Pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia Tahun 2008 - 2012

(1)

PENGARUH MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN

OPINI AUDIT GOING CONCERN

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2012)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Ropikoh Susanti Nasution NIM: 109082000020

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Ropikoh Susanti Nasution

2. Tempat Tanggal Lahir : Padang Sidempuan, 11 November 1990

3. Alamat : Jln. H. Naba III RT 02 / 09 No 17 kel. Karang timur kec. Karang tengah , Ciledug-Tangerang 4. Telepon : 085695097550

5. Email : rofiqohsusanti@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN Peninggilan 5 Tahun 1997-2003 2. Mts Jamiyyah Islamiyyah Tahun 2003-2006 3. SMA Negeri 12 Tangerang Tahun 2006-2009 4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2014

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Divisi konsumsi Dekorasi dan Dokumentasi pada Program Pengenalan Studi (ProPeSa) 2010


(7)

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK yang diselenggarakan BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009. 2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”, 20 Mei 2010. 3. Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI, 4 Mei

2012.

4. “Auditing Days” yang diselenggarakan HMJ Akuntansi, 6-7 November 2012.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Abdul Cholil Nasution

2. Tempat Tgl Lahir : Padang Sidempuan, 05 juni 1965 3. Ibu : Agustina Gultom

4. Alamat : Jln. H. Naba III RT 02 / 09 No 17 kel. Karang timur kec. Karang tengah, Ciledug – Banten 5. Telepon : 081390345921


(8)

ABSTRACT

The Effects of Bankruptcy Prediction Model, Company’s Growth and Debt Default on The Acceptance of Going Concern Audit Opinion

This research purposes to check the effects of effects of bankruptcy prediction model, company’s growth and debt default on the acceptance of going concern audit opinion. This research used sample of manufacturing industry which is listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2012 period. The number of manufacturing industries that were became in this study were 15 companies with 5 year observation. Based on method purposive sampling, research sample total is 75 financial statements. Data analysis in this study used binary logistic regression analysis.

The result showed that bankruptcy prediction model variables have significant potitive by 0,006 < 0,05 effect on the acceptance of going concern audit opinion, debt default variables have significant positive by 0,001 < 0,05 effect on the acceptance of going concern audit opinion, while campany’s growth no significant by 0,820 > 0,05 effect on the acceptance of going concern audit opinion.

Keyword : bankruptcy prediction model, company’s growth, debt default, going concern audit opinion.


(9)

ABSTRAK

Pengaruh Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan Debt Default terhadap Penerimaan opini audit Going Concern

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default terhadap penerimaan opini going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 15 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 75 laporan keuangan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik biner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel model prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan sebesar 0,006 < 0,05 terhadap penerimaan opini audit going concern, debt default berpengaruh signifikan sebesar 0,001 < 0,05 terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan sebesar 0,820 > 0,05 terhadap penerimaan opini audit going concern.

Kata Kunci : model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, debt default, opini audit going concern.


(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugerah, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Ayahanda Abdul Cholil Nasution dan Ibunda Agustina Gultom, juga Adikku tersayang Ridwan dan Intan yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju hanya untuk ananda, semoga semakin hari ananda semakin mampu membuat bangga ayah dan ibunda.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Rini, M.Si., C.A selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen Pembimbing Skiripsi 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Ibu berikan selama ini.


(11)

4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Reskino, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.

6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 7. Sahabat-sahabat terbaik di Akuntansi A 2009, khususnya Rizka, Tri, Ai, kiki,

Efi, Vivi, Mawar, yang pernah tergabung dalam genk of shinethink.

8. Seluruh sahabat di jurusan Akuntansi Angkatan 2009, kelas A sampai dengan E.

9. Seluruh sahabat di Fakultas Ekonomi, jurusan Manajemen dan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.

10. Seluruh sahabat terbaik di Kuliah Kerja Nyata Esoclean UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Seluruh sahabat SMA Dicki, Eis, Nurul, Fajar, Ryan, Muslim, atas dukungan, doa dan semangat selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Agustus 2014


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11


(13)

2. Definisi Audit ... 12

3. Tujuan Audit ... 13

4. Jenis Audit ... 14

5. Standar Audit ... 15

6. Kebangkrutan ... 17

7. Model Kebangkrutan ... 18

8. Pertumbuhan Perusahaan ... 23

9. Debt Default ... 25

10.Opini Audit ... 27

11.Jenis-jenis Opini Audit ... 28

12.Going Concern ... 31

13.Opini Audit Going Concern ... 32

14.Manfaat Informasi Going Concern ... 33

15.Tanggung Jawab Auditor Terhadap Going Concern ... 34

B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 38

C. Kerangka Pemikiran ... 45

D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 49

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 49

B. Metode Penentuan Sampel ... 49

C. Metode Pengumpulan Data ... 50

D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis ... 51


(14)

2. Regresi Logistik ... 52

3. Menguji Keseluruhan Model (overall model fit) ... 52

4. Koefisien Determinasi (nagelkerke R Squere) ... 53

5. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 53

6. Matriks Klasifikasi ... 54

7. Model Regresi Logistik yang Terbentuk ... 54

E. Operasional Variabel Penelitian ... 55

1. Variabel Tidak Terikat ... 55

a. Model Prediksi Kebangkrutan ... 55

b. Pertumbuhan Perusahaan ... 58

c. Debt Default ... 59

2. Variabel Terikat ... 59

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 60

2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 62

B. Hasil Uji Analisis Data penelitian ... 63

1. Analisis Deskriptif ... 64

2. Hasil Uji Hipotesis ... 65

a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 65

3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Negelkerke R Square) ... 67

4. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 67


(15)

6. Hasil Uji Regresi Logistik ... 69

C. Pembahasan ... 70

BAB V PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Implikasi ... 76

C. saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan

2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 38

4.1 Tahapan Seleksi Sampel Dengan Kriteria... 61

4.2 Sampel Penelitian ... 62

4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha ... 63

4.4 Statistik Deskriptif ... 64

4.5 Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model fit) ... 65

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ... 67

4.8 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 67

4.9 Hasil Matriks Klasifikasi... 68

4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 69

4.11 Ringkasan Hasil Hipotesis ... 71 Halaman


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belum lama ini bisnis diguncang dengan sebuah krisis keuangan yang cukup besar. Krisis keuangan global akan berpengaruh terhadap krisis keuangan suatu negara. Apabila suatu negara terjadi krisis, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan perusahaan di negara tersebut. Kemerosotan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan tersebut. Hal ini akan membawa dampak buruk terhadap kelangsungan hidup entitas bisnis tersebut. Informasi mengenai kondisi perusahaan, dalam hal mengenai kelangsungan hidup entitas bisnis merupakan suatu informasi yang diperlukan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan masih layak untuk beroperasi atau tidak dalam waktu yang tidak terbatas. Hal itu berarti kelangsungan hidup perusahaan merupakan pertimbangan bagi para investor untuk mengambil keputusan apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. Kondisi keungan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan (Kurniati, 2012).

Laporan keuangan merupakan salah satu sarana yang fundamental bagi emiten dalam mengkomunikasikan kinerja kepada pihak luar, terutama investor. Penilaian investor terhadap laporan keuangan emiten akan menentukan pengambilan kebijakan investasi (Akiko, 2013). Dan laporan keuangan yang disusun oleh manajemen pun tidak lepas dari adanya


(19)

kepentingan beberapa pihak. Contohnya adalah manajemen perusahaan itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan principal dengan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan principal. Auditor adalah pihak ketiga yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal dengan pihak manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan.

Auditor bertugas untuk memberikan pendapat atau opini atas tingkat kewajaran laporan keuangan yang sudah dibuat oleh manajemen perusahaan. Informasi yang diperoleh dan diolah lalu diterbitkan oleh auditor dalam bentuk opini audit menjadi sumber informasi baik oleh prinsipal maupun oleh investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Jenis-jenis pendapat auditor (opini audit) adalah pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar dan tidak memberi pendapat. Auditor dalam memberikan opini bukanlah hal yang mudah (Kurniati, 2012). Apalagi jika terdapat kesangsian terhadap kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Auditor harus mempunyai keberanian dalam mengeluarkan opini going concern , karena akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat. Perusahaan yang mendapat opini going concern cenderung akan cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasi.


(20)

Sektor industri yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah industri manufaktur. Pada akhir tahun 2007, krisis ekonomi yang terjadi masih menyisakan sedikit permasalahan yang membuat pertumbuhan sektor ini bergerak lambat permasalahan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal dipengaruhi oleh iklim usaha yang belum kondusif, penguasaan teknologi yang masih lemah, dan kualitas sumber daya manusia masih belum memadai, sedangkan faktor eksternal muncul dari para pesaing di pasar internasional yang menawarkan produk sejenis.

Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi selayaknya berusaha untuk memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka meningkatkan daya saing, baik di pasar domestik maupun di pasar global.

Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini (audit failures) yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern (Mayangsari, 2003). Beberapa penyebabnya antara lain; pertama, masalah self- fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti, 2007). Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah.


(21)

Masalah kedua yang menyebabkan kegagalan audit (audit failures) adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Dyah, 2011). Meskipun sudah ada panduan yang jelas mengenai pemberian opini going concern, pada kenyataannya auditor sangat susah dalam memberikan opini going concern (Dyah, 2011).

Beberapa hal yang memicu masalah going concern pada tahun tersebut umumnya adalah perusahaan-perusahaan memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah besarnya yang segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang signifikan, kerugian keuangan (financial losses) yang disebabkan karena kerugian nilai tukar, menanggung beban keuangan, kerugian operasional dan tidak adanya action yang dijelaskan dari pihak manajemen.

Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Sektor perusahaan yang diragukan kelangsungan usahanya, cenderung akan diberikan opini audit going concern oleh auditor. Namun, ketetapan pemberian opini tersebut tentu harus diuji apakah perusahaan tersebut memang layak menerima opini audit going concern, atau sebaliknya auditor gagal memprediksi kelangsungan usaha perusahaan klien yang ternyata benar-benar berpotensi untuk bangkrut.

Munculnya kasus perusahaan yang bangkrut dalam bisnis sering dikaitkan dengan kegagalan auditor. Bangkrutnya perusahaan energi Enron


(22)

merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan bisnis di Amerika. Hal ini terjadi karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor eksternal. Arthur Andersaden dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark-up pendapat dan menyembunyikan hutang lewat business partnership. Akhirnya KAP Andersen ditutup disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum, (uwi, 2009).

Kasus Enron, Worldcom, Xerox, Merck dan sebagainya sangat memukul profesi akuntan publik. Hal ini dapat dipahami karena auditor merupakan pihak yang paling rentan tanggung jawabnya dalam menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan. Selain itu auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit.

Tidak hanya di Amerika, di Indonesia terjadi kasus yang hampir serupa. Kasus BLBI yang terungkap pada tahun 2000 merugikan negara lebih dari 138 triliyun rupiah. Selain itu masih ada lagi kasus Bank Global yang terungkap pada tahun 2004. (Supriyanto, 2008:1). Selanjutnya ada beberapa perusahaan yang berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dihapus pencatatan saham apabila Perusahaan Tercatat mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan (going concern) Terdapat


(23)

tujuh perusahaan yang telah di delisting pada tahun 2009 antara lain, PT Singer Indonesia Tbk (SING), PT Courts Indonesia Tbk (MACO), PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JASS), PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk (PROD), PT Tunas Alfin Tbk (TALF), PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK), PT Sekar Bumi Tbk (SKBM). Pada 2010 BEI tercatat tidak melakukan delisting, namun pada periode 2011-2013 terdapat 13 perusahaan yang kembali di delising yakni, PT New Century Development Tbk (PTRA), PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA), PT Dynaplast Tbk (DYNA), PT Anta Express Tour and Travel Sevice Tbk (ANTA), PT Alfa Retailindo Tbk (ALFA), PT Katarina Utama Tbk (RINA), PT Suryainti Permata Tbk (SIIP), PT Surya Intrindo Makmur Tbk (SIMM), PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk (SAIP), PT Indo Setu Bara Resaources Tbk (CPDW), PT Amsteloco Indonesia Tbk (INCF), PT Panasia Filamen Inti Tbk (PAFI) dan yang terakhir PT Panca Wirasakti Tbk (PWSI), (Nurfitriani, 2013).

Belkaoui (2006) dalam Kurniati, 2012 menyatakan going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dasar tersebut memberi gambaran bahwa suatu entitas diharapkan mempunyai kemampuan beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak mengalami likuiditas untuk waktu selanjutnya. Going concern merupakan konsep pokok dalam bidang akuntansi dan auditing.


(24)

Hasil penelitian oleh Kurniati (2012) bahwa opini audit going concern dipengaruhi oleh prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasikan bahwa hanya prediksi kebangkrutan yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan dan reputasi kantor akuntan publik (KAP) tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Penelitian yang dilakukan oleh Dyah dan Januarti (2011) bahwa opini audit going concern dipengaruhi oleh kualitas audit, debt default, opinion shopping. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasikan bahwa hanya debt default yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan kualitas audit dan opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2013) bahwa opini audit going concern dipengaruhi oleh prediksi kebangkrutan, leverage, audit sebelumnya, ukuran perusahaan. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasi bahwa prediksi kebangkrutan dan audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Berdasarkan uraian di atas, mengingat begitu besar pengaruh diberikannya opini audit going concern atas laporan keuangan auditee yaitu hilangnya kepercayaan publik terhadap manajemen perusahaan dalam


(25)

mengelola bisnisnya, serta minimnya penelitian mengenai opini audit going concern, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai opini audit going concern. Penelitian ini mengambil objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria. Periodesasi penelitian ini adalah tahun 2008 sampai dengan 2012. Peneliti mengambil judul; Pengaruh Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Kurniati (2012) mengenai prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan dan reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, variabel independen yang digunakan peneliti sebelumnya yaitu prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP. Sedangkan pada penelitian kali ini, peneliti menambahkan satu variabel independen yaitu debt default. Dan variabel dependennya sama-sama menggunakan penerimaan opini audit going concern.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan dimuka, maka rumusan penelitian ini adalah:


(26)

1. Apakah model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

2. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

3. Apakah faktor debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh model prediksi kebangkrutan terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

3. Untuk menganalisis pengaruh faktor debt deault terhadap penerimaan opini audit going concern.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:. 1. Bagi investor

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang ingin berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam berinvestasi. 2. Bagi auditor


(27)

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dimasa yang akan datang.

3. Ilmu auditing

Menambah literatur dan terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern.

4. Bagi pihak lain

Sebagai sambungan pemikiran, pengetahuan, dan informasi yang berguna dalam menyusun laporan keuangan dan dapat digunakan sebagi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

5. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan going concern.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Signalling Theory

Teori mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain dan informasi lainnya (Subraminiam, et al., 2009).

Signalling theory menyatakan bahwa perusahaan manufaktur yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Lianto, 2010).

Teori signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman. Perusahaan


(29)

yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan berita tersebut terhadap para investor (Lianto, 2010).

2. Definisi Audit

Menurut Arens dan Loebbecke (2010:4) bahwa auditing adalah: “Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi termasuk dengan kriteria-ktiteria yang telah ditetapkan”.

Boynton dan Johson (2006:6) menurut The Report of The Committee on Basic Auditing Concept of The American Accounting Association (Accounting Review, vol. 47) mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidnce regarding assertions about econonimic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the result to interested users”.

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:4) definisi auditing adalah: “Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and establishead criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”


(30)

Berdasarkan uraian definisi auditing tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang sistematis terhadap bukti-bukti yang terkait dengan kejadian-kejadian ekonomi bisnis yang tercatat dalam laporan keuangan auditee dengan mencapai derajat kesesuaian dan membandingkannya dengan standar dan kriteria yang ada dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengguna laporan keuangan. 3. Tujuan Audit

Standar professional Akuntan Publik (SPAP), PSA 02 (SA 110), (IAI, 2001:110) menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Sedangkan menurut Boynton et. Al. (2006:231) tujuan audit secara spesifik adalah asersi manajemen dimana asersi manajemen ini merupakan pedoman auditor untuk merencanakan pengumpulan bukti audit. Adapun lima asersi manajemen yang digariskan dalam Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) adalah sebagai berikut:

a. Keberadaan dan keterjadian (Existence and Occurance) b. Kelengkapan (Completeness)


(31)

d. Penilaian atau alokasi (Valuation or Allocation)

e. Penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure) 4. Jenis Audit

Menurut Boyton et. al. (2006:8-9) ada tiga jenis audit, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing. Penjelasan mengenai jenis-jenis audit tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Audit laporan keuangan

Audit laporan keuangan (financial audit) berkaitan dengan memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip akuntansi yang diterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Selain itu, logika audit yang dikembangkan untuk audit laporan keuangan merupakan dasar dimana auditor dapat mengembangkan lebih lanjut audit kepatuhan, audit operasional, serta sejumlah jasa dan assurance services.

b. Audit kepatuhan

Audit kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, dan peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan


(32)

dalam audit jenis ini berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dan program pension, serta pertentangan kepentingan.

c. Audit operasional

Audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Audit jenis ini terkadang disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Pada suatu perusahaan bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu departemen, cabang, atau divisi.

5. Standar Audit

Menurut (SPAP SA Seksi 150 : PSA No 1) dalam proses audit terdapat tiga standar yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan standar professionalnya, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Berikut adalah uraian mengenai ketiga standar tersebut:

a. Standar umum

1). Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2). Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.


(33)

3). Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar pekerjaan lapangan

1). Pekerja harus direncanakan sebaik-baiknya dan dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2). Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3). Bukti yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1). Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2). Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3). Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.


(34)

4). Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal mana auditor dikaikan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

6. Kebangkrutan

Kebangkrutan (bankruptcy) secara umum diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Matin (1995) dalam Wibisono, 2013 kebangkrutan adalah suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan dan didefinisikan dalam beberapa pengertian, yaitu:

a. Kegagalan ekonomi (economic distressed).

Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan sehingga perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapat atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada


(35)

biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut.

b. Kegagalan keuangan (financial distressed)

Kegagalan keuangan mempunyai makna kesulitan dana, baik dana dalam pengertian kas maupun dana dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset Liability Management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan adalah suatu kegagalan yang terjadi kepada sebuah perusahaan dan didefinisikan beberapa pengertian yaitu, kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan.

7. Model Prediksi Kebangkrutan

Kemampuan untuk memprediksi kebangkrutan sangatlah penting bagi berbagai pihak seperti kreditor, investor, regulator, dan auditor. Auditor, khususnya, saat gagal memprediksi kebangkrutan dapat dituntut secara hukum karena dianggap melakukan kegagalan audit (audit failure) (Anandaraja, et al, 2001) dalam Fachrozy 2007.

Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi-informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Fraser, 1995) dalam Kurniati 2012. Penelitian dibidang akuntansi dan keuangan telah berusaha menghasilkan beberapa model prediksi kebangkrutan, tetapi tidak semuanya dapat digunakan untuk


(36)

memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan. Model prediksi kebangkrutan yang lazim digunakan untuk perusahaan perbankan dan lembaga keuangan adalah model prediksi Altman. Metode yang dikenal dengan beberapa rasio dalam Z-Scorenya dan sering digunakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan, terbukti dapat juga diimplementasikan dalam memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi pada lembaga perbankan (Fachrozy, 2007).

Altman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima kategori, yaitu; iluiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar, dan aktivitas.

Z= 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 +0.6Z4 + 0.999Z5

Dimana:

Z1 = working capital / total asset Z2 = retained rearning/ total asset

Z3 = earning before interest and taxes / total asset Z4 = market capitalization / book value of debt Z5 = sales / total asset

Dari hasil analisi dengan metode Altman, akan diperoleh hasil berupa angka-angka atau nilai Z-score yang kemudian dapat menjelaskan kemungkinan kebangkrutan itu dapat terjadi pada sebuah perusahaan.


(37)

Nilai Z-score ini akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan yang dibagi dalam beberapa tingkatan atau kategori yaitu:

a. Nilai Z-score lebih kecil atau sama dengan 1,81 (Z-score ≤ 1,81) berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dengan risiko tinggi.

b. Nilai Z-score antara 1,81 sampai dengan 2,99 (1,81 ≤ Z-score ≤ 2,99) berarti perusahaan berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini perusahaan memiliki masalah keuangan yang harus ditangani dengan tepat oleh manajemen. Jika pengananya terlambat atau tidak tepat, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi, pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut da nada pula yang tidak. Tinggal bagaimana pihak manajemen dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah yang dialami perusahaan.

c. Nilai Z-score lebih dari 2,99 (Z- ≥ 2,99) menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi ( Adnan dan Taufiq, 2001) dalam Fachrozy, 2007.

Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan Altman merupakan penyesuaian agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public melaikan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan disektor swasta termasuk juga perusahaan


(38)

perbankan dan lembaga keuangan. Model yang lama mengalami perubahan pada salah satu variabel yang digunakan menjadi :

Z = 0.717Z1 + 0.874Z2 + 3.107Z3 +0.420Z4 + 0.998Z5

Dimana:

Z1 = working capital / total asset Z2 = retained earning / total asset

Z3 = earning before interest and taxes / total asset Z4 = book value of equity / book value of debt Z 5 = sales / total asset

Dengan formula Z-score tersebut daerah ambang batas berubah menjadi 2.90 dan 1.20. Artinya, perusahaan yang mempunyai skala Z diatas 2.90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor dibawah 1.20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensi bangkrut. Selanjutnya, skor antara 1.20 dan 2.90 tetap disebut sebagai grey are.

Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisis laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode altman ini dikelompokkan dalam tiga kelompok besar (Akiko, 2013) :

a. Rasio Likuiditas yang terdiri atas Z1

b. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Z2 dan Z3 c. Rasio Aktivitas yang terdiri dari Z4 dan Z5


(39)

1). Working Capital / Total Asest (Z1) atau Modal Kerja / Total Aktiva (Z1).

Modal kerja yang dimaksud dalam Z1 adalah selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio Z1 pada dasarnya adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut dapat negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.

2). Retained Earning / Total Asset (Z2) atau Laba Ditahan / Total Aktiva (Z2).

Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umunya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya. 3). Earning Before Interest and Tax / Total Asset (Z3) atau Laba Sebelum

Bunga dari Pajak / Total Aktiva (Z3).

Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan contributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indicator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah, piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa kuartal,


(40)

persediaan meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.

4). Market Value Equity / Book Value of Debt (Z4) atau Nilai Pasar dari Modal / Nilai Buku Utang (Z4).

Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang jangka panjang.

5). Sales / Total Asset (Z5) atau Penjualan Total Aktiva (Z5)

Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

8. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penilitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001) dalam Ulkri, 2013. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara,


(41)

misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja.

Menurut Ulkri (2013), pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang diatas rata-rata bagi suatu perusahan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat pertumbuhan diatas rata-rata dengan jalan meningkatkan pangsa pasar dari permintaan industri keseluruhan.

Perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Sales growh ratio atau rasio pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston & Copeland, 1992). Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan.

Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau tend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive.

Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.


(42)

Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasi bahwa auditee dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Penjualan yang terus meningkat dari tahun ketahun akan memberikan peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (GCAO).

Rasio pertumbuhan perusahaan digunakan untuk mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan. Data ini diperoleh dengan menghitung sales growh ratio berdasarkan laporan laba/rugi masing-masing auditee hasil pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio dengan rumus :

Pertumbuhan Perusahaan = penjualan bersiht - penjual besih t-1 Penjualan t-1

9. Debt Default

Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Dyah & Januarti 2007).

Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan tentunya banyak


(43)

kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default.

Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Dengan menambahkan variabel default hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukkan variabel-variabel rasio keuangan saja.

Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Dari 127 perusahaan yang menerima opini going concern pertama kalinya dari tahun 1983 sampai 1986, sebanyak 98 perusahaan dalam keadaan default atau dalam proses restrukturisasi kewajibab hutang mereka, tujuannya adalah untuk menghindari default selanjutnya. Sebaliknya, hanya satu dari 127 perusahaan didalam sampel kendali meliputi perusahaan-perusahaan yang setidaknya memiliki satu karakteristik perusahaan bermasalah (yaitu, modal kerja negatif, deficit dalam laba ditahan) dan menerima opini bersih.

Pada penelitian tersebut ditemukan hubungan yang kuat antara variabel default dengan keputusan opini going concern. Hasil temuannya juga


(44)

menyatakan bahwa kesulitan dalam mentaati persetujuan hutang, fakta-fakta pembayaran yang lalai atau pelanggan perjanjian, memperjelas masalah going concern suatu perusahaan. Dengan penelitian yang dilakukan Chen dan Church tersebut menjelaskan debt default atau status default pada hutang berpengaruh pada pemberian opini going concern oleh auditor.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa Debt default adalah kegagalan debitor (perusahaan ) untuk membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo.

10. Opini Audit

Dalam melakukan penugasan umum, auditor memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 1994, alinea 1).

Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.

Opini audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Laporan auditor harus memuat suatau pernyataan pendapat mengenai


(45)

laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dimaksud dalam standar pelaporan tersebut adalah meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan semua catatan kaki serta penjelasan dan tambahan informasi yang merupakan bagian tidak terpisah dalam penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam standar pelaporan yang ketiga tersebut diatas, auditor diharuskan menyampaikan kepada pemakai laporannya mengenai informasi penting yang menurut auditor perlu diungkapkan. Selain itu, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan sah tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan. Inilah yang menjadi alasan kenapa auditor diminta untuk mengevaluasi atas kelangsungan hidup perusahaan dalam batas waktu tertentu (IAI, 2001) dalam Amin, 2011.

Tujuan dalam standar pelaporan tersebut adalah untuk memungkinkan pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan menentukan seberapa jauh laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor dalam laporan audit dapat dipercaya. 11. Jenis-jenis Opini

Ada beberapa jenis opini yang dapat diberikan auditor eksternal, seperti berikut ini:

a. Unqualified opinion (pendapat wajar tanpa pengecualian) dalam opini ini, auditor eksternal menyatakan bahwa laporan keuangan secara


(46)

keseluruhan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan bebas dari salah saji material.

b. Unqualified opinion explanatory language (pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahan penjelasan) dalam opini ini, auditor eksternal menambahkan penjelasan dalam laporan audit, meskipu tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang menyatakan oleh auditor.

1). Pendapat wajar sebagaian didasarkan atas laporan auditor independen lain.

2). Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakni tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

3). Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam pengungkapan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.

4). Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh badan pengawasan pasar modal (Bapepam), namun tidak disajikan atau tidak di-review.

5). Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh dewan


(47)

tersebut, informasi tersebut atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut.

c. Qualified opinion (pendapat wajar dengan pengecualian) dalam opini ini, auditor eksternal menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

1). Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberi pendapat. 2). Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi

penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

d. Adverse opinion (pendapat tidak wajar) pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

e. Disclaimer of opinion (tidak memberikan pendapat) auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat apabila ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor


(48)

menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alas an substantif yang mendukung pernyataannya tersebut.

12. Going Concern

Going concern menurut Belkaoui (2006:271) adalah sebagai berikut: “suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan perbankan) dalam jangka waktu pendek”.

Berdasarkan SPAP (PSA 30 SA Seksi 341.1) menyatakan bahwa: “ going concern merupakan kelangsungan hidup entitas yang dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain”. Berdasarkan uraian diatas, going concern adalah kelangsungan hidup entitas yang dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan.


(49)

13. Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern merupakan suatu opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP;2011, dalam Sukrisno : 2009). Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan usahanya dalam jangka yang pantas. Dalam suatu audit, biasanya perusahaan diasumsikan sebagai perusahaan yang berkelanjutan (going concern) yang akan terus ada (IAI, 2009). Meskipun demikian, auditor mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi apakah dalam kenyataannya perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk terus melanjutkan usaha selama periode waktu layak, yaitu tidak melebihi satu tahun sesudah tanggal laporan keuangan yang telah di audit (IAI, 2001). Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko bahwa perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan liquidasi dimasa yang akan datang (Putri, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, opini audit going concern adalah opini audit yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersubut.


(50)

14. Manfaat Informasi Going Concern

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini:

a. Pemberi pinjaman (kreditor)

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberikan pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

b. Investor

Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawall mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

c. Pihak pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tangung jawab untuk mengawasi jalanya usaha tersebut (missal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tidakantindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.


(51)

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan melihat kemampuan going concern suatu perusahaan.

e. Manajemen

Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11% - 17% dari nilai perusahaan. Contohnya biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasehat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, missal dengan melakukan merger atau restruksi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

15. Tanggung Jawab Auditor terhadap Going Concern

Dalam penugasan umum, auditor ditugasi untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu satuan usaha. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (SPAP, 2001:410.2). berdasarkan pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa auditor memiliki tanggung jawab atas opini yang diberikannya terhadap laporan keungan suatu entitas yang mengacu pada aturan yang ada. Auditor harus


(52)

menilai hal-hal dibalik yang tampak tersebut seperti masalah eksistensi kontinuitas entitas. Sebab seluruh aktivitas atau transaksi yang telah dan akan terjadi secara implisit terkadang didalam laporan keuangan. Oleh karenanya, juga ikut untuk diaudit. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat meganggu kelangsungan hidup entitas. Inilah alasan mengapa auditor tirut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup entitas meskipun dalam batas waktu patas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor.

Seorang auditor harus memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan usaha (going concern) perusahaan, yaitu dengan membuat keputusan etis tentang laporan keungan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengmbilan keputusan etis seorang akuntan ketika menghadapi dilemma etika adalah:

a. Pengalaman kerja auditor

Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja, pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan penggunaan standar auditing

b. Komitmen professional

Komitmen professional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesinya. Definisi komitmen professional banyak digunakan dalam literature akuntansi adalah sebagai berikut :


(53)

1) Suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai-nilai di dalam organisasi profesinya,

2) Kemauan untuk memainkan peran tertentu atas nama organisasi profesi,

3) Gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi profesi. c. Orientasi Etika

Orientasi etika ( ethical orientation) berarti mengenal konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Orientasi etika menunjukkan pandangan yang diadopsi oleh masing-masing individu ketika menghadapi situasi masalah yang membutuhkan pemecahan dan penyelesaian etika atau dilema etika. Tujuan utama akuntansebagai sebuah profesi audit adalah juga termasuk menghindari kerugian yang diterima oleh pengguna laporan keuangan, sehingga seorang auditor yang memiliki orientasi etika idealis akan selalu merujuk kepada tujuan dan arahan yang ada pada standar profesionalnya.

d. Nilai Etika Organisasi

Nilai etika organisasi (corporate ethical value) adalah sebuah sistem nilai-nilai etis yang ada di dalam organisasi. Sistem nilai-nilai ini dihasilkan dari dalam maupun luar organisai. Nilai etika organisasi dapat digunakan untuk menetapkan dan sebagai patokan dalam menggambarkan apa-apa yang dikerjakan merupakan hal yang „baik‟ atau „etis‟ dan hal yang „tidak baik‟ atau „tidak etis‟ dalam organisasi.


(54)

Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu kepada Statement On Auditing Standard (SAS, 1998 Nomor 59), auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien akan bisa bertahan di masa yang akan datang. Pernyataan Standar Akuntansi (PSA Nomor 29) paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas (atau bahasa penjelas lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor.

IAI disamping menerbitkan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No.4, juga menerbitkan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) No.30.01 tentang “Laporan Auditor Independen tentang Dampak Memburuknya Kondisi Ekonomi Indonesia Terhadap Kelangsungan Hidup Entitas”. ITSA tersebut menganggap auditor perlu untuk mempertimbangkan tiga hal yaitu:

a. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya b. Pengungkapan peristiwa kemudian yang timbul sebagai akibat kondisi


(55)

c. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi tersebut berdampak pada kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya Walaupun auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai kelangsungan hidup entitas, namun auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang.

B. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai opini going concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti model prediksi kebangkrutan, leverage, pertumbuhan perusahaan dan debt default telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut telah banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi opini opini going concern. Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini going concern.


(56)

Tabel 2.1

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Pebedaan

1. Wiwik Kurniati (2012) Prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern Variabel Prediksi kebangkrutan dan pertumbuhan perusahaan. Alat pengujian yang digunakan analisis regresi logistik. Variabel Reputasi KAP. Populasi penelitian data keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 155

perusahaan untuk tiga periode (2008-2010).

Prediksi kebangkrutan yang diproksikan dengan Alman Z-Score berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan reputasi KAP tidak berpengaruh significan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern tidak harus melihat skaladari KAP tersebut. Jika perusahaan layak untuk mendapat opini going concern maka auditor tidak akan segan untuk

mengeluarkan opini audit going concern.


(57)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Pebedaan

2. Yashita Putri Alichia (2013) Pengaruh ukuran perusahaan, perumbuhan perusahaan, dan opini tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Studi empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI

Variabel Pertumbuhan perusahaan. Alat pengujian yang digunakan adalah analisis regresi logistik Variabel ukuran perusahaan dan opini audit tahun

sebelumnya. Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di BEJ yang bergerak dalam bidang manufaktur pada tahun (2009-2011).

Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil probabilita mendapatkan opini audit going concern, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan negative terhadap opini audit going concern, artinya perusahaan yang mengalami pertumbuhan

perusahaan yang negative maka tidak semakin besar probabilita mendapatkan opini audit going concern. Opini audit tahun

sebelumnya berpengaruh signifikan positif terhadap opini audit going concern, artinya perusahaan yang menerima opini audit tahun sebelumnya maka memiliki probabilitas semakin besar mendapatkan opini audit going concern.


(58)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Pebedaan

Sebelum kuartal ketiga, ukuran perusahaan dan jenis industri.

a. Dipengaruhi secara signifikan positif oleh struktur audit pos-pos luar biasa, kerugian, financial distress, opini going concern dan opini audit. Tidak dipengaruhi oleh

pergantian auditor selama atau setelah kuartal keempat, pendekatan audit terstruktur menengah, tahun tutup buku dan reputasi auditor.


(59)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Pebedaan

3. Mirna Dyah Praptitori ni dan Indira Januarti (2011) Analisis pengaruh kualitas audit, debt default, dan opinion shopping erhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel debt default. Alat pengujian yang digunakan analisis model regresil ogistik Variabel kualitas audit dan opinion shopping.

Dalam penelitian ini hanya variable debt default yang terbukti berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variable kualitas audit yang diproksi dengan auditor industry specialization dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit goin concern. Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel, yaitu satu variable keuangan (debt defaut)dan dua variabel non keungan ( kualitas audit dan opinion shopping ) dengan R-square yang masih kecil 43% dan 57,5%. Periode

pengamatan hanya enam tahun, sehingga belum cukup lama untuk menentukan tren penerbitan opini going concern oleh auditor dalam jangka panjang.


(60)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Pebedaan

4. Edward Akiko Wibisono (2013)

Prediksi kebangkrutan, leverage, audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern

Variabel predeiksi kebangkrutan. Alat penguji yang digunakan adalah analisis model regresi logistik Variabel leverage, audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI padatahun (2009-2011).

Model prediksi kebangkrutan (Altman

Z-Score) secara parsial mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Leverage tidak berpengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya secara

parsial mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

5. Nurul Ardiani Emrinald i DP, dan Nur Azlina (2012)

Pengaruh audit tenure, disclosere, ukuran KAP, debt default, opinion shopping dan kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan real estate dan property di BEI. Variabel debt defaul. Alat pengujian yang digunakan analisis model regresi logistik.

Variabel audit tenure, disclosere, ukuran KAP, opinion shopping.

Populasi penelitian perusahaan real estate dan property yang listing di BEI tahun 2009-2011.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan dari hasil pengujian dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh bukti bahwa disclosure, ukuran KAP dan debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan audit tenure, opinion shopping dan kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.


(61)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Pebedaan

6. Totok Dewayanto (2011) Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

Variabel penerimaan opini audit going concern. Alat pengujian yang digunakan adalah analisis model regresi logistik. Variabel kondisi keuangan, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, reputasi auditor. Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur terdaftar di BEI periode 2006-2009.

Kondisi keuangan berpengaruh signifikan dengan penerimaan opini audit going concern. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern. Opini tahun

sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu


(62)

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan pada bagan berikut:

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

Variabel Independen

Model Prediksi Kebangkrutan(X1)

Pertumbuhan Perusahaan (X2)

Debt Default (X3)

Penerimaan Opini Going Concer (Y) Variabel Dependen

Model Regresi Logistik : 1. Analisis deskriptif 2. Overall model fit 3. Nagelkerke R square 4. Hosmer and lemeshow test 5. Hasil matriks klasifikasi 6. Hasil uji koefisien regresi

logistik

Analisis Hasil

Kesimpulan, implikasi dan saran Bursa Efek Indonesia (BEI)


(63)

D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Model Prediksi Kebangkrutan dengan Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern

Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi-informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Fraser, 1995). Penelitian dibidang akuntansi dan keuangan telah berusaha menghasilkan beberapa model prediksi kebangkrutan, tetapi tidak semuanya dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan. Model prediksi kebangkrutan yang lazim digunakan untuk perusahaan perbankan dan lembaga keuangan adalah model prediksi Altman. Metode yang dikenal dengan beberapa rasio dalam Z-Scorenya dan sering digunakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan, terbukti dapat juga diimplementasikan dalam memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi pada lembaga perbankan (Fachrozy, 2007).

Altman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima kategori, yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar, dan aktivitas.


(64)

H01: Model prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

Ha1: Model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Pertumbuhan Perusahaan dengan Kemungkinan Penerimaan opini Going Concern

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penilitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Ulkri, 2013). Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja.

H02: Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Ha2: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.


(65)

3. Debt Default dengan Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992) dalam (Dyah & Januarti 2007).

Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default.

Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Dengan menambahkan variabel default hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukkan variabel-variabel rasio keuangan saja.

H03: Debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Ha3: Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.


(66)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan karakteristik masalah yang dikaji penulis, penelitian ini merupakan rancangan kausalitas yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indrianto dan Supomo, 2009:27). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen, yaitu model prediksi kebangkrutan, rasio leverage, pertumbuhan perusahaan, dan debt default terhadap variabel dependen, yaitu penerimaan opini audit going concern.

Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa peruasahaan yang bergerak dalam sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian 2008-2012. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau metode penentuan sampel yang bertujuan untuk menetapkan kriteria tertentu terhadap sampel penelitian.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi penelitian ini adalah beberapa perusahaan yang go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yakni tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo,


(67)

2002:131). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode (2008-2012)

2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen per 31 Desember dari tahun 2008-2012.

3. Perusahaan tidak delisting atau keluar dari BEI selama periode pengamatan.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data sekunder. Data sekunder merupakan data penetitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indrianoro dan Supomo, 2009:147).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data documenter, yaitu laporan keuangan auditee perusahaan perdagangan besar (wholesale) yang tercatat di BEI selama periode 2008-2012. Data dokumenter dalam penelitian ini dapat menjadi bahan atau dasar analisis data kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen. Sehingga dapat diketahui juga, bahwa horizon waktu yang digunakan peneliti pada


(68)

penelitian ini adalah studi time series, dimana studi ini lebih menekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu. Data yang dikumpulkan juga dapat di-download langsung melalui website www.idx.co.id . disamping itu, peneliti mengumpulkan data informasi yang digunakan sebagai landasan teori dari buku-buku dan literature-literatur yang berhubungan dengan penyusunan penelitian ini.

D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis

Penyelesaian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metric) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali,2011):


(69)

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, sum, range, kurtosis, maksimum, minimum dan skewness (Ghozali, 2011:19). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian. 2. Regresi logistik

Pengujian hipotesis dilakukan secara multivariate dengan menggunakan regresi logistik. Regresi logistik digunakan apabila variabel dependennya adalah satu non-metrik dengan dua kategori dan variabel independen adalah satu atau lebih metric dan non metric (Ghozali, 2009:9). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern yang dinyatakan dengan variabel dummy, dimana kategori 1 untuk perusahaan going concern dan kategori 0 untuk perusahaan non going concern.

3. Menguji keseluruhan model (overall model fit)

Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

H0 : model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data


(1)

80 Ramadhany, Alexander. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress di Bursa Efek Jakarta.” Tesis. 2004

Sarwono, Jonathan. “Statistik Terapan Aplikasi untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi”, penerbit Elex MedianKomputindo, Jakarta, 2012.

Solikhah, Badingatus & Kiswanto. “Pengaruh kondisi keuangan, pertumbuhan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern”, jurnal dinamika akuntansi, vol, 2, no. 1. maret 2010, 56-64

Standar Profesi Akuntan Publik. “Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya”. PSA No 30. 2001.

Ulkri Arma, Endra. “Pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.” Universitas negri padang, 2013.

Uwi. Wordpress. “kasus Enron dan KAP Arthur Andersen”, http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen./html

Venuti E.K, “The going concern assumption revisited assessing a company’s future vialibility”. The CPA Journal, 74(5), 2007, 40-43


(2)

81 Lampiran 1

Data Sampel Perusahaan

No Kode

Perusahaan

Nama Perusahaan

1 ASII PT Astra International Tbk

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

3 BATA PT Sepatu Bata Tbk

4 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk

5 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk

6 CTBN PT Citra Tubindo Tbk

7 DLTA PT Delta Djakarta Tbk

8 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 9 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk

10 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk

11 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk

12 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 13 JPRS PT Jaya Pari Steel Industrial Tbk 14 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 15 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Audit , Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 103 81

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Kepemilikan Institusional Debt Default Dan Audit Report Lag Terhadap Pemberian Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

0 44 88

Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 74 78

PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)

1 8 64

PENGARUH PREDIKSI KEBANGKRUTAN, DEBT DEFAULT, KUALITAS Pengaruh Prediksi Kebangkrutan, Debt Default, Kualitas Audit Dan Kondisi Keuangan Terhadap Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014.

0 2 17

PENGARUH PREDIKSI KEBANGKRUTAN, DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT DAN KONDISI KEUANGAN TERHADAP Pengaruh Prediksi Kebangkrutan, Debt Default, Kualitas Audit Dan Kondisi Keuangan Terhadap Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa E

0 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Prediksi Kebangkrutan, Debt Default, Kualitas Audit Dan Kondisi Keuangan Terhadap Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014.

0 7 8

PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Ter

0 1 15

PENDAHULUAN Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012).

0 2 7

PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Ter

0 3 15