PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI

(1)

PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI

TESIS

UKHTUL IZZAH 20141050063

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI

TESIS

UKHTUL IZZAH 20141050063

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

UKHTUL IZZAH 20141050063

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan ridho-nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Aplikasi “pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan kognitif mahasiswa prodi si keperawatan stikes banyuwangi ”. Tesis ini dibuat dalam rangka untuk memperoleh derajad magister keperawatan setelah dinyatakan lulus di pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

Penyusunan tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Achmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Fitri Arofiati. S. Kep., Ners, MAN., PH.D. selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M. Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberi masukan serta saran dalam penyempurnaan proposal tesis ini.

4. Bapak Suryanto, Ph. D & Bapak Moh. Afandi, S. kep., Ners. MAN selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan serta saran guna penyempurnaan proposal tesis ini. 5. Bapak DR. Soekardjo, S. Kep., MM. Selaku Ketua STIKes Banyuwangi yang telah

member ijin untuk penelitian hingga terselesaikannya tesis ini. 6. Responden yang bekerja sama dalam terselesaikannya tesis ini.


(5)

7. Kepada kedua orang tuaku, suamiku tercinta beserta keluarga yang telah banyak member motivasi dan dorongan dalam penyelesaian proposal tesis ini.

8. Teman – temanku baik teman seperjuangan di bangku kuliah S2 ini serta tak lupa pula rekan civitas akademika di STIKes Banyuwangi yang juga berpartisipasi aktif dalam proses penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif bagi kesempurnaan tesis ini. Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta hidayahnya dan menjadikan ini sebagai amal jariyah. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan keperawatan serta bagi kita semua, Amiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 20 Juli 2016 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… ... i

HALAMAN PENGESAHAN……….. ... ii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... ... iii

DAFTAR ISI………. ... v

DAFTAR TABEL………. ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... ... vii

DAFTAR BAGAN ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN………. ... x

ABSTRAK……… ... xi

ABSTRAK ……… ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang………... ... 1

B. RumusanMasalah……… ... 7

C. TujuanPenelitian………. ... 8

D. ManfaatPenelitian……… ... 8

E. PenelitianTerkait………. ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KonsepSCL (Student-Centered Learning) ……….. ... 17

B. PBL (Problem Based Learning)... 25

C. Tutorial seven jump……….. ... 40

D. Compatible Assesment………. ... 50

E. Penilaian Kognitif………. ... 55

F. Penilaian Afektif (Sikap)……….. ... 64

G. KerangkaTeori……….. ... 75

H. KerangkaKonsep………... ... 76

I. Hipotesis………... ... 77

BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian………. ... 78

B. PopulasidanSampelPenelitian………. ... 79

C. LokasidanWaktuPenelitian………. ... 80

D. VariabelPenelitian………... ... 80

E. DefinisiOperasional………. ... 81

F. InstrumenPenelitian………. ... 84

G. UjiValiditasdanRealiabilitas………... ... 85

H. Analisis Data……… ... 86


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………... ... 91

1) Karakteristik responden………... ... 92

2) Uji perbedaan skor kemampuan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan metode Problem Based Learning (tutorial seven jump)... ... 93

3) pengaruh metode pembelajaran PBL Problem Based Learning (tutorial seven jump) terhadap kemampuan kognitif ……….. ... 93

4) Penilaian distribusi frekuensi gambaran afektif pada proses metode pembelajaran Problem Based learning (tutorial tutorial seven jump) ... 94

B. Pembahasan 1) Karakteristik responden………. ... 95

2) kemampuan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan metode Problem Based Learning (tutorial seven jump)………..….. ... 97

3) pengaruh metode pembelajaran PBL Problem Based Learning (tutorial seven jump) terhadap kemampuan kognitif ……… .... 99

4) Penilaian distribusi frekuensi gambaran afektif pada proses metode pembelajaran Problem Based learning (tutorial tutorial seven jump) ... 103

C. Kekuatan………. .... 107

D. Kelemahan ………..…... ... 108

E. Implikasi ……….…… ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… ... 110

B. Saran………... .... 110

DAFTAR PUSTAKA ... .. 113 LAMPIRAN.


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Model Pembelajaran dengan Pendekatan SCL ... 21

Tabel 2.3 Tabel Formulasi (dalam tingkat hipotesis) ... 45

Tabel 2.4 Contoh kisi – kisi tes objektif ... 59

Tabel 2.5 Contoh kisi – kisi tes uraian ... 60

Tabel 2.6 Matrik penentuan kategori perilaku, kemampuan internal dan kata kerja operasional (Domain Kognitif) ... 62

Tabel 2.7 Kategori ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Masia ... 69

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 81

Tabel 3.2 Uji Normalitas data ... 88

Tabel 4.1 Karakteristik Responden………. 92

Tabel 4.2 Uji perbedaan skor kemampuan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan metode Problem Based Learning (tutorial seven jump) 93 Tabel 4.3 pengaruh metode pembelajaran PBL Problem Based Learning (tutorial seven jump) terhadap kemampuan kognitif ……… 93

Tabel 4.4 Penilaian distribusi frekuensi gambaran afektif pada proses metode pembelajaran Problem Based learning ……….. 95


(9)

DAFTAR SINGKATAN

AIPNI : Asosiasi Profesional Ners Indonesia

BAAK : Biro Administrasi Akademis Kemahasiswaan CI :Contextual intruction

CL :Cooperative learning CbL : Collaborative learning

CTL : Contextual Teaching and Learning DL :Discovery learning

EMQ :Extended Matching Question IDK : Ilmu Dasar Keperawatan IP : Indeks Prestasi

KDM : Keperawatan Dasar manusia MCQ : Mutiple Cois Quesion

OSCE :Objective Structured Clinical Examination PBL : Problem Based Learning

PJBL : Project Based Learning PRODI : Program studi

PTK : Penelitian Tindakan Kelas RPP : Rencana Program pembelajaran SCL : Student CenteredLearning SDL : Self-Directed learning SGD : Small Group Discution

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan TCL : Teacher Centered Learning


(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 : Kerangka Teori ... 75 Bagan 2.2 : Kerangka Konsep ... 76


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat ijin studi pendahuluan

Lampiran 2 : Surat pemberian ijin studi pendahuluan Lampiran 3 : Permohonan ijin penelitian

Lampiran 4 : Surat keterangan kelayakan etika penelitian Lampiran 5 :Penjelasan penelitian

Lampiran 6 : Persetujuan sebagai responden Lampiran 7 : prosedur Penelitian

Lampiran 8 : Cheklist penilaian afektif dalam skala likert Lampiran 9 : Cheklist penilaian tutorial

Lampiran 10 : Pedoman tutorial untuk tutor Lampiran 11 : Pedoman tutorial untuk mahasiswa

Lampiran 12 : Soal ujian blok IDK II (untuk penilaian kognitif) skenario 1 Lampiran 13 : Soal ujian blok IDK II (untuk penilaian kognitif) skenario 2 Lampiran 14 : Soal ujian blok IDK II (untuk penilaian kognitif) skenario 3 Lampiran 15 : Hasil analisis data

Lampiran 16 : Bukti mengikuti ujian proposal tesis Lampiran 17 : lembar konsultasi tesis


(13)

(14)

(15)

THE EFFECTS OF PROBLEM BASED LEARNING METHOD TO THE

COGNITIVE SKILLS OF BACHELOR DEGREE (S1) STUDENTS IN NURSING, AT STIKES BANYUWANGI

Ukhtul Izzah1, Wiwik Kusumawati2 Abstract

Background: One of the ways taken by the Indonesian government to improve the quality of education in Indonesia is by revising the applied curriculum from Teacher Centered Learning to Students Centered Learning. Tutorial methods is one of the examples of applied method in this case. This tutorial method’s success is influenced by the stages of structures in tutorial seven jump which also influences the behavior of students specifically their cognitive, affective and psychomotor behavior.

Objectives: The research was aimed at analyzing the effects of Problem Based Learning (PBL) tutorial seven jump method to the students’ cognitive and affective skills.

Research Method: The research is a qualitative research which applies quasi experiment approach. Pre and post-test without control by Problem Based Learning treatment was performed. The sample on this research was MCQ questions (cognitive) and observation (affective). Then, the data was analyzed by using paired sample t test.

Results: The research showed that after 3(three) times performing PBL intervention to the students, their cognitive skill was shown as follow: p value = 0.001 (p-value <0.05). Meanwhile, affective score was shown in p-value= 0.000 (p-value <0.05). The highest cognitive score was resulted at the first tutorial whereas the highest affective score was at the third tutorial.

Conclusion: After 3 (three) times treatment, BPL seven up jump affected the cognitive and affective skills of the bachelor degree students majoring in nursing at STIKES BANYUWANGI.

Keywords: problem based learning, tutorial seven jump, cognitive, affective

1

Nursing student of University Muhammadiyah of Yogyakarta 2


(16)

ABSTRAK

PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP

KEMAMPUAN KOGNITIF DAN GAMBARAN AFEKTIF MAHASISWA PRODI SI KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI

Ukhtul Izzah¹, Wiwik Kusumawati² ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah mengadakan perbaikan kurikulum dari Teacher Centered Learning ke Student Centered Learning, salah satunya adalah dengan menggunakan metode tutorial. Keberhasilan dari diskusi tutorial sangat dipengaruhi oleh tahapan struktur yang terdapat dalam tutorial seven jump. Proses ini akan mempengaruhi perilaku peserta didik itu sendiri baik pengetahuan (kognitif), afektif (sikap) dan psikomotor.

Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh metode pembelajaran PBL tutorial seven jump terhadap kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa.

Metode Penelitian : jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini telah menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan pendekatan pre and post test withaout control dengan treatment Problem Based Learning. Sampel dalam penelitian ini menggunakan soal MCQ ( kognitif) dan observasi (afektif). Kemudian di analisa menggunakan uji paired samples t test.

Hasil Penelitian :

Hasil penelitian setelah dilakukan 3x intervensi Problem Based Learning menunjukkan nilai kemampuan kognitif ρ-value = 0.001 ( ρ-value < 0.05), sedangkan untuk nilai afektif ρ-value = 0.000 ( ρ-value < 0.05). Penilaian kemampuan kognitif yang tertinggi adalah pada tutorial pertama, sedangkan untuk nilai afektif yang tertinggi adalah tutorial ketiga.

Kesimpulan : Ada pengaruh kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa prodi SI Kjeperawatan STIKes Banyuwangi setelah dilakukan 3x metode PBL tutorial seven jump. Kata Kunci : Problem Based Learning, tutorial seven jump, kognitif, afektif

1 Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Perguruan tinggi dibidang kesehatan berperan penting dalam menghasilkan tenaga kesehatan yang kompeten dan berkualitas dengan cara membekali teori dan praktek meliputi kognitif, afektif dan psikomotor melalui materi perkuliahan dengan harapan mahasiswa mampu berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, berpikir analisis dan lain sebagainya (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Hal ini juga dibenarkan oleh Suprijono (2009) bahwa Keberhasilan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dapat diwujudkan salah satunya melalui ketepatan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dimana proses akan mempengaruhi perilaku peserta didik itu sendiri baik pengetahuan (kognitif), afektif (sikap) dan psikomotor melalui kegiatan membaca dan mengamati, mendengar, meniru, dan lain sebagainya (Suprijono, 2009).

Pembelajaran konvensional yang saat ini masih umum digunakan oleh perguruan tinggi maupun sekolah tinggi keperawatan di Indonesia dinilai tidak sejalan lagi dengan kemajuan dunia pendidikan di era globalisasi ini. Pembelajaran konvensional yang bersifat tradisional menyebabkan mahasiswa menajdi tidak termotivasi mengiukuti kegiatan pembelajaran, dan ini berdampak pada prestasi yang akan mahasiswa capai yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Mody et al., 2012).

Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah mengadakan perbaikan kurikulum (Mahanal, 2007). Sejalan dengan kurikulum yang diimplementasikan saat ini yang mana terjadinya perubahan paradigma


(18)

pembelajaran dari Teacher CenteredLearning (TCL) ke Student Centered Learning (SCL) sehingga pembelajaran yang diberikan merupakan adult learning yang memacu mahasiswa / peserta didik untuk lebih meningkatkan potensi dalam mengembangkan kepribadian (Nursalam, 2012). Student Center Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran SCL yaituProblem Based Learning (PBL) (Aipni, 2013).

Saat ini, system pembelajaran profesi ners di Indonesia mengalami tren ketidakstabilan. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan adanya uji kompetensi keperawatan 50% dengan batas nilai kelulusan 44,38 dan pada tahun 2015 sebanyak 64 % denagn batas nilai 45,61 (www.aipdiki.org). Ketidakstabilan angka kelulusan mahasiswa pada saat mengikuti ujian kompetensi bisa disebabkan dari strategi pembelajaran yang kurang efektif, yang menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan yang hanya mengembangkan pembelajaran konvensional juga dapat menyebabkan kemampuan kognitif tidak terasah sehingga peserta didik tidak terbiasa mengasah kemampuannya baik pada kemampuan afektif maupun psikomotoriknya. Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan srategi pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif maupun kognitif mahasiswa. Adapun strategi pembelajaran yang bisa diterapkan antara lain problem based learning.

Hasil penelitian Amyana (2007) menunjukkan bahwa Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan keefektifan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahassiwa. Selain itu PBLjuga membuat suasanan pembelajaran lebih kondusif. Dengan menggunakan pendekatan ilmiyah proses


(19)

pembelajaran akan terjadi keseimbangan dan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Hidayati, 2014).

Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu metode pembelajaran yang sangat popular pada masa kini.Dimana didalam implementasi pembelajaran ini menggunakan masalah yang nyata dalam kehidupan dan dituangkan dalam bentuk skenario.Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para pelajar menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut(Nursalam 2012).

Sebuah hasil penelitian tentang penerapan metode PBL di National Central University Chungli, Taiwan (Chang, 2006) menyatakan bahwa performansi para mahasiswa meningkat secara signifikan setelah menerapkan metode PBL, terutama pada aspek pengetahuan (kognitif), afektif dan psikomotor. Kebutuhan metode PBL khususnya pada kurikulum perguruan tinggi timbul karena desakan dari masyarakat, perusahaan-perusahaan, pemerintah maupun badan usaha lain yang tidak puas akan kompetensi lulusan sarjana yang kurang memiliki keterampilan pengetahuan (kognitif) maupun sikap yang dibutuhkan dalam dunia perkuliahan maupun dunia kerja (Salleh, 2007).

Berdasarkan fenomena yang diamati oleh peneliti bahwa salama ini pembelajaran yang diimplementasikan masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal itu tercermin dari kegiatan dan proses pembelajaran yang masih menitik beratkan kepada dosen atau pengajar, sehingga mahasiswa menjadi pasif. Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 mahasiswa prodi SI Keperawatan angakatan 2011 dan 2012 didapatkan informasi bahwa proses pembelajaran yang diberikan tenaga pendidik selama ini cenderung monoton hanya sebatas ceramah dan penugasan. Enam dari 10 mahasiswa


(20)

mengatakan jenuh dan merasa bosan dengan metode pembelajaran yang selama ini dilakukan.

Hasil wawancara ini juga didukung dengan adanya data yang diperoleh dari BAAK (Biro Administrasi Akademis Kemahasiswaan) STIKes Banyuwangi bahwa terdapat penurunan nilai kognitif yang dilihat dari hasil ujian beberapa mata kuliah, salah satunya pada mata kuliah IDK II yang mengalami penurunan setiap tahunnya, terhitung sejak tahun 2012 sampai sekarang. Penurunan mata kuliah tersebut turut mempengaruhi nilai indeks prestasi mahasiswa. Berdasarkan IP yang peneliti dapatkan dari bagian evaluasi akademik prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi, didapatkan bahwa rata IP yang peneliti dapatkan untuk angkatan 2010 (3,64) lebih besar disbanding rata-rata IP angkatan 2011 (3, 40). Sedangkan pada tahun 2012 (3,82). Dan apabila dilihat dari IP per mahasiswa yang mendapat IP dibawah 3 pada angkatan 2010 ada 8 orang, pada angkatan 2011 yang mendapat IP dibawah 3 sekita 10 orang, sedangkan pada angkatan 2012 sebanyak 20 orang. Kesimpulannya dalam hal perolehan IP mengalami penurunan dari angkatan 2010 ke angkatan berikutnya. Selain berpengaruh terhadap kognitif mahasiswa metode pembelajaran yang diberikan juga turut berperan serta mempengaruhi afektif mahasiswa. Berdasarkan data yang diterima bahwa pada tahun 2011 sebanyak 56% mahasiswa terlambat saat akan masuk kuliah dan mengalami peningkatan prasentase pada tahun berikutnya. Selain sikap kedisiplinan terkait hal tersebut diatas, terdapat 45% kehadiran mahasiswa dinyatakan kurang (kurang dari 80%). Selain melihat data terkait sikap/afektif mahasiswa, peneliti juga mewawancarai beberapa dosen wali tentang attitude mahasiswa. Dari hasil wawancara dosen ada 5 orang dosen dari 8 dosen


(21)

mengatakan bahwa attitude mahasiswa STIKes Banyuwangi kurang baik, terutama pada mahasiswa tingkat 1 semester II.

Sejumlah permasalahan sebagaimana diungkapkandi atas, menjadi inspirasi bagi penulisuntuk mencari jalan pemecahannya denganmengadopsi cara pembelajaran menggunakanmodel pembelajaran yang berpusat pada pesertadidik dan berorientasi kompetensi, yaitumodel Problem Based Learning (PBL) yangdikembangkan oleh McMaster University inHamilton, Ontario, Canada in the late 1960s byHoward Barrows and His Colleagues. MenurutSuci (2008:23), model pembelajaran berpusatpada masalah mampu meningkatkan keaktifandan hasil belajar mahasiswa. Harsono dan Dwiyanto(2005:5) menyatakan bahwa PBL berpusatpada aktivitas siswa (student centered)dan kehidupannya bertumpu pada proses tutorial.Prinsip pokok tutorial menurut Widuroyekti(2006:13) adalah kemandirian mahasiswa.Salah satu teknik pembelajaran dari metode tutorialyang dikembangkan oleh Schmidt danBouhuijs (2007) yaitu menggunakan tujuh langkah(seven jumps) yang pada hakikatnya menempatkanperan dan tanggung jawab pembelajar(mahasiswa) lebih besar dan sangat penting.Langkah-langkah tersebut adalah: (1) klarifikasiterminologi dan konsep yang belum dipahami;2) mendefinisikan permasalahan; 3)menganalisis permasalahan dan menawarkanpenjelasan sementara; 4) menginventarisir berbagaipenjelasanan yang dibutuhkan; 5) menformulasi tujuan belajar; 6) mengumpulkan informasimelalui belajar mandiri; 7) mensintesis informasibaru dan menguji serta mengevaluasinyauntuk permasalahan yang sedang dikemukakan dan melakukan refleksi penguatan hasilbelajar.

Pada Pada tahun akademik 2014/2015, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Banyuwangi menerapkan kurikulum berbasis kompetensi. Hal tersebut sangat


(22)

berpengaruh terhadap proses pembelajaran mahasiswa. Proses pembelajaran yang dahulu berpusat pada dosen (Teacher Centered Learning) berubah menjadi berpusat kepada mahasiswa (Student Centered Learning). Oleh karena itu, dengan melalui proses pembelajaran ini, maka mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dan dosen akan berperan sebagai fasilitator dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mencapai kompetensi yang diinginkan harus dirumuskan terlebih dahulu learning objective dari pembelajaran. Strategi yang digunakan untuk mencapai kompetensi adalah dengan menggunakan Problem Based Learning, baik menggunakan video tutorial maupun skenario kasus.

Dengan adanya fenomena diatas menarik peneliti untuk melakukan metode pembelajaran mandiri yang berpusat kepada mahasiswa guna untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa yang mana nantinya juga akan menghasilkan kemampuan kognitif dan afektif yang lebih baik dari sebelumnyaDengan demikian, peneliti menganggap perlu adanya perubahan pada strategi model pembelajaran di STIKes Banyuwangi untuk mengaplikasikan model pembelajaran Problem Based Learningdengan metodetutorial seven jump sebagai upaya meningkatkan kemampuan kognitif dan sikap mahasiswa prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi tahun 2016. B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruhmetode pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan kognitif dan gambaran afektif mahasiswa prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi


(23)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan kognitif dan gambaran afektif mahasiswa di prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi.

2.Tujuan Khusus :

a. Mengidentifikasi kemampuan kognitif mahasiswasebelum dilakukan metode pembelajaran Problem Based Learning(tutorial seven jump)di prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi

b. Mengidentifikasi kemampuan kognitif mahasiswasesudah dilakukan metode pembelajaran Problem Based Learning (tutorial seven jump)di prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi

c. Untuk menganalisa pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learningterhadap kemampuan kognitif mahasiswa prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi

d. Mengidentifikasi gambaran afektif mahasiswa setelah proses pembelajaran dengan metodeProblem Based Learningdi prodi SI Keperawatan STIKes Banyuwangi.


(24)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Diharapkan dari penerapan metode pembelajaran PBL tutorial seven jump dapat menjadi kajian pustaka dan sumbangan penelitian bagi pendidikan keperawatan. 2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi STIKes Banyuwangi

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi institusi STIKes Banyuwangi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi metode pembelajaran terutama penerapan metode PBLtutorial seven jump.

b. Bagi dosen STIKes Banyuwangi

Diharapkan dari penerapan metode pembelajaran PBL tutorial seven jump dapat menjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar bagi mahasiswa SI keperawatan. c. Bagi mahasiswa SI Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa guna menjadi lulusan perawat yang professional dan berkarakter sesuai Visi STIKes Banyuwangi.


(25)

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan penerapan metode pembelajaran PBLtutorial seven jump.

E. Penelitian Terkait

1. Implementasi Problem-Based Learning untuk meningkatkan learning outcome (ranah kognitif, afektif dan psikomotor) (Sukanti, 2014). Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah implementasi problem based learning dapat meningkatkan learning outcome pada mahasiswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa. Bentuk desain penelitian ini adalah quasi eksperimental. Bentuk penelitian ini dipilih karena menggunakan kelompok control akan tetapi kelompok control tersebut tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengendalikan variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (sugoyono, 2011).hal ini terjadi karena pengambilan subjek penelitian tidak bisa dilakukan secara acak. Uji analisis data dengan menggunakan uji t-test independen. Hasil penelitian ini ada pengaruh atau perubahan setelah diterapkannya model PBL terhadap perubahan kemampuan mahasiswa yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah bentuk penelitian ini menggunakan kelompok control, sedangkan pada penelitian yang dilakukan tidak menggunakan kelompok control.

2. Model Problem Based Learning menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi pada pembelajaran ditinjau dari kemampuan kritis (kognitif) dan kemampuan verbal (Yusianti, Suciati, Sugiarto. 2013). Tujuan


(26)

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh problem based learning menggunakan team teaching dengan teknik integrasi dan semi terintegrasi. Kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal sertainteraksinya terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Metode yang digunakan adaalh eksperimen, populasinya adalah mahasiswa tingkat II semester III, teknik samplingnya dengan menggunkaan sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik test dan non test. Teknis test menggunakan soal pilihan ganda untuk menilai kemampuan kognitif dan non test menggunakan lembar observasi untuk menilai afektif dan psikomotor proses. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji mann whitney dan kruss kall wallis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) ada pengaruh model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi integrasi terhadap semua prestasi belajar, 2) ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, 3) ada pengaruh kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar, 4) ada pengaruh interaksi teknik pembelajaran dengan kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar. Perbedaan terhadap penelitian ini dimana dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan non test, sedangkan pada penelitian yang dilakukan menggunakan pre test and post test design.

3. Pengaruh Problem Based Learning (PBL) berbasis scientific Aproach terhadap hasil belajar (ranah kognitif, afektif dan psikomotor) pada pelajaran biologi siswa kelas X Banguntapan tahun ajaran 2014/2015. (Dwi Reni Hastuti, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbasis scientific Aproach terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif, (2)


(27)

mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbasis scientific Aproach terhadap hasil belajar biologi pada ranah afektif, (3) mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbasis scientific Aproach terhadap hasil belajar biologi pada ranah psikomotor. Jenis penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Populasi semua kelas X dengan teknik sampelnya menggunakan purposive sampling dan simple random sampling. Teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan angket, test dan observasi, dan analisis datanya hasil belajar pada ranah kognitif adalah menggunakan one way anova, sedangkan hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor menggunakan uji mann-whitney U. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pada hasil analisisnya menunjukkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) berbasis scientific Aproach secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan ditunjukkan P-value sebesar 0,000<0,05. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini adalah dalam pengambilan sampel, dimana pada penelitian ini dalam pengambilan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling, karena pada penelitian ini menggunakan kelompok control. Sedangkan dalam penelitian yang telah dilakukan menggunakan total sampling, dimana menggunakan seluruh populasi untuk dijadikan sampel, teknik pengambilan sampel ini sangat baik digunakan jika tidak menggunakan kelompok control dalam proses pengambilan datanya.

4. Pengaruh Problem Based Learning (PBL) dan kemampuan berpikir kritisterhadap hasil belajar mahasiswa yang dilihat dari ranah kognitif, afektif dan


(28)

psikomotor.(Nadiyah Wulandari, 2011). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Problem Based Learning (PBL) dan kemampuan berpikir kritisterhadap hasil belajar mahasiswa yang dilihat dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.Pada penelitian ini, rancangan penelitian mengikuti desain factorial 2x2 dengan desain pretest dan posttest. Kedua kelompok mahasiswa; perlakuan dan control. Pelaksanaan pembelajaran berbeda dengan metode yang digunakan. Kelompok pertama sebagai kelompok perlakuan melaksanakan pembelajaran dengan metode PBL, sedangkan kelompok kedua atau kelompok control melaksanakan pembelajaran konvensional. Setiap kelompok melakukan pembelajaran pada ruangan dan kondisi lingkungan yang sama. Hasil dan kesimpulan pada penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelompok mahasiswa yang diajar dengan metode PBL dibandingkan kelompok mahassiwa yang diajar dengan metode konvensional, (2) terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelompok mahasiswa yang berkemampuan kritis tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang berkemampuan kritis rendah. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini juga digunakan dalam rancangan penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan desain pretest dan posttest, dimana perbedaannya dalam melakukan pengambilan sampel. Pada penelitian ini menggunakan kelompok control dalam sampel penelitiannya, sedangkan penelitian yang akan dilakukan tanpa kelompok control. Selain pada teknik pengambilan sampelnya, ada perbedaan juga yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu variabel penelitiannya. 5. Peningkatan Partisipasi dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Teknik Seven


(29)

Muhammad & Suparmin (2012) Metode penelitian ini menggunakan dua jenis yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan penelitian eksplanasi hubungan asosiasi kausal antar variable untuk tujuan penelitian kedua. Subjek atau populasi penelitian ini yaitu 60 mahasiswa semester genap kelas non regular yang mengambil mata kuliah perencanaan pembelajaran Geografi (PPG) tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data melalui angket, observasi dan dokumentasi untuk PTK. Indikator keberhasilan PTK yaitu secara kuantitatif ditujukkan oleh setidaknya 70% mahasiswa yang mengalami peningkatan partisipasi dan kemandirian dan diketahui hasil korelasi regresi mengenai hubungan yang positif dan signifikan antar variable. Hasil penelitian menunjukkan 1). Terdapat peningkatan pasrtisipasi mahasiswa dalam perkuliahan sebesar 30,26% dan peningkatan kemandirian sebesar 28,49% dari kondisi awal. 2). Ada hubungan antara pembelajaran metode tutorial dengan teknik seven jumps dengan partisipasi mahasiswa.Perbedaan pada penelitian ini adalah pada penilaian yang diambil, dimana pada penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) sedangkan penelitian yang sudah dilakukan menilai penilaian kognitif dan afektif.

6. Penerapan Seven Jump Method Dalam Meningkatkan Minat dan Kompetensi Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) II mahasiswa D.3 Keperawatan STIKes An-Nur Purwodadi (Ely Isnaeni, 2011). Metode penelitian ini yaitu dengan metode penelitian kelas (Classroom Action Research) yaitu sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh dosen yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi, kompetensi atau situasi pembelajaran. Populasi dalam


(30)

penelitian ini adalah mahasiswa D3 keperawatan An-Nur Purwodadi semester III. Tehnik pengumpulan data menggunakan (1) Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang penguasaan materi, (2) Observasi, digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas mahasiswa selama PBM dengan seven jump serta observasi terhadap kesesuaian RPP, (3) Wawancara, untuk mendapatkan data awak tentang kondisi pembelajaran sebelum model dan setelah menerapkan model, (4) Diskusi antar dosen dan tutor tentang refleksi PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil penelitian ini didapatkan pada siklus 1 90% mahasiswa yang mengalami peningkatan minat dan kompetensi, karena metode seven jump dapat meningkatkan minat dan kompetensi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah (1) Model pembelajaran dengan Methode Seven Jump dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam mata kuliah KDM II (2) model pembelajaran seven jump dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah KDM II.Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan datanya, karena pada penelitian yang sudah dilakukan menggunakan observasi checklist dan MCQ untuk instrument penelitiannya, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data yang diharapkan.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep SCL (Student-Centered Learning)

1. Definisi

SCL (Student-Centered Learning)adalah suatu metode pembelajaran yang menempatkanpeserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Dalam batas-batas tertentu peserta didik dapat memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya. Dengan anggapan bahwa tiap peserta didik adalah individu yang unik, proses, materi dan metode belajar disesuaikan secara fleksibel dengan minat, bakat, kecepatan, gaya serta strategi belajar dari tiap peserta didik. Tersedianya pilihan-pilihan bebas ini bertujuan untuk menggali motivasi intrinsik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya secara individu, bukan kebutuhan yang diseragamkan (Aipni, 2013).

Student Center Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.


(32)

Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood Peter,2008:26). Prinsip teori konstruktivis berasal dari tori belajar yang dikembangkan oleh Jean Piaget, Jerome Breuner, dan John Dewey, yaitu memusatkan proses pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep belajar dan memahami. Selanjutnya, konsep pengalaman belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada kondisi nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati (Weswood Peter, 2008)

Bila ditinjau dari kondisi peserta didik pada saat menerima pengalaman belajarnya, rasa kecemasan yang selalu membebani peserta didik akan berkurang seiring dengan interaksi mereka dalam proses pembelajaran. Beban harus bisa menguasai kemampuan di akhir pembelajaran akan diurai menjadi potongan-potongan kemampuan yang membentuk satu kemampuan atau kompetensi akhir dengan sendirinya (Nursalam, 2012)

Secara operasional, didalam SCL para mahasiswa memiliki keleluasaan untuk segenap potensinya (cipta, karsa, rasa), mengeksplorasikan bidang /ilmu yang diminatinya, membangun pengetahuan serta kemudian mencapai kopetensinya melalui proses pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, kooperati, kontextual dan mandiri (Harsono, 2006).

2. Ciri – ciri pendekatan metode pembelajaran SCL (Student Center Learning): a. Pendekatan metode SCL mempunyai ciri-ciri antara lain:


(33)

a) Peserta didik harus aktif terlibat dalam proses belajar yang dipicu dari motivasi instrinsik

b) Topik, isu, atau subyek pembelajaran harus menarik dan memicu motivasi instrinsik

c) Pengalaman belajar diperoleh melalui suasana yang nyata atau sebenarnya dan relevan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dan digunakan di tempat kerja (Aipni, 2013).

b. Tugas dosen dalam pendekatan SCL :

a) Memfasilitasi : Buku, modul ajar, handout, journal, hasil penelitian,dan waktu.

b) Memotivasi :Dengan memberi perhatian pada mahasiswa.Memberi materi yang relevan dengan tingkat kemampuanmahasiswa dan dengan situasi yang kontektual, Memberi semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwaia dapat mencapai kompetensi yang diharapkan, Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaranyang kita jalankan.

c) Memberi tutorial :Menunjukkan jalan / cara / metode yang dapat membantumahasiswa menelusuri dan menemukan penyelesaian masalahyang berkaitan dengan materi pembelajaran.

d) Memberi umpan balik :Memonitor dan mengkoreksi jalan pikiran / hasil kinerjanyaagar mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya. (Nursalam, 2012)


(34)

Terdapat beragam metode pembelajarandengan pendekatan SCL, di antaranya :

a) Small Group Discussion b) Role-Play& Simulation c) Case Study

d) Discovery Learning (DL) e) SelfDirectedLearning (SDL) f) Cooperative Learning (CL) g) Collaborative Learning (CbL) h) Contextual Instruction (CI) i) Project Based Learning (PjBL)

j) Problem Based Learning (PBL)(Aipni, 2012).

d. Uraian ringkas cirri beberapa metode belajar SCL Tabel 2.1 metode Pembelajaran dengan pendekatan SCL Model

Belajar

Definisi Hal yang dilakukan peserta didik

Hal yang dilakukan pengajar Small Group

Discussion

a. proses pembelajaran

dengan melakukan

diskusi kelompok

kecil tujuannya agar

peserta didik

memiliki ketrampilan memecahkan

masalah terkait

materi pokok dan

persoalan yang

a. Membentuk

kelompok (5-10 orang)

b. Memilih bahan

diskusi c. Mempresentasikan makalah dan mendiskusikan dikelas a. Membuat rancangan bahan diskusi dan aturan diskusi b. Menjadi moderator sekaligus mengulas hasil diskusi mahasiswa pada setiap akhir sesi


(35)

dihadapi dalam

kehidupan

sehari-hari (Ismail, 2008)

b. Model small group

discussion juga

berarti proses

penglihatan dua atau lebih individu yang

berinteraksi secara

global dan saling

berhadapan muka

mengenai tujuan

atau sasaran yang

sudah tertentu

melalui tukar

menukar informasi, mempertahankan

pendapat atau

pemecahan masalah (Mujiono, 2000)

Simulasi Mempelajari dan

menjalankan suatu peran

yang ditugaskan

kepadanya atau

mempraktekan /

mencoba berbagai

model (komputer yang telah disiapkan). (Aipni, 2013)

a. Mempelajari &

menjalankan suatu

peran yang ditugaskan kepadanya

b. Mempraktikkan /

mencoba berbagai

model (komputer)

yang telah disiapkan

a. Merancang

situasi/kegiatan

yang mirip

dengan yang

sesungguhnya,

bisa berupa

bermain peran,

model computer,

atau berbagai

latihan simulasi

b. Membahas kinerja

mahasiswa Discovery

learning

Mencari,

mengumpulkan dan

menyusun informasi

yang ada untuk

mendeskripsikan suatu

pengetahuan. (Aipni

2013)

Mencari,

mengumpulkan, dan

menyusun informasi

yang ada untuk

mendeskripsikan suatu pengetahuan

a. Menyediakan data

atau petunjuk

(metode) untuk

menelusuri suatu pengetahuan yang

harus dipelajari

oleh mahasiswa

b. Memeriksa dan

member ulasan

terhadap hasil

belajar mandiri

mahasiswa Self-Directed

learning

Merencanakan kegiatan

belajar, melaksanakan

dan menilai pengalaman

belajarnya sendiri.

Merencanakan kegiatan

belajar, melaksanakan

dan menilai pengalaman belajarnya sendiri.


(36)

(Aipni, 2013) Cooperative

learning

Membahas dan

menyimpulkan masalah / tugas yang diberikan

dosen secara

berkelompok. (Aipni

2013)

Membahas dan

menyimpulkan

masalah/tugas yang

diberikan dosen secara berkelompok

a. Merancang dan

memantau proses belajar dan hasil belajar kelompok mahasiswa

b. Menyiapkan suatu

masalah/kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan

oleh mahasiswa

secara berkelompok Collaborativ

e learning

Bekerja sama dengan

anggota kelompoknya

dalam mengerjakan

tugas serta membuat rancangan proses dan

bentuk penilaian

berdasarkan konsensus

kelompoknya sendiri.

(Aipni, 2013)

a. Bekerja sama

dengan anggota

kelompoknya dalam

mengerjakan tugas

b. Membuat

rancangan proses dan

bentuk penilaian

berdasarkan konsesnsus kelompoknya sendiri

a. Merancang tugas

yang bersifat open

ended

b. Sebagai fasilitator

dan motivator

Contextual intruction

Membahas konsep

(teori) kaitannya dengan

situasi nyata dan

melakukan studi lapang / terjun didunia nyata

untuk mempelajari

kesesuaian teori.

a. Membahas

konsep (teori) berkaitan dengan situasi nyata

b. Melakukan studi

lapangan/terjun di dunia

nyata untuk

mempelajari kesesuaian teori

a. Menjelaskan

bahan kajian yang bersifat teori dan mengaitkannya

dengan situasi

nyata dalam

kehidupan

sehari-hari, kerja

professional,

manajerial, atau

entrepreneurial.

b. Menyusun tugas

untuk studi

mahasiswa terjun kelapangan c.

Project Based Learning

Mengerjakan tugas

(berupa proyek) yang telah dirancang secara

sistematis dengan

menunjukkan kinerja

dan mempertanggung

jawabkan hasil kerjanya

a. Mengerjakan tugas

(berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis

b. Menunjukkan kinerja

dan

mempertanggungjawa

a. Merancang suatu

tugas (proyek)

yang sistematis

agar mahasiswa

belajar

pengetahuan dan keterampilan


(37)

diforum (Aipni, 2013) bkan hasil kerjanya diforum

melalui proses

pencarian/pengga

ntian (inquiry)

yang terstruktur

dan kompleks

b. Merumuskan dan

melakukan proses pembimbingan Problem

Based Learning

Belajar dengan

menggali / mencari

informasi (inquiri) serta memanfaatkan informasi

tersebut untuk

memecahkan masalah

faktual / yang dirancang oleh dosen.

Belajar dengan

menggali/ mencari

informasi (inguiry) serta memanfaatkan

informasi tersebut untuk

memecahkan masalah

factual atau yang

dirancang oleh dosen

a. Merancang tugas

untuk mencapai

kompetensi tertentu

b. Membuat

petunjuk (metode) untuk mahasiswa

dalam mencari

pemecahan

masalah yang

dipilih oleh

mahasiwa sendiri yang ditetapkan

Selain metode pembelajaran yang telah disebutkan diata, dibawah ini merupakan macam – macam metode pembelajaran (Jamal, 2010), diantaranya adalah :

1. Metode proyek

Adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya, sehingga anak didik tertarik untuk belajar.

2. Metode eksperimen

Adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik, baik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.

3. Metode pemberian tugas dan resitasi

Pemberian tugas disini mempunyai arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca


(38)

buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu (Jamal, 2011).

4. Metode diskusi

Diskusi merupakan alternatif jawaban untuk memecahkan sebagai problem kehidupan. Dengan catataan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam (Asmani, 2011).

5. Metode latihan

Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu (Jamal, 2011).

6. Metode Cooperative Script

Adalah salah satu metode belajar, dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan, untuk mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Dansereau CS, 1985).

7. Metode jigsaw

Metode jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson (1975). Metode ini dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam jigsaw guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar materi pembelajaran lebih bermakna (Miftahul, 2014).

8. Metode artikulasi

Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dan menyajikan materi sebagaimana biasa, membentuk siswa menjadi saling berpasangan dan menugaskan


(39)

salah satu siswa dari pasangan itu untuk menceritakan materi baru yang diterima dari guru. Sementara pasangannya mendengar sambil membuat catatan kecil, kemudian berganti peran (Jamal, 2011).

9. Metode Mind mapping

Metode ini sangat baik digunakan sebagai pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban suatu soal (Asmani, 2011).

10.Metode Picture and picture

Menurut Suprijono (2009), metode ini merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.

11.Metode make a match (mencari pasangan)

Tujuan dari strategi ini antara lain; pendalaman materi, penggalian materi, edutainment. Kelebihan strategi ini salah satunya adalahdapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik (Huda, 2014).

12.Metode Think Pair and Share

Dalam metode ini siswa diminta berpasangan dengan teman disebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-masing (Jamal, 2011).

13.Metode keliling kelompok

Metode ini mempunyai tujuan agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lainnya.


(40)

CTL adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami makna yang ada pada bahan ajar, dengan menghubungkan pelajaran dalam konteks kehidupan sehari-harinya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan kultural.

B. PBL (Problem Based Learning)

Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu metode dalam proses pembelajaran yang sangat popular. Model belajar PBL merupakan lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah untuk belajar, yaitu sebelum pembelajar mempelajari sesuatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para pelajar menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut(Nursalam 2012). PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradjiono, 2006).

Pada PBL peserta didik menggunakan stimulus dari kasus pemicu atau scenario untuk memecahkan tujuan pembelajaran mereka. Secara bertahap mereka melakukannya secara mandiri, belajar sendiri sebelum kembali ke kelompok untuk mendiskusikan dan menganalisis berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan. Proses dalam PBL harus secara jelas sudah ditentukan dan beberapa variasi yang ada mengikuti langkah-langkah serupa yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, PBL dapat dimasukkan dalam metode pengajaran kelompok kecil yang mengimbinasikan pengetahuan dengan pengembangan


(41)

dari sikap dan keterampilan umum (Nursalam, 2012). Metode belajar yang menggunakan masalah untuk belajar. Yaitu sebelum mempelajari sesuatu, pelajar diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang nyata atau telaah kasus (Http://www.lrckesehatan.net/cdroms_htm/pbl/pbl.htm.).

Alder dan Milne (1997) mendefinisikan PBL dengan metode yang berfokus kepada identifikasi permasalahan serta penyusunan kerangka analisis dan pemecahan. Sedangkan menurut Peterson metode ini memberikanmahasiswa permasalahan yang tidak terstruktur dengan baik dan pemecahan masalah yang tidak satu saja karena berfokus pada pembelajaran sendiri (self learning) serta sangat jauh dari penjelasan yang langsung ke inti / jawaban / isi dan / penjelasan yang langsung diberikan oleh pengajar (Nursalam, 2012)

1. Sikap dan keterampilan umum yang perlu dikembangkan dalam PBL (problem Based Learning) adalah :

a. Kerja sama tim b. Ketua kelompok c. Mendengarkan

d. Menghargai pendapat teman e. Berpikir kritis

f. Belajar mandiri dan penggunaan berbagai sumber g. kemampuan presentasi (Nursalam, 2012).

peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan pendidik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Dalam


(42)

metode PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan, selanjutnya secara berkelompok (disarankan kelompok kecil: 8-10 orang) mencari solusi atas permasalhan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur), nara sumber, dan sebagainya (Ismail, 2008)

2. Langkah – langkah dalam metode PBL

Untuk dapat memperoleh hasil yang diharapkan, maka terdapat langkah-langkah yang dilakukan dalam metode PBL / tutorial 7 jump (Nursalam, 2012). a. Identifikasi masalah

Mahasiswa membaca masalah yang diberikan dan mendiskusikannya. Mereka dapat terstimulus untuk mendiagnosis masalah tersebut dengan segera. Mereka harus didorong untuk berpikir lebih dalam dengan pertanyaan “apa”, mengapa “, bagaimana”, kapan” dan sebagainya (Nursalam 2012). b. Eksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki

Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah beserta maknanya. Mahasiswa datang dengan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya, termasuk dari pengalaman hidup. Kita tahu bahwa seseorang dapat memahami materi atau pengetahuan baru jika telah pernah tahu tentang topic tersebut (Ismail, 2008).

c. Menetapkan hipotesis

Pada tahap ini diharapkan mahasiswa dapat membangun hipotesis dari permasalahan yang diberikan.


(43)

d. Identiikasi isu-isu yang dipelajari

Isu pembelajaran dapat dideffinisikan sebagai pertanyaan yang tak dapat dijawab dengan pengetahuan yang masih dimiliki oleh mahasiswa. Pada tahap ini mahasiswa harus menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran (learning issue), baik bagi kelompok maupun bagi tiap individu (Ismail, 2008).

e. Belajar mandiri

Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang menjadi tujuan bagi tiap mahasiswa . pada area tertentu, perlu ditentukan bagian yang merupakan bagian dari belajar mandiri mahasiswa. Hal ini bermanfaat sebelum masuk pertemuan (tutorial) berikutnya.

f. Re-evaluasi dan penerapan pengetahuan baru terhadap masalah

Ini tahap yang paling krusial dalam proses PBL, yaitu saat mahasiswa berkumpul kembali setelah membalas isu pembelajaran pada tahap sebelumnya. Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru diterapkan pada permasalahan yang diberikan diawal. Penelitian dibidang pendidikan mengungkapkan bahwa jika bekerja dengan informasi baru dengan mempertanyakannya, menerapkannya pada situasi yang berbeda dapat membantu merangsang pembelajaran pada masa mendatang (Nursalam, 2012).

g. Pengkajian dan refleksi

Sebelum proses pembelajaran selesai, mahasiswa sebaiknya mendapat kesempatan untuk berefleksi mengenai proses pembelajaran yang terjadi. Hal


(44)

ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik mengenai proses yang telah berlangsung (Ismail, 2013).

2. Beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam membuat skenario yang efektif PBL bisa berhasil jika skenario yang digunakan berkualitas tinggi. Pada sebagian besar kurikulum PBL, fakultas mengidentifikasi tujuan pembelajaran dengan cermat. Skenario harus mengarahkan mahasiswa menuju area khusus dari pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Dolman (1997) ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam membuat skenario yang efektif, yaitu sebagai berikut.

a. Tujuan pembelajaran yang dicapai oleh mahasiswa setelah mereka mempelajari skenario seharusnya konsisten dengan tujuan pembelajaran dari fakultas.

b. Masalah yang diberikan seharusnya sesuai dengan tahapan kurikulum dan tingkat pemahaman mahasiswa,

c. Skenario menarik bagi mahasiswa atau relevan dengan praktik dimasa mendatang.

d. Ilmu-ilmu dasar harus dimasukkan dalam konteks skenario klinik untuk mendorong integrasi pengetahuan.

e. Skenario seharusnya mengandung petunjuk (clue) guna member stimulus diskusi dan memotivasi mahasiswa untuk mencari penjelasan dari isu-isu yang dipresentasikan.


(45)

f. Masalah seharusnya benar-benar terbuka sehingga diskusi tidak berhenti ditengah jalan.

g. Skenario seharusnya mendorong partisipasi mahasiswa dalam mencari informasi dari berbagai referensi (Elly, 2011).

3. Kelebihan & Kekurangan dalam PBL (Nursalam, 2012). a. Kelebihan PBL adalah sebagai berikut :

a) PBL berpusat pada mahasiswa : memotivasi pembelajaran aktif, meningkatkan pemahaman dan menstimulus seseorang untuk terus belajar selama hidupnya.

b) Kompetensi umum : PBL menfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan umum yang dikehendaki dimasa yang akan mendatang

c) Integrasi : PBL menfasilitasi integrasi kurikulum inti.

d) Motivasi : menyenangkan bagi tutor dan mahasiswa serta prosesnya melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

e) Pembelajaran mendalam : PNL meningkatkan pemahaman mendalam (mahasiswa berinteraksi dengan bahan-bahan pembelajaran, menghubungkan konsep dengan aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan pemahaman mahasiswa ).

f) Pendekatan konstruktif : mahasiswa aktif berdasarkan pengetahuan dan membangun kerangka konseptual dan pengetahuan tersebut (Nursalam, 2012).


(46)

a) Tutor yang tidak dapat mengajar : tutor merasa nyaman dengan metode tradisional sehingga kemungkinan PBL akan terasa membosankan dan sulit.

b) Sumber daya manusia : lebih banyak staf yang terlibat dalam proses tutorial.

c) Sumber-sumber lain : sebagian besar mahasiswa memerlukan akses pada perpustakaan yang sama dan internet secara bersamaan pula.

d) Model peran : kemungkinan mahasiswa mengalami kekurangan akses pada dosen yang berkualitas dimana dalam kurikulum tradisional memberikan kuliah dalam kelompok besar.

e) Informasi berlebihan : mahasiswa kemungkinan tidak yakin dengan seberapa banyak belajar mandiri yang diperlukan dan informasi apa yang relevan dan berguna (Mujiono, 2006).

Barrow mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama – tama dalam proses pembelajaran. PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran (Barr dan Tagg, 1995). Jadi, fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajarn guru (Huda, 2013).

Sementara itu, Lloyd-Jones(1998;494) menjelaskan fitur – fitur penting dalam PBL. Mereka menyatakan bahwa ada tiga elemen dasar yang seharusnya muncul dalam pelaksanaan PBL : menginisiasi pemicu / masalah awal (initiating trigger), meneliti isu – isu yang diidentifikasi sebelumnya, dan memanfaatkan pengetahuan dalam memahami


(47)

lebih jauh situasi masalah. PBL tidak hanya bisa diterapkan oleh guru dalam ruang kelas, akan tetapi juga oleh pihak sekolah untuk pengembangan kurikulum (Nursalam, 2012). 4. Sintak operasional PBL bisa mencakup antara lain sebagai berikut :

a. Pertama – tama siswa disajikan suatu masalah.

b. Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam sebuah kelompok kecil. mereka mengklarifikasi fakta – fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming gagasan – gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian mereka mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah.

c. Siswa terlibat dalam studi independent untuk menyelesaikan masalah diluar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup : perpustakaan : perpustakaan, database, website, masyarakat, dan observasi.

d. Siswa kembali pada tutorial PBL lalu sharing informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning atau masalah tertentu.

e. Siswa menyajikan solusi atas masalah.

f. Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan selama ini. Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap proses tersebut (Nursalam, 2012).


(48)

Savery (2006) menjelaskan sejumlah karakteristik mengenai problem based learning yaitu diantaranya :

a. Setiap mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap sasaran capaian pembelajaran mereka sendiri.

b. Trigger masalah yang dipakai didalam problem based learning memberikan gambaran situasi nyata dan memberikan kebebasan pada mahasiswa dalam mencari pemecahannya.

c. Model pembelajaran yang mencakup keseluruhan, berbagai disiplin ilmu dan subyek belajar.

d. Hakikat pembelajaran ini ialah kolaborasi.

e. Apa yang dipelajari selama belajar mandiri (self directed learning), mahasiswa menerapkan kembali dengan cara menganalisa ulang cara penyelesaiannya (Savery, 2006).

Sedangkan, karakteristik problem based learning menurut Barrows (2006) yang membedakan model pembelajaran ini dengan model pembelajaran lainnya, yaitu :

a. Pembelajaran bersifat student center learning.

b. Mahasiwa dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil. c. Dosen /pendidik mempunyai peran sebagai fasilitator.

d. Masalah menjadi fokus pembelajaran dan merupakan sarana dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

e. Pengetahuan baru diperoleh dari hasil belajar mandiri (self directed learning)(Barrow, 2006).


(49)

Sockalingan dan Schmidt (2011) menjelaskan bahwa masalah yang baik adalah masalah yang memenuhi beberapa karakteristik sebagai berikut :

a. Masalah harus mengarah pada isu – isu pembelajaran yang hendak dipelajari. b. Masalah harus mendorong ketertarikan dan keingintahuan mahasiswa.

c. Masalah yang disajikan dalam format yang wajar, seperti teks tidak terlalu panjang.

d. Masalah harus mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis.

e. Masalah harus mendorong mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses belajar yang dilakukan.

f. Masalah harus jelasa dan dapat di klarifikasi oleh mahasiswa.

g. Masalah harus memiliki tingkat kesulitan yang wajar (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit).

h. Masalah harus memungkinkan aplikasi dari berbagai metode untuk mengahsilkan beberapa alternative solusi.

i. Masalah harus relevan dengan maslah actual yang terjadi didunia nyata. j. Masalah harus mendorong mahasiswa untuk melakukan elaborasi.

k. Masalah harus mendorong mahasiswa untuk bekerja sama dalam kelompok (Sockalingan dan Schmidt, 2011).

6. Tahapan pelaksanaanProblem Based Learning

Barret (2006)menjelaskan 5 tahapan pelaksanaan problem based learning, yaitu sebagai berikut :

a. Mengklarifikasi kasus yang telah diberikan. b. Mendefinisikan masalah.


(50)

c. Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yangdimiliki. d. Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. e. Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

John Dewey didalam (Arifin, 2010) menjelaskan 6 tahapan didalamProblem Based Learning, yaitu diantaranya :

a. Merumuskan masalah, yaitu langkah dimana mahasiswa menentukan sebuah masalah yang akan dipecahkan.

b. Menganalisis masalah, yaitu langkah dimana mahasiswa menilai masalah dari banyak sisi.

c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah dimana mahasiswa membuat berbagai kemungkinan solusi sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

d. Mengumpulkan data, yaitu langkah dimana mahasiswa mencari berbagai macam informasi relevan yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah dimana mahasiswa membuat kesimpulan dari rumusan masalah/hipotesis yang diangkat.

f.Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah dimana mahasiswa membuat rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Sedangkan, menurut (Arifin, 2010) ia menguraikan bahwa, terdapat 7 tahapandidalam pelaksanaan diskusi tutorial problem based learning yang dikenalseven jumps, antara lain;

a. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah, istilah atau konsep yang ada didalam skenario yang tidak diketahui mahasiswa tersebut ditulis dalam bentuk daftar.


(51)

Kemudian masalah tersebut diekplorasi oleh mahasiswa baik dari pengetahuan maupun pengalaman hidup sebelumnya.

b. Merumuskan permasalahan, mahasiswa boleh memiki pandangan yang berbeda tentang permasalahan tersebut. Namun semuanya harus dipertimbangkan dan kemudian menuliskan permasalahan-permasalahan yang telah disetujui oleh kelompok.

c. Brainstorming,Masalah yang telah ditetapkan, dianalisis dengan brainstorming. Mahasiswa menggambarkan pengetahuannya masing-masing tentang permasalahan tersebut.

d. Review langkah II dan III, Mahasiswa menyusun penjelasan serta menarik kesimpulan sementara hasil jajak pendapat mengenai permasalahan di skenario yang telah disetujui oleh kelompok.

e. Menetapkan tujuan belajar(learning objektif), kelompok diskusi menetapkan tujuan belajar dari diskusi yang dilakukan dan tutor memastikan bahwa tujuan belajar fokus pada permasalahan (tidak melebar), achievement (dapat dipahami), mencakup hal-hal yang luas, dan tepat sasaran (Arifin, 2010).

f. Belajar mandiri, mahasiswa mengumpulkan informasi-informasi yang terkait dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Informasi bisa didapat dari buku, internet, maupun bahan-bahan lainnya yang terkait dengan tujuan belajar mahasiswa. Hal ini bermanfaat sebelum masuk pertemuan (tutorial) berikutnya (Nursalam, 2012).

g. Re-evaluasi dan menguji informasi baru, kelompok mendiskusikan hasil dari belajar mandiri. Hal ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah


(52)

diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik mengenai proses yang telah terjadi (Arifin, 2010).

7. Diskusi Tutorial didalam Problem Based Learning

Problem Based Learningini merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan kedalam aktivitas diskusi tutorial. Menurut Nursalam (2012;125), dalam model pembelajaran ini peserta didik diberikan suatu masalah. Selanjutnya, mahasiswa dibentuk menjadi kelompok-kelompok belajar kecil (8-10 orang). Kemudian mahasiswasecara kelompok berusaha mencari jawaban dari permasalahan tersebut dengan beberapa tahapan-tahapan terstruktur.

Pada aktivitas diskusi tutorial ini terjadi perubahan pendekatan kegiatan pembelajaran yaitu dari teacher center menjadi student center. Dosen/pendidik bukan lagi sebagai seorang yang menjadi fokus dalam pembelajaran, akan tetapi menjadi seorang fasilitator bagi mahasiswa. Diskusi tutorial ini juga menuntut mahasiswa untuk aktif, menghargai perbedaan pendapat, belajar mandiri dan saling bekerja sama (Suragino 2006).

8. Fasilitas Pendukung didalam Diskusi Tutorial Problem Based Learning

Didalam aktivitas diskusi tutorial Problem Based Learningselain terdapat tutor dan mahasiswa, juga dibutuhkan beberapa sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pembelajaran ini. Menurut Santoso (2006), ada beberapa fasilitas yang diperlukan diantaranya :

a. Ruang kecil yang cukup nyaman untuk 8 sampai 10 orang, lengkap dengan meja, kursi, papan tulis dan penerangan yang cukup. Kondisi ruangan bila perlu kedap suara dan ada pendingin ruangan.


(53)

b. Perpustakaan yang harus dilengkapi dengan referensi baru, sesuai dengan materi yang dibahas dalam diskusi kelompok. Referensi dapat berupa buku, jurnal, CD-ROM, kaset video, dan akses internet. Setelah selesai diskusi kelompok mahasiswa diberi kesempatan untuk penelusuran pustaka guna mencari informasi terkait dengan modul.

c. Ruang diskusi diluar gedung akan sangat membantu, misalnya taman yang rindang, sejuk, tidak bising dan dilengkapi dengan tempat duduk melingkar, akan sangat mendukung tugas mahasiswa dalam upaya self directed learning(Harsono, 2012). 9. Manfaat Problem Based Learning

a. Berpikir kritis dalam menganalisis dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam dunia nyata.

b. Bekerja sama dalam suatu kelompok kecil.

c. Berkomunikasi baik dalam lisan dan tertulis (O’Kelly, 2006). C. Tutorial seven jump

Metode The Seven Jump adalah sebuah metode PBL (Programme Based Learning) yang sangat tepat digunakan dalam pembelajaran untuk menganalisa dan memecahkan sebuah kasus. Metode ini merupakan langkah yang dinamis tetapi tetap memerlukan keseimbangan dan keserasian atau movement control agar tujuan belajar dapat tercapai.Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Elly, 2013) :

1. Clarify Unfamiliar Terms

a. Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang jelas, anggota lainnya mencoba untuk mendefinisikannya.


(54)

c. Kata atau nama yang oleh kelompok masih diperdebatkan ditulis di papan tulis atau flip chart.

2. Define the Problems

a. Problem (masalah), bias berupa istilah, fakta, fenomena, yang oleh grup masih perlu dijelaskan (sesi terbuka pada step 1).

b. Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk memberi kontribusi dalam diskusi.

c. Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai masalah.

d. Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan meluaskan horizon intelektual.

e. Mencatat seluruh issue yang telah dijelaskan oleh kelompok. 3. Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation

a. Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar / salah, atau sebagai langkah awal untuk mencari informasi lebih lanjut.

b. Mahasiswa mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang berbagai kemungkinan yang sesuai dengan masalah.

c. Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat masuk ke hal-hal rinci. d. Mencatat seluruh hipotesis yang ada (Elly, 2013).

4. Arrange Explanations Into Tentative Solutions Many different explanations

a. Mahasiswa mencoba merinci masalah dan membandingkannya dengan hipotesis yang sudah dikembangkan apakah sudah cocok atau belum.


(1)

PBL merupakan model pembelajaran yang memiliki karakteristik penyelidikan terhadap masalah yang disajikan. Menurut Bruner (1996 dalam Dahar, 2006) pengetahuan yang didapat melalui penemuan dapat bertahan lama, lebih mudah untuk diingat, meningkatkan penalaran mahasiswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, memberikan latihan keterampilan kognitif mahasiswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan memberikan motivasi mahasiswa untuk belajar (Dahar, 2006). Dalam hal ini PBL didesain dengan mengkonfrontasikan pebelajar dengan masalah masalah kontekstual yang berhubungan dengan materi pembelajaran sehingga pebelajar mengetahui mengapa mereka belajar kemudian mengidentifikasikan masalah dan mengumpulkan inormasi sumber belajar, lalu mendiskusikannya bersama rekan-rekan untuk mendapatkan solusi masalah sekaligus mencapai tujuan pembelajaran (Sudarman, 2007) yang salah satunya adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya perubahan yang signifikan dalam peningkatan kognitif

mahasiswa sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Metode pembelajaran PBL tutorial seven jump merupakan elemen belajar aktif, dimana mahasiswa terbagi dalam kelompok kecil dengan aktivitas diskusi kelompok dapat berupa membangkitkan ide, menyimpulkan point penting, mengakses pengetahuan dan menyelesaikan masalah. Penelitian yang dilakukan Ernawati (2014) menyebutkan bahwa metode tutorial seven jump mampu meningkatkan pengetahuan pada siswa, diperkuat penelitian yang dilakukan Dent & Harden (2013) menyebutkan bahwa metode tutorial seven jump mampu mendorong mahasiswa kedalam pemahaman yang lebih dalam suatu materi, mendorong mahasiswa dalam keterampilan pemecahan masalah. Dalam tahapan proses tutorial seven jump yang telah dilakukan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan nilai kognitif mahasiswa karena dalam ranah kognitif mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,


(2)

termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevalusi. Dalam ranah kognitif yang telah dijelaskan diatas sebagian besar juga terdapat pada tahapan proses tutorial seven jump, sehingga proses pembelajaran tersebut sangat efektif dilakukan untuk meningkatkan nilai kognitif mahasiswa.

Problem Based Learning dengan tutorial seven jump merupakan model efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu, membangun kecakapan sepanjang hayat untuk memecahkan masalah, kerjasama tim, dan komunikasi, mengatur diri sendiri, menggali informasi. Model pembelajaran ini meningkatkan kemampuan berpikir positif yang sangat diperlukan dalam proses pemecahan masalah, sehingga mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis baik akan menjadi pemecah masalah yang baik dan mendapatkan prestasi belajar yang baik pula, contohnya dalam menjawab soal test ujian, mahasiswa akan mudah menjawab soal yang diberikan. Hal ini juga bisa dibuktikan dengan adanya nilai peningkatan kemampuan kognitif setelah diberikan pembelajaran tutorial seven jump nilai

kemampuan kognitif mahasiswa mengalami peningkatan dengan hasil skor 90 yaitu kategori baik, dimana sebelumnya skor minimal kognitif mahasiswa adalah 40 dengan kategori kurang. Dengan adanya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran PBL tutorial seven jump dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan kognitif seseorang.

4. Gambaran afektif mahasiswsa

Hasil penilaian Afektif pada tabel 1.4 diatas menunjukkan penilaian afektif setelah dilakukan intervensi nilai minimal 35 dengan kategori cukup dan nilai maksimal 47 dengan kategori sangat baik, dengan nilai mean 35,56. Hasil uji statistic paired t test menunjukkan 0,001, karena nilai p = < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada penilaian Afektif pada tutorial 1, 2 dan tutorial ke 3.

Tingkatan domain afektif antara lain : memberikan respon atau reaksi; menerima nilai norma serta mempunyai etika; menilai dari segi baik buruk terhadap suatu objek studi; menerapkan atau mempraktikkan nilai, etika dan estetika dalam perilaku. Penilain afektif dinilai dari ranah tingkat pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan internalisasi


(3)

dan yang kedua dinilai dari ranah sikap dan minat mahasiswa terhadap mata pelajaran serta proses pembelajaran (Arifin, 2013).

Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang diterima disekolahnya (Animous, 2009). Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasan kognitif tingkat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya data penelitian diatas bahwa sebagian besar mahassiwa yang memiliki tingkat kemampuan kognitif yang baik juga memiliki tingkat afektif yang baik. Afektif atau sikap pada hakekatnya adalah kecendrugan berperilaku pada seseorang. Hal ini bisa kita gambarkan dalam proses pembelajaran tutorial seven jump yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Penilaian afektif dalam pembelajaran dikelas yang

dilakukan antara lain : mengucapkan salam, datang tepat waktu, tidak mengoperasikan HP saat diskusi berlangsung, tidak keluar masuk kelas saat pembelajaran berlangsung, mendengarkan saran atau masukan dari teman saat diskusi, menghormati dan menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab atas jawaban / pernyataan yang diberikan yang dianggap benar, mampu bekerja sama dalam kelompok diskusi.

Penilaian afektif yang telah disebutkan diatas menjadi indikator penilaian afektif dalam penelitian ini. Sebagian besar mahasiswa yang memiliki kemampuan kognitif yang baik sebagian besar mahasiswa tersebut mampu bertanggung jawab atas pertanyaan yang diberikan, mampu bekerja sama dalam diskusi kelompok, dapat menghormati dan menghargai pendapat orang lain, tidak gaduh saat diskusi, mau mendengarkan saran dan pendapat orang lain. Hal ini berkaitan dengan beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasan kognitif tingkat tinggi.


(4)

Hasil yang didapatkan pada data efektif diatas bahwa perubahan peningkatan penilaian afektif dalam setiap tahapan bisa terjadi karena dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan sikap dan adanya rangsangan atau tekanan yang diberikan oleh mahasiswa, dimana rangsangan dan tekanan sudah didapatkan mahasiswa pada tahap tutorial awal, sehingga pada tahap selanjutnya mahasiswa sudah peka dan mengerti apa yang akan dilakukan. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya literartur yang termasuk dalam komponen afektif.

Pada tabel distribusi penilaian afektif pada tabel diatas pada tutorial 1 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 65% dengan kategori cukup. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 2 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 64% dengan kategori baik. Sedangkan pada penilaian afektif tutorial 3 didapatkan prasentase tertinggi dengan nilai 60% dengan kategori sangat baik. Dengan demikian terdapat perbedaan hasil pada setiap tutorial, yaitu terjadi peningkatan setelah dilakukan intervensi. Hal ini bisa didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh (Wigar, 2012) bahwa suatu

intervensi dapat menimbulkan dampak positif bagi mahasiswa yang dapat dilihat dari hasil skor setelah dilakukan intervensi dimana hasil skor menjadi semakin baik dan meningkat.

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap, secara umum disamakan dengan perasaan terhadap suatu objek sikap, secara umum disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Ada hubungan antara komponen afektif dengan kognitif dalam suatu organisasi sikap menyatakan bahwa apabila komponen afektif dan kognitif saling konsisten maka sikap berada dalam keadaan stabil, untuk menimbulkan perubahan sikap manusia perlu diberikan rangsangan atau tekanan untuk menggiring perubahan sikap kearah yang dikehendaki secara kuat dan terus menerus sedemikian rupa sehingga terjadi inkonsistensi yang kuat antara komponen afektif dan kognitif (Azwar, 2015). Pernyataan ini ada hubungannya dengan hasil penelitian yang dijelaskan pada tabel 4.5 bahwa ada pengaruh aplikasi model pembelajaran tutorial seven jump terhadap peningkatan afektif mahasiswa yang dapat


(5)

kita lihat perubahan peningkatan dalam setiap tahapannya.

KESIMPULAN

Ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBL tutorial seven jump sebagai upaya peningkatan kemampuan kognitif. Sedangkan pada gambaran afektif mahasiswa terdapat peningkatan hasil antara nilai frekuensi pada tutorial 1dengan nilai sebagian besar dalam kategori cukup , tutorial ke 2 dengan nilai sebagian besardalam kategori baik dan tutorial 3 dengan kategori sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aipni 2012, Pembinaan Internal Anggota AIPNI dalam Implementasi KBK Pendidikan Ners. Amisyah, S., & Nurmaliah, C (2015), Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Kognitif melalui Model Problem Based Learning. Biotik, 1(2), 87-92

Arnyana, ida bagus putu. 2005. Pengaruh Penerpaan Model PBL dipandu Strategi Kooperatif terhadap Kecakapan Berpikir Kritis . Jurnal Pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja.

Anonymous 2009. Pengukuran ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. (Online) http://akhmadsudrajad.blogspot.com/2 009/08/pengukuran-ranah-kognitif-afektif-dan.html. Diakses tanggal 10 Oktober 2009

Arifin, 2013, Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya Bandung

Chang, R. 2006, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi Ke tiga jilid 2 Jakarta : Erlangga.

Dahar, R.W 2010, Teori – teori belajar. Jakarta : Erlangga

Dent 2006, A Practical Guide For Medical Teacher. Elseivier Health Sciences.

Dutch, B.J., Groh, SE & Allen, DE, 2011, The power of PBL (problem based learning), Stylus : Virginia

Ernawati, 2014, Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Harsono, 2006, Kearifan dalam transformasi pembelajaran dari teacher-centered learning. Jurnal pendidikan kedokteran.

Hidayati, N 2014, Pengaruh pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas XII di SMK Negeri & Surabaya. Jurnal pendidikan teknic elektro vol 3. No 02 : 25-29.

Kementrian Kesehatan RI., 2010, Kurikulum inti pendidikan kesehatan profesi ners, berbasis kompetens. Jakarta : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Mahanal, 2009, Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning Pada Materi Ekosistem Terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang. Journal Sains. 1-10 Mulyasa, E, 2004. Implementasi Kurikulum

2004 ( Panduan Pembelajaran KBK), Bandung : PT Remaja Rosdakarya O’Kelly, J, 2006, Designing a hybrid problem

based learning (PBL) course : A case study of first year computer science in NUI, Mynooth in T Barret, I.M. Labhrainn & H Fallon (Eds), Handbooks of inquiry and problem based learning : Irish case studies and international perspectives (pp 45-53). Galway : CELT

Robbin, 2003, Perilaku Organisasi, jilid 2, PT Salemba Empat, Jakarta


(6)

Salleh, Mohd. 2007, Adopting problem Based Learning in The Teaching of Engineering Undergraduates; A Malaysian Experience, makalah dipresentasikan pada the International Conference on Engineering Eduvation-ICEE 2007, September 3-7, Coimbra, Portugal Schmidt, M., & Cagran B, 2007, Self Concept Of

Students In Inclusive Settings. International Journal Of Special Education. Vol 23 no 1. Sigian, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia,

PT Bumi Aksara, Jakarta

Suci, N. M. 2008, “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi UNDIKSHA”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Undiksha

Sudarman. 2007, Problem Based Learning: Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah . jurnal pendidikan inovatif , 2 (2) : 68-73

Suprijono, 2009, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PALKEM. Yogyakarta Pustaka Pelajar.

Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. 2013, Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II dipuskesmas kecamatan Cebgkareng Jakarta Barat. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6-11 Widuroyekti, Barokah, 2006, Pendekatan Belajar

Aktif Dan Peningkatan Partisipasi Mahasiswa Dalam Proses Tutorial tatap Muka. Jurnal Pendidikan, Volume. 7, Nomor 1.

Wigar, A. F, 2012, Efektiitas Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SD semester II Desa Depok Tahun Ajaran 2011/2012 (Doctoral dissertation Universitas Pendidikan Indonesia)