TA : Rebranding Burgerman sebagai Upaya Memperluas Segmentasi Pelanggan.

(1)

Nama : Dhafi Kusuma Adam NIM : 09.42010.0054 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Desain Komunikasi Visual

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

viii

ABSTRAK

Kafe merupakan suatu tempat untuk santai atau berkumpul dengan teman. Melihat pertumbuhan perekonomian kota Surabaya sejak lima tahun terakhir yang meningkat, berbagai upaya dilakukan guna meraih pangsa pasar terbesar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan membentuk identitas merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pembeli yang kemudian melekat di benak konsumen. Tujuan perancangan ini adalah untuk mengetahui bagaimana merancang ulang brand Burgerman sebagai upaya memperluas segmentasi pelanggan mulai dari usia 18 sampai dengan 40 tahun.

Perancangan dilakukan dengan pendekatan survei, wawancara, dan studi eksisting guna merumuskan konsep perancangan. Data dianalisis menggunakan indikator: STP, keunggulan, keterbatasan, peluang, tantangan serta USP (Unique Selling Proposition).

Dari hasil analisis dan perancangan karya ditemukan bahwa keinginan burgerman untuk membidik target market dan keunikan yang dimiliki oleh Burgerman belum tampak pada brand yang ditanamkan kepada konsumen. Tidak adanya keseragaman konsep desain di setiap media visual menyebabkan brand yang selama ini dilakukan memiliki tingkat yang rendah.

Brand burgerman dirancang untuk memunculkan keunikan dan konsep yang dimiliki yaitu enjoy serta konsisten pada setiap media visual dengan diciptakannya logo baru dan buku pedoman system identitas sebagai patokan dalam mendesain setiap media visual. Perancangan karya mengacu pada prinsip-prinsip desain dan bagaimana menciptakan brand dengan konsistensi desain disetiap media visual. Hasil perancangan ini diharapkan dapat memberikan rancangan desain yang sesuai dengan Burgerman serta dapat memperluas segmentasi pelanggan.


(3)

x

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Perancangan ... 7

1.5 Manfaat Perancangan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Memperluas Segmentasi Pasar ... 9

2.2 Perancangan ... 9

2.2.1 Branding ... 10

2.2.2 Peran Branding ... 10

2.2.3 Corporate Visual Identity ... 12

2.2.4 Logo ... 13

2.2.5 Layout ... 15

2.2.6 Tipografi... 16

2.2.7 Keyword/Konsep ... 20


(4)

xi

2.4 Strategi Pemasaran ... 22

2.5 Segmentastion, Targeting, Positioning ... 24

2.6 Kerangka Teori ... 31

2.7 Kerangka Berpikir ... 32

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 33

3.1 Prosedur Perancangan ... 33

3.2 Metodologi Penelitian ... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4 Teknik Pengambilan Data ... 36

3.5 Teknik Analisis Data ... 38

3.5.1 Analisis Data Wawancara ... 39

3.5.2 Studi Eksisting ... 40

3.5.3 Analisis Studi Eksisting ... 63

1. Analisis Perusahaan ... 65

2. Analisis Kompetitor ... 71

3.6 Keyword ... 73

3.6.1 Perancangan Keyword ... 74

3.7 Proses Pencarian Warna ... 78

3.8 Gagasan Perancangan Karya ... 80

3.9 Konsep Perancangan ... 82


(5)

xii

4.1 Pedoman Sistem Identitas... 104

4.2 Standar Desain ... 112

BAB V PENUTUP... 126

5.1 Kesimpulan ... 126

5.2 Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 128

BIODATA PENULIS... 131


(6)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Kafe merupakan suatu tempat untuk santai atau berkumpul dengan teman. Burgerman adalah salah satu kafe burger di Surabaya yang bermaksud memperluas segmentasi pelanggan. Pada awalnya Burgerman menempatkan posisi pada segmentasi anak muda. Saat ini ingin mengubah segmentasi dan persepsi konsumen dari kafe burger untuk anak muda menjadi lebih luas. Melihat permasalahan tersebut, tugas akhir ini diarahlan pada perancangan rebranding Visual Identity sebagai upaya memperluas segmentasi pelanggan.

Melihat pertumbuhan perekonomian kota Surabaya sejak lima tahun terakhir yang meningkat, Tjahjono Haryono, (Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia) di dalam Surabaya post mengatakan menjamurnya jumlah restoran dan café di Surabaya disebabkan karena berbagai kemudahan terdapat di Surabaya. Pertumbuhan makro ekonomi mengalami perkembangan 30-40%, salah satunya dengan mudahnya akses jalan di Surabaya.

Kotler (2010: 18) mengatakan bahwa segmen pasar suatu produk yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya, antara lain intensitas persaingan segmen, potensi masuknya pemain baru, hambatan masuk industri, keberadaan produk-produk pengganti, kehadiran produk-produk komplementer serta pertumbuhan kekuatan tawar menawar pembeli maupun pemasok.


(7)

Dari beberapa teori diatas, suatu perusahaan harus dapat menguasai persaingan segmen dengan adanya pemain baru.

Rustan (2009:-8) mengatakan, ada beberapa pertimbangan dalam meredesain logo antara lain adalah karena re-positioning. Dari kedua teori tersebut menyimpulkan bahwa burgerman harus re-branding guna memperluas segmentasi pelangganya.

Mengapa visual brand sangat penting? Alasan pertama, karena banyak sekali merek produk yang sama di pasaran sehingga sulit bagi seorang pemasar untuk menyelipkan merek ke benak konsumen. Kedua, karena otak konsumen terbatas daya ingatnya, (Budiman, 2008: 99)

Burgerman berdiri sejak tahun 2007. Dengan pengelolaan management yang tidak terlalu besar, Burgerman mempunyai konsep sebuah kafe yang menawarkan produk makanan ringan burger yang bisa dinikmati sambil berbincang-bincang, bertemu dengan teman ataupun rekan kerja.

Dewasa ini ada banyak produk burger di Surabaya. Burger biasanya disajikan dengan cara di-grill, namun ada juga yang di goreng. Daging yang digunakannya pun bermacam macam. Ada daging sapi, daging ayam, ikan, udang, dan tahu untuk yang vegetarian.

Daging burger sendiri ada yang diolah secara tradisional dan pabrikan. Proses pabrikan umumnya bentuknya tipis-tipis dan mudah didapat di pasar swalayan tentunya juga mempunyai citarasa yang sama atau tidak beda jauh antara daging olahan satu dengan yang lainnya.


(8)

Tetapi Burgerman ingin menyajikan hal lain, yaitu Burger yang dihasilkan merupakan hasil olahan sendiri atau handMade dari daging sapi asli dicampur sedikit tepung roti dan diproses secara tradisional dengan menggunakan resep rahasia tentunya dan melalui beberapa tahapan.

Setelah burger dipanggang atau digoreng, disajikan dengan ukuran yang cukup besar dan tebal dagingnya benar-benar terasa dan cukup membuat perut kenyang. Untuk mendapatkan burger dengan cita rasa yang unik, dapat disajikan dengan aneka sauce pilihan, seperti Barbeque, Cheezy, Thousand Island, Mayo dan sebagainya. Selain itu burgerman juga menyediakan suasana yang nyaman dan fleksible dimana konsumen dapat memilih sesuai keinginan karena terdapat 2 ruangan yaitu ruangan indor dan outdor.

Tai dan Chew (2009: 2) dalam bukunya Brand Management mengatakan, membangun sebuah brand yang kuat salah satunya adalah dengan cara menciptakan deferensiasi. Dengan membuat penawaran penjualan yang unik dibandingkan dengan produk lain.

Pengertian tentang merek, “Merek adalah istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual, yang membedakan

produk/jasa tersebut dengan produk lain terutama produk saingannya”, (Kotler 1987: 440).

Fungsi brand sebagai pembeda suatu produk dengan produk lainnya adalah hal yang sangat penting. Semakin sering ataupun semakin unik suatu brand, maka secara tidak langsung akan mudah bagi customer untuk mengingatnya.


(9)

Brand bisa menjadi mindset bagi seseorang jika seseorang itu telah mengalami komunikasi (proses pengiriman pesan) dan pengalaman terhadap brand tersebut berdasarkan pengalaman emosional ataupun telah mengalami fungsi dari produk suatu brand tersebut, (Keller 2003: 4).

Dengan keunggulan atau USP yang ditawarkan oleh Burgerman, selama berjalan ± 5 tahun Burgerman sudah bisa membranding dirinya sebagai kafe yang menawarkan produk burger yang mempunyai keunikan cita rasa yang khas dibandingkan tempat lain dan merupakan kafe yang bisa digunakan sebagai tempat santai merefresh pikiran yang penat ditengah kesibukan kota untuk kalangan anak muda.

Didukung dengan konsep desain kafe yang dibuat santai dengan ruangan

outdoor dan menyajikan suasana yang nyaman dan cool. Burgerman juga menyediakan ruangan ber AC bagi yang memang menginginkan untuk bersantai di dalam ruangan AC.

Menurut Peter Peverelli di dalam (http: //www.agesvisual.wordpress.com), identitas visual perusahaan digunakan untuk mengomunikasikan keberadaan sebuah korporasi, organisasi, institusi ataupun golongan, dengan menggunakan nama, lambang atau logo, tipografi, warna, dan semboyan (tagline/slogan).

Perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefiniskan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik, (Pressman:2009).


(10)

Rustan (2009: 54) dalam bukunya berjudul logo mengatakan untuk membuat identitas suatu perusahaan, dibutuhkan seperangkat atribut lainnya untuk menjaga konsistensi penerapan pada berbagai media, karena penerapan yang konsistensi dapat meningkatkan brand awarnes. Seperti logo, tipografi, warna, packaging, seragam, signage, bangunan.

Argenti (2009: 78), dalam bukunya komunikasi korporat mengatakan

Identitas sebuah perusahaan adalah manifestasi aktual dari realita perusahaan seperti yang disampaikan melalui nama perusahaan, logo, moto, produk, layanan, bangunan, alat-alat tulis, seragam, dan barang-barang bukti nyata yang diciptakan oleh organisasi tersebut dan dikomunikasikan kepada beragam konstituen. Konstituen kemudian membentuk persepsi berdasarkan pesan yang dikirimkan oleh perusahaan tersebut dalam bentuk nyata.

Brand berasal dari kata brand yang artinya membakar, dimana pada saat itu digunakan untuk mencap ternak guna membedakan kepemilikan ternak tersebut. Menurut American Marketing Association, brand dapat diartikan sebagai nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi antaranya yang berfungsi untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari suatu produsen, untuk membedakan produk mereka dalam pasar yang penuh persaingan, (Keller, 2003:i3).

Dari beberapa teori di atas, disimpulkan bahwa identitas visual perusahaan merupakan suatu cara untuk membangun sebuah brand menjadi besar sesuai dengan visi dan misi perusahaan dan untuk menjadikannya lebih kuat melekat pada benak konsumen. Untuk membangun branding burgerman dibidang


(11)

informasi visual, maka dilakukan melalui elemen – elemen desain visual antara lain, (a) Logo perusahaan (b) Bangunan, terdiri dari desain interior dan ekterior (c) Seragam kerja, terdiri dari seragam karyawan perempuan dan lelaki (d) Stationary, terdiri dari buku menu, packaging (e) Visual multimedia, terdiri dari situs website, company profile perusahaan.

Selain itu, Budiman (2008: 90) mengatakan untuk membangun sebuah brand dibenak konsumen tidak bisa dilakukan dengan waktu yang singkat, melainkan akan memakan waktu yang lama dan harus dilakukan secara terus-menerus (continue) maka brand itulah yang akan membawa sebuah merek menjadi besar. Selain itu agar sebuah produk cepat dikenal juga harus melakukan periklanan hard sell karena impact jangka pendeknya lebih cepat.

Dari pernyataan di atas maka dilakukan strategi keduanya bisa digunakan untuk mencapai target jangka panjang tanpa melupakan pencapaiannya dalam jangka pendek.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, Setiap perusahaan dituntut untuk mampu mengoptimalkan pengelolaan managemennya guna meningkatkan daya saing produknya di pasar sehingga dapat meningkatkan minat beli atau pelanggan dari perusahaan itu sendiri. Karena itu rumusan masalah pada penelitian ini adalah :


(12)

1. Bagaimana merancang rebranding Burgerman sebagai upaya memperluas segmentasi pelanggan?

2. Bagaimana memunculkan brand Burgerman pada konsumen bahwa Burgerman bukan hanya kafe untuk kalangan anak remaja?

1.3 Batasan Masalah

Pada perancangan ini peneliti membatasi sampai dengan perancangan konsep Visual Identity dengan hasil akhir terciptanya sebuah logo baru

Burgerman dan buku Pedoman Sistem Identitas yang akan digunakan sebagai pedoman atau patokan untuk merancang desain visual selanjutnya.

1.4 Tujuan Perancangan

Dari beberapa masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari perancangan adalah :

1. Rebranding Burgerman sebagai upaya memperluas segmentasi pelanggan 2. Untuk menciptakan brand sebagai kafe burger dengan segmentasi lebih luas

mulai usia 18-40 tahun.

3. Memunculkan brand Burgerman pada konsumen bahwa Burgerman bukan hanya kafe untuk kalangan anak remaja


(13)

1.5 Manfaat Perancangan 1. Teoritis

Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan desain komunikasi visual, khususnya yang terkait dengan perancangan branding sebuah produk.

2. Praktis

Bagi Burgerman hasil dari perancangan branding ini dapat digunakan sebagai masukan pihak manajemen kafe dalam kebijakan bagaimana merancang branding Burgerman guna memperluas segmentasi pelanggan.


(14)

9

Landasan teori berisi data yang relevan dengan perancangan ini. Dalam kajiannya akan dipaparkan beberapa fakta, konsep, prosedur, maupun teori-teori yang terkait dengan perancangan.

2.1 Memperluas Segmentasi Pasar

Kotler, (2010:i18) mengatakan segmen pasar suatu produk yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya, antara lain intensitas persaingan segmen, potensi masuknya pemain baru, hambatan masuk industri, keberadaan produk-produk pengganti, kehadiran produk-produk komplementer serta pertumbuhan kekuatan tawar menawar pembeli maupun pemasok.

Rustan (2009:i-8) mengatakan, ada beberapa pertimbangan dalam meredesain logo antara lain adalah karena re-positioning. Dari kedua teori tersebut menyimpulkan bahwa burgerman harus re-branding guna memperluas segmentasi pelangganya.

2.2 Perancangan

Perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefiniskan sebuah peralatan, satu proses atau


(15)

satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik (Pressman: 2009).

2.2.1 Branding

Brand berasal dari kata brandr yang artinya membakar, dimana pada saat itu digunakan untuk mencap ternak guna membedakan kepemilikan ternak tersebut. Menurut American Marketing Association, brand dapat diartikan sebagai nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi antaranya yang berfungsi untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari suatu produsen, untuk membedakan produk mereka dalam pasar yang penuh persaingan. (Keller, 2003: 3).

Pengertian tentang merek, “Merek adalah istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual, yang membedakan produk/jasa tersebut dengan produk lain terutama produk saingannya” (Kotler 1987: 440).

2.2.2 Peran Branding

Fungsi brand sebagai pembeda suatu produk dengan produk lainnya adalah hal yang sangat penting. Semakin sering ataupun semakin unik suatu brand, maka secara tidak langsung akan mudah bagi customer untuk mengingatnya. Brand bisa menjadi mind set bagi seseorang jika seseorang itu telah mengalami komunikasi (proses pengiriman pesan) dan pengalaman terhadap brand


(16)

tersebut berdasarkan pengalaman emosional ataupun telah mengalami fungsi dari produk suatu brand tersebut (Keller 2003: 4).

Visual brand sangat penting, pertama karena banyak sekali merek produk yang sama di pasaran sehingga sulit bagi seorang pemasar untuk menyelipkan merek ke benak konsumen. Kedua, karena otak konsumen terbatas daya ingatnya. (Budiman 2008: 99).

Rustan (2009: 54) di dalam bukunya berjudul logo mengatakan untuk membuat identitas suatu perusahaan, dibutuhkan seperangkat atribut lainnya untuk menjaga konsistensi penerapan pada berbagai media, karena penerapan yang konsistensi dapat meningkatkan brand awarnes. Seperti logo, tipografi, warna, packaging, seragam, signage, bangunan.

Tai dan chew (2009: 2) dalam bukunya brand management mengatakan membangun sebuah brand salah satunya adalah dengan cara menciptakan deferensiasi. Dengan membuat penawaran penjualan yang unik dibandingkan dengan produk lain.

Dari beberapa teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Semakin ketatnya persaingan antar produk yang sejenis, maka semakin penting pula brand itu ada. Tantangan yang dihadapi suatu brand sangatlah banyak, misalnya mahalnya biaya untuk menciptakan suatu brand, image dari media atas tanggapan brand, konsumen yang belum tentu bisa menerima brand tersebut. Oleh karena itulah peran marketer sangatlah penting untuk mengerti keinginan konsumen, brand yang ada, serta hubungan diantara keduanya.


(17)

2.2.3 Corporate Visual Identity

Argenti (2009: 78), dalam bukunya komunikasi korporat mengatakan

Identitas sebuah perusahaan adalah manifestasi actual dari realita perusahaan seperti yang disampaikan melalui nama perusahaan, logo, moto, produk, layanan, bangunan, alat-alat tulis, seragam, dan barang-barang bukti nyata yang diciptakan oleh organisasi tersebut dan dikomunikasikan kepada beragam konstituen. Konstituen kemudian membentuk persepsi berdasarkan pesan yang dikirimkan oleh perusahaan tersebut dalam bentuk nyata.

Menurut Peter Peverelli di dalam (http: //www.agesvisual.wordpress.com), identitas visual perusahaan digunakan untuk mengomunikasikan keberadaan sebuah korporasi, organisasi, institusi ataupun golongan, dengan menggunakan nama, lambang atau logo, tipografi, warna, dan semboyan (tagline/slogan).

Menurut Balmer (1995) di dalam (http://agesvisual.com) identitas perusahaan adalah “secara riil corporate identity dapat diwujudkan berupa kultur organisasi, perusahaan atau kepribadian dari organisasi, perusahaan tersebut agar masyarakat mengetahui, mengenal, merasakan dan memahami filosofi-filosofi perusahaan, organisasi tersebut”.

Lebih lanjut identitas perusahaan (corporate identity,) terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1. Corporate Visual Identity, yaitu : logo, bangunan, seragam kerja, sarana angkut, perlengkapan kerja (stationery office), media pendukung promosi seperti merchandise, dan lain sebagainya.


(18)

2. Corporate Communication, yaitu : iklan, public relations, brosur, sepanduk, informasi dan lain sebagainya.

3. Corporate Behavior, yaitu : nilai-nilai internal, norma-norma, etika dalam berkerja, pelayanan dan lain sebagainya.

2.2.4 Logo

Asal kata logo dari bahasa yunani logos, yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budi. (Rustan 2009: 12).

Fungsi dari logo sendiri adalah sebagai sebuah bendera, tanda tangan dan sebuah lambing yang secara langsung tidak menjual, tetapi memberi suati identitas, informasi, persuasi yang akhirnya sebagai alat pemasaran. (Rustan 2009: -8)

1. Logotype

Pertama kali logotype muncul tahun 1810 – 1840, diartikan sebagai: tulisan nama entitas yang di desain secara kgusus dengan menggunakan teknik lettering atau memakai jenis huruf tertentu. Fungsinya adalah : (Rustan 2009: 12-13)

a. Identitas diri. Untuk membedakannya dengan identitas orang lain b. Tanda kepemilikan. Untuk membedakanmiliknya dengan milik orang

lain

c. Tanda jaminan kualitas


(19)

2. Logogram

Logogram adalah sebuah symbol tulisan yang mewakili sebuah kata/makna. Fungsinya adalah untuk mempersingkat penulisan sebuah kata. Logogram sering juga disebut ideogram (symbol yang mewakili sebuah ide) (Rustan 2009: 13-14).

a. Tahapan Membuat Logo

Rustan 2009: 36 mengatakan, pengetahuan mengenai tahapan kerja, kriteria logo yang baik, dan sejumlah pengetahuan lain dibutuhkan untuk membuat logo yang efektif. Untuk membuat logo tahapan kerja yang dilakukan adalah :

1. Riset dan analisa, bisa dilakukan dengan cara mencari kekuatan dan kelemahan perusahaan, wawancara kemudian dikumpulkan dalam bentuk keyword/kata kunci. Keseluruhan hasil riset dan analisa ini dirangkum dalam creative brief yang akan digunakan untuk tahap berikutnya

2. Thumbnail, berdasarkan creative brief membuat tuhumbnail yang merupakan visual brainstorming atau cara pengembangan ide lewat visual, berupa sketsa-sketsa pensil atau bullpen yang dilakukan secara manual.

3. Komputer, beberapa thumbnail yang brpotensi dipilih, lalu dipindahkan ke komputer.

4. Review, tahap selanjutnya adalah mengajukan ke klient untuk dipilih. 5. Pendaftaran merek, logo yang sudah selesai kemudian didaftarkan ke


(20)

6. Sistem Identitas, dalam tahap ini menentukan atribut lainnya seperti logo turunan, system warna, system tipografi, system penerapan logo pada berbagai media, dan lain-lain. Zsemua itu dirangkum dalam pedoman system identitas.

7. Produksi, Berdasarkan pedoman system identitas, berbagai media internal dan eksternal mulai diproduksi dengan menggunakan identitas yang sudah didaftarkan/dipamerkan.

2.2.5 Layout

Layout bberkaitan dengan pengaturan huruf dan visual pada permukaan dua dimensi agar seluruh informasi dapat dibaca, jelas, dan menarik. Layout merupakan pengaturan huruf dan visual pada sebuah cetakan atau halaman elektronik. (Suyanto, 2004: 95).

Untuk memulai mendesain layout suyanto, (2004: 95) mengatakan harus memulai dengan beberapa pertanyaan :

1. Siapa yang akan membaca atau melihat ini? 2. Gaya apa yang cocok untuk audience? 3. Apa fungsi desain tersebut?

4. Apa informasi atau pesan yang akan disampaikan? 5. Dimana itu akan dilihat

Prinsip-prinsip desain yang paling penting yang berpengaruh pada layout adalah titik focus hirarki visual, kesatuan, keseimbangan. Pemilihan elemen pada titik focus, apakah elemen itu huruf atau visual, didasarkan pada beberapa faktor:


(21)

1. Apa pesan utama atau informasi yang butuh dikomunikasikan? 2. Elemen mana yang paling menarik?

3. Elemen mana yang paling penting?

Layout berhasil, jika menggunakan prinsip kesatuan. Prinsip kesatuan dapat dengan menggunakan hubungan, kesejajaran, grid, dan aliran. Suyanto, 2004: 98

Keseimbangan merupakan distribusi bobot dalam layout. Sepeerti halnya hirarki visual, keseimbangan merupakan factor yang penting dalam kesuksesan merancang layout. Untuk membuat keseimbangan desain, harus mempertimbangkan bobot visual, posisi, dan pengaturan.

2.2.6 Tipografi

1. Strategi Desain Headline dan Body Copy

Keterbacaan sebuah iklan menjadi hal yang harus diutamakan kemudian menyusul tampilan visualnya. Beberapa hal yang dirangkum dari Enterpreneur the book series yang ditulis oleh Largest Catholic University yaitu bahasa yang digunakan untuk penyusunan teks pada iklan hendaknya sederhana jelas, singkat, dan tepat serta memiliki daya tarik pada kalimatnya karena desain dan layout

adalah semua tentang komunikasi bukan ornamentasi. 2. Memilih Jenis Huruf Yang Tepat.

Pilihan jenis huruf adalah salah satu dari banyak elemen yang berkontribusi pada gambar disampaikan oleh iklan. Jenis tipografi serif menyampaikan karakter kurang modern dapat dianggap berkelas, konservatif, abadi, tradisional atau benar-benar kuno. Jenis tipografi sans-serif menyampaikan citra modern dan


(22)

progresif tampak bagus bila ditempatkan pada media dengan white space yang luas.

3. Penggunaan Style Huruf Pada Tipografi. a. Huruf Miring atau Italic.

Huruf miring (italic) memproyeksikan perasaan tindakan, kecepatan atau progresif. Efek visual bergerak ke depan akan tampak terutama bila dikombinasikan dengan jenis huruf sans-serif.

b. Huruf Kapital dan Huruf Kecil.

Huruf kapital memproyeksikan formalitas, dan kesan corporate yang kuat. Huruf kecil memberikan kesan ramah dan bersahaja. Menggunakan huruf kecil secara eksklusif menunjukkan lebih informal dengan gambaran sederhana.

c. Huruf Tebal (bold).

Huruf tebal menyampaikan penekanan dan juga dianggap lebih maskulin.

d. Penggunaan Ukuran Huruf Disesuaikan Dengan Isi Dari Salinan. Iklan tidak boleh menggunakan lebih dari empat ukuran yang berbeda dari tipografi. Ukuran besar digunakan untuk judul atau headline,

ukuran medium digunakan untuk membaca narasi yang teratur dan cukup besar untuk memungkinkan pembaca memproses informasi baru dengan cara yang santai. Ukuran kecil harus disediakan untuk rincian dan fakta. Ukuran kecil selalu meningkatkan tingkat konsentrasi yang dibutuhkan oleh pembaca.


(23)

e. Strategi Gaya Layout.

Layout iklan sangat menentukan penyajian. Model layout iklan yang masih digunakan saat ini diantaranya:

1. Axial

Elemen-elemen iklan diletakkan berdasarkan sebuah sumbu yang diletakkan pada posisi tertentu di halaman iklan. Pada metode ini akan ditampakkan banyak bidang kosong.

2. Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi layout iklan tersebut.

Gambar 2.1 Vertikal Panel Layout Sumber:

http://www.invitinghome.com/Panel_Moldings_Corners/DIY_Panels.htm


(24)

a) Jumble Layout

Penyajian iklan dengan komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

Gambar 2.2 Jumble Layout

Sumber: http://pengantarperiklanan.blogspot.com/2008/03/contoh-jumble-dan-grid-lay-out.html diakses pada 4 Oktober 2012

2.2.7 Keyword/Konsep

Untuk menemukan sebuah konsep desain, sesorang harus melakukan riset dan analisis dengan mencari fakta-fakta tentang entitas. Mulai dari visi-misi, budaya, anallisis pasar, target market, keunggulan dan kelemahan, (Rustan 2009: 37).

2.2.8 Warna

Disadari atau tidak, warna memainkan peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan saat membeli barang. Penelitian yang dilakukan oleh institute for Color Reseacrh di Amerika (sebuah institute penelitian tentang warna) menemjkan bahwa seseorang dapat mengambil keputusan


(25)

terhadap orang lain, lingkungan maupun produk dalam waktu janya 90 detik saja. Dan keputusan tersebut 90%-nya didasari oleh warna. Warna juga meningkatkan brand recognition sebanyak 80% menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Loyola, Chicago, Amerika. Karena itu memilih warna yang tepat merupakan proses yang sangat penting dalam mendesain identitas visual. Untuk itu dibutuhkan riset yang mendalam menyangkut beberapa bidang, antara lain psikologi, budaya dan komunikasi, (Rustan 2009: 72).

Memilih warna bagi suatu identitas bukan berdasarkan selera, atau asal tebak. Karena belum tentu warna yang kita sukai adalaha yang paling sesuai dengan kepribadian entitas tersebut. Butuh riset yang mendalam akan hal ini, contohnya riset terhadap kepribadian entitas, produk, media, pelanggan dan market/pasar, (Rustan 2009: 74).

2.3 Metode Penelitian

2.3.1 Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) di mana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati (leedy & ormord 2005; Patton 2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007). (Sarosa, 2012: 7). Pada metode penelitian kualitatif akan dilakukan dengan beberapa theknik pengumpulan data, antara lain: (Sarosa, 2012: 45)


(26)

1. Wawancara

wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks.

2. Observasi/Studi Lapangan

Observasi di definisikan sebagai pengamatan akan manusia pada “habitatnya” (hughes 2005).

3. Telaah Dokumen

Selain wawancara dan studi lapangan, data dapat juga diperoleh dengan cara menelaah dokumen. Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. (Esterberg 2002). Dokumen dapat berupa buku, artikel, media masa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto, dan lainnya.

2.3.2 Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, observasi atau survey, studi eksisting dan meteri-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan memungkinkan penyajian data yang sudah ditemukan. Sebagai landasan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif. Deskriptif adalah Kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah besar sehingga datanya


(27)

dapat ditafsirkan, dimana meliputi kegiatan mengelompokkan, mengatur, mengurutkan data atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, sehingga data mudah dikelola. (Bhina Patria –

www.inparametric.com). Sedangkan kualitatif yaitu Analisis Data yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Bogdan & Biklen, 1982).

2.4 Strategi Pemasaran

Perilaku konsumen menjadi masukan bagi pemasar untuk mengembangkan strategi pemasaran, maka suatu perusahaan harus mempunyai strategi pemasaran yang mampu mempengaruhi konsumen yang menjadi target marketnya, sehingga penentuan segmentasi pasar, pemilihan pasar sasaran, dan kemudian positioning

sebagai pedoman dari strategi bauran pemasaran menjadi penting untuk diperhatikan dengan baik.

1. Kekuatan

Suatu hal yang sangat baik dan sangat dikuasai perusahaan atau juga sebuah atribut yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Kekuatan itu bisa berupa (Thompson 2005: 89-90)


(28)

a. Keahlian atau pengalaman penting b. Aset fisik yang berharga

c. Aset manusia atau sumber daya manusia yang berharga d. Aset organisasional yang berharga

e. Aset yang tak terukur dan bersifat abstrak f. Kemampuan yang kompetiitf

g. Prestasi/atribut yang dapat mengunutngkan posisi perusahaan dipasar. h. Aliansi yang kompetitif/kerjasama yang menguntungkan

2. Kelemahan

Suatu hal yang menjadi kekurangan dan kurang baik ketika dikerjakan perusahaan atau sebuah kondisi yang tidak menguntungkan posisi perusahaan di pasar. (Thompson 2005: 93) Kelemahan itu dapat berupa

a. Keahilan, pengalaman, modal intelektual yang rendah dan tidak terbukti

b. Defisiensi dalam aspek fisik, organisasional, atau aset yang bersifat abstrak

c. Hilangnya atau rendahnya kemampuan kompetitif dalam kondisi utama.

3. Peluang

Faktor yang besar dan utama yang dipertimbangkan dalam membentuk strategi perusahaan. Dalam mengevaluasi peluang yang ada dalam pasar, perusahaan harus berhati-hati dari pandangan yang melihat setiap kesempatan industri sebagai kesempatan perusahaan. Tidak semua perusahaan memiliki


(29)

sumber daya yang cukup besar agar bisa sukses dalam setiap kesempatan yang ada di dalam industri (Thompson, 2005: 94).

2.5 Segmentation, Targeting, Positioning (STP)

Suatu perusahan dalam menawarkan dalam menawarkan produk maupun jasanya tidak dapat melayani semua kebutuhan konsumennya yang terdiri dari berbagai segmen pasar yang sangat beragam. Masing-masing konsumen memiliki kebutuhan yang berbeda dan sangat bervariasi keinginannya.

Suatu perusahaan perlu mengidentifikasikan segmen pasarnya sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan konsumennya dengan lebih efektif. (Kotler 2003: 278).

Target pemasaran dari suatu perusahan memerlukan pemasarnya untuk mengambil tiga tahap utama, yakni

1. Mengidentifikasikan dan membagi sekelompok pembeli secara terpisah berdasarkan kebutuhan dan pilihan yang beragam (market segmentation)

2. Memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki (market targeting)

3. Menetapkan dan mengkomunikasikan kelebihan perusahaan dari para pesaingnya atas produk dan jasa yang ditawarkan untuk setiap segmen yang dituju (market positioning). (Kotler, 2003: 279)


(30)

a. Segmentation

Segmen pasar terdiri dari sekelompok konsumen yang memiliki kebutuhan yang sama. Para pemasar tidak menciptakan segmen, tetapi tugas seorang pemasar adalah mengidentifikasikan segmen yang ada dan menetapkan target mana yang akan dituju. Perusahaan akan lebih mudah memilih jalur distribusi dan komunikasi yang terbaik, dan hal tersebut akan mengetahui para kompetitornya secara jelas yang memiliki target segmen yang sama (Kotler, 2003: 279).

Diungkapkan oleh Philip kotler dalam (Wijaya S. d., 2006) menyatakan “Perusahaan menawarkan produk unggulannya kepada masyarakat luas.” Akan tetapi, untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal perusahaan harus memilih pasar apa yang ingin mereka layani. Menurut Kotler, Bown, dan Makens (2002, pp.255-261) menyatakan bahwa segmentasi dapat dilakukan berdasarkan variabel-variabel di bawah ini: 1. Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis adalah segmentasi yang memberi pasar menjadi unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, daerah otonomi, kota, iklim atau kawasan pemukiman.

2. Segmentasi Demografis

Segmentasi demografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi berbagai kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, agama, ras dan kebangsaan. Faktor-faktor demografis paling sering dipakai sebagai dasar untuk


(31)

mensegmentasi kelompok konsumen. Salah satu alasannya adalah kebutuhan, keinginan dan tingkat penggunaan konsumen berhubungan erat dengan variabel demografis. Alasan lainnya adalah bahwa variabel demografis lebih mudah diukur jika dibandingkan dengan jenis Elizabeth hurlock membagi segmentasi berdasarkan usia sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pengelompokan Usia

No Kelompok Usia Kategori

1 0 - 6 Tahun Balita

2 7 - 12 Tahun Anak-Anak

3 12 - 15 Tahun Puber

4 13 - 17 Tahun Remaja

5 18 - 40 Tahun Dewasa Dini

6 40 - 60 Tahun Usia Madya

7 60 tahun keatas Usia lanjut

3. Segmentasi Perilaku

Segmentasi ini mengelompokkan pembeli berdasarkan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan atas sebuah produk atau jasa, serta manfaat yang dicari oleh konsumen dalam membeli sebuah produk atau jasa.

4. Segmentasi Psikografis

Segmentasi ini membagi konsumen menjadi kelompok yang berbeda beda berdasarkan karakteristik gaya hidup dan kepribadian konsumen.


(32)

Joseph Plumer (1974) mengatakan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam hal :

a. Bagaima mereka menghabiskan waktunya (pekerjaan, hobi, hiburan, belanja, olahraga dll)

b. Minat mereka; apa yang dianggap penting disekitarnya (keluarga, rumah, karir, makanan dll)

c. Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain (isu-isu sosial, politik, masa depan dll) d. Karakter-karakter dasar seperti tahap yang mereka lalui dalam

kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidikan dan di mana mereka tinggal.

b. Targeting

Setelah mengevaluasi berbagai segmen, perusahaan harus memutuskan segmen mana dan berapa segmen yang akan dilayani. Pasar sasaran mencapkup seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan atau karakteristik umum yang ingin dilayani oleh perusahaan.

Kotler dkk (2003) menyatakan ada tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang akan dijadikan target. (a) Perusahaan harus memastikan bahwa segmen pasar yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan dapat saja memilih segmen yang kecil pada saat sekarang namun segmen itu mempunyai prospek menguntungkan dimasa datang. (b) Strategi targeting itu harus didasarkan pada keunggulan


(33)

kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan memiliki kekuatan dan keahlian yang memadai untuk menguasai segmen pasar yang dipilih sehingga memberikan value bagi konsumen. (c) Segmen pasar yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya. Perusahaan harus mempertimbangkan situasi persaingan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi daya tarik targeting perusahaan.

Beberapa faktor yang dipertimbangkan disini antara lain intensitas persaingan segmen, potensi masuknya pemain baru, hambatan masuk industri, keberadaan produk-produk pengganti, kehadiran produk-produk komplementer serta pertumbuhan kekuatan tawar menawar pembeli maupun pemasok.

c. Positioning

Positioning adalah suatu kegiatan merancang penawaran dan image perusahaan untuk menduduki tempat khusus di benak target pasar yang dituju. (Kotler, 2003: 308). Posisi produk adalah cara produk itu didefinisikan oleh konsumen berdasarkan sejumlah atribut atau, tempat produk tertentu dipikiran konsumen secara relatif terhadap produk-produk yang bersaing. Dengan kata lain, positioning adalah tentang bagaimana suatu merek perusahaan dapat masuk dan menguasai benak pelanggan. Konsumen terlalu banyak dihadapkan dengan informasi tentang produk dan layanan. Konsumen tidak mungkin mengevaluasi produk setiap saat memutuskan pembelian, sebaliknya dalam benak konsumen setiap produk


(34)

atau merek akan dikelompokkan dalam sejumlah kategori. Penetapan posisi dimulai dengan produk, yaitu suatu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang.

Menurut Solomon, dan Elnora di dalam http://blog.ub.ac.id/ (2003:235) Ada beberapa positioning yang dapat dilakukan, yaitu

1. Identity

Perusahaan memposisikan diriya melalui atributnya, seperti ukuran atau berapa lama keberadaan perusahaan itu. Pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan atribut apa yang dimiliki suatu produk dan manfaat yang dirasakan oleh kosumen atas produk tersebut. 2. Benefit Positioning

Suatu produk diposisikan sebagai leader dan mencipatakan beberapa keuntungan yang belum dimiliki pesaingnya.

3. Use or Application Positioning

Produk diposisikan sebagai kategori yang terbaik dalam aplikasi ataupun penggunaannya dibandingkan pesaingnya.

4. User Positioning

Produk diposisikan sebagai kategori terbaik untuk beberapa kelompok pengguna.

5. Competitor Positioning

Perusahaan menyatakan bahwa produknya lebih baik dibandingkan produk pesaingnya.


(35)

6. Product Category Positioning

Produk diposisikan sebagai leader di dalam kategori tertentu. 7. Quality or Price Positioning

Suatu produk dianggap menawarkan nilai yang terbaik dibandingkan produk pesaingnya.

d. Unique Selling Proposition (USP)

Strategi USP dikembangkan oleh Rosser Reeves. Strategi ini beriorientasi pada keunggulan atau kelebihan produk yang tidak dimiliki oleh produk saingannya. Kelebihan tersebut juga merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alasan konsumen menggunakan suatu produk. Produk dibedakan oleh karakter yang spesifik.


(36)

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.21Kerangka Teori Rebranding Burgerman Studi Teoritik

 Perancangan

 Rebranding

 Pedoman Perancangan Visual

Observasi

 Wawancara

 Data Penjualan 2008-2012

 Program promosi yang dilakukan Burgerman selama ini

 Dokumentasi

 Literatur

 Goal Burgerman dua Tahun Kedepan

Membangun brand harus dilakukan secara konsisten dan

terus menerus untuk bisa menjadi top of mind

a. Banyak tumbuh pesaing-pesaing baru yang sama dengan Burgerman di Surabaya.

b. Merubah segmentasi konsumen dari Usia 18-40 tahun

c. Tampilan Visual khususnya

iklan/promosi Burgerman tidak

memiliki ciri khas dan tidak konsisten sehingga sulit untuk

menjadi top of mind dibenak

konsumen

Rebranding Burgerman Sebagai Upaya Memperluas Segmentasi


(37)

Kerangka Berpikir

Gambar 2.22 Kerangka Berpikir Rebranding Burgerman Latar Belakang Masalah :

Penjualan Burgerman menurun

Memperluas Segmentasi Pelanggan

Permasalahan: Bagaimana merancang brand burgerman sebagai

upaya memperluas segmentasi pelanggan ?

Studi eksisting kompetitor

Klenger burger

Perancangan

Observasi

 Wawancara

 Data Penjualan 2008-2012

 Program promosi yang dilakukan Burgerman selama ini

 Dokumentasi

 Literatur

 Goal Burgerman dua Tahun Kedepan Studi Teoritik

Pemasaran Produk

Membangun Brand

Strategi Pemasaran

Membangun Brand harus dilakukan secara

konsisten dan terus-menerus untuk bisa menjadi Top of mind

Tampilan Visual dan promosi tidak konsisten

Penjualan Burgerman

menurun

Memperluas

Segmentasi Pelanggan

Brand Identity rendah

Acuan Desain

Konsep

Visualisasi Desain

Unsur Visual Desain

Bentuk Gambar/Ilustrasi Teks Typografi Warna Komposisi

Desain & Layout

Strategi desain dasar

Strategi desain warna

Strategi

headline & body copy

Media Promosi

Corporate Identity

Stationary set

Website Atribut promo

internal & Eksternal


(38)

33 3.1 Prosedur Perancangan

Perencanaan yang seksama disusun secara logis dan sistematis sangat penting dilakukan dalam sebuah penelitan. Hal ini bertujuan agar hasil dari perancangan dapat menjawab kebutuhan perusahaan dan dapat dipertanggung- jawabkan. Kerangka Tugas Akhir harus jelas sehingga memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah dan memperkecil kemungkinan kekurangan atau kesalahan dalam perancangan. Prosedur perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Riset Pasar

Tahap ini merupakan tahap awal dalam melihat kebutuhan dan tingkat aware konsumen terhadap media promosi yang sudah dimiliki oleh Burgerman. Riset pasar meliputi: analisis kompetisi, media promosi yang potensial terhadap kebutuhan konsumen hingga perumusan kebutuhan.

2. Program

Tahap kedua setelah dilakukan riset pasar. Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah berdasarkan data yang telah diperoleh, sehingga menghasilkan data/informasi yang nantinya dapat diwujudkan lewat gagasan desain dan kebutuhan perancangan.


(39)

a. Gagasan Desain

Pada tahap ini dibuat konsep rancangan baik secara verbal maupun visual. Gagasan desain dibuat berdasar pada konsep, nilai fungsi, dan estetika yang kemudian diwujudkan dengan beberapa alternatif rancangan/desain.

b. Alternatif Desain

Perancang membuat beberapa alternatif desain yang komperehensif.

+

Gambar 3.1 Prosedur Perancangan Riset

Pasar

Analisis Perusahaan Analisis kompetitor Analisis Target market

Pembuatan konsep Desain

Konsep, nilai & Estetika Alternatif Logo & Pedoman System Identitas Format Visualisasi Desain Program Analisis Data

Identifikasi masalah Konsep Perancangan

Alternatif Desain Desain komperehensif Konsultasi Diskusi Review Desain Terpilih


(40)

3.2 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan observasi, wawancara, dan Telaah Dokumen. Pendekatan observasi dilakukan mencermati langsung secara visual terhadap kondisi objek penelitian. Pendekatan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi yang akurat langsung kepada pemiiliknya. Penelitian ini dibatasi waktu dan aktifitas, sehingga mengaharuskan peneliti mengumpulkan informasi yang detail dengan menggunakan beragam prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Sedangakan pendekatan kepustakaan dilakukan untuk menunjang penelitian secara teoritis.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh mempunyai peran yang penting dalam menjawab pokok permasalahan yang dihadapi dalam rebranding kafe Burgerman. Data mengenai kafe Burgerman diperoleh melalui pengamatan langsung pada produk dan segmentasi pasar yang dibidik kafe burgerman. Data ini berguna untuk mengetahui konsep awal yang akan digunakan untuk merancang rebranding kafe Burgerman. Sumber data penelitian ini terdiri atas data premier dan data skunder.

a. Data Premier

Data Primer adalah data yang dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Sumber data primer diperoleh dari informan. Informan adalah orang (sumber) yang mengetahui secara pasti kondisi atau latar belakang objek yang akan diteliti, dalam hal ini adalah


(41)

pemilik Burgerman. Berdasarkan kriteria tersebut, maka subyek atau informan untuk Tugas Akhir adalah penanggung jawab Burgerman dan pelanggan Burgerman yang mengetahui seluk beluk perusahaan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutukan, artinya data tersebut didapatkan dari sumber-sumber lain yang mendukung. Sumber data data sekunder diharapkan berperan membantu mengungkap data yang diharapakan. Pada perancangan ini, sumber-sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan rebranding melalui buku-buku yang berkaitan dengan Tugas Akhir ini, literatur, artikel yang didapat dari majalah maupun website. Data sekunder dalam Tugas Akhir meliputi gambaran umum perusahaan, gambaran umum kompetitor dan landasan teori yang diperlukan.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Metodologi dalam perancangan ini menggambarkan tentang tata cara pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada. Dalam hal ini, digunakan beberapa pengambilan data, antara lain:

1. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu


(42)

yang diamati. Observasi berstruktur, aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis, antara lain :

a. Daftar chek (chek list), adalah suatu daftar yang memuat catatan tentang sejumlah kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan mulai dari awal sampai dengan penelitian ini dibuat.

b. Skala bertingkat (rating scale), adalah gejala-gejala yang akan diobservasi itu didalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. 2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau informan (Yatim, 2001). Metode ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Pada penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dimana pewawancara menggunakan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Adapun informan yang dipilih adalah Ibu Dian. Beliau adalah pemilik dari

Burgerman yang memahami tentang seluk beluk Burgerman terutama pada strategi dan media promosi yang dilakukan dalam kurun waktu mulai tahun 2007 hingga saat ini.

3. Telaah Dokumen

Selain wawancara dan studi lapangan, data dapat juga diperoleh dengan cara menelaah dokumen. Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. (Esterberg 2002). Dokumen dapat berupa


(43)

buku, artikel, media masa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto, dan lainnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, observasi atau survey, studi eksisting dan meteri-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan memungkinkan penyajian data yang sudah ditemukan. Sebagai landasan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif. Deskriptif adalah Kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah besar sehingga datanya dapat ditafsirkan, dimana meliputi kegiatan mengelompokkan, mengatur, mengurutkan data atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, sehingga data mudah dikelola. (Bhina Patria – www.inparametric.com).

Sedangkan kualitatif yaitu Analisis Data yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Bogdan & Biklen, 1982).

Setelah data-data yang dibutuhkan telah terkumpul, baik dengan metode wawancara, observasi, telaah dokumen maka data akan dianalisa berdasarkan metode deskriptif-kualitatif. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisa data tersebut


(44)

selesai dilaksanakan, maka dibuat beberapa rancangan rebranding yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

3.5.1 Analisis Data Wawancara

Dari hasil wawancara dengan Ibu Dian Dendar selaku Pemilik maka dapat diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

1. Burgerman merupakan sebuah kafe yang menawarkan produk burger sabagai produk utamanya. Ada beberapa produk lain akan tetapi tidak di tonjolkan hanya sebagai pelengkap saja sperti softdrink dan sebagainya. 2. Keunggulan produk dari burgeman dibandingkan dengan produk-produk

lain adalah daging yang digunakan sebgai bahan dasar merupakan daging olahan sendiri, dan bebas dari bahan pengawet. Bukan olahan pabrikan seperti burger-burger yang lain. Dengan resep dan citarasa yang khas tentunnya. Selain itu burgerman juga menyediakan tempat dengan suasana outdoor dan indoor dimana bisa dibuat santai bersama teman. Bisa memilih di luar atau di dalam ruangan. Hal ini merupakan keunggulan atau keunikan burgerman dibandingkan dengan competitor atau produsen lain yang serupa. 3. Sampai saat ini burgerman segmentasinya adalah anak muda, dan sekarang burgerman ingin merubah segmentasi targetnya menjadi lebih luas yaitu remaja-dewasa

4. Sampai dengan saat ini burgerman masih belum pernah mengadakan promosi untuk konsepnya yang baru. Hanya sebatas penggatian logo yang mempunyai kesan lebih umum. Dari logogram menjadi logotype.


(45)

5. Persepsi yang ingin ditanamkan dalam benak konsumen saat ini adalah bahwa Burgerman adalah sebuah kafe burger tempat berkumpul bersama.

3.5.2 Studi Eksisting 1. Data Perusahaan

a. Latar Belakang Pendirian Burgerman

Burgerman didirikan di Surabaya oleh Dian Dendar. Adapun hal-hal yang melatar belakangi Burgerman untuk memulai usaha ini sebagai berikut:

1. Gaya hidup di kota besar yang mempunyai tingkat stress tinggi dan kebutuhan akan tempat yang santai untuk berbincang-bincang dengan hidangan makanan kecil.

2. Kebanyakan kafe menawarkan minuman kopi, dan Burgerman berpikiran beda dari kafe-kafe yang lain

3. Kebanyakan burger bahan dasarnya olahan dari pabrik dan mengandung bahan pengawet, dari sini burgerman ingin membuat produk dengan olahan HandMade tanpa bahan pengawet.


(46)

Gambar 3.2 Logo burgerman b. Perkembangan Burgerman

Sejak berdiri tahun 2008, Burgerman terus mengalami perkembangan baik dari segi pelayanan maupun produk. Berikut perkembangan Burgerman dilihat dari Tagline, dan Fasilitas.


(47)

1. Dari Sisi Nama dan Tagline

Gambar 3.3 Perkembangan Burgerman dari Produk, Layanan, dan Tagline c. Gambaran Umum Perusahaan

Burgerman adalah kafe burger yang menyajikan burger dengan 2 jenis daging yaitu burger dari daging sapi (Beef Burger) dan burger dari daging ayam (Chicken Burger). Bahan-bahan dasar dari pembuatan burger ini yaitu roti,daging,mayonise dimana daging dan saos pastanya dibuat sendiri alias HandMade dengan racikan resep rahasia keluarga dan bebas dari bahan pengawet. Begitu pula dengan cara penyajian burger di BURGERMAN yaitu dengan memasaknya lansung diatas kompor grill setelah konsumen memesannya jadi fresh from the oven.

Dengan cara ini, rasa hangat dan gurih masi terasa hingga ke dalam gigitan dagingnya. Dan terbukti dengan cara pemasakan seperti ini keawetan rasa burger dari Burgerman ini terjaga. Disajikan di meja dengan suasana yanga santai dan nyaman sehingga dapat membuat konsumen merasa relas dan betah.

Didirikan 10 November 2008 Nama: Burgerman Produk : burger, Kopi

Tagline: Ingat Burger, Ya Burgerman Fasilitas: Outdoor

Tahun 2010-2013 Nama : Burgerman

Produk : Burger, Hotdog, Kopi, Snack, Spaghet, Friesh

Tagline: Ingat burger, Ya Burgerman Fasilitas: Indoor dan Outdoor


(48)

Dimana terdapat ruangan indoor dan outdoor bagi konsumen yang memang lebih mau private bisa di ruangan indoor yang disediakan.

d. Visi dan Misi Burgerman

Visi: Menyajikan Burger dari dengan daging olahan hand made menghasilkan cita rasa yang khas dan disajikan dengan suasana yang nyaman.

Misi: Menjadi Ikon Burger di kota Surabaya e. USP Burgerman

Sebagai kafe burger di Surabaya, buergerman mempunyai 2 keunggulan dari kompetitornya. Yang pertama adalah daginburgernya dibuat dengan HandMade

atau olahan tangan sendiri. Jadi dagingnya terbuat dari daging sapi asli yang dioalah dengan resep rahasia dan bebas dari bahan pengawet. Hal ini sudah di uji di lab dan mendapatkan surat keterangan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

Yang kedua yaitu Burgerman mempunyai lokasi yang memadai untuk bersantai, karena memang pada konsep awal ibu Dian selaku pendiri Burgerman mengkonsep burgerman sebagai kafe Burger bukan hanya otlet burger.

Setiap konsumen yang datang di burgerman dibuat secara nyaman untuk bersantai-santai bersama teman maupun bertemu rekan kerja. Selain itu juga fasilitas untuk sebuah kafe juga sangat memadai, mulai dari wifi, colokan listrik dan juga tersedia ruangan outdoor dan indoor.


(49)

(50)

(51)

f. Lokasi Burgerman

Burgerman berpusat di Jl. Bawean no 28 Surabaya. Lokasi ini adalah satu-satunya lokasi yang buka di Surabaya. Pada dasarnya burgerman mempunyai rencana ke depannya untuk membuka cabang baru akan tetapi cabang yang sekarang ini masih dianggap kurang kuat brandingnya sehingga harus menunggu brand nya kuat dulu baru membuka cabang.

Gambar 3.6 Lokasi Burgerman g. Produk Yang Ditawarkan

Untuk produk makanan, burgerman menawarkan produknya antara lain : Beef Classic Burger, Chicken Classic Burger, Chicken Crispy Burger, Bratzgrill, Spagheti Bolognaise, French Fries.


(52)

Untuk produk minuman burgerman menawarkan Ice/Hot Chocolate, Ice/Hot Cappucino, Ice/Hot Milo, Mineral Water, Softdrinks.

h. Strategi Pemasaran Burgerman 1. Strategi Produk/Jasa

Produk utama yang ditawarkan Burgerman adalah roti burger. Meskipun banyak macam nama yang disajikan akan tetapi tetap masih mengandung unsur roti burger.

2. Strategi Harga

Burgerman menawarkan harga yang bervariasi sesuai dengan jenis produknys. Harga ini disesuaikan dengan segmentasi pasar yang merupakan kalangan anak muda kelas menengah.

3. Strategi Tempat

Di Surabaya Burgerman memiliki 1 lokasi, berlokasi di Jl. Bawean no 28 Surabaya. lokasi ini cukup strategis, berada di depan salah satu toko distro terkenal di surabaya. Jadi kalau mau ke distro tersebut pasti menemukan lokasi burgerman. Hal ini sangat menguntungkan tentunya karena target utama burgeman awal adalah kalangan anak muda


(53)

Gambar 3.7 Burgerman outdoor


(54)

Gambar 3.9 Burgerman di ruangan indoor 4. Strategi Promosi

Strategi promosi yang dilakukan menggunakan media below the line,

diantaranya brosur, leaflet, mading, spanduk, x-banner. Mading setiap bulan diperbaharui sesuai dengan promo yang berlaku saat itu, brosur dan leaflet diperbaharui 3-6 bulan sekali, spanduk dibuat bila ada promosi eksternal berupa event, x-banner diperbaharui sesuai kebutuhan. Untuk Media above the line Burgerman sampai saat ini masih belum menerapkannya.

Untuk media promosi yang selama ini dibuat dan dipublikasikan masih belum tercerminkan sebuah konsistensi dalam visual identity. Berikut beberapa media promosi yang dipublikasikan burgerman.


(55)

a. Poster Burgeman


(56)

b. Poster Burgerman


(57)

c. Poster Burgerman


(58)

d. Poster Burgerman


(59)

e. X-Banner Burgerman


(60)

2. Data Kompetitor

a. Latar Belakang Klenger Burger

Gambar 3.15 Logo klenger Burger

Klenger BurgerTM adalah burger asli buatan anak negeri dengan cita rasa Indonesia yang terlahir pada tanggal 10 bulan Februari tahun 2006 oleh suami istri Gatut Cahyadi & Velly Kristanti.

Tahun 2006 dengan pengelolaan managemen perorangan dan belum berbentuk badan hukum, dalam satu tahun Klenger BurgerTM sudah


(61)

menjamur menjadi 38 outlet yang dikembangan dengan sistem kerjasama sederhana yang kemudian dikenal sebagai konsep franchise.

Tahun 2008 pada bulan Desember, Klenger BurgerTM menjadi suatu badan usaha perseroan dengan nama PT KINARYA ANAK NEGERI. Di dalam naungan PT inilah Klenger BurgerTM terus melakukan expansi dan penetrasi market agar dapat mencapai awareness di masyarakat Indonesia sebagai Burger lokal dengan kualitas baik dan harga terjangkau. Tahun 2010 Klenger BurgerTM telah mencapai 80 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bali, Bandung, Kuningan, Medan & Makasar.

Di awal lahirnya di tahun 2006, Klenger BurgerTM sudah sadar akan Legalitas Brand dan juga Halal produk. Oleh karenanya Sertifikat Merek dan Sertifikat Halal sudah dimilikinya sampai saat ini.

b. Perkembangan Klenger Burger

Tahun 2008 pada bulan Desember, Klenger BurgerTM menjadi suatu badan usaha perseroan dengan nama PT KINARYA ANAK NEGERI. Di dalam naungan PT inilah Klenger BurgerTM terus melakukan expansi dan penetrasi market agar dapat mencapai awareness di masyarakat Indonesia sebagai Burger lokal dengan kualitas baik dan harga terjangkau.

Tahun 2010 Klenger BurgerTM telah mencapai 80 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bali, Bandung, Kuningan, Medan & Makasar. Di awal lahirnya di tahun 2006, Klenger BurgerTM sudah sadar akan Legalitas Brand dan juga Halal produk. Oleh karenanya Sertifikat Merek dan Sertifikat Halal sudah dimilikinya sampai saat ini.


(62)

c. Gambaran Umum Klenger Burger

Sebuah kafe burger yang mengangkat tema konsep modern, dengan menawarkan system frienchcise. Dengan keunggulan bahan yang dikelola dengan sangat higienis dan dijamin 100% halal dan daging yang lembut

dengan mengangkat slogan “NO GIRL, NO WAY”

Klenger Burger memiliki kelebihan pada branding produknya, dimana seluruh konsep desain media promosinya semuam konsisten dan mempunyai satu konsep. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Peter Peverelli, Identitas visual perusahaan digunakan untuk mengkomunikasikan keberadaan sebuah korporasi, organisasi, institusi ataupun golongan, dengan menggunakan nama, lambang, tipografi, warna dan semboyan (tagline/slogan).

Konsistensi ini pula yang diterapkan oleh Klenger Burger pada setiap media promosi baik dalam bentuk layout, warna, dan komposisi memunculkan karakter tersendiri bagi Klenger Burger mudah dikenali. Promosi Klenger Burger di dunia internet juga terus berjalan dan di dukung promosi-promosi event yang dilakukan. Dimana mengedakan event kecil-kecilan dan unik agar lebiih cepat dikenal oleh masyarakat, seperti makan burger raksasa dan sebagainya.


(63)

d. Visi dan Misi Klenger Burger

Visi : Local company F&B yang solid, terkemuka, modern dan mendunia Misi : Melahirkan brand/ produk yang innovatif & acceptable, berkembang,

service excellence, profitable dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia

e. USP Klenger Burger

Klenger Burger memiliki kelebihan pada branding produknya, dimana seluruh konsep desain media promosinya semuam konsisten dan mempunyai satu konsep. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Peter Peverelli, Identitas visual perusahaan digunakan untuk mengkomunikasikan keberadaan sebuah korporasi, organisasi, institusi ataupun golongan, dengan menggunakan nama, lambang, tipografi, warna dan semboyan (tagline/slogan).

Konsistensi ini pula yang diterapkan oleh Klenger Burger pada setiap media promosi baik dalam bentuk layout, warna, dan komposisi memunculkan karakter tersendiri bagi Klenger Burger mudah dikenali. Promosi Klenger Burger di dunia internet juga terus berjalan dan di dukung promosi-promosi event yang dilakukan. Dimana mengedakan event kecil-kecilan dan unik agar lebiih cepat dikenal oleh masyarakat, seperti makan burger raksasa dan sebagainya.


(64)

1. Baliho Logo Klenger Burger

Gambar 3.16 Baliho Logo Klenger Burger 2. Stand Jualan Klenger Burger


(65)

3. Acara Event Klenger Burger

Gambar 3.18 Acara Event Klenger Burger

4. Media Promosi Brosur Baliho Klenger Burger


(66)

5. Menu Klenger Burger

Gambar 3. 20 Menu Klenger Burger

f. Strategi Pemasaran 1. Strategi Produk/ Jasa

Produk utama yang ditawarkan Klenger Burge adalah roti burger. Meskipun banyak macam nama yang disajikan akan tetapi tetap masih mengandung unsur roti burger.

2. Strategi Harga

Klenger Burgen menawarkan harga yang bervariasi sesuai dengan jenis produknys. Harga ini disesuaikan dengan segmentasi pasar yang merupakan kalangan anak muda kelas menengah.


(67)

3. Strategi Tempat

Tahun 2010 Klenger Burger telah mencapai 80 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bali, Bandung, Kuningan, Medan, Makasar dan Surabaya. Hal ini sangat cepat karena memang klenger burger menyediakan Franchise untuk yang mau bergabung menjadi rekanan sehingga klenger burger cepat dikenal oleh masyarakat luas.

4. Strategi Promosi

Strategi Promosi yang dilakukan menggunakan media below the line,

diantaranya brosur, leaflet, mading, spanduk, x-banner. Mading setiap bulan diperbaharui sesuai dengan promo yang berlaku saat itu, brosur dan leaflet diperbaharui 3-6 bulan sekali, spanduk dibuat bila ada promosi eksternal berupa event, x-banner diperbaharui sesuai kebutuhan.

Media above the line diantaranya billboard, bando, talkshow tv lokal dan radio. Media internet berupa website di update setiap bulannya sesuai dengan promo yang berlaku.


(68)

3.5.3 Analisis Studi Eksisting

Analisis studi eksisting dalam perancangan ini mengacu pada observasi yang telah dilakukan terhadap objek yang diteliti.

1. Analisis Perusahaan

a. Segmentasi dan Targeting

Dalam rebranding burgerman pada kali ini, sasaran atau target audience yang dituju adalah :

Demografis

 Usia : 18 – 40 (Dewasa Dini)

 Jenis Kelamin : Pria dan Wanita

 Profesi : Pegawai negeri/swasta, pelajar/mahasiswa, keluarga

Geografis

 Wilayah : Surabaya

 Ukuran Kota : Kota Besar

 Iklim : Tropis Psikografis

 Gaya hidup : Aktifitas padat dan sibuk, mengikuti trend, senang menghabiskan waktu senggang dengan kegiatan

berkumpul bersama, hang out atau relaksasi.

 Kepribadian : Suka hal baruTerbuka/ mudah terhadap segala perubahan, Kreatif Menciptakan Profesiv Ingin tampil menarik, Pergaulan terbatas dengan kelompoknya,


(69)

banyak masalah baru, komitmen, reprodukrif, Penyesuaian terhadap kehidupan baru, meningkatkan daya tarik, perubahan penampilan, keterasingan social

Behavioral

 Manfaat : memberikan suasana yang santai, nyaman, relax disaat mau berkumpul bersama teman, keluarga, ataupun me-refreshkan pikiran sejenak.

b. Positioning

Positioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk, individu, perusahaan, merek atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaranan atau konsumennya (Kasali, 2007).

Positioning merupakan hal yang penting dan tidak boleh dilupakan dalam perancangan sebuah branding. Burgerman menempatkan dirinya sebagai kafe burger yang mempunyai cita rasa yang khas dan berbeda dan tempat berkumpul bersam-sama teman maupun keluarga di dukung dengan suasana yang nyaman.

c. Keunggulan Burgerman

Burgerman adalah spesialis kafe dengan produk burger. Keunggulan burgerman dibandingkan dengan produk burger lain adalah dari bahan dasar yang diproduksi menggunakan daging olahan dengan resep sendiri, sehingga mempunyai cita rasa yang khas dan bebas dari bahan pengawet. Selain itu juga burgerman memiliki lokasi suasana yang nyaman untuk berkumpul bersama – sama teman. Dengan di lokasi yang outdoor dan juga


(70)

di dukung ruangan indoor bagi yang memang mau santai di dalam ruangan ac. Menurut Ibu Dian Dendar selaku pemilik Burgerman dengan mengusung konsep tempat yang nyaman dan santai di ruang outdoor, seseorang akan merasakan suasana yang berbeda. Dengan didukung dengan makanan burger yang enak tentu akan membuat seseorang mau untuk dating kembali karena merasa nyaman.

d. Keterbatasan Burgerman

Burgerman tidak konsisten dalam tampilan desain interior maupun eksteriornnya. Penggunaan elemen warna pada furniture ataua media-media iklannya seperti x-banner spanduk kurang mengandung unsur kesatuan.

Menurut Peter Peverelli di dalam (http: //www.agesvisual.wordpress.com), identitas visual perusahaan digunakan untuk mengomunikasikan keberadaan sebuah korporasi, organisasi, institusi ataupun golongan, dengan menggunakan nama, lambang atau logo, tipografi, warna, dan semboyan (tagline/slogan). Untuk itu Identitas visual perusahaan merupakan suatu cara untuk rebranding Burgerman dibidang informasi visual.

Konsistensi konsep yang diterapkan pada desain interior sayangnya belum diterapkan pada media promosinya. Selain itu Burgerman masih belum optimal dalam mempromosikan produknya di pasar sehingga masih banyak masyarakat yang tau akan keberadaan burgerman di Surabaya. Sampai sekarang kebanyakan pormosi dilakukan dari mulut ke mulu (mouth of mouth). Budiman, (2008:90) mengatakan untuk membuat brand sebuah


(71)

perusahaan dibenak konsumen tidak bisa dilakukan dengan waktu yang singkat, melainkan akan memakan waktu. Akan tetapi brand itulah yang akan membawa sebuah merek menjadi besar.

Maka dari itu agar sebuah produk cepat dikenal juga harus melakukan periklanan hard sell karena impact jangka pendeknya lebih cepat.

e. Peluang Burgerman

Berdasarkan dari hasil pengamatan, pengunjung burgerman saat ini sudah bukan hanya anak muda lagi, melainkan ada beberapa keluarga yang memang datang untuk bercengkrama dan mencari suasana lain. Dari sini peluang burgerman untuk memperluas segmentasi pelanggan dengan meraup semua usia mempunyai potensi yang tinggi.

f. Tantangan Yang Dihadapi Burgerman

Kurangnya pendekatan kreatif terhadap konsistensi pada visual identity akan mempengaruhi brand identity dari burgerman. Tingginya persaingan saat ini harus diwaspadai dengan meningkatkan brand identity. Budiman (2008:93) mengatakan jika sebuah brand dikelola dengan strategi pengelolaan baik maka sebuah brand bisa dikenal oleh audiensnya. Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga akan rendah (Aaker A., 1997). Merek dengan Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut akan dipertimbangkan dalam benak konsumen, sehingga memiliki pengaruh besar terhadap tingkat penjualan suatu produk (Durianto, 2001). Dari beberapa teori tersebut dapat


(72)

dikatakan bahwa visual identity/brand identity suatu perusahaan sangat penting guna membesarkan perusahaan tersebut.

2. Asumsi Data Survey, Wawancara dan Studi Eksisting

Dari data hasil survey, wawancara dan studi eksisting maka dapat di tarik kesimpulan atau asumsi antara lain:

a. Data Pemasaran

1. Konsumen mengetahui Burgerman hanya melalui informasi dari teman atau saudara (mouth to mouth)

2. Media promosi yang diandalkan saat ini hanyalah social media internet.

3. Media promosi seperti website yang memiliki peluang besar untuk meraih konsumen baru dan menarik minat konsumen di zaman modern ini namun belum di kembangkan sama sekali. 4. Konsep desain yang konsisten pada media promosi masih belum

ada.

5. Kompetitor Burgerman dari hasil wawancara dan observasi b. Data Target Market

Target market yang sekarang adalah remaja-dewasa, mulai dari usia 18 - 405. Target market berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Umumnya mereka ingin bersantai di luar rumah sambil berbincang-binccang.


(73)

c. Unique Selling Proposition

Memasarkan suatu produk agar mampu bersaing dengan kompetitornya, maka produk tersebut harus memiliki kelebihan atau keunikan tersendiri. USP atau unique selling proposition digunakan untuk menganalisis keunikan jasa dan produk yang dapat diangkat menjadi nilai lebih dari kompetitornya (Saputra, 2009). Karakter spesifik yang dimiliki oleh Burgerman adalah dari bahan dasar yang diproduksi menggunakan daging olahan dengan resep sendiri, sehingga mempunyai cita rasa yang khas. Selain itu juga burgerman memiliki lokasi suasana yang nyaman untuk berkumpul bersama – sama teman. Dengan di lokasi yang outdoor dan juga di dukung ruangan indoor bagi yang memang mau santai di dalam ruangan AC.\ 3. Analisis Kompetitor

Analisis kompetitor mengacu pada pesaing Burgeman yaitu “Klenger

Burger Surabaya”

a. Segmentasi dan Targeting

Dari hasil wawancara, Observasi dan Telaah Dokumen, sasaran atau target audience yang dituju klenger burger adalah :

Demografis

 Usia : 15 – 40 (Dewasa Dini)

 Jenis Kelamin : Pria dan Wanita

 Profesi : Pegawai negeri/swasta, pelajar/mahasiswa, keluarga


(74)

Geografis

 Wilayah : Surabaya

 Ukuran Kota : Kota Besar

 Iklim : Tropis Psikografis

 Budaya : Aktifitas padat dan sibuk, mengikuti trend, senang menghabiskan waktu senggang dengan kegiatan

berkumpul bersama, hang out atau relaksasi.

 Kepribadian : Suka hal baru, terbuka/ mudah terhadap segala perubahan, Kreatif Menciptakan Profesi Ingin tampil menarik, Pergaulan terbatas dengan kelompoknya, banyak masalah baru, komitmen, reprodukrif, Penyesuaian terhadap kehidupan baru, meningkatkan daya tarik, perubahan penampilan, keterasingan sosial

 Psikis : keterasingan sosial, perubahan penampilan, meningkatkan daya tarik, Penyesuaian terhadap kehidupan baru, reprodukrif, komitmen, banyak masalah baru

Behavioral

 Manfaat : menyajikan burger yang cepat saji dengan daging yang lembut.


(75)

Klenger Burger menempatkan diri sebagai Kafe burger yang modern, bahan bahannya dikelola dengan sangat higienis dan dijmanin 100% halal.

Dengan slogan “No gril, No way”

c. Keunggulan Kompetitor

Klenger Burger memiliki kelebihan pada branding produknya, dimana seluruh konsep desain media promosinya semuam konsisten dan mempunyai satu konsep. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Peter Peverelli, Identitas visual perusahaan digunakan untuk mengkomunikasikan keberadaan sebuah korporasi, organisasi, institusi ataupun golongan, dengan menggunakan nama, lambang, tipografi, warna dan semboyan (tagline/slogan).

Konsistensi ini pula yang diterapkan oleh Klenger Burger pada setiap media promosi baik dalam bentuk layout, warna, dan komposisi memunculkan karakter tersendiri bagi Klenger Burger mudah dikenali. Promosi Klenger Burger di dunia internet juga terus berjalan dan di dukung promosi-promosi event yang dilakukan. Dimana mengedakan event kecil-kecilan dan unik agar lebiih cepat dikenal oleh masyarakat, seperti makan burger raksasa dan sebagainya.

d. Keterbatasan Kompetitor

Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahui bahwa klenger membuka pintu yang lebar untuk para partner ship yang memang ada niat untuk membuka franchise. Akan tetapi tidak sedikit franchise yang sudah dapat persetujuan dari pihak manajemen klenger Burger dan sudah berjalan


(76)

tetapi tidak bisa menjaga standarisasi yang ditetapkan oleh cabang pusat. Jadi ujung-ujungnya cabang-cabang tersebut harus ditutup oleh pusat. Mungkin dari hal pelayanan kepada konsumen dan sebagainya.

Dengan banyaknya cabang dari klenger burger yang berjalan belum lama dan akhirnya tutup, hal ini tentunya akan membawa citra buruk bagi perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Tai (2012:viii) persepsi adalah kenyataan. Artinya branding memiliki tempat di benak konsumen, bukan di dunia nyata. Apa yang dianggap benar oleh pikiran adalah kebenaran, dan anda tidak dapat membantahnya. Konsumen menganggap bahwa pelayanan dari klenger kurang baik dan harus tutup dan yang tadinya menjadi pelanggan bisa berpindah ke produk lain, karena kurang baiknya pelayanan tehadap konsumen

Jika tidak mempunyai inovasi baru dalam hal pelayanan franchise, bisa tersaingi oleh produk lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada tingkat brand dari konsumen terhadap produk tersebut.

e. Peluang Kompetitor

Penggunaan teknologi canggih sebagai kelebihan yang ditawarkan oleh klenger burger, dimana pengelolaan burgernya semua menggunakan mesin dan menjaga kehigienisannya. Hal ini menjadi peluang dimana masyarakat modern lebih menginginkan produk-produk yang terjaga kehigienisannya. Pada media promosi serangkaian promosi yang telah dibuat konsisten baik dari warna, tipografi, layout dengan pemberian


(77)

tekanan pada bagian-bagian tertentu memudahkan iklan-iklan ini diingat oleh audiens.

Disamping itu klenger burger juga mulai memperhatikan minat pelanggan melalui internet, yaitu dengan adanya fitur like (suka) dengan produk tersebut dan memberikan video profil tentang perusahaan. Hal ini menjadi peluang untuk mendapatkan konsumen baru mengingat internet memiliki peran yang besar di dunia pemasaran saat ini.

f. Tantangan Yang Dihadapi Kompetitor

Dari observasi yang dilakukan diperoleh data bahwa klenger burger mempunyai resiko pembajakan nama yang cukup besar. Mengingat brand dari klenger burger sudah cukup dikenal tentunya pembajakan nama juga menjadi sebuah ancaman. Maka dari itu diperlukan adanya USP atau keunikan produk yang tidak dapat ditawarkan oleh pihak lain. (Rosess Roves dalam Reality in Advertising) Tai, 2012:2.

2. Hasil Analisis Studi Eksisting Kompetitor

Dari data hasil survey dan studi eksisting maka dapat di tarik kesimpulan atau asumsi antara lain:

a. Media promosi yang dilakukan saat ini sudah mempunyai konsep yang tertata rapi dan mempunyai satu kesatuan (unity). Mulai dari desain lokasi, media promosi baik cetak maupun elektronik.


(78)

b. Media promosi yang diandalkan untuk lebih mengenalkan kepada konsumen adalah melalui internet. Akan tetapi untuk promosi media cetak juga tidak dilupakan

c. Pendekatan konsep menggunakan proses pengolahan denganteknologi canggih yang terjaga kehigienisannya dan dijamin 100% halal.

3.6 Keyword

Burgerman merupakan kafe di Surabaya yang menyajikan burger sebagai produk unggulannya. Dengan didukung lokasi dan suasana yang nyaman tentu akan membuat konsumen merasa betah dan berlama-lama. Mengingat kondisi psikografis masyarakt Surabaya yang butuh akan sedikit refresh pikiran disaat sibuknya aktivitas mereka sehari-hari dan padatnya kendaraan lalu lintas dan jam kerja yang tinggi.

Burgerman menargetkan konsumennya adalah masyarakat kota Surabaya pada kalangan menengah atas dan berumur sekitar 18 – 40 tahun. Dimana pada usia tersebut manusia sudah mulai produktif dan sibuk dengan kegiatan-kegiatan baru mereka. Belajar dari konsep awal yang diangkat oleh burgerman yaitu menyajikan suasana yang nyaman, relax, tenang dan santai di dukung dengan perkembangan psikis dari masyarakat di wilayah Surabaya yang begitu padat dimana secara tidak langsung mempunyai potensi tingkat stress yang tinggi, maka dari analisis tersebut maka disimpulkan perancangan re-branding ini adalah


(1)

125


(2)

126

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mere-branding Burgerman sebagai upaya memperluas segmentasi pelanggan, dari rumusan masalah perancangan yang diajukan, analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, ditarik beberapa kesimpulan sementara sebelum pengujian dilakukan. Adapun kesimpulan sementara yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Untuk rebranding Burgerman harus diciptakannya standar desain atau identitas yang konsiste didalama penerapannya. Karena Konsistensi dalam pembuatan visual desain, tagline dan atribut lainnya sebaiknya diperhatikan untuk memudahkan brand ini tertanam di benak audiens dan dapat memunculkan brand awarnes.

2. Gagasan perancangan rebranding Burgerman adalah sebagai upaya memperluas segmentasi pelanggan. Tema rumusan konsep desain adalah enjoy diturunkan dalam proses perancangan, diimplementasikan dalam bentuk konsep kreatif, strategi komunikasi dan strategi media.

Implementasi perancangan mengacu pada peran brand, dimana hasil perancangan diharapkan mampu menimbulkan asosiasi positif untuk produk lainnya, menimbulkan rasa suka terhadap produk dan produk yang ditawarkan Burgerman.


(3)

127

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Burgerman sebaiknya mulai berkonsentrasi pada media visual yang digunakan mengingat segmentasi target marketnya berubah lebih luas dari sebelumnya

2. Konsistensi dalam pembuatan visual desain, tagline dan atribut lainnya sebaiknya diperhatikan untuk memudahkan brand ini tertanam di benak audiens dan dapat memunculkan brand awarnes.


(4)

128

Argenti, P. A. (2009). Komunikasi Korporat. Jakarta: Salemba Humanika.

Budiman, A. (2008). Jualan Ide Segar. Yogyakarta: Andi.

Durianto, d. (2001). Strategi Menaklukan Pasar : Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Deskriptif, www.inparametric.com diakses tanggal 20 oktober 2012

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/TSA-2012-0141%20BAB%202.pdf diakses tanggal 15 oktober 2012

http://eprints.undip.ac.id/26745/1/skripsi_wita(r).pdf diakses pada 10 oktober 2012

http://www.agesvisual.com/2007/11/14/corporate-visual-identity.htm diakses tanggal 10 oktober 2012

http://duniapemasaranglobal.blogspot.com/p/teori-teori-pemasaran.html diakses tanggal 10 oktober 2012

http://www.invitinghome.com/Panel_Moldings_Corners/DIY_Panels.htm diakses tanggal 10 oktober 2012

http://pengantarperiklanan.blogspot.com/2008/03/contoh-jumble-dan-grid-lay-out.html diakses tanggal 10 oktober 2012


(5)

129

Kasali, R. (2007). Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Keller, K. L. (2003). Strategic Brand Management. Canada: Prentice Hall/Pearson Education International.

Kusrianto, A. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.

Kotler, P. (2010). Kotler On Marketing. Tangerang: Karisma Publishing Group.

--- , (1997). Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol (Vol. II). Jakarta: Penerbit PT. Prehallindo.

--- , (2001). Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyana, D. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pressman, R. S. (2009). Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Peran Branding Pada Sebuah Produk http://41809197.blog.unikom.ac.id/peran-branding-pada.5lf diakses tanggal 8 oktober 2012

Palupi, D. H., & Pambudi, T. S. (2006). Advertising That Sells. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rustan, S. (2009). Layout. Jakarta: Gramedia.

---, (2009). Logo. Jakarta: Gramedia.

Sarwono, J., & Lubis, H. (2007). Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.


(6)

Sunyoto, D. (2012). Konsep Dasar Pemasaran & Perilaku Konsumen. Jakarta: Buku Seru.

Supriyono, R. (2010). Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.

Saputra, I. M. (2009). Wirya Saputra Blogspot. Retrieved Februari 22, 2011, from USPiUntukiMemenangkaniPersaingan:ihttp://wiryasaputra.blogspot.com/20 09/06/USP-unique-selling-proposition-untuk.html.

Segmentation,Targeting,Positioninghttp://arazakirfan89.blogspot.com/2012/07/se gmentasi-targeting-positioning.html diakses tanggal 8 Oktober 2012

Tai, J., & Chew, W. (2012). Brand Management. Jakarta: Indeks.

Thompson, J., & Martin, F. (2005). Strategic Management Awarner & Change. Canada: Nelson Education.

Targeting, Positioning. http://blog.ub.ac.id/anderla/2012/10/20/tugas-manajemen-stp-segmentasi-targeting-and-positioning/ diakses tanggal 8 pktober 2012

Wijaya, S., & Chandra, G. A. (2006). Analisis Segmentasi, Penentuan Target dan Posisi Pasar Pada Restoran Steak and Grill di Surabaya. Manajemen Perhotelan, 77-78.

www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=8e08998cb1abb518c122352 edea68ea6&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5 diakses tanggal 10 oktober 2012