KONTRIBUSI MINAT DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
i TESIS
Untuk memenuhi sebagian persaratan untuk Mencapai derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga Minat utama Pendidikan profesi kesehatan
OLEH SUJATMIKO NIM : S540907118
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA PASCA SARJANA MINAT STUDI PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
(2)
ii Disusun oleh :
Sujatmiko NIM : S540907118
Telah disetujui Tim Pembimbing Pada Tanggal :...
Pembimbing I
Prof. Dr.H. Soetarno, M.Pd NIP.130 367 987
Pembimbing II
dr. Ety Poncorini Pamungkasari, MPd NIP. 132 301 028
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. dr. Didik Tamtomo, MM, Mkes, PAK NIP. 130 543 994
(3)
iii Disusun oleh :
Sujatmiko NIM : S540907118
Telah disetujui Tim Penguji Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. dr. Didik T., MM, Mkes, PAK Sekretaris
Anggota Penguji
1. Prof. Dr.H. Soetarno, M.Pd
2. dr. Ety Poncorini Pamungkasari, MPd
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. dr. Didik T., MM, Mkes, PAK NIP. 130 543 994
(4)
iv Yang bertanda tangan dibawah ini, saya
Nama : Sujatmiko
NIM : S540907118
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul KONTRIBUSI MINAT DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUKadalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal lain yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Yang membuat
pernyataan
(5)
v
rahmat, tufik hidayahNya yang senantiasa tiada henti, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun tesis dengan judul ”Kontribusi Minat dan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa prodi D III keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk”. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad Megister Kesehatan pada Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan tesis ini tidak akan selesai tanpa mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pasca Sarjana.
2. Direktur Program Pasca Sarjana yang telah memberikan Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing Tesis Mahasiswa Program Studi Magister Kedokteran keluarga.
3. Ketua Jurusan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah menyetujui permohonan ijin penelitian.
4. Prof. Dr. H. Soetarno J., M.Pd, selaku pembimbing I yang dengan sabar senantiasa membimbing, mengarahkan dalam penulisan tesis.
(6)
vi
ijin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Pasca Sarjana Program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas maret Surakarta.
7. Istri dan anak-anakku (farrell dan fara) tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
8. Kedua orang tuaku di lamongan dan mertuaku di madiun yang tak henti-hentinya memberikan dukungan memberikan dukungan moril maupun spiritual.
9. Seluruh Civitas Akademika prodi D III keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.
10. Teman seperjuangan mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis tulis satu persatu, yang telah ikut andil dalam penyelesaian studi ini.
Penulis berharap karya ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari pula karya ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan.
(7)
(8)
viii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
1. Manfaat Teoritis... 4
2. Manfaat Aplikatif... 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS... 5
A. Kajian Teori... 5
1. Minat ... 5
2. Motivasi... 8
3. Prestasi Belajar ... 24
B. Hasil Penelitian Sebelumnya... 38
C. Kerangka Berpikir ... 39
1. Kontribusi minat dengan prestasi belajar ... 39
(9)
ix
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
B. Desain Penelitian... 43
C. Teknik Pengambilan sampel ... 44
1. Populasi... 44
2.Sampel ... 44
D. Instrumen Penelitian ... 45
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 46
1. Variabel Penelitian... 46
2. Definisi Operasional ... 46
F. Teknik Analisis Data ... 50
1. Pengumpulan data... 50
2. Instrumen Penelitian ... 50
3. Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53
A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 53
B. Deskripsi Data Penelitian... 55
1. Deskripsi Data Minat Mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk... 55
2. Deskripsi Data Motivasi Mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk... 56
3. Deskripsi Data Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk ... 57
C. Uji Prasayarat Analisis ... 58
1. Uji Normalitas ... 58
2. Uji Heterokedasitas... 59
3. Uji Multikolinearitas... 59
(10)
x
Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Stikes Setia Bhakti
Nganjuk Secara Simultan... 62
4. Kontribusi Minat dan Motivasi Mahasiswa terhadap IPK Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Stikes Setia Bhakti Nganjuk Secara Parsial ... 62
5. Kekuatan Pegaruh Masing-Masing Faktor ... 63
E. Kesimpulan Hasil Analisa Data ... 63
F. Pembahasan... 64
1. Kontribusi minat terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi D III Keperawatan Satria Bhakti Nganjuk... 64
2. Kontribusi motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi D III Keperawatan Satria Bhakti Nganjuk... 67
3. Kontribusi minat dan motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi D III Keperawatan Satria Bhakti Nganjuk... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Implikasi ... 75
C. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
(11)
xi
Tabel 2. Sebaran Mata Kuliah ... 37 Tabel 3. Deskripsi Data Minat Mahasiswa Prodi D III
Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk Tahun 2008 ... 55 Tabel 4. Deskripsi Data Motivasi Mahasiswa Prodi D III
Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk Tahun 2008 ... 56 Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data dengan Menggunakan Metode
Uji Kolomogorov Smirnov ... 59 Tabel 6. Hasil Uji Kolinearitas Untuk Masing-Masing Variabel
Bebas dalam Penelitian... 60 Tabel 7. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Dan Determinasi ... 61 Tabel 8. Hasil Analisis ANOVA ... 62
(12)
xii
dengan prestasi belajar pada Mahasiswa Akper Satria
Bhakti Nganjuk ... 42 Gambar 2. Histogram data minat mahasiswa Prodi D III
Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk... 56 Gambar 3. Histogram data motivasi mahasiswa Prodi D III
Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk... 57 Gambar 4. Histogram data IPK mahasiswa Prodi D III
(13)
xiii Lampiran 2 : Infomed Consent Lampiran 3 : Kisi-Kisi Kuesioner Lampiran 4 : Kuesioner
Lampiran 5 : Hail Uji Validitas Realiabilitas Lampiran 6 : Data Hasil Penelitian
Lampiran 7 : Hasil Uji Normalitas Lampiran 8 : Hasil Uji Heterokedasitas Lampiran 9 : Hasil Uji Mutikolinearitas Lampiran 10 : Hasil Uji Autokorelasi Lampiran 10 : Hasil Uji Hipotesis Lampiran 10 : Lembar Observasi
(14)
xiv
Prosedur masuk pendidikan D III keperawatan tidak berdasar pada nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) tetapi melalui prosedur yang telah ditetapkan dalam buku pedoman penerimaan mahasiswa baru yang diterbitkan dari Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes) Departemen Kesehatan RI. Yaitu melalui tes administrasi, tes tertulis yang meliputi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terpadu, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia serta tes kesehatan. Oleh karena amino yang terbatas maka fungsi tes seleksi tersebut seolah-olah hanya formalitas saja karena pada akhirnya seluruh peserta tes dapat diterima. Kondisi ini menyebabkan banyak peserta didik yang masuk tidak disertai dengan minat dan motivasi tinggi, hal ini tentu banyak berpengaruh terhadap proses belajar mengajar seperti rendahnya semangat untuk belajar, tidak aktif, tidak disiplin atau bahkan putus ditengah jalan yang pada akhirnya prestasi yang diperoleh kurang memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi minat dan motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi D III Keperawatan Satria Bhakti Nganjuk
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 195 orang, dengan simple random sampling diperoleh 49 responden. Variabel bebas adalah mutu layanan yang terdiri dari minat (X1) dan motivasi (X2). Variabel terikat adalah prestasi belajar. Pengukuran variabel menggunakan kuesioner, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil analisis diketahui minat memiliki nilai koefisien regresi standarized sebesar 0,475 dengan nilai T sebesar 4,541 yang berarti memiliki kontribusi yang signifikan terhadap IPK dan memiliki kuat pengaruh relatif sebesar 44,44%. Motivasi memiliki nilai koefisien regresi standarized sebesar 0,434 dengan nilai T sebesar 4,151 yang berarti memiliki kontribusi yang signifikan terhadap IPK dan memiliki kuat pengaruh relatif sebesar 43,4%.
Berdasarkan hasil analisa secara simultan diketahui nilai F hitung sebesar 28,985 dengan nilai P-Value sebesar 0,00. Karena F hitung (28,985) > F tabel yaitu (3,23), yang berarti minat dan motivasi mahasiswa Prodi D-III Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk secara bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan terhadap IPK. Besarnya kontribusi minat dan motivasi terhadap prestasi belajar adalah 55,8%.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa minat dan motivasi secara terpisah maupun secara bersama-sama memiliki kontribusi positif terhadap indeks prestasi mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk.
(15)
(16)
xvi University of Sebelas Maret Surakarta.
The procedure of admission test in nursing diploma does not base on the score of the SMA National Examination but it is through a procedure designed in the guideline book of new student admission published by The Central Education of Health Officer (Pusdiknakes) the Department of Health, Republic of Indonesia. Based on the book, the admission test consists of administration test, written test including Science of Nature (IPA), English language, and Indonesian language, and test of health. Because of the low and limited interest to enroll the nursing diploma, the function of the admission test seems to be a formality since all participants will be accepted eventually, This condition makes many of the students who start studying in this college do not really have high interest and motivation. Therefore, this influence the teaching learning process much such as the low spirit in learning, inactive, undisciplined, or even drop out with unsatisfying achievement at the end. This research aims at knowing the contribution of interest and motivation toward the learning achievement of the students of Nursing Diploma of STIKes Satria Bhakti Nganjuk.
This research is a co-relational research. The research population is all of the students of Nursing Diploma of STIKes Satria Bhakti Nganjuk in the academic year of 2007/ 2008 of which number is 195. The technique of sampling is simple random sampling sample of which number is 49. The free/ independents variable are the quality of the services which include interest (X1) and motivation (X2), while the dependent variable is the learning achievement. The measurement of the variables is through questionnaire which was then analyzed by using multiple linear regression method.
Based on the analysis, it shows that the interest has standardized regression coefficient value of 0.475 with T value of 4. 541 which means that interest has significant contribution toward the GPA and has a relatively strong influence of 44.44%. In addition, motivation has standardized regression coefficient value of 0.434 with T value of 4.151 which means that it has significant contribution toward the GPAand has a relatively strong 43.4%.
Based on simultaneous analysis, it shows that the value of the working F is 28.985 with P value of 0.00. Because the value of the working F is (28.985) > the table of F that is (3.23), this means that the interest and motivation of the students of Nursing Diploma of STIKes Satria Bhakti Nganjuk altogether have significant contribution toward the students’ GPA. The amount of the contribution of interest and motivation toward the students’ learning achievement is 55.8%.
The result of the analysis shows that interest and motivation separately or altogether have positive contribution toward the learning achievement (GPA) of the students of Nursing Diploma of STIKes Satria Bhakti Nganjuk
(17)
(18)
1
A. Latar Belakang
Belajar adalah kewajiban bagi setiap manusia, dengan belajar manusia
akan memiliki ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya sehingga ilmu
yang dikuasai akan dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Belajar dapat dilakukan disepanjang hidup yaitu sejak lahir sampai meninggal
(long lift education) , secara formal pendidikan berawal dari Pendidikan Sekolah
Dasar (SD) , Sekolah Menengah Pertama (SMP) , Sekolah Menengah Umum
(SMU) , Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hingga Perguruan Tinggi (PT) baik
negeri maupun swasta.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMU atau SMK sering kali diharapkan
pada pilihan yang sulit untuk menentukan harus kemana jalur pendidikan yang
dipilih apakah mengambil pendidikan jalur akademik atau pendidikan jalur
profesional. Jalur akademik mendasari pada pendalaman dan pengembangan
keilmuannya sedang jalur profesional mendasari pada kemampuan dan
ketrampilan kerja atau menekankan pada aplikasi ilmu dan teknologi.
Salah satu pendidikan jalur profesional dibidang kesehatan adalah
pendidikan program diploma III keperawatan yang pada era tahun 1996 sampai
2004 peminatnya cukup besar, tetapi pada akhir-akhir ini minat untuk masuk
pendidikan D III keperawatan dari tahun ketahun cenderung menurun, hal ini
(19)
Nganjuk dari tahun 2003 sampai 2007 adalah sebagai berikut : tahun 2003 jumlah
pendaftar : 80 orang, tahun 2004 : 57 orang, 2005 : 56 orang, 2006 : 77 orang dan
tahun 2007 : 60 orang (Arsip Sipenmaru Prodi D III Keperawatan STIKes Satria
Bhakti Nganjuk, 2007).
Melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan peminat
calon mahasiswa, menurunnya amino pendaftar dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satu diantaranya adalah rendahnya minat dan motivasi untuk memilih
pendidikan D III keperawatan, sesuai dengan data yang ada pada data
kemahasiswaan ternyata masuknya pendidikan D III keperawatan sangat
bervariasi yaitu karena dipaksa orang tua, ikut-ikutan teman, dari pada tidak
sekolah tidak diterima di perguruan tinggi negeri dan hanya sebagian kecil
merupakan cita-citanya sejak kecil.
Prosedur masuk pendidikan D III keperawatan tidak berdasar pada nilai
Ujian Akhir Nasional (UAN) tetapi melalui prosedur yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman penerimaan mahasiswa baru yang diterbitkan dari Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes) Departemen Kesehatan RI. Yaitu
melalui tes administrasi, tes tertulis yang meliputi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
terpadu, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia serta tes kesehatan. Oleh karena
amino yang terbatas maka fungsi tes seleksi tersebut seolah-olah hanya formalitas
saja karena pada akhirnya seluruh peserta tes dapat diterima.
Dari kenyataan tersebut maka dimungkinkan banyak peserta didik yang
masuk tidak disertai dengan minat dan motivasi tinggi, hal ini tentu sedikit banyak
(20)
belajar, tidak aktif, tidak disiplin atau bahkan putus ditengah jalan yang pada
akhirnya prestasi yang diperoleh kurang memuaskan.
Berpijak dari gambaran tersebut diatas untuk mengetahui apakah minat
dan motivasi pilihan studi berhubungan dengan keberhasilan belajar perlu
pembuktian melalui penelitian dengan judul “Kontribusi minat dan motivasi
belajar dengan prestasi belajar pada Mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKes
Satria Bhakti Nganjuk”.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah ada tiga :
1. Apakah terdapat kontribusi minat terhadap prestasi belajar di Prodi D III
Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk ?
2. Apakah terdapat kontribusi motivasi terhadap prestasi belajar di Prodi D III
Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk ?
3. Apakah terdapat kontribusi minat dan motivasi secara bersama terhadap
prestasi belajar di Prodi D III Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kontribusi minat terhadap prestasi belajar mahasiswa
Prodi D III Keperawatan Satria Bhakti Nganjuk
2. Untuk mengetahui kontribusi motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa
(21)
3. Untuk mengetahui kontribusi minat dan motivasi terhadap prestasi belajar
mahasiswa Prodi D III Keperawatan Satria Bhakti Nganjuk
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritas :
Diharapkan dapat diterapkan hasil penelitian ini untuk memperbaiki
sistem belajar mengajar pada mahasiswa dengan memmperhatikan beberaapa
faktor yang berpengaruh.
2. Praktis :
a. Diharapkan memberikan informasi tehadap institusi pendidikan bahwa
proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik bila disertai dengan
adanya minat dan motivasi, sehingga tes minat dan motivasi perlu
diadakan pada prosedur penerimaan mahasiswa baru.
(22)
5
1. Minat a. Pengertian Minat
Menurut Anastasi (1994:534) , The study of interests has probably
received its strongest impetus from educational and career counseling (Studi
minat merupakan daya dorong yang dijadikan petunjuk paling kuat dari bidang
pendidikan dan karier).
Menurut Abraham H. Maslow (1970:69) , several examples were given of the ways in which interests were determined by the gratification and frustration of need. Also see Maier (284). It would be possible to go much further with this, ultimately involving necessarily a discussion of morality, values, and ethics, insofar as these are more than etiquette, manners, folkways, and other local social habits. The current fashion is to treat attitudes, tastes, interests, and indeed values of any kind as if they had no determinant other than local cultural associative learning, i.e., as if they were determined wholly by arbitrary environmental forces. But we have seen that it is necessary to invoke also intrinsic requiredness, and the effects of gratification of organismic needs.
Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat
seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat
mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan
bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap keinginan,
misalnya minat untuk menjadi perawat. Menurut Slameto (2003 : 180) minat
adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada
(23)
antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, semakin kuat atau hubungan
tersebut semakin besar minat.
Minat dapat dieksresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa
seseorang lebih menyukai sesuatu dari pada yang lain dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap
subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subyek tersebut, sebagai contoh seseorang yang berminat terhadap pendidikan
keperawatan maka perhatiannya akan selalu tertuju pada keadaan-keadaan yang
berhubungan dengan dunia kesehatan atau keperawatan, sehingga untuk
mewujudkan keinginan tersebut pendidikan keperawatan akan menjadi
pilihannya.
b. Meningkatkan Minat
Beberapa ahli berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk
membangkikan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan
minat-minat yang telah ada. Misalnya seseorang berminat pada pendidikan
keperawatan, maka kepadanya diberikan pandangan-pandangan tentang dunia
kesehatan, prospek atau masa depan dunia kesehatan khususnya keperawatan,
prospek sunia kerja dan sebagainya.
Menurut Tanner & Tanner (dalam Slameto, 2003 : 181) minat dapat
dibentuk dengan jalan memberikan informasi-informasi mengenai subyek yang
menjadi pilihannya. Misalnya tentang minat belajar di pendidikan keperawatan
(24)
perawat, bagaimana prosedur untuk menjadi perawat, prasarat apa yang harus
dimiliki dan sebagainya.
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai
minat ini antara lain dibangkitkan dengan cara-cara sebagi berikut :
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. (Sardiman AM., 2007 : 56).
c. Faktor yang mempengaruhi minat
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian setelah
berinteraksi dengan lingkungan. Minat terhadap sesuatu dipelajari da
mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat
baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong
belajar-belajar selanjutnya. Seorang perawat tidak dilahirkan untuk menjadi perawat
tetapi akibat pengalaman dan belajrnya kemudian tertari untuk menjadi perawat.
Menurut Bernard (dalam Sardiman AM., 2007 : 65) minat timbul tidak secara
tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan
(25)
2. Motivasi a. Pengertian
Istilah motivasi (Imotivas) berasal dari bahasa latin movere yang berarti
menggerakkan (To Move). Menurut Mitchell, 1982 (dalam Winardi 2001 : 54)
mengemukakan bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologika yang
menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persisitensi
kegiatan-kegiatan sukarela (voluriter) yang diarahkan kearah tujuan tertentu. Sedan
menurut Gray et al, 1984 (dalm Winardi, 2001 : 54) menjelaskan bahwa motivasi
merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi
seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi
dalam hal melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Elliot, Trash. (2000:332) “
motivation is defined as an internal state that arouses us to action, pushes us in particular direction, and keeps us engaged in certain activities” (Motivasi
didefinisikan sebagai kekuatan internal yang membangkitkan untuk bereaksi,
mendorong dalam fakta yang ditunjukkan, dan menjaga tetap pada
kegiatan-kegiatan yang pasti).
Motivasi diartikan sebagai suatu kebutuhan atau keinginan seseorang
untuk mendapatkan sesuatu dan mengarahkan seluruh kegiatan untuk mencapai
suatu tujuan. Seperti dikemukakan Atkinson (1993 : 85) adalah faktor-faktor yang
menguatkan perilaku dan memberikan arahannya. Selain menguatkan motivasi
cenderung mengarahkan perilaku seperti orang yang lapar dimotivasi untuk
(26)
untuk melepaskan diri dari rangsangan yang menyakitkan. MR. Jones (dalam
Setyowati, 1997 : 67) merumuskan bahwa motivasi merupakan proses psikologis
dalam mana terjadi interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi proses belajar dam
pemecah masalah.
Menurut Handoko (1992 : 147) motivasi adalah suatu tenaga atau faktor
yang terdapat didalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan tingkah lakunya. Dimyati, et. al. (1994 : 142) menyebutkan
bahwamotif merupakan dorongan atau kekuatan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan aktifitas manusia. Dorongan mental disini berupa keinginan,
perh;atian, kemauan dan cita-cita.motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi
sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang itu
didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam orang itu, kekuatan pendorong itulah
yang disebut sebagai motif.
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan
didalam subyek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata motif maka motivasi dapat diartiakan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak (Sardiman
AM., 2007).
Menurut McDonald (dalam Sardiman AM., 2007 : 74) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling
(27)
tersebut motivasi mengandung tiga elemen yaitu mengawali adanya perubahan
energi, munculnya rasa feeling dan dirangsang karena adanya tujuan, sehingga
motivasi adalah sebagai suatu yang komplek.
Elliot, Trash. (2000:333) mengemukakan bahwa motivasi merupakan
faktor penting dalam psikologi yang berpengaruh pada belajar dan penampilan
dalam empat cara :
(1)Motivation increases an individual’s energy and activity level; (2) Motivation directs an individual toward certain goals. Motivation affects choices people make and results they find rewarding; (3) Motivation promotes initiation of certain activities and persistence in those activities. Increases the likehood that people will begin something on their own, persist in the face of difficulty, and resume a task after a temporary interruption; (4) Motivation affects the learning strategics and cognitive processes an individual employs. It increases the likehood that people will pay attention to something, study and practice it, and try to learn it in a meanningfull fashion. It also increases the likehood that they will seek help when they encounter difficulty.
((1) motivasi termasuk energi individu dan tingkat aktivitas; (2) motivasi
menunjukkan individu menuju tujuan tertentu/pasti, efeknya membuat orang
untuk memilih dan menemukan hasil yang mereka inginkan; (3) motivasi
membangkitkan aktifitas-aktifitas tertentu dan ketekunan pada katitfitas tersebut,
termasuk diantaranya bahwa orang akan memulai sesuatu pada dirinya sendiri,
tetap melakukan walaupun dihadapkan pada kesulitan dan memulai lagi tugas
setelah terganggu sementara; (4) motivasi berpengaruh pada strategi belajar dan
proses kerja kognitif individu, termasuk diantaranya bahwa orang akan
mengambil perhatian sesuatu, belajar dan mempraktekkannya, dan berusaha
mempelajarinya dalam gaya yang bermakna. Itu juga termasuk bahwa mereka
(28)
Dalam kegiatan belajar motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberiakan arah pada kegiatan belajar,
untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non intelektual yang mempunyai peranan menumbuhkan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa dengan motivasi yang kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman AM.,
2007 : 73).
b. Teori yang berkaitan dengan Motivasi
Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang berkaitan dengan motivasi.
Teori tersebut adalah : 1) teori kebutuhan hirarki Maslow, 2) motivasi berprestasi,
3) teori locus of control
1) Teori kebutuhan Hirarki Maslow
Abraham Maslow mengemukakan seperti yang dikutip oleh Crowl, Sally,
Podell (1997:238).
Human beings have a variety of needs that are hierarchically organized so that individuals can not satisfy higher needs until they have satisfied more basic needs. The most basic needs are biological (for example, the need for air, water, and food). When we satisfy our biological needs, we can satisfy the need for safety. After we feel safe, we can seek love and belongingness, and after we feel loved, we can seek to satisfy our self-esteem needs. Next we seek to satisfy our intellectual needs, then our aesthetic needs, and finally, our need for self-actualization.
(Bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki
terkelompokkan sehingga seorang individu tidak dapat memenuhi kebutuhan yang
(29)
utama adalah kebutuhan biological, dapat merasa puas dengan kebutuhan akan
keamanan. Setelah merasa aman, dapat mencari rasa kasih dan kepemilikan dan
sesudah dicintai, dapat mencari kepuasan kebutuhan self-esteem. Selanjutnya,
mencari untuk memuaskan kebutuhan intelektual, kemudian kebutuhan estetik,
dan akhirnya kebutuhan akan aktualisasi diri).
Teori Maslow di atas mengemukakan bahwa kebutuhan menusia adalah
berjenjang atau bertingkat. Tingkat-tingkat tersebut memperlihatkan urutan
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam waktu tertentu. Suatu daya dorong atau
motif tidak akan dapat mempengaruhi tindakan seseorang, bilamana kebutuhan
dasar belum terpenuhi. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi baru maka kebutuhan
yang lainnya akan segera menyusul sesuai urutannya, karena kebutuhan yang satu
dengan kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain saling berpengaruh, kait
mengait, namun tidak terlalu dominant keterkaitan tersebut.
Guru hendaknya jangan selalu beranggapan bahwa kebutuhan dasar
biological dan kebutuhan akan rasa aman para murid terpenuhi, beberapa murid
merasa tertekan di sekolah, yang menjelaskan ketidakpercayaan akademik atau
perkembangan intelektual mereka. Teori maslow menekankan hal-hal yang
penting bahwa sekolah haruslah menjadi tempat yang aman, tempat yang nyaman
bagi para murid dan guru.
2) Motivasi Berprestasi
Manusia mempunyai kebutuhan dasar di sebagaian kepribadian mereka.
Apabila seseorang selalu berpikir untuk mengerjakan sesuatu yang lebih baik,
(30)
adalah konflikasi produk dari dua kebutuhan : (1) kebutuhan untuk mencapai
kesuksesan, dan (2) kebutuhan untuk menghadapi kesalahan dalam berbuat.
Beberapa murid bekerja keras untuk mencapai kesuksesan, dan yang lainnya
sedikit khawatir tentang prestasi kesuksesan mereka daripada mengahadapi
kesalahan. Para pelajar termotivasi oleh keinginan untuk mengejar prestasi tujuan
dari kesulitan moderat. Sebaliknya, para murid termotivasi oleh keinginan untuk
menghindari kesalahan yang telah direncanakan sebelumnya baik yang mudah
maupun yang sulit, membiarkan mereka menghindari kesalahan mereka pada
kenyataannya tugas tersebut adalah tugas yang sulit dalam hal ini Beck
(1990:291) mengemukakan pendapatnya :
Need for achievement as desire or tendency to overcome obstacles, to exercise power , to strive to do something difficult as well and as quickly as possible
(Motivasi berprestasi ini berhubungan erat dengan keinginan individu untuk
mengatasi rintangan, melatih kekuatan, mengerjakan sesuatu yang sulit dengan
baik, cepat dengan hasil yang memuaskan). Dari penjelasan tersebut, jelas sekali
bahwa jika seorang siswa mempunyai motivasi yang tinggi, ia mampu mengatasi
kesulitan-kesulitan yang timbul dari Satriap proses belajar mengajar yang
dihadapi baik di kelas maupun dilingkungannya.
Sementara menurut Atkinson seperti yang dikutip oleh Franken
(1982:346) mengemukakan “That the need to achieve in humans is always
tempered by another fundamental need, the need to avoid failure”. (Bahwa
kebutuhan untuk berprestasi pada manusia selalu bertolak dari kebutuhan dasar,
(31)
seseorang mungkin berbeda kekuatannya pada dua motif ini. Jika motivasi untuk
berhasil lebih besar dari motivasi untuk menghindari kegagalan, ini diasumsikan
orang tersebut akan menyeleksi tujuan-tujuan yang akan memberikan peluang
kegagalan, dengan kata lain ketakutan akan kegagalan mungkin mengubah pilihan
tujuan seseorang dibandingkan memilih tujuan yang akan membawa kepuasan
terbaik, orang mungkin lebih memilih tujuan terbaik ke dua jika tujuan itu
mengurangi dakian/kesulitan untuk membangunkan kebutuhannya untuk
menghindari kemungkinan dari kegagalan.
Menurut Dwivedi dan Herbert seperti dikutp Sahlan Asnawi (2002:86)
mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi
kompetensi yang didasarkan pada ukuran keunggulan dibanding standarnya
sendiri maupun orang lain. Berdasarkan pendapat-pendapat ini, dapat diambil
rumusan bahwa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi adalah sebagai
dorongan yang timbul dalam diri individu sehubungan dengan adanya
pengharapan bahwa tindakan yang dilakukan merupakan alat untuk mencapai
hasil yang lebih baik, bersaing dan mengungguli orang lin, mengatasi rintangan,
serta memelihara semangat yang tinggi.
Manifestasi dari motivasi berprestasi akan terlihat pada beberapa ciri
perilaku seperti (1) mengambil tanggung jawab pribadi atas
perbuatan-perbuatannya, (2) mencari umpan balik tentang perbuatan-perbuatannya, (3) memilih resiko
yang moderat atau sedang dalam perbuatannya dan (4) berusaha melakukan
(32)
3) Locus Of Control
Acapkali seseorang menyalahkan orang lain atas kejadian-kejadian yang
tidak menggembirakan, misalnya hasil tes yang rendah, buku yang sukar dibaca,
atau para guru yang tidak konsisten. Siswa berpendapat bahwa
kesalahan-kesalahan yang menyebabkan kegagalan itu berada di luar dirinya. Mereka
memandang dirinya sebagai tidak berdaya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
atau tekanan-tekanan dari seseorang mempresepsikan dan meletakkan hubungan
antara perilaku dirinya dengan konsekuensi-konsekuensi dan apakah ia menerima
tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, dengan kata lain locus of
control atau letak kendali yang digunakan untuk menunjukkan tanggung jawab
yang dipersepsikan seseorang. Sumber kendali tersebut dapat berada di dalam
dirinya atau berada di luar dirinya. Terbentuknya persepsi tentang tanggung jawab
atau kendali dari suatu kejadian dipengaruhi oelh pengalaman-pengalaman dalam
kehidupan seseorang baik di keluarganya, di sekolah maupun di lingkup pergaulan
di luar.
Teori Rotter, teori locus of control (LOC) yang dikutip oleh Crowl,
Kaminsky, dan Podell (1997:239) mendefinisikan LOC is refers to defferences in
individuals beliefs about what controls the events in their lives. (LOC mengacu
pada perbedaan keyakinan tentang apa yang mengontrol kegiatan-kegiatan dalam
kehidupan mereka). Mereka juga membagi LOC menjadi 2 yaitu (1) eksternal,
dan (2) internal.
People who have an exsternal LOC believe that forces other than themselves control the outcomes of their actions (whether these be failure or success). People who have an internal LOC believe they control the outcomes of their actions.
(33)
(Individu dengan locus of control eksternal percaya tidak adanya hubungan antara
tindakan-tindakan mereka dengan konsekuensi-konsekuensinya, dan juga tidak
ada hubungan pada sebuah ikatan yang kuat antara usaha dan hasil. Individu
dengan locus of control internal percaya bahwa mereka mempunyai control
langsung antara hasil perilaku mereka.
Seifert (1990:316) mendefinisikan “locus of control is the place where an
individual believes that the control of his or her behavior lies”. (Locus of control
adalah sebuah tempat individu percaya bahwa itu control dari perilaku mereka).
Kecenderungan untuk menggantungkan kesuksesan atau kegagalan pada
istilah tekanan eksternal maupun internal menggambarkan perbedaan sifat pada
tipe-tipe pribadinya.
Kemudian senada dengan McDonald, Gage dan Berliner (1984:399)
mengemukakan pendapatnya tentang LOC internal dan eksternal. Seseorang yang
mempunyai LOC internal menyakini bahwa kemampuan, peringkat, prestasi dan
yang sejenisnya ditentukan oleh apa yang telah mereka usahakan. Mereka yang
mempunyai LOC eksternal menyakini bahwa semua itu ditentukan oleh factor di
luar control dirinya. Kebiasaan orang tua memberikan andil pada perkembangan
anak-anak mereka terhadap locus of control mereka dan para guru berperan
penting dalam menguatkan atau melemahkan sifat ini dengan pengakuan mereka
pada usaha anak didiknya.
Siswa dengan locus of control eksternal mendapat nilai yang tinggi pada
tes-tes kegelisahan dan pertentangan, sedang siswa dengan locus of control
(34)
mengutamakan kegiatan mereka pada aktifitas-aktifitas akademik. Siswa dengan
locus of control internal lebih termotivasi untuk meraih prestasi daripada siswa
dengan locus of control eksternal.
Dari teori yang dikemukakan para ahli di atas dapat diambil satu rumusan
tentang LOC pada diri seseorang. Bahwa LOC mempengaruhi usaha seseorang,
yaitu LOC internal cenderung lebih banyak melakukan usaha daripada mereka
yang mempunyai LOC eksternal. Oleh karena itu seseorang yang mempunyai
LOC internal mempunyai daya tahan tinggi dalam bekerja dan belajar termasuk
mencari beberapa alternative dalam pemecahan masalah.
Teori locus of control menggambarkan perbedaan-perbedaan keyakinan
individual tentang control-kontrol apa/bagaimana dalam menghadapi
kejadian-kejadian sehari-hari mereka. Orang yang mempunyai locus of control eksternal
percaya bahwa tekanan-tekanan dari pihak mereka sendiri lebih mengontrol apa
yang menjadi tindakan-tindakan mereka (apakah hal-hal itu akan menghasilkan
sebuah kegagalan atau kesuksesan). Orang yang mempunyai locus of control
internal percaya bahwa mereka mengontrol diri mereka sendiri pada
tindakan-tindakan mereka.
c. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, sehingga tanpa
dipelajari. Misalnya dorongan makan, minum, dorongan minum, dorongan
seksual, Frandsen (dalam Sadirman, 2007 : 77) memberi istilah Phsycologisal
(35)
2). Motif yang dipelajari disini motif timbul karena dipelajari. Contoh
dorongan untuk belajar dan mengajar. Disebut juga motif sosial sehingga
diistilahkan dengan Affiliative needs.
(1) Motivasi jasmaniah dan rohaniah.
Yang termasuk motivasi jasmaniah adalah reflek, insting, otomatis, nafsu, sedang yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
(2) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
1) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar. Contoh seorang siswa melakukan belajar karena
betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat
berubah tingkah lakunya secara konstruksi, sehingga motivasi muncul dari
kesadaran diri sendiri dengan tujuan yang esensial bukan sekedar simbul dan
seremonial balaka.
2) Motivasi ekstrinsik adalah aktifnya atau berfungsinya motif karena adanya
rangsangan dari luar. Contoh siswa belajar karena akan menghadapi ujian dengan
harapan nilai baik mendapat pujian atau hadiah.
d. Teknik Menumbuhkan Motivasi
Khususnya dalam kegiatan belajar ada berbagai macam cara untuk menumbuhkan
motivasi belajar antara lain :
1) Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa
belajar, yang utama justru mencapai angka/nilai yang baik, sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada report angkanya
(36)
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar
pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimiliki kurang
berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswi yang mengingikan angka baik.
Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapian angka-angka
seperti itu belum merupakan hasil yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh
karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh guru adalah bagaimana cara
memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung dalam
Satriap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar
kognitif saja tetapi juga ketrampilan dan afeksinya.
Menurut Hamalik (1992) pemberian angka dalam prestasi akademik akan
menimbulkan dua hal yaitu angka baik dan angka jelek. Angka jelek akan
menimbulkan rasa rendah diri dan tidak semangat terhadap aktifitas-altifitas
pembelajaran disekolah.
2) Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang
yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai
contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan
(37)
3) Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk mendorong
siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak
dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik
digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa. Menurut Hamalik (1992)
ada tiga jenis persaingan efektif yaitu kompetisi interpersonal, kompetisi
kelompok dan kompetisi dengan diri sendiri.
4) Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai suatu prestasi
yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah
simbol kebanggaan harga diri, begitu juga untuk siswa di subjek belajar. Para
siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5) Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. Oleh karena
itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus
diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya Satriap hari) karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru juga harus terbuka,
(38)
6) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil
belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan
suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7) Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik, pemberiaanya harus tepat. Dengan
pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi
gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan ada maksud untuk belajar. Hal
ini akan lebih baik, bila dibandingakan segal sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk
(39)
10) Minat
Didepan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya dengan
unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga
tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.
11) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul
gairah untuk terus belajar.
Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah barang
tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting
bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat melahirkan hasil belajar
yang bermakna. Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi)
siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin
belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan yang bermakna, sehingga hasilnya pun
akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.
e. Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman AM. (1996) fungsi motivasi adalah :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor siswa
yang akan menghadapi ujian dengan harapan lulus, maka akan melakukan
kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain, sebab hal
(40)
2) Sebagai pendorong untuk mencapai prestasi, seorang melakukan usaha karena
adanya motivasi. Adanya motivasi dalam belajar akan memperoleh hasil yang
baik. Intensitas motivasi melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
penggerak dari Satriap kegiatan yang akan dikerjakan.
3) Menentukan arah kegiatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuan.
4) Menyelesaikan perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut. Misal seorang seseorang siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
f. Model Pengembangan Motivasi Belajar
Perbuatan belajar, seperti halnya perbuatan-perbuatan sadar dan perbuatan tanpa
paksaan pada umunya, selalu didahului oleh proses pembuatan
keputusan-keputusan untuk berbuat atau tidak berbuat. Apabila kekuatan motivasinya cukup
kuat, maka ia akan memutuskan untuk melakukan perbuatan belajar, begitu juga
sebaliknya. Menurut Haris Mudjiman, 1981 (dalam Haris Mudjiman, 2006) ada
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan motivasi belajar antara
lain :
1) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar
2) Faktor kebutuhan untuk belajar
(41)
4) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar
5) Faktor pelaksanaan kegiatan belajar
6) Faktor hasil belajar
7) Faktor kepuasan terhadap hasil belajar
8) Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan terhadap proses pembuatan
keputusan.
3. Prestasi Belajar a. Pengertian belajar
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan
perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan
masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.
Menurut Klein (1996:2) mengemukakan pengertian belajar yaitu
Learning defined as an experential process resulting in a relaively permanen change in behavior that cannot be explained by temporary states, maturation, or innate response tendencies.
Dalam pengertian ini terdapat tiga komponen penting belajar adalah (1)
refleksi sebuah perubahan yang potensial untuk perilaku. Belajar tidak otomatis
akan mnuntun kepada perubahan perilaku. (2) Perubahan pada perilaku untuk
belajar relative permanent. (3) Perubahan pada perilaku dapat saja didapat pada
proses lain selain belajar.
Laindgren (dalam Thulus, 1989) mengemukakan belajar adalah
menunjukkan beberapa perubahan di dalam tingkah laku, sebagai hasil dari latihan
(42)
dengan pendapat tersebut belajar merupakan aktifitas individu untuk mengubah
dan mengembangkan perilaku atau membentuk perilaku baru. Menurut Hamalik
(1992) belajar mengandung pengertian terjadi perubahan persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan perilaku. Pendapat ini lebih menekankan kepada
perubahan dan penggabungan sejumlah tingkah laku yang terjadi disekitar
lingkungan individu.
The Liang Gie (1983) berpendapat bahwa belajar adalah segenap kegiatan
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam
dirinya, penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak
permanen. Pada pendapat ini juga menekankan adanya perubahan diri individu
didalam belajar. Menurut pendapat ini berarti perubahan-perubahan tingkah laku
akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh
obat-obatan tidak termasuk proses belajar.
Secara umum belajar dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara
diri manusia (id - ego - super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin
berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu ke
dalam diri yang belajar dan dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indra
ikut berperan (Sardiman AM., 2007).
Dari berbagai pendapat terdebut dapat disimpulkan bahwa dalam belajar
ada beberapa komponen yaitu kegiatan yang disengaja atau usaha secara sadar,
adanya perubahan tingkah laku dan timbulnya kecakapan baru akibat dari
pengalaman dan latihan. Berdasarkan komponen tersebut dapat dirumuskan
(43)
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari latihan, pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman AM. (2007) tujuan belajar ada tiga jenis yaitu :
1) Untuk mendapatkan pengetahuan.
2) Pemahaman konsep dan keterampilan.
3) Pembentukan sikap.
4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar.
Dalam kegiatan proses belajar, terhadap beberapa faktor yang berkaitan
erat dan dapat mempengaruhi serta menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : Faktor internal dan faktor
eksternal.
a) Faktor internal
Faktor internal yaitu suatu faktor yang berasal dari dalam individu itu
sendiri atau disebut kondisi individual pembelajaran, faktor inilah yang sangat
berpengaruh terhadap kegagalan atau keberhasilan individu yang belajar. Menurut
Thulus H dan Soetarno (1989 : 136) , faktor internal terdiri atas kondisi fisiologis
dan psikologis. Orang yang sedang sakit jasmaninya akan mengganggu aktifitas
belajar sehingga hasil belajarnya kurang baik bila dibanding dengan orang yang
kondisinya sehat. Gangguan dari salah satu panca indra juga akan menimbulkan
gangguan dalam proses belajar yang akhirnya hasil belajarnya kurang
memuaskan. Adapun kondisi psikologis adalah semua keadaan dan fungsi
(44)
(1) Minat, seseorang yang belajar tanpa adanya minat, maka hasilnya tentu tidak
seperti yang diharapkan.
(2) Kecerdasan, merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu yang
diwujudkan dengan angka kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ). Telah
mendadi hal yang populer bahwa kecerdasan besar peranannya dalam
keberhasilan belajar.
(3) Motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan atau aktifitas tertentu.
(4) Bakat, merupakan faktor yang penting juga dan besar pengaruhnya terhadap sesuatu proses maupun hasil belajar seseorang.
(5) Konsentrasi, dengan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar.
(6) Kemampuan kognitif, yaitu sebagai kesiapan berfikir seseorang di dalam belajarnya. Seseoran yang berkemampuan berfikir baik, maka akan menghasilkan belajar yang baik pula.
(7) Reaksi, di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupum mental sebagi suatu wujud reaksi. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi harus dipandang sebagai tantngan yang memerlukan reaksi.
(8) Organisasi, dengan kegiatan mengorganisasikan,menata dan menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran kedalam suatu kesatuan pengertian.
(9) Ulangan, lupa merupakan sesuatu yang sifatnya umum bagi manusia. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa sehari setelah siswa mempelajari sesuatu bahan
pelajaran mereka banyak melupakan apa yang telah mereka peroleh selama jam
pelajaran tersebut. Lupa merupakan gejala psikologis yang dapat diatasi dengan
(45)
b) Faktor eksternal
Yaitu segala sesuatu yang dapat mempengaruhi proses maupun hasil
belajar, yang datangnya dari luar individu. Menurut Saifullah (1980) ada dua
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor sosial dan ekonomi.
Faktor sosial yang dimaksud disini sebagai faktor status sosial orang tua, faktor
ini dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan atau peranan pendidikan
dalam kehidupan manusia. Status akademis memerlukan kemampuan orang tua
dalam memberikan informasi tentang bahan pelajaran yang diberikan yaitu
bimbingan pendidikan. Sedang faktor ekonomi adalah kemampuan keluarga
dalam menyediakan fasilitas sarana yang diperlukan anak dalam menelaah bahan
pelajaran di sekolah, yang menyangkut dari soal makan sampai soal buku-buku
pelajaran.
Menurut Thulus H dan Soetarno (1989 : 138) menjelaskan bahwa faktor
eksternal terdiri dari dua macam yaitu lingkungan dan Instrumental. Faktor
lingkungan terdiri dari lingkungan alam dan sosial, sedang faktor Instrumental
adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil
belajar yang diterapkan. Faktor ini terdiri dari perangkat keras (Hardware)
seperti gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan lain-lain. Dan
perangkat lunak (Software) seperti kurikulum, program pedoman-pedoman
belajar dan sebagainya.
c. Prestasi Belajar
Evaluasi menurut Crowl, Sally, Podell (1997:310) adalah ”Evaluation
(46)
mengarah kepada proses pembuatan keputusan tentang nilai, yang berarti evaluasi
digunakan sebagai pijakan guru atau lembaga dalam memutuskan seseorang atau
kegiatan itu baik atau buruk, gagal atau berhasil.
Prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang telah dicapai seseorang yang
telah mengerjakan sesuatu hasil kegiatan belajar. Menurut Poerwodarminto (1990)
mengemukakan keberhasilan belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan yang dikembangkan oleh Satriap mata pelajaran yang lazimnya
ditunjukkan dalam bentuk nilai test angka yang diberikan Satriap guru. Lebih
lanjut Sarono (1989) menjelaskan keberhasilan belajar adalah perubahan
kemampuan dari kegiatan belajar yang sifatnya meningkat dibandingkan dengan
kemampuan sebelumnya.
Dalam rangka untuk mendapatkan data sebagai bahan informasi guna
mempermudah dalam melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan pengajaran
dilaksanakan tes formatif atau sumatif. Tes formatif menurut Scriven dalam
Maltby, Gage dan Berliner (1995:550) adalah ”what we use as a basis for
revision” (apa yang digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki). Dicontohkan
oleh Scriven adalah bahan-bahan pengajaran atau program kursus di sekolah.
Selanjutnya untuk pengertian tes sumatif, Scriven mengemukakan :
Summative evaluation is done after product, program or activity has been refined, modified and used, and for benefit of an external audience or decision maker.
(artinya tes sumatif adalah tes yang digunakan setelah hasil diperoleh, program
atau kegiatan yang telah diperbaiki, dimodifikasi dan digunakan, dan untuk
(47)
Keberhasilan belajar atau disebut juga prestasi belajar adalah hasil yang
telah dicapai seseorang yang telah mengerjakan serangkaian proses belajar
mengajar atau penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang umumnya
diwujudkan dalam bentuk nilai test (Neoleka, 1986).
d. Alat Untuk Mengukur Keberhasilan Belajar
Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi besar kecilnya
obyek atau gejala. Berbicara masalah pengukuran tidak bisa terlepas dari kegiatan
evaluasi yang mana evaluasi merupakan kelanjutan setelah dilakukan proses
pengukuran. Menurut Winkel (1996) Evaluasi berarti penentuan sampai berapa
jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil pelajar yang
dicapai oleh pembelajar dan terhadap proses belajar mengajar mengandung
penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh
keduanya dapat dinilai baik. Bloom telah menerapkan dua bentuk evaluasi yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah penggunaan
tes-tes selama proses relajar mengajar masih berlangsung, sehingga diperoleh
feedback mengenai kemajuan yang telah tercapai. Sedang yang dimaksud evaluasi
sumatif yaitu penggunaan tes-tes pada akhir statu periode pengajaran tertentu,
yang meliputi beberapa unit pelajaran atau semua unit pelajaran yang diajarkan
dalam satu semester, bahkan mungkin pada saat satu bidang studi selesai
dipelajari.
Fungsi evaluasi belajar adalah untuk menimbulkan motivasi pada siswa,
(48)
pengajar, memberi informasi pada orang tua, memperoleh informasi tentang
kelulusan, mempertanggungjawabkan suatu program studi.
Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan ujian tertulis, lesan, kusi,
praktik, maupun presentasi hasil dari penugasan. Hasil dari kegiatan evaluasi
berapa nilai yang dinyatakan dalam Indek Prestasi (IP) , dengan rumus :
Indek Prestasi (IP) =
Kl Nl x Kl
Rumus 2.1.
Keterangan :
K : Jumlah SKS Mata Kuliah yang diambil
N : Nilai masing-masing mata kuliah
I : Indek
(Pedoman Evaluasi Program D III Keperawatan, 2000)
Indek Prestasi Ujian Akhir Program adalah angka yang menunjukkan
prestasi belajar mahasiswa yang dihitung berdasarkan nilai ujian akhir program,
(49)
Tabel 1. Konversi Nilai NILAI
ABSOLUT NILAI MUTU
NILAI
LAMBANG PRESTASI
86-100 4,00
83-85 3,75-3,99
79-82 3,51-3,74
A Sangat Baik
75-78 3,25-3,50 71-74 3,00-3,24 68-70 2,75-2,99 B Baik 4-67 2,50-2,74 60-63 2,25-2,49 56-59 2,00-2,24 C Cukup 52-55 1,75-1,99 48-51 1,50-1,74 44-47 1,25-1,49 41-42 1,00-1,24 D Kurang 31-40 0,75-0,99 21-30 0,50-0,74 11-20 0,25-0,49 0-10 0,00-0,24 E Kurang
(Pusdiknakes, Depkes RI, 2001)
e. Akademi Perawatan (Akper)
1) Tujuan Pendidikan
Menghasilkan perawat profesional pemula yang kompeten dalam :
a) Melaksanakan pelayanan keperawatan
b) Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola
asuhan keperawatan
c) Berperan serta dalam kegiatan penelitian
d) Berperan serta aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian
hidup sehat
e) Memelihara diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan secara
(50)
f) Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan
etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya
g) Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang efektif, produktif, terbuka,
menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan perannya.
(Kurikulum Pendidikan D III Keperawatan, 2006).
2) Kurikulum Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan pada program Pendidikan Diploma III Keperawatan
mempergunakan kurikulum Nasional yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional dengan surat Keputusan Nomor 239/U/1999 tanggal 4 Oktober 1999.
Kurikulum disusun berlandaskan pada Visi, Misi dari Pendidikan Diploma III
Keperawatan, Falsafah keperawatan yang mencakup konsep manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan serta berorientasi pada kaidah-kaidah pendidikan
tinggi nasional, organisasi kurikulum yang mengarahkan jalannya program
pendidikan, tujuan program pendidikan dan tujuan institusi.
3) Pedoman Implementasi
a) Beban dan Lama Studi
Berdasar Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor :
232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor : 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi. Program Pendidikan Diploma III Keperawatan memiliki lama studi 6
(51)
inti sebesar 96 SKS dan muatan pelengkap dapat dikembangkan sebesar 14-24
SKS. Kurikulum inti terdiri dari teori 42 SKS (44%) , praktikum dan klinik 56
SKS (56%). Kurikulum Institusional dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas institusi yang bersangkutan.
b) Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar meliputi teori (T) , praktikum (P) dan Klinik (K) atau
lapangan (L) Satuan Kredit Semester (SKS) adalah takaran penghargaan terhadap
pengalaman belajar yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan
terjadwal perminggu sebanyak 1 (satu) jam perkuliahan atau 2 (dua) jam
praktikum atau 4 (empat) jam kerja klinik/lapangan.
Kegiatan praktikum dilaksanakan di laboratorium kelas atau klinik dengan
menggunakan metode stimulasi, demonstrasi, role play dan bedside teaching.
Kegiatan pembelajaran klinik atau lapangan dilaksanakan langsung dilahan
praktek dengan berbagai metoda yang sesuai, misalnya bedside teaching,
conference (konferensi) dan nursing round (rende keperawatan). Pengalaman
belajar praktikum merupakan prasarat pengalaman belajar klinik, dimana
mahasiswa melaksanakan praktek di laboratorium terlebih dahulu di bawah
bimbingan dosen untuk selanjutnya belajar klinik dibawah bimbingan instruktur
klinik dan dosen.
c) Lahan Praktek
Lahan praktek yang digunakan harus mendukung pencapaian kompetensi
(52)
mendukung dan memiliki instruktur klinik yang memenuhi kriteria. Lahan praktek
meliputi rumah sakit umum kelas A, B dan C, rumah sakit khusus, Puskesmas,
kelompok khusus, misal anak sekolah disekolah, pekerja industri lansia dipanti
wredha atau panti asuhan.
d) Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan guna menilai sejauh mana
kompetensi yang telah dicapai atau dikuasai oleh mahasiswa sebagai hasil belajar
yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari Satriap mata kuliah dan penilaian
pencapaian kompetensi. Evaluasi hasil belajar dari Satriap mata kuliah mencakup
evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi pencapaian kompetensi dilakukan setelah
kegiatan belajar dilaksanakan untuk kompetensi yang diharapkan.
Evaluasi pencapaian kompetensi menggunakan Pedoman Penilaian
Pencapaian Kompetensi yang sesuai. Model penilaian kompetensi yang digunakan
antara lain :
(1) OSCE (Objective Structure Competencies Evaluation) atau OSCA
(Objective Structure Competency Assesment)
OSCE adalah suatu penilaian yang terstruktur dari kompetensi yang telah
dikuasai oleh mahasiswa, terutama untuk evaluasi formatif. Instrumen
yang digunakan mampu mengevaluasi kompetensi kognitif, perilaku dan
psikomotor secara serentak terdiri dari stasi prosedur yaitu evaluasi
ketrampilan & perilaku dan stasi pertanyaan/ interpretasi yaitu evaluasi
pengetahuan. Ketrampilan yang diuji dengan menggunakan OSCA antara
(53)
(a) Anamnesa.
(b) Pemeriksaan fisik.
(c) Identifikasi problem.
(d) Formulasi pemeriksaan lanjutan.
(e) Interpretasi hasil pemeriksaan.
(f) Merencanakan pengelolaan pasien.
(g) Mendemonstrasikan prosedur tindakan
(h) Ketrampilan komunikasi
(i) Kemampuan memberikan pendidikan kesehatan
Materi soal Uji Kompetensi Perawat dengan OSCA meliputi beberapa
aspek yaitu aspek legal yang terdiri dari perawat teregistrasi dan
akuntabilitas, etis yang terdiri dari menghormati hak – hak pasien
sebagai manusia dan sebagai kosumen, dan manajemen asuhan
keperawatan yang terdiri dari proses keperawatan dan berfikir kritis
analitik (PPNI, 2007). Contoh evaluasi dengan menggunakan metode
OSCA disajikan dalam lampiran 12.
(2) CPX (Clinical Practice Examination)
CPX adalah metoda penilaian untuk mengukur pengetahuan ketrampilan
dan pengelolaan kasus yang dipresentasikan dan digunakan untuk evaluasi
sumatif. Berbeda dengan OSCA, CPX menekankan pada penilaian
ketrampilan perawat. Penilaian CPX meliputi 5 bidang yang terdiri cara
membangun hubungan dengan pasien, komunikasi, anamnesa,
(54)
pengetahuan dan ketrampilan, sedangkan CPX ditekankan pada
ketrampilan saja dalam bentuk praktek pemeriksaan dan evaluasi pada satu
orang pasien. Contoh evaluasi dengan menggunakan metode OSCA
disajikan dalam lampiran 13.
e) Yudisium
Yudisium adalah penetapan kelulusan akhir studi mahasiswa pada program
Diploma III Keperawatan. Predikat kelulusan terdiri dari 3 (tiga) tingkat, yaitu :
memuaskan, sangat memuaskan dan dengan pujian Indeks Prestasi Komulatif
(IPK) sebagai dasar penentuan predikat kelulusan seperti pada tabel 2.
4) Struktur Program
Tabel 2. Sebaran Mata Kuliah
Semester 1
Kode MK Mata Kuliah Bobot
SKS T P K
WAT 1.01 Agama 2 1 1
-WAT 1.02 Kewarganegaraan 2 2 -
-WAT 1.03 Bahasa Indonesia 2 1 1
-WAT 2.04 Anatomi Fisiologi 2 1 1
-WAT 2.05 Fisika dan Biologi 2 1 1
-WAT 2.06 Psikologi 2 1 1
-WAT 2.07 Ilmu Gizi 2 2 -
-WAT 4.01 Konsep Dasar Keperawatan
(KDK) 2 1 1
-WAT 4.02 Konsep Dasar Manusia 1
(KDM 1) 4 2 2
(55)
Semester II
Kode MK Mata Kuliah Bobot
SKS T P K
WAT 4.08 Komunikasi dalam
Keperawatan 2 1 1
-WAT 2.05 Mikrobiologi dan
Parasitologi 2 2 -
-WAT 4.04 Etika Keperawatan 2 1 1
-WAT 2.06 Farmakologi 2 1 1
-WAT 2.07 Biokimia 2 1 1
-WAT 5.02 Sosiologi 2 1 1
-WAT 4.02 Konsep Dasar Manusia II
(KDM II) 4 2 2
-WAT 4.01 Konsep Dasar Keperawatan
(KDK) 2 1 1
-Jumlah Kredit Semester 18 9 9
-B. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Herpratiwi (2006) disimpulkan bahwa
motivasi belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar dengan kuat
pengaruh sebesar 27,86%. Sedangkan menurut Orenuga (2006) tentang
karakteristik dan motivasi belajar mahasiswa kedokteran gigi Universitas
Neigeria, menyebutkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh minat dan
motivasi dalam pemilihan jenis karir yang dapat diperoleh dari pemilihan kurusan.
Sementara ituKilborn yang melakukan studi tentang pengaruh minat, motivasi,
dan fasilitas sekolah terhadap minat belajar siswa tentang ilmu pengetahuan pasti
menunjukkan hasil bahwa pengaruh yang terkuat dari 3 faktor yang diteliti adalah
(56)
C. Kerangka Berpikir
1. Kontribusi minat terhadap prestasi belajar
Minat adalah ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu sehingga ada
kecenderungan jiwa terhadap keinginan, seperti halnya seorang yang berminat
masuk pendidikan keperawatan. Beberapa faktor yang dapat membangkitkan
minat seseorang antara lain : membangkitkan adanya suatu kebutuhan,
menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dan menggunakan berbagai
macam bentuk mengajar. Minat akan mendorong seseorang untuk melakukan
aktifitas sesuai dengan kebutuhannya, misal seseorang mahasiswa akan tergerak
untuk aktif belajar sehingga dapat memperoleh hasil atau prestasi seperti yang
diharapkan. Minat yang tinggi terhadap pilihan jurusan pendidikan maka akan
timbul semangat yang tinggi untuk memfasilitasi dalam rangka meraih prestasi,
sebaliknya minat yang rendah akan menimbulkan ketidak tertarikan dalam
belajarnya sehingga tidak ada upaya untuk meraih prestasi.
2. Kontribusi motivasi terhadap prestasi belajar
Seperti halnya minat, motivasi belajara seseorang yang tinggi merupakan
motor penggerak untuk melakukan aktifitas belajara dan selalu berusaha untuk
mencapai hasil seperti apa yang diinginkan atau cita-citakan. Misal seorang
mahasiswa dengan motivasi yang tinggi untuk menjadi perawat maka akan
termotivasi untuk belajar sehingga akan memperoleh hasil belajar atau prestasi
(57)
dengan prestasi belajar, timbul dugaan bahwa penyebab prestasi belajar yang
rendah dikalangan mahasiswa adalah kurangnya motivasi dalam menjalankan
kegiatan belajarny. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agnes Maria (2005)
menunjukkan bahwa setelah mengendalikan faktor intelegensi dan motivasi
intrinsik diperoleh hasil ada pengaruh yang signifikan dari keempat komponen
motivasi belajar ekstrinsik prestasi belajara dengan R2 sebesar 26,5%.
3. Kontribusi minat dan motivasi terhadap prestasi belajar
Minat dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar sehingga seseorang merasa senang dan terpanggil untuk
meningkatkan mutu pembelajaran, karena faktor-faktor tersebut lebih berpengaruh
untuk mewujudkan aktifitas untuk mencapai suatu tujuan terutama dalam meraih
prestasi belajar secara optimal. Sebuah hasil peneliitian faktor-faktor penentu
tinggi rendahnya prestasi belajar yang dilakukan oleh Herpratiwi (2006) dari hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa aspek motivasi belajar terhadap pelajaran
sebesar 27,86% dan aspek minat dilihat dari komponen perhatian dari siswa
24,15%, bila dibanding dengan aspek-aspek yang lain seperti ketertarikan dengan
materi pelajaran, keyakinan dan kepercayaan diri siswa.
Minat dan motivasi yang tinggi akan semakin menguatkan atau
meneguhkan seseorang atau individu untuk melakukan atau berbuat dalam
mencapai apa yang diinginkan, sehingga seorang mahasiswa dengan minat dan
motivasi yang tinggi akan jauh lebih semangat untuk selalu berusaha atau belajar
(58)
seseorang yang tidak ada minat maka akan menujrunkan semangat sehingga tidak
ada dorongan atau motivasi untuk berusaha kearah pencapaian suatu hasil yang
baik. Seperti pendapat Sardiman AM. (2006) bahwa proses belajara itu akan
berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Dari uraian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa minat akan mempengaruhi motivasi belajar, semakin tinggi
motivasi akan semakin baik hasil atau prestasi belajarnya, begitu juga sebaliknya
semakin rendah minat maka motivasi akan menurun sehingga mempengaruhi hasil
atau prestasi belajar yang rendah pula.
Selain kedua faktor minat (X1) dan motivasi(X2) tersebut diatas prestasi
belajar dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kecerdasan, bakat,
konsentrasi, kemampuan kognitif, reaksi, organisasi dan ulangan, sosial, ekonomi
dan lingkungan proses belajar mengajar. Dari berbagai faktor tersebut diatas
peneliti hanya mengambil atau meneliti minat dam motivasi saja sedang faktor
(59)
Gambar 1. Kerangka berpikir kontribusi minat dan motivasi terhadap prestasi belajar pada Mahasiswa Prodi D III Keperawatan Satria Bhakti Nganjuk
D. Hipotesis
1. Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara minat terhadap prestasi
belajar
2. Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara motivasi terhadap
prestasi belajar
3. Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan secara bersama antara minat
dan motivasi terhadap prestasi belajar.
Minat Motivasi belajar
1.Membangkitkan adanya suatu keinginan-keinginan
2. Adanya ketertarikan 3. Adanya dasar minat dan persoalan pengalaman yang
lampau 4. Adanya
informasi-informasi
5. Adanya interaksi dengan lingkungan
6. Adanya kebutuhan
1. Pengetahuan 2. Kebutuhan 3. Kemampuan
4. Kesenangan 5. Pelaksanaan kegiatan
belajar 6. Hasil belajar 7. Kepuasaan hasil belajar 8. Karakteristik pribadi dan
lingkungan
(60)
43
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Prodi D III Keperawatan STIKes Satria Bhakti
Nganjuk.
2. Waktu
Penelitian dilakukan mulai bulan Juni sampai Nopember 2008. (Jadwal
terlampir)
B. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian
korelasional. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variable. Peneliti
dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji
berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2008:82). Penelitian ini mecoba menggali
data mengenai minat dan motivasi terhadap prestasi belajar, selanjutnya di
identifikasi apakah variable yang satu berhubungan dengan yang lain, kemudian
(1)
74 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Minat memiliki kontribusi positif terhadap prestasi belajar yang berarti semakin tinggi minat mahasiswa maka semakin tinggi pula nilai prestasi belajar yang dicapai. Besarnya kontribusi minat terhadap prestasi belajar adalah sebesar 44,4% dari seluruh kontribusi yang diberikan oleh minat dan motivasi. Hal ini berarti kontribusi minat terhadap prestasi belajar tidak terlalu besar.
2. Motivasi memiliki kontribusi positif terhadap prestasi belajar yang berarti semakin tinggi motivasi mahasiswa maka semakin tinggi pula nilai prestasi belajar yang dicapai. Besarnya kontribusi motivasi terhadap prestasi belajar adalah sebesar 43,4% dari seluruh kontribusi yang diberikan oleh minat dan motivasi. Hal ini berarti kontribusi motivasi terhadap prestasi belajar tidak terlalu besar.
3. Secara bersama-sama minat dan motivasi memiliki kontribusi positif terhadap prestasi belajar, yaitu semakin tinggi minat dan motivasi mahasiswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai. Besarnya kontribusi yang diberikan oleh minat dan motivasi terhadap prestasi belajar adalah 55,8%.
(2)
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Minat memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar. prestasi belajar adalah indikator keberhasilan belajar seorang mahasiswa, sehingga untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sebuah institusi pendidikan tinggi maka dalam proses seleksi tidak hanya berdasarkan pada prestasi akademis akan tetapi juga perlu mempertimbangkan minat mahasiswa. 2. Motivasi memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar, yang
berarti untuk meningkatkan prestasi belajar diperlukan upaya pemberian motivasi kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa meningkat motivasinya dan dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
3. Minat dan motivasi secara bersama-sama memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar. Kondisi ini berarti untuk meningkatkan prestasi belajar perlu dilakukan upaya yang dapat meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa, mengingat faktor tertinggi minat dan motivasi adalah sama yaitu permasalahan kebutuhan maka jalan yang dapat ditempuh oleh pihak institusi pendidikan adalah bekerja sama dengan perusahaan atau rumah sakit untuk menampung mahasiswanya yang berprestasi (dengan kata lain memiliki prestasi belajar yang tinggi).
(3)
76
C. Saran
1. Bagi pihak manajemen STIKes Satria Bhakti Nganjuk
Disarankan dalam melakukan seleksi masuk mahasiswa tidak hanya berdasarkan prestasi akademis tetapi juga mempertimbangkan minat calon mahasiswa. Untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Prodi DIII Keperawatan disarankan untuk bekerja sama dengan rumah sakit atau perusahaan yang dapat menerima alumninya yang berprestasi sebagai karyawan
2. Bagi Dosen STIKes Satria Bhakti
Disarankan untuk menerapkan pola pembelajaran teamtik dan aplikatif dan didukung oleh media visual yang menarik sehingga dapat menumbuhkan minat mahasiswa dalam pembelajaran.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk
Disarankan untuk meningkatkan fasilitas yang dimiliki oleh STIKes Satria Bhakti terutama peralatan audio visual dalam kelas-kelas pembelajaran.
(4)
77
Anastasi, Jenny. 1994. An exploratory study of the concerns of mature access to nursing students and the coping strategies used to manage these adverse experiences. Nurse Education Today, Volume 25, Issue 7. Elseiver Spanish.
Atkinson, Rita L. 1993, Pengantar Psikologi, Edisi kedelapan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Beck, Robert C., 1990, Motivation (Theories and Principles). Englewood Cliffs, New Jersey
Crowl TK., Sally, Podell. 1997. Educational psychology. New York : Blackwell Synergy.
Dimyati, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Elliot, Andrew J. and Thrash, Todd M. 2000. Approach-Avoidance Motivation in Personality: Approach and Avoidance Temperaments and Goals. Journal Of Personality And Social Psychology. Bronx New York. Franken, JMKL. 1982. Motivating Humans: Goals, Emotions, and Personal
Agency Beliefs. New York : SAGE.
Haris Mudjiman. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta : UNS.
Klein, SB. , Learning: Principles and applications. New York : McGraw-Hill Publishing Company.
Maltby, Gage, Berliner. 1995. Educational psychology : an Australian and New Zealand perspective. Brisbane : John Wiley.
Martin, Beacon. 2002. Clinical Performance Examination (CPX), a practical test of basic clinical & professional skills. University of North Carolina at Chapel Hill School of Medicine Journal Vol. 11 2005. Chapel Hill USA..
Maslow, Abraham H. 1970, Motivation and Personality.,second edition. Harper and Row Publishers : New York
(5)
78
McDonald, Gage. 1984. Mid-Tertiary unconformities in north Otago—a review and assessment . Journal of the Royal Society of New Zealand. Wellington NZ.
Mochamad Handoko. 1992, Motivasi Daya Penggerak Tingkah laku. Cetakan pertama. Yogyakarta : kanisius
Mudjiman H, 2006, Belajar Mandiri (Self – Motivation Learning). Cetakan 1. Surakarta : LPP UNS dan UNS Press
Ritandiyono Mukodim Sita. 2004. Peranan Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar. @ http:// WWW.google.com [9/5/2008]
Neoleka A. 1986, Pengantar Penelitian Pendidikan. Jakarta : Takindo Utama Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Oemar Hamalik. 1992, Psikologi belajar dan Mengajar. Cetakan Pertama. Bandung : sinar baru
Petri, Herbert L, 1996, Motivation (Theory, research, and Applications). Fourth Edition. Cole Publishing Company : New York
PPNI. 2007. Pedoman Uji Kompetensi Perawat. Jakarta.
Purwodarminto. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Pusdiknakes. 1994, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan D III keperawatan.
Jakarta
---. 2000. Pedoman Evaluasi Program D III Keperawatan. Jakarta. ---. 2000. Petunjuk Pelaksanaan Sipensimaru. Jakarta
---. 2006. Kurikulum Pendidikan Diploma III Keperawatan. Jakarta Sahlan, Asnawi. 2002. Teori Motivasi, dalam Pendekatan Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta: Studia Press.
Sardiman. 1996, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa
---. 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa
(6)
Sarono, Timothius. 1989. Motivasi Belajar. Jakarta : Grafika Media.
Seifert, R., Sibley, T. 2005. , United They Stood: The Story of the UK Firefighters' Dispute 2002. Journal of Education Policy, Vol. 15. London.
Setyowati, 1997, Peningkatan Motivasi Kemampuan Kerja dan Budaya Kerja. Pelatihan manajeman keperawatan. Jakarta : FIK.UI
Slamento. 2003, Belajar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sudjana. 2002, Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. 1999, Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
Sunarjo D. 1990, Penelitian Pendidikan dan Bimbingan. Surakarta : FKIP.UMS Suharsimi Arikunto. 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta
The Liang Gie. 1983. Buku Cara belajar yang efisien. Yogyakarta : Akademi Kepengarangan.
Thoufik Hidayat, 1989, Masalah belajar dan Bimbingan. Edisi 1, Surakarta : Depdikbud. RI UNS
Thulus, H., Soetarno. 1989. Manajemen sumber daya manusia : buku panduan. Jakarta : ATIK
Winardi. 2001. Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Winkel, W.S. 1996, Psikologi Pengajaran. Cetakan kelima. Jakarta : PT.