Hubungan Pengawasan Melekat dengan Akuntabilitas Kerja pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan
HUBUNGAN PENGAWASAN MELEKAT DENGAN
AKUNTABILITAS KERJA PEGAWAI
(DI DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN ASAHAN)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara
Disusun Oleh: RIPPY HAMDANI
110903126
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :
Nama : Rippy Hamdani
NIM : 110903126
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Hubungan Pengawasan Melekat dengan Akuntabilitas Kerja pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan
Medan, 14 Desember 2015 KetuaDepartemen
Dosen Pembimbing IlmuAdministrasi Negara
Dra. Beti Nasution, M.Si
NIP: 196106251987112001 NIP: 195908141986011002 Drs. Rasudyn Ginting, M.Si
Dekan
FISIP USU MEDAN
NIP. 196805251992031002 Prof. Dr.Badaruddin, M. Si
(3)
3
HUBUNGAN PENGAWASAN MELEKAT DENGAN AKUNTABILITAS KERJA PEGAWAI
(DI DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN, DAN PARIWISATA KABUPATEN ASAHAN)
Nama : Rippy Hamdani
NIM : 110903126
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Beti Nasution, M.Si
ABSTRAK
Salah satu elemen yang penting dalam tata pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas, di samping transparansi dan peraturan. Karena itu, pengawasan yang merupakan unsur penting dalam manajemen pemerintahan, memiliki peran yang sangat strategis untuk terwujudnya akuntabilitas di dalam pemerintahan. Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisiensi) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji tentang Hubungan Pengawasan Melekat dengan Akuntabilitas Kerja Pegawai Pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
Metode penelitan menggunakan analisis korasional kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner penelitian, observasi, studi keputakaan dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, Dan Pariwisata Kabupaten Asahan dengan jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 58 orang pegawai dan semua pegawai menjadi responden dalam penelitian ini.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Hubungan antara pengawasan melekat dengan akuntabilitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Asahan terbilang cukup baik. Hasil penelitian dibuktikan dengan korelasi product moment dimana nilai r hitung sebesar 0,489. Nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,489>0,258) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan pengawasan melekat dengan akuntabilitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, Dan Pariwisata Kabupaten Asahan dan hubungan antara variabel berada pada kategori sedang.
(4)
4 DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Kerangka Teori... 4
1.5.1 Pengawasan ... 4
1.5.1.1 Pengertian Pengawasan ... 4
1.5.1.2 Pengertian Pengawasan Melekat ... 5
1.5.1.3 Unsur-Unsur Pengawasan Melekat ... 7
1.5.1.4 Proses Pengawasan Melekat ... 9
1.5.1.5 Program dan Langkah-Langkah Pelaksanaan Pengawasan Melekat ... 10
1.5.2 Akuntabilitas Kerja ... 16
1.5.2.1 Pengertian Akuntabilitas Kerja ... 16
1.5.2.2 Dimensi Akuntabilitas Kerja ... 17
1.5.2.3 Aspek-Aspek Akuntabilitas Kerja ... 18
1.5.2.4 Alat-alat Akuntabilitas Kerja ... 19
(5)
5
1.7 Definisi Konsep ... 22
1.8 Definisi Operasional ... 23
BAB II : METODE PENELITIAN ... 27
2.1 Bentuk Penelitian ... 27
2.2 Lokasi Penelitian ... 27
2.3 Populasi dan Sampel ... 27
2.3.1 Populasi Penelitian ... 27
2.3.2 Sampel Penelitian ... 27
2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28
2.5 Teknik Penentuan Skor ... 28
2.6 Teknik Analisis Data ... 29
2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 29
2.6.2 Uji ‘t’ ... 30
BAB III : DESKRIPSI LOKASI ... 32
3.1 Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Asahan ... 32
3.2 Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan ... 34
3.3 Landasan Operasional ... 53
3.4 Sumber Daya Manusia Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan ... 56
3.4.1 Sumber Daya Manusia ... 56
3.4.2 Sarana dan Prasarana ... 58
3.4.3 Bangunan Kantor ... 58
BAB IV : PENYAJIAN DATA ... 66
4.1 Karakteristik Responden ... 66
(6)
6
4.2.1 Variabel Pengawasan Melekat (Variabel X) ... 69
4.2.2 Variabel Akuntabilitas Pegawai (Variabel Y) ... 88
BAB V : ANALISIS DATA ... 105
5.1 Klarifikasi Data ... 105
5.1.1 Klarifikasi Data Pengawasan Melekat ... 106
5.1.2 Klarifikasi Data Akuntabilitas Kerja Pegawai ... 108
5.2 Uji Validitas ... 109
5.3 Uji Reabilitas ... 115
5.4 Uji Normalitas ... 115
5.5 Korelasi Product Moment ... 117
5.6 Uji t ... 119
5.7 Pengujian HipotesiS ... 120
5.8 Interpretasi Data ... 121
5.8.1 Pengawasan Melekat Dinas pemuda,olahraga, kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan ... 122
5.8.2 Akuntabilitas Kerja Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Asahan ... 126
5.8.3 Hubungan Pengawasan Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja ... 129
BAB VI : PENUTUP ... 131
6.1 Kesimpulan ... 131
6.2 Saran ... 132
(7)
3
HUBUNGAN PENGAWASAN MELEKAT DENGAN AKUNTABILITAS KERJA PEGAWAI
(DI DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN, DAN PARIWISATA KABUPATEN ASAHAN)
Nama : Rippy Hamdani
NIM : 110903126
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Beti Nasution, M.Si
ABSTRAK
Salah satu elemen yang penting dalam tata pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas, di samping transparansi dan peraturan. Karena itu, pengawasan yang merupakan unsur penting dalam manajemen pemerintahan, memiliki peran yang sangat strategis untuk terwujudnya akuntabilitas di dalam pemerintahan. Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisiensi) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji tentang Hubungan Pengawasan Melekat dengan Akuntabilitas Kerja Pegawai Pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
Metode penelitan menggunakan analisis korasional kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner penelitian, observasi, studi keputakaan dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, Dan Pariwisata Kabupaten Asahan dengan jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 58 orang pegawai dan semua pegawai menjadi responden dalam penelitian ini.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Hubungan antara pengawasan melekat dengan akuntabilitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Asahan terbilang cukup baik. Hasil penelitian dibuktikan dengan korelasi product moment dimana nilai r hitung sebesar 0,489. Nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,489>0,258) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan pengawasan melekat dengan akuntabilitas kerja pegawai pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, Dan Pariwisata Kabupaten Asahan dan hubungan antara variabel berada pada kategori sedang.
(8)
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Akhir penghujung abad ke 20, dunia di landa arus organisasi, transparansi, dan tuntutan hak asasi manusia. Tidak satupun yang luput dari gelombang perubahan tersebut. Seluruh Negara, terutama Negara - Negara berkembang menghadapi tantangan baru yang membawa konsekuensi pada perubahan atau pembaharuan yang akan mempengaruhi kehidupan umat manusia, baik di bidang ekonomi, politik, maupun social budaya. Menghadapi perkembangan dunia yang lebih pesat, dan seiring dengan derasnya aspirasi reformasi di dalam negeri, maka peranan penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi sangat penting. Salah satu elemen yang penting dalam tata pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas, di samping transparansi dan peraturan. Karena itu, pengawasan yang merupakan unsur penting dalam manajemen pemerintahan, memiliki peran yang sangat strategis untuk terwujudnya akuntabilitas di dalam pemerintahan. Melalui seuatu kebijakan pengawasan yang kemprehensif dan membina, maka diharapkan kemampuan administrasi publik yang saat ini di anggap lemah terutama di bidang kontrol pengawasan. Maka dari itu untuk mencapai tujuan dari pada organisasi secara optimal di perlukannya aspek manajemen suatu organisasi tersebut agar dapat berfungsi sebagai mestinya, selain itu pula pengawasan merupakan salah satu manajemen yang harus dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat di peroleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan efektifitas pelaksanaan kegiatan. Informasi tersebut dapat di gunakan untuk sebagaimana pada ketetapan nomor IX/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, maka pengawasan merupakan aspek penting dalam manajemen
(9)
2
kepegawaian, melalui sosialisasi keputusan menteri pendayagunaan aparatur Negara
No.KEP/46/M.PAN/4/2004, tentang petunjuk pelaksanaan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintah di tegaskan bahwa pengawasan merupakan salah satu unsur penting dalam rangka peningkatan pendayagunaan aparatur Negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintah yang bersih dan beribawa.
Demi mewujudkan visi dan misi dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan tidak cukup totalitas dan loyalitas dalam implementasi misi-misi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan , namun diperlukan pengawasan demi tercapainya visi dari organisasi tersebut. Tidak hanya itu akan lebih jelas Akuntabilitas Kerja dari kerja setiap pegawai demi terarahnya misi-misi organisasi dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan sehingga memaksimalkan setiap perencanaan, pelaksanaan serta koordinasi dari dinas tersebut. Dengan demikian pegawai dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan secara efektif dan efisien. Untuk itu setiap pegawai tidak cukup melaksanakan pekerjaannya, melainkan harus mampu mempertanggungjawabkan setiap pekerjaannya. Untuk membantu visi dan misi organisasi tersebut dibutuhkan prinsip-prinsip administarasi yakni perencanaan, pembagian kerja, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam hal ini pengawasan akan membantu proses tanggung jawab setiap pegawai atas pekerjaannya. Fungsi dari pengawasan adalah meningkatkan kinerja organisasi secara berkelanjutan, karena semakin tinggi misi dari organisasi menuntut organisasi untuk setiap saat mengawasi kinerjanya.
Bukti yang terlihat berdasarkan observasi di lapangan seperti, pada hari biasa hanya beberapa pegawai yang meiliki prakarsa dan tanggungjawab melaksanakan setiap pekerjaanya sesuai porsinya dengan struktur organisasi yang ada sehingga tidak jelas
(10)
3
Akuntabilitas Kerja dari instansi tersebut. Namun dibutuhkan pengawasan yang menyeluruh dan sistematis terhadap semua program yang dilaksanakan untuk memaksimalkan setiap anggaran yang digunakan, sehingga setiap pihak bertanggungjawab dalam menyusun laporan pertanggungjawaban kerjanya sebagai akuntabilitas kerja pegawai maupun akumtabilitas Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pengawasan Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja Studi Pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan”.
I.2 Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterproduktivitaskan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan yang diajikan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Hubungan Pengawasan Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja Pegawai Studi Pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengawasan Melekat di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
2. Untuk mengetahui Akuntabilitas Kerja pegawai di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara Pengawasan dengan Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
(11)
4
Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah:
1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna 2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya. 3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara sebagai
bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan pemasalahan ini.
1.5 Kerangka Teori
Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam menyelesaikan penelitian ini, maka diperlukan suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Menurut Sugiyono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dari penelitian ini adalah :
1.5.1 Pengawasan
1.5.1.1 Pengertian pengawasan
Pengawasan mempunyai arti penting bagi setiap organisasi. Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisiensi) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. (Manullang, 2008 : 172). Pengertian Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan
(12)
5
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1985 ; 135). Menurut Victor M. Situmorang (1994) Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006 : 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. George R. Tery (2006 : 395) Menambahkan penjelasan bahwa pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.
1.5.1.2 Pengertian Pengawasan Melekat
Menurut Mustopadidjaja, (2000) mengemukakan pengertian Pengawasan melekat (Waskat) yaitu pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya. Pengawasan melekat sebagai salah satu kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing, baik di bidang pemerintahan maupun swasta.
(13)
6
Menurut Siagian (2008:115-116) proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yaitu : (1) pengawasan langsung, (2) pengawasan tidak langsung. Selanjutnya Menurut Saragih (1982:97) pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara sebagai berikut : (1) pengawasan langsung, (2) pengawasan tidak langsung. Menurut Situmorang, (1994 : 71) mengatakan bahwa pengawasan melekat yaitu berupa tindakan atau kegiatan usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah secara langsung, yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi. Nawawi, (1993) menambahkan penjelasan bahwa pengawasan melekat adalah suatu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing agar secara terus menerus berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.46 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat, dijelaskan bahwa pengawasan melekat merupakan salah satu bentuk pengendalian aparatur pemerintah disetiap instansi dan satuan organisasi dalam meningkatkan mutu kinerja didalam lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan instansi/organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengawasan melekat dapat diwujudkan melalui kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan pimpinan kepada para bawahannya. Dalam pelaksanaan pengawasan melekat seorang pimpinan harus senantiasa memantau semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya, apakah sesuai dengan program yang telah ditetapkan atau tidak. Dalam Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989TentangPedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara
(14)
7
preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian tersebut mengandung pemahaman bahwa fungsi pengawasan melekat merupakan salah satu aspek kepemimpinan yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin, dalam memberikan tugas atau tanggung jawab kepada orang-orang yang dipimpinnya, agar arah, sasaran dan tujuan pelaksanaan tugas atau tanggungjawab tersebut tidak menyimpang dan selesai sesuai dengan perencanaan atau ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, pengawasan melekat yang dimaksud tentu bermakna luas dan menjadi bagian integral dari konsep dan gaya kepemimpinan seseorang.
1.5.1.3 Unsur – unsur Pengawasan Melekat
Sesuai dengan KEMENPAN NO. 46 Tahun 2004 menjelaskan bahwa unsur-unsur pengawasan melekat yaitu sebagai berikut:
1. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses pembentukan organisasi sehingga cakupannya lebih luas dan lebih dinamis dari pada istilah organisasi. Melalui pengorganisasian, bentuk suatu organisasi pemerintah dapat didesain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan.
2. Personil
Pembinaan personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya manusia yang menjalankan sistem dan prosedur instansi pemerintah memiliki kemampuan secara profesional dan moral sesuai dengan kebutuhan tugas dan tanggung jawabnya.
(15)
8
Kebijakan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh manajemen untuk mendorong tercapainya tujuan instansi pemerintah.
4. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang dengan sumber daya yang diperlukan dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuanorganisasi.
5. Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian tindakan untuk melaksanakan aktivitas tertentuyang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yangdiharapkan.
6. Pencatatan
Pencatatan merupakan proses pendokumentasi antransaksi/kejadian secara sistematis yang relevan dengan kepentingan organisasi instansi.
7. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk penyampaian informasi tertulis kepada unit kerja yang lebih tinggi (pemberi tugas) atau kepada instansi lain yang mempunyai garis kepentingan interaktif dengan instansi pembuat laporan.
8. Supervisi dan Review Intern
Supervisi merupakan pengawasan unsur pimpinan terhadap pelaksanaan tugas yang dilaksanakan stafnya. Reviewintern adalah suatu aktivitasuntuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh pimpinan ataupejabat yang berwenang bersama-sama dengan staf pimpinan atau dilakukan oleh APIP, terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan.
Menurut (Marnis, 2009 : 344) adanya banyak alasan mengapa pengawasan penting dan dibutuhkan. Alasan yang sangat fundamental dan universal mengapa pimpinan membutuhkan pengawasan adalah kebutuhan memonitor apa yang orang atau unit organisasi sedang kerjakan dan secara khusus hasil dari apa yang mereka kerjakan.
(16)
9
Menurut (Rivai, 2009 : 530) menyatakan tujuan pengawasan adalah :
a. Meningkatkan kinerja organisasi secara berkelanjutan, karena kondisi persaingan usaha yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk setiap saat mengawasi kinerjanya.
b. Meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan menghilangkan pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi penyalahgunaan alat atau bahan. c. Menilai drajat pencapaian rencana kerja dengan hasil actual yang dicapai dan
dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi seorang pegawai. d. Mengkoordinasikan beberapa elemen atau program yang dijalankan. e. Meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.
1.5.1.4 Proses Pengawasan Kerja
Menurut (Manaullang, 2001 : 129) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) proses yang harus dilakukan dalam mengontrol pekerjaan itu :
a. Mendefinisikan parameter pekerjaan yang akan diawasi. Hal ini akan membantu pegawai untuk mengetahui tingkat produktivitas yang akan dihasilkan secara efektif dan efisien. Untuk itu atasan melakukan hal-hal sebagai berikut : (a) Menetapkan tujuan (b) Standar ukuran, dan (c) Pengukuran.
b. Memfasilitasi kinerja yang hendak dicapai, atasan hendaknya memberikan
feedback kepada pegawai mengenai apa ynag harus dilakukan dan memberikan fasilitas yang memadai.
c. Memotivasi pegawai, yang harus dilakukan atasan agar pegawai senantiasa tertantang untuk mencapai target yang ditetapkan secara konsisten.
1.5.1.5 Program dan Langkah-Langkah Pelaksanaan Pengawasan Melekat
(17)
10
Menurut artikel blog ludiagung wahyudi pada tahun 2009 menjelaskan beberapa program dan langkah-langkah pelaksanaan pengawasan melekat sebagai berikut :
1. Penyusunan Rencana
Setiap pimpinan unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diwajibkan menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat tiap tahun yang meliputi 3 aspek yaitu sarana pengawasan melekat, manusia dan budaya serta tugas unit kerja.
2. Pelaksanaan
Setiap unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diwajibkan memantau pelaksanaan kegiatan pengawasan yang meliputi:
a. Sarana dan sistem kerjanya.
b. Kegiatan substansif dalam rangka pelaksanaan tugas pokok unit kerja di lingkungan Departemen.
Pemantauan dapat dilakukan secara formal maupun informal. Pemantauan formal dilakukan secara berkala dengan interval waktu tertentu disesuaikan dengan sifat dan jenis tugas pokoknya, pemantauan formal dengan menggunakan formulir tertentu.
Pemantauan informal dilakukan secara terus-menerus melalui komunikasi terbuka antara atasan dan bawahan. Pelaksanaan kegiatan pengawasan melekat hendaknya tidak ditekankan pada aspek ketidakpercayaan kepada bawahan, tetapi hendaknya diarahkan pada usaha membimbing dan memberi motivasi kepada bawahan.
Cara penilaian pegawasan melekat meliputi:
a. Ketepatan sarana dan sistem kerja yang digunakan dalam rangka mencapai unit kerja.
b. Ketepatan pelaksanaan dengan rencana dan kebijaksanaan yang telah ditentukan. c. Ketepatan hasil sesuai dengan yang direncanakan.
(18)
11
a. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan : 1. Sistem dan sarana kerja.
2. Pelaksanaan tugas unit kerja yang dinilai. b. Menganalisis penggunaan sarana dan sistem kerja. c. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana.
d. Menganalisis gejala dan penyebab terjadinya penyimpangan untuk selanjutnya melakukan langkah-langkah tindak lanjut.
3. Tindak Lanjut
a. Jenis tindak lanjut.
Tindak lanjut terhadap hasil pengawasan melekat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu berupa:
1) Tindakan administratif di bidang kepegawaian, termasuk penerapan hukuman disiplin.
2) Tindakan tuntutan/gugatan perdata, antara lain tuntutan ganti rugi/penyetoran kembali, tuntutan perbendaharaan dan tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi dll.
3) Tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada instansi yang berwenang.
4) Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan,
kepegawaian dan ketatalaksanaan.
5) Tindakan peningkatan dayaguna dan hasilguna terhadap fungsi pengendalian maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara dengan sebaik-baiknya dan tercapai hasil kerja yang optimal.
6) Tindakan pemberian pengharagaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan.
(19)
12
1) Tindak lanjut hasil pengawasan melekat harus secepat mungkin
dilaksanakan setelah diyakini adanya penyimpangan dan diperoleh cara mengatasinya, atau prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan.
2) Pelaksanaan tindak lanjut merupakan kewenangan atasan bersangkutan kecuali apabila tindak lanjut tersebut di luar batas kewenangan.
3) Dalam hal tindak lanjut hasil pengawasan melekat bukan menjadi wewenang atasan yanng bersangkutan, maka atasan tersebut wajib melaporkan kepada atasannya atau kepada pejabat yang berwenang melaksanakan tindak lanjut. 4) Laporan tersebut pada butir 3 diatas disertai saran/rekomendasi pelaksanaan
tindak lanjut.
5) Tindak lanjut harus dipantau dan dievaluasi pelaksanaannya guna memperoleh keyakinan bahwa tindakan-tindakan dalam tindak lanjut tersebut mencapai sasaaran yang tepat.
4. Pelaporan
Setiap unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan wajib menyusun laporan Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat) dan pelaksanaan tindak lanjut.
a. Materi laporan berupa kegiatan-kegiatan yang memenuhi salah satu atau lebih dari kriteria dibawah ini:
1. Berkaitan dengan pelayanan umum.
2. Berkaitan dengan kepegawaian, keuangan dan materil. 3. Prioritas unit kerja/instansi.
4. Kegiatan yang dipandang oleh pimpinan unit kerja sifatnya rawan terhadap penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan-penyelewengan.
(20)
13
1) Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat) meliputi:
a. Kegiatan yang terdiri dari 3 aspek yaitu sarana pengawasan melekat, manusia dan budaya serta tugas unit kerja.
b. Program kerja pelaksanaan kegiatan di atas. c. Waktu pelaksanaan kegiatan.
d. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan. e. Tolak ukur dari keberhasilan peaksanaan kegiatan. 2) Pelaksanaan tindak lanjut pengawasan melekat.
a. Menginvestrisasi penyimpangan dan prestasi kerja pegawai yang perlu diberikan penghargaan.
b. Menyebutkan unit kerja dimana terjadinya penyimpangan atau prestasi kerja pegawai.
c. Menguraikan peristiwa penyimpangan atau prestasi kerja pegawai. d. Menyebutkan nama pelaku penyimpangan atau prestasi kerja pegawai. e. Menyebutkan jenis tindak lanjut terhadap penyimpangan atau prestasi
kerja pegawai.
c. Waktu Penyampaian Laporan
1) Pimpinan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kotamadya menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari unit kerja di lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Kepala Kantor Wilayah.
3) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dikoordinasikan oleh Kantor Wilayah, menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut, kemudian melaporkannya kepada Kepala Kantor Wilayah.
(21)
14
a. Program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat (P3 Waskat) pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.
4) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Unit Utama menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkan kepada pimpinan unit utama yang terkait.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat) pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.
5) Pimpinan pusat-pusat menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkannya kepada pimpinan unit utama pembinanya.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat) pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.
6) Pimpinan Sekolah Tinggi /Akademi/Politeknik dan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkannya kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat) pada awal bulan September tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Juni tahun berjalan.
7) Pimpinan Universitas/Institut, menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkannya kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN)
(22)
15
dengan tembusan kepala ketua Lembaga Administrasi Negara (LAN), Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Sekretaris Jenderal dalan hal ini Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat) pada awal bulan September tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Juni tahun berjalan.
8) Pimpinan Kantor Wilayah, menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Unit Pelaksana Teknis, dan unit kerja di lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi.
a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat) pada awal bulan April tahun berjalan.
b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.
9) Pimpinan Unit Utama menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari Unit Kerja Pusat dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi.
10) Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi mengevaluasi program program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut dari Unit Utama, Kantor Wilayah, dan Perguruan Tinggi Negeri, serta menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan hasil evaluasi, kemudian melaporkannya kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN).
1.5.2 Akuntabilitas Kerja
(23)
16
Akuntabilitas Kerja adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi (Syahrudin, Rasul, 2003 : 8) Sedangkan menurut UNDP, Akuntabilitas Kerja adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang. Menurut the liang gie, (2001) akuntabilitas kerja adalah kesadaran dari seseorang pengelola kepentingan untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa menuntut untuk di saksikan oleh pihak-pihak lain yang menjadi sasaran pertanggungjawabannya.
Akuntabilitas Kerja merupakan konsep yang komplek yang lebih sulit mewujudkannya dari pada memberantas korupsi. Akuntabilitas Kerja adalah keharusan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada pertanggungjawaban horizontal (masyarakat) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang lebih tinggi)Turner and Hulme ,(1997). Akuntabilitas Kerja adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam Akuntabilitas Kerja terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan Akuntabilitas Kerja menurut majalah Akuntansi:
1. Akuntabilitas Kerja Personal. Akuntabilitas Kerja berkaitan dengan diri sendiri. 2. Akuntabilitas Kerja Individu. Akuntabilitas Kerja yang berkaitan dengan suatu
pelaksanaan.
3. Akuntabilitas Kerja Tim. Akuntabilitas Kerja yang dibagi dalam kerja kelompok atau tim.
4. Akuntabilitas Kerja Organisasi. Akuntabilitas Kerja Internal dan Eksternal didalam organisasi.
(24)
17
5. Akuntabilitas Kerja Stakeholders. Akuntabilitas Kerja yang terpisah antara stakeholders dan organisasi.
1.5.2.2 Dimensi Akuntabilitas Kerja
Dimensi Akuntabilitas Kerja ada 5, yaitu (Syahrudin Rasul, 2003:11):
a. Akuntabilitas Kerja hukum dan kejujuran (accuntability for probity and legality)
Akuntabilitas Kerja hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan Akuntabilitas Kerja kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas Kerja hukum menjamin ditegakkannya supremasi hukum, sedangkan Akuntabilitas Kerja kejujuran menjamin adanya praktik organisasi yang sehat.
b. Akuntabilitas Kerja manajerial yang dapat juga diartikan sebagai Akuntabilitas Kerja kinerja (performance accountability) adalah pertanggungjawaban untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.
c. Akuntabilitas Kerja program
Akuntabilitas Kerja program juga berarti bahwa programprogram organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan program.
d. Akuntabilitas Kerja kebijakan
Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak
(25)
18
dimasa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.
e. Akuntabilitas Kerja financial Akuntabilitas Kerja ini merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan dana publik (public money) secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas Kerja financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat. Akuntabilitas Kerja ini mengharuskan lembaga-lembaga public untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial organisasi kepada pihak luar.
1.5.2.3Aspek-Aspek Akuntabilitas Kerja
Berdasarkan dimensi yang dikemukakan Syahrudin Rasul, artikel kajian pustaka menjelaskan beberapa aspek-aspek akuntabilitas kerja.
(http://www.kajianpustaka.com/2012/12/teori-akuntabilitas.html) sebagai berikut : 1. Akuntabitas adalah sebuah hubungan
Akuntabilitas Kerja adalah komunikasi dua arah sebagaimana yang diterangkan oleh Auditor General Of British Columbia yaitu merupakan sebuah kontrak antara dua pihak
2. Akuntabilitas Kerja Berorientasi Hasil
Pada stuktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini Akuntabilitas Kerja tidak melihat kepada input ataupun autput melainkan kepada outcome.
3. Akuntabilitas Kerja memerlukan pelaporan
Pelaporan adalah tulang punggung dari Akuntabilitas Kerja 4. Akuntabilitas Kerja itu tidak ada artinya tanpa konsekuensi
(26)
19
Kata kunci yang digunakan dalam mendiskusikan dan mendefinisikan Akuntabilitas Kerja adalah tanggung jawab. Tanggung jawab itu mengindikasikan kewajiban dan kewajiban datang bersama konsekuensi.
5. Akuntabilitas Kerja meningkatkan kinerja
Tujuan dari Akuntabilitas Kerja adalah untuk meningkatkan kinerja, bukan untuk mencari kesalahan dan memberikan hukuman.
1.5.2.4 Alat-alat Akuntabilitas Kerja
Alat- alat akuntabilitas kerja menurut Rasul, (2003) menjelaskan bahwa : 1. Rencana Strategis
Rencana strategis adalah suatu proses yang membantu organisasi untuk memikirkan tentang sasaran yang harus diterapkan untuk memenuhi misi mereka dan arah apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran tersebut. Hal tersebut adalah dasar dari semua perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan suatu organisasi. Manfaat dari Rencana Stratejik antara lain membantu kesepakatan sekitar tujuan, sasaran dan prioritas suatu organisasi menyediakan dasar alokasi sumber daya dan perencanaan operasional; menentukan ukuran untuk mengawasi hasil; dan membantu untuk mengevaluasi kinerja organisasi.
2. Rencana Kinerja
Rencana kinerja menekankan komitmen organisasi untuk mencapai hasil tertentu sesuai dengan tujuan, sasaran, dan strategi dari rencana strategis organisasi untuk permintaan sumber daya yang dianggarkan.
3. Kesepakatan Kinerja
Kesepakatan kinerja didesain, dalam hubungannya antara dengan yang melaksanakan pekerjaan untuk menyediakan sebuah proses untuk mengukur kinerja dan bersamaan dengan itu membangun Akuntabilitas Kerja.
(27)
20
Dipublikasikan tahunan, laporan Akuntabilitas Kerja termasuk program dan informasi keuangan, seperti laporan keuangan yang telah diaudit dan indikator kinerja yang merefleksikan kinerja dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan utama organisasi.
b. Penilaian Sendiri
Adalah proses berjalan dimana organisasi memonitor kinerjanya dan mengevaluasi kemampuannya mencapai tujuan kinerja, ukuran capaian kinerjanya dan tahapan-tahapan, serta mengendalikan dan meningkatkan proses itu.
c. Penilaian Kinerja
Adalah proses berjalan untuk merencanakan dan memonitor kinerja. Penilaian ini membandingkan kinerja aktual selama periode review tertentu dengan kinerja yang direncanakan. Dari hasil perbandingan tersebut, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, perubahan atas kinerja yang diterapkan dan arah masa depan bisa direncanakan.
d. Kendali Manajemen
Akuntabilitas Kerja manajemen adalah harapan bahwa para manajer akan bertanggungjawab atas kualitas dan ketepatan waktu kinerja, meningkatkan produktivitas, mengendalikan biaya dan menekan berbagai aspek negatif kegiatan, dan menjamin bahwa program diatur dengan integritas dan sesuai peraturan yang berlaku.
Dari dimensi Akuntabilitas Kerja yang telah dijelaskan dan disebutkan dapat diturunkan menjadi indikator Akuntabilitas Kerja adalah sebagai berikut Rasul, (2003) : 1. Akuntabilitas Kerja hukum dan kejujuran
a. Kepatuhan terhadap hukum b. Penghindaran korupsi dan kolusi
(28)
21
2. Akuntabilitas Kerja Proses
a. Adanya kepatuhan terhadap prosedur b. Adanya pelayanan publik yang responsif c. Adanya pelayanan publik yang cermat 3. Akuntabilitas Kerja Program
a. Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal b. Mempertanggung jawabkan yang telah dibuat
4. Akuntabilitas Kerja Kebijakan
Mempertanggung jawabkan kebijakan yang telah diambil
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Suatu hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta-fakta dan bukti-bukti yang nyata. Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
1. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara Pengawasan dengan Akuntabilitas Kerja Pegawai di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
2. Hipotesis Kerja (Ha)
Bahwa Pengawasan memberi hubungan yang positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
(29)
22
Adapun Kerangka Berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan Melekat dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana semula (Manullang, 2008 : 172).
b. Akuntabilitas Kerja adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal.
Untuk memberikan gambaran umum mengenai definisi konsep penelitian ini, maka peneliti mencoba menjelaskannya dalam bentuk gambar dengan tujuan mempermudah pemahaman mengenai penulisan definisi konsep penelitian. Berikut adalah gambar mengenai definisi konsep penelitian.
Variabel X Variabel Y
1.8. Definisi Operasional
Menurut Masri Singarimbun (1995:46) Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, Definisi Operasional adalah sebagai petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur variabel. Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja
Pengawasan melekat
1. Pemantauan 2. Pemeriksaan 3. Penilaian 4. preventif
5. Represif 6. pengendalian
Akuntabilitas kerja
1. Kepatuhan terhadap hukum 2. Penghindaran korupsi dan kolusi 3. Adanya kepatuhan terhadap prosedur 4. Adanya pelayanan yang responsif
5. Adanya pelayanan publik yang cermat 6. Alternatif program yang memberikan
hasil yang optimal
7. Mempertanggung jawabkan yang telah dibuat
(30)
23
pendukung untuk dianalisis variabel-variabel tersebut. Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel bebas (X) Pengawaasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan pemimpin terhadap bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya yang merupakan salah satu bentuk pengendalian aparatur pemerintah disetiap instansi dan satuan organisasi yang di wujudkan melalui kegiatan pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian yang dilakukan pimpinannya kepada bawahannya dalam meningkatkan mutu kinerja di dalam lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan instansi/organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (mustopadidjaja, 2000, Aparatur Negara no.46 tahun 2004, intruksi presiden republik indinesia nomor 1 tahun 1989 tentang pedoman pengawasan melekat) pengawasan melekat yang telah dijelaskan dan disebutkan dapat diturunkan indikator sebagai berikut :
1. Pemantauan
Kesadaran tentang apa yang di ketahui dan bertujuan untuk memberikan informasi serta mengevaluasi suatu kondisi demi menuju kepada tujuan yang telah di tetapkan.
2. Pemeriksaan
Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterengan dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan propesional berdasarkan suatu standart pemeriksaan dalam pemenuhan kewajiban sesuai dengan peraturan.
(31)
24
3. Penilaian
Suatu proses untuk melakukan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil baik yang menggunakan tes maupun non tes.
4. Preventif
Sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak di inginkan di masa depan. 5. Represif
Suatu tindakan yang dilakukan setelah kejadian terjadi untuk menekan agar kejadian tidak meluas atau semakin parah.
6. Pengendalian
suatu upaya yang dilakukan untuk mengatur kondisi tertentu agar disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Variabel (Y) Akuntanbilitas kerja adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu pada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal dan sebagai nilai yang terdapat dalam kesadaran diri seseorang untuk bertanggungjawab dalam memegang amanat baik kepada ototritasnya maupun kepada orang lain dengan sebaik-baiknya demi meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. (liang gie, 2001, turner and hulme, 1997, syahrudin, 2003) Akuntabilitas Kerja yang telah dijelaskan dan disebutkan dapat diturunkan menjadi indikator Akuntabilitas Kerja adalah sebagai berikut:
1. Kepatuhan terhadap hukum
Seseorang dikatakan bertanggungawab apabila berperilaku dan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku.
(32)
25
2. Penghindaran korupsi dan kolusi
Korupsi dan kolusi merupakan wujud dari penyalagunaan wewenang yang harus dihindari karna itu merupakan hal yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan melanggar hukum.
3. Adanya kepatuhan terhadap prosedur
Prosedur merupakan aturan yang ditetapkan dalam suatu organisasi yang hendakmya dipatuhi oleh setiap
anggotanya,terutama pihak yang mendapat amanat/pihak yang bertanggungjawab.
4. Adanya pelayanan publik yang responsif
Seorang pemimpin yang baik adalah yang peka terhadapa lingkungan sekitarnya,mau menerima kritik dan saran serta bertindak sebaik mungkin demi sebesar-besarnya kemakmuran anggota/rakyat.
5. Adanya pelayanan publik yang cermat
Proses pelayanan publik hendaknya memiliki toleransi terhadap setiap kondisi yang berbeda sehingga mampu menanggapinya dengan cermat dan tepat sasaran.
6. Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal
Adanya program-program alternatif ataupun pilihan lain yang disediakan demi menawarkan gambaran lain untuk peningkatan kinerja yang lebih baik.
(33)
26
Seseorang yang dikatakan memiliki akuntabilitas sudah
hakikatnya berkewajiban untuk memperkirakan segala tindakan untuk dipertanggungjawabkan.
BAB II
METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah bentuk penelitian korelasional, yaitu penelitian yang tujuannya adalah untuk melihat adakah hubungan antara variabel
(34)
27
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dan untuk memperkuat hipotesis tersebut, maka penulis menggunakan analisis kuantitatif sehingga diharapkan dapat menjelaskan apakah ada Hubungan Pengawasan Melekat dengan Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
2.2 Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.
2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini sebanyak 58 pegawai.
2.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai refresentatif dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.
Menurut Arikunto (1998), bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasi lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15 persen atau 20-25 persen sampel atau lebih. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini sebanyak 58 pegawai.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, dimana dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara:
(35)
28
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang dilakukan adalah:
3. Angket (kuesioner), yaitu mengajukan pertanyaan secara tertutup yang disebarkan kepada pegawai di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. 2.Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang diperoleh dari: a) Penelitian kepustakaan yang bersumber dari buku-buku.
b) Dokumentasi dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2.5 Teknik Penentuan Skor
Untuk menganalisa data yang diperoleh, dianalisis dengan analisis kuantitatif dengan melihat korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Teknik penentuan skor dalam penelitian ini adalah dengan memakai skala kordinal untuk menilai secara umum jawaban dari angket. Adapun penentuan skor adalah:
− Jawaban a diberi skor 5
− Jawaban b diberi skor 4
− Jawaban c diberi skor 3
− Jawaban d diberi skor 2
− Jawaban e diberi skor 1
Untuk penentuan klasifikasi jawaban variable didasarkan atas skala interval dengan terlebih dahulu menghitung panjang kelas (p) yang ditentukan dengan:
s
banyakkela
g
ren
p
=
tan
(36)
29
Rentang = skor maksimum – skor minimum
5 1 5− = p
8
,
0
=
p
Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel, yaitu:
Kategori jawaban responden
2.6 Teknik Analisis Data
2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara variable digunakan analisis korelasi Product Moment sebagaiman disebutkan Sugiyono (2005) dengan rumus sebagai berikut:
(
)( )
(
)
{
2 2}
{
2( )
2}
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − = Y Y n X X n Y X XY n r Keterangan :r = Koefisien korelasi antara X dan Y X = Skor variabel bebas (Pengawasan)
Y = Skor Variabel terikat (Akuntabilitas Kerja) n = Jumlah Responden
Kategori Nilai
Sangat Tinggi 4,24 - 5,00
Tinggi 3,43 – 4,23
Sedang 2,62 – 3,42
Rendah 1,81 – 2,61
(37)
30
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut:
Dengan nilai r yang diperoleh, maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila nilai r tersebut signifikan, artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima.
2.6.2 Uji “t”
Untuk menguji keberartian koefisien antara variable, digunakan uji statistik t dengan rumus:
2
1
2
r
n
r
t
−
−
=
(Sutrisno hadi,2001:365) Kriteria pengujian adalah:
- jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif ditolak. - jika harga t hitung > t tabel maka hipotesis alternatif diterima.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00
Sangat Rendah Rendah
Sedang Kuat
(38)
32 BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Asahan
Visi :
TERWUJUDNYA ASAHAN YANG RELIGIUS, SEHAT, CERDAS DAN MANDIRI
Misi :
1. Menata dan mengelola Pemerintahan yang amanah, bersih dan berwibawa secara akuntabel dan transparan dengan berorientasi pada pelayanan prima untuk mendorong percepatan pembangunan;
2. Mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam
mengembangkan potensi Sumber Daya manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) secara optimal berbasis keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang Maha Esa
3. Meningkatkan pembangunan kesehatan,infrastruktur, sarana dan prasarana lainnya secara merata dalam rangka mendorong terwujudnya masyarakat yang sehat dan mandiri;
4. Mengembangkan pola pembangunan yang partisipasif, proaktif, kreatif dan inovatif dengan menjadikan masyarakat yang cerdas sebagai basis utama pelaku pembangunan ditengah kompetasi global;
5. Mengelola kemajemukan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai budaya dan memelihara kearifan lokal, guna mendukung proses pembangunan yang berwawasan lingkungan;
(39)
33
6. Mendorong terciptanya penegakan hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) untuk menciptakan keamanan, ketertiban dan keadilan bagi masyarakat;
Mengacu kepada Visi Bupati Asahan “Terwujudnya Asahan yang Religius, Sehat, Cerdas dan Mandiri” dengan Misi Pertama “Menata dan mengelola pemerintahan yang amanah, bersih dan berwibawa secara akuntabel dan transparan dengan berorientasi pada pelayanan prima untuk mendorong percepatan pembangunan”, Untuk menunjang Visi dan Misi Bupati Asahan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan mempunyai Visi sebagai berikut :
“Terwujudnya masyarakat asahan yang unggul, terampil, sehat, dan berprestasi yang mencintai budaya dan pariwisata daerahnya dilandasi dengan semangat religius.” Makna dari visi tersebut adalah :
1. Masyarakat yang unggul, trampil, sehat dan berprestasi artinya Masyarakat yang memiliki kemampuan berkompetisi yang dihasilkan melalui pola pembinaan dan peningkatan potensi masyarakat di bidang pemuda, olahraga, kebudayaan, dan pariwisata.
2. Mencintai budaya dan pariwisata daerahnya dilandasi dengan semangat religius artinya Masyarakat yang dapat melestarikan budaya serta mengoptimalkan pengembangan kewirausahaan pariwisata yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan.
Untuk mewujudkan cita-cita Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan yang tertuang dalam visi di atas, diperlukan suatu perencanaan Program/Kegiatan Organisasi yang harus dilaksanakan sesuai dengan Tupoksi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan dan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk itu Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan menyusun misi sebagi berikut :
(40)
34
1. Mewujudkan pemuda yang produktif, prestatif, inovatif dan mandiri. 2. Mewujudkan olahraga yang berkualitas, berprestasi dan memasyarakat.
3. Mewujudkan budaya lokal yang berkualitas inovatif dan maju dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama.
4. Mewujudkan pariwisata daerah berwawasan lingkungan yang berorientasi kepada pemberdayaan ekonomi kerakyatan, memperluas kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah.
5. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel
3.2 Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan
Berdasarkan Peraturan Bupati Asahan Nomor 6 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pemuda, Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Asahan Daerah Kabupaten Asahan bahwa Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pemuda, Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Asahan adalah sebagai berikut :
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Asahan. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan merupakan unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.
A. Kepala Dinas
(1) Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata.
(41)
35
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai fungsi :
a. a.Mengkoordinasikan Pengumpulan bahan penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata.
b. b.Mengkoordinasikan Pelaksanaan kebijakan teknis bidang, pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata.
c. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pengembangan pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata
d. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pembinaan pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata.
e. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian bidang pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata.
f. Mengkoordinasikan Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dibidang olahraga
g. Mengkoordinasikan Pelaksanaan koordinasi pembinaan kegiatan pemuda dan olahraga
h. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pengembangan bahasa dan seni budaya. i. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pelestarian dan pengembangan budaya daerah j. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pembinaan terhadap pengelola objek wisata. k. Mengkoordinasikan Pelaksanaan kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan
objek wisata.
l. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan terhadap
pengusaha perhotelan, rumah makan, bar dan restoran.
m. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pengawasan pembinaan terhadap pengusaha festival kesenian dan budaya.
(42)
36
pengusaha taman rekreasi,taman laut, pantai , pulau , bumi perkemahan dan pondok wisata.
o. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan terhadap
pengusaha gelanggang renang, pemandian alam, gelanggang olahraga.
p. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan terhadap
pengusaha gelanggang permainan, bioskop, rumah bilyard, bouling serta kegiatan dan sarana hiburan lainnya.
q. Mengkoordinasikan Pelaksanaan Pengelolaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas. r. Mengkoordinasikan Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
(3) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata dibantu oleh :
a. Sekretaris.
b. Kepala Bidang Kepemudaan. c. Kepala Bidang Keolahragaan.
d. Kepala Bidang Sejarah, Nilai Budaya dan Kesenian. e. Kepala Bidang Pariwisata.
f. Unit Pelaksana Teknis.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
B. Sekretaris
(1) Sekretaris mempunyai tugas sebagaimana unsur pembantu untuk melaksanakan sebahagian tugas dan fungsi Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi yang meliputi pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan hukum, kerumahtanggaan, hubungan masyarakat, perlengkapan, kepegawaian, pengumpulan data statistik bahan
(43)
37
perumusan rencana dan prgoram, keuangan serta pemberian pelayanan teknis administrasi kepada Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, Sekretaris mempunyai fungsi :
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan program dan
penyelenggaraan tugas-tugas bidang secara terpadu dan tugas pelayanan administratif.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dalam bidang umum yang
meliputi pembinaan, ketatausahaan, ketatalaksanaan dan hukum, kerumahtanggaan, hubungan masyarakat, perlengkapan dan kepegawaian di lingkungan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata; c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dalam bidang keuangan yang
meliputi pelaksanaan penyusunan anggaran, pembukuan keuangan baik masukan maupun pengeluaran dan mempersiapkan laporan keuangan dalam rangka pertanggung jawaban keuangan;
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dalam bidang perencanaan yang meliputi pengumpulan data statistik bahan perumusan rencana dan program;
e. Menyusun Renstra Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata;
f. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini, Sekretaris dibantu oleh :
(44)
38
b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program;
C. KepalaSub Bagian Umum/Kepegawaian
(1) Kepala Sub Bagian Umum/Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan sebahagian tugas Sekretaris yang berkaitan dengan urusan ketatausahan, ketatalaksanaan dan hukum, kerumahtanggaan, hubungan masyarakat, perlengkapan dan kepegawaian.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, Kepala Sub Bagian Umum/Kepegawaian mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan urusan rumah tangga Dinas.
b. Melaksanakan urusan surat menyurat yang meliputi menerima,
membaca, meneliti, mengagenda dan mendistribusikan surat masuk sesuai dengan tujuan surat.
c. Mempersiapkan administrasi perjalanan dinas dan melaksanakan urusan rumah tangga dinas.
d. Mempersiapkan pelayanan angkutan dan perawatan kendaraan dinas serta memelihara kebersihan kantor dan pekarangan.
e. Mempersiapkan dan menyusun pelaksanaan acara-acara dinas.
f. Mempersiapkan berkas pengusulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji, cuti dan usul perpindahan pegawai.
g. Melaksanakan urusan administrasi Ketatausahaan.
h. Menyusun dan mempersiapkan rencana kebutuhan barang dan
perbekalan serta alat tulis kantor.
i. Pengadaan perlengkapan dan perbekalan Dinas. j. Melaksanakan tugas lain yang diperintah atasan;
(45)
39
D. Kepala Sub Bagian Keuangan
(1) Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebahagian tugas Sekretaris yang berkaitan dengan penyusunan anggaran belanja Langsung dan tidak langsung, pembukuan dan verifikasi serta penyusunan anggaran belanja langsung dan tidak langsung.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan penyusunan rencana anggaran Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;
b. Melaksanakan penyampaian dan melakukan pengelolaan administrasi keuangan;
c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;
d. Melaksanakan penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Sesuai dengan APBD yang telah ditetapkan;
e. Melaksanakan penyusunan laporan bulanan keuangan sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA);
f. Melaksanakan tugas lain yang diperintah atasan.
E. Kepala Sub Bagian Program
(1) Kepala Sub Bagian Program mempunyai tugas melaksanakan sebahagian tugas Sekretaris yang berkaitan dengan pengumpulan data statistik bahan perumusan rencana dan program.
(46)
40
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada angka (1), Kepala Sub Bagian Program mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan penyusunan rencana program kerja tahunan Dinas
Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;
b. Melaksanakan pembuatan laporan dan mengevaluasi kegiatan kerja tahunan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
c. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan data statistik dan analisa perencanaan dalam rangka penyusunan program kerja Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;
d. Mempersiapkan bahan penyusunan rencana anggaran pembangunan; e. Menyusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemuda, Olahraga,
Kebudayaan dan Pariwisata;
f. Melaksanakan tugas lain yang diperintah atasan.
F. Kepala Bidang Kepemudaan
(1) Kepala Bidang Kepemudaan mempunyai tugas sebagai unsur pelaksna sebahagian tugas Kepala Dinas Pemuda, olahraga, kebudayaan dan Pariwisata di Bidang Kepemudaan yang berkaitan dengan Pengembangan Program Anak, Remaja, Pemuda, Lembaga Kepemudaan dan Produktifitas Kepemudaan.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Bidang Kepemudaan mempunyai fungsi :
a. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pengembangan organisasi kepamudaan. b. Mengkoordinasikan Penyaluran bantuan kegiatan kepemudaan.
c. Mengkoordinasikan Pembinaan generasi muda, karang taruna dan pramuka.
(47)
41
kepemudaan.
e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pelaksanaan Hari Besar
Kepemudaan.
f. Mengkoordinasikan Pembinaan kelompok pemuda produktif. g. Menkoordinasikan sentra pemberdayaan pemuda.
h. Mengkoordinasikan Pelaksanaan pertukaran pemuda antar Propinsi dan antar Negara.
i. Mengkoordinasikan Pelaksanaan Sarjana Penggerak Pembangunan
Pedesaan (SP3).
j. Mengkoordinasikan Pelaksanaan dan pembinaan pasukan pengibar bendera pusaka.
k. Mengkoordinasikan perumusan peningkatan disiplin pemuda dan pelajar. l. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh
atasan
(3) Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini, Kepala Bidang Kepemudaan dibantu oleh :
a. Kepala Seksi Pengembangan Program Anak, Remaja, Pemuda dan Lembaga Kepamudaan.
b. Kepala Seksi produktifitas Kepemudaan.
G. Kepala Seksi Pengembangan Program Anak, Remaja, Pemuda dan Lembaga Kepemudaan
(1) Kepala Seksi Pembangunan Program Anak, Remaja, Pemuda dan Lembaga Kepemudaan mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Bidang Kepemudaan yang berkaitan dengan Pengembangan Program Anak, Remaja, Pemuda dan Lembaga Kepemudaan.
(48)
42
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Seksi pengembangan Program Anak, Remaja, Pemuda dan Lembaga Kepemudaan mempunyai fungsi :
a. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/data pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam peningkatan, kreatifitas dan pengembanganjati diri anak, remaja, Pemuda dan Lembaga Kepemudaan.
b. Penyusunan rencana jangka panjang, menengah dan tahunan dalam pengembangan dan peningkatan usaha pemberdayaan anak, remaja dan pemuda dan lembaga kepemudaan.
c. Memfasilitasi kegiatan dalam rangka peningkatan dan pengembangan bakat anak, remaja dan pemuda.
d. Memfasilitasi pemberdayaan organisasi dan kewirausahaan pemuda.
e. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam pemberdayaan
organisasi dan kewirausahaan pemuda.
f. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
H. Kepala Seksi Produktifitas Kepemudaan
(1) Kepala Seksi produktifitas Kepemudaan mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana melaksanakan sebahagian tugas Kepala Bidang Kepemudaan yang berkaitan dengan produktifitas Kepemudaan.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala seksi produktifitas Kepemudaan mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan Penyusunan rencana Program Produktifitas Kepemudaan. b. Melaksanakan Penilaian hasil kegiatan kepemudaan.
c. Pemberian dukungan pelaksanaan kegiatan kepemudaan d. Pemberian penghargaan dan perlindungan kepemudaan.
(49)
43
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja lembaga kepemudaan. f. Penetapan petunjuk pelaksanaan dan pemberian dukungan peran serta
masyarakat di bidang kepemudaan.
g. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan i. Kepala Bidang Keolahragaan
(1) Kepala Bidang Keolahragaan mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Dinas Pemuda, olahraga, kebudayaan dan Pariwisata di Bidang Keolahragaan yang berkaitan dengan Olah raga kesegaran Jasmani, Rekreasi, Olah raga masyarakat dan Olah raga Prestasi.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Bidang Keolahragaan mempunyai fungsi :
a. a.Mengkoordinasikan penyusunan rencana dan kegiatan pemberdayaan olahraga prestasi serta pemberdayaan olahraga kemasyarakatan dan lembaga olah raga lainnya..
b. Mengkoordinasikan Pembinaan teknis pengolahan dan pelaksanaan
pemberdayaan olahraga prestasi serta pemberdayaan olahraga kemasyarakatan. c. Mengkoordinasikan dan Memfasilitasi kegiatan olahraga prestasi serta kegiatan
olahraga kemasyarakatan.
d. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan olahraga prestasi serta kegiatan olahraga kemasyarakatan.
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini, Kepala Bidang Keolahragaan dibantu oleh :
a. 1.Kepala Seksi olahraga kesegaran Jasmani, Rekreasi dan Olahraga Masyarakat. b. 2.Kepala Seksi Olahraga Prestasi.
(50)
44
J. Kepala Seksi olahraga kesegaran Jasmani, Rekreasi dan Olahraga Masyarakat
(1) Kepala Seksi olahraga kesegaran Jasmani, Rekreasi dan Olahraga Masyrakat mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Bidang keolahragaan yang berkaitan dengan olahraga kesegaran Jasmani, Rekreasi dan Olahraga Masyarakat.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Seksi olahraga kesegaran Jasmani,Rekreasi dan Olahraga Masyarakat mempunyai fungsi :
a. Membina dan merumuskan kebijakan, pembinaan dan pengembangan, pelaksanaan, kebijakan , pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, pengelolaan dukungan teknis, pengembangan Keolahragaan.
b. Membina dan merumuskan penghimpunan, pengelolaan dan
pemeliharaan data kegiatan keolahragaan meliputi olahraga, olahraga masyarakat dan organisasi olahraga.
c. Membina dan merumuskan penyelenggaraan pembinaan olah raga
masyarakat dan organisasi olahraga.
d. Pelaksanaan penyaluran dan evaluasi pemberian Subsidi/bantuan kegiatan olahraga masyarakat dan organisasi olahraga.
e. Membina dan merumuskan pengembangan keolahragaan, penyusunan perencanaan kegiatan olahraga kemasyarakatan dan organisasi masyarakat.
f. Membina dan merumuskan kegiatan pekan olahraga pelajar dan seni serta melakukan koordinasi dengan Instansi terkait.
g. Mendorong dan memfasilitasi organisasi-organisasi keolahragaan dalam melaksanakan kegiatan peningkatan dan pembinaan.
(51)
45
h. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
K. Kepala Seksi Olahraga Prestasi.
(1) Kepala Seksi Olahraga Prestasi.mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Bidang keolahragaan yang berkaitan dengan Seksi Olahraga Prestasi.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Seksi Olahraga Prestasi mempunyai fungsi :
a. Membina dan merumuskan penghimpunan, pengolahan dan
pemeliharaan data kegiatan keolahragaan yang meliputi olahraga prestasi.
b. Membina dan merumuskan penyelenggaraan pembinaan olahraga
berprestasi.
c. Membina dan merumuskan penyaluran dan evaluasi pemberian subsidi/ bantuan kegiatan olahraga berprestasi.
d. Membina dan merumuskan pembinaan pengembangan, penyusunan
perencanaan dan pelaksanaan olahraga prestasi.
e. Membina dan merumuskan rencana kegiatan pemberdayaan olahraga prestasi.
f. Melaksnakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
L. Kepala Bidang Sejarah, Nilai Budaya dan Kesenian
(1) Kepala Bidang Sejarah, Nilai Budaya dan Kesenian mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Dinas Pemuda, olahraga, kebudayaan dan Pariwisata Bidang Sejarah, Nilai Budaya dan Kesenian yang berkaitan dengan Tradisi, Kepercayaan, Sejarah, Budaya dan Kesenian.
(52)
46
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Bidang Sejarah, Nilai Budaya dan Kesenian mempunyai fungsi :
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kegiatan seksi sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
b. Mengkoordinasikan dan Memfasilitasi kegiatan pemeliharaan dan pelestarian benda-benda peninggalan sejarah dan kegiatan seni dan budaya yang berkembang di daerah sebagai aset budaya daerah.
c. Mengkoordinasikan perumusan penyaluran bantuan seni budaya kepada masyarakat dan kelompok seni budaya.
d. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pembinaan kebahasaan, seni budaya melalui kelompok-kelompok atau lembaga seni budaya yang ada.
e. Mengkoordinasikan dan Memfasilitasi kegiatan majalah dinding di sekolah/ Madrasah dalam rangka pembinaan bahasa dan sastra dan berkoordinasi denga instansi terkait.
f. Mengkoordinasikan dan Memfasilitasi kegiatan temu sastra dan budaya antara penyair seniman sastra dan budaya.
g. Mengkoordinasikan Pendataan dan Inventarisasi kelompok-kelompok atau lembaga seni budaya yang ada di daerah sebagai pembinaan dan pengembangan bahasa seni dan budaya.
h. Mengkoordinasikan pembinaan terhadap kegiatan bahasa, seni dan budaya yang dilakukan kelompok-kelompok lembaga seni budaya dan sekolah dalam rangka pembinaan.
i. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
(53)
47
(3) Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini, Kepala Bidang Keolahragaan dibantu oleh :
a. Kepala Seksi Tradisi dan Kepercayaan
b. Kepala Seksi Sejarah, Budaya dan Kesenian.
M. Kepala Seksi Tradisi dan Kepercayaan
(1) Kepala Seksi Tradisi dan Kepercayaan mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Bidang Sejarah, Nilai Budaya dan Kesenian yang berkaitan dengan Seksi Tradisi dan Kepercayaan
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Seksi Tradisi dan Kepercayaan mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan pengumpulan data dan bahan pengamatan dan evaluasi bidang adat istiadat dan kepercayaan.
b. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap Tradisi dan Kepercayaan yang berkembang di masyarakat.
c. Melaksanakan prasejarah, arkeologi Islam dan arkeologi materi dalam lingkungan daerah berdasarkan pedoman yang ditetapkan Pemerintah, d. Melaksanakan pemamfaatan hasil penelitian arkeologi dengan instansi
terkait yang berlokasi di Kabupaten Asahan berdasarkan pedoman yang ditetapkan Pemerintah.
e. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
N. Kepala Seksi Sejarah, Budaya dan Kesenian
(1) Kepala Seksi Sejarah, Budaya dan Kesenian mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Bidang Sejarah, Nilai Budaya dan Kesenian yang berkaitan dengan Sejarah, Budaya dan Kesenian
(54)
48
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Seksi Sejarah, Budaya dan Kesenian mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan pembinaan, pengembangan,pemeliharaan/ perlindungan dan pemamfaatan museum kabupaten berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah.
b. Melaksanakan kegiatan fasilitas dan pengembangan nilai-nilai budaya dan seni termasuk budaya spritual antara lain, Penelitian, pengkajian, penulisan penanaman dan penyebarluasan informasi tingkat Kabupaten berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah.
c. Melaksanakan fasilitas dan pengembangan penulisan sejarah dan nilai sejarah bangsa melalui antara lain perekaman, penelitian, penulisan dan penyebarluasan informasi tingkat Kabupaten berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah.
d. Menanam nilai-nilai sejarah daerah dan nasional berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah.
e. Melaksanakan Penggalian,penelitian, pendalaman,perluasan dan
pengayaan nilai budaya dan seni tingkat kabupaten berdasrkan pedoman yang ditetapkan pemerintah.
f. Melaksanakan kerja sama dengan badan yang bergerak dibidang
pembinaan kebudayaan berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah.
g. Melaksanakan inventarisasi lembaga yang bergerak dibidang pembinaan kebudayaan.
h. Melaksanakan upaya pelestarian budaya daerah seperti tarian, senandung adat istiadat Daerah;.
(55)
49
j. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
O. Kepala Bidang Pariwisata
(1) Kepala Bidang Pariwisata mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Dinas Pemuda, olahraga, kebudayaan dan Pariwisata di Bidang Pariwisata yang berkaitan dengan Usaha Jasa Pariwisata, Objek, Atraksi, Informasi dan Pemasaran Wisata.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Bidang Pariwisata mempunyai fungsi :
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana program kegiatan bidang pariwisata
b. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi penyusunan konsep kegiatan pendataan dan inventarisasi objek wisata.
c. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pembinaan dan pelestarian objek wisata yang ada di Kabupaten Asahan.
d. Mengkoordinasikan penyusunan konsep atau memfasilitasi kegiatan kerjasama dengan kelompok masyarakat, instansi pemerintah, swasta atau kelompok lainnya untuk pembinaan dan pelestarian objek wisata. e. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh
atasan.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini, Kepala Bidang Pariwisata dibantu oleh :
a. Kepala Seksi usaha Jasa Pariwisata
b. Kepala Seksi Objek, Atraksi , Informasi dan Pemasaran Wisata
(56)
50
(1) Kepala Seksi usaha Jasa Pariwisata mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Bidang Pariwisata yang berkaitan dengan usaha Jasa Pariwisata
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Seksi usaha Jasa Pariwisata mempunyai fungsi :
a. Menyusun rencana Bidang Kepariwisataan.
b. Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan Kepariwisataan c. Menyelenggarakan standar dan Norma sarana Kepariwisataan
d. Menyelenggarakan Kualifikasi Usaha Jasa Kepariwisataan
e. Melaksanakan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan seluruh
Peraturan Perundangan-undangan dibidang pariwisata
f. Memberikan rekomendasi izin usaha pariwisata, perhotelan, rumah makan, bar, restoran, taman rekreasi, taman laut, pantai, pulau, bumi perkemahan, pondok wisata, gelanggang pemandian alam, bioskop, billiyard, bolling dan sarana hiburan lainnya.
g. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan.
Q. Kepala Seksi Objek, Atraksi , Informasi dan Pemasaran Wisata
(1) Kepala Seksi Objek, Atraksi , Informasi dan Pemasaran Wisata mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana sebahagian tugas Kepala Bidang Pariwisata yang berkaitan dengan Seksi Objek, Atraksi, Informasi dan Pemasaran Wisata
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Seksi Objek, Atraksi, Informasi dan Pemasaran Wisata mempunyai fungsi :
a. Memberikan Pelayanan dan Informasi mengenai kepariwisataan terhadap wisatawan dan masyarakat.
(57)
51
b. Mengumpulkan bahan dan data bidang pemasaran kepariwisataan c. Menyelenggarakan Promosi kepariwistaan.
d. Membina dan memantau perkembangan kepariwisataan
e. Melaksanakan penyuluhan terhadap kegiatan pemasaran, promosi dan ketenagakerjaan dibidang kepariwisataan dan berkoordinasi dengan instansi terkait.
(58)
52
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DISPORABUDPAR KABUPATEN ASAHAN Kepala Dinas Sekretaris Kasubag Umum dan Kepegawaian Kasubag Keuangan Kasubag Program Kabid Kepemudaan Kabid Keolahragaan Kabid Kebudayaan Kabid Pariwisata Kasi Produktivitas Pemuda Kasi Peng. Program anak remaja, pemuda/ lembaga Kasi Olahraga Prestasi Kasi Kesegaran Jasmani, Rekreasi dan Olahraga Masyarakat
Kasi Tradisi dan Kepercayaan
Kasi Budaya dan Kesenian Kasi Usaha Jasa Pariwisata Kasi Objek, Atraksi, Informasi dan Pemasaran Wisata
(59)
53 3.3 LANDASAN OPERASIONAL
Landasan Operasional Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan didalam melaksanakan tugas adalah :
a. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1956 Nomor 58, Lenbaran - lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 1092);
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
c. Undang – undang Nomor 25 Tahun 2004, Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4844);
e. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
(60)
54
f. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 20A7 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2A05-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); g. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tsntang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4725);
h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
i. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Unrsan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4737
j. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 19,Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nornor 4815)
k. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan,Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nornor 21, Tambahan lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 48l7);
l. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional Tahun 2010-2014;
m. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
(61)
55
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tenhng Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
n. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor: 28 Tahun 2010, Nomor: 0199/M PPN/04/2010 dan Nomor: PMK 95/PMK/07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;
o. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
p. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata RuangWilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018;
q. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2008 tentang
RencanaPembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025;
r. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010, Tentang RPJMD Kabupaten Asahan Tahun 2011 -2015
s. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);
(1)
149
Sig. (2-tailed) .000 .000 .064 .023 .650 .089 .349 .279 .001 .001 .045 .018 .001
N 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58
VAR0 0016
Pearson Correlation
.521** .626** .706** .780** .424** .658** .600** .448** .600** .486** .414** .740** .674
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000
N 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(2)
150
Uji Reability
Variabel X:
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005
VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
(3)
151
Uji Reability:Variabel
Y
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005
VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 58 100.0
Excludeda 0 .0
Total 58 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
(4)
152
(5)
(6)