswa menyajikan hasil kerjanya dalam berbagai bentuk penyajian kreasi poster. Dalam desain ini, mahasiwa selain belajar dan bekerjasama


(37)

di dalam kelompok juga melakukan tugas kooperatif dengan cara menemui anggota kelompok lain yang memiliki contoh kasus berbeda. Pada proses ini mahasiswa tidak hanya ahli di dalam materi yang diterimanya tetapi juga mampu menjelaskannya pada mahasiswa lainnya yang memiliki materi berbeda.

7) Proses monitoring dan evaluasi proses pembelajaran dilakukan melalui penilaian individu dan kelompok. Penilaian individu berasal dari nilai IRAT, dan kontribusi berdasarkan logbook, sedangkan penilaian kelompok berasal dari GRAT dan hasil laporan kegiatan.

a) Tes kesiapan individu (Individual readiness assurance test (IRAT) ), tes ini diberikan pada seluruh mahasiswa pada setiap awal sesi perkuliahan dilengkapi dengan tes akhir individu untuk membandingkan tingkat pemahaman mahasiswa.

b) Tes kesiapan tim (Group readiness assurance test (GRAT)), tes ini diberikan pada setiap kelompok.

c) Penilaian terhadap kelompok melalui hasil setiap kegiatan pada setiap perkualiahan dan hasil akhir pada gallery session. d) Kontribusi individu (Peer Assessment) melalui logbook dan

penguasaan materi pada saat gallery session.

Pada penerapan metode TBL, kelas di persiapkan dalam kelompok-kelompok yang masing-masing didesain duduk dalam satu lingkaran meja. Desain tersebut memiliki keunggulan antara lain


(38)

mahasiswa dapat berkomunikasi dalam kelompok tanpa mengganggu kelompok lainnya. Setiap kelompok dapat leluasa menggunakan berbagai media pembelajaran (poster, white board, OHP dll) tanpa mengganggu kelompok lainnya.

f. Elemen utama TBL

Menurut Michaelsen & Parmalee (2009) terdapat empat elemen utama dalam Team-Based Learning terdiri dari :

1) Kelompok

Dosen membentuk kelompok dengan mempertimbangkan tiga variabel penting yaitu : Pertama menjamin kelompok mempunyai sumber yang adekuat dalam menetapkan kemampuan kelompok pada level yang sama. Kedua menghindari koalisi anggota yang akan mengganggu keterpaduan kelompok. Ketiga menjamin bahwa kelompok mempunyai kesempatan dalam mengembangkan belajar secara tim.

2) Tanggung jawab

Mahasiswa bertanggung jawab selama bekerja baik secara individu maupun kelompok.

3) Umpan balik

Mahasiswa harus sering menerima atau mendapatkan sesegera mungkin umpan balik. Umpan balik yang diberikan secara dini adalah suatu hal utama dalam TBL. Pertama, umpan balik yang


(39)

berisi tentang isi pembelajaran dan hambatan dalam belajar. Kedua umpan balik berpengaruh kuat pada perkembangan kelompok. 4) Menetapkan Design Tugas

Tugas tim harus meningkatkan proses pembelajaran dan pengembangan tim

g. Tahapan TBL

Tujuan utama pembelajaran adalah berfokus pada isi dan menjamin bahwa mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mempraktekan konsep penyelesaian masalah.

Secara umum tahapan TBL dapat digambarkan sebagai berikut : Team-Based Learning Instructional Activity Sequence

Preparation Readiness Assurance Application of Course Concepts Pre-class Diagnosis-Feedback

45-75 menit waktu kelas 1-4 jam waktu kelas

1 2 3 4 5 6 Individual Study

Umpan Balik Dosen

Tulisan kelompok Aktivitas berorientasi Aplikasi

Tes individu Tes Kelompok

Gambar 2.1 Team-Based Learning Instructional Activity Sequence (Michaelsen et al., 2009)


(40)

Tahap Team Baseb Learning berdasarkan Michaelsen et al., (2009) adalah: 1) Pre- class

Merupakan bagian dimana sebelum kelas dimulai. Pada saat ini kegiatan TBL meliputi mengambil keputusan yang berhubungan dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan desain pembelajaran. Pada jam pertama di kelas dosen harus merumuskan 4 tujuan meliputi : Pertama adalah memastikan mahasiswa mengerti mengapa dosen memutuskan menggunakan TBL, memperkenalkan mahasiswa tentang TBL dan bagaimana cara pengelolaan kelas / pertemuan dilakukan. Kedua adalah pembentukan kelompok. Ketiga dan keempat adalah mengurangi kekawatiran mahasiswa tentang sistem penilaian dan mekanisme yang mengembangkan norma-norma kelompok yang positif.

2) Readiness Assurance; Diagnosis-feedback

Meliputi penugasan bacaan, test individu, tes kelompok, laporan tertulis dari kelompok dan umpan balik dari dosen.

3) Aplication of Course Concepts

Merupakan penerapan konsep dari TBL yang berorientasi pada aktivitas kelompok dimana kelompok harus mampu mengembangkan pemahaman pada konsep yang digunakan untuk penyelesaian masalah secara mendalam


(41)

Berdasarkan teori Michaelsen et al., (2009) di atas tahap tahap metode pembelajaran Team Based Learning adalah sebagai berikut : 1) Step 1 : belajar mandiri

Di luar kelas mahasiswa belajar materi untuk persiapan sesi TBL. Aktivitas Pembelajaran Meliputi bacaan, video, laboratorium, tutorial, kuliah, dan lain-lain.

2) Step 2 : ujian pretest untuk kesiapan mahasiswa

Di kelas setiap mahasiswa mengerjakan 10-20 soal MCQ, yang telah diberikan oleh dosen.

3) Step 3 : Ujian pretest untuk kelompok

Di dalam kelas mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, di dalam kelompok mahasiswa mengerjakan pertanyaan yang sama dengan soal pre-test individu. Kelompok berdiskusi dan menjawab pertanyaan.

4) Step 4 : penulisan kesimpulan oleh kelompok

Mahasiswa mengumpulkan jawaban-jawaban dari hasil diskusi kelompok, kemudian mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di kelas, dosen memperhatikan dan menganalisa paparan dari mahasiswa, yang selanjutnya dosen mengklarifikasi di step berikutnya.

5) Step 5 : dosen mengklarifikasi jawaban mahasiswa (Feedback) Mahasiswa mendapatkan klarifikasi dari dosen mengenai hasil dari pre-test kelompok. Pada akhir klarifikasi jawaban, mahasiswa


(42)

harus yakin bahwa mereka bisa untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.

6) Step 6 : Aplikasi konsep di luar kelas

Di luar kelas mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh kedalam praktek klinik atau dunia nyata.

Peran dosen dalam proses team based learning hanya menyampaikan materi dasar (introduksi) dan aturan perkuliahan pada pertemuan awal perkuliahan (Michaelsen et al., 2004). Pada pertemuan berikutnya dosen lebih berperan sebagai fasilitator di kelas yang mengamati proses pembelajaran TBL.

2. Berpikir Kritis a. Pengertian

Halpern (1996) dalam Archibald (2010) secara lebih luas mendefinisikan berpikir kritis sebagai penggunaan tujuan, beralasan, dan tujuan diarahkan berpikir yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Othman dan Hashim (2006) dalam Archibald (2010) menggunakan berbagai sumber, dan negara, mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kritis secara langsung berkaitan dengan perkembangan kognitif, meningkatkan penalaran dan keterampilan logika, dan akhirnya memastikan siswa sukses akademis dan profesional.


(43)

Menurut Bandman (1988), berpikir kritis merupakan ujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut unutk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya pandangan baru (Maryam, 2008).

Filsafat Yunani dan metodologi pengajaran dari Socrates dan Plato, diuraikan oleh Facione (1990:3) didalam Oja (2011) yang menyatakan berpikir kritis merupakan suatu proses penilaian yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, serta penjelasan terhadap suatu kejadian, konsep, metode, pernyataan, pandangan, dan atau pertimbangan kontekstual dimana penilaian itu didasarkan.

Paul & Elder (2006) menjelaskan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan/keterampilan seseorang didalam menganalisis dan mengevaluasi suatu hal dengan menggunakan proses yang sistematis sehingga menghasilkan daya berpikir atau suatu pemikiran yang intelektual didalam ide-ide yang digagas.

Halpern (1996) menyebutkan bahwa, kemampuan berpikir kritis itu ditandai dengan penggunaan kemampuan kognitif atau suatu strategi untuk meningkatkan kemungkinan hasil yang diinginkan.


(44)

Berpikir kritis juga melibatkan proses penalaran atau logika didalam mengevaluasi serta berbagai faktor yang dipertimbangkan dalam membuat sebuah keputusan (Scott, 2008).

b. Aspek Perilaku Berpikir Kritis

Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek meliputi :

1) Relavan; keterkaitan dari pernyataan yang dikemukakan

2) Importance, penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan

3) Novelty, kebaharuan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru dari orang lain.

4) Outside material, menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan (reference)

5) Ambiguity clarified, mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasa ada ketidakjelasan

6) Lingking Ideas, senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.

7) Justification, memberikan bukti-bukti, contoh atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk


(45)

didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi

8) Critcal assessment, melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi masukan yang datang dari dalam dirinya maupun dari orang lain 9) Practical utility, ide-ide baru yang dikemukan selalu dilihat pula

dari sudut kepraktisan, kegunaan dalam penerapan

10)Width of understanding, diskusi yang dilaksanakan selalu bersifat meluaskan isi atau materi diskusi

Secara garis besar perilaku berpikir kritis dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan :

1) Berfokus pada pertanyaan 2) Analisis argument

3) Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi 4) Evaluasi kebenaran dari sumber informasi

c. Karakteristik Kemampuan Berpikir Kritis

Beyer (1995) menjelaskan karakteristik berpikir kritis, yaitu diantaranya: a. Watak (dispositions)

Seseorang yang berkemampuan berpikir kritis mempunyai sikap hati-hati, berpikiran terbuka, menghargai sebuah kejujuran, sikap menerima berbagai informasi dan pendapat, sikap teliti, menyikapi sesuatu hal dari


(46)

sudut pandang berbeda, dan akan mengubah sikap ketika mendapatkan hal-hal yang menurutnya baik.

b. Kriteria (criteria)

Seseorang yang berpikir kritis mempunyai sebuah kriteria atau tolok ukur dalam menilai sesuatu. Dalam menerapkan sebuah kriteria ia selalu berdasarkan kepada asas relevansi, keakuratan fakta - fakta, sumber yang dapat dipercaya, teliti, tidak bias, bebas dari penalaran yang salah, penalaran yang konsisten, dan dengan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (Argument)

Sesorang yang berpikir kritis mempunyai argumen tersendiri sebagai pandangannya terhadap suatu hal. Argumen atau pendapat merupakan ungkapan yang dilandasi oleh data - data yang bersifat faktual.

d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)

Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis mempunyai pertimbangan atau dasar pertimbangan dalam menyimpulkan suatu hal. Kegiatan ini meliputi proses menguji data - data dan informasi yang tersedia.

e. Sudut pandang (point of view)

Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan situasi, yang mempunyai makna dari berbagai pertimbangan yang matang.


(47)

f. Prosedur untuk menerapkan kriteria (procedures for applying criteria) Seseorang yang berpikir kritis mempunyai alur yang kompleks dan prosedural dalam mengambil keputusan. Alur prosedur tersebut meliputi perumusan masalah, memilih keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan sesudah keputusan itu diambil. d.Komponen Kemampuan Berpikir Kritis

Pendapat para ahli yang tergabung didalam APA (American Philosophical Association) (1990) didalam Mutiarani (2010), menyebutkan komponen berpikir kritis, diantaranya :

a. Interpretasi, yaitu kemampuan didalam memberikan suatu pandangan atau pendapat mengenai suatu hal, situasi, peristiwa atau kejadian, suatu keputusan, sebuah kepercayaan, peraturan-peraturan dan lain sebagainya. b. Analisis, yaitu suatu kemampuan didalam mengidentifikasi keadaan yang

masih ada hubungannya dengan pertanyaan, pernyataan, dan konsep yang digunakan sebagai pertimbangan didalam menyatakan pendapat dan keputusan.

c. Evaluasi, yaitu suatu kemampuan didalam menilai kredibilitas atau tingkat kepercayaan terhadap pernyataan dan pandangan seseorang mengenai suatu hal, situasi, serta peristiwa yang kemudian dibuat sebuah kesimpulan.

d. Inference, yaitu kemampuan seseorang didalam mengidentifikasi dan mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dan diperlukan untuk menarik


(48)

kesimpulan, atau hipotesis berdasarkan informasi-informasi yang sangat beralasan.

e. Explanation, yaitu kemampuan seseorang didalam menjelaskan hasil dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Kemampuan ini diterapkan untuk membenarkan sesuatu hal berdasarkan bukti-bukti, konsep, metodologi, serta penalaran atau logika.

f. Self-regulation, yaitu suatu kesadaran seseorang didalam memonitor atau menilai pengetahuannya, proses berpikirnya, dan hasil yang telah dikembangkannya khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan menerapkan keterampilannya.

e. Cara Pengukuran Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut para ahli yang tergabung didalam APA (American Philosophical Association) (1990) didalam Mutiarani (2010), secara umum terdapat 4 cara pengukuran kemampuan berpikir kritis, antara lain:

1. Observasi performance seseorang selama suatu kegiatan. Observasi dilakukan dengan mengacu pada komponen kemampuan berpikir kritis yang akan diukur, kemudian observer menyimpulkan bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis individu tersebut.

2. Mengukur outcome dari komponen-komponen kemampuan berpikir kritis yang telah diberikan.

3. Mengajukan pertanyaan dan menerima penjelasan seseorang mengenai prosedur dan keputusan yang mereka ambil terkait dengan komponen kemampuan berpikir kritis yang akan diukur.


(49)

4. Membandingkan outcome dari suatu komponen kemampuan berpikir kritis dengan komponen kemampuan berpikir kritis yang lain.

f. Macam-Macam Alat Ukur Kemampuan Berpikir Kritis

Alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis ini berupa kuesioner, beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis mahasiswa menurut Warren (2011) antara lain : 1. Critical Thinking Test yang telah dipublikasikan pada tahun 1989 2. Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal yang telah dipublikasikan

pada tahun 1980 oleh Goodwin Watson and Edward Maynard Glaser 3. The California Critical Thinking Skills Test (CCTST) tahun 1990 oleh

Peter Facione

4. The Cornell Critical Thinking Test Level X (untuk tingkat siswa yang berumur 4-14 tahun) yang dipublikasikan oleh Robert H. Ennis and Jason Milman pada tahun 2005

5. The Cornell Critical Thinking Test Level Z (untuk tingkat mahasiswa dan umum) yang dipublikasikan oleh Robert H. Ennis and Jason Milman pada tahun 2005

6. The California Critical Thinking Disposition Inventory oleh Peter Facione and N. C. Facione pada tahun 1992

7. Tasks in Critical Thinking yang dipublikasikan oleh Educational Testing service pada tahun 1993


(50)

8. ICAT Critical Thinking Essay Examination yang dipublikasikan oleh The International Center For The Assessment of Thinking pada tahun 1996

9. James Madison Test Of Critical Thinking yang dipublikasikan oleh The Critical Thinking Company pada tahun 2004

10. Critical Thinking Disposition Self Rating-Form yang dikembangkan oleh Peter A. Facione yang dipublikasikan pada tahun 2011. Alat ukur ini terdiri dari 20 item pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif.

g. Indikator berpikir kritis

Menurut Ennis dalam Hassaobah (2008: 87), ada 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas, antara lain : Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis Ennis dalam Hassaobah (2008: 87) No Kelompok Indikator Sub indikator

1 Memberikan penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan

kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis

argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi

kalimat-kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi

kalimat-kalimat bukan pertanyaan d. Mengidentifikasi dan

menangani suatu ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu


(51)

No Kelompok Indikator Sub indikator f. Membuat ringkasan Bertanya dan

menjawab pertanyaan

a. Memberikan penjelasan sederhana

b. Menyebutkan contoh 2 Membangun

keterampilan dasar

Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan

kemenarikan konflik

c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber

d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan

penggunaan prosedur yang tepat f. Mempertimbangkan risiko

untuk reputasi

g. Kemampuan untuk memberikan alasan

h. Kebiasaan berhati-hati Mengobservasi dan

mempertimbangkan laporan observasi

a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan

c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang

benar

f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawabkan

hasil observasi 3 Menyimpulkan Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

a. Siklus logika seluler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis

c. mengemukakan hipotesis d. merancang eksperimen e. menarik kesimpulan sesuai

fakta


(52)

No Kelompok Indikator Sub indikator menyelidiki

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta

b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat

c. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan penerapan fakta

d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah

4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

a. Membuat bentuk definisi b. Strategi membuat definisi c. bertindak dengan memberikan

penjelasan lanjut d. mengidentifikasi dan

menangani ketidakbenaran yg disengaja

e. Membuat isi definisi Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengonstruksi argumen 5 Mengatur

strategi dan taktik

Menentukan suatu tindakan

a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan sementara e. Mengulang kembali

f. Mengamati penerapannya Berinteraksi dengan

orang lain

a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi, atau


(53)

Sedangkan berdasarkan Paul & Elder (2006) Tools Critical Thinking adalah sebagai berikut :

1. Kejelasan / Clarity

a). Apakah mampu memberi penjelasan lebih dalam? b). Apakah bisa memberi contoh?

c). Apakah bisa menggambarkan apa yang dimaksud ? 2. Ketepatan / Accuracy

a). Bagaimana cara untuk mengecek ketepatan ? b). Apakah itu benar?

c). Bagaimana cara membuktikanya? 3. Ketelitian / Precision

a). Apakah lebih spesifik?

b). Apakah memberikan penjelasan yang lebih detail ? c). Apakah lebih tepat?

4. Hubungan / Relevance

a). Bagaimanakah hubunganya dengan masalah? b). Apakah pertanyaan dapat menjawab masalah? c). Bagaimana isu yang ada dapat dikaitkan? 5. Kedalaman / Depth

a). Apakah bisa melihatnya dari sudut pandang lain? b). Adakah Pertimbangan untuk melihat fokus masalah ini? c). Adakah cara lain untuk menyelesaikan masalah ini?


(54)

6. Luasnya / Breadth

a). Apakah melihat ini dari perspektif lain?

b). Apakah mempertimbangkan sudut pandang yang lain? c). Apakah melihat ini dengan cara lain?

7. Logika / Logic

a). Apakah masuk akal?

b). Apakah jawabanya konsisten dari awal sampai akhir? c). Apa yang perlu ditindak lanjuti dari bukti yang ada? 8. Arti / Significance

a). Apakah mengutarakan masalah yang paling penting untuk dipertimbangkan?

b). Apakah berfokus pada ide utama ?

c). Apakah mengemukakan fakta yang dianggap paling penting? 9. Keadilan / Fairness

a. Mengemukakan apakah masalah mempunyai kepentingan? b. Jika ada mengemukakan pihak mana yang diuntungkan?

Menurut Espey, M., & Walker, J. E. (2012) Tools untuk berpikir kritis adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan konsep sesuai kondisi nyata

2. Menjalin kerjasama yang baik dengan sesama anggota kelompok 3. Mampu mengembangkan argumen


(55)

5. Mampu menarik kesimpulan / mampu memberi gambaran setelah mencari topik dari berbagai sumber.

6. Mempertimbangkan perbedaan dari berbagai sudut pandang

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

Berdasarkan beberapa ahli (Kort, 1987; Sobur, 2003; Maryam, 2006; Hassoubah, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis diantaranya :

1. Cara pandang seseorang didalam memahami dan menilai sesuatu 2. Tingkat intelegensi/ kecerdasan seseorang

3. Motivasi yang dimiliki

4. Pengalaman - pengalaman yang telah diperoleh 5. Faktor latar belakang dan budaya seseorang 6. Keadaan emosi/ kecemasan

7. Dan kondisi fisik

Sedangkan faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga dosen lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman dosen tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Anderson et al., 1997; Bloomer, 1998; Kember, 1997; Soden R., 2000)


(56)

B. Kerangka Teori

Bagan 2. 1 Kerangka Teori

Sumber : Gusrini et al., (2010) ; Sobur, 2003; Maryam, 2006; Hassoubah, 2008), (Parmele et al, 2012)

Metode Pembelajaran

Student Center Leraning Teacher Centered Learning

Tahap – tahap Team Based Learning :

1. Pre- class Preparation

Belajar mandiri

2. Readiness Assurance

a. Ujian pre test untuk kesiapan mahasiswa b. Ujian pre test untuk

kelompok c. Penulisan

kesimpulan oleh kelompok d. Dosen

mengklarifikasi jawaban mahasiswa (feedback)

3. Aplication of Course Concepts

Aplikasi pembelajaran konsep di luar kelas

Peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui Team Based Learning

Team Based Learning

Faktor – faktor yang

mempengaruhi pembelajaran Team Learning :

1. Kepemimpinan kelompok 2. Teknologi yang digunakan 3. Kemampuan kognitif 4. Pengetahuan

5. Kepribadian Faktor – faktor yang

mempengaruhi berpikir kritis mahasiswa : 1. Cara pandang

2. Tingkat intelegensi atau kecerdasan seseorang 3. Motivasi yang dimilik 4. Pengalaman-pengalaman

yang telah diperoleh 5. Faktor latar belakang dan

budaya seseorang 6. Keadaan emosi atau

ecemasan 7. Kondisi fisik


(57)

C. Kerangka Konsep

Keterangan :

_________ : Diteliti --- : Tidak diteliti

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Team Based Learning Terhadap Kemampuan Kerpikir kritis pada

mahasiswa DIII di STIKES Satria Bhakti Nganjuk Faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis seseorang :

1. Cara pandang seseorang didalam memahami dan menilai sesuatu

2. Tingkat intelegensi/ kecerdasan seseorang 3. Motivasi yang dimiliki

4. Faktor latar belakang dan budaya seseorang

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa

Model Pembelajaran Konvensional Model Pembelajaran Team Based Learning (Tahap-tahap) :

1. Pre- class Preparation Belajar mandiri

2. Readiness Assurance

a. Ujian pre test untuk kesiapan mahasiswa b. Ujian pre test untuk kelompok

c. Penulisan kesimpulan oleh kelompok d. Dosen mengklarifikasi jawaban

mahasiswa (feedback) 3. Aplication of Course Concepts

Aplikasi pembelajaran konsep di luar kelas

5. Pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh 6. Keadaan emosi/ kecemasan


(58)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah

H1 : Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan design penelitian Quasy Experiment pre and post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk.

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada mahasiswa semester IV di Prodi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk. Adapun bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut ini :

Kelompok intervensi : 01 X 02 Kelompok Kontrol : 03 04

Keterangan :

01 : nilai pre test berpikir kritis kelompok intervensi Team Based Learning

02 : nilai post test berpikr kritis kelompok intervensi Team Based Learning

03 : nilai pre test berpikir kritis pada kelompok kontrol 04 : nilai post test berpikr kritis pada kelompok kontrol


(60)

B. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa semester IV program DIII Keperawatan di STIKES Satria Bhakti Nganjuk tahun ajaran genap 2015 /2016 yang berjumlah 70 mahasiswa

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik Total Sampling dengan mempertimbangan kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV program DIII Keperawatan di STIKES Satria Bhakti Nganjuk tahun ajaran genap 2015 /2016.

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bersedia diteliti menjadi responden sedangkan untuk kriteria eklusi adalah mahasiswa yang tidak hadir satu kali atau lebih pada saat penelitian dilakukan.

Jumlah responden yang masuk dalam kriteria eklusi untuk kelompok intervensi adalah 4 responden. Adapun rincian ketidakhadiran responden adalah sebagai berikut yaitu 2 responden pada pertemuan ke dua, 4 responden pada pertemuan ke empat dan 1 responden pada pertemuan kelima dan ke enam. Sedangkan jumlah responden yang masuk kriteria eklusi pada kelompok kontrol yaitu 3 responden. Dengan rincian 1 responden pada pertemuan kedua, 2 responden pada pertemuan ke empat dan 3 responden pada pertemuan ke 3.


(61)

Berdasarkan kriteria inklusi yaitu responden yang telah mengikuti 7 kali pembelajaran dengan TBL untuk kelompok intervensi dan 7 kali mengikuti metode pembelajaran ceramah untuk kelompok kontrol. Maka jumlah responden untuk kelompok intervensi yaitu 31 mahasiswa, sedangkan untuk kelompok kontrol adalah 32 mahasiswa. Sehingga jumlah keseluruhan sampel penelitian adalah 63 mahasiswa. C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Semester IV Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk pada tanggal 19 April – 31 Mei 2016. D. Varibel Penelitian

1. Variabel bebas / independen

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Team-Based Learning. 2. Variabel terikat / dependen

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis. E. Definisi Operasional

Tabel. 3.1 Definisi operasional penelitian pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

1. Team Based

Learning

Pembelajaran aktif dengan kelompok kecil 5-7 orang yang menyediakan

kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konsep mata kuliah yang diajarkan.


(62)

2. Kemampuan Berpikir kritis

Kemampuan

mahasiswa dalam mengiinterpretasi, menganalisis,

mengevaluasi, dan membuat kesimpulan terhadap konsep dengan didasari suatu pertimbangan yang konstektual. Yang diukur sebelum TBL, setelah TBL 3 kali, 5 kali dan tujuh kali.

Lembar kuesioner Berpikir kritis Ennis dalam Hassaobah (2008: 87)

Skala likert Rasio

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini alat ukur berpikir kritis menggunakan instrument berpikir kritis Ennis dalam Hassaobah (2008: 87). Kuesioner ini terdiri 5 indikator (memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik). Kuesioner ini terdiri dari 35 pernyataan. Dari masing masing pernyataan jawaban berdasarkan skala likert SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju.

Adapun instrument berpikir kritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis

No Indikator ∑ Soal No. Soal

1 Memberikan penjelasan sederhana 9 1- 9 2 Membangun ketrampilan dasar 11 10 – 20

3 Menyimpulkan 7 21 – 27

4 Memberikan penjelasan lanjut 4 28 – 31 5 Mengatur strategi dan taktik 4 32 - 35


(63)

G. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan

a. Penelitian dilaksanakan setelah dinyatakan lolos uji etik oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

b. Peneliti mengajukan ijin penelitian kepada Ketua STIKES Satria Bhakti Nganjuk (persetujuan penelitian)

c. Membuat Modul pembelajaran Team Based Learning d. Melakukan Apersepsi dengan TIM Penelitian

a) Cara Pemberian metode pembelajaran Team Based Learning b) Jadwal pembelajaran TBL (peneliti 4 kali TBL dan 4 kali

ceramah, TIM 3 kali TBL dan 3 kali ceramah). c) Topik materi yang akan diajarkan oleh TIM

d) Jadwal pre test dan post test setelah pemberian TBL / ceramah ketiga, kelima dan ketujuh

e. Melakukan uji coba dan evaluasi cara pembelajaran TIM penelitian dengan metode Team Based Learning kepada mahasiswa semester II DIII Keperawatan sebelum intervensi TBL dilakukan kepada kelompok intervensi mahasiswa semester IV DIII Keperawatan.


(1)

Postest ke lima

93.10 Postest ke

tujuh

93.47 Sumber: Data primer 2016

Pengaruh tujuh kali penerapan model Team Based Learning terhadap item kemampuan berpikir kritis

Gambar I Rata Rata Kemampuan Berpikir Kritis Responden Pada Setiap Item

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian ini juga menunjukkan semua item karakteristik responden yang terdiri atas jenis kelamin, usia, pengalaman, emosi, kondisi fisik badan dan lingkungan mempunyai nilai p value > 0.05 yang hal ini berarti semua item dalam karakteristik responden tidak menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan beberapa hasil penelitian atau teori berikut Sigian (2002) yang menyebutkan semakin lanjut usia seseorang maka semakin meningkatkan kedewasaan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya. Begitu pula Piaget dalam Maryam (2008) juga mengungkapkan semakin bertambah usia seseorang maka semakin matang dalam berpikir. Timpe (2000) yang mengemukakan bahwa salah satu tanda seseorang yang produktif jika mempunyai pengalaman. Maryam (2008) yang mengemukakan seseorang yang mengalami kecemasan mengganggu dalam berpikir. Penelitian Kurniadi (2010) yang menyebutkan bahwa lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran berpengaruh secara signifikan meningkatkan hasil belajar. Begitu juga Khoiriyah (2012) yang menyebutkan bahwa penggunaan lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dan

2.95 3 3.05 3.1 3.15 3.2 3.25 3.3 3.35 3.4

Kemampuan Berpikir Kritis


(2)

hanya mendukung teori Robbins (2006) yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi kemampuan belajar.

Semua item karakteristik dalam penelitian ini tidak menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis mahasiswa, hal ini kemungkinan disebabkan karena mahasiswa selama ini sudah terbiasa dengan banyak mensiasati kondisi badan dan lingkungan yang ada serta pemberian kesempatan yang sama untuk belajar baik beda jenis kelamin, usia, pengalaman maupun emosi atau tingkat kecemasan.

2. Berpikir kritis sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi baik untuk kelompok intervensi (TBL) dan kelompok kontrol (ceramah) kemampuan berpikir kritis mahasiswa mengalami peningkatan. Pada kelompok intervensi rata-rata nilainya sebesar 92.71 menjadi 113.06. Sedangkan pada kelompok kontrol 92.22 menjadi 93.47. Pada kelompok intervensi terjadi peningkatan secara signifikansi tetapi tidak pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol kemampuan berpikir kritis mahasiswa meningkat, namun berdasarkan hasil uji Paired Samples T Test didapatkan nilai yang tidak bermakna secara statistik (p > 0.05) pada kelompok kontrol dan bermakna secara statistik untuk kelompok intervensi dengan p < 0.05 (0.000 < 0.05).

Team based learning (TBL) adalah sebuah pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran dengan kelompok kecil yang menyediakan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan konsep melalui tahap aktivitas-aktitas, meliputi kerja individual (individual work), kerja tim (team work), dan umpan balik cepat (immediate feedback) (Parmelee et al., (2012).

Sedangkan Paul & Elder (2006) menjelaskan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan / keterampilan seseorang dalam menganalisis dan mengevaluasi suatu hal dengan menggunakan proses yang sistematis sehingga menghasilkan daya berpikir atau suatu pemikiran yang intelektual didalam ide-ide yang digagas.

Sementara itu menurut Ennis dalam Hassaobah (2008: 87), ada 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas yang terdiri atas memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik.

Kelompok intervensi dalam penelitian ini diberikan modul Team Based Learning sehingga mahasiswa bisa mempersiapkan diri baik untuk membaca buku refensi yang sesuai dengan materi yang telah ditentukan maupun mempersiapkan diri untuk diskusi dalam kelompok maupun antar kelompok. Mahasiswa bisa belajar secara mandiri maupun belajar bekerjasama.

Mahasiswa berpacu untuk berlomba-lomba giat belajar mandiri dan mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok. Antara mahasiswa yang satu dengan yang lain saling mengeluarkan jawaban pendapat sesuai dengan teori atau refensi yang telah dibacanya. Hal ini sangat jauh sekali berbeda dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah.


(3)

3. Pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum dilakukan intervensi (pretest) pada kelompok intervensi rata rata 92.71 ± 5.36 dan 99.22 ± 6.70 pada kelompok kontrol yang berarti kedua kelompok sebelum dilakukan intervensi mempunyai kemampuan berpikir kritis yang sama atau homogen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berpikir kritis responden pada postest antara kelompok kedua kelompok secara signifikan berbeda, yaitu sebesar 0.000 (p < 0.05) dengan nilai rata rata 113.06 ± 8.63 pada kelompok intervensi dan 93.47 ± 8.27 pada kelompok kontrol. Hal ini berarti dengan intervensi metode pembelajaran Team Based Learning lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dari pada metode pembelajaran ceramah.

Hasil penelitian ini juga mengukur berpikir kritis mahasiswa setelah pertemuan ke tiga, ke lima dan ketujuh TBL yang didapatkan hasil nilai F hitung > F tabel pada kelompok intervensi (13.667 > 3.08) dan p < 0.05 (0.000 < 0.05) yang hal ini berarti bahwa ada perbedaan rata rata nilai berpikir kritis dari post test ke tiga, post test ke lima, dan post test ke tujuh. Sedangkan nilai yang didapatkan untuk F hitung < F tabel pada kelompok kontrol (0.086 < 3.094) dan p > 0.05 (0.918 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata rata nilai berpikir kritis dari post test ke tiga, post test ke lima, dan post test ke tujuh.

Berdasarkan hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa dari kelima item setelah diberikan metode pembelajaran Team Based Learning selama tujuh kali rata-rata kemampuan berpikir kritis responden meningkat lebih tinggi pada item memberikan penjelasan lebih lanjut dan paling rendah pada item membangun ketrampilan dasar dalam berpikir kritis.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Allen et al., (2013) yang membuktikan bahwa Team Based Learning meningkatkan keterlibatan mahasiswa, meningkatkan persiapan mahasiswa untuk kelas, dan mempromosikan pencapaian hasil daripada metode ceramah. Begitu juga penelitian Maslakpak et al., (2015) yang mengemukakan bahwa Team Based Learning mampu menghasilkan perbaikan yang jauh lebih baik dan stabilitas dalam pengetahuan mahasiswa keperawatan dibandingkan dengan metode ceramah tradisional.

Serta penelitian Espey & Walker (2012) membuktikan bahwa Team Based Learning mampu mengembangkan atau meningkatkan semua keterampilan akademik umum serta rata-rata semua keterampilan berpikir kritis. Begitu pula Mcinerney & Fink (2003) yang mengungkapkan bahwa Team Based Learning banyak bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Mahasiswa mempunyai kemampuan memberikan penjelasan lebih lanjut yang lebih tinggi dibandingkan item kemampuan berpikir kritis lainya setelah diberikan selama tujuh kali TBL. Hal ini membuktikan tahapan yang ada di TBL terutama pre preparation (belajar mandiri) menyiapkan mahasiswa untuk lebih siap dengan materi atau soal yang diberikan. Hasil penelitian ini membuktikan


(4)

bahwa metode pembelajaran Team Based Learning meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Nilai rata-rata yang semakin meningkat setelah pemberian Team Based Learning selama tujuh kali, bisa menjadi dasar pertimbangan pentingnya metode pembelajaran Team Based Learning dalam meningkatkan mutu pendidikan keperawatan.

KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini ada tahap Team Based Learning yang tidak bisa dikontrol yaitu pada tahap belajar mandiri / pre class. Dan juga Responden penelitian baik kelompok intervensi maupun kontrol bisa saling bertanya atau bekerjasama karena mengetahui mereka sedang diteliti.

KESIMPULAN

Karakteristik responden yang terdiri atas jenis kelamin, usia, pengalaman, keadaan emosi / kecemasan, kondisi fisik badan maupun kondisi fisik lingkungan tidak menjadi faktor penyebab yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada saat penerapan metode Team Based Learning maupun metode ceramah.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk sebelum dilakukan penerapan Team Based Learning pada kedua kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol) adalah sama. Tetapi setelah penerapan metode Team Based Learning selama tujuh kali terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang signifikan pada kelompok intervensi daripada mahasiswa yang menggunakan metode ceramah. Mahasiswa yang mendapatkan penerapan Team Based Learning tujuh kali mempunyai kemampuan berpikir kritis jauh lebih tinggi daripada setelah penerapan ketiga maupun kelima. Sehingga semakin sering mahasiswa keperawatan mendapatkan penerapan metode Team Based Learning maka semakin meningkat kemampuan berpikir kritisnya.

Berdasarkan penelitian ini pula dapat disimpulkan bahwa item kemampuan berpikir kritis mahasiswa di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk yang setelah tujuh kali penerapan metode Team Based Learning mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis paling tinggi pada item memberikan penjelasan lebih lanjut.

PERNYATAAN TERIMA KASIH

Dr. Achdyat Premedi, M.A.R.S , Ketua STIKES Satria Bhakti Ngaatria Bhanjuk, STIKES Satria Bhanti Nganjuk Jl. Panglima Sudirman VI Nganjuk Jawa Timur


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuan, H., Kunaviktikul, W., Klunklin, A., & Williams, B. A. (2008). Improvement of nursing students' critical thinking skills through problem‐based learning in the People's Republic of China: A quasi‐experimental study. Nursing & health sciences, 10(1), 70-76

2. Chan, Z. C. Y. (2013). Exploring creativity and critical thinking in traditional and innovative problem-based learning groups, 2298–2307. http://doi.org/10.1111/jocn.12186

3. Cohen, S., RN, BS, CEN (2008). Critical Thinking in Long-Term Care Nursing: Skills to Assess, Analyze, and Act. United States of America : HCPro, Inc.

4. Maslakpak, M. H., Parizad, N., & Zareie, F. (2015). The Impact of Team-Based Learning on Nervous System Examination Knowledge of Nursing Students. Tabriz University of Medical Sciences, 4(4), 331–339. http://doi.org/10.15171/jcs.2015.033

5. Allen, R. E., Copeland, J., Franks, A. S., Karimi, R., McCollum, M., Riese, D. J., & Lin, A. Y. F. (2013). Team-based learning in US colleges and schools of pharmacy. American Journal of Pharmaceutical Education, 77(6). http://doi.org/10.5688/ajpe776115

6. Mcinerney, M. J., & Fink, L. D. E. E. (2003). Team-Based Learning Enhances Long-Term Retention and Critical Thinking in an Undergraduate Microbial Physiology Course, (May), 3–12.

7. Espey, M., & Walker, J. E. (2012). Enhancing Critical Thinking in Economics Using Team-Based Learning Team-Based Learning, 29634. 8. Chung, E.-K., Rhee, J.-A., Baik, Y.-H., & a, O.-S. (2009). The effect of

team-based learning in medical ethics education. Medical Teacher, 31(11), 1013–7. http://doi.org/10.3109/01421590802590553

9. Okubo, Y., Ishiguro, N., Suganuma, T., Nishikawa, T., Takubo, T., Kojimahara, N., Yoshioka, T. (2012). Team-Based Learning, a Learning Strategy for Clinical Reasoning, in Students with Problem-Based Learning Tutorial Experiences. The Tohoku Journal of Experimental Medicine, 227(1), 23–29. http://doi.org/10.1620/tjem.227.23

10. Hrynchak, P., Batty, H., & Einstein, A. (2012). The educational theory basis of team-based learning, 796–801. http://doi.org/10.3109/0142159X.2012.687120

11. Bissell, A. N. & Lemons, P. P. (2006). A new method for assessing critical thinking in the classroom. BioScience. 56(1). 66-72.

12. Sobur, A. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

13. Maryam, S. (2008). Pengembangan Kreativitas Berbahasa dalam Menulis Esai. Unpublished Doctoral Dissertation

14. Hassoubah, Z. I. (2008). Mengasah pikiran kreatif dan kritis. Terjemahan Bambang Suryadi). AS Noorden.(Buku Asli diterbitkan tahun 2002)

15. Siagian, S.P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.


(6)

16. Timpe, A. D. (2000) Seri Sumber Daya Manusia : Memimpin Manusia. Jakarta : Gramedia.

17. Kurniadi. 2010. Penggunaan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Malang http//:www.wordpress.com/Belajar-SD-IPA

18. Khoiriyah, R. 2012. Pengaruh Penggunaan Lingkungan SekitarSekolah Sebagai Sumber Belajar Dengan Model Inkuiri Terbimbing TerhadapKeterampilan ProsesSains Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem. Universitas Lampung.Bandar Lampung.

19. Robbins (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta : Indeks

20. Parmele Dean, Larry K Michaelsen, Sandy Cook & Patricia D. Hudes (2012). Team Based Learning : A Practical Guide: Amee Guide No.65. Medical Teacher : 1-13. Wiley online library

21. Paul, R., & Elder, L. (2006). The miniature guide to critical thinking: Concepts & tools. Foundation Critical Thinking

22. Allen, R. E., Copeland, J., Franks, A. S., Karimi, R., McCollum, M., Riese, D. J., & Lin, A. Y. F. (2013). Team-based learning in US colleges and schools of pharmacy. American Journal of Pharmaceutical Education, 77(6). http://doi.org/10.5688/ajpe776115