PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

(1)

i

Disusun untuk Memenuhi Penyelesaian Skripsi sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nama : CANTIK ISTYA KARMANA NIM : 20130610311

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

v MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

(QS: AL-Insyiroh: 6-7)

“Maka nikmat Rabb kamu yang manakah, yang kamu dustakan” (QS: Ar-Rahman 13)

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"


(3)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat melaksanakan tugas dalam menyusun skripsi ini sampai terselesaikan. Skripsi ini diberi judul “PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS DI DINAS

PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG” dan disusun untuk

melengkapi tugas-tugas serta memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan Program Strata Satu Ilmu Hukum.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik atas bantuan semua pihak, sehingga penulis dengan segenap kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Kedua Orang Tuaku Bapak Karman dan Ibu Isti Farofah, yang tiada henti-hentinya mencurahkan kasih sayangnya dan memberikan rencana hidup, bimbingan dan nasehat, kebutuhan keuangan dan yang lebih berharga adalah doa yang selalu diperuntukkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini, saya berharap dan berdoa agar beliau selalu diberi kesehatan dan keselamatan oleh Allah SWT.

2. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(4)

vii

3. Bapak Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Penguji Utama yang sudah memberikan masukan bagi penulis untuk memperbaiki skripsi ini agar menjadi lebih baik.

4. Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL. Selaku Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat berarti bagi penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Beni Hidayat, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersabar dan banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum yang telah memberikan kuliah sebagai bekal pengetahuan yang berguna dalam penyusunan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat dan memberikan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 11 Maret 2017

Cantik Istya Karmana 20130610311


(5)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ……….. v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI………... viii

ABSTRAK……… xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS ... 7

A. Pengawasan ... 7

1. ... Pe ngertian Pengawasan ... 7

2. ... Tu juan Pengawasan ... 14

3. ... N orma dan Etika Pengawasan... 16


(6)

ix

4. ... Je

nis Pengawasan ... 19

5. ... Pe ngawasan Melekat ... 24

B. Disiplin Kerja Pegawai ... 27

1. ... De finisi Disiplin Kerja ... 27

2. ... In dikator Disiplin Kerja ... 31

3. ... Ge jala dan Sebab Ketidakdisiplinan ... 33

4. ... Ke gunaan Disiplin Kerja ... 34

5. ... Di siplin Pegawai Negeri Sipil ... 34

6. ... Ke wajiban dan Hak PNS ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A.Jenis Penelitian ... 45

B. Data Penelitian ... 45

C.Teknik Pengumpulan Data ... 46

D.Lokasi Penelitian ... 46


(7)

x

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 47

G.Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung ... 48

B. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung ... 59

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN


(8)

KEI}ISIPLEiAN PNS DI DINAS PENI}II}IKAN

KABI]PATEN TSMANGGI}NG

,ffi

t""- =

Naqrullah, S,H* S.Ag..

MCL


(9)

KEDISTPLINAN PNS

I}I

DINAS PENDIDIKAN KABIiPATEN TEMANGGUNG

Diajukan oleh:

NAMA : CANTIKISTYA KARMANA

D[Ilt/t

:20130610311

Telah diprtahankan dihadapan tim penelaah pada tanggal lllNdatet}Afi Yang terdiri dari:

Ketua

\^v,

Bagus Salnawa" S.H.. M.Hum NrP. 19680821 199303

I

003

Anggota

ffi

Nasrullah. S.H.. S.Ae." MCL.

Nrr(

19700617 200004 153 045

Beni Hidavat. S.H.. M.IIum.

Nrrc 19731231 199804 1s3 030

I\[IK. 19710409199702 153 028

ltl


(10)

xi

mengatur yang disebut pemerintah (government). Konsep, ajaran, dan tujuan negara adalah menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya guna oleh pimpinan organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing agar berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Pengawasan melekat akan berfungsi dengan baik, jika sistem pengendalian manajemen yang disusun oleh pimpinan untuk mengarahkan segala daya dan usaha untuk tercapainya tujuan yang ditentukan dapat berfungsi. Pengawasan melekat sifatnya mencegah (preventif) penyimpangan, sehingga pengawasan melekat dianggap mempunyai kualitas tinggi jika mampu mencegah semua bentuk penyimpangan dalam pembangunan.


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara dalam menjalankan kekuasaannya mempunyai alat untuk mengatur yang disebut pemerintah (government). Konsep, ajaran, dan tujuan negara adalah menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Dalam negara hukum segala kekuasaan dari alat–alat pemerintahannya didasarkan atas hukum.

Peranan administrasi kepegawaian semakin penting dalam lingkup administrasi negara ketika pemerintah mencanangkan rencana pembangunan lima tahun pertama. Unsur sumber daya manusia merupakan faktor penentu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan baik dalam tugas umum pemerintahan maupun pembangunan. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengatur sesuatu dalam masyarakat baik yang mengatur tentang tugas dan wewenang aparatur penyelenggara pemerintahan di seluruh jajaran instansi pemerintahan di Indonesia. Kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional terutama dari ketertiban aparatur pemerintahan yang pada pokoknya tergantung pada dedikasi pegawai negeri sipil dengan memiliki jiwa disiplin. Hal ini diperlukan karena pegawai negeri sipil sebagai penyelenggara tugas pemerintahan dan pembangunan. Tujuan pemerintah menurut Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4


(12)

2

yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 menyatakan bahwa, ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Melihat betapa pentingnya masalah kedisiplinan ini sehingga perlu diatur secara tersendiri seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Namun pelaksanaan kedisiplinan itu tidak akan mungkin terlaksana dengan baik apabila tidak disokong oleh pengawasan yang baik pula. Pada dasarnya pengawasan ini adalah alat untuk membimbing dan mengontrol supaya dapat tercapai apa yang kita inginkan sehingga diaturlah di dalam Instruksi


(13)

3

Presiden RI Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat.

Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing, agar secara terus menerus berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap sumber-sumber kerja untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangannya, agar dapat diperbaiki oleh pimpinan yang berwenang pada jenjang yang lebih tinggi, demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.1

Kewajiban dan larangan yang diperinci dalam peraturan disiplin pegawai negeri sipil masih banyak sekali pegawai negeri sipil belum mentaati kewajibannya secara baik dan masih banyak yang melanggar larangan-larangan yang dimaksud. Dengan adanya peraturan, ketaatan untuk melakukan kewajiban dapat ditingkatkan dan pelanggaran terhadap larangan dapat dikurangi karena adanya sanksi yaitu berupa Hukuman Disiplin, yang juga telah diperinci baik mengenai tingkat maupun jenisnya. Selain itu suatu hukuman disiplin dimaksudkan untuk

1

Hadari Nawawi, 1989, Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta, Erlangga, PT Gelora Aksara Pratama, hlm. 8


(14)

4

memperbaiki dan mendidik pegawai negeri sipil yang melakukan suatu pelanggaran.2 Untuk menghindari perbuatan sewenang-wenang pejabat yang berhak menghukum, maka diadakan ketentuan-ketentuan tentang tata cara pemeriksaan, pengawasan, penjatuhan, dan penyampaian keputusan hukuman disiplin tersebut.

Sehubungan dengan pelaksanaan pengawasan melekat di tingkat Kabupaten Temanggung, perlu suatu instansi yang bertanggung jawab di Dinas Pendidikan yang tugasnya melakukan pengawasan umum dan manajemen terhadap penyelenggaraan kegiatan pemerintah Kabupaten Temanggung. Agar meminimalisir tindakan-tindakan yang bisa merugikan negara seperti halnya penyalahgunaan kekuasaan, oleh karena itu menurut penulis perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.

Lingkungan aparatur pemerintah jelas bahwa tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan pembangunan nasional yang secara umum terdapat didalam pembukaan UUD1945. Tujuan itu harus dijabarkan oleh setiap organisasiatauunit kerja di lingkungan aparatur pemerintah dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Dalam melaksanakan volume dan beban tugas itulah, diperlukan pengawasan melekat baik terhadap komponen-komponen yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan maupun pada sumber-sumber kerja yang dipergunakan.3

Pengawasan melekat akan berfungsi dengan baik, jika sistem pengendalian manajemen yang disusun oleh pimpinan untuk mengarahkan

2

Bagus Sarnawa, 2007, Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Lab Hukum UMY, hlm. 66 3

Lucky Gumilang, Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BAPPEDA Kulon Progo, FH UMY (2011), hlm. 2


(15)

5

segala daya dan usaha untuk tercapainya tujuan yang ditentukan dapat berfungsi. Pengawasan melekat sifatnya mencegah (preventif) penyimpangan, sehingga pengawasan melekat dianggap mempunyai kualitas tinggi jika mampu mencegah semua bentuk penyimpangan dalam pembangunan.4Berdasarkan uraian tersebut mendorong penulis untuk meneliti dengan judul “PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung?

2. Apakah hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.

4

Murtir Jeddawi, 2008, Reformasi Birokrasi, Kelembagaan, Pembinaan PNS, Jakarta, Kreasi Total Media, hlm. 96


(16)

6 D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan ilmu, sebab hasil-hasil penelitian tersebut merupakan bagian-bagian yang dianalisis, yang hasilnya akan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

2. Praktis

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.


(17)

7 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEDISIPLINAN PNS

A. Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Pengawasan adalah suatu kegiatan yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang harus diikuti agar dicapai mutu pengawasan yang dikehendaki, bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan, penyimpangan, dan penyelewengan supaya dilaporkan sebab-sebab dan bagaimana terjadinya, serta menemukan cara bagaimana terjadinya, serta menemukan cara bagaimana memperbaikinya.1

Pengawasan terhadap kedisiplinan pegawai negeri sipil meliputi pengawasan melekat (WASKAT), pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat adalah tindakan atau kegiatan untuk mengawasi dan mengendalikan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya baik ditingkat pusat, propinsi, kabupaten atau kota maupun sekolah.2 Prioritas utama dalam kedisiplinan pegawai negeri sipil adalah pengawasan yang

1

Sujamto, 1986, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta, Ghalia Indonesia,hlm.19 2Ibid.


(18)

8

dilakukan oleh Dinas Pendidikan kabupaten atau kota kepada sekolah-sekolah.

b. Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh instansi yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan instansi yang menjadi tanggung jawabnya. Instansi tersebut yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Depdiknas, Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) propinsi kabupaten atau kota.

c. Pengawasan Masyarakat

Dalam rangka transparansi pelaksanaan pengawasan melekat pelaksanaan ini juga dapat diawasi oleh unsur masyarakat yang terdapat di daerah Kabupaten Temanggung dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di daerah Kabupaten Temanggung. Lembaga tersebut melakukan pengawasan dalam rangka melihat pelaksanaan pengawasan melekat di daerah Kabupaten Temanggung namun tidak melakukan peringatan yang bersifat kedinasan. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam kedisiplinan pegawai negeri sipil agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

Dalam penyelenggaraan pemerintah perlu adanya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah. Dengan adanya pengawasan


(19)

9

maka kegiatan yang menyimpang dapat dibetulkan. Fungsi pengawasan bukan untuk mencari-cari kesalahan tetapi mengarahkan agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan rencana. Batasan pengertian pengawasan telah banyak dirumuskan oleh para ahli dalam berbagai literatur, salah satu batasan diantaranya adalah sebagaimana dikemukakan oleh M. Manullang mengatakan:

“Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuaidengan

rencana semula.”3

Menurut Viktor M Situmorang dan Yusuf Juhir:

“Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana pelaksaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai. Dalam definisi tersebut terdiri dari dua bagian yaitu: pertama; menggambarkan wujud dari pengawasan; kedua; menggambarkan tujuan dan sasaran yang hendak

dicapai oleh pengawasan tersebut.”4

Menurut Ir. Sujamto mengatakan:

“Pengawasan adalah suatu usaha untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas, apakah

sesuai dengan yang semestinya atau tidak.”5

3

M. Manullang, 1977, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 173

4

Viktor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, 1994, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 21

5


(20)

10

Menurut Sondang P. Siagan mengatakan:

“Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua apa yang telah direncana sesuai dengan apa yang telah ditentukan

sebelumnya.”6

Menurut Basu Swastha mengatakan:

“Pengawasan adalah fungsi yang menjamin bahwa kegiatan

-kegiatan dapat memberikan hasil seperti apa yang diinginkan.”7

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan pada dasarnya merupakan tindakan atau kegiatan dan perbuatan untuk menilai pelaksanaan suatu pekerjaan atau kegiatan apakah sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan berhubungan erat dengan perencanaan dan pemeriksaan. Sebab perencanaan dan pemeriksaan yang baik tanpa disertai dengan tindakan pengawasan maka perencanaan dan pemeriksaan tersebut tidak akan menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana.

Dalam konteks pelaksanaan suatu sistem manajemen dapat digambarkan bahwa suatu gagasan atau ide yang kemudian dituangkan dalam suatu rumusan rencana akan berlanjut dengan suatu proses

6

Viktor M.Situmorang dan Jusuf Juhir, Ibid., hlm. 37

7


(21)

11

tindakan pelaksanaan yang diikuti dengan tindakan pengawasan, agar perencanaan yang dimaksud dilaksanakan sebagaimana mestinya. Melalui tindakan pengawasan ini akan diperoleh umpan balik dalam bentuk laporan dari yang melakukan pengawasan kepada pokok pimpinan yang berwenang, dimana melalui laporan tersebut akan diketahui gambaran tentang sejauh mana kesesuaian rencana dengan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan. Jika terjadi kekeliruan atau penyimpangan, maka dilakukan tindak korektif atau perbaikan agar pekerjaan berikutnya dapat dilakukan kembali sesuai rencana.

Agar kegiatan pengawasan dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1.Pengawasan harus mencerminkan sifat kegiatan. Untuk jenis kegiatan yang berbeda maka pengawasan dan pedoman pengawasannyapun berbeda.

2.Pengawasan harus melaporkan penyimpangan-penyimpangan secara cepat. Kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan harus cepat diketahui agar bias diambil tindakan koreksi.

3.Pengawasan harus bisa melihat jauh kedepan. Untuk membuat perkiraan situasi yang akan datang sebab hal ini dapat memperkecil dari kemungkinan terjadinya penyimpangan.

4.Pengawasan harus menunjukkan perkecualian pada hal-hal penting, karena tidak semua kejadian dapat ditangani dengan cara yang


(22)

12

sama maka harus mengeluarkan waktu dan usaha tambahan untuk menangani hal-hal perkecualikan.

5.Pengawasan harus obyektif. Agar pengawasan dapat lebih obyektif maka tidak didominasi oleh kekuatan pribadi seseorang tetapi perlu adanya pernyataan yang jelas dalam pelaksanaan pekerjaan. 6.Pengawasan harus fleksibel. Keluwesan dapat diberikan dengan

memasukkan rencana-rencana alternative untuk situasi-situasi yang memungkinkan.

7.Pengawasan harus mencerminkan pola organisasi. Untuk menyelesaikan masalah-masalah dan mencapai tujuannya, data pengawasan harus jelas dan spesifik, menyangkut jumlah dan sumber kesulitan, setiap pelaksana perlu mempertanggungjawabkan hasil-hasil kegiatannya.

8.Pengawasan harus ekonomis. Sebaiknya pengawasan bukan menjadi tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian biaya pengawasan diusahakan untuk dapat ditekan sekecil mungkin.

9.Pengawasan harus dapat dipahami. Jika sistem pengawasan tidak dapat dipahami dan tidak dapat diterapkan maka hanya akan memperbanyak kekurangan yang ada.

10.Pengawasan harus menunjukkan tindakan koreksi. Suatu sistem pengawasan yang memadai harus dapat bekerja lebih banyak. Yaitu dapat menyangkut kegagalan yang terjadi, siapa yang


(23)

13

bertanggungjawab atas kegagalan tersebut, dan alternative apa yang cocok untuk mengatasinya.8

Dengan berpedoman pada karakteristik pengawasan diatas, maka diharapkan setiap kegiatan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan rencana. Adapun obyek pengawasan adalah pelaksanaan tugas pokok organisasi yang bersangkutan. Dalam hal ini untuk lebih tegasnya bahwa obyek pengawasan bukan seseorang tetapi suatu sistem yang mencakup pelaksanaan tugas organisasi dimana

pengawasan tidak dapat ditujukan dengan kata “siapa” melainkan

dengan kata “apa”.

Sedangkan sasaran pengawasan digunakan untuk menunjuk kepada apa yang akan dicapai oleh pengawas. Kata “sasaran” biasanya dianggap sebagai terjemahan atas kata target dan “goal” dalam bahasa inggris, yang kira-kira berarti tujuan pokok yang hendak dicapai.

Sedangkan menurut ketentuan umum Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas penyelenggraan Pemerintahan Daerah, pengertian pengawasan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8


(24)

14

Pemerintah daerah merupakan sub sistem dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu, untuk mengupayakan keserasian penyelenggaraan pemerintahan negara dengan pemerintahan daerah yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme maka diperlukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam melakukan pengawasan, harus diutamakan adanya kerjasama dan dipeliharanya rasa kepercayaan, sehingga dapat tercapai tujuan dari pengawasan, yaitu untuk mengetahui perbedaan antara rencana dengan pelaksanaan dalam waktu yang tepat sehingga dapat diadakan perbaikan-perbaikan dengan segera mencegah berlarut-berlarutnya kesalahan.9

2. Tujuan Pengawasan

Sebagai suatu proses kegiatan, maka pengawasan juga memiliki tujuan, tujuan pengawasan sebagaimana dinyatakan oleh Viktor M. Situmorang dan Jusuf Juhir adalah:

a. Agar tercipta aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (control social) yang obyektif, sehat dan bertanggungjawab.

b. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparatur pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat. Agar adanya

9

Sujamto, 1986, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 122


(25)

15

keleluasaan dalam melaksanakan tugas, fungsi/kegiatan, tumbuhnya budaya maka dalam diri masing-masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran agama.10

Selanjutnya agar pengawasan itu dapat berjalan dengan baik maka pengawasan itu sendiri secara langsung juga bertujuan untuk:

1. Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan pemerintah.

2. Mentertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan. 3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.

4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan.

5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi.11

Pendapat lain menurut Manullang, menyebutkan bahwa tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.12

Sedangkan tujuan pengawasan menurut Sujamto, menyebutkan bahwa tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui dan menilai

10

Viktor M. Situmorang dan Jusuf Juhir, Op, Cit, hlm. 96

11

Ibid, hlm. 26

12

M. Manullang, 2002, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, hlm. 173


(26)

16

kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.13

Dari beberapa pendapat tentang tujuan pengawasan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai tujuan pengawasan. Bahwa tujuan pengawasan itu adalah untuk menjamin terselenggaranya pekerjaan sesuai dengan rencana yang mungkin terjadi dalam hal pelaksanaan pekerjaan. Artinya selalu mengusahakan dilaksanakannya pekerjaan yang sesuai rencana, maka pengawasan sekaligus juga bertujuan menyempurnakan berbagai kekurangan atau kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan teesebut untuk memperbaiki bagi pelaksanaan kegiatan yang akan datang.14

3. Norma dan Etika Pengawasan

Untuk kegiatan dalam rangka melaksankan fungsi pengawasan, diperlukan satu norma yang lebih umum yaitu norma pengawasan, norma ini berlaku untuk semua kegiatan baik yang berupa pemeriksaan atau yang bukan pemeriksaan. Jika norma pengawasan itu hanya memberikan suatu patokan dalam melaksanakan pengawasan, maka diperlukan etika pengawasan sebagai patokan bagi semua petugas pengawasan. Bagaimana harus bersikap menghadapi tugas dalam tanggung jawabnya.

Dalam Kamus Umum bahasa Indonesia susunan, W. J. S. Purwadarminta, kata “norma” dijelaskan sebagai “ukuran” (untuk

13

Sujamto, Op, Cit, hlm. 155

14


(27)

17

menentukan sesuatu) patokan.15 Kata lain dalam bahasa Indonesia yang sering dianggap seakan-akan sebagai sinonim kata norma dan kata akidah. Akan tetapi dalam kamus tersebut penjelasan kata norma dan kata kaidah tidak dikaitkan sama sekali kata kaidah, diberi arti sebagai rumusan asas-asas yang menjadi hukum, atturan yang tentu, patokan dalil.16

Dari penjelasan tersebut, penulis lebih cenderung untuk memberi arti norma sebagai patokan aturan perilaku. Pengertian norma sebagai pengawasan adalah sebagai berikut: Norma pengawasan adalah patokan, kaedah, atau ukuran yang ditetapkan oleh pihak berwenang yang harus diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan agar dicapai mutu pengawasan yang dikehendaki.17

Dalam pelaksanaan pengawasan khususnya dalam jajaran departemen dalam negeri, telah dirumuskan norma umum pengawasan yang dimaksud adalah:

a. Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, yaitu tidak mengutamakan mencari siapa yang salah tetapi apabila ditemukan penyimpangan dan hambatan agar dilaporkan dan bagaimana mengatasinya.

15

W. J. S. Purwadarminta, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, hlm. 678

16

Ibid, hlm. 432

17


(28)

18

b.Pengawasan harus merupakan proses berlanjut. Yaitu dilaksanakan terus menerus sehingga dapat memeperoleh hasil pengawasan yang berkesinambungan.

c. Pengawasan harus menjamin adanya kemungkinan pengambilan koreksi yang cepat dan tepat terhadap penyimpangan yang ditentukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan penyimpangan tersebut.

d.Pengawasan harus bersifat mendidik dan dinamis. Yaitu dapat menimbulkan kegairahan untuk memperbaiki, mengurangi penyimpangan di samping menjadi pendorong dan perangsang untuk mentertibkan penyempurnaan kondisi obyek pengawasan.18 Telah dijelaskan secara singkat tentang norma pengawasan maka pembahasan tentang suatu yang lebih mendasar yaitu etika pengawasan. Jadi pada dasarnya etika adalah suatu cabang filsafat yang objek penelitiannya adalah moral atau tingkah laku manusia. Keududukan etika dalam filsafat, secara singkat dijelaskan oleh Poedja Wijatna adalah:

“Etika merupakan bagian dari filsafat sebagai ilmu-ilmu, etika

mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik buruk bagi tingkah laku manusia ada yang menyebut etika

18

Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri, 1981, Buku Pedoman Pengawasan Umum di Lingkungan Departemen Dalam Negeri, hlm. 33


(29)

19

itu filsafat kesusilaan ini sama, karena etika hendak mencari ukuran

mana yang susila itu, artinya tindakan manusia, manakah yang baik.”19

Dari uraian-uraian norma pengawasan tersebut diatas, terdapat adanya perbedaan tentang sasaran perhatian antara keduanya. Norma pengawasan menitik beratkan perhatiannya pada pelaksanaan pengawasan. Sedangkan etika pengawasan lebih menitik beratkan pada nilai-nilai moral pengawasan.

4. Jenis Pengawasan

a.Dilihat dari pola pemeriksaan 1) Pemeriksaan Operasional

Yaitu pemeriksaan terhadap cara pengelolaan suatu organisasi untuk melaksanakan tugas untuk menjadi lebih baik. Pemeriksaan ini menekankan pada penilaian dari sudut efisiensi dan kehematan.

2) Pemeriksaan Finansial

Yaitu pemeriksaan yang mengutamakan pada masalah keuangan, dokumen. Buku daftar serta laporan keuangan antara lain untuk memperoleh kepastian bahwa berbagai transaksi keuangan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang, peraturan, instruksi yang bersangkutan dan seterusnya.

3) Pemeriksaan Program

19


(30)

20

Yaitu pemeriksaan yang dimaksudkan untuk menilai program secara keseluruhan, ditinjau efektivitasnya untuk mengetahui apakah tujuan semulatelah ditentukan juga, telah dicapai serta apakah dalam usaha mencapai tujuan tersebut digunakan alternative yang wajar.

4) Pemeriksaan Lengkap

Yaitu pemeriksaan yang mencakup ketiga pemeriksaan diatas.20

b. Dilihat dari waktu pelaksanaan 1) Pengawasan Preventif

Yaitu pengawasan yang melalui pre audit sebelum pekerjaan dimulai, contoh: dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana perencanaan tenaga dan sumber-sumber lain.

2) Pengawasan Represif

Yaitu pengawasan yang dilaksanakan melalui post audit, dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi), meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya.21 c. Dilihat dari sifat pengawasan

1) Pengawasan Langsung

Yaitu pengawasan yang dilaksanakan dengan cara mendatangi dan melakukan pemeriksaan ditempat terhadap obyek yang

20

Abu Daud Busron, 1988, Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta, Bina Aksara, hlm. 23

21


(31)

21

diawasi. Yang dimaksud dengan pemeriksaan ditempat adalah berupa pemeriksaan administrative atau pemeriksaan fisik dilapangan. Pengawasan ini dimaksudkan agar perangkat pengawas atau pekerja itu dapat melihat sendiri bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

2) Pengawasn Tidak Langsung

Yaitu pengawasan yang dilakukan dengan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau objek yang diawasi. Caranya adalah dengan memepelajari dan menganalisa segala dokumen yang menyangkut objek yang diawasi. Dokumen-dokumen itu antara lain dapat berupa laporan dari pelaksanaan pekerjaan, baik laporan berkala atau isidentil, Laporan Hasil Pengawasan (LHP) yang diperoleh dengan perangkat pengawasan lainnya. Surat-surat pengaduan, berita atau artikel di media massa dan dokumen.22

Menurut Viktor M Situmorang dan Jusuf Juhir, disamping macam-macam pengawasan yang didasarkan pada pengklarifikasikan ada juga jenis-jenis pengawasan yang dilihat dibidang pengawasannya:

1) Pengawasan anggaran pendapatan 2) Pengawasan biaya

3) Pengawasan inventaris 4) Pengawasan hasil produksi

22


(32)

22

5) Pengawasan jumlah hasil kerja 6) Pengawasan pemeliharaan 7) Pengawasan kualitas hasil kerja

Untuk memperoleh pengawasan yang baik dan efektif agar pengawasan nantinya dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan maka diperlukan prinsip pokok pengawasan, yang menurut Muhammadiyah Manullang adalah:

1. Adanya rencana tertentu

Prinsip itu merupakan suatyu keharusan karena rencana itu merupakan standar atau alat pengukur daripada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi penunjuk apakah suatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.

2. Adanya pemberian instruksi serta wewenang-wewenang

Wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan karena berdasarkan itu dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.

Selain kedua pokok prinsip diatas, maka suatu sistem pengawasan haruslah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang harus diawasi.

2. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.


(33)

23 3. Fleksibel.

4. Dapat mereflektif pola organisasi. 5. Ekonomis.

6. Dapat dimengerti.

7. Dapat menjamin diadakannya tindakan korelatif.

Selain prinsip-prinsip diatas, pengawasan juga mempunyai asas-asas tertentu seperti yang dikemukakan Komarudin:

1. Asas sumbangan terhadap tujuan

Tujuan fungsi pengawasan adalah untuk mempermudah pencapaian tujuan organisasi.

2. Asas penetapan standar

Agar fungsi pengawasan itu efektif, standar yang obyektif, cermat dan serasi dengan keadaan yang khusus harus ditetapkan.

3. Asas penetapan pokok-pokok strategis

Tujuan penetapan pokok-pokok pengawasan strategis adalah untuk memonitor kegiatan-kegiatan kerja yang dilakukan. Disamping itu juga melakukan melaporkan segenap penyimpangan dari standar.

4. Asas tindakan perbaikan

Pengawasan dapat dibenarkan secara ekonomis bila ukuran dilakukan untuk memperbaiki penyimpangan sebenarnya atau penyimpangan potensial dari rencana.


(34)

24

5. Asas manajemen dengan kekecualian

Tugas pengawasan yang penting adalah untuk menelusuri kebenaran dan menemukan penyimpangan yang potensial dan nyata direncanakan telah dirumuskan sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan.

6. Asas keluwesan pengawasan

Pengawasan harus dirancang dengan keluwesan yang tinggi untuk menghadapi keadaan dan kondisi yang terus berubah. 7. Asas keharmonisan organisasi

Pengawasan yang direncanakan dengan efisien harus harmonis dengan struktur organisasi.

8. Asas kecocokan pengawasan

Fungsi pengawasan harus mencerminkan jabatan yang menurut rencana harus dilaksanakan, yaitu harus cocok dengan kebutuhan setiap pemimpin.

9. Asas tanggung jawab pengawasan

Tanggung jawab utama untuk melaksanakan pengawasan terletak diatas bahu pemimpin.

10.Asas akuntabilitas pengawasan

Bahwa pemimpin bertanggung jawab atas hasil pengawasan. 5. Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat adalah tindakan atau kegiatan untuk mengawasi dan mengendalikan oleh pimpinan masing-masing instansi


(35)

25

kepada bawahannya baik ditingkat pusat, propinsi, kabupaten atau kota maupun sekolah.23 Prioritas utama dalam kedisiplinan pegawai negeri sipil adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan Dinas Pendidikan kabupaten atau kota kepada bawahannya atau staf-stafnya.

Untuk menciptakan pengendalian manajemen yang memadai, digunakan delapan unsur Pengawasan Melekat (WASKAT) dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi/instansi. Delapan unsur WASKAT tersebut adalah:

a. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses pembentukan organisasi yang didesain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan organisasi, dan pelaksanaan fungsi manajerial secara menyeluruh.

b.Pembinaan Personil

Pembinaan personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya manusia yang menjalankan sistem dan prosedur instansi pemerintah memiliki kemampuan secara profesional dan moral sesuai dengan kebutuhan tugas dan tanggung jawabnya, yang dilakukan secara terus menerus sejak perekrutan pegawai hingga pensiun.

c. Kebijakan

23Ibid. , hlm. 1


(36)

26

Kebijakan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh manajemen secara tertulis untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi.

d. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang.

e. Prosedur

Prosedur merupakan rangkaian tindakan untuk untuk melaksanakan aktivitas tertentu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

f. Pencatatan

Pencatatan merupakan proses pendokumentasian transaksi/kejadian secara sistematis yang relevan dengan kepentingn organisasi instansi. Pencatatan juga mencakup proses pengelolaan data yang diperoleh menjadi informasi dalam bentuk keluaran olahan data atau laporan.

g. Pelaporan

Pelaporan merupakan bentuk penyampaian informasi tertulis kepada unit kerja yang lebih tinggi (pemberi tugas) atau kepada instansi lain yang mempunyai garis kepentingan interaktif dengan instansi pembuat laporan.24

24


(37)

27 B. Disiplin Kerja Pegawai

1. Definisi Disiplin Kerja Pegawai

Gambaran umum memperlihatkan bahwa disiplin merupakan tonggak penopang bagi keberhasilan tujuan organisasi, baik organisasi sektor publik (pemerintahan) maupun sektor swasta. Untuk itu, setiap organisasi harus menerapkan kebijakan disiplin pada pegawai dalam organisasi-organisasi tersebut. Bagi pegawai, disiplin merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya.

Disisi lain, organisasi juga akan memperoleh manfaat dari penerapan kebijakan disiplin. Tanpa adanya disiplin dan ancaman tindakan disiplin, efektifitas organisasi akan menjadi sangat terbatas. Hal ini dikemukakan oleh Mondy bahwa hasil dari suatu organisasi adalah berasal dari pengembangan dan penerapan kebijakan disiplin yang efektif. Tanpa adanya disiplin yang baik, maka efektivitas organisasi menjadi terbatas. Selanjutnya, mereka mengatakan bahwa tindakan disiplin yang efektif akan mendorong individu untuk meningkatkan kinerja yang menguntungkan individu tersebut dan tentunya juga organisasi.

Menurut Henry Simamora disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Pelanggaran peraturan yang dilakukan oleh karyawan menuntut adanya tindakan indisipliner, artinya hukuman


(38)

28

akan diberikan kepada karyawan apabila mereka gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan. Tindakan indisipliner yang efektif terpusat pada perilaku karyawan yang salah, bukan pada diri karyawan sebagai pribadi.

Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan yang berlaku . Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara pegawai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Dispilin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu di jatuhkan kepada pihak yang melanggar. Di dalam seluruh aspek kehidupan dimanapun kita berada, dibutuhkan peraturan dan tata tertib yang mengatur dan membatasi setiap gerak dan perilaku. Peraturan-peraturan tersebut tidak ada artinya jika tidak ada komitmen dan sanksi bagi pelanggarnya.

Hasibuan, menjelaskan bahwa disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya, karena hal ini akan mendorong gairah atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan organisasi. Disiplin yang terbaik adalah jelas disiplin diri, karena dengan disiplin ini sebagian besar orang memahami apa yang diharapkan dari dirinya di pekerjaan, dan biasanya karyawan diberi kepercayaan untuk menjalankan pekerjaannya secara efektif.


(39)

29

Disiplin di lingkungan kerja sangat dibutuhkan, karena akan mempermudah pencapaian tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu, pegawai dengan disiplin kerja yang baik, berarti akan dicapai pula suatu keuntungan yang berguna baik bagi organisasi maupun pegawai itu sendiri. Selain itu, harus mengusahakan agar peraturan itu bersifat jelas, mudah dimengerti, adil bagi seluruh karyawan dan pimpinan. Disiplin pegawai dalam manajemen sumberdaya manusia berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Menurut Mangkunegara dikatakan bahwa terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu yang bersifat preventif dan korektif.

a. Pendisiplinan Preventif. Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.

b. Pendisiplinan Korektif. Jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang


(40)

30

berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner25.

Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang untuk itu.

Tujuan utama tindakan pendisiplinan adalah memastikan bahwa perilaku-perilaku pegawai konsisiten dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh organisasi Henry Simamora. Berbagai aturan yang yang disusun oleh organisasi adalah tuntutan untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Pada saat suatu aturan dilanggar, efektivitas organisasi berkurang sampai pada tingkat tertentu, tergantung pada kerasnya kerasnya pelanggaran.

Berdasarkan pendapat Henry Simamora dan Hasibuan dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalahsikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan, yang ada dalam diri karyawan, yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa disiplin kerja adalah suatu kesediaaan seseorang untuk mematuhi dan menaati peraturan-peraturan dan

25

Bonaventura Stella, 2015, “Pengaruh Disiplin Kerja Dan Sistem Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai”, Universitas Diponegoro


(41)

31

keputusan-keputusan yangberlaku baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Seorang pegawai yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yangtidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Demikian juga pegawai yang mempunyai kedisiplinan akan mentaati peraturan yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran yang tinggi tanpa ada rasa paksaan. Pada akhirnya pegawai yang mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggiakan mempunyai kinerja yang baik bila dibanding dengan para pegawai yang bermalas-malasan karena waktu kerja dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

2. Indikator Disiplin Kerja

Pegawai Negeri Sipil adalah Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat serta pelaksana pemerintah dalam penyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sebagai usaha mewujudkan tujuan nasional. Oleh sebab itu, perilaku disiplin kerja dinilai berdasarkan ketentuan baku yang ditetapkan pleh pemerintah. Adapun indikator-indikator disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil didasarkan pada PP Nomor 53 Tahun 2010, yaitu:

a. Mentaati ketentuan jam kerja. Ketaatan seorang pegawai terhadap jam kerja dapat diukur berdasarkan ketepatan waktu kehadiran pegawai, kesesuaian waktu pulang pegawai.


(42)

32

b. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang. Ketaatan seorang pegawai terhadap perintah atasan dapat diihat maupun dinilai berdasarkan kepatuhan mereka terhadap instruksi-instruksi yang diberikan oleh atasan.

c. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum Segala aturan dan ketentuan yang berlaku dalam suatu organisasi pemerintah dapat dilaksanakan oleh pegawai apabila pegawai memiliki pemahaman terhadap tata tertib organisasi dan kesadaran untuk melaksanakan tata tertib organisasi.

d. Berpakaian rapi dan sopan, serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama PNS, dan terhadap atasan dapat dinilai berdasarkan kesopanan pegawai, serta kesesuaian pegawai dalam berpakaian.

e. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dengan sebaik-baiknya dapat dinilai berdasarkan keikutsertaan pegawai dalam pemeliharaan alat-alat kantor.

f. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin Laporan yang diterima oleh atasan mengenai pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai didasarkan atas pelaksanaan pekerjaan pegawai tidak sesuai dengan SOP.


(43)

33

Selain itu, menurut Hasibuan (2010), salah satu cara pelaksanaan disiplin kerja yang baik dilakukan dengan penyelesaian tugas pegawai secara bertanggung jawab. Penyelesaian tugas tersebut hendaknya dilakukan dengan kesadaran diri tiap pegawai dalam memanfaatkan waktu kerja dengan sebaik-baiknya.

3. Gejala dan Sebab Ketidakdisiplinan

Pegawai yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan seperti datang terlambat, mengganggu pegawai lain dengan berbuat ramai-ramai dan rebut suatu gejala adanya ketidakdisiplinan kerja.26 Selanjutnya jika para pegawai kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan atasan, maka menjadi terombang-ambing dan frustasi sehingga mengakibatkan meningkatkan absensi, keterlambatan kerja, keluhan, ketidakpuasan, pemogokan pembangkangan terhadap perintah dan menurutnya produktivitas kerja hal ini juga menunjukkan adanya ketidakdisiplinan kerja.

Sedang sebab-sebab ketidakdisiplinan kerja dapat bersumber dari beberapa hal, seperti:

a. Karena ketidakdisiplinan bawahan atau dengan sengaja tidak mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam organisasi. b. Karena kesalahpahaman atau kelalaian terhadap perintah yang

diberikan oleh atasan.

26

Alfred R Lateiner, 1980, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerjaan, Penerjemah Imam Sujono, Jakarta, Aksara baru, hlm. 72


(44)

34

c. Karena kurangnya tanggungjawab dari bawahan. d. Karena sengaja dijebak oleh atasan.

e. Karena kurang sabar dan tidak mampu mengendalikan diri. f. Karena kelemahan sistem manajemen.27

4. Kegunaan Disiplin Kerja

Disiplin sangat penting bagi kehidupan manusia karena dengan adanya disiplin maka individu akan terlatih untuk hidup secara teratur dan membiasakan diri dari perilaku yang positif.28 Disiplin kerja yang baik adalah suatu ketaatan anggota organisasi yang dianutnya sehingga dalam proses komunikasi antara pemimpin dan bawahan dapat terjadi dengan mudah.

5. Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pegawai adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau perusahaan dan sebagainya. Kepegawaian adalah sifat-sifat mengenai pegawai yakni segala sesuatu yang mengenai pegawai. Sumber daya manusia yang disebut disini salah satunya adalah Pegawai Negeri Sipil, yaitu Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau tugas lainnya. Pegawai Negeri Sipil memiliki kedudukan yang sangat penting dan menentukan, di karenakan Pegawai Negeri Sipil adalah Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat serta

27

Lucky Gumilang, Op, Cit, hlm. 44

28


(45)

35

pelaksana pemerintah dalam penyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sebagai usaha mewujudkan tujuan nasional. Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional tergantung dari kemampuan Aparatur Negara dan kesempurnaan Pegawai Negeri Sipil.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 pasal 1 bahwa Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin dan Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang memuat pokok-pokok:

a. Kewajiban; b. Larangan; dan

c. Sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar.


(46)

36

a) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara, dan pemerintah;

b) Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain;

c) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil;

d) Mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil, sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku;

e) Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;

f) Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum; g) Melaksanakan tugas kedinasan dengan

sebaik-baiknya dan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

h) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;


(47)

37

i) Memelihara dan meningkatkan keuntungan, kekompakkan, persatuan, dan kesatuan korp Pegawai Negeri Sipil;

j) Segera melapor kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan dan merugikan negara/pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;

k) Mentaati ketentuan jam kerja;

l) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;

m) Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dengan sebaik-baiknya;

n) Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing;

o) Bertindak dan bersikap tegas, tetap adil dan bijaksana terhadap bawahannya;

p) Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas;

q) Menjadi teladan dan contoh yang baik bagi bawahannya;

r) Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya;


(48)

38

s) Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan kariernya;

t) Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan;

u) Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama PNS, dan terhadap atasan;

v) Hormat menghormati antara sesama warga negara yang memeluk Agama/Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berlainan;

w) Menjadi teladan sebagai warganegara yang baik dalam masyarakat;

x) Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;

y) Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.

2) Larangan bagi Pegawai Negeri Sipil

a) Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat negara, pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil;


(49)

39

c) Tanpa ijin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing;

d) Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara;

e) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah;

f)Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atu tidak langsung merugikan negara;

g) Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahan atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;

h) Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; i)Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan

kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;


(50)

40

j)Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

k) Melakukan sesuatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugaian bagi pihak lain yang dilayani;

l)Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

m) Membocorkan dan memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;

n) Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi Pemerintah;

o) Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya; p) Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan

usahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;

q) Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifatnya pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilik saham tersebut dapat langsung


(51)

41

atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan.

r)Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina Golongan Ruang IV/a ke atas atau memangku jabatan Eselon I;

s)Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.

3) Sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar. Sesuai Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, seorang Pegawai Negeri Sipil yang melanggar disiplin peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dapat dijatuhi hukuman berupa:

a) Hukuman Pidana b) Hukuman Disiplin

Penjatuhan hukuman disiplin dibagi atas beberapa tingkatan dan jenisnya, yaitu:

Tingkat hukuman disiplin, terdiri dari: a. Hukuman disiplin ringan;

b. Hukuman disiplin sedang, dan c. Hukuman disiplin berat.


(52)

42

1) Jenis hukuman disiplin ringan, terdiri dari: a)Teguran lisan;

b) Teguran tertulis;

c)Pernyataan tidak puas secara tertulis. 2) Jenis hukuman disiplin sedang, terdiri dari:

a)Hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji;

b) Hukuman disiplin berupa penurunan gaji berkala;

c)Penundaan Kenaikan Pangkat.

3) Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari: a)Penurunan pangkat;

b) Pembebasan dari Jabatan; c)Pemberhentian dengan hormat;

d) Pemberhentian tidak dengan hormat. 6. Kewajiban dan Hak PNS

a. Kewajiban PNS

Yang dimaksud kewajiban pegawai negeri sipil adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai negeri berdasar peraturan perundang-undangan. Kewajiban pegawai negeri sipil diatur dalam Pasal 4, 5, 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, dalam undang-undang tersebut pengaturan


(53)

43

mengenai kewajiban ditempatkan lebih dahulu daripada pengaturan hak. Hak dipandang sebagai satu sisi lain dari kewajiban atau dengan kata lain hak itu baru diberikan stelah seseorang melaksanakan kewajiban dengan baik, sehingga setiap pegawai negeri berkemampuan melaksanakan tugas secara professional dan bertanggungjawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintah pembangunan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Isi dari Pasal 4, 5, 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, antara lain:

1) Wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah.

2) Wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggungjawab. 3) Wajib menyimpan rahasia jabatan atas kuasa

undang-undang.

Kewajiban pegawai negeri sipil yang diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dinyatakan bahwa:

“setiap pegawai negeri wajib dan taat pada pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara, dan pemerintah, serta


(54)

44

wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

b. Hak-hak PNS

Hak-hak pegawai negeri sipil berupa gaji yang diatur dalam Pasal 7 dan juga Pasal 8, 9, 10 Undang-undang Nomor 8 tahun 1974, yang diantaranya:

1) Hak untuk memperoleh gaji. 2) Hak atas cuti.

3) Hak untuk memperoleh perawatan, tunjangan cacat dan uang duka.

4) Hak atas pensiun.29

29


(55)

45 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian empiris. Penelitian empiris adalah penelitian yuridis sosiologis atau sering disebut penelitian hukum yang sosiologis berdasarkan madzhab sociological jurisprudence. Penelitian ini berbasis pada ilmu hukum normatif (peraturan-perundangan), mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja didalam masyarakat.

B. Data Penelitian

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber memperoleh bahan-bahan mengenai masalah yang diteliti. Melakukan wawancara terbuka, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung oleh penulis kepada narasumber di lokasi penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu

menelaah literatur, artikel, liputan, makalah serta peraturan perundang-undangan.


(56)

46 C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dengan penelitian di lapangan adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan atau ditanyakan pada responden dilakukan dengan cara:

1. Wawancara (interview)

Penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah Kepala Sub bidang Pembinaan Pegawai di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Temanggung. 2. Studi kepustakaan dengan melakukan pengumpulan data dari

perundang-undangan, buku-buku, literatur, serta dokumen-dokumen yang terkait dengan pokok permasalahan yang diteliti dan selanjutnya dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh.

D. Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di Kabupaten Temanggung. E. Responden dan Narasumber

Penelitian ini akan melakukan wawancara terhadap narasumber dan responden yaitu:

1) Narasumber: Kepala Sub Bidang Pembinaan Pegawai BKD Kabupaten Temanggung.

2) Responden: 6 orang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.


(57)

47

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Random Sampling. Random Sampling adalah suatu sample terdiri atas sejumlah elemen yang dipilih secara acak yang terdiri dari sejumlah pegawai negeri sipil di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.

G. Teknik Analisis Data

Data penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yaitu meganalisa data berdasarkan kualitasnya lalu dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata sehingga bahasan atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti, kemudian ditarik kesimpulan.


(58)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung

Penyelenggaraan pemerintahan lebih ditunjukkan dalam meningkatkan kinerja pembangunan disetiap sektor. Oleh karena itulah salah satu cara yang dilakukan dalam pencapaian disiplin kerja adalah melalui pengawasan melekat, dimana fungsi dan peran pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan apabila aktivitas yang dilakukan oleh aparat pemerintah telah sesuai dengan yang direncanakan, dan selain itu dilakukan tindakan korektif dari hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang direncanakan.

Pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dalam melakukan pengawasan melekat berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan kepada bawahannya secara langsung terhadap kedisiplinan bawahannya. Hal ini bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan pengawasan yang telah dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, maka pelaksanaan pengawasan melekat di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung harus dioptimalkan hasilnya. Sehingga sesuai efektivitas pelaksanaan disiplin kerja yang dilakukan.


(59)

49

Terwujudnya pemerintahan yang baik merupakan syarat bagi pemerintah untuk mewujudkan aspirasi rakyat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa bernegara. Pemerintahan yang baik memiliki persyaratan yaitu pelaksanaan pemerintah yang bersih, efisien, disiplin, serta bebas dari KKN. Hal tersebut juga telah ditetapkan dalam TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Pada Pasal 3 UU Nomor 28 Tahun 1999 yang menyatakan asas umum penyelenggaraan negara antara lain asas akuntabilitas dan asas profesionalisme.

Pelaksanaan pengawasan melekat di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dapat diuraikan sesuai dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang terbaru. Berdasarkan hasil wawancara dengan Mokhammad Zar’an, SH selaku Kasubid Pembinaan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah menyatakan bahwa setiap tahun selalu mengadakan penilaian terhadap pejabat yang menilai pegawai negeri sipil atau bawahannya di lingkungan dinas pendidikan. Dengan melakukan koordinasi kepada semua pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung kaitannya dengan kedisiplinan PNS.1

Pelaksanaan pengawasan melekat terhadap kedisiplinan PNS prosedurnya setiap tahun hampir sama yaitu merujuk pada PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hal ini dilakukan

1

Wawancara dengan Mokhammad Zar’an, Kasubid Pembinaan Pegawai Badan Kepegawaian


(60)

50

sebagai pedoman utama dalam pembinaan pegawai berkaitan dengan kepengawasan. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Temanggung selaku penilai pimpinan pengawas menjelaskan gambaran pelaksanaan pengawasan melekat dengan mengadakan sosialisasi di Dinas Pendidikan sebagai narasumber berkaitan dengan kedisiplinan PNS.

Dalam melakukan pengawasan ditekankan pada disiplin kerja pegawai di dinas pendidikan. Alasan dilakukan adalah untuk menilai apakah tidak ada penmyimpangan dalam pelaksanaan aktivitas yang dilakukan oleh dinas pendidikan dalam pelaksanaan disiplin kerja setiap pegawainya.

Kemudian wawancara dengan Jati Wibowo, S.Pd. selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian, yaitu sebagai berikut:

“Tidak semua pegawai negeri sipil memahami instruksi, hanya beberapa dan itu yang hanya berkaitan dengan pegawai saja, kalau semuanya tidak.”2

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Jati Wibowo, S.Pd. selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian, bahwa pegawai negeri sipil belum memahami instruksi tentang disiplin pegawai.

Pimpinan atau kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dalam melaksanakan pengawasan melekat terhadap bawahannya diharapkan:

2

Wawancara dengan Jati Wibowo selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian, tanggal 6 Desember 2016


(61)

51

a. Dapat memperoleh hasil penilaian atau kesimpulan yang menyeluruh mengenai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunan.

b. Dapat memberikan sumbangan dalam mewujudkan Good Governance dan Clean Governance.

c. Dapat mendorong kelancaran pelaksanaan tindak lanjut yang telah disarankan untuk pelaksanaan pengawasan melekat.

Sejalan dengan kebijakan yang dituangkan dalam peraturan bahwa tujuan pengawasan adalah untuk mendukung kelancaran dan ketetapan pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan. Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktek KKN serta menerapkan kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung harus diantisipasi secara optimal oleh aparat pengawas, terutama untuk memenuhi tuntutan yang menghendaki mutu pelayanan prima kepada masyarakat.

Ketentuan pelaksanaan dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil tetap dilaksanakan dengan konsisten. Pada dasarnya setiap terjadi pelanggaran diberikan hukuman sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan. Indisipliner PNS yang melakukan pelanggaran ringan, sedang, maupun berat secara tegas mendapatkan sanksi yang berlaku.

Tahapan pelanggaran indisipliner PNS, pelanggaran ringan diberikan teguran lisan berbentuk surat keputusan. Pelanggaran sedang


(62)

52

indisipliner PNS diberikan sanksi berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun. Pelanggaran berat indisipliner PNS diberikan sanksi berupa pemberhentian dengan hormat ataupun pemberhentian dengan tidak hormat.

Berlakunya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengatur dengan jelas berkaitan dengan ketiga jenis pelanggaran yang dilakukan oleh PNS. Pelaksanaan kepengawasan terhadap disiplin PNS ini rangkaian dari pembinaan kepegawaian terutama di lingkungan Dinas Pendidikan, agar memiliki integritas dan komitmen kerja yang disiplin dalam pelaksanaan jabatannya.

Pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan oleh pimpinan di Dinas Pendidikan untuk mengawasi bawahannya langsung, sebagai salah satu cara untuk menciptakan kedisiplinan PNS. Pimpinan memberikan arahan langsung dan fungsi kepengawasan terhadap pegawainya. Seperti pada hasil wawancara dengan Jati Wibowo sebagai berikut:

“Kepala dinas berjenjang biasanya, dalam pengawasan seperti datang lewat apel pagi diadakan laporan pada tiap bidang. Setiap bidang melaporkan beberapa yang hadir maupun yang tidak hadir dengan alasan sakit, izin, atau tanpa keterangan. Itu sebagai tahap awal, sedangkan yang di UPTD dengan sistem elektronik. Jadi absensi elektronik itu kita bisa melihat datanya di base kepegawaian. Dengan itu kita dapat melihat siapa yang absen dengan terlambat atau tepat waktu.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dapat dianalisis bahwa sistem pengawasan secara langsung yang dilakukan oleh pemimpin di Instansi Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dilakukan secara


(63)

53

sistem elektronik untuk menciptakan lingkungan kerja yang disiplin sebagai langkah dalam meningkatkan kinerja mereka.

Pemimpin mengawasi bawahannya tentunya berdasarkan peraturan yang berlaku terhadap kedisiplinan PNS. Peraturan tersebut berupa Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, sebagai pedoman pengawasan pada pegawai. Pelaksanaan pengawasan melekat terhadap pegawai didukung dengan baik jika pemimpin mampu mengkoordinasi seluruh pegawainya. Dalam wawancara dengan Jati Wibowo sebagai berikut:

“Kalau saya karena itu berhadapan langsung, harus ditanyakan sampai kepada bidang masing-masing. Saya sering jalan-jalan ke bidang-bidang tersebut biasanya jam-jam rawan seperti jam 11.00 ataupun jam 14.00. Kalau tidak ada saya suka minta informasi keberadaan pegawai itu dimana. Ada surat izinnya atau tidak, atau izin kepada siapa keperluannya apa, kecuali untuk dinas keluar. Kalau dinas luar biasanya ada buktinya.”

Uraian tersebut diatas dari hasil wawancara pelaksanaan pengawasan melekat bahwa di Instansi Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung pemimpin lebih aktif terhadap keberadaan pegawai-pegawainya. Seperti halnya dalam pengawasan langsung pada kegiatan pegawai setiap harinya harus disiplin secara optimal.

Pengawasan yang efektif dan efisien harus dilaksanakan dengan cara yang tepat dalam arti baik dan benar. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah secara tepat dengan melaksanakan pemantauan, pemeriksaan, penilaian, agar mampu mengungkap segala sesuatu yang ingin diketahui dalam pelaksanaan tugas umum pemerintah terutama


(64)

54

kedisiplinan PNS di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung.

Adapun menurut pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung pengawasan melekat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Penentuan program kerja dan jadwal pengawasan. b. Tindak lanjut hasil pengawasan.

c. Peningkatan mutu pengawasan.

d. Ketentuan instrumen sebagai standar pengawasan. e. Penegakkan disiplin kerja.

Kegiatan tersebut diatas berupa pemantauan, pemeriksaan, dan tindak lanjut dilakukan untuk penegakkan disiplin kerja PNS. Hasil pengawasan harus dilaporkan secara obyektif, hal tersebut untuk mengindikasikan keberhasilan pengawasan itu. Untuk itu setiap pengawas atau pimpinan harus memiliki kemampuan membandingkan kepengawasannya mengenai kegiatan yang dipantau, diperiksa, dan di evaluasi. Harus dihindari sikap subyektif dengan pilih kasih yang dapat berakibat membenarkan hasil pengawasan yang dilakukan.

Menurut pemimpin yang mengawasai pelaksanaan pengawasan terhadap kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan yaitu sebagai berikut:


(65)

55

b. Pekerjaan dilaksanakan wajib dilaporkan dan dipertanggungjawabkan.

c. Mengevaluasi terhadap tugas-tugas bawahannya.

d. Pemeriksaan secara langsung ketika sedang melakukan pekerjaan. e. Para pegawai harus izin pimpinan ketika meninggalkan kantor.

f. Pegawai harus melaksankan dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Jati Wibowo tentang sikap PNS terhadap pelaksanaan pengawasan melekat yaitu sebagai berikut:

“ Ya bagus, karena itu merupakan program kepegawaian. Memang harus dijalankan seperti itu biar terjadi peningkatan kedisiplinan. Sehingga kinerja pegawai akan meningkat. Dan dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.”

Uraian tersebut diatas menggambarkan bahwa sikap PNS di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung, pemimpin melakukan pengawasan secara langsung terhadap pegawainya. Dan pegawai bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya untuk meningkatkan kedisiplinan dan otomatis sebagai peningkatan kinerja mereka.

Proses pengawasan dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan aktual dengan apa yang diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu. Pengawasan merupakan tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai. Salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah ada tidaknya pengawasan di instansi tersebut. Pengawasan ini dilakukan agar para PNS dapat


(66)

56

melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Bahwa pengawasan diperlukan untuk mendisiplinkan PNS untuk menegakkan standar kerja yang diharapkan. Pengaruh terhadap tingkat disiplin kerja pegawai memiliki peran yang signifikan yang menunjukkan bahwa pengawasan memiliki pengaruh positif pada kedisiplinan PNS. Selain itu bahwa dalam proses pelaksanaan pengawasan yang memberikan sanksi pada PNS yang kurang disiplin dapat meningkatkan kedisiplinan mereka. Oleh karena itu, pemberian hukuman bagi PNS yang tidak disiplin juga berpengaruh positif untuk meningkatkan kedisiplinan PNS.

2. Tindak Lanjut Pelaksanaan Pengawasan

Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan pegawai negeri sipil di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung perlu dilakukan perbaikan langkah-langkah ke depan melalui strategi pemberdayaan, antara lain sebagai berikut:

a. Perbaikan peraturan tentang kepengawasan.

Undang-undang sistem pengawasan berupa peraturan pemerintah diterbitkan untuk pembinaan pengawasan terhadap kedisiplinan pegawai negeri sipil untuk ditindaklanjuti agar tercipta kinerja PNS yang sesuai standar.


(67)

57

Sampai dengan saat ini proses pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah mendorong peningkatan kedisiplinan di dalam lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung khususnya untuk membantu pemimpin dalam membangun dan mendorong sistem pengendalian intern pada unit kerja pemerintah.

c. Sinergi pengawas.

Pengawasan melekat yang dilakukan oleh pimpinan dinas pendidikan memerlukan biaya yang sangat besar dan hasilnya sangat terbatas. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai informasi pelaksanaan pengawasan yang lebih komprehensif dan bersifat strategis.

Perlu adanya perumusan mekanisme kerjasama pengawasan yang lebih terstruktur dan terencana dengan melibatkan sub bidang kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Temanggung sebagai penilai pimpinan dalam pelaksanaan pengawasan melekat, sehingga ditetapkan prioritas-prioritas kegiatan pengawasan yang akan dilakukan dengan pembagian tugas yang jelas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Kegiatan pengawasan dilakukan dengan pembagian tugas yang jelas sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan maupun profesionalisme di kalangan PNS.

Kompetensi dan profesionalisme merupakan faktor penting dan indikasi yang harus dipenuhi seorang PNS dalam rangka peningkatan


(68)

58

kedisiplinan dan kualitas pengawasan. Perlu adanya perbaikan sistem rekrutmen dan pengembangan SDM secara terus menerus serta berkesinambungan, guna merespon perubahan kebijakan perundang-undangan terhadap disiplin pegawai negeri sipil.

Pemberian pendidikan dan pelatihan pengawasan yang dapat dimanfaatkan PNS sebagai salah satu sarana peningkatan kedisiplinan dan pemenuhan komptensinya. Kebijakan tersebut merupakan langkah strategis pembinaan pegawai sesuai dengan PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Hasil pengawasan yang dilakukan oleh sub bidang pembinaan pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Temanggung, sebagai perumusan kebijakan untuk menyusun pelaksanaan pengawasan kedepannya terhadap pegawai negeri sipil. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu mekanisme yang dapat meningkatkan pemanfaatan informasi untuk proses penyusunan kebijakan pengawasan yang tepat.

Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksaan kepengawasan harus profesional dan bertanggung jawab serta memiliki integritas yang tinggi. Pemeriksaan harus profesional, obyektif, berdasarkan fakta, dan tidak berpihak. Pemeriksaan harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam melaksankan pekerjaannya harus menjaga kerahasiaan. Penggunaan hasil pemeriksaan harus


(69)

59

berhati-hati dalam menggunakan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tugas. Tidak boleh menggunakan segala bentuk informasi disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.

Layanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan diatas kepentingan pribadi. Integritas dapat mencegah kebohongan dan pelanggaran prinsip kedisiplinan pegawai negeri sipil. Sehingga dapat dilihat masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan PNS sebagai wujud pelaksanaan pengawasan melekat dan pembinaan kedisiplinan PNS di lingkungan Kabupaten Temanggung.

B. Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisplinan PNS

Disiplin yang dari rasa sadar akan membuat seseorang melaksanakan sesuatu secara tertib, lancar, dan teratur tanpa harus diarahkan orang lain. Namun hal tersebut terdapat beberapa hambatan sehingga berpengaruh pada disiplin pegawai negeri tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Mokhammad Zar’an, S.H.selaku Kepala Sub bidang Pembinaan Pegawai, terdapat hambatan yaitu sebagai berikut:

Selama saya alami kurang lebih enam tahun menangani disiplin PNS di Temanggung secara umum tidak terlalu sulit. Dan kamipun setiap tahun juga mengadakan sosialisasi dan koordinasi dengan kepala UPT termasuk kepala sekolah. Dengan adanya Undang-Undang ASN dan peraturan pemerintah sebagai pedoman pelaksanaan tugas pengawasan disiplin kerja.3

3

Wawancara dengan Mokhammad Zar’an selaku Kepala Sub bidang Pembinaan Pegawai, tanggal


(70)

60

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan secara langsung yang melibatkan penilai dari Badan Kepegawaian Daerah tidak ada kesulitan dalam pelaksanaan disiplin pegawai negeri sipil. Karena hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Pelaksanaan pengawasan melekat oleh pimpinan terhadap pemeriksaan kedisiplinan PNS dilakukan secara optimal.

Berdasarkan wawancara dengan Ujiono terhadap pelaksanaan pengawasan melekat terdapat beberapa hambatan. Berikut ini akan kami paparkan hambatan ataupun permasalahan yang timbul dan dihadapi dalam proses pengawasan kedisiplinan. 4

a. Hambatan hukum

a) Tidak semua PNS memahami mengenai aturan disiplin pegawai negeri sipil, melainkan hanya beberapa dari isi peraturan yang diterapkan.

b) Kurang tegasnya sanksi yang diberikan oleh pimpinan yang berwenang.

Pimpinan yang berwenang harus memberikan sanksi atau tindakan secara tegas bilamana seorang PNS terbukti melakukan pelanggaran disiplin dengan tujuan untuk memberikan efek jera dan shock teraphy agar PNS yang lain tidak meniru atau

4

Wawancara dengan Ujiono selaku Sekdin Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung pada tanggal 30 Desember 2016


(71)

61

melakukannya. Dan juga agar tidak melakukan pelanggaran disiplin yang hukumannya lebih berat lagi. Oleh karena itu setiap pemimpin yang berwenang wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.

c) Lunturnya Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

Penegakkan disiplin di lingkungan Pegawai Negeri Sipil sangatlah penting, karena suatu lingkungan tanpa disiplin akan terjadi kekacauan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar akan dijatuhi hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang tidak mentaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Sedangkan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin PNS. b. Hambatan Non Hukum

a) Penempatan pimpinan yang kurang tepat sehingga atasan tidak mengetahui kedisiplinan bawahannya.


(72)

62

b) Hasil pengawasan tidak segera ditindaklanjuti dan hanya berakhir sebagai laporan tahunan.

Apabila terjadi pelanggaran disiplin, maka seorang Pegawai Negeri Sipil dapat dijatuhi hukuman disiplin yang terbagi dalam tingkatan-tingkatan sebagai berikut :

1. Hukuman Ringan meliputi: a) Teguran Lisan;

b) Teguran Tertulis; dan

c) Pernyataan tidak puas secara tertulis. 2. Hukuman Sedang meliputi:

a) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 tahun; b) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk

paling lama satu tahun; dan

c) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun. 3. Hukuman Berat meliputi:

a) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 tahun;

b) Pembebasan dari jabatan;

c) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)