TA : Perancangan Media Iklan Batik Surabaya Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal.

(1)

PERANCANGAN MEDIA IKLAN

BATIK SURABAYA SEBAGAI UPAYA

MEMPERKENALKAN PRODUK

BUDAYA LOKAL

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Desain

Oleh :

Nama : ANNISA TIARA KURNIASARI NIM : 10.42010.0022

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Desain Komunikasi Visual

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER SURABAYA


(2)

iii

Telah diperiksa, diuji dan disetujui oleh dewan penguji Pada : 18 Agustus 2014

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing

I. Achmad Yanu Alif Fianto, S.T., MBA II. Wahyu Hidayat, S.Sn

Penguji

I. Karsam, MA., Ph.D

II. Darwin Yuwono Riyanto, S.T., M.Med.Kom

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar sarjana

Pantjawati Sudarmaningtyas, S.Kom, M.Eng. OCA Pembantu Ketua Bidang Akademik


(3)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertandatangan di bawah ini, saya: Nama : Annisa Tiara Kurniasari

NIM : 10.42010.0022

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir saya yang berjudul

Perancangan Media Iklan Batik Surabaya Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal yang dibuat pada bulan Februari 2014 hingga Agustus 2014, merupakan karya asli kecuali kutipan yang dicantumkan pada daftar pustaka saya. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya tindak plagiat pada Tugas Akhir ini, maka saya bersedia untuk dilakukan pencabutan terhadap gelar kesarjanaan yang telah diberikan kepada saya.

Demikian lembar pengesahan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 15 Agustus 1014

Annisa Tiara Kurniasari NIM : 10.42010.0022


(4)

v NIM : 10.42010.0022

Menyatakan demi kepentingan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, menyetujui bahwa karya Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Media Iklan Batik Surabaya Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal untuk disimpan, dipublikasikan atau diperbanyak dalam bentuk apapun oleh Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 15 Agustus 2014

Annisa Tiara Kurniasari NIM: 10.42010.0022


(5)

vi

LEMBAR MOTTO

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, Pasti akan berhasil.


(6)

vii

Karya ini penulis persembahkan untuk Kedua Orang Tua dan Orang-orang terkasih, Untuk semua doa dan semangat yang tidak pernah habis diberikan . Para Dosen yang tidak pernah lelah membimbingku. Dan Sahabat-sahabatku untuk setiap waktu dalam dukungan.


(7)

viii

ABSTRACT

Surabaya as the largest trading city in East Java has a cultural heritage that is worth the Surabaya Batik. Surabaya Batik is characterized as the use of bright colors with motifs based on the legend and the origin of the city of Surabaya. But not a lot of people in Surabaya itself is aware of the existence of batik Surabaya. Therefore, it needs a medium in order to accommodate all the information about batik Surabaya to introduce local cultural products. The design using observation, interview, literature, and documentation. The concept is used to direct the design of the media is "Modern Culture". The concept is implemented to some advertising media such as billboards, posters, magazines, newspapers, brochures and flyers as a supporting medium by using manual drawing illustrations on the media.


(8)

ix


(9)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Batasan Masala ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Batik Surabaya ... 9

2.2 Perancangan ... 15

2.3 Produk Budaya Lokal ... 16

2.4 Definisi Animasi ... 15

2.5 Iklan ... 17

2.6 Pemasaran ... 19

2.6.1 Pemasaran Terintegrasi ... 20

2.6.2 Pemasaran Internal ... 20

2.6.3 Pemasaran Kinerja ... 21

2.7 Layout ... 21

2.8 Proporsi ... 25

2.9 Garis (line) ... 25

2.10 Warna ... 26

2.11 Tipografi ... 30


(10)

xiii

3.4.1 Metode Analisis Deskriptif-Kualitatif ... 43

3.4.2 Hasil Wawancara ... 44

3.4.3 Analisis Data Wawancara ... 50

3.4.4 Studi Eksisting ... 54

3.5 Analisis SWOT ... 56

3.6 Segmentasi Batik Surabaya ... 57

3.6.1 Segmentasi Pasar Batik Surabaya ... 57

3.6.2 Segmentasi Perancangan Media Iklan ... 58

3.7 Analisis Batik Surabaya ... 60

3.7.1 Positioning ... 60

3.7.2 Keunggulan Batik Surabaya ... 62

3.7.3 Keterbatasan Yang Dimiliki Batik Surabaya ... 62

3.7.4 Peluang Yang Dimiliki Batik Surabaya ... 62

3.7.5 Tantangan Yang Dihadapi Batik Surabaya ... 62

3.7.6 Data Target Market ... 63

3.7.7 Unique Selling Proposition ... 63

3.8 Keyword ... 64

3.9 Deskripsi Konsep ... 65

3.10 Konsep Perancangan ... 67

3.11 Perencanaan Kreatif ... 68

3.11.1 Tujuan Kreatif... 68


(11)

xiv

3.11.3 Strategi Komunikasi ... 70

3.12 Media ... 78

3.13 Metode Pengujian Hasil Karya ... 83

3.13.1 Skala Pengukuran Desain ... 83

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA... 85

4.1 Elemen Desain ... 85

4.1.1 Visualisasi Konsep ... 85

4.1.2 Visualisasi Figur ... 86

4.2 Media Billboard ... 88

4.2.1 Alternatif Sketsa Media Billboard ... 89

4.2.2 Final Design Media Billboard ... 90

4.3 Media Surat Kabar ... 91

4.3.1 Alternatif Sketsa Surat Kabar ... 92

4.3.2 Final Design Surat Kabar ... 93

4.4 Media Majalah ... 94

4.4.1 Alternatif Sketsa Majalah ... 95

4.4.2 Final Design Majalah ... 96

4.5 Media Brosur ... 98

4.5.1 Alternatif Sketsa Brosur ... 99

4.5.2 Final Design Brosur ... 100

4.6 Media Flyer ... 102

4.6.1 Alternatif Sketsa Flyer ... 103

4.6.2 Final Design Flyer ... 104

4.7 Media Poster... 106

4.7.1 Alternatif Sketsa Poster ... 107

4.7.2 Final Design Poster ... 108

4.9 Sosial Media ... 110

4.9 Implementasi Pengujian Hasil Desain ... 111


(12)

(13)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 2.1 Proses Pengerjaan Batik Saraswati ... 10

Gambar 2.2 Motif Ayam Jago 11 ... 11

Gambar 2.3 Layanan Custom Design... 12

Gambar 2.4 Batik Mangrove ... 13

Gambar 2.5 Papan Nama Batik Semanggi ... 14

Gambar 2.6 Batik Tulis Motif Semanggi ... 15

Gambar 2.7 Batik Jumput ... 15

Gambar 3.1 Prosedur Perancangan ... 37

Gambar 3.2 Batik Madura ... 55

Gambar 3.3 Skema Konsep Perancangan ... 66

Gambar 3.4 Rencana Implementasi Konsep ... 68

Gambar 3.5 Tipografi “Eppitazio” ... 72

Gambar 3.6 Tipografi“Christoperhand” ... 73

Gambar 3.7 Tipografi “Bastardussans” ... 74

Gambar 3.8 Warna Sekunder Terpilih ... 76

Gambar 3.9 Warna Abu-abu terpilih ... 76

Gambar 4.1 Visualisasi Figur Desawa Dini ... 85

Gambar 4.2 Visualisasi Figur Remaja ... 86

Gambar 4.3 Sketsa Alternatif Billboard ... 88

Gambar 4.4 Final Desain Billboard... 89

Gambar 4.5 Sketsa Alternatif Surat Kabar ... 91

Gambar 4.6 Final Desain Surat Kabar... 92

Gambar 4.7 Sketsa Alternatif Majalah ... 94

Gambar 4.8 Final Desain Majalah ... 95

Gambar 4.9 Sketsa Alternatif Brosur ... 98

Gambar 4.10 Final Desain Brosur... 99

Gambar 4.11 Sketsa Alternatif Flyer... 102

Gambar 4.12 Final Desain Flyer ... 103


(14)

(15)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Analisis Keyword ... 65 Tabel 4.1 Prosentase Responden ... 111 Tabel 4.2 Deskripsi pengujian Responden ... 112


(16)

1

Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

pada selembar kain dengan menggunakan teknik pelapisan lilin secara tradisional. Batik adalah warisan adiluhung bangsa Indonesia yang sudah mendunia. Batik di Indonesia merupakan suatu keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya terkait, yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak Oktober 2009 (Musman & Asti, 2011) Indonesia adalah negara yang terkenal dengan budaya membatik dimana hampir dari setiap kota di Indonesia memiliki budaya membatik salah satunya adalah Batik Surabaya. Hanya saja Batik Surabaya tidak terlalu diekspos oleh Pemerintahan Kota Surabaya, sehingga banyak dari masyarakat Surabaya sendiri yang tidak tahu akan keberadaanya sebagai produk budaya lokal. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini diarahkan guna merancang Media Iklan dari Batik Surabaya sebagai upaya memperkenalkan produk budaya lokal.

Menurut Kasali (2000) Iklan merupakan sebuah pesan yang menawarkan suatu produk kepada masyarakat melalui media. Dimana iklan lebih bersifat membujuk orang untuk mau membeli apa yang ditawarkan dalam iklan. Pembangunan citra yang kuat akan dapat membuat konsumen memberi perhatian


(17)

2

lebih pada produk sehingga produk akan masuk dalam daftar pertimbangan konsumen sebelum membeli.

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri atas batik dimana batik tiap daerah juga melambangkan masing-masing suku di Indonesia yang mengacu pada keanekaragaman. Hal tersebut menjadi landasan untuk memilih suatu ikon yang berhubungan langsung dengan identitas Indonesia sebagai objek dari penelitian.

Berbeda dengan daerah-daerah lain seperti Yogyakarta yang sangat kental akan unsur budaya dan pariwisatanya. Surabaya bahkan dapat dibilang bukan suatu kota yang memiliki tradisi membatik. Surabaya lebih dikenal sebagai kota bisnis dan dagang, yang dipertegas dengan kata Sparkling Surabaya sebagai

branding kota. Selain itu juga semakin banyak banguan toko dan pusat perbelanjaan yang ada di kota Surabaya. Tetapi bukan berarti kota Surabaya tidak memiliki peluang untuk ikut melestarikan apa yang menjadi identitas dari Indonesia.

Surabaya merupakan salah satu kota kosmopolitan, dimana penduduknya berasal dari berbagai daerah sebagai pendatang sehingga adanya perpaduan budaya metropolis dengan budaya penduduk asli Surabaya yang membuat Surabaya kaya akan budaya. Hal ini juga tercermin dalam motif batik yang diproduksi oleh para produsen batik di Surabaya, yang sebagian besar pengrajin batiknya berasal dari berbagai daerah (Anshori, 2011).

Batik surabaya tidak seperti batik dari daerah pesisir lain yang jejak sejarahnya dapat ditelusuri. Batik Surabaya cenderung susah karena dulunya


(18)

Sekilas batik Surabaya tampak tidak berbeda dengan batik Madura atau Batik Jetis asal sidoarjo yang sempat menjadi primadona di akhir dan awal tahun 1900 dan merupakan pasar batik yang cukup besar disaat itu, akan tetapi jika diamati dengan detail maka akan tampak perbedaanya. Batik Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani. Selain itu batik Surabaya juga memiliki motif-motif khas seperti, kembang semanggi, ayam jago dalam legenda sawunggaling, perahu khas Surabaya, serta iklan sura dan buaya yang juga merupakan ikon dari kota Surabaya.

Perkembangan zaman yang pesat saat ini, dan teknologi yang semakin maju membuat budaya barat masuk begitu mudah dan cepat diterima di masyarakat. Hal tersebut mempengaruhi gaya dan pola pikir dari masyarakat terutama kalangan anak muda yang mulai melupakan budayanya sendiri. Dimana nilai-nilainya sudah mulai tergerus, bahkan anak muda sendiri seperti enggan untuk menggunakan Batik, dan Batik dianggap sebagai busana formal yang digunakan oleh para orang tua dan kantoran serta dalam menghadiri acara tertentu yang bersifat formal.

Namun saat ini batik kembali digemari dimasyarakat. Saat ini batik tulis khas Surabaya semakin diminati oleh kalangan menengah ke atas, dengan


(19)

motif-4

motif khas diantaranya menonjolkan motif legenda dan kepahlawanan, motif semanggi, dan lain sebagainya. Hal ini dapat membuka peluang batik Surabaya mendapat aware dari masyarakat dan akan mendorong para pengrajin batik untuk terus berkreasi menampilkan motif-motif baru, guna membidik konsumen misalnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang diwajibkan memakai batik pada hari Jumat.

Ibu Hj. Putu Sulistiani Prabowo, adalah salah satu pengrajin batik surabaya.

Saat ditemuni di galeri miliknya pemilik “Workshop dan Galeri Batik Surabaya”

yang ada di daerah Jemursari Utara Surabaya, mengaku mampu menjual sekitar 200 lembar batik per bulan, dengan harga berkisar Rp.650.000 per lembar kain katun dan sutera, Rp.6.000.000 untuk jenis sarimpit (busana untuk laki-laki dan wanita).

Wanita kelahiran Singaraja, Bali yang telah menggeluti usaha batiknya sejak tahun 2004 dan kebanyakan dari konsumennya adalah para ibu muda, serta pria dan wanita diatas 25 tahun. Beliau mengatakan jarang sekali anak muda yang membeli produknya. Ditemui di Gallery Batik Surabaya miliknya pada Selasa 15 April 2014, beliau berpendapat hal ini dikarenakan belum dikenalnya batik Surabaya dikalangan anak muda usia 25 tahunke bawah. Selain itu, pemerintah Surabaya sendiri juga kurang mengekspos adanya batik Surabaya.

Pernyataan yang sama juga dipaparkan oleh Ibu Yuni, seorang staf bidang promosi di Dinas Pariwisata Surabaya dalam wawancara pada Selasa 8 Maret 2014. Dikatakan bahwa, selama ini memang belum ada kegiatan promosi yang dirancang mengenai batik Surabaya. Dimana selama ini Dispar hanya melakukan


(20)

Surabaya yang mengawali usahanya pada tahun 2010. Ditemui di kediamanya di

daerah Benowo pada hari Kamis 10 April 2014, pemilik usaha batik “Semanggi”

ini menunjukan beberapa produk batiknya seperti batik tulis berukuran 2 meter yang dibandrol dengan harga Rp.250.000/potong, batik cap, dan kreasi baru berupa tutup gelas yang dibalut dengan kain batik, dimana dalam setiap desainya menggunakan motif semanggi ini juga mengeluhkan kesulitan mempromosikan produknya.

Sebagian besar masyarakat Surabaya sebagai konsumen batik memang menggunakan batik sebagai bahan baku busana modern. Busana yang digunakan oleh para pria dan wanita (Anshori, 2011) Fenomena ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk membuat Batik Surabaya berkembang dan lebih dikenal dimasyarakat seperti Batik dari Madura dan Batik Jetis yang lebih dikenal masyarakat.

Belum adanya kegiatan iklan yang dilakukan sehingga Batik Surabaya kurang dikenal dan diingat oleh calon konsumen. Meningkatkan kesadaran adalah suatu cara kerja untuk memperluas pasar brand, kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Maka dari itu penting untuk tetap melakukan sebuah promosi melalui sebuah media untuk memberikan informasi kepada konsumen


(21)

6

(Durianto,2004) Promosi merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pemasar yang memiliki tujuan menginformasikan dan mengingatkan calon pembeli mengenai sebuah produk untuk memperoleh suatu respon dan media sebagai wadahnya yang menampung informasi untuk disampaikan kepada masyarakat (Lamb,2001).

Menurut Virgiola (2011) Strategi pemasaran merupakan informasi yang sangat penting agar dapat memberitahukan tentang produk yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan dan menempatkannya di benak konsumen. Maka dari itu, perlu adanya kegiatan yang efektif untuk menyampaikan informasi tersebut atau yang biasa disebut dengan kegiatan promosi.

Pada umumnya konsumen cenderung membeli produk dengan brand yang sudah dikenalnya atas dasar kenyamanan, keamanan, dan lain-lain karena brand

yang sudah dikenal dapat dipercaya (Durianto, 2004). Oleh sebab itu sangat perlu adanya kegiatan iklan dari batik Surabaya untuk membangun dan mengangkat rasa aware terhadap produk. Untuk membantu kegiatan iklan dari batik Surabaya, perlu beberapa media untuk menampung segala informasi yang akan disampaikan seperti brosur, flyer, poster, iklan koran dan majalah, serta Billboard . Dengan begitu masyarakan dan para calon konsumen akan mampu mengingat suatu merek tertentu atau iklan secara spontan setelah dirancang dengan kata-kata kunci. Kesadaran ini digunakan sebagai salah satu indikator efektifitas pemasaran (Rochaety, 2005).

Perancangan media iklan dan strategi pemasaran inilah yang akan membantu menginformasikan secara efektif dan efisien kepada masyarakat, guna


(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahannya, yaitu bagaimana merancang "Media Iklan Batik Surabaya, Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal

1.3 Batasan Masalah

Adapun beberapa batasan masalah dari perancangan Media Iklan adalah : Membuat konsep perancangan dan media iklan dari Batik Surabaya.

1.4 Tujuan

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang media iklan dan promosi dari Batik Surabaya, Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal”.


(23)

8

1.5 Manfaat

Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat lain sebagai berikut: 1. Diharapkan hasil penelitian menjadi referensi bagi kalangan akademis,

khususnya program studi desain komunikasi visual dalam bidang perancangan Media Iklan.

2. Dari hasil penelitian dapat diaplikasikan kepada para pengrajin batik dan usaha batik perorangan yang hendak merancang Media Iklan dan memperkenalkan produk budaya lokal melalui strategi visual.


(24)

9

2.1 Batik Surabaya

Batik Surabayatidak seperti daerah lain yang bisa ditelusuri jejak sejarah perkembangan batiknya. Batik Surabaya agak susah karena dulu adalah daerah transit untuk perdagangan. Sekilas, batik Surabaya memang tidak berbeda dengan batik kebanyakan seperti batik Madura atau Batik Kenongo asal Sidoarjo. Namun, jika diamati secara detail maka akan tampak perbedaannya. Desain batik khas Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat. Batik surabaya memiliki ciri khas seperti, motif Kembang Semanggi, Ayam Jago dalam legenda Sawunggaling, perahu khas Surabaya, serta ikan Sura dan Buaya.

Batik-batik seperti itu terlihat pada batik karya Hj. Putu Sulistiani Prabowo pemilik Galeri Batik Surabaya. Berbagai produk batik yang dibuat semuanya merupakan motif dengan latar belakang sejarah dan simbol Surabaya. Dalam wawancara pada Selasa 15 April 2014, Ibu Putu menjelaskan saat ini motif suro dan boyo perlahan ditinggalkan karena kurang adanya minat beli dari masyarakat.


(25)

10

Gambar 2.1 Proses Pengerjaan Batik Dewi Saraswati Sumber : Observasi lapangan penulis (Selasa, 15 April 2014)

Sekilas Batik Dewi Saraswati memiliki banyak kemiripan dengan batik dari Tulungagung, hal ini karena sanggar batik Saraswati banyak memiliki tenaga terampil dari Tulungagung. Kekhasan batik Surabaya Dewi Saraswati milik ibu Putu ini terletak pada pemilihan warna serta motif desainya yang mengangkat motif dan ornament spesifik dari Surabaya serta kualitas desainnya lebih halus serta motifnya yeng lebih cermat. Selain itu unsur warna merah, biru, dan hijaunya yang khas berbeda dengan merah, hijau, birunya batik Madura.

Tidak kalah menariknya dengan motif Sawunggaling, dimana motif ini berasal dari kisah Joko Berek yang suka adu ayam. Joko Berek sendiri adalah nama asli Sawunggaling. Putu memang tidak menggambarkan Sawunggaling atau Joko Berek di dalam motif batiknya, namun hanya mengambil ayam jagonya saja. Sebagai gambaran kota modern yang prural, warna-warna modern seperti ungu, Osaka atau warna-warna lain yang jarang ada di pasaran banyak menjadi primadona.


(26)

Gambar 2.2 Motif Ayam Jago Surabaya, Karya Batik Saraswati (Koleksi Batik Sparkling)

Sumber : Yusak & Adi (2011: 304)

Tidak hanya menawarkan batik surabaya dengan desain yang menarik dan kualitas yang terjaga, untuk memberikan kepuasan kepada para pelangganya di tengah persaingan pasar Ibu Putu juga inovatif dan mengikuti perkembangan mode salah satunya dengan menawarkan layanan Custom desain. Dimana para pelanggan dapat memesan motif batik yang diinginkan. Selain itu Ibu Putu juga menawarkan jasa menjahit untuk para pelangganya. Hal ini merupakan wujud Ibu Putu yang peduli akan kepuasan pelanggan dan demi menjaga loyalitas pelangganya.


(27)

12

Gambar 2.3 Layanan Custom Desain Yang ditawarkan Ibu Putu Sumber : Observasi lapangan penulis (Selasa, 15 April 2014)

Selain batik tersebut, terdapat motif lain yang cukup dikenal yakni batik Mangrove (bakau). Semula mangrove akan banyak dijumpai di sisi pantai Kecamatan Rungkut ini tidak memiliki makna selain hanya untuk meredam gelombang laut agar tidak mengikis pantai. Namun, belakangan mangrove menjadi motif batik khas dari daerah rungkut atau yang lebih dikenal dengan batik

“SeRU” (Seni batik Mangrove Rungkut). Munculnya Batik mangrove tidak terlepas dari peranan Lulut Sri Yuliani, salah satu warga sekaligus inisiator yang prihatin dengan rusaknya lingkungan yang ada di kawasan konservasi pantai Timur Surabaya.

Selain merusak lingkungan, banyak satwa yang terancam dan bahkan sering terjadi abrasi dan erosi di sekitar pantai. Karena itulah, Lulut yang juga kordinator batik SeRU dan aktivis lingkungan melakukan upaya pencegahan dengan membuat batik mangrove. Ini merupakan kampanye yang paling efektif untuk mengajak masyarakat peduli lingkungan, terutama banyaknya mangrove yang rusak melalui seni membatik.(Yusak & Adi, 2011)


(28)

Gambar 2.4 Kiri : Batik Mangrove dengan motif Mange Kasihan.(Koleksi Batik Aya). Kanan : Batik Mangrove dengan motif Ikan ( Koleksi EJCC)

Sumber : Yusak & Adi (2011: 306)

Adapun beberapa motif dari Batik mangrove yang sudah pernah dipamerkan antara lain motif Aegieeras Comiculatum, a. floridum, Avieennia Alba, Bruguiera Cylindrical, Lummitzera Racemaso, Acanthus ilicifolius, xycarpus granatum dan sebagainya. Desain batik mangrove yang dihasilkan adalah sendiri murni mengadopsi dari jenis-jenis mangrove yang hidup di rawa-rawa sekitar pantai Wonorejo. Meski ada pengaruh dari batik Madura, akan tetapi batik mangrove memiliki kekhasan tersendiri dimana sulur-sulur mangrovenya dan selalu dalam bentuk batik tulis. (http://jawatimuran.wordpress.com).

Tidak hanya ibu Putu dan Ibu Lulut yang mengembangkan usahanya di bidang batik Surabaya, ada juga Ibu Sance yang merambah usaha batiknya lewat

“Batik Semanggi”. Usaha yang didirikan pada tahun 2010 ini diadaptasi dari daerah sekitar tempatnya tinggal yaitu tepatnya di daerah Surabaya Barat yang terkenal akan tempat tumbuh dan berkembang biaknya semanggi. Ditemui dikediamanya di daerah benowo pada Kamis 10 April 2014, ibu Sance bercerita tentang asal mula terbentuknya usaha yang berawal dari binaan PKK Pemkot Surabaya ini.


(29)

14

Gambar 2.5 Kiri : Papan Nama berada di depan Galeri. Kanan : Kemasan Batik Sumber : Observasi lapangan penulis (Kamis, 10 April 2014)

Batik semanggi ibu Sance juga memiliki ciri khas tersendiri. Selain konsisten dengan selalu menggunakan motif semanggi dalam setiap desainya, batik semanggi juga memiliki ciri khas warna yaitu dengan menggunakan

warna-warna “ngejreng” seperti biru, merah, kuning, dan pink. Untuk pemilihan warna batiknya diciptakan tanpa filosofi tertentu dan mengalir begitu saja, namun ornamen yang ditampilkan dalam batik memberikan visualisasi yang cantik dan harmonis. Tak hanya berkarya dalam batik tulis yang dibandrol dengan harga Rp. 250.000/potong (2 meter), Batik Semanggi ibu Sance juga memberikan penawaran berbeda berupa batik cap, batik jumput (Batik yang terbuat dari lilitan karet dengan kelereng didalamnya), serta kreasi baru batik yang diaplikasikan pada tutup gelas.


(30)

Gambar 2..6 Kiri : Batik tulis motif semanggi. Kanan : Batik cap motif semanggi Sumber : Observasi lapangan penulis (Kamis, 10 April 2014)

Gambar 2.7 Kiri : Batik Jumput. Kanan : Kreasi tutup gelas batik semanggi Sumber : Observasi lapangan penulis (Kamis, 10 April 2014)

2.2 Perancangan

Perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertjuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik (Pressman, 2009).


(31)

16

2.3 Produk Budaya Lokal

Menurut Davidson (2006) warisan budaya merupakan suatu elemen pokok dalam jati diri suatu kelompok atau bangsa. Dimana didalamnya terdapat hasil budaya fisik dari tradisi yang berbeda serta prestasi spriritual dalam bentuk nilai dari masa lalu. Dengan kata lain, warisan budaya adalah suatu hasil budaya fisik (tangiable) serta nilai budaya (intangiable) dari masa lalu.

Berbagai macam wujud dari warisan budaya lokal memberikan masyarakat kesempatan untuk dapat mempelajari kearifan lokal dan mengatasi masalah yang dihadapi pada masa lalu. Hanya saja kearifan lokal seringkali dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang. Hal ini menyebabkan banyak dari warisan budaya yang lapuk dimakan oleh usia, terabaikan, terlantar, dan bahkan dilecehkan serta tidak diketahui akan keberadaanya.

Berawal dari nilai kearifan lokal itulah, kemudian melekat dalam tatanan masyarakat.Salah satunya adalah industri kreatif yang merupakan sarana aktifitas yang tepat serta mampu memreprentasikan hasil-hasil kreatif dari masyarakat. Salah satu bentuk nyata dari hasil karya cipta dari masyarakat surabaya itu sendiri adalah dengan adanya batik Surabaya yang dihasilkan oleh para pengrajin batik di Surabaya. Dimana motif batik Surabaya berkisah tentang asal usul kota Surabaya, legenda, dan berbagai motif yang menjadi ikon dari kota Surabaya.


(32)

Periklanan merupakan bentuk pesan yang berisi tentang suatu produk yang disampaikan melalui media, dibiayai oleh pemrakarsa dan ditujukan pada masyarakat sebagai target markenya. Periklanan merupakan bentuk komunikasi non-personal melalui berbagai media yang dipilih dan dibayar oleh pihak pemasang iklan. Dimana pesan iklan diharapkan akan mampu menginformasikan dan membujuk kalangan tertentu untuk membeli produknya. (Tambukara, 2013)

Adapun beberapa media yang sering digunakan lembaga dalam mempromosikan produknya (Zuhdi, 2011), antara lain :

1. Televisi 2. Radio 3. Bioskop 4. Surat Kabar 5. Majalah 6. Tabloid

7. Iklan di luar ruangan, dan lain sebagainya

Awalnya iklan hanya terbatas pada media cetak saja. Namun dengan seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi informasi saat ini iklan juga mulai memasuki media penyiaran elektronik seperti radio dan televisi. Bahkan sejak


(33)

18

ditemukanya internet, saat ini iklan sudah mulai banyak dipasang di website dan

blog dengan tujuan yang sama yaitu mempengaruhi khalayak (Apriadi Tambukara, 2013).

2.5 Upaya Pengenalan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), upaya berarti usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, dan mencari jalan keluar (Depdiknas, 2001). Sedangkan arti kata pengenalan adalah proses, cara,

perbuatan mengenal atau mengenali. Sehingga “upaya pengenalan” dapat

diartikan sebagai usaha yang dimaksudkan untuk memperkenalkan sesuatu.

Pada penelitian ini, upaya pengenalan perlu dilakukan untuk memperkenalkan Batik Surabaya kepada masyarakat menggunakan media Iklan atau promosi cetak yang dapat berfungsi sebagai sumber informasi dan pengetahuan kepada masyarakat.

2.6 Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan pemasar untuk menjalankan bisnis baik profit maupun nonprofit guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang atau jasa, menetapkan harga, mendistribusikan serta mempromosikannya melalui proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Mc Carthy dalam Santoso (2009) pemasaran terdiri dari 4 bagian disiplin yaitu:


(34)

Harga ditentukan sedemikian rupa agar keuntungan dapa diraih, dapat bersaing dipasar dengan harga produk sejenis, dan terjangkau oleh konsumen.

3. Lokasi (place)

Pemilihan saluran distribusi harus tepat agar penyebaran produk merata sesuai dengan pasar yang ingin dijangkau sehingga konsumen mudah memperolehnya.

4. Promosi (promotion)

Dalam hal ini mengacu pada strategi promosi meliputi : sales promotion, publicity, personal selling, dan advertising.

2.6.1 Pemasaran Terintegrasi

Menurut Kotler (2009) Tugas pemasar adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan. Aktifitas pemasaran muncul dalam bentuk McCarthy mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas ini sebagai sarana bauran pemasaran dari empat jenis yang luas, yang disebutkan empat P dari pemasaran: produk


(35)

20

Empat P melambangkan pandangan penjual terhadap perangkat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang, setiap pembeli setiap perangkat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat bagi pelanggan. Keempat dimensi (SIVA) dan pertanyaan pelanggan yang hendak dijawabnya dapat kita lihat di bawah ini :

1. Solusi (Solution) : Bagaimana bisa mendapat solusi untuk masalah saya ? 2. Informasi (Information) : Dimana saya bisa belajar lebih banyak tentang

solusi itu ?

3. Nilai (value) : Apa pengorbanan total saya untuk mendapatkan solusi ini ? 4. Akses (Acces) : Di mana saya bisa menemukannya ?

2.6.2 Pemasaran Internal

Menurut Kotler (2009) Pemasaran holistik mencakup pula pemasaran internal, memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi menganut prinsip pemasaran yang tepat, terutama manajemen senior. Pemasaran internal adalah tugas merekrut, melatih, dan memotivasi karyawan yang kompeten, yang ingin melayano pelanggan dengan baik.

Pemasaran yang cerdas menyadari bahwa aktivitas pemasaran di dalam perusahaan bisa menjadisepenting atau bahkan lebih penting daripada aktivitas pemasaran di dalam bisa menjadi sepenting atau bahkan lebih penting daripada aktivitas pemasaran yang diarahkan ke luar perusahaan. Tidak masuk akal menjanjikan pelayanan yang prima sebelum staf perusahaan siap memberikannya.


(36)

pendapatan penjualan dalam memeriksa hasil pemasaran dan menerjemahkan apa yang terjadi ke dalam pangsa pasar, tingkat kehilangan pelanggan, kepuasan pelanggan, kualitas produk, dan ukuran-ukuran lainya

2.7 Layout

Menurut Tom Lincy dalam buku (Kusrianto, 2007), prinsip layout yang baik adalah yang selalu memuat 5 prinsip utama dalam desain, yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Pada pembuatan buku ini desain layout menjadi landasan dasar untuk menjadikan acuan dalam memberikan panduan dalam mendesain layout dari perancangan media iklan batik surabaya. Untuk mengatur layout, maka di perlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout. Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik majalah, iklan, koran maupun buku.

1. Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square / landscape / portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian


(37)

22

dan memuat gambar / copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.

2. Multi Panel Layout

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).

3. Picture Window Layout

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public figure).

4. Copy Heavy Layout

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau dengan kata lain komposisi layout nya di dominasi oleh penyajian teks (copy). 5. Frame Layout

Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya memberntuk suatu naratif (mempunyai cerita).

6. Shilhoutte Layout

Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau warna

spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik fotografi.

7. Type Specimen Layout

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan


(38)

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

10. Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala grid.

11. Bleed Layout

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong.

12. Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi layout iklan tersebut.

13. Alphabet Inspired Layout

Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi (cerita).


(39)

24

14. Angular Layout

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.

15. Informal Balance Layout

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang.

16. Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.

17. Two Mortises Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.

18. Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan volume/isi yang berbeda.Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat sama besar).

19. Comic Script Layout

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk media komik, lengkap dengan captions nya.


(40)

didominasi oleh teks yang berukuran besar.

2.8 Proporsi

Proporsi adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya (Kusrianto, 2007). Penerapan teori ini dalam pembuatan buku referensi superhero indonesia, sebuah konsep dalam penerapan perbandingan ukuran yang digunakan untuk menentukan penataan visual, keseimbangan visual demi membentuk proporsi yang sesuai.

2.9 Garis (Line)

Garis adalah elemen visual yang dapat dipakai dimanapun dengan tujuan untuk memperjelas dan mempermudah pembaca (Supriyono, 2010). Garis merupakan salah satu unsur desain untuk terbentuknya sebuah gambar. Garis memiliki sifat-sifat tang dapat memiliki arti atau kesan.

1. Garis Tegak, memiliki kesan kuat, kokoh, tegas dan hidup 2. Garis Datar, memiliki kesan lemah, tidur, dan mati.

3. Garis Lengkung memiliki kesan lemah, lembut dan mengarah. 4. Garis Patah, memiliki kesan hati-hati dan cermat.


(41)

26

5. Garis Miring, memiliki kesan menyudutkan.Garis Berombak, memiliki kesan yang berirama.

Sifat-sifat garis tersebut adalah acuan untuk desain layout yang dapat menjadi acuan untuk mendukung dan menentukan desain layout untuk perancangan media iklan.

2.10 Warna

Warna-warni tercipta karena adanya cahaya. Tanpa adanya cahaya, manusia tidak akan dapat membedakan warna. Seperti halnya jika kita memasuki sebuah ruangan yang gelap dan tertutup tanpa adanya cahaya, maka mata kita tidak akan dapat membedakan warna-warni yang ada di dinding tersebut. Pada tahun 1666 pengetahuan tentang warna didefinisikan oleh Sir Isaac Newton.

Dimana ketika itu Newton secara tidak sengaja melihat spectrum warna yang dihasilkan oleh cahaya yang terpancar melalui sebuah gelas prisma. (Nuryawan, 2009).

Perasaan nyaman dan tidak nyaman akan timbul saat kita dihadapkan pada beberapa karya desain baik poster, lukisan, flyer, ataupun karya desain dan media promosi lainnya. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan warna yang terdapat dalam desain tersebut tidak tepat. Penerapan warna pada sebuah desain akan menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Dalam dunia desain grafis, warna menjadi hal yang sangat penting dan juga sangat berpengaruh terhadap sebuah karya desain (nasional.kompas.com:2008).


(42)

dasar, yaitu merah, biru, dan kuning yang biasa disebut sebagai warna Primer. Kemudian pencampuran dari dua warna dasar ini melahirkan warna baru berupa warna sekunder. Selanjutnya warna primer yang dicampur dengan warna sekunder akan menghasilkan warna tersier. Warna-warna tersebut digambarkan dalam sebuah lingkaran warna yang lebih dikenal dengan sebutan Color Whell. Adapun beberapa aturan dasar yang terkait dengan Color Wheel :

a. Monochromatic Color

Merupakan perpaduan dari beberapa warna yang bersumber dari satu warna dengan nilai dan intensitas yang berbeda.

b. Warna Analog

Merupakan kombinasi dari warna-warna terdekat. c. Warna Pelengkap

Digunakan saat dimana beberapa desain membutuhkan sebuah nilai kontras yang cukup untuk menarik perhatian lebih dari pembaca visual. Misal :biru dan orange, merah dan hijau.

d. Warna Triad

Teori roda warna menjelaskan bagaimana warna-warna dasar mampu melahirkan berbagai warna baru disekitarnya. Terdapat sangat banyak sekali


(43)

28

kombinasi warna selain dari warna-warna dasar untuk dapat membuat sebuah desai tampak unik dan berbeda.

2. Ruang pada Warna

Selain dapat mempengaruhi ruang dan bentuk, warna juga dapat mempengaruhi kesan yang disampaikan pada warna. Atau dapat juga disebut sebagai respon naluriah pada mata dalam menyikapi suatu kesan pada sebuah visual.

3. Kontras Warna

Kontras warna dapat dipengaruhi oleh warna-warna yang ada disekitarnya. Teorinya sangat sederhana : Kontras = Gelap VS Terang.

4. Psikologi Warna

Warna dapat memberikan kesan serta mewakili karakter dan perasaan-perasaan tertentu. Oleh sebab itu psikologi warna memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia desain. Dimana dapat membantu seorang desainer untuk memilih dan menyesuaikan warna dalam desainnya sesuai dengan target yang dituju, komunikasi visual yang efektif, dan dapat membangun kesatuan rasa kepada pembaca visual.

5. Bidang Warna

Garis Outline pada sebuah bidang berfungsi sebagai pembatas warna agar tidak terlihat menyebar keselilingnya. Semakin tipis garis outline yang diberikan, maka semakin tersebar warna ke area luar bidang. Begitu pula sebaliknya. (www.indotitas.com:2012)


(44)

a. Skema Warna Komplementer

Skema warna komplementer atau kontras adalah suatu skema warna yang merupakan perpaduan antara dua warna yang terletak bersebrangan satu sama lain pada lingkaran warna.Skema warna komplementer atau kontras yang umum adalah perpaduan antara satu warna primer dengan satu warna sekunder yang terletak bersebrangan.

b. Skema Warna Split Komplementer

Skema warna split komplementer adalah satu jenis skema warna yang didasari oleh skema warna komplementer yang sudahbsku nsmun memiliki variasi yang berbeda. Split Komplementer adalah suatu skema warna yang menggunakan kombinasi dari stu warna yang dipadukan dengan dua warna lain yang letaknya berdekatan atau bersebelahan atau mengapit warna yang letaknya tepat bersebrangan dengan warna tersebut. Jadi pada skema warna split komplementer terdapat tiga warna yang dipadukan. (Prima, Winny & Sri. 2009).


(45)

30

2.11 Tipografi

Tipografi merupakan istilah yang sering digunakan sebagai cara memilih dan mengelola huruf dalam desain grafis. Pengelolahan tipografi akan sangat menentukan keberhasilan dalam desain, karena dibaca tidaknya sebuah pesan tergantung pada huruf yang digunakan,keterbacaan huruf, dan tergantung cara penyusunannya pula.

Sans Serif, Jenis huruf sans serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid. Jenis huruf seperti ini lebih tegas, bersifat fungsional dan lebih modern. Contoh font yang digolongkan kepada sans serif adalah : Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic dan lain sebagainya.

Pada masa Revolusi Industri huruf ini hanya digunakan sebagai display type (huruf yang bentuk fisik dan ukurannya hanya layak digunakan untuk headline). Huruf ini merupakan simbolisasi penolakan terhadap gaya-gaya huruf lama Blackletter ataupun Serif yang dianggap tidak lagi mewakili semangat modernisme. Melihat dari pertimbangan fungsional. Huruf Sans Serif dianggap sebagai pilihan sempurna karena lebih mudah dibaca.

Dalam dunia desain, typography terdiri dari berbagai macam jenis huruf. Tampilan fisik dari jenis-jenis huruf yang berbeda dan memiliki karakter masing-masing memiliki potensi dalam merefleksikan sebuah kesan. Jenis-jenis huruf tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan karakter dari sebuah desain. Adapula huruf-huruf yang khusus diciptakan untuk keperluan sebuah rancangan grafis, huruf ini di sebut dengan custom typefaces. (Danton. 2001).


(46)

mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang akan menghambat keputusan perancangan yang diambil (Sarwono, 2007).

1. Strength, untuk mengetahui kekuatan atau keunggulan jasa dan produk dibanding kompetitor. Dalam hal ini, bisa diartikan sebagai kondisi yang menguntungkan perusahaan tersebut.

2. Weakness, untuk mengetahui kelemahan jasa dan produk dibanding kompetitor. Dalam hal ini, kelemahan bisa diartikan sebagai suatu kondisi yang merugikan perusahaan.

3. Opportunity, untuk mengetahui peluang pasar. Dalam hal ini diartikan sebagai suatu hal yang bisa menguntungkan jika dilakukan namun jika tidak diambil bisa merugikan, atau sebaliknya.

4. Threats, untuk mengetahui apa yang menjadi ancaman terhadap jasa dan produk yang ditawarkan.


(47)

32

2.10 Segmentasi, Targeting, dan Positioning (STP)

Segmentasi merupakan upaya untuk membagi calon konsumen dalam kelompok-kelompok tertentu (Harjanto, 2009). Upaya ini dilakukan untuk memudahkan usaha penjualan seseorang karena segmentasinya yang dipertajam.

Targeting adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Targeting yang dimaksdukan disini adalah target market (pasar sasaran), yakni beberapa segmen pasar yang akan menjadi focus pemasaran (Kasali, 2000). Positioning merupakan tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu di ingatan konsumen. Dengan kata lain Positioning adalah bagaimana menempatkan produk kedalam pikiran audience, sehingga calon konsumen memiliki pemikiran tertentu dan mengidentifikasikan produknya dengan produk tersebut.

2.14 Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan tiga alur kegiatan (Nasution, 1922), yakni reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Reduksi data merupakan penyederhanaan jawaban-jawaban dari seluruh pertanyaan yang telah di ajukan kepada pihak-pihak tertentu dalam teknik pengumpulan data. Proses ini dilakukan untuk menajamkan, mengarahkan dan menggolongkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting dalam penelitian.

Penyajian data Merupakan penyajian data secara terperinci dan menyeluruh dari hasil penelitian, dengan mencari pola dan hubungannya. Penyajian data


(48)

(49)

34

BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

3.1 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati Menurut Moleong (2006). Dimana hasil dari metodologi ini diharapkan akan mampu menjabarkan secara mendalam tentang data primer dan data sekunder dari objek yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan adalah dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi, studi eksisiting, kepustakaan dan survey tanggapan konsumen (customer) .Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan aktifitas, sehingga mengharuskan peneliti mengumpulkan informasi yang detail dengan menggunakan beragam prosedur pengumpulan data selama periode waktu tertentu.

3.2 Prosedur Perancangan

Dalam penelitian perlu adanya perencanaan yang matang disusun secara logis dan sistematis, agar nantinya hasil dari perancangan dapat menjawab kebutuhan perusahaan serta dapat dipertanggung jawabkan. Agar dapat memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah yang ada, kerangka Tugas


(50)

Riset pasar merupakan suatu tahapan awal untuk dapat melihat dan menilai tingkat aware masyarakat akan batik Surabaya, Dimana riset pasar meliputi beberapa hal diantaranya :

2. Program

Pada tahap kedua setelah riset pasar ini dilakukan identifikasi masalah berdasarkan data yang diperoleh pada tahap awal riset pasar, hingg menghasilkan data/informasi yang nantinya akan dapat diwujudkan melalui gagasan desain dan kebutuhan perancangan.

3. Gagasan Desain

Pada tahap ke tiga ini konsep perancangan mulai dibuat baik secara verbal maupun visual. Dalam gagasan desain dibuat suatu perencanaan berdasarkan filosofi, fungsi, maupun estetika yang kemudian dalam beberapa alternative rancangan desain.

4. Alternatif Desain

Dalam tahap ke empat ini perancangmembuat beberapa alternative desain sesuai dengan yang direncanakan.


(51)

36

5. Konsultasi

Setelah melalui empat tahap sebelumnya, pada tahap kelima ini perancang mengajukan beberapa alternatif desain untuk di konsultasikan kepada pihak-pihak terkait yang kemudian mendapat satu desain terpilih.

6. Keputusan Desain

Dari semua tahapan, dan beberapa alternatif desain yang telah diajukan kemudian dipilih salah satunya yang dirasa paling sesuai serta dapat memenuhi berbagai kriteria dari segi komunikasi, teknologi, teknis, ekonomi, hingga pada saat proses visualisasi.


(52)

Gambar 3.1 Prosedur Perancangan

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2014 Program

Gagasan Desain

Alternatif Desain

Konsultasi

Keputusan Desain

 Identifikasi Masalah

 Analisis Data

 Menonjolkan motif khas

 Data/Informasi

Filosofi, Fungsi & Estetika

Desain Komperehensif

Desain Terpilih


(53)

38

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Data dan Sumber Data

Data yang telah dikumpulkan memiliki peran yang sangat penting untuk dapat mengetahui secara garis besar tentang permasalahan yang dihadapi dalam perancangan. Data mengenai Batik Surabaya adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung peneliti pada beberapa lingkungan para pengusaha batik Surabaya sebagai sumber-sumber informasi serta Dinas Pariwisata Surabaya yang berguna untuk mengetahui konsep awal yang akan ditampilkan pada media.

Adapun sumber data yang diperoleh terdiri dari data primer yang merupakan data utama dalam penelitian serta data sekunder sebagai data pendukung. Adapun data primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari para informan yang berhubungan langsung dengan Batik Surabaya. Informan adalah orang (sumber) yang mengetahui secara pasti akan kondisi dan latar belakang objek yang diteliti. Berdasarkan kriteria yang ada, maka subyek atau informan yang sesuai untuk perancangan Tugas Akhir ini adalah Dinas Pariwisata Surabaya, Para pengrajin batik Surabaya, serta beberapa informan terkait yang mengerti akan seluk beluk dari Batik Surabaya.


(54)

landasan teori yang diperlukan.

3.3.2 Teknik Pengambilan Data

Pada perancangan Tugas Akhir ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada, diantaranya adalah:

1. Observasi

Observasi (Pengamatan), adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan sistematis terhadap obyek penelitian secara langsung mengenai gejala atau fenomena yang diteliti dan selanjutnya dilakukan pencatatan. (Shulhah,2003) Pada metode ini dilakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung mengenai objek penelitian yang diangkat mengenai sejarah, teknik pembuatan, ciri khas, hingga kendala yang dialami dan kemudian dapat menentukan media apa yang sesuai untuk mempromosikannya.

Observasi lapangan dilakukan pengamatan langsung di beberapa tempat workshop dan galeri batik. Diantaranya adalah workshop dan galeri Batik Surabaya Saraswati dan Batik Surabaya Semanggi. Observasi yang dilakukan berupa pengamatan langsung cara kerja dan proses dari


(55)

40

pembuatan batik. Mulai dari Kain yang digambar sesuai desain, membubuhkan tinta lilin pada selehal kain atau mencanting, proses pewarnaan, hingga hasil jadi sehelai kain Batik. Tidak hanya itu kain batik itupun diolah menjadi berbagai busana cantik sesuai dengan selera konsumen.

2. Wawancara

Wawancara atau yang juga dikenal dengan Interview ini merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki kominikasi langsung antara peneliti dan informan. (Riyanto,2001) Metode ini merupakan proses tanya jawab lisan yang berfungsi untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai batik Surabaya serta permasalahan yang dihadapi. Wawancara memungkinkan peneliti mendapatkan data dalam jumlah yang banyak, Untuk itu wawacara di lakukan secara langsung kepada beberapa pihak seperti, Kepala Dinas Pariwisata Kota Surabaya, Staf Dinas Pariwisata Kota Surabaya, Para pengrajin batik surabaya, dan pihak-pihak terkait. Dalam hal ini wawancara akan menjadi data primer dari penelitian ini.

Wawancara pertama dilakukan kepada pihak Dinas Pariwisata Kota Surabaya pada rabu, 2 April 2014. Menurut ibu Yuni seorang staf bagian promosi menyatakan bahwa, saat ini sebenarnya Batik Surabaya sudah mulai diperkenalkan dan dipromosikan melalui cak dan ning dalam acara tertentu. Hanya saja promosi terbatas pada pengenalan yang dilakukan oleh cak dan ning Surabaya. Selama ini memang belum adanya media promosi yang menampung informasi tentang adanya Batik Surabaya. Pihak Dispar


(56)

pemilik workshop dan galeri Batik Surabaya Saraswati, Ibu Sance pemilik workshop dan geleri dari Batik Surabaya Semanggi, Bapak Lintu selaku Ketua KIBAS (Komunitas Batik se Jawa Timur), Ibu Uswatun selaku salah satu pengusaha batik asal Tuban.

Selanjutnya wawancara kedua kepada Ibu Sance selaku pendiri danpemilik dari Batik Semanggi. Ditemui dikediamanya pada hari Kamis 10 april 2014, yang mengawali usahanya dari binaan PKK kota Surabaya pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa memang kesulitan dalam memasarkan produknya. Hal ini juga dikarenakan kurangnya kesadaran dan minat dari masyarakat. Pemerintah yang kurang mengekspos akan adanya Batik Surabaya juga menjadi salah satu faktor kurang dikenalnya Batik Surabaya dikalangan masyarakat Surabaya sendiri. Hal ini juga dibenarkan oleh ibu Putu Sulistiani selaku pemilik workshop dan Galeri Batik Surabaya Saraswati. Ditemui dirumahnya pada Selasa 15 April 2014, wanita kelahiran Singaraja ini berpendapat bahwa pelangganya berusia 25 tahun keatas. Belum banyak anak muda dibawah 20tahun yang menjadi pelangganya hal ini dikarenakan belum mengenal sehingga tidak ada ketertarikan pada Batik Surabaya.


(57)

42

Ibu Putu yang memulai usahanya pada tahun 2004 berpendapat dalam menghadapi persaingan pasar yang ketat sebagai pengusaha haruslah mampu berinovasi dengan selalu mengikuti perkembangan tren yang ada karena tidak dipungkiri saat ini batik memanglah tidak lepas dari fashion, menjaga kualitas dan pelayanan seperti layanan custom design diberikan untuk dapat memberikan kepuasan pada pelangganya. Dalam wawancara kepada Bapak Lintu selaku ketua KIBAS menyatakan bahwa Batik Surabaya memanglah suatu produk baru buatan para pengrajin Batik di Surabaya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Ibu Uswatun seorang pengrajin batik asal Tuban juga menyatakan hal sama. Batik Surabaya lebih bersifat mengikuti keinginan dari pasar.

3. Kepustakaan

Metode ini adalah dengan menggunakan berbagai literatur dalam menunjang semua data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh teori-teori dan mempelajari peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penulisan untuk menunjang keabsahan data yang diperoleh di lapangan. Pada metode ini, digunakan berbagai literatur yang berhubungan dengan proses perancangan media iklan batik surabaya sebagai upaya memperkenalkan produk Budaya Lokal.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan seluruh bukti yang berkaitan dengan objek penelitian dalam hal ini batik surabaya, berupa foto dan seluruh gambar-gambar dari


(58)

3.4 Analisis Data

Pada perancangan ini menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman (Pawito, 2007:104). Teknik ini menggunakan tiga komponen yaitu; reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan (Punch, 1998:202-204).

Reduksi data dimana peneliti mengelompokkan dan meringkas data yang diperoleh. Kemudian penyajian data dimana peneliti menyusun data (menjalin data atau kelompok data yang satu dengan yang lain). Dan terakhir penarikan dan pengujian kesimpulan yaitu implementasi dari prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

3.4.1 Metode Analisis Deskriptif-Kualitatif

Metode deskriptif-kualitatif digunakan dalam landasan analisis pada penelitian ini. Deskriptif adalah salah satu cara penelitian dengan menggambarkan suatu objek sesuai dengan kenyataan yang ada. Dalam penelitian deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang kemudian data tersebut digunakan untuk mengetes pertanyaan yang ada. Metode ini digunakan untuk mendapatkan keunikan dari permasalahan yang ada kaitanya


(59)

44

dengan pembahasan (seputarpendidikan003.blogspot.com).

Sedangkan kualitatif adalah analisis data yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain (Bogdan & Biklen,1982).

Setelah data-data yang dibutuhkan dari hasil observasi, wawancara, studi literature, dan dokumentasi telah terkumpul barulah data-data tersebut akan dianalisa berdasarkan metode deskriptif-kualitatif. Selanjutnya, berdasarkan hasil dari analisis data yang telah dilakukan, dibuat beberapa rancangan dan desain media iklan Batik Surabaya sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

3.4.2 Hasil Wawancara

Wawancara pertama kepada ibu Yuni selaku staf bagian Promosi di Dinas Pariwisata Kota Surabaya, bertempat di gedung Dinas Pariwisata Kota Surabaya. Wawancara dilakukan pada tanggal 2 april 2014 jam 14.00 – 15.10. Adapun hasil dari rangkuman wawancara adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pendapat ibu akan adanya batik Surabaya sebagai salah satu produk dari budaya lokal ?

Batik Surabaya merupakan batik buatan para pengrajin baru di Surabaya. Memang batik Surabaya susah untuk ditelusuri jejak sejarahnya karena memang Surabaya bukan sebuah kota yang memiliki tradisi membatik.


(60)

Surabaya mulai diperkenalkan melalui Cak dan Ning Surabaya dalam event-event tertentu. Selama ini juga dispar tidak mempromosikan secara langsung, hanya sebatas melakukan kerja sama dengan beberapa pengrajin batik Surabaya seperti :

 Batik Surabaya Saraswati yang didirikan oleh ibu Hj.Putu Sulistyani

 Batik Semanggi yang didirikan oleh ibu Hj.Sance

 Batik Mangrove yang didirikan oleh ibu Lulut

Wawancara kedua kepada ibu Hj. Sance selaku pendiri dan pemilik Usaha

Batik “Semanggi” di rumahnya yang terletak di Jl.Sememi Baru Gg I no 30

Surabaya. Wawancara dilakukan pada hari kamis, 10 april 2014 pukul 15.30 – 16.30. Adapun hasil dari rangkuman wawancara adalah sebagai berikut :

1. Sejak Kapan dan bagaimana awal mula ibu terjun dan menggeluti usaha di bidang batik ?

Usaha Batik Semanggi ini dimulai pada tahun 2010. Berawal dari kerajinan ibu-ibu PKK yang dibina oleh Pemerintah kota Surabaya. Kemudian dikembangkan menjadi Usaha menengah kecil.

2. Filosofi apa yang menyebabkan ibu mengusung motif semanggi sebagai sebuah ciri khas dari produk ibu ?


(61)

46

Sebenarnya tidak ada filosofi tertentu dalam terciptanya batik semanggi yang saat ini menjadi ciri khas dan andalan. Hanya saja letak kecamatan sememi (benowo) yang terletak di area Surabaya Barat dan terkenal dengan semangginya. Selain itu semanggi juga menjadi ikon langsung yang berhubungan dengan kota Surabaya. Semanggi menjadi salah satu kuliner khas dari kota Surabaya yang mulai punah untuk itu diusunglah motif semanggi dalam batik juga untuk ikut melestarikan semanggi sebagai salah satu ikon kota Surabaya. Sedangkan untuk pewarnaan juga dilakukan secara otodidak dan tidak ada filosofi tertentu dalam pemilihan warna dalam batik. Batik yang dihasilkan menggunakan warna-warna cerah seperti biru, kuning, merah, hijau. Selain itu motif dan warna yang dibuat juga mengikuti keinginan pasar (pesanan) dengan mempertahankan motif semanggi sebagai ciri khas.

3. Menurut ibu bagaimana tanggapan orang Surabaya sendiri akan adanya Batik Semanggi sebagai salah satu produk budaya lokal dari Surabaya ?

Masyarakat Surabaya terbilang cuek dengan adanya batik Surabaya. Hal ini saya rasakan saat saya mengikuti pameran batik di Tunjungan Plasa beberapa waktu yang lalu (September 2013) peminatnya sangat sedikit. Bahkan batik tulis saja hanya terjual dua lembar. Mungkin hal ini juga dikarenakan harganya yang terbilang mahal dan kalah saing dengan batik cap dan print yang harganya lebih murah. Selain itu juga masyarakat Surabaya yang tidak mengetahui membuat batik Surabaya kurang begitu dilirik karena tidak dikenal di masyarakat.


(62)

5. Bagaimana dengan tingkat penjualan batik semanggi setiap tahunya ?

Tingkat penjualan semakin tahun semakin menurun. Diharapkan adanya kepedulian dari pemerintah untuk mau lebih mengekspos akan keberadaan batik Surabaya yang juga sebagai produk dari budaya lokal.

Wawancara ketiga kepada ibu Hj. Putu Sulistyani selaku pendiri dan

pemilik Usaha Batik “Saraswati” di workshop dan gallery yang terletak di

Jl.Jemursari Surabaya. Wawancara dilakukan pada 15.00-16.00 pada . Adapun hasil dari rangkuman wawancara adalah sebagai berikut :

1. Sejak kapan dan hal apa yang melatar belakangi merintis usaha dibidang batik khususnya batik Surabaya ?

Awalnya memang dari kecil menyukai dunia seni dimana orang tua memiliki begitu banyak koleksi batik yang akhirnya membuat jatuh cinta pada batik. Awal mulanya hanya sebatas hobi yang kemudian dikembangkan menjadi usaha batik pada tahun 2004. Berawal dari keprihatinan tidak adanya buah tangan khas dari kota Surabaya yang bahkan dikenal sebagai kota dagang akhirnya mulai berpikir kenapa tidak mengangkat cerita yang menjadi asal usul kota Surabaya dan ikon yang


(63)

48

berhubungan langsung dengan kota Surabaya untuk kemudian dituangkan dalam motif batik.

2. Menurut ibu bagaimana tanggapan orang Surabaya sendiri akan adanya batik Surabaya ?

Tanggapan orang Surabaya terbilang relative terbuka dan mau menerima. Hanya saja konsumenya sendiri banyak yang berasal dari luar kota Surabaya. Hal ini dikarenakan mungkin belum terlalu banyak orang Surabaya sendiri yang mengenal dan mengetahui akan adanya batik Surabaya.Kebanyakan konsumenya adalah para orang dewasa dan ibu-ibu muda usia diatas 25 tahun.

3. Motif apa saja yang biasa di gunakan berserta filosofinya. Serta motif apa yang banyak digemari oleh para konsumen ?

Awalnya menciptakan motif batik begitu saja sampai akhirnya menggunakan beberapa unsur yang menjadi identitas kota seperti ayam jago dalam legenda sawunggaling. Selain itu motif batik juga mengikuti keinginan pasar (pesanan konsumen) dengan tetap mempertahankan motif khas Surabaya. Namun saat ini motif Sura dan Boyo mulai ditinggalkan karena tidak diminati di masyarakat. Masyarakat lebih tertarik pada motif ayam jago dan motif bunga untuk para wanita dengan warna-warna berani seperti merah, kuning, hijau, biru seperti karakteristik orang Surabaya yang berani dan energik.

4. Bagaimana selama ini cara ibu memasarkan produk serta bagaimana cara ibu untuk menghadapi persaingan pasar batik yang semakin ketat ?


(64)

Surabaya saat ini ?

Saya rasa pandangan anak muda masih dirasa kurang tertarik akan adanya batik Surabaya. Bahkan mungkin dapat dikatakan banyak dari anak muda yang tidak mengetahui akan adanya batik Surabaya. Hal ini dikarenakan mungkin tidak adanya media sebagai sarana pengenalan kepada anak muda usia dibawah 25 tahun. Selain itu anak muda yang masih menganggap bahwa batik adalah sesuatu yang kuno membuat batik tidak begitu diminati dikalangan anak muda.

Wawancara keempat kepada bapak Lintu Tulisyantoro sebagai Ketua Komunitas Batik dan Kebaya Se-Jawa Timur bertempat di Merchandise Store

Universitas Kristen Petra Surabaya Jl. Siwalankerto. Wawancara dilakukan pada 10.49-12.37 WIB. Adapun hasil dari rangkuman wawancara adalah sebagai berikut :

1. Bagimana pandangan bapak tentang adanya batik Surabaya ?

Batik Surabaya merupakan batik baru buatan dari para pengrajin batik di Surabaya. Memang susah untuk menelusuri tentang sejarah batik Surabaya. Bisa dikatakan bahwa batik Surabaya adalah batik sidoarjo karena dulunya Surabaya dan sidoarjo adalah satu wilayah. Bedanya batik Surabaya


(65)

50

mempunyai keunikan sendiri yaitu motif yang menjadi asal usul kota dan ikon-ikon yang berubungan dengan Surabaya.

Wawancara dengan ibu Uswatun Hasanah sebagai pemilik sekaligus pengrajin batik gedog Sekar Ayu, desa Kedung Rejo, kecamatan Kerek, kabupaten Tuban. Wawancara dilakukan pada 14.35-16.00 WIB tanggal 23 Mei 2014. Hasil rangkuman dari wawancara tersebut adalah:

1. Bagaimana pandangan ibu akan adanya batik Surabaya ?

Batik Surabaya dapat dikatakan sebagai batik kontempoter yang berkembang dengan adanya pengaruh dari permintaan pasar.

3.4.3 Analisis Data Wawancara

Dari data hasil wawancara yang telah digali dari beberapa narasumber terkait diantaranya adalah Ibu Yuni dari bagian Promosi di Dinas Pariwisata Kota Surabaya, Ibu Hj.Sance selaku pemilik Batik Semanggi Surabaya, Ibu Hj.Putu Sulistyani selaku pemilik Batik Surabaya Saraswati, Bapak Lintu Tulistyantoro selaku Ketua Komunitas Batik dan Kebaya Se-Jawa Timur (KIBAS) serta Ibu Uswatun Hasanah selaku pemilik batik gedog Sekar Ayu Tuban, dari beberapa wawancara yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

1. Batik Surabaya adalah sebuah produk batik baru yang dibuat oleh para pengrajin batik di Surabaya.

2. Selama ini memang belum adanya media iklan ataupun promosi yang dibuat dan menampung segala informasi tentang batik Surabaya. Selama ini batik Surabaya hanya dipromosikan melalui even tertentu dan pameran.


(66)

5. Batik Surabaya mengusung motif yang menjadi legenda dari kota Surabaya seperti Ikan Suro dan Boyo, Ayam Jago dalam legenda Sawunggaling, hingga ikon-ikon yang berhubungan langsung dengan kota Surabaya. Serta menggunakan warna-warna cerah.

6. Jika dilihat dari segi usia, peminat Batik Surabaya memang kebanyakan adalah para orang dewasa yang membutuhkanya sebagai busana formal. Namun saat ini Batik Surabaya mulai digemari oleh para ibu muda dengan ekonomi menengah ke atas berusia 25 tahun keatas dalam memenuhi kebutuhanya akan busana (fashion).

7. Tidak adanya media yang menampung informasi akan adanya batik Surabaya menyebabkan kurang dikenalnya batik Surabaya dikalangan anak muda. 8. Batik Surabaya adalah merupakan batik kontemporer yang keberadaan dan

perkembanganya mengikuti kebutuhan dan perkembangan pasar.

9. Selama ini pemasaran batik Surabaya adalah dengan mengandalkan metode marketing Word Of Mouth yang dilakukan oleh para pengusaha batik Surabaya.Namun metode ini juga memiliki keunggulan dan kekuranganya masing-masing.


(67)

52

Menurut Rosen (2004), adapun beberapa kelebihan dari metode marketing Word Of Mouth yaitu :

1. Selective process are less operative, dimana metode word of mouth

dianggap dapat menyampaikan informasi sesuai dengan kebutuhan. Selain itu pada sang komunikator tidak adanya motivasi komersil dalam menyampaikan informasi sehingga informasi yang disampaikan dapat dipercaya dan obyektif dan membuat penerima pesan mempunyai kepercayaan yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan membeli. 2. Flexibility, yaitu terbentuknya suatu komunikasi antara dua arah antara

komunikator dan penerima pesan. Dimana dalam hal ini sang penerima pesan akan dapat langsung bertanyasaat itu juga pada sang komunikator serta dapat mempertingi adopsi informasi oleh penerima pesan sehingga mendapatkan feedback yang cepat dari konsumen.

3. Sosial Control, yaitu komunikasi yang terjalin dengan mengikuti saran dari komunikator dalam word of mouth sehingga informasi akan dengan mudah diterima oleh lingkungan komunikator dan begitu pula sebaliknya. Dimana pemasaran dapat memanfaatkan opinion leader untuk dapat mempengaruhi lingkungan disekitarnya. Hal ini adalah yang tidak dimiliki oleh sumber komunikasi lain.

4. Satisfactory buying decision, yaitu waktu dimana seorang konsumen yang puas akan suatu produk maka akan tercipta motivasi untuk menceritakan kembali manfaat produk tersebut kepada orang lain.


(68)

disampaikan oleh sembarang orang, tetapi disampaikan oleh komunikator yang memiliki kredibilitas yang baik.

2. Jika ada konsumen yang tidak merasa puas akan produk makan akan dapat menimbulkan kesan yang tidak baik dan negative. Selain itu word of mouth yang tidak baik akan lebih cepat menyebar dan diterima dari pada kesan baik dan kepuasan akan produk.

3. Apabila kesan negative telah terbentuk dalam word of mouth maka akan mudah tersebar luaskan dan sulit untuk dapat mengendalikan.

Metode pemasaran word of mouth yang dilakukan masing-masing pengusaha batik dan Dispar sendiri sebenarnya sudah cukup memiliki kekuatan dalam pemasaan. Hanya saja metode ini akan terasa kurang dan lambat apabila tidak diimbangi dengan adanya strategi iklan untuk dapat menarik perhatian dan memperkenalkan Batik Surabaya serta menanamkan citra yang melekat dibenak masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mencegah adanya penilaian buruk yang terjadi karena word of mouth dirancanglah media iklan untuk dapat mengklarifikasi penilaian negative yang beredar di masyarakat melalui beberapa media seperti iklan surat kabar, majalah, billboard, poster, flyer, brosur, dan


(69)

54

beberapa sosial media sebagai media pendukung dengan menekankan pada target media yaitu anak muda yang dirasa begitu dekat dengan gadget dan sosial media.

3.4.4 Studi Eksisting 1. Analisis Kompetitor

Studi kompetitor menjelaskan tentang kemiripan suatu produk lain dengan produk yang diangkat. Seringkali Batik Surabaya disamakan dengan batik dari daerah Madura. Dibandingkan dengan Batik Surabaya, Batik Madura lebih dikenal dimasyarakat baik konsumen lokal hingga internasional. Batik Madura dianggap sebagai kompetitor paling kuat dari Batik Surabaya. Karena selain Batik Madura yang lebih dikenal di masyarakat, Batik Madura juga memiliki kesamaan dengan Batik Surabaya. Warna-warna yang digunakan terbilang sama dengan warna-warna Batik Surabaya yaitu merah, kuning, dan hijau muda.

Selain itu dimadura sendiri sudah sejak lama dikenal sejumlah sentra kerajinan batik. Misalnya saja Kabupaten Pamekasan yang sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra batik. Dimana sejak zaman dahulu kala telah banyak pengrajin batik serta pengusaha batik yang bermukim dan mengembangkan usahanya diwilayah tersebut. Selain itu tradisi membatik telah tertanam cukup kuat di kalangan masyarakat Madura hal ini tentu saja membuat budaya memmbatik serta memakai kain batik terpelihara dengan baik.

Bahkan sebelum kain batik menjadi populer seperti saat ini, masyarakat Madura tetap memproduksi dan menggunakan kain batik. Karena batik


(70)

Gambar 3.2 : Batik Madura Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2014


(71)

56

3.5 Analisis SWOT

Internal

Eksternal

Strength

 Produk budaya lokal

 Produk baru dan masih

fresh dipasaran.

 Memberikan layanan

custom design untuk dapat memberi kepuasan pelangganya.

 Batik Surabaya diambil dari cerita yang menjadi asal usul kota.

 Batik Surabaya menggunakan motif yang menjadi icon dari surabaya.

 Menggunakan warna-warna cerah dan mencolok

 Harga yang tergolong mahal, memberikan citra berkelas pada pengguna

Weakness

 Pemerintah yang kurang mengekspos akan adanya batik surabaya

 Kurang dikenal dimasyarakat Surabaya

 Batik Surabaya tidak memiliki sejarah yang pasti. Karena batik Surabaya adalah batik kontempoter.

 Tidak adanya kegiatan atau media promosi dari batik surabaya

 Batik Surabaya masih merupakan usaha perorangan pengrajin batik

 Harga yang terbilang mahal membuat batik Surabaya tidak dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Opportunity

 Banyak dari masyarakat yang masih mencintai produk lokal.

 Banyak dari masyarakat yang menggunakan batik dalam acara tertentu.

Strategi S-O

 Menonjolkan motif yang mengadopsi dari cerita asal usul kota surabaya beserta iconya sebagai identitas produk.

 Melengkapi media iklan dan media pendukung hal yang akan menonjolkan kekuatan produk batik Surabaya dibandingkan produk batik daerah lain.

Strategi W-O

 Merancang media iklan untuk memperkenalkan batik Surabaya sebagai produk budaya lokal yang diharapkan dapat menarik minat wisatawan dan masyarakat agar tertarik dan mencintai batik surabaya.

Threat

 Ada banyak produsen dan usaha batik perorangan yang lebih modern.

 Kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

 Usaha batik perorangan lain yang selalu berinovasi dan gencar mengembangkan melalui media promosi.

Strategi S-T

 Merancang media iklan dengan lebih menekankan konsep yang unik dan berbeda dengan usaha batik perorangan maupun batik dari daerah lain.

 Memilih jenis media promosi yang tepat dan akurat yang sesuai dengan target audience.

Strategi W-T

 Melobi pemerintah setempat untuk melengkapi fasilitas dan media iklan serta promosi pendukung sebagai sarana yang berguna untuk memperkenalkan dan menciptakan suatu kecintaan masyarakat akan batik surabaya.

Hasil Analisis SWOT : Merancang media iklan guna memperkenalkan Batik Surabaya dengan menonjolkan motif khas sebagai identitas produk


(72)

Segmentasi Demografi meliputi berbagai karakteristik seperti usia, gender, ras, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan kelas sosial.

1. Usia : 26-55 tahun

2. Status Hidup Keluarga : Belum menikah, menikah, menikah belum mempunyai anak, menikah mempunyai anak. 3. Jenis Kelamin : Pria dan wanita

4. Profesi : Pelajar, mahasiswa, pegawai negri/swasta, ibu rumah tangga, tenaga professional.

5. Status Sosial : Berdasarkan hasil dari observasi pada rentang harga dari Batik Surabaya yang berkisar antara Rp.250.000 hingga Rp.6.000.000 untuk jenis sarimbit maka Batik Surabaya sesuai untuk dipasarkan pada golongan masyarakat menengah hingga menengah ke atas.

6. Penghasilan : Masyarakat yang digolongkan dalam golongan menengah menurut definisi dari World Bank

adalah masyarakat yang memiliki penghasilan setidaknya 20 dollar AS/hari.


(73)

58

Geografi

Dari hasil wawancara dan observasi adapun sasaran pasar dari produk batik Surabaya adalah meliputi wilayah kota Surabaya

Psikografis

1. Actualizer : Orang yang suka bermimpi, sukses, aktif, serta bertanggung jawab. Menyukai produk-produk yang berbudaya kelas atas. 2. Fulfilleds : Orang yang matang dan suka merealisasikan seluruh ambisi

dan potensi diri, nyaman, matang. Menyukai produk yang berdaya tahan lama, serta menurut fungsi dan nilai dari suatu produk.

3. Believers : Konservatif, konvensional, dan menyukai hal yang mengandung unsur budaya dan tradisional, menyukai produk umum khususnya merek yang sudah mapan.

4. Makers : Praktis, swasembada, tradisional serta berorientasi pada keluarga, menyukai membeli barang dengan nilai fungsi dan kegunaan.

3.6.2 Segmentasi Perancangan Media Iklan Batik Surabaya

Adapun beberapa variabel yang digunakan dalam segmentasi perancangan media iklan dari Batik Surabaya adalah sebagai berikut :

Demografi

Segmentasi Demografi meliputi berbagai karakteristik seperti usia, gender, ras, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan kelas sosial.


(74)

5. Status Sosial : Berdasarkan hasil dari observasi pada rentang harga dari Batik Surabaya yang berkisar antara Rp.250.000 hingga Rp.6.000.000 untuk jenis sarimbit maka Batik Surabaya sesuai untuk dipasarkan pada golongan masyarakat menengah hingga menengah ke atas.

6. Penghasilan : Masyarakat yang digolongkan dalam golongan menengah menurut definisi dari World Bank

adalah masyarakat yang memiliki penghasilan setidaknya 20 dollar AS/hari.

Geografi

Dari hasil wawancara dan observasi adapun sasaran pasar dari produk batik Surabaya adalah meliputi wilayah kota Surabaya

Psikografis

1. Actualizer : Orang yang suka bermimpi, sukses, aktif, serta bertanggung jawab. Menyukai produk-produk yang berbudaya kelas atas.


(75)

60

2. Fulfilleds : Orang yang matang dan suka merealisasikan seluruh ambisi dan potensi diri, nyaman, matang. Menyukai produk yang berdaya tahan lama, serta menurut fungsi dan nilai dari suatu produk.

3. Achievers : Mencapai sesuatu dari keterampilan kerja, orang yang sukses serta berorientasi pada pekerjaan dan karir, menyukai produk yang telah mapan dan bergengsi.

4. Experiencers : Suka mencoba hal baru, muda, energik, bersemangat, impulsive, suka membelanjakan uang dengan proporsi yang besar untuk kebutuhan busana (fashion).

5. Believers : Konservatif, konvensional, dan menyukai hal yang mengandung unsur budaya dan tradisional, menyukai produk umum khususnya merek yang sudah mapan.

3.7 Analisis Batik Surabaya 3.7.1 Positioning

Positioning merupakan suatu usaha untuk menciptakan pemikiran yang unik dan bervariasi pada masing-masing pelanggan. Strategi ini bertujuan untuk mendapatkan image tertentu dari konsumen tentang keunggulan produk dibandingkan dengan produk dari competitor (Purwanto, 2012).

Dalam menentuka positioning produk dalam penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan guna mencuptakan diferensiasi yang unik dan berbeda dalam


(76)

batik.

2. User Concept : Produsen batik yang selalu berinovasi dan mengikuti perkembangan tren serta mode yang ada.

4. Atribute positioning Concept :[;,

a Derajat Kepentingan : Batik Surabaya merupakan suatu produk budaya lokal yang harus dijaga kelestarianya.

b Keunikan : Batik Surabaya bercerita tentang asal usul kota, dan menggunakan icon-icon khas kota Surabaya dalam batik.

c Superioritas : Dengan motif khas Surabaya akan mampu memberi identitas tersendiri bagi para penggunanya.

d Terjangkau : Memberi berbagai pilihan dan penawaran batik seperti Batik Saraswati, Batik Semanggi, dan Batik Mangrove.

Melalui beberapa analisis pendekatan tersebut, Batik Surabaya memposisikan diri sebagai produk budaya lokal yang dapat meningkatkan citra dan memberi kepuasan tersendiri pada para konsumennya dalam mengekspresikan gaya dan penampilan yang diinginkan sehingga pengguna tidak lagi terlihat kuno dengan menggunakan batik.


(1)

114 5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan media iklan Batik Surabaya ini adalah:

1. Agar dapat memperkenalkan Batik Surabaya dikalangan anak muda perlu adanya suatu media guna menampung segala informasi didalamnya dengan melakukan beberapa tahap dalam perancangan seperti, melakukan wawancara kepada para narasumber yang berkompeten di bidangnya, observasi langsung kepada para produsen batik surabaya, Melakukan studi kepustakaan serta dokumentasi yang kemudian dianalisa dan diperoleh beberap keyword seperti up to date, instan, warisan dan tradisi. Selanjutnya dari beberapa keyword barulah ditarik sebuah kesimpulan yaitu “Modern Culture” yang kemudian dijadikan konsep dalam perancangan media iklan.

2. Dari konsep yang telah didapat barulah di jabarkan elemen-elemen yang sesuai untuk digunakan dalam media iklan batik surabaya. Pemilihan beberapa media yang sesuai guna menarik perhatian dan memperkenalkan Batik surabaya kepada para anak muda sebagai target media seperti Billboard, Iklan Surat Kabar, Majalah, flyer, brosur, poster dan sosial media sebagai media online pendukung.


(2)

3. Menggunakan teknik manual drawing sebagai upaya menciptakan suatu keselasan dengan keindahan art goresan canting pada batik yang masih menggunakan cara tradisional berbeda dengan ilustrasi media pada umumnya dirasa akan mampu menarik perhatian.

5.2 Saran

Adapun saran dari perancangan media iklan Batik Surabaya ini adalah:

1. Hasil penelitian dapat diaplikasikan pada Batik dari daerah lain guna membidik sasaran para anak muda.

2. Mengembangkan lebih dalam tentang desain busana untuk Batik Surabaya yang sudah ada dalam dunia seni dan desain untuk dapat menarik minat para anak muda.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Anshori, Yusak & Adi. 2011. Keeksotisan batik Jawa Timur. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Bambang Riyanto. 2001, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan: Cet 7. BEP Yogyakarta

Bogdan dan Biklen, (1982), Qualitative Research For An Introduction The TeoryAnd Method, London.

Charles W. Lamb dkk, 2001. Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.

Danton, Sihombing. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia

Davison,G.C., Neale,J.M. dan Kring,A.M. (2006). Psikologi abnormal (9th ed.). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Durianto, Darmadi dkk. 2004. Brand Equity Ten. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harjanto, Rudi. 2009. Prinsip-prinsip Periklanan. Jakarta : Gramedia.

Kasali, Renald. 2000. Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi Targeting Positioning. J Jakarta: Gramedia.


(4)

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Kusrianto, Adi. 2010. Pengantar Tipografi. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Moleong, Lexy, J. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosda Karya.

Marimin, 2004, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, Grasindo, Jakarta.

Musman, Asti & Ambar. 2001. Batik : Warisan Adiluhur Nusantara. Yogyakarta:G-Media.

Nugroho, Eko. 2008. Pengenalan Teori Warna. Yogyakarta: Adi.

Nuryawan, Haris Prima. 2007. Interior Ruang. Jakarta: PT. Prima Infosarana

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi kualitatif. Yogyakarta. LKIS.

Peter, J. Paul & Jery C. Olson, 2000. Concumer Behavior: Perilaku konsumen dan strategi pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Pressman, Roger S., 2009, Rekayasa Perangkat Lunak, jilid I, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Punch, K.F. (1998). Introduction to Social Research, Quantitative and Qualitative Approaches. British: SAGE Publication.

Rochaety, Ety, Ratih Tresnati, dan Abdul Madjid Latief, 2007. Metodologi Penelitian.


(5)

Rustan, Surianto. 2009. Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rustan, Surianto. 2011. Font dan Tipografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS 17. Jakarta: PT. Ales Media Komputindo.

Sarwono Jonathan dan Lubis Hari. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi offset.

Supriyono, Rahmat. 2010. Desain Kominukasi Visual Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Suyanto, M. 2005. Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Andi.

Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Rajawali Pers 2012.

Zuhdi.U.F. (2011). Komunikasi bisnis pemahaman secara mudah. Yogyakarta:Wahana Totalita Publisher.


(6)

Sumber website :

Pusaka Jawatimuran.htm (diakses 20 Januari 2014) Css.weaver.com.2012 (diakses 14 Januari 2014) National.kompas.com (diakses 2 Februari 2014) www. Indotitas.com (diakses 2 Februari 2014) Nasional.kompas.com (diakses 7 juli 2014)