Analisis Potensi dan Pengaruh Waktu Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera, dan Tenera di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara

(1)

15

ANALISIS POTENSI DAN PENGARUH WAKTU

PENYIMPANAN BUAH TERHADAP MUTU MINYAK

KELAPA SAWIT TIPE DURA, PISIFERA, DAN TENERA

DI KEBUN BANGUN BANDAR, DOLOK MASIHUL,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

NOFRIZAL AMRI 111201160

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

16

ANALISIS POTENSI DAN PENGARUH WAKTU

PENYIMPANAN BUAH TERHADAP MUTU MINYAK

KELAPA SAWIT TIPE DURA, PISIFERA, DAN TENERA

DI KEBUN BANGUN BANDAR, DOLOK MASIHUL,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

NOFRIZAL AMRI 111201160

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

17

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Potensi dan Pengaruh Waktu Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera, dan Tenera di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara.

Nama : Nofrizal Amri

NIM : 111201160

Program Studi : Budidaya Hutan Fakultas : Kehutanan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D. Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Tanggal Lulus :

Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan


(4)

i

ABSTRACT

NOFRIZAL AMRI: Analysis of Potency and Effect of Time Storage of Fruit on Quality of Palm Oil Types of Dura, Pisifera, and Tenera in Bangun Bandar Plantation, Dolok Masihul, North Sumatera. Under the supervision of MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Indonesia is currently the largest producer palm oil in the world with its production about 33.000.000 ton/year. This research is dealing with potency and quality of palm oil types of dura, pisifera and tenera based on time storage of fruit (0, 7, 14, 21, 28 days). The research was performed on August to December 2014, in Bangun Bandar plantation, Dolok Masihul, North Sumatera. Parameters measured for oil potency was crude palm oil (CPO) content and for quality of palm oil were β-carotene content, DOBI, free fatty acid content, and moisture content. β-carotene content and DOBI were analyzed by Spectrophotometer at 446 nm and 269 nm. Free fatty acid was determined by titration, and moisture content was measured by an electronic moisture analyzer.

Results showed that potency of palm oil types of dura, pisifera, tenera were 23,5 %, 26,2 %, 23,6 %, respectively. β-carotene content and DOBI of palm oil types of dura, pisifera, and tenera were decreased by time storage of fruit. Free fatty acid and moisture content of palm oil types of dura, pisifera, and tenera were increased by time storage of fruit. Based on the results, effect of time storage of fruit were poor in quality of palm oil.


(5)

ii

ABSTRAK

NOFRIZAL AMRI: Analisis Potensi dan Pengaruh Waktu Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera, dan Tenera di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi 33.000.000 ton pada tahun 2014. Penelitian ini tentang potensi dan mutu minyak sawit dari kelapa sawit tipe dura, pisifera, dan tenera berdasarkan waktu penyimpanan buah (0, 7, 14 21, 28 hari). Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai Desember tahun 2014, di kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara. Parameter yang diukur untuk potensi minyak ialah kandungan minyak kelapa sawit, dan untuk mutunya ialah kandungan β-karoten, DOBI, kandungan asam lemak bebas, dan kadar air. Kandungan β-karoten dan DOBI diukur menggunakan Spektrofotometer pada 446 nm dan 269 nm. Kandungan asam lemak bebas diukur dengan metode titrasi, dan kadar air diukur menggunakan alat moisture analyzer.

Hasil penelitian menunjukkan, potensi minyak kelapa sawit (CPO) tipe dura, pisifera, tenera yaitu masing-masing sebesar 23,5 %, 26,2 %, 23,6 %. Kandungan β-karoten dan DOBI minyak sawit tipe dura, pisifera, dan tenera menunjukkan hasil yang terus menurun dengan semakin lamanya waktu penyimpanan buah. Kandungan asam lemak bebas dan kadar air minyak sawit tipe dura, pisifera, dan tenera menunjukkan hasil yang terus meningkat dengan semakin lamanya waktu penyimpanan buah. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, pengaruh perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah dapat menurunkan mutu minyak sawit.


(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, pada tanggal 28 November 1992, anak dari bapak Amri Koto dan ibu Suhermi. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SD Negeri 101790 Mariendal II Deli Serdang, tahun 2008 lulus dari SMP Negeri 15 Medan, dan tahun 2011 lulus dari SMA Swasta Eria Medan. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Tanoto Scholars Association Medan pada tahun 2013-2015, sebagai ketua divisi Hubungan Masyarakat Komunitas Rain Forest pada tahun 2013-2014, sebagai anggota Badan Kenaziran Musholla Baytul Asyjar pada tahun 2011-2014. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Geodesi dan Kartografi pada tahun 2013, sebagai asisten praktikum mata kuliah Inventarisasi Hutan pada tahun 2014, sebagai asisten praktikum mata kuliah Silvika pada tahun 2014, sebagai asisten Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Pulau Sembilan, Kabupaten Langkat pada tahun 2014, dan sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi Hutan pada tahun 2014 di Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus, Kabupaten Karo pada tahun 2013. Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perawang Sukses Perkasa Industri, Distrik Lipat Kain, Riau pada tanggal 28 Februari sampai 5 Maret 2015.


(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Potensi dan Pengaruh Waktu Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera, dan Tenera di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, yaitu Amri Koto dan Suhermi yang telah memberikan dukungan moral maupun materil dan doa selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing skripsi, Mohammad Basyuni, S.Hut., M Si., Ph.D. dan Dr. Ir. Lollie A.P. Putri, M.Si. yang telah memberikan arahan selama penelitian dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Tanoto Foundation yang telah memberikan bantuan dana beasiswa tugas akhir kepada penulis sehingga penulis dapat menjalankan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT. SOCFINDO yang telah memfasilitasi penulis dalam menjalankan penelitian, khususnya kepada suluruh staff dan karyawan, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Serta terima kasih kepada teman-teman satu tim penelitian yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama penelitian dan pengerjaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan kontribusi terhadap bidang pendidikan dan kepada pihak yang membutuhkan.


(8)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit ... 4

Potensi Minyak dari Tandan Buah Segar Kelapa Sawit ... 5

Kualitas Minyak Kelapa Sawit ... 6

Kandungan β-karoten ... 6

DOBI (Deterioration of bleachability index) ... 8

Free fatty acid (asam lemak bebas) dan kadar air ... 9

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

Pengukuran β-karoten dan DOBI (Deterioration of bleachability index)... 11

Pengukuran asam lemak bebas (free fatty acid) ... 12

Pengukuran kadar air minyak ... 12

Pengukuran ekstrasi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ... 13

Analisis data ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Minyak Kelapa Sawit (CPO) dari Tandan Buah Segar ... 15

Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Buah terhadap Kualitas Minyak Sawit yang Dihasilkan ... 17

Pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan β–karoten minyak sawit ... 18

Analisis regresi linier lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan β–karoten minyak sawit ... 20

Pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap DOBI minyak sawit ... 21

Analisis regresi linier lama waktu penyimpanan buah terhadap DOBI minyak sawit ... 23

Pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan asam lemak bebas minyak sawit ... 24

Analisis regresi linier lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan asam lemak bebas minyak sawit ... 26


(9)

vi

Halaman Pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap kadar air minyak

sawit ... 28

Analisis regresi linier lama waktu penyimpanan buah terhadap kadar air minyak sawit ... 29

Analisis Korelasi Waktu Penyimpanan Buah dan Parameter Mutu Minyak Sawit... ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran... ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(10)

vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Karakterisitik tandan buah segar kelapa sawit yang dihasilkan dari

kelapasawit tipe dura, tenera, dan pisifera ... 15 2. Koefisien korelasi antar parameter mutu minyak kelapa sawit tipe

dura ... 32 3. Koefisien korelasi antar parameter mutu minyak kelapa sawit tipe

pisifera ... 33 4. Koefisien korelasi antar parameter mutu minyak kelapa sawit tipe


(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Tipe kelapa sawit terdiri dari tipe dura (A), tipe pisifera (B), dan tipe

tenera (C)... 16 2. Pengaruh lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit terhadap kandungan

β–karoten minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura, tenera, dan pisifera ... 18 3. Hasil analisis regresi linier antara variabel waktu penyimpanan buah

terhadap kandungan β−karoten minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura (A), pisifera (B), dan tenera (C) ... 20 4. Pengaruh lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit terhadap DOBI

minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura, tenera, dan

pisifera ... 22 5. Hasil analisis regresi linier antara variabel waktu penyimpanan buah

terhadap DOBI minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe

dura (A), pisifera (B), dan tenera (C) ... 23 6. Pengaruh lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit terhadap kadar

asam lemak bebas minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe

dura, tenera, dan pisifera ... 25 7. Hasil analisis regresi linier antara variabel waktu penyimpanan buah

terhadap kadar asam lemak bebas minyak sawit yang dihasilkan dari

kelapa sawit tipe dura (A), pisifera (B), dan tenera (C) ... 27 8. Pengaruh lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit terhadap kadar

air minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura, tenera,

dan pisifera ... 29 9. Hasil analisis regresi linier antara variabel waktu penyimpanan buah

terhadap kadar air minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe


(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil analisis data berat janjang ... 38

2. Hasil analisis data fruit to bunch ... 39

3. Hasil analisis data mesocarp to fruit ... 40

4. Hasil analisis data oil to mesocarp ... 41

5. Hasil analisis data oil extraction ... 42

6. Hasil analisis data panjang buah ... 43

7. Hasil analisis data diameter buah ... 44

8. Hasil analisis data DOBI minyak kelapa sawit tipe dura ... 45

9. Hasil analisis data DOBI minyak kelapa sawit tipe pisifera ... 46

10.Hasil analisis data DOBI minyak kelapa sawit tipe tenera ... 47

11.Hasil analisis data kandungan asam lemak bebas minyak kelapa sawit tipe dura... 48

12.Hasil analisis data kandungan asam lemak bebas minyak kelapa sawit tipe pisifera ... 49

13.Hasil analisis data kandungan asam lemak bebas minyak kelapa sawit tipe tenera ... 50

14.Hasil analisis data kadar air minyak kelapa sawit tipe dura ... 51

15.Hasil analisis data kadar air minyak kelapa sawit tipe pisifera... 52

16.Hasil analisis data kadar air minyak kelapa sawit tipe tenera ... 53

17.Hasil analisis data kandungan β-karoten minyak kelapa sawit tipe dura ... 54

18.Hasil analisis data kandungan β-karoten minyak kelapa sawit tipe pisifera . 55 19.Hasil analisis data Kandungan β-karoten minyak kelapa sawit tipe tenera .. 56


(13)

i

ABSTRACT

NOFRIZAL AMRI: Analysis of Potency and Effect of Time Storage of Fruit on Quality of Palm Oil Types of Dura, Pisifera, and Tenera in Bangun Bandar Plantation, Dolok Masihul, North Sumatera. Under the supervision of MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Indonesia is currently the largest producer palm oil in the world with its production about 33.000.000 ton/year. This research is dealing with potency and quality of palm oil types of dura, pisifera and tenera based on time storage of fruit (0, 7, 14, 21, 28 days). The research was performed on August to December 2014, in Bangun Bandar plantation, Dolok Masihul, North Sumatera. Parameters measured for oil potency was crude palm oil (CPO) content and for quality of palm oil were β-carotene content, DOBI, free fatty acid content, and moisture content. β-carotene content and DOBI were analyzed by Spectrophotometer at 446 nm and 269 nm. Free fatty acid was determined by titration, and moisture content was measured by an electronic moisture analyzer.

Results showed that potency of palm oil types of dura, pisifera, tenera were 23,5 %, 26,2 %, 23,6 %, respectively. β-carotene content and DOBI of palm oil types of dura, pisifera, and tenera were decreased by time storage of fruit. Free fatty acid and moisture content of palm oil types of dura, pisifera, and tenera were increased by time storage of fruit. Based on the results, effect of time storage of fruit were poor in quality of palm oil.


(14)

ii

ABSTRAK

NOFRIZAL AMRI: Analisis Potensi dan Pengaruh Waktu Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera, dan Tenera di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi 33.000.000 ton pada tahun 2014. Penelitian ini tentang potensi dan mutu minyak sawit dari kelapa sawit tipe dura, pisifera, dan tenera berdasarkan waktu penyimpanan buah (0, 7, 14 21, 28 hari). Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai Desember tahun 2014, di kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara. Parameter yang diukur untuk potensi minyak ialah kandungan minyak kelapa sawit, dan untuk mutunya ialah kandungan β-karoten, DOBI, kandungan asam lemak bebas, dan kadar air. Kandungan β-karoten dan DOBI diukur menggunakan Spektrofotometer pada 446 nm dan 269 nm. Kandungan asam lemak bebas diukur dengan metode titrasi, dan kadar air diukur menggunakan alat moisture analyzer.

Hasil penelitian menunjukkan, potensi minyak kelapa sawit (CPO) tipe dura, pisifera, tenera yaitu masing-masing sebesar 23,5 %, 26,2 %, 23,6 %. Kandungan β-karoten dan DOBI minyak sawit tipe dura, pisifera, dan tenera menunjukkan hasil yang terus menurun dengan semakin lamanya waktu penyimpanan buah. Kandungan asam lemak bebas dan kadar air minyak sawit tipe dura, pisifera, dan tenera menunjukkan hasil yang terus meningkat dengan semakin lamanya waktu penyimpanan buah. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, pengaruh perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah dapat menurunkan mutu minyak sawit.


(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ialah tanaman perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam menghasilkan minyak makanan, minyak industri, dan bahan bakar nabati atau biodiesel dalam bidang pertanian (Kiswanto dkk, 2008). Minyak kelapa sawit memiliki potensi yang menjanjikan untuk dikembangkan di Indonesia. Saat ini minyak kelapa sawit atau biasa disebut juga crude palm oil (CPO) adalah salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia.

Sebagai salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia, kelapa sawit memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menghasilkan devisa bagi negara. Berdasarkan data yang dirilis oleh Index Mundi (2015), Indonesia menempati peringkat pertama di dunia dalam hal produksi minyak kelapa sawit dengan produksi sebesar 33.000.000 ton/tahun mengalahkan Malaysia dengan produksi sebesar 19.800.000 ton/tahun. Pesatnya perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak hanya mempengaruhi sektor perekonomian saja tetapi juga pada sektor-sektor lainnya. Sehingga dalam hal ini, pengembangan terhadap mutu minyak sawit menjadi bagian yang sangat penting bagi strategi pembangunan nasional. Bagian tanaman kelapa sawit yang memiliki nilai ekonomi tinggi ialah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan yang biasa disebut dengan tandan buah segar (TBS) yang terdiri dari mesocarp (daging buah) dan inti kelapa sawit.

Minyak kelapa sawit dibandingkan dengan minyak nabati lainnya memiliki beberapa keunggulan antara lain harganya murah, kolesterolnya rendah, memiliki kandungan karoten yang tinggi, serta produk turunan dari minyak sawit


(16)

2

beragam (Departemen Perindustrian, 2007). Beberapa produk turunan minyak kelapa sawit yaitu minyak makan, margarine, mie instan, mentega, bahan baku industri kosmetik, bahan baku industri sabun, dan lain-lain.

Berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tipe dura, pisifera, dan tenera (Departemen Perindustrian, 2007). Sebagai salah satu bahan baku untuk industri pangan, minyak kelapa sawit harus diketahui mutunya, sehingga perlu dilakukan analisis potensi dan mutu minyak kelapa sawit dari ketiga tipe kelapa sawit tersebut yaitu tipe kelapa sawit dura, pisifera, dan tenera. Hal ini penting terkait tipe yang unggul secara keseluruhan untuk diteliti lebih lanjut dan dikembangkan secara genetik. Dalam penelitian ini parameter yang digunakan untuk mengukur potensi minyak ialah ekstrasi dari tandan buah segar (TBS) dan untuk mengukur mutu minyak yaitu kandungan β-karoten dan DOBI (Deterioration of Bleachability Index) serta kadar asam lemak bebas dan kadar air dari minyak kelapa sawit. Semua parameter tersebut harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Penelitian ini membandingkan potensi dan mutu minyak kelapa sawit dari masing-masing tipe kelapa sawit, yaitu tipe dura, pisifera, dan tenera. Pengukuran mutu minyak kelapa sawit mentah atau yang dikenal dengan nama crude palm oil (CPO) yaitu dengan menggunakan SNI 01-2901-2006 untuk parameter uji kadar asam lemak bebas dan kadar air serta pengujian kandungan β-karoten dan DOBI dengan menggunakan metode standar dari PORIM (Palm Oil Research Institute of Malaysia). Selain membandingkan potensi dan mutu minyak dari berbagai tipe kelapa sawit tersebut, penelitian ini juga membandingkan pengaruh lama penyimpanan buah kelapa sawit terhadap mutu minyak sawit yang dihasilkan


(17)

3

yaitu selama 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari, sehingga diharapkan penanganan atau pengolahan buah dapat terkelola dengan baik.

Tujuan Penelitian

1. Menguji dan membandingkan mutu dan potensi minyak kelapa sawit (CPO) dari ketiga tipe tanaman kelapa sawit yaitu tipe dura, pisifera, dan tenera. 2. Menganalisis pengaruh penyimpanan buah dari ketiga tipe tanaman kelapa

sawit selama 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari terhadap mutu minyak kelapa sawit (CPO) yang dihasilkan berdasarkan standar yang telah ditentukan.

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan potensi minyak yang nyata yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit tipe dura, pisifera, dan tenera.

2. Perlakuan penyimpanan buah kelapa sawit menurunkan mutu minyak sawit yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit tipe dura, pisifera, dan tenera. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi penelitian yang terkait dengan hal pengukuran kualitas dan potensi minyak kelapa sawit.

2. Sebagai bahan informasi tentang mutu minyak kelapa sawit yang dihasilkan dengan pemberian perlakuan penyimpanan buah selama 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari.


(18)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, ordo Arecales, familiArecaceae, dan genus Elaeis. Kelapa sawit ditemukan oleh Nicholaas Jacquin pada tahun 1763, oleh karena itu nama latin dari kelapa sawit yaitu Elaeis guineensis Jacq (Ayustaningwarno, 2012).

Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya dalam bentuk tandan dan bercabang banyak. Buah kelapa sawit kecil dan apabila sudah matang warna buahnya merah kehitaman. Daging buah padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyak inilah yang dimanfaatkan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dapat digunakan sebagai makanan ternak, salah satunya sebagai bahan pembuatan makanan ayam serta cangkangnya dapat dibuat sebagai bahan bakar dan arang (Departemen Perindustrian, 2007).

Buah sawit memiliki berat antara 12-18 g/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir buah sawit tergantung pada sempurna atau tidaknya penyerbukannya. Kumpulan bulir yang bersatu akan membentuk tandan. Buah kelapa sawit yang dipanen dalam bentuk tandan ini yang disebut dengan tandan buah sawit (Sinaga, 2011).

Menentukan matangnya buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna pada kulit buahnya, diawali dari warna hijau pada buah muda dan menjadi merah jingga saat buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah optimum. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tandannya inilah yang disebut buah berondolan (Adanan, 2012).


(19)

5

Buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (perikarp) dan biji. Serabut buah kelapa sawit tersusun atas epikarpium yaitu kulit buah dan mesokarpium yaitu bagian buah yang berserabut. Dan biji kelapa sawit terbagi atas endokarpium yaitu kulit biji atau tempurung dan endosperm yaitu kernel atau daging biji (Ayustaningwarno, 2012). Serabut buah atau yang biasa disebut dengan mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata sebesar 56% , dan inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%, sedangkan endokarp atau tempurung tidak mengandung minyak (Sinaga, 2011).

Berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tipe dura, pisifera, dan tenera. Tipe dura memiliki cangkang yang tebal, tandan buah umumnya besar namun dianggap merugikan karena cangkangnya yang tebal dapat merusak mesin pengolah. Tipe pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, namun sulit berbuah karena memiliki bunga betina yang steril. Tipe tenera memiliki cangkang yang tipis dan bunga betina yang fertil. Tipe tenera dianggap bibit unggul karena merupakan persilangan dari induk dura dengan pisifera, sehingga turunan yang dihasilkan dapat melengkapi kekurangan dari kedua tipe induk tersebut (Departemen Perindustrian, 2007).

Potensi Minyak dari Tandan Buah Segar Kelapa Sawit

Ekstraksi buah kelapa sawit akan menghasilkan minyak berupa minyak kelapa sawit mentah atau CPO (crude palm oil) dan minyak inti sawit atau PKO (Palm Kernel Oil) (Adanan, 2012). Tandan buah segar (TBS) yang baik ialah yang menghasilkan persentase minyak per tandannya sebesar 20-25%, inti (kernel) sebesar 4-6%, cangkang 5-9%, tandan kosong sebanyak 20-22%, dan serat sebesar 12-14%. Sedangkan buah berondolan akan menghasilkan minyak


(20)

6

sebanyak 30-34%, biji sebanyak 15-17%, serat sebanyak 14-30%, dan sampah sebanyak 2-10% (Fricke, 2009).

Dari ketiga tipe kelapa sawit didapatkan bahwa tipe dura memiliki cangkang yang tebal dengan kandungan minyak pertandannya sekitar 18%. Tipe pisifera buahnya tidak memiliki cangkang. Tipe tenera dapat mencapai persentase daging perbuah sampai 90% dengan kandungan minyak pertandannya sampai 28% (Departemen Perindustrian, 2007).

Kualitas Minyak Kelapa Sawit

Dalam menentukan kualitas minyak kelapa sawit terdapat beberapa parameter. Parameter tersebut didasarkan pada spesifikasi standar mutu internasional yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air, kadar kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan yang berbeda ukurannya tiap parameter sesuai dengan kebutuhan minyak sebagai bahan pangan atau non pangan (Departemen Perindustrian, 2007).

Kualitas minyak sawit sebagian besar ditentukan oleh asam lemak, kadar air, dan pemutihan. Asam lemak dan kadar air ditentukan dengan metode titrasi dan oven-kering (Tagoe dkk, 2012).

Kandungan β-karoten

Minyak kelapa sawit kaya akan nutrisi yang berguna bagi kesehatan manusia, terutama kandungan β-karoten. Beberapa mikronutrien lain yaitu α-, γ-karoten, vitamin E (tokoferol, tokotrienol), licopene, lutein, sterol, asam lemak tidak jenuh

dan ubiquinone (Ayustaningwarno, 2012). Tubuh manusia menggunakan


(21)

7

tubuh oleh berbagai mekanisme, dan dapat meningkatkan kesehatan jantung. Karotenoid juga memainkan peran potensial yang penting dengan bertindak sebagai biologi antioksidan, melindungi sel dan jaringan dari efek merusak dari radikal bebas dan diyakini memainkan peran protektif dalam penuaan selular, aterosklerosis, kanker, arthritis, dan penyakit Alzheimer. Minyak sawit merah adalah bentuk minyak sawit olahan (deacidified dan deodorised) yang mempertahankan 80% dari aslinya karotenoid, membuatnya menjadi sumber Vitamin A (Mukherjee, 2009).

β-karoten berperan dalam pembentukan vitamin A, selain itu kandungan β-karoten pada minyak sawit dapat menghambat kerusakan minyak dengan memperlambat pembentukan asam lemak bebas selama proses pemanasan. Namun, selama proses pemanasan tersebut terjadi penurunan kandungan β-karoten yang berdampak pada menurunnya kualitas minyak yang dihasilkan. Sehingga pengukuran kandungan β-karoten pada minyak kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai parameter untuk menentukan kualitas minyak sawit (CPO) selain dari besarnya kandungan asam lemak bebas minyak sawit (Budiyanto, 2010).

Konsentrasi karoten dari minyak kelapa sawit mentah (CPO) dapat diketahui dengan proses adsorpsi menggunakan adsorben sintetis diikuti oleh ekstraksi pelarut (Baharin dkk, 2001). Umumnya minyak sawit mengandung karotenoid sebesar 500-700 ppm. Tetapi, kandungan karotenoid tersebut akan mengalami penurunan selama masa pemurnian kelapa sawit. Pemurnian kelapa sawit biasanya dilakukan secara fisik dengan menggunakan suhu tinggi melalui proses degumming (penghilangan gum), bleaching (penghilangan warna),


(22)

8

deodorisasi (penghilangan bau), dan deasidifikasi (penurunan kadar asam lemak bebas) (Mas’ud dkk, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa kandungan β-karoten minyak sawit yang menggunakan bahan baku minyak kasar dari beberapa stasiun proses pengolahan CPO memiliki kandungan rata-rata β-karoten sekitar 554-786 ppm. Besarnya kandungan β-karoten minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh besarnya kandungan asam lemak bebas didalam minyak. Asam lemak bebas yang tinggi dapat mereduksi kandungan β-karoten, sehingga proses netralisasi (penyabunan) juga dapat mengurangi kandungan β-karoten dalam minyak kelapa sawit (Budiyanto, 2012). Baharin (2001) menyatakan bahwa kandungan karoten masih stabil dibawah masa penyimpanan selama 3 bulan, yang diukur dari jumlah karoten total per minggunya (11 minggu).

DOBI (Deterioration of bleachability index)

Afriani (2009) menyatakan analisis asam lemak bebas dan kotoran tidak mencukupi dalam hal pengukuran kualitas minyak kelapa sawit mentah yang baik, sedangkan analisis DOBI dapat memberikan indikasi yang lebih baik dan kemudahan dalam pengolahan CPO. DOBI adalah index derajat kepucatan minyak sawit mentah. Tujuan pemucatan ialah untuk menghilangkan warna (bleaching) yang kurang disukai dalam minyak, sehingga DOBI penting untuk membantu pemrosesan dalam pemurnian minyak kelapa sawit. Pengukuran DOBI didapatkan dari rasio perbandingan penyerapan spektrofotometer pada panjang gelombang 446 nm dengan panjang gelombang 269 nm atau perbandingan angka serapan absorben terhadap asam lemak bebas. PORIM (Palm Oil Riset Institute of Malaysia) menentukan hubungan DOBI dengan kualitas minyak sawit yaitu CPO


(23)

9

dengan angka DOBI < 1,68 memiliki minyak sawit endapan atau equivalennya, CPO dengan angka DOBI antara 1,76 - 2,30 memiliki kualitas minyak kurang, CPO dengan angka DOBI antara 2,36 - 2,92 memiliki kualitas minyak cukup, CPO dengan angka DOBI antara 2,99 - 3,24 memiliki kualitas minyak baik, CPO dengan angka DOBI > 3,24 memiliki kualitas minyak terbaik.

Free fatty acid (asam lemak bebas) dan kadar air

Faktor utama yang menentukan kandungan asam lemak adalah usia buah yang digunakan untuk memproses minyak dan lama penyimpanan minyak setelah diproses. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak yang baik dengan asam lemak rendah (FFA) mengandung mikrob, yang beberapa di antara mikrob tersebut memiliki potensi untuk menghasilkan racun. Ada hubungan langsung antara periode penyimpanan minyak dan kandungan asam lemak, dan banyaknya mikrob dalam minyak. Hasil penelitian berturut-turut menunjukkan bahwa kandungan asam lemak bebas buah selama 0 hari, 6 hari, 12 hari, dan 26 hari yaitu 0,45%, 6,02%, 11.34%, 32.37%. Semakin lama penyimpanan, menyebabkan asam lemak dan beban mikrob meningkat, sehingga semakin tinggi kontaminasi, kerusakan, serta kandungan asam lemak bebas dari minyak tersebut. Organisme lipolitik yang telah diidentifikasi adalah Aspergillus, Bacillus, Candida, Geotrichum dan Pseudomonas (Tagoe dkk, 2012).

Kelapa sawit dengan kualitas tinggi memiliki kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan, dan kualitas standar dari asam lemak bebas yaitu tidak lebih dari 5% (Departemen Perindustrian, 2007). Pemanenan buah kelapa sawit yang kelewat matang atau tidak segera diolah setelah dipanen dapat meningkatkan kadar asam


(24)

10

lemak bebas minyak kelapa sawit. Maksimal 8 jam setelah pemanenan buah harus segera diolah (Kiswanto dkk, 2008).

Kelapa sawit dengan kualitas tinggi memiliki kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan, dan kualitas standar dari asam lemak bebas yaitu tidak lebih dari 5%. Kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak tertinggi yaitu sekitar 22,1% - 22,2% dengan kandungan asam lemak bebas terendah sekitar 1,7% - 2,1%. Rendahnya kualitas minyak kelapa sawit dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, sifat induk tanaman itu sendiri, penanganan pasca panen, kesalahan pada saat pemrosesan ataupun kesalahan selama pengangkutan (Departemen Perindustrian, 2007).

Kadar air dalam CPO mempunyai pengaruh penting terhadap kualitas CPO yang dihasilkan. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada CPO, hal ini terkait dengan reaksi hidrolisis yang terjadi yang dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit dan reaksi tersebut dipercepat oleh basa, asam, dan enzim. Naiknya kadar asam lemak bebas ini akan menghasilkan flavour dan bau tengik pada minyak (Ketaren, 2005). Berdasarkan SNI 01-2901-2006, minyak kelapa sawit memiliki syarat mutu dengan karakteristik yaitu kadar asam lemak bebas (free fatty acid) maksimal 0,5% dan kadar air maksimal 0,5% (BSN, 2006).


(25)

11

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Analisa dan di laboratorium Analitik, Pusat Seleksi Bangun Bandar PT. SOCFINDO, Desa Martebing, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Peneltian ini dilakukan pada tanggal 6-13 Agustus 2014, 26-30 Agustus 2014, 13-14 September 2014, 24-25 September 2014, dan 25-31 Desember 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buah masak panen umur 13 hari dari tanaman kelapa sawit varietas La’Me umur 16 tahun, minyak kelapa sawit, n-hexane, alkohol 95%, indikator phenolphthalein 1%, NaOH 0,25 N, kertas saring, dan tip pipette 100µL. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mesin press buah manual, volumetric flask 50 mL, erlenmeyer 250 mL, gelas beker 100 mL, gelas ukur 100 mL, cawan, neraca analitik merk Precisa tipe XB 220A buatan Swiss, timbangan 100 kg merk Avery Berkel, oven merk Memmert buatan Jerman, spektrofotometer merk Agilent Technologies tipe Cary 60 UV-Vis buatan Malaysia, moisture analyzer merk AND MX-50 buatan Jepang, komputer merk Dell, soxhlet merk Besttech, buret digital merk Witeg tipe Titrex 2000, autoklaf electric sterilizer, micropipette 100µL.

Metode Penelitian

Pengukuran β-karoten dan DOBI (Deterioration of bleachability index)

Dipanaskan sampel minyak kelapa sawit pada suhu 60-70oC sampai terlihat encer dan homogen. Ditimbang sampel minyak sebanyak 0,2 g kedalam


(26)

12

volumetric flask 50 mL lalu tambahkan n-hexane sampai batas volumetric flask dan kocok larutan untuk menyatukan minyak dan n-hexane (homogen). Diukur absorbansi sampel dan cuvette error menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 446 nm (untuk β-karoten) dan 269 nm (untuk DOBI). Setelah didapat data absorbansi, dan cuvette error, dihitung dengan rumus :

β-karoten (ppm) = 50 x 383 (as-ab) DOBI = Ab

100W As

Keterangan : as : absorbansi 446 nm Keterangan :

ab : cuvette error As : absorbansi 269 nm W : berat sampel (g) Ab : absorbansi 446 nm

Pengukuran asam lemak bebas (free fatty acid)

Dipanaskan sampel minyak pada suhu 60-70oC, aduk hingga homogen. Ditimbang sampel minyak sebanyak 7 g kedalam erlenmeyer 250 mL lalu tambahkan 75 mL alkohol yang sudah dinetralitas. Tambahkan larutan indikator phenolphthalein sebanyak 2 mL. Kemudian titrasi larutan tersebut menggunakan NaOH 0,25 N pada buret sampai larutan sampel berubah warna menjadi merah muda. Dicatat bacaan volume titrasi dan hitung kandungan asam lemak bebas (%) dengan menggunakan rumus :

% FFA = M x V x N 10 x m

Keterangan : M : masa molekul relatif asam palmitat (256) V : volume titrasi NaOH yang digunakan N : normalitas NaOH yang digunakan m : berat sampel minyak yang digunakan (g)

Pengukuran kadar air minyak

Diekstrak minyak sawit dari buah kelapa sawit dengan menggunakan mesin press buah manual. Ditimbang sampel minyak sebanyak 5 g dan ukur kadar air minyak menggunakan alat moisture analyzer pada suhu 115oC.


(27)

13

Pengukuran ekstrasi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit

Diambil satu janjang tandan buah segar kelapa sawit dari lapangan. Ditimbang berat janjang TBS kelapa sawit (kg). Dipisahkan buah dari tandannya, ditimbang berat buah yang masih dalam bulir (kg) dan berat tangkai tandan (kg). Bersihkan buah dari bulirnya, ditimbang berat buah (kg) dan berat bulir (kg). Diambil sampel buah sebanyak 30 butir, lalu ditimbang beratnya (g). Dipisahkan daging buah (mesocarp) dari biji dengan mencincang buah. Ditimbang berat daging buah (g) dan berat biji (g). Biji lalu dioven dan dipecahkan cangkang biji lalu ditimbang berat kernel. Diambil sampel daging buah sebanyak 40 g (mesocarp basah). Setelah itu dioven selama 7 jam dengan suhu 105oC lalu ditimbang berat mesocarp kering (g), kemudian cacah halus mesocarp dengan blender. Ditimbang mesocarp hasil cacahan sebanyak 5 g ditambah berat kertas saring untuk membungkusnya (g) (F), bungkus mesocarp cacahan dengan kertas pembungkus tersebut, buat sebanyak dua ulangan. Mesocarp yang telah dibungkus tersebut dicuci dengan hexane menggunakan soxhlet sampai hexane didalam soxhlet jernih (selama 14 jam), lalu keluarkan bungkusan mesocarp dari soxhlet dan tiriskan, lalu oven lagi bungkusan mesocarp selama 2-3 jam untuk menghilangkan sisa hexane. Setelah selesai masukkan kedalam desikator selama 10-15 menit, lalu ditimbang bungkusan mesocarp (G). Dihitung persen buah per tandan (F/B), persen mesocarp per buah (M/F), persen minyak per mesocarp (O/M), dan persen minyak kelapa sawit (CPO) dengan rumus sebagai berikut:

F/B (%) = berat buah x 100% berat janjang

M/F (%) = berat mesocarp basah x 100% berat buah


(28)

14

O/M (%) = [(F1-G1)/5] + [(F2-G2)/5]/2 x berat mesocarp kering x 100 % berat mesocarp basah

CPO (%) = F/B (%) x M/F (%) x O/M (%) x 0.855 x 100 % Analisis data

Percobaan dilakukan terhadap ketiga tipe tanaman kelapa sawit, yaitu tipe dura, pisifera, dan tenera. Buah kelapa sawit disimpan di dalam lemari pendingin. Perlakuan penyimpanan buah terhadap ketiga tipe tanaman kelapa sawit yaitu selama 0 hari (kontrol), 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari.

Data yang didapatkan dari percobaan, diolah dengan menggunakan

software SAS. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap kontrol maka

dibandingkan dengan uji Dunnet, dan pengujian menggunakan uji wilayah berganda Duncan (DMRT) untuk mengetahui perbedaan antara ketiga tipe tanaman kelapa sawit, serta untuk mengetahui hubungan waktu penyimpanan buah dan parameter pengamatan mutu minyak sawit dilakukan analisis koefisien determinasi dan koefisien korelasi.

Koefisien korelasi (r) menggambarkan keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih dan nilainya berkisar antara -1 sampai 1 (-1 ≤ r ≤ 1 ) (Mattjik dan Sumertajaya, 2013). Setelah data hasil pengujian untuk setiap parameter dianalisis, kemudian dibandingkan dengan syarat mutu minyak sawit berdasarkan SNI 01-2901-2006 dan standar PORIM.


(29)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Minyak Kelapa Sawit (CPO) dari Tandan Buah Segar

Kelapa sawit dalam menghasilkan minyak dikenal istilah tandan buah segar (TBS). Tandan buah segar merupakan susunan buah yang duduk pada kumpulan bulir. Buah sawit, terdiri dari mesocarp (daging buah) dan inti kelapa sawit.

Mesocarp dan inti kelapa sawit ini mengandung minyak. Adanan (2012)

menyatakan ekstraksi buah kelapa sawit tersebut akan menghasilkan minyak berupa minyak kelapa sawit mentah atau CPO (crude palm oil).

Berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit terdiri dari tiga tipe, yaitu tipe dura, tipe pisifera, dan tipe tenera. Pada penelitian ini dianalisis karakteristik tandan buah segar kelapa sawit untuk mengetahui potensi minyak yang dihasilkan dari ketiga tipe kelapa sawit tersebut.

Tabel 1. Karakterisitik tandan buah segar kelapa sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura, tenera, dan pisifera

Tipe PB (cm) DB (cm) BJ (kg) F/B (%) M/F (%) O/M (%) CPO (%) Dura 3,9±0,1a 2,5±0,07a 17,2±1,9a 67,5±3,3a 69,4±0,7c 58,4±1,7a 23,5±1,8a Tenera 3,4±0,2a 2,1±0,05b 13,7±2,2a 59,1±3,5ab 82,0±2,5b 57,2±1,0a 23,6±1,2a Pisifera 3,5±0,1a 2,03±0,02b 19,0±3,4a 49,3±7,5b 100,0±0,0a 61,1±2,1a 26,2±4,4a

Keterangan : PB (Panjang Buah), DB (Diameter Buah), BJ (Berat Janjang), F/B (Fruit to bunch = buah per janjang), M/F (Mesocarp to Fruit = Daging buah per buah), O/M (Oil to Mesocarp = Minyak per Daging Buah), CPO (Crude Palm Oil = Minyak Kelapa Sawit). Data adalah rata-rata pengukuran ± SE (n= 5). Angka diikuti notasi huruf yang berbeda mengindikasikan berpengaruh nyata menurut DMRT 5 %.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5 % ketiga tipe kelapa sawit berbeda signifikan pada parameter diameter buah (DB), persentase buah per janjang (F/B), dan persentase daging buah per buah (M/F). Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa tipe dura memiliki persentase tertinggi pada parameter F/B yaitu sebesar 67,5 %, dan memiliki persentase terendah pada parameter M/F dan CPO yaitu masing-masing sebesar


(30)

16

B

C

69,4 % dan 23,5 %. Ini dikarenakan kelapa sawit tipe dura memiliki cangkang yang tebal (Gambar 1A), pada Tabel 1 juga dapat dilihat dari diameter buah yang lebih besar dari tipe yang lain dan berbeda signifikan berdasarkan uji DMRT 5 %, sehingga memiliki persentase CPO terendah. Departemen Perindustrian (2007) menyatakan tipe dura memiliki cangkang yang tebal dengan kandungan minyak pertandannya sekitar 18 %.

Dura Pisifera

Tenera

Gambar 1. Tipe kelapa sawit terdiri dari tipe dura (A), tipe pisifera (B), dan tipe tenera (C).

Tipe pisifera memiliki persentase tertinggi pada parameter M/F, O/M, CPO yaitu masing-masing sebesar 100 %, 61,1 %, dan 26,2 % dan persentase terendah pada parameter F/B yaitu sebesar 49,3 %. Hal ini dikarenakan tipe pisifera merupakan tipe kelapa sawit yang tidak memiliki cangkang (Gambar 1B), sehingga 1 buah kelapa sawit utuh dapat dimaksimalkan daging buahnya (mesocarp) untuk diekstrak minyaknya menjadi CPO. Namun buah kelapa sawit tipe pisifera sering memiliki tandan buah kosong atau rendah potensi buah per


(31)

17

janjangnya. Departemen Perindustrian (2007) menyatakan tipe pisifera sulit berbuah karena memiliki bunga betina yang steril.

Pada Tabel 1 juga ditunjukkan bahwa untuk tipe tenera berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5 % memiliki perbedaan yang signifikan terhadap perbandingan daging buah per buah (M/F), dengan nilai sebesar 82 %. Namun nilai ini masih lebih rendah dari tipe pisifera yang memiliki nilai M/F sebesar 100 %. Hal ini dikarenakan tipe pisifera tidak memiliki cangkang sehingga persentase daging buahnya paling tinggi, dan tipe tenera memiliki cangkang yang tipis dari tipe dura, yang memiliki cangkang yang tebal (Gambar 1C), sehingga tipe tenera memiliki nilai daging buah per buah lebih tinggi daripada tipe dura yang memiliki daging buah per buah terendah yaitu sebesar 69,4 %. Departemen Perindustrian (2007) menyatakan tipe tenera dapat mencapai persentase daging buah per buah (M/F) sampai 90 % dengan kandungan CPO sampai 28 %.

Secara umum potensi minyak kelapa sawit (CPO) dari hasil penelitian tersebut mendekati hasil yang didapatkan oleh Fricke (2009) yang melaporkan tandan buah segar (TBS) yang baik ialah yang menghasilkan persentase minyak per tandannya sebesar 20-25 %. Hal tersebut juga didukung oleh Departemen Perindustrian (2007) yang menyatakan bahwa kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak tertinggi yaitu sekitar 22,1-22,2 %.

Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Buah terhadap Mutu Minyak Sawit yang Dihasilkan

Pengujian mutu minyak sawit dari ketiga tipe kelapa sawit yaitu tipe dura, pisifera, dan tenera dibandingkan dengan SNI 01-2901-2006 dengan parameter uji


(32)

18

kandungan asam lemak bebas dan kadar air. Dan untuk pengujian kandungan β-karoten dan DOBI minyak sawit digunakan metode standar dari PORIM (Palm Oil Research Institute of Malaysia).

Pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan β–karoten minyak sawit

Pengukuran kandungan β-karoten penting untuk kesehatan manusia. Mukherjee (2009) menyatakan tubuh manusia menggunakan karotenoid sebagai Vitamin A. Karotenoid juga meningkatkan fungsi kekebalan tubuh oleh berbagai mekanisme, dan dapat meningkatkan kesehatan jantung. Hasil uji Dunnet menunjukkan pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan β–karoten minyak sawit tidak berbeda signifikan pengaruhnya terhadap kontrol (P > 0,05). Hasil pengukuran besarnya kandungan β–karoten terhadap waktu penyimpanan buah ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit terhadap kandungan

β–karoten minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura, tenera, dan pisifera. Data merupakan rata-rata pengukuran ± SE (n= 3-4).

Berdasarkan Gambar 2, ditunjukkan bahwa perlakuan lama waktu penyimpanan buah dapat menurunkan kandungan β–karoten minyak kelapa sawit dari ketiga tipe kelapa sawit, baik kelapa sawit tipe dura, pisifera, maupun tenera. Pada parameter lain, lamanya waktu penyimpanan buah meningkatkan kadar asam


(33)

19

lemak bebas minyak kelapa sawit yang dihasilkan (Gambar 6). Budiyanto (2012) menyatakan bahwa besarnya kandungan β–karoten minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh besarnya kandungan asam lemak bebas didalam minyak. Asam lemak bebas yang tinggi dapat mereduksi kandungan β-karoten.

Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa besarnya kandungan β–karoten minyak pada perlakuan kontrol yaitu tanpa perlakuan penyimpanan buah untuk minyak kelapa sawit tipe dura, tenera, dan pisifera masing-masing sebesar 570,41 ppm, 613,86 ppm, dan 706,96 ppm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mas’ud, dkk (2008) yang menyatakan umumnya minyak sawit mengandung karotenoid sebesar 500-700 ppm. Namun, kandungan β–karoten minyak sawit pada tipe dura dan pisifera mengalami penurunan yang cukup besar sampai kandungan β–karoten <500 ppm, akibat pengaruh perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah. Sedangkan untuk tipe tenera terlihat cukup stabil dengan kandungan β–karoten tetap >500 ppm mulai dari perlakuan kontrol, perlakuan penyimpanan buah 7 hari, 14 hari, dan 21 hari dengan nilai masing-masing yaitu sebesar 613,86 ppm, 609,32 ppm, 572,04 ppm, dan 514,63 ppm. Hal ini dikarenakan, kelapa sawit tipe tenera adalah kelapa sawit tipe unggul, yakni hasil persilangan antara kelapa sawit tipe dura dengan kelapa sawit tipe pisifera, dimana sifat unggul dari masing-masing kedua tipe tanaman kelapa sawit tersebut diturunkan kepada kelapa sawit tipe tenera, sehingga kelapa sawit tipe tenera memiliki sifat yang lebih stabil. Departemen Perindustrian (2007) melaporkan tipe tenera dianggap bibit unggul karena merupakan persilangan dari induk dura dengan pisifera, sehingga turunan yang dihasilkan dapat melengkapi kekurangan dari kedua tipe induk tersebut.


(34)

20

Analisis regresi linier lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan β–karoten minyak sawit

Respon dari beberapa parameter kualitas minyak sawit terhadap lamanya waktu penyimpanan buah kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua, positif dan negatif. Secara sederhana dapat digambarkan dengan peningkatan ataupun penurunan nilai dari parameter kualitas minyak sawit tersebut.

Hasil analisis regresi linier sederhana antara lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan β–karoten minyak sawit dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil analisis regresi linier antara variabel waktu penyimpanan buah terhadap kandungan β−karoten minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura (A), pisifera (B), dan tenera (C). R2= koefisien determinasi.

Tipe tenera lebih stabil dari tipe yang lain dalam kandungan β−karoten juga dapat ditunjukkan dari nilai koefisien determinasinya (R2) yang lebih rendah. Nilai koefisien determinasi ini akan menunjukkan seberapa besar kemampuan variabel lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit dalam mempengaruhi


(35)

21

besarnya kandungan β−karoten yang dihasilkan dari minyak sawit. Dapat dilihat bahwa

nilai koefisien determinasi tenera R2= 0,0894 atau 8,94 % (Gambar 3C), lebih rendah dari nilai koefisien determinasi dura R2= 0,1181 atau 11,81 % (Gambar 3A), dan pisifera R2= 0,3446 atau 34,46 % (Gambar 3B). Ini artinya lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit tipe tenera mempengaruhi besarnya kandungan β−karoten hanya sebesar 8,94 % , lebih rendah dari tipe dura 11,81 % dan pisifera 34,46 %. Sedangkan sisanya 91,06 % untuk tipe tenera, 88,19 % untuk tipe dura, dan 65,54 % untuk tipe pisifera, besarnya kandungan β−karoten

dipengaruhi oleh variabel bebas selain variabel lama waktu penyimpanan buah sawit.

Pada Gambar 3C juga dapat dilihat nilai y= -5,5183x + 631,16 untuk tipe tenera, ini maksudnya jika nilai x berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan turun sebesar 5,5183 menjadi 625,647. Begitu juga untuk tipe dura (Gambar 3A), y = -8,2717x + 542,13 yaitu jika nilai x berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan turun sebesar 8,2717 menjadi 533,8583. Dan untuk pisifera (Gambar 3C), y= -13,489x + 593,72 yaitu jika nilai x berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan turun sebesar 13,489 menjadi 580,231. Berdasarkan hasil data tersebut, dapat diartikan bahwa kandungan β−karoten akibat penyimpanan buah untuk tipe tenera dapat menurun sekitar 5,5183 ppm/hari, untuk tipe dura menurun sekitar 8,2717 ppm/hari, dan untuk tipe pisifera menurun sekitar 13, 489 ppm/hari.

Pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap DOBI minyak sawit Afriani (2009) menyatakan DOBI (Deterioration of Bleachability Index) adalah index derajat kepucatan minyak sawit mentah. Tujuan pemucatan ialah untuk menghilangkan warna (bleaching) yang kurang disukai dalam minyak,


(36)

22

sehingga DOBI penting untuk membantu pemrosesan dalam pemurnian minyak kelapa sawit. Hasil pengukuran DOBI minyak sawit ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit terhadap DOBI minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura, tenera, dan pisifera. Data merupakan rata-rata ± SE (n= 4). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0 hari) pada P < 0,05 dengan uji Dunnet.

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penyimpanan buah, semakin menurun nilai DOBI minyak sawit. Berdasarkan uji Dunnet, perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah selama 21 hari dan 28 hari untuk tipe dura, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari untuk tipe tenera, serta 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari untuk tipe pisifera, hasil uji untuk perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap kontrol (P < 0,05). Ini artinya perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah berpengaruh signifikan terhadap DOBI minyak sawit pada perlakuan tersebut dari ketiga tipe kelapa sawit.

Gambar 4 juga menunjukkan pada perlakuan kontrol (0 hari) minyak dari tanaman kelapa sawit tipe dura, tipe tenera, dan tipe pisifera memiliki angka DOBI masing-masing 1,97, 3,21, dan 4,02. Dari hasil pengukuran tersebut, berdasarkan standar mutu PORIM yang menentukan hubungan DOBI dengan kualitas minyak sawit mentah atau CPO, minyak sawit dari tipe dura memiliki kualitas minyak kurang (CPO dengan angka DOBI antara 1,76-2,30), minyak sawit dari tipe tenera memiliki kualitas minyak baik (CPO dengan angka DOBI


(37)

23

antara 2,99-3,24), dan minyak sawit dari tipe pisifera memiliki kualitas minyak terbaik (CPO dengan angka DOBI >3,24).

Analisis regresi linier lama waktu penyimpanan buah terhadap DOBI minyak sawit

Hasil analisis regresi linier sederhana antara lama waktu penyimpanan buah terhadap DOBI minyak sawit dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hasil analisis regresi linier antara variabel waktu penyimpanan buah terhadap DOBI minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura (A), pisifera (B), dan tenera (C).

Gambar 5 menunjukkan hubungan antara variabel lama waktu penyimpanan buah (x) terhadap DOBI minyak sawit (y). Berdasarkan Gambar 5A tersebut diketahui bahwa hasil analisis regresi linier bernilai negatif dengan nilai y = -0,0317x + 1,758 untuk kelapa sawit tipe dura, y = -0,0931x + 2,9038 untuk tipe pisifera (Gambar 5B), dan y = -0,0599x + 2,9809 untuk tipe tenera


(38)

24

(Gambar 5C). Persamaan tersebut menunjukkan jika nilai x berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan turun sebesar 0,0317 untuk tipe dura, 0,0931 untuk tipe pisifera, dan 0,0599 untuk tipe tenera. Nilai ini artinya besarnya angka DOBI pada minyak sawit akibat lamanya penyimpanan buah untuk tipe dura dapat turun sekitar 0,0317 per hari, untuk tipe pisifera turun sekitar 0,0931 per hari, dan untuk tipe tenera turun sekitar 0,0599 per hari.

Pada Gambar 5, juga ditunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) ketiga tipe kelapa sawit. Tipe dura memiliki nilai R² = 0,407 atau 40,70 % (Gambar 5A), tipe pisifera memiliki nilai R² = 0,4643 atau 46,43 % (Gambar 5B), dan tipe tenera memiliki nilai R² = 0,6121 atau 61,21 % (Gambar 5C). Nilai ini menunjukkan kemampuan variabel lama waktu penyimpanan buah dalam mempengaruhi DOBI pada minyak sawit, yaitu untuk tipe dura sebesar 40,70 %, untuk tipe pisifera sebesar 46,43 %, dan untuk tipe tenera sebesar 61,21 %. Sedangkan sisanya 59,30 % untuk tipe dura, 53,57 % untuk tipe pisifera, dan 38,79 % untuk tipe tenera, besarnya DOBI dipengaruhi oleh variabel bebas selain variabel lama waktu penyimpanan buah sawit.

Pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan asam lemak bebas minyak sawit

Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa, berdasarkan uji Dunnet, perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah selama 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari, berbeda nyata untuk setiap perlakuan tersebut terhadap kontrol (P < 0,05), baik untuk kelapa sawit tipe dura, tenera, maupun pisifera. Ini artinya perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah berpengaruh signifikan terhadap kandungan asam lemak bebas minyak sawit untuk ketiga tipe kelapa sawit tersebut. Semakin


(39)

25

lama waktu penyimpanan buah, semakin tinggi kandungan asam lemak bebas minyak sawit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tagoe, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa faktor utama yang menentukan kandungan asam lemak adalah usia buah yang digunakan untuk memproses minyak. Semakin lama penyimpanan, menyebabkan asam lemak dan beban mikroba meningkat, sehingga semakin tinggi kontaminasi, kerusakan, serta kandungan asam lemak bebas dari minyak tersebut. Hal tersebut juga didukung oleh Kiswanto, dkk. (2008) yang menyatakan pemanenan buah kelapa sawit yang kelewat matang atau tidak segera diolah setelah dipanen dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas minyak kelapa sawit.

Gambar 6. Pengaruh lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit terhadap kadar asam lemak bebas minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura, tenera, dan pisifera. Data merupakan rata-rata ± SE (n= 3). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0 hari) pada P < 0,05 dengan uji Dunnet.

Dari Gambar 6 diketahui bahwa pada perlakuan kontrol (0 hari) pada ketiga tipe kelapa sawit yaitu tipe dura, tenera, dan pisifera memiliki kadar asam lemak bebas masing-masing sebesar 1,58 %, 0,73 %, 5,90 %. Hasil ini tidak sesuai dengan syarat mutu minyak kelapa sawit berdasarkan SNI 01-2901-2006, yang mensyaratkan mutu minyak dengan kadar asam lemak bebas maksimal ialah sebesar 0,5 %. Namun jika didasarkan pada Standar Nasional Indonesia sebelum revisi yaitu SNI 01-2901-1992, syarat mutu kadar asam lemak bebas maksimal


(40)

26

ialah sebesar 5 %, maka kadar asam lemak bebas minyak kelapa sawit dari tipe dura dan tenera sesuai dengan standar mutu tersebut. Hal ini didukung oleh Departemen Perindustrian (2007) yang menyatakan kelapa sawit dengan kualitas tinggi memiliki kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) tidak lebih dari 2 %, dan kualitas standar dari asam lemak bebas yaitu tidak lebih dari 5 %. Kelapa sawit bermutu akan menghasilkan kandungan asam lemak bebas terendah sekitar 1,7-2,1 %.

Berdasarkan hasil tersebut, yang sesuai dengan syarat mutu minyak kelapa sawit yang baik ialah kelapa sawit tipe dura dan tenera, sedangkan tipe pisifera memiliki kandungan asam lemak bebas yang sedikit lebih tinggi. Departemen Perindustrian (2007) menyatakan rendahnya kualitas minyak kelapa sawit dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sifat induk tanaman itu sendiri, penanganan pasca panen, kesalahan pada saat pemrosesan ataupun kesalahan selama pengangkutan.

Analisis regresi linier lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan asam lemak bebas minyak sawit

Hasil analisis regresi linier sederhana antara lama waktu penyimpanan buah terhadap kandungan asam lemak bebas minyak sawit dapat dilihat pada Gambar 7 yang menunjukkan hubungan antara variabel lama waktu penyimpanan buah (x) terhadap kandungan asam lemak bebas minyak sawit (y). Berdasarkan Gambar 7A tersebut diketahui bahwa hasil analisis regresi linier bernilai positif dengan nilai y = 1,4608x + 14,113 untuk kelapa sawit tipe dura, y = 1,222x + 23,061 untuk tipe pisifera (Gambar 7B), dan y = 1,5611x + 12,575 untuk tipe tenera (Gambar 7C). Persamaan tersebut menunjukkan jika nilai x


(41)

27

berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik sebesar 1,4608 untuk tipe dura, 1,222 untuk tipe pisifera, dan 1,5611 untuk tipe tenera. Nilai ini artinya besarnya kandungan asam lemak bebas pada minyak sawit akibat lamanya penyimpanan buah untuk tipe dura dapat naik sekitar 1,46 % per hari, untuk tipe pisifera naik sekitar 1,22 % per hari, dan untuk tipe tenera naik sekitar 1,56 % per hari.

Gambar 7. Hasil analisis regresi linier antara variabel waktu penyimpanan buah terhadap kadar asam lemak bebas minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura (A), pisifera (B), dan tenera (C).

Pada Gambar 7, juga ditunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) ketiga tipe kelapa sawit. Tipe dura memiliki nilai R² = 0,6713 atau 67,13 % (Gambar 7A), tipe pisifera memiliki nilai R² = 0,4092 atau 40,92 % (Gambar 7B), dan tipe tenera memiliki nilai R² = 0,6639 atau 66,39 % (Gambar 7C). Nilai ini menunjukkan kemampuan variabel lama waktu penyimpanan buah dalam mempengaruhi kandungan asam lemak bebas pada minyak sawit, yaitu untuk tipe


(42)

28

dura sebesar 67,13 %, untuk tipe pisifera sebesar 40,92 %, dan untuk tipe tenera sebesar 66,39 %. Sedangkan sisanya 32,87 % untuk tipe dura, 59,08 % untuk tipe pisifera, dan 33,61 % untuk tipe tenera, besarnya kandungan asam lemak bebas dipengaruhi oleh variabel bebas selain variabel lama waktu penyimpanan buah sawit.

Pengaruh lama waktu penyimpanan buah terhadap kadar air minyak sawit Hasil pengukuran pengaruh lamanya waktu penyimpanan buah terhadap kadar air minyak sawit ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengaruh lama waktu penyimpanan buah kelapa sawit terhadap kadar air minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura, tenera, dan pisifera. Data merupakan rata-rata ± SE (n= 3-4). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0 hari) pada P < 0,05 dengan uji Dunnet.

Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penyimpanan buah, semakin meningkat kadar air minyak sawit. Ketaren (2005) menyatakan kadar air yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada CPO, hal ini terkait dengan reaksi hidrolisis yang terjadi yang dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit dan reaksi tersebut dipercepat oleh basa, asam, dan enzim. Berdasarkan uji Dunnet, perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah selama 14 hari, 21 hari, dan 28 hari untuk tipe dura, 21 hari dan 28 hari untuk tipe tenera, serta 21 hari dan 28 hari untuk tipe pisifera, hasil uji untuk perlakuan


(43)

29

tersebut berbeda nyata terhadap kontrol (P < 0,05). Ini artinya perlakuan lamanya waktu penyimpanan buah berpengaruh signifikan terhadap kadar air minyak sawit pada perlakuan tersebut dari ketiga tipe kelapa sawit.

Gambar 8 juga menunjukkan pada perlakuan kontrol (0 hari) minyak dari tanaman kelapa sawit tipe dura, tipe tenera, dan tipe pisifera memiliki kadar air masing-masing sebesar 0,23 %, 0,40 %, dan 0,28 %. Berdasarkan SNI 01-2901-2006, standar mutu kadar air minyak sawit yaitu maksimal 0,5 %. Dari hasil pengukuran tersebut didapatkan bahwa kadar air minyak sawit dari ketiga tipe tanaman kelapa sawit tidak melebihi standar mutu kadar air maksimal yang telah ditetapkan, sehingga kadar air ketiga tipe tanaman kelapa sawit tersebut sesuai dengan syarat mutu kadar air yang telah ditetapkan oleh SNI 01-2901-2006.

Analisis regresi linier lama waktu penyimpanan buah terhadap kadar air minyak sawit

Hasil analisis regresi linier sederhana antara lama waktu penyimpanan buah terhadap kadar air minyak sawit dapat dilihat pada Gambar 9 yang menunjukkan hubungan antara variabel lama waktu penyimpanan buah (x) terhadap kadar air minyak sawit (y). Berdasarkan Gambar 9A tersebut diketahui bahwa hasil analisis regresi linier bernilai positif dengan nilai y = 0,0329x + 0,2625 untuk kelapa sawit tipe dura, y = 0,0277x + 0,3357 untuk tipe pisifera (Gambar 9B), dan y = 0,0221x + 0,3594 untuk tipe tenera (Gambar 9C). Persamaan tersebut menunjukkan jika nilai x berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik sebesar 0,0329 untuk tipe dura, 0,0277 untuk tipe pisifera, dan 0,0221 untuk tipe tenera. Nilai ini artinya besarnya kadar air pada minyak sawit akibat lamanya penyimpanan buah untuk tipe dura dapat naik sekitar 0,0329 %


(44)

30

per hari, untuk tipe pisifera naik sekitar 0,0277 % per hari, dan untuk tipe tenera naik sekitar 0,0221 % per hari.

Gambar 9. Hasil analisis regresi linier antara variabel waktu penyimpanan buah terhadap kadar air minyak sawit yang dihasilkan dari kelapa sawit tipe dura (A), pisifera (B), dan tenera (C).

Pada Gambar 9, juga ditunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) ketiga tipe kelapa sawit. Tipe dura memiliki nilai R² = 0,7052 atau 70,52 % (Gambar 9A), tipe pisifera memiliki nilai R² = 0,7154 atau 71,54 % (Gambar 9B), dan tipe tenera memiliki nilai R² = 0,6871 atau 68,71 % (Gambar 9C). Nilai ini menunjukkan kemampuan variabel lama waktu penyimpanan buah dalam mempengaruhi besarnya kadar air pada minyak sawit, yaitu untuk tipe dura sebesar 70,52 %, untuk tipe pisifera sebesar 71,54 %, dan untuk tipe tenera sebesar 68,71 %. Sedangkan sisanya 29,48 % untuk tipe dura, 28,46 % untuk tipe pisifera, dan 31,29 % untuk tipe tenera, besarnya kadar air dipengaruhi oleh variabel bebas selain variabel lama waktu penyimpanan buah sawit.


(45)

31

Analisis Korelasi Waktu Penyimpanan Buah dan Parameter Mutu Minyak Sawit

Mattjik dan Sumertajaya (2013) menyatakan koefisien korelasi (r) menggambarkan keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih, dalam penelitian ini yaitu waktu penyimpanan buah dan parameter mutu minyak sawit, yang nilainya berkisar antara -1 sampai 1 (-1 ≤ r ≤ 1),. Hasil analisis korelasi waktu penyimpanan buah dan parameter mutu minyak kelapa sawit dari tipe dura ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Koefisien korelasi antar parameter mutu minyak kelapa sawit tipe dura

Waktu Penyimpanan (Hari)

β−

karoten DOBI

Asam Lemak Bebas

Kadar Air Waktu Penyimpanan

(Hari) 1

β−karoten -0,344 1

DOBI -0,638** 0,222 1

Asam Lemak Bebas 0,819** -0,523* -0,759** 1

Kadar Air 0,840** -0,308 -0,615** 0,801** 1

Keterangan : Tanda (*) mengindikasikan korelasi signifikan pada taraf 5 % dan tanda (**) korelasi signifikan pada taraf 1 %.

Pada Tabel 2, diketahui bahwa waktu penyimpanan buah berkorelasi signifikan dengan parameter DOBI, asam lemak bebas, dan kadar air pada taraf 1 %. Dimana hubungan waktu penyimpanan buah dengan asam lemak bebas dan kadar air memiliki korelasi kuat positif (0,5 ≤ r ≤ 1) dan hubungan waktu penyimpanan buah dengan DOBI memiliki korelasi kuat negatif (-1 ≤ r ≤ -0,5), artinya hubungan naiknya kandungan asam lemak bebas dan kadar air minyak sawit sangat kuat dipengaruhi oleh perubahan waktu penyimpanan buah dan hubungan turunnya nilai DOBI minyak sawit juga sangat kuat dipengaruhi oleh perubahan waktu penyimpanan buah untuk kelapa sawit tipe dura.

Hasil analisis korelasi waktu penyimpanan buah dan parameter mutu minyak kelapa sawit dari tipe pisifera ditunjukkan pada Tabel 3.


(46)

32

Tabel 3. Koefisien korelasi antar parameter mutu minyak kelapa sawit tipe pisifera

Waktu Penyimpanan (Hari)

β−

karoten DOBI

Asam Lemak Bebas

Kadar Air Waktu Penyimpanan

(Hari) 1

β−karoten -0,587* 1

DOBI -0,681** 0,692** 1

Asam Lemak Bebas 0,640* -0,642** -0,850** 1

Kadar Air 0,846** -0,403 -0,520* 0,648* 1

Keterangan : Tanda (*) mengindikasikan korelasi signifikan pada taraf 5 % dan tanda (**) korelasi signifikan pada taraf 1 %.

Pada Tabel 3, diketahui bahwa waktu penyimpanan buah berkorelasi signifikan dengan parameter DOBI dan kadar air pada taraf 1 %, serta parameter β−karoten dan asam lemak bebas pada taraf 5 %. Dimana hubungan waktu penyimpanan buah dengan asam lemak bebas dan kadar air memiliki korelasi kuat positif (0,5 ≤ r ≤ 1) dan hubungan waktu penyimpanan buah dengan β−karoten dan DOBI memiliki korelasi kuat negatif (-1 ≤ r ≤ -0,5), artinya hubungan naiknya kandungan asam lemak bebas dan kadar air minyak sawit sangat kuat dipengaruhi oleh perubahan waktu penyimpanan buah dan turunnya kandungan β−karoten dan DOBI minyak sawit juga sangat kuat dipengaruhi oleh perubahan waktu penyimpanan buah untuk buah kelapa sawit tipe pisifera.

Hasil analisis korelasi waktu penyimpanan buah dan parameter mutu minyak kelapa sawit tipe tenera ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Koefisien korelasi antar parameter mutu minyak kelapa sawit tipe tenera

Waktu Penyimpanan (Hari)

β−

karoten DOBI

Asam Lemak Bebas

Kadar Air Waktu Penyimpanan

(Hari) 1

β−karoten -0,299 1

DOBI -0,782** 0,125 1

Asam Lemak Bebas 0,815** -0,308 -0,692** 1

Kadar Air 0,829** -0,042 -0,673** 0,626* 1

Keterangan : Tanda (*) mengindikasikan korelasi signifikan pada taraf 5 % dan tanda (**) korelasi signifikan pada taraf 1 %.


(47)

33

Pada Tabel 4, diketahui bahwa waktu penyimpanan buah berkorelasi signifikan dengan parameter DOBI, asam lemak bebas, dan kadar air pada taraf 1 %. Dimana hubungan waktu penyimpanan buah dengan asam lemak bebas dan kadar air memiliki korelasi kuat positif (0,5 ≤ r ≤ 1) dan hubungan waktu penyimpanan buah dengan DOBI memiliki korelasi kuat negatif (-1 ≤ r ≤ -0,5), artinya hubungan naiknya kandungan asam lemak bebas dan kadar air minyak sawit sangat kuat dipengaruhi oleh perubahan waktu penyimpanan buah dan hubungan turunnya nilai DOBI minyak sawit juga sangat kuat dipengaruhi oleh perubahan waktu penyimpanan buah untuk kelapa sawit tipe tenera.


(48)

34

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kelapa sawit tipe pisifera menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) terbesar dibandingkan dengan tipe dura dan tenera. Kelapa sawit tipe tenera dengan perlakuan kontrol (0 hari), hasil pengukuran kualitas minyak memenuhi syarat mutu minyak kelapa sawit berdasarkan SNI 01-2901-1992 dan PORIM.

2. Lamanya waktu penyimpanan buah berpengaruh nyata berdasarkan uji Dunnet (P<0,05) pada parameter DOBI, kandungan asam lemak bebas, dan kadar air minyak kelapa sawit tipe dura, pisifera, dan tenera.

Saran

Dari ketiga tipe tanaman kelapa sawit, tipe pisifera memiliki potensi minyak tertinggi dan tipe tenera memenuhi syarat mutu yang ditentukan dari parameter penelitian. Dengan hasil tersebut diharapkan penelitian lanjutan berkaitan dengan sifat induk tanaman secara genetik dalam pengaruhnya terhadap potensi dan kestabilan mutu minyak sawit.


(49)

35

DAFTAR PUSTAKA

Adanan, I., 2012. Pengaruh Waktu Penyimpanan CPO terhadap Kenaikan Asam Lemak Bebas (ALB) pada Oil Tank, Oil Purifier, dan Vacuum Dryer. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

Afriani, M. 2009. Hubungan Analisa DOBI (Deterioration Of Bleachability

Index) dalam CPO (Crude Palm Oil) dengan Menggunakan

Spektrofotometri UV-Visible. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

Ayustaningwarno, F. 2012. Proses pengolahan dan aplikasi minyak sawit merah pada industri pangan. Vitasphere. 2: 1-11.

Baharin, B.S., R.A. Latip, Y.B.C. Man, and R.A. Rahman. 2001. The effect of carotene extraction system on crude palm oil quality, carotene composition, and carotene stability during storage. JAOCS. 78 (8): 851-855.

BSN. 1992. Minyak Kelapa Sawit. Badan Standardisasi Nasional. http//:www.pphp.deptan.go.id. Diakses tanggal 18 September 2014.

BSN. 2006. Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil). Badan Standardisasi Nasional. http//:www.pphp.deptan.go.id. Diakses tanggal 18 September 2014.

Budiyanto, D. Silsia, Z. Efendi, R. Janika. 2010. Perubahan kandungan β-karoten, asam lemak bebas, dan bilangan peroksida minyak sawit merah selama pemanasan. Agritech. 30 (2): 75-79.

Budiyanto, D. Silsia, Fahmi. 2012. Kajian Pembuatan Red Palm Olein (RPO) dengan Bahan Baku Minyak Sawit Kasar yang Diambil dari Beberapa Stasiun Pengolahan Crude Palm Oil (CPO). Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. 12 September 2012, Bengkulu, Indonesia. Hal. 539-551.

Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Insustri Minyak Kelapa Sawit. Departemen Perindustrian. http//:www.kemenperin.go.id. Diakses tanggal 19 September 2014.

Fricke, T.B., 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil untuk Produksi Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN). United States Agency International Development. Indonesia.

http//:www.indexmundi.com. Diakses tanggal 17 Mei 2015. Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.


(50)

36

Kiswanto, J.H. Purwanta, B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung. Lampung.

Mas’ud, F., T.R. Muchtadi, P. Hariyadi, T. Haryati. 2008. Optimasi Proses Deasidifikasi Minyak Sawit untuk Meminimalkan Kerusakan Karotenoid dalam Pemurnian Minyak Sawit (Elaeis guineensis, Jacq.). http//:www.journal.ipb.ac.id. Diakses tanggal 19 September 2014.

Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor.

Mukherjee, S. dan A. Mitra. 2009. Health effects of palm oil. J Hum Ecol. 26 (3): 197-203.

Sinaga, R.A. 2011. Kajian Mutu Minyak Sawit Kasar dan Analisis Karakteristik Olein serta Stearin sebagai Hasil Fraksinasinya. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tagoe, S.M.A., M.J. Dickinson, M.M. Apetorgbor. 2012. Factors influencing quality of palm oil produced at the cottage industry level in Ghana. International Food Research. 19 (1): 271-278.


(51)

37

LAMPIRAN

A. Analisis Data

1. Berat janjang (BJ)

The SAS System The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 3 1 2 3

Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 73,6973333 36,8486667 1,09 0,3681 Error 12 406,5760000 33,8813333

Corrected Total 14 480,2733333

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,153449 34,99459 5,820767 16,63333

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 2 73,69733333 36,84866667 1,09 0,3681 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for DATA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 12 Error Mean Square 33,88133 Number of Means 2 3 Critical Range 8,021 8,396

Means with the same letter are not significantly different, Duncan Grouping Mean N GROUP

A 19,020 5 3 A

A 17,200 5 1 A


(52)

38 2. Fruit to bunch (F/B)

The SAS System The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 3 1 2 3

Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 824,057333 412,028667 3,12 0,0812 Error 12 1585,452000 132,121000

Corrected Total 14 2409,509333

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,342002 19,60608 11,49439 58,62667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 2 824,0573333 412,0286667 3,12 0,0812 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for DATA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 12 Error Mean Square 132,121 Number of Means 2 3 Critical Range 15,84 16,58

Means with the same letter are not significantly different, Duncan Grouping Mean N GROUP

A 67,480 5 1 A

B A 59,060 5 2 B


(53)

39 3. Mesocarp to fruit (M/F)

The SAS System The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 3 1 2 3

Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 2367,369333 1183,684667 108,15 <,0001 Error 12 131,340000 10,945000

Corrected Total 14 2498,709333

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,947437 3,947565 3,308323 83,80667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 2 2367,369333 1183,684667 108,15 <,0001 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for DATA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 12 Error Mean Square 10,945 Number of Means 2 3 Critical Range 4,559 4,772

Means with the same letter are not significantly different, Duncan Grouping Mean N GROUP

A 100,000 5 3 B 82,040 5 2 C 69,380 5 1


(54)

40 4. Oil to mesocarp (O/M)

The SAS System The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 3 1 2 3

Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 39,9000000 19,9500000 1,46 0,2697 Error 12 163,4760000 13,6230000

Corrected Tot 14 203,3760000

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,196188 6,262190 3,690935 58,94000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 2 39,90000000 19,95000000 1,46 0,2697 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for DATA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 12 Error Mean Square 13,623 Number of Means 2 3 Critical Range 5,086 5,324

Means with the same letter are not significantly different, Duncan Grouping Mean N GROUP

A 61,140 5 3 A

A 58,440 5 1 A


(55)

41 5. Oil extraction (CPO)

The SAS System The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 3 1 2 3

Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 23,0813333 11,5406667 0,29 0,7513 Error 12 472,8960000 39,4080000

Corrected Total 14 495,9773333

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,046537 25,67867 6,277579 24,44667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 2 23,08133333 11,54066667 0,29 0,7513 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for DATA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 12 Error Mean Square 39,408 Number of Means 2 3 Critical Range 8,651 9,055

Means with the same letter are not significantly different, Duncan Grouping Mean N GROUP

A 26,200 5 3 A

A 23,620 5 2 A


(56)

42 6. Panjang buah (PB)

The SAS System The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 3 1 2 3

Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0,84688000 0,42344000 3,40 0,0678 Error 12 1,49636000 0,12469667

Corrected Total 14 2,34324000

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,361414 9,760203 0,353124 3,618000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 2 0,84688000 0,42344000 3,40 0,0678 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for DATA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 12 Error Mean Square 0,124697 Number of Means 2 3 Critical Range ,4866 ,5093

Means with the same letter are not significantly different, Duncan Grouping Mean N GROUP

A 3,9540 5 1 A

A 3,4540 5 3 A


(1)

53

17.Kandungan β-karoten minyak kelapa sawit tipe dura The SAS System

The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 5 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 20 Number of Observations Used 20 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 152036,265 38009,066 0,58 0,6818 Error 15 983138,069 65542,538

Corrected Total 19 1135174,334

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,133932 60,05087 256,0128 426,3265

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 4 152036,2653 38009,0663 0,58 0,6818 The SAS System

The ANOVA Procedure Dunnett's t Tests for DATA

NOTE: This test controls the Type I experimentwise error for comparisons of all treatments against a control,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 15 Error Mean Square 65542,54 Critical Value of Dunnett's t 2,72739 Minimum Significant Difference 493,74

Comparisons significant at the 0,05 level are indicated by ***, Difference Simultaneous

GROUP Between 95% Confidence Comparison Means Limits

2 - 1 -87,2 -580,9 406,5 3 - 1 -193,5 -687,3 300,2 4 - 1 -213,1 -706,9 280,6 5 - 1 -226,5 -720,3 267,2


(2)

54

18.Kandungan β-karoten minyak kelapa sawit tipe pisifera

The SAS System The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 5 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 369468,4149 92367,1037 2,27 0,1335 Error 10 406711,6713 40671,1671

Corrected Total 14 776180,0862

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,476009 49,81128 201,6709 404,8700

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 4 369468,4149 92367,1037 2,27 0,1335 The SAS System

The ANOVA Procedure Dunnett's t Tests for DATA

NOTE: This test controls the Type I experimentwise error for comparisons of all treatments against a control,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 40671,17 Critical Value of Dunnett's t 2,89049 Minimum Significant Difference 475,96

Comparisons significant at the 0,05 level are indicated by ***, Difference Simultaneous

GROUP Between 95% Confidence Comparison Means Limits

2 - 1 -298,9 -774,9 177,0 3 - 1 -380,6 -856,6 95,3 5 - 1 -412,3 -888,2 63,7 4 - 1 -418,6 -894,6 57,3


(3)

55

19.Kandungan β-karoten minyak kelapa sawit tipe tenera The SAS System

The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values GROUP 5 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 14 The SAS System

The ANOVA Procedure Dependent Variable: DATA

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 46003,9384 11500,9846 0,24 0,9105 Error 9 436945,8523 48549,5391

Corrected Total 13 482949,7907

R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0,095256 39,97857 220,3396 551,1443

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F GROUP 4 46003,93843 11500,98461 0,24 0,9105 The SAS System

The ANOVA Procedure Dunnett's t Tests for DATA

NOTE: This test controls the Type I experimentwise error for comparisons of all treatments against a control,

Alpha 0,05 Error Degrees of Freedom 9 Error Mean Square 48549,54 Critical Value of Dunnett's t 2,95828

Comparisons significant at the 0,05 level are indicated by ***, Difference Simultaneous

GROUP Between 95% Confidence Comparison Means Limits

2 - 1 -4,5 -599,6 590,5 3 - 1 -41,8 -574,0 490,4 4 - 1 -99,2 -631,4 433,0 5 - 1 -148,6 -680,8 383,6


(4)

56 B. Dokumentasi Kegiatan


(5)

57


(6)

58