Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfindo Medan, Sumatera Utara

(1)

PENGELOLAAN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN BANGUN BANDAR PT.

SOCFINDO MEDAN, SUMATERA UTARA

RAHAYU NOVRINA ROSA

A24080006

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(2)

RINGKASAN

RAHAYU NOVRINA ROSA. Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfindo Medan, Sumatera Utara. (dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN).

Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit Bangun Bandar PT. Socfindo, Medan-Sumatera Utara. Kegiatan magang dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Februari hingga Mei 2012.

Tujuan khusus kegiatan magang adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis dan manajemen tentang pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit. Selain itu juga untuk mempelajari dan menganalisis kegiatan pengelolaan pembibitan kelapa sawit di perkebunan PT. Socfindo.

Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan berbagai jenis pekerjaan teknis dan manajerial di lapangan mulai dari tingkat karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten. Kegiatan yang telah diikuti penulis selama di kebun pembibitan meliputi kegiatan penanaman kecambah, pengangkutan bibit pre nursery yang terjual serta kegiatan-kegiatan pemeliharaan di pembibitan. Kegiatan yang dilakukan pada divisi meliputi kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan.

Kebun pembibitan PT. Socfindo memiliki jenis kegiatan yang dilaksanakan pada setiap harinya. Bibit yang ditanam harus mendapatkan penanganan yang baik agar menghasilkan bibit yang berkualitas. Untuk mendapatkan semua itu memerlukan kegiatan manajemen atau pengelolaan pembibitan yang baik.


(3)

PENGELOLAAN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN BANGUN BANDAR PT.

SOCFINDO MEDAN, SUMATERA UTARA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

RAHAYU NOVRINA ROSA A24080006

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGELOLAAN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN BANDAR PT. SOCFINDO MEDAN, SUMATERA UTARA Nama : RAHAYU NOVRINA ROSA

NIM : A24080006

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sofyan Zaman, MP NIP. 19680711 199403 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2012

Rahayu Novrina Rosa A24080006


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rahayu Novrina Rosa, lahir pada tanggal 12 November 1990 di Rimo, Provinsi NAD. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan H. Syahril Solin dan Hj. Rosmidar. Penulis menamatkan pendidikan sekolah di SDN 02 Lipat Kajang pada tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke MTSS Al-Kautsar Al-Akbar Medan dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan MAN I Kota Medan dan lulus pada tahun 2008.

Selepas lulus dari pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor dan masuk melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi dan Hortikultura pada Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berorganisasi dengan menjabat sebagai staf pada divisi CSR Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada periode kepengurusan 2009 - 2010.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dalam penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Sofyan Zaman, MP yang telah memberikan bimbingan dan arahan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

2. Prof. M. A. Chozin, M.Agr sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan terhadap penulis selama studi.

3. Dr. Ir. Sudrajat, MS dan Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M. Si yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Orangtua, kakak-kakakku serta adikku yang selama ini memberikan doa, dukungan moril dan motivasinya kepada penulis.

5. Bapak Agus Hutapea, Bapak Dicky dan Bapak Fiendry Yusril sebagai asisten yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

6. Zulfikri Putra yang telah memberikan bantuan, perhatian dan dukungannya.

7. Teman-teman AGH 45 (Indigenous 45) yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

8. Semua staf dan karyawan Kebun Bangun Bandar serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2012

Rahayu Novrina Rosa


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv 

DAFTAR GAMBAR ... v 

DAFTAR LAMPIRAN ... vi 

PENDAHULUAN ... 1 

Latar Belakang ... 1 

Tujuan ... 2 

TINJAUAN PUSTAKA ... 3 

Botani Kelapa Sawit ... 3 

Morfologi Kelapa Sawit ... 3 

Pembibitan ... 5 

Tujuan Pembibitan ... 6 

Persiapan Pembibitan ... 6 

Bahan Tanaman ... 7 

Sistem Pembibitan ... 8 

Pre nursery... 8 

Main nursery ... 9 

METODE MAGANG ... 10 

Tempat dan Waktu ... 10 

Metode Pelaksanaan ... 10 

Pengumpulan Data ... 10 

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ... 12 

Letak Geografis Kebun ... 12 

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 12 

Jenis Tanaman dan Lokasi Kebun ... 13 

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 14 

Keadaan Iklim dan Tanah ... 14 

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 14 

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 16 

Aspek Teknis ... 16 

Pembibitan ... 16 

Peremajaan Tanaman ... 22 


(9)

Pemupukan TBM ... 25 

Pengendalian gulma secara kimiawi ... 27 

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 29 

Pemupukan abu janjang (Composting) ... 32 

Penunasan ... 33 

Pemanenan ... 34 

Aspek Manajerial ... 40 

Pendamping Mandor ... 40 

Pendamping Asisten Divisi ... 43 

PEMBAHASAN ... 45 

Kondisi Umum Pembibitan ... 45 

Daya Tumbuh Bibit Kelapa Sawit di PT. Socfindo ... 46 

Pertumbuhan Vegetatif Bibit di PT. Socfindo ... 48 

Seleksi Bibit di PT. Socfindo ... 52 

Peranan Mandor dalam Menghadapi Masalah ... 53 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 54 

Kesimpulan ... 54 

Saran ... 54 

DAFTAR PUSTAKA ... 55 


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis tanaman dan lokasi Kebun yang diusahakan PT.

Socfindo………... 13

2. Standar pemupukan di bibitan awal kelapa sawit PT. Socfindo... 20

3. Klasifikasi tingkat serangan ulat daun... 30

4. Daya tumbuh bibit kelapa sawit PT. Socfindo... 47 5. Pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit di PPKS dan

Socfindo...


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.a Kemasan kecambah PT. Socfindo... 17

1.b Kecambah PT. Socfindo... 17

2.a Posisi Kecambah / polibag... 18

2.b Penanaman kecambah... 18

3.a Penyiraman pada pre nursery... 20

3.b Penyiraman pada main nursery... 20

4. Penanaman bibit / Replanting... 23

5. Penanaman LCC... 24

6. Perawatan kacangan/LCC... 25

7.a Aplikasi micronherby... 28

7.b APD semprot knapsack sprayer... 28

8.a Pengendalian ulat manual... 30

8.b Ulat kantong... 30

9.a Pengeboran/ Injeksi batang... 31

9.b Aplikasi insektisida... 31

10.a Larva Oryctes... 32

10.b Pengendalian manual larva Oryctes... 32

11. Pemupukan abu janjang... 33

12. Penunasan... 34

13. Grafik hubungan umur terhadap tinggi rata-rata bibit kelapa sawit... 48

14. Grafik hubungan umur terhadap diameter rata-rata bibit kelapa sawit... 50


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta wilayah kebun Bangun Bandar PT. Socfindo... 58

2. Produksi minyak dan inti kelapa sawit di kebun Bangun Bandar... 59

3. Data curah hujan tahun 2001 - 2010 kebun Bangun Bandar... 60

4. Struktur organisasi kebun Bangun Bandar PT. Socfindo... 61

5. Data program pembibitan main nursery... 62

6. Rekomendasi Pemupukan PT. Socfindo tahun 2009 - 2011... 64

7. Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL... 67

8. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor... 68

9. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten... 69


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah salah satu jenis tanaman dari famili Arecaceae yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil). Saat ini, kelapa sawit sangat diminati untuk dikelola dan ditanam. Daya tarik penanaman kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri (Sukamto, 2008).

Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu, minyak sawit merupakan bahan baku minyak utama minyak goreng yang banyak di pakai di seluruh dunia, sehingga secara terus menerus dapat menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini pun mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh perkebunan diseluruh indonesia mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2005 luas areal sawit mencapai 5 453 817 ha dgn produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 11 861 615 ton dan mengalami peningkatan luas areal menjadi 8 430 027 ha dengan produksi CPO 20 615 958 ton pada tahun 2010 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

Peningkatan produksi kelapa sawit tersebut perlu lebih diupayakan lagi guna menghadapi era perdagangan bebas. Salah satunya adalah peningkatan produksi dari segi budidaya tanaman. Menurut Sukamto (2008) produksi kelapa sawit Indonesia yang telah mampu melampaui produksi kelapa sawit Malaysia sebenarnya disebabkan oleh adanya perluasan area tanam, bukan karena faktor produktivitas. Rata-rata produktivitas tanaman kelapa sawit nasional hanya mencapai 15 ton TBS per hektar per tahun, sedangkan produktivitas tanaman kelapa sawit di Malaysia telah menembus angka 25 ton TBS per hektar per tahun. Kondisi semacam ini, produktivitas kelapa sawit masih dapat ditingkatkan lagi


(14)

dengan beberapa kiat, salah satunya dengan persiapan benih dan pembibitan. Selanjutnya PPKS (2003) menambahkan bahwa pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit.

Salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus dalam menunjang program pengembangan areal tanaman kelapa sawit adalah penyediaan bibit yang sehat, potensinya unggul dan tepat waktu. Faktor bibit memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan penanaman kelapa sawit. Kesehatan tanaman masa pembibitan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi selanjutnya, setelah ditanam di lapangan. Oleh karena itu, teknis pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian besar dan khusus (PPKS, 2006).

Tujuan

Tujuan umum dilakukan magang adalah untuk meningkatkan kemampuan keprofesian penulis dalam memahami dan menghayati kerja nyata dalam proses produksi tanaman kelapa sawit di lapangan, selain itu juga untuk mempelajari aspek budi daya dan manajerial di perkebunan kelapa sawit, serta mempelajari menganalisis permasalahan yang ditemui pada perkebunan kelapa sawit.

Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan teknis dan manajemen pembibitan tanaman kelapa sawit, serta mempelajari dan menganalisis kegiatan pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit di perkebunan.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledoneae Keluarga : Arecaceae

Sub keluarga : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya lurus, tidak bercabang dan tidak mempunyai cambium, tingginya dapat mencapai 15 - 20 m. Tanaman ini berumah satu atau monocious, bunga jantan dan bunga betina berada pada satu pohon. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatifnya yakni bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Akar

Calon akar muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut radikula, panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan sampai 6 bulan. Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole) ribuan jumlahnya, diamternya berkisar antara 8 dan 10 mm. Panjangnya dapat mencapai 18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2-4 mm. Dari akar sekunder


(16)

tumbuh akar tersier berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm (Pahan, 2010).

Batang

Batang membengkak pada pangkal (bongkol), bongkol ini dapat memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu sampai dua tahun pertama pertumbuhan batang lebih mengarah kesamping, diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan ke atas dapat mencapai 10 – 11 m dengan diameter 40 cm. Pertumbuhan meninggi ini berbeda-beda untuk setiap varietas (Sastrosayono, 2008).

Daun

Tanaman dewasa dapat menghasilkan 40 – 60 daun dengan laju dua daun /bulan dan satu helai daun hidup fungsional dua tahun. Panjang daun bisa mencapai 5 - 7 m terdiri dari : satu tulang daun (rachis), 100 - 160 pasang anak daun linear dan satu tangkai daun (petiole) yang berduri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Bunga

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk di panen pada umur 2.5 tahun. Bunga kelapa sawit merupakan monoecious, bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Satu inflor dibentuk dari ketiak setiap daun setelah diferensisasi dari pucuk batang. Jenis kelamin jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi dan selang 24 bulan baru inflor bunga berkembang sempurna. Bunga-bunga betina dalam satu inflor membuka dalam tiga hari dan siap dibuahi selama 3 - 4 hari, sedangkan bunga-bunga yang berasal dari inflor jantan melepaskan serbuk sarinya dalam lima hari. Penyerbukan yang umum terjadi biasanya penyerbukan silang namun kadang juga sendiri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).


(17)

Buah

Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile drup), menempel dan menggerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai 1600 buah, berbentuk lonjong membulat. Panjang buah 2 - 3 cm, beratnya 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit buah) dan mesokarp (sabut dan biji). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endokarp (cangkang) dan inti (kernel), sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperma dan embrio (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Biji

Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji kelapa sawit terdiri atas cangkang, embryo dan inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1.2 mm berbentuk silindris seperti peluru dan memiliki dua bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak berwarna kuning. Endosperm merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada perkecambahan embrio berkembang dan akan keluar melalui lubang cangkang. Bagian pertama yang muncul adalah radikula (akar) dan menyusul plumula (batang) (Sastrosayono, 2008).

Pembibitan

Bibit merupakan bahan tanaman yang siap untuk ditanam di lapangan. Bibit bisa berasal dari organ reproduktif (benih) atau hasil perbanyakan vegetatif (ramet) (PPKS, 2003). Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan bahan tanaman agar menjadi bibit yang bermutu dan berkualitas serta siap untuk ditanam. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapang yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dimulai. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam telah selesai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Sedangkan menurut PPKS (2003) sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah


(18)

menyediakan bibit yang asli dan jagur. Bibit kelapa sawit yang asli dan jagur merupakan jaminan untuk memperoleh kebun dengan produktivitas tinggi.

Tujuan Pembibitan

Bibit merupakan bahan yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam mengahadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting atau penanaman di lapangan (PPKS, 2003).

Bibit yang dihasilkan adalah bibit yang baik dan berkualitas diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Pengelolaan pembibitan diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) juga menyatakan bahwa pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi.

Persiapan Pembibitan

Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai meliputi keuntungan dan kerugian secara komprehensif. Keputusan untuk menggunakan sistem pembibitan akan membawa dampak pada vigor bibit yang akan dihasilkan dan biaya yang harus dikeluarkan. Kegiatan pembibitan memerlukan suatu persiapan atau perencanaan agar proses pembibitan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal. Beberapa perencanaan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembibitan seperti menurut Pahan (2010) :


(19)

1. Pemilihan lokasi

2. Penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan 3. Penyediaan bahan tanaman

4. Sistem pembibitan yang digunakan (pre nursery dan main nursery) 5. Penyediaan media dan wadah tanam (polibag)

6. Penentuan teknik budidaya dan manajemen pembibitan

Menurut Pahan (2010), lokasi pembibitan kelapa sawit harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Areal diusahakan memiliki topografi yang rata dan berada di tengah kebun 2. Dekat dengan sumber air

3. Drainase harus baik sehingga air hujan tidak akan tergenang

4. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan 5. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak dan manusia

6. Dekat dengan emplasemen sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih intensif.

Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan harus dapat dipastikan berasal dari pusat sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada saat ini bahan tanaman yang dianjurkan adalah Tenera yang merupakan hasil dari persilangan Dura x Pisifera (D x P). Bahan tanaman yang dihasilkan oleh PPKS merupakan hasil seleksi yang ketat dan telah teruji di berbagai lokasi, sehingga kualitasnya terjamin (PPKS, 2003).

Bahan tanaman kelapa sawit di pembibitan disediakan dalam bentuk kecambah (germinated seed). Untuk kerapatan tanam 143 pohon di lapangan diperlukan 200 kecambah/ha. Pemesanan kecambah sebaiknya dilakukan 3 - 6 bulan sebelum pembibitan dimulai. Persiapan lapangan agar disesuaikan dengan jadwal kedatangan kecambah (Pahan, 2010).


(20)

Sistem Pembibitan

Teknologi pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat berarti. Tahun 1963 pembibitan masih menggunakan bibit tanam

(field nursery). Kecambah ditanam dalam bak pasir selama satu bulan kemudian

ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan. Sistem ini sudah tidak digunakan lagi karena memiliki banyak kelemahan dan tidak efisien. Kemudian sistem pembibitan berkembang dengan menggunakan keranjang yang terbuat dari bambu atau pelepah kelapa sawit. Namun, kesukaran memperoleh bambu dan pelepah serta keranjang yang cepat rusak menjadi kendala baru, sehingga sejak tahun 1965 keranjang diganti dengan kantong plastik hitam (black polythene). Setelah ditemukannya plastik tersebut mulai muncul dua sistem pembibitan kelapa sawit yakni sistem pembibitan langsung di lapangan dan sistem tidak langsung, yaitu pre nursery dan main nursery (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Pre nursery

Pre nursery atau pembibitan awal dapat dilakukan pada

bedengan-bedengan yang tanahnya ditinggikan sampai mencapai 35 cm atau bibit di tanam dalam polibag kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan (Sastrosayono, 2008). Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan kantong plastik berukuran kecil, sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan menjadi banyak. Areal pembibitan dipilih lahan yang rata dan datar (tidak miring), berdrainase lancar, dekat dengan sumber air, tetapi tidak rawan banjir (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Pada pre nursery bibit ditanam dan disusun rapat sampai berumur 3 - 4 bulan. Dalam waktu 3 - 4 bulan pertama dari pertumbuhan bibit diperlukan naungan agar intensitas cahaya yang diterima bibit sekitar 40% (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Bibit ditanam pada kantong plastik kecil berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0.07 mm. Tanah yang diisikan adalah tanah atas (top soil) yang disaring. Kecambah yang ditanam dengan plumula menghadap keatas dan radikula ke bawah sedalam 2 - 3 cm. Pembibitan awal merupakan tahap yang menentukan keberhasilan dalam


(21)

pengelolaan bahan tanaman selanjutnya (PPKS, 2003). Pemeliharaan bibit di pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit (Pahan, 2010). Setelah pembibitan awal bibit dipindahkan ke pembibitan utama (main nursery).

Main nursery

Pada pembibitan utama (main nursery) bibit dari pembibitan awal dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar berukuran 40 x 50 cm pada umur sekitar empat bulan (Sastrosayono, 2008). Pelaksanaan transplanting dari pembibitan awal ke pembibitan utama merupakan tahap krusial dan memerlukan perhatian yang lebih (PPKS, 2003). Pada main nursery bibit diletakkan dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm atau dalam 1 ha berisi sebanyak 12 000 bibit. Pemeliharaan bibit di pembibitan utama hampir sama dengan pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit (Pahan, 2010).


(22)

10

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Metode yang dilakukan adalah melakukan praktik kerja langsung di lapangan dengan turut bekerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan atas izin perusahaan seperti menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu, kemudian bertindak sebagai pendamping mandor pada tiga minggu berikutnya dan sebagai pendamping asisten pada enam minggu berikutnya, serta melakukan pengamatan dan diskusi. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan data-data di perkebunan berupa laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip-arsip kebun lainnya.

Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Kegiatan yang berlangsung tiap harinya dituliskan dalam jurnal harian selaku KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten. Data pengamatan lapangan difokuskan pada kegiatan pengelolaan pembibitan yaitu pada kegiatan pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Beberapa pengamatan langsung yang dikumpulkan penulis sebagai data primer seperti :

1. Pengamatan terhadap jumlah bibit yang mati (Daya tumbuh bibit).

Data ini akan digunakan untuk mengetahui daya tumbuh varietas dari kecambah yang digunakan. Dengan demikian, dapat diketahui kualitas


(23)

dari kecambah itu sendiri serta upaya-upaya perbaikan dalam menekan angka kematian kecambah tersebut.

2. Pengamatan tinggi, diameter batang dan jumlah pelepah daun untuk bibit

di pre nursery.

Data tersebut akan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit pada umur bibit tanaman yang berbeda. tiap pembibit itu diamati 20 tanaman contoh untuk setiap bedeng.

Tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah pelepah diukur setelah tanaman berumur 1 minggu dan dilakukan setiap 1 minggu sekali. Tinggi tanaman dengan menggunakan mistar dari pangkal batang hingga ujung daun yang tertinggi dan telah diluruskan. Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong sekitar 1 cm dari permukaan tanah dengan cara mengukur dua sisi batang yang berlawanan, nilainya dijumlahkan lalu dirata-ratakan. Pelepah daun yang dihitung hanya daun yang berwarna hijau dan telah membuka sempurna. Tanaman yang diukur adalah tanaman sampel. Pengukuran dilakukan dari 2 MST hingga tanaman berumur 10 MST.

3. Pengamatan terhadap seluruh kegiatan teknis di lapangan.

Pengamatan ini akan dilakukan secara langsung untuk mengetahui kegiatan teknis di lapangan dan dibandingkan dengan standar dan literatur yang ada, kemudian akan dianalisis secara deskriptif.

Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data di perkebunan seperti laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan, serta arsip kebun. Kondisi dan kegiatan umum di perkebunan memerlukan data seperti : peta kebun, curah hujan, kondisi lahan dan tanaman, produksi dan produktivitas kebun, struktur organisasi dan lain-lain. Sementara untuk yang berhubungan dengan aspek khusus pengelolaan pembibitan diperlukan data sekunder seperti : kondisi lahan pembibitan, kondisi bibit, umur bibit tanaman pada setiap blok areal pembibitan, hasil pekerjaan, serta data atau informasi lain yang diperlukan. Data tersebut dibutuhkan untuk menganalisis beberapa kegiatan di pembibitan, secara deskriptif dan dibandingkan dengan sumber pustaka yang baku.


(24)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Pada awal lahirnya PT. Socfin Indonesia bernama PT. Socfin Medan S. A.

(Societe Financiere des Caoutchoucs Medan Societe’ Anonyme) yang didirikan

pada tahun 1930 berdasarkan akta notaris William Leo No. 45 tanggal 7 Desember 1930. Berdasarkan akta notaris tersebut. PT. Socfin S. A adalah perusahaan yang berkedudukan di Medan dan mengelola perkebunan di daerah Sumatera Utara, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur.

PT. Socfin Indonesia berdasarkan akta pendiriannya disebutkan bahwa perusahaan tersebut berkedudukan di Sumatera Utara, bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet.

Letak Geografis Kebun

Kebun Bangun Bandar terletak di kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera Utara. Topografi lahan datar hingga bergelombang dengan ketinggian 0 - 50 m di atas permukaan laut. Peta letak administrasi kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebelah utara lokasi kebun Bangun Bandar berbatasan dengan kota Dolok Masihul, di sebelah selatan berbatasan dengan kampung Bukit Cermin, sebelah timur berbatasan dengan Kampung Bantan dan sebelah barat berbatasan dengan kebun Silau Dunia.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Bangun Bandar mempunyai lahan 4 649.00 ha dengan luas areal hak guna usaha (HGU) 4 560.62 ha dan non HGU 88.38 ha. Dari areal HGU tersebut, lahan yang telah ditanami kelapa sawit hanya sekitar 3 335.64 ha dan tanaman karet sekitar 1 224.98 ha. Hal ini disebabkan karena adanya areal yang dijadikan sebagai sarana dan prasarana seluas 88.38 ha. Luas areal terdiri dari TM 2 160.4 ha, TBM 897.49 ha, TB 277.75 ha dan sarana 88.38 ha (Kantor Bangun Bandar, 2012).


(25)

Jenis Tanaman dan Lokasi Kebun

PT. Socfindo memiliki 16 kebun yang terdiri atas 11 perkebunan kelapa sawit dan 5 (lima) perkebunan karet. Perkebunan-perkebunan ini terletak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebanyak 4 kebun dan di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 12 kebun. Jenis tanaman dan lokasi kebun yang diusahakan PT. Socfindo dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis tanaman dan lokasi kebun yang diusahakan PT. Socfindo

Komoditi Grup Provinsi Kabupaten Kebun

Kelapa Sawit 1. NAD Aceh Barat Seunagan

Aceh Barat Seumanyam Aceh Singkil Lae Butar Aceh Timur Sei Liput Kelapa Sawit 2. Sumatera Utara Batubara Tanah gambus

Serdang Bedagai B. Bandar Serdang bedagai PSBB Serdang Bedagai Mata Pao Kelapa Sawit 3. Sumatera Utara Asahan Aek Loba

Labuhan Batu Negeri Lama

Asahan Padang pulo

Karet Sumatera Utara Batu Bara Lima Puluh

Serdang Bedagai Tanah Besih

Serdang Bedagai T. Maria

Labuhan Batu Aek Pamienke Labuhan batu Halimbe Sumber : Bagian Tanaman PT. Socfindo,2012

Kebun Bangun Bandar dibagi menjadi divisi areal pertanaman dengan variasi tahun tanam 1984 sampai tahun 2012 rincian Divisi I, Divisi II, Divisi III dan Divisi IV dengan rata-rata umur tanaman 8.24 tahun, 10.86 tahun, 9.91 tahun dan 4.46 tahun. Total luas areal Divisi I, II, III dan IV berdasarkan data dari Bagian Tanaman per Januari 2012 berturut-turut adalah 1 068.94 ha, 922.44 ha, 835.33 ha, 508.93 ha dan 1224.98 ha karet. Total luas areal tanaman yang belum menghasilkan (immature planting) 897.49 ha dan tanaman menghasilkan (mature

planting) 2 160.4 ha dan luas tanaman baru 277.75 ha. Pada Divisi I terdapat


(26)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Bangun Bandar PT. Socfindo adalah varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera, yang seluruhnya berasal dari Tenera Socfindo. Pola tanam yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit di Bangun Bandar adalah pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam yang digunakan adalah 9.0 m x 9.0 m x 9.0 m dengan jarak antar barisan 7.8 m sehingga populasi per hektarnya 143 pokok. Produksi kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 2.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi tanah yang ada di kebun kelapa sawit Bangun Bandar didominasi oleh tanah aluvial dan podzolik merah kuning (PMK) 60%-70% dan sebagian kecil tanah gambut. Ciri-ciri tanah aluvial mempunyai tekstur pasir dan debu kurang dari 40 %. Tanah PMK berasal dari tanah podzolik coklat yang mengalami sedikit perubahan pengaruh podzolosasi. Warna dominan merah dan kuning disebabkan oleh besi yang dioksidasi dan dihidrasikan.

Daerah ini termasuk beriklim sangat basah dan mempunyai kisaran suhu 24oC- 28oC. Rata-rata curah hujan dan rata-rata hari hujan selama sepuluh tahun (2001 - 2011), yaitu 2 285.6 mm dan 139.1 hari hujan dengan 60.3% nilai Q. Daerah ini mempunyai tipe iklim A menurut Schmidth dan Ferguson (Anonim, 2011). Data curah hujan tahun 2001-2011 dapat dilihat pada Lampiran 3.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Bangun Bandar dipimpin oleh pengurus yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perkebunan yaitu pengelolaan dan perkembangan kebun secara efektif dan profesional sesuai ketentuan PT. Socfin Indonesia. Saat menjalankan tugasnya, pengurus dibantu oleh seorang senior asisten (asisten kepala) yang membawahi lima orang asisten. Dalam bidang administrasi pengurus dibantu oleh kepala tata usaha (KTU) dan beberapa karyawan bulanan. Dalam


(27)

bidang pengelolaan pabrik, pengurus dibantu oleh dua orang tekniker yang bertugas mengawasi kegiatan yang ada di pabrik pengolahan kelapa sawit. Pengurus juga di bantu oleh mantri recolte dan mantri tanaman yang masing-masing bertugas mengawasi kegiatan kualitas potong buah di setiap divisi dan mengkoordinir kegiatan mantri bibitan, mantri hama dan penyakit dan mantri sensus. Setiap asisten mengelola satu divisi dan bertanggung jawab mengelola seluruh aset perusahaan tingkat divisi. Saat kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja, asisten dibantu oleh dua orang mandor yaitu mandor panen dan mandor perawatan. Di bidang administrasi asisten dibantu oleh krani divisi.

Kebun Bangun Bandar memiliki tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang bervariasi mulai dari lulusan sekolah dasar sampai lulusan perguruan tinggi. Jumlah staf di kebun Bangun Bandar 1 April 2012 sebanyak 711 orang. Berdasarkan data dari kantor pengurus kebun Bangun Bandar, baik pria maupun wanita dari seluruh divisi, pabrik dan kantor pengurus di kebun Bangun Bandar dengan perincian jumlah tenaga kerja Divisi I sebanyak 203 orang. Divisi II sebanyak 138 orang, Divisi III sebanyak 136 orang dan Divisi IV sebanyak 70 orang. Upah yang diberikan kepada setiap karyawan di kebun Bangun Bandar diatur oleh bagian keuangan berdasarkan besarnya upah minimal rata-rata regional (UMR) yang telah ditentukan oleh bagian keuangan di kantor besar PT. Socfindo atas dasar Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara badan kerja sama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS) dengan Pengurus Pusat Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia(PP. SP. PP-SPSI) sesuai dengan undang-undang No. 21 Tahun 1954. Upah yang diberikan terdiri atas upah tetap, premi, tunjangan kesehatan, dan beras. Sedangkan gaji untuk para staf sepenuhnya diatur oleh Bagian Keuangan di Kantor Besar PT. Socfindo. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 4.


(28)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan teknis lapangan yang dilakukan penulis sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor serta sebagai pendamping asisten adalah mengikuti dan melakukan beberapa kegiatan di divisi dan di kebun pembibitan. Kegiatan yang dilakukan di divisi meliputi kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan pemeliharaan seperti : Pemupukan, Penunasan (Pruning), pengendalian gulma, sensus hama (ulat), pengendalian hama, sensus buah dan pemanenan. Selama di kebun pembibitan, penulis melakukan kegiatan seperti penanaman kecambah, pemeliharaan, pengangkutan pembibitan awal atau pre

nursery (PN) yang secara khusus dijual dan kegiatan pemindahan pembibitan

utama ke lahan.

Pembibitan

Kegiatan yang ada di pembibitan awal seperti : penanaman kecambah, konsolidasi, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta seleksi bibit, sedangkan kegiatan yang ada di pembibitan utama seperti : persiapan dan pengolahan tanah, pembuatan instalasi penyiraman, pemancangan (pengajiran), pengisian tanah ke polibag, pelangsiran polibag, pembuatan lubang tanam pada polibag, penanaman bibit, penyiraman, pengendalian gulma (penyiangan), pemberian mulsa, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta persiapan bibit untuk transplanting ke lapangan.

Pada umumnya, kondisi dan kegiatan teknis yang diterapkan pada kebun pembibitan PT. Socfindo ini dilaksanakan sesuai dengan standar atau norma-norma yang berlaku. Akan tetapi, masih terdapat beberapa perbedaan dan penyimpangan dalam pelaksanaannya guna untuk mengejar target dalam melaksanakan pekerjaan. Perbedaan dan penyimpangan yang terjadi dapat mengakibatkan permasalahan dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut.


(29)

Pemilihan lokasi kebun. Areal kebun pembibitan pre nursery dan main

nursery kebun Bangun Bandar PT. Socfindo dipilih suatu tempat yang terletak di

pusat areal (strategis). Areal yang rata dan terbuka namun tidak akan terkena banjir dan erosi. Lokasi untuk bibitan dipilih lokasi yang dekat dengan sumber air yang permanen untuk penyiraman dan aman dari gangguan binatang liar.

Bahan tanam. Unit produksi kecambah kelapa sawit sebagai bahan tanaman di produksi oleh Pusat Seleksi Bangun Bandar (PSBB) yang berlokasi di kebun Bangun Bandar, kecamatan Dolok Masihul, kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dibawah pengawasan langsung bagian tanaman yang bekerjasama dengan konsultan dari CIRAD CP (Centre de Cooperation International en Recherche Agronomique pour le Development Departement des

Cultures Perennes) dari Perancis.

PT. Socfindo hanya melepas 2 (dua) varietas bahan tanaman kelapa sawit unggul yaitu DxP Unggul Socfindo(L) dan DxP Unggul Socfindo(Y) yang sudah

terdaftar dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia, sesuai surat keputusan Menteri Pertanian RI No. 440/KPTS/LB.320/7/2004. Dalam memproduksi kedua varietas tersebut PT. Socfindo menggunakan sistem kategori. Pengelompokan berdasar kategori ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan fenotype (penampilan fisik) yang sama dan pertumbuhan tinggi yang relatif homogen. Pada saat pelaksanaan magang, penulis hanya diperbolehkan melakukan kegiatan magang di lapangan, tidak diperbolehkan untuk mengetahui informasi tentang pembuatan bahan tanam di PSBB.


(30)

Pemberian naungan. Pemberian naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah bibit kelapa sawit terhadap sinar matahari secara langsung serta untuk menghindari terbongkarnya tanah di polibagakibat terpaan air hujan. Sinar matahari langsung dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada kecambah muda tersebut. Naungan di pembibitan awal merupakan naungan yang bersifat permanen terbuat dari paranet dengan ketinggian ± 2 m dari tanah dengan naungan 30 % serta merupakan areal yang sudah dibersihkan dari gulma.

Penanaman kecambah. Pembibitan pre nursery ini hanya dikhususkan untuk bibit yang dijual. Saat pelaksanaan penanaman kecambah, pekerja harus dapat membedakan antara bakal daun (plumula) dan bakal akar (radikula). Bakal daun (plumula) ditandai dengan bentuknya yang agak menajam dan berwarna kuning muda, sedangkan bakal akar (radikula) berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning terang dari bakal daun. Pada saat penanaman juga harus memperhatikan posisi dan arah kecambah, plumula menghadap ke atas dan radikula menghadap ke bawah. Proses penanaman harus dilakukan dengan hati-hati dikarenakan bakal daun dan bakal akar mudah patah. Di lapangan masih ditemukan beberapa kecambah dengan bakal daun atau bakal akar yang patah serta kesalahan dalam penanaman. Hal ini tentunya akan merugikan pihak perusahaan. Biasanya untuk penanaman 5 000 kecambah dilakukan oleh 4 HK. Pada saat penanaman kecambah, penulis mendapat prestasi kerja menanam 500 kecambah dari 5 000 kecambah. Jumlah penanaman kecambah akan banyak jika permintaan banyak.

Gambar 2. a) Posisi kecambah/polibag , b). Penanaman kecambah

Seleksi bibit pre nursery dan main nursery. Kegiatan seleksi sangat terealisasi dengan baik. Kegiatan ini dilakukan oleh 2 orang pekerja. Seleksi dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi (memusnahkan) semua


(31)

bibit yang abnormal dan mempertahankan bibit yang benar-benar sehat, normal dan bermutu baik. Oleh karena itu, seleksi harus dilakukan secara ketat dan hati-hati agar memperoleh bibit yang terbaik untuk ditanam di lapangan, serta dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih dan berpengalaman. Setelah dilakukan penyeleksian bibit, selanjutnya dilakukan pemusnahan bibit abnormal oleh audit dengan cara di cincang secara satu per satu. Waktu pemusnahan dilakukan secara bersama-sama setiap sebulan sekali. Seleksi di pre nursery dilakukan pada 2 (dua) tahap yaitu pada saat umur 4 MST - 6 MST dan sebelum pengangkutan bibit. Bibit yang biasanya terdapat pada saat penyeleksian antara lain: daun yang berputar (Twisted leaf), daun sempit seperti rumput (grass leaf), daun berkerut

(Crinkle leaf) dan bibit terkena penyakit seperti Curvularia. Apabila dijumpai

bibit pre nursery abnormal yang disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan maka bibit harus dipisahkan hingga audit datang untuk dilakukannya pemusnahan.

Seleksi pada main nursery dilakukan dalam 4 (empat) tahap yaitu pada saat umur 4 bulan, 6 bulan, 8 bulan dan sesaat bibit akan ditransplanting ke lapangan. Pada saat magang, penulis mengikuti seleksi pada tanaman berumur 8 bulan dan pada saat bibit akan dipindahkan ke lapangan. Pada saat main nusery, penulis mengikuti audit untuk menghitung banyaknya bibit yang diseleksi dan dicincang secara satu per satu, hanya bibit yang kerdil dan bibit pelepah tegak yang mendominasi pada saat seleksi di kebun pembibitan main nursery. Data program pembibitan main nursery dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penyiraman. Penyiraman pre nursery dilakukan secara manual dengan kebutuhan tenaga kerja 2 orang untuk seluruh bibit ± 100 000 bibit. Bibit di siram dengan menggunakan selang, sumber air diperoleh dari sungai yang berada di dekat lokasi pembibitan. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari (07.00 – 10.00) dan sore hari (16.00 - 18.00) terkecuali jika hari hujan dengan curahan hujan minimal 10 mm/hari. Untuk itu, di areal pembibitan harus dipasang tabung penakar hujan.

Penyiraman main nursery juga dilakukan berdasarkan curah hujan harian yang diukur dengan alat pengukur hujan. Jika curah hujan di kebun lebih dari 10 mm/hari maka penyiraman pada hari tersebut ditiadakan. Penyiraman main


(32)

nursery dilakukan 2 kali dalam sehari menggunakan sprinkle dengan ketinggian 1.5 m dan jarak jangkau 12 m.

Gambar 3. a). Penyiraman pada pre nursery, b). Penyiraman pada main nursery

Pemupukan. Pemberian pupuk urea dan pupuk majemuk dalam bentuk larutan dilakukan setelah bibit berumur 1 bulan dengan interval waktu setiap minggu (Tabel 2). Minggu ganjil menggunakan pupuk urea dan minggu genap menggunakan pupuk majemuk dengan konsentrasi 0.2% (2 g/l air). Cara pemupukan yaitu pupuk dilarutkan dalam gembor, 10 g Urea atau 10 g pupuk majemuk dalam 5 liter air (1 gembor) untuk 1 000 bibit. Selanjutnya, setiap 2 minggu sekali dilakukan pemupukan Bayfolan yang berfungsi untuk penghijauan daun, konsentrasi yang biasanya digunakan adalah 30 cc/15 L. Umumnya pekerja dapat melakukan pemupukan 10 000 bibit/HK. Pada saat magang, prestasi kegiatan pemupukan Urea yang didapat penulis adalah 2 000 bibit yang dilakukan untuk bibit berumur 2 bulan.

Tabel 2. Standar pemupukan di bibitan awal kelapa sawit PT. Socfindo

Umur Konsentrasi & Jenis Pupuk Volume Rotasi Minggu

Ganjil

Minggu Genap

Siraman Penyiraman

1 – 3 Bulan 0.2% Urea 0.2% NPK 50 cc larutan/ pokok

disiramkan ke tanah dalam polibag

1 x seminggu

Sumber : Socfindo, 2012

Penyiangan gulma. Pembibitan harus dijaga bebas dari gulma. Penyiangan dilaksanakan 2 minggu sekali dengan 4 orang pekerja yang dilakukan


(33)

secara manual, termasuk pekerjaan penambahan tanah dalam kantong bagi bibit-bibit yang terbuka dasar bonggol akarnya. Pada saat di lapang, penyiangan gulma dalam kantong dan pada areal pembibitan pre nursery biasanya dilakukan tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan, jika terdapat waktu kosong sering kali waktu pekerjaan dihabiskan untuk penyiangan gulma. Umumnya, 1 HK dapat menyiangi 4 000 bibit. Selama periode itu, hanya diperlukan maksimal 4 orang karyawan untuk menyelesaikan program penyiangan.

Penyiangan pada pembibitan main nursery dapat menyiangi 2 000 bibit/HK dengan rotasi 2 kali per bulan. Penyiangan di dalam kantong dimaksudkan untuk mencabut rumput-rumput yang ada di dalam kantong. Gulma yang tumbuh diluar polibag dapat disemprot menggunakan herbisida dan penyemprotan harus lebih rendah dari permukaan polibag. Pada saat magang dilaksanakan, semua penyiangan gulma di pembibitan dilaksanakan secara manual.

Pengendalian Hama dan Penyakit. Pengendalian hama dan penyakit tanaman kebun PT. Socfindo bertindak preventif, hal ini untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit yang berat. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan cara kimia yaitu dengan menyemprot bibit setiap 2 minggu sekali. Walaupun demikian, pemeriksaan terhadap bibit dilakukan setiap hari untuk mengetahui ada atau tidak serangan hama dan penyakit. Saat ini konsentrasi yang digunakan oleh pembibitan kebun Bangun Bandar PT. Socfindo adalah Decis 2 cc/liter dan Dithane 2 g/liter yang diaplikasikan secara bersamaan. Dalam pelaksanaannya pekerja menggunakan knapsack sprayer yang mampu menampung air hingga 15 liter. Decis dan Dithane yang dibutuhkan untuk satu

knapsack sprayer (15 L) adalah 30 cc. Umumnya, prestasi kerja pengendalian

hama dan penyakit pre nursery yang dihasilkan adalah 10 000 bibit/HK, sedangkan pada main nursery 2 000 bibit/HK. Pada saat kegiatan ini, penulis memperoleh prestasi kerja menyemprot 2 000 bibit/HK pre nursery dan 100 bibit/HK main nursery.


(34)

Peremajaan Tanaman

Peremajaan (Replanting) adalah menggantikan tanaman tua yang sudah tidak produktif dan tidak menguntungkan lagi dengan tanaman baru yang mudah dikelola dan memberikan keuntungan yang setinggi-tingginya. Peremajaan merupakan salah satu tindakan manajemen untuk mempertahankan rata-rata umur tanaman tetap optimal bagi perusahaan. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan peremajaan tanaman kelapa sawit yaitu kerapatan (density) tanaman sudah sangat jarang, kerapatan tanaman per hektar sekitar 80 - 90 tanaman terutama oleh serangan penyakit Ganoderma boninense, tanaman kelapa sawit sudah terlalu tinggi sehingga menyulitkan pemanen untuk mengambil buah karena harus menggunakan galah bambu yang panjang (± 15 m), sehingga mudah patah dan menyebabkan terhambatnya pekerjaan pemanenan dan umur tanaman kelapa sawit yang sudah melewati umur ekonomis untuk berproduksi (8 - 25 tahun), namun apabila kerapatan tanaman masih bagus, tanaman yang telah berusia diatas 25 tahun masih tetap dipertahankan dan dipanen walaupun jumlah buah dan berat janjang rata-rata per hektar sudah berkurang.

Program peremajaan tahun 2012 yang dilakukan di kebun Bangun Bandar meliputi Divisi I Blok 48 (61.36 ha), Blok 52 (34.75 ha), Blok 53 (25.42 ha) dan Blok 54 (35.23 ha) dengan tahun tanam 1985, sedangkan Divisi III Blok 12 (50.82 ha) dan Divisi IV Blok 2 (16.87 ha) serta Blok 22 (53.30 ha). Hampir seluruh kegiatan peremajaan seperti ripping (cakar), cangkul, tumbang pokok, ciping

(cincang), dipancang dan pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cara mekanis, yaitu dengan menggunakan bulldozer dan excavator.

Penanaman bibit di lapangan dilakukan setelah lubang tanam dipersiapkan 3 bulan – 6 bulan sebelum tanam. Cara tanamnya ialah sebagai berikut: 1) bibit di ecer sesuai dengan jumlah lubang tanam yang tersedia, 2) bibit diletakkan disebelah lubang tanam, 3) lubang tanam dibersihkan dahulu dari kacangan dan rumput lain, 4) lubang tanam ditimbuni sepertiganya (agar daun pertama tanaman sejajar dengan permukaan tanah dan tidak tertutupi tanah), 5) polibag dibuka lalu bibit dimasukkan ke lubang tanam, 6) pupuk rock phospat (RP) diberikan sebanyak 0.5 kg/pokok, dengan cara ditaburkan di sekeliling tanaman dan mengenai akar, 7). Arah barisan bibit disejajarkan agar lurus satu sama lain, 8)


(35)

lubang tanam ditimbun dan padatkan agar bibit tidak mudah goyang atau miring, 9) ditaburkan abu janjang disekeliling permukaan lubang tanam sebanyak 50 kg/pokok. Tenaga kerja yang digunakan adalah buruh harian lepas (BHL). Pada saat kegiatan penanaman, dilakukan oleh 15 orang karyawan untuk menanam 200 tanaman, sehingga tenaga kerja mendapatkan prestasi kerja 14 tanaman/HK. Pada saat kegiatan penanaman ini penulis berperan sebagai pendamping mandor.

Gambar 4. Penanaman bibit / Replanting

Penanaman legume cover crop (LCC)

Penanaman LCC sangat diperlukan untuk areal tanaman baru karena LCC ini memiliki fungsi yaitu memperbaiki sifat kimia tanah dengan mengikat nitrogen bebas (N2) dari udara kemudian melepaskan ke dalam tanah melalui bintil akar

dan mengurangi erosi sehingga dapat mengurangi kehilangan hara akibat pencucian, mengurangi penguapan air tanah sehingga kelembaban tanah dan kandungan air tanah akan dipertahankan, dapat menyimpan air dan mengurangi suhu tanah, mempercepat dekomposisi bahan organik di dalam tanah serta memperbaiki struktur tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Penanaman LCC dilakukan setelah pembuatan lubang tanam dengan menggunakan stek berumur 2 minggu dari pembibitan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan yang ditimbulkan oleh alat mekanis saat membuat lubang tanam kelapa sawit. LCC yang ditanam ialah jenis Mucuna bracteata (MB) dalam gawangan tanaman dengan tujuan agar rumpukan cepat tertutupi oleh kacangan. MB merupakan jenis kacangan berdaun lebar dan cepat menjalar sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan hama terutama Oryctes. Penanaman LCC ini


(36)

dilakukan searah baris tanaman sehingga tidak tumbuh di piringan karena akan menyulitkan pemeliharaan pokok yang akan datang. Kacangan ini ditanam 5 titik pada setiap antar pokok dalam barisan sehingga populasi kacangan tiap pokok ialah 5, maka dalam 1 ha terdapat 5 x 142 = 710 tanaman kacangan MB ditambah dengan 8% kematian sehingga didapat ±750 stek. Penanaman kacangan ini menggunakan tenaga anemer atau buruh harian lepas (BHL), dengan prestasi kerja 3 orang/ha. Pada saat pelaksanaan kegiatan ini, penulis berperan sebagai pendamping mandor.

Gambar 5. Penanaman LCC

Pemeliharaan Kacangan

Pemeliharaan tanaman penutup tanah dari famili Legume merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting karena dengan adanya tanaman kacangan ini maka keberadaan gulma dapat ditekan, tanaman tidak mengalami kompetisi yang berat dengan gulma dalam memperoleh hara dan air sehingga pertumbuhan tanaman dapat optimal. Jenis leguminosa yang dianjurkan di PT. Socfindo ialah

Mucuna bracteata (MB). Tujuan penanaman LCC ini selain dapat menekan

pertumbuhan gulma juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah, dengan jalan mengikat nitrogen bebas dari udara dan melepaskannya ke dalam tanah melalu bintil akar, mengurangi erosi, mempertahankan kelembaban tanah, serta dapat memperbaiki struktur tanah.

Pemeliharaan kacangan ini dilakukan 2 minggu sekali, dengan cara memurnikan kacangan ini dari gulma. Perawatan kacangan ini menggunakan tenaga anemer atau karyawan harian lepas (KHL), dengan prestasi kerja 3 orang/ha.


(37)

Gambar 6. Perawatan kacangan/ LCC

Pemupukan TBM

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak yang tertinggi dibandingkan dengan tanaman minyak yang lainnya sehingga tanaman ini sangat membutuhkan banyak unsur hara untuk dapat berproduksi. Dosis pemupukan yang dilakukan sesuai dengan hasil analisa daun dan analisa tanah. Pemupukan ini harus dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman, jika salah satu hara atau unsur tidak tersedia maka produksi tidak optimal. Pemupukan ini harus dilakukan teratur menurut rekomendasi pemupukan.

Penaburan pupuk harus merata dan tepat dosis karena produksi yang tinggi diperoleh dari tanaman yang utuh dan pertambahannya seragam sehingga produktivitasnya akan sama. Produksi per hektar yang tinggi dari suatu blok diperoleh dari partisipasi setiap pokok di blok tersebut.

Waktu aplikasi harus tepat waktu dan cara penaburan pupuk berbeda untuk setiap jenis pupuk. Pupuk borate ditabur merata dipinggiran pada jarak 20 cm dari pangkal pokok. Pupuk Rock Phospat (RP) ditaburkan papa pinggiran pokok. Pupuk NPK / Urea / Za / KCl / Dolomite dan abu janjang ditabur merata secara broadcast. Pelaksanaan pemupukan harus benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi kehilangan pupuk akibat pencurian, pemupukan yang asal cepat tanpa menggunakan cara kerja yang benar akan mengakibatkan hasil yang tidak baik.

Pupuk tunggal yang akan diaplikasikan di lapangan dilakukan penguntilan dahulu di pabrik dengan satu untilan beratnya 15 kg dan penaburan di lapangan menggunakan takaran. Pupuk yang diuntil tersebut bermaksud agar karyawan tidak keberatan dan mencegah adanya pencurian pupuk. Takaran yang digunakan sebanding dengan besarnya dosis per pokok, Jenis dan dosis pupuk tertulis dalam


(38)

setiap takaran. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk tidak mengganti takaran masing-masing pupuk karena antar takaran pupuk satu dengan yang lainnya akan sangat berbeda dosisnya. Penguntilan ini dilakukan sehari sebelum pelaksanaan pemupukan dimulai dan untilan pupuk ini diharapkan tidak terlalu lama dari waktu aplikasi karena pupuk dapat rusak dan menguap.

Tenaga pemupuk yang ada di kebun Bangun Bandar disatukan dalam satu unit pemupuk dan dikepalai oleh dua orang mandor, pada setiap divisi sudah di pilih tenaga kerja yang terampil dan dipercayai dalam memupuk sehingga kualitas pemupukan dapat selalu terjaga. Kebutuhan tenaga pemupuk ini dengan norma 4 ha/HK. Prestasi magang dalam pemupukan adalah 15 kg Urea dengan takaran dosis 1.5 kg/pokok dan 15 kg KCl dengan menggunakan takaran dosis 1.3 kg/pokok.

Saat pengaplikasian di lapangan harus sesuai dengan jadwal dan memenuhi kriteria kondisi di lapangan seperti piringan harus bersih, tidak tergenang air dan waktu aplikasi yang tepat sangat dianjurkan yaitu apabila tanah dalam keadaan lembab atau terjadi hujan sehari sebelum pemupukan. Pelaksanaan pemupukan ialah sebagai berikut, pupuk yang telah diuntil di pabrik diangkut ke lapangan kemudian di ecer di lapangan sesuai dengan jumlah pokok yang ada per pasar rintis, setelah itu karyawan mengambil untilan tersebut lalu diaplikasikan. Pemupukan dimulai dari pasar tengah menuju ke arah luar barisan (Utara-Selatan). Hal ini bertujuan agar pemupukan yang dilakukan dosisnya merata pada setiap pokok artinya pokok di bagian pasar tengah mendapatkan dosis yang sama dengan pokok yang berada di tepi jalan. Jika dimulai dari tepi jalan, pupuk yang di langsir akan habis sebelum sampai ke pasar tengah dan biasanya pekerja malas untuk mengambil pupuk yang berada di tepi jalan sehingga dosis pada pokok terakhir akan sangat sedikit. Untuk kualitas hasil yang maksimal maka diperlukan pengawasan mandor di pasar tengah dan di pinggir jalan.

Permintaan pupuk di divisi dan permintaan pengangkutan serta kebutuhan tenaga pemupuk harus sudah disampaikan ke kantor pengurus (ADM), minimal sehari sebelum pelaksanaan pemupukan. Rekomendasi pemupukan dapat dilihat pada Lampiran 6.


(39)

Pengendalian gulma secara kimiawi

Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit berfungsi sebagai sanitasi, memudahkan taksasi dan panen. Gulma yang dominan tumbuh di areal perkebunan kebun Bangun Bandar PT. Socfindo diantaranya Ottocholoa nodosa,

Teki-tekian, Eleusine indica. Kegiatan yang termasuk dalam pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan dua alat yaitu knapsack sprayer (TBM)

dan Micronherby (TM). Rotasi pengendalian semprot knapsack sprayer yang

digunakanuntuk menyemprot gawangan dan piringan TBM berumur N1, N2, N3 dilakukan setiap sebulan sekali dan N4 setiap 2 (dua) bulan sekali. Gulma yang dominan adalah jenis gulma rumput-rumputan dan teki-tekian, maka untuk pengendaliannya menggunakan herbisida sistemik dengan merek dagang Gulmaron 80 WP dengan bahan aktif diuron. Pada saat di gudang, herbisida sudah dicampur air dengan perbandingan 30 g : 200 cc air per tangki, sedangkan Round up juga dilakukan pengenceran dengan perbandingan Round up : air adalah 100 cc : 100 cc air. Hal ini ditujukan untuk mencegah penyimpangan dari orang yang tidak bertanggung jawab terhadap penggunaan Gulmaron dan Round up yang digunakan.

Teknis kegiatan semprot gawangan dan piringan Knapsack sprayer

dimulai dari pengambilan pestisida yang telah dicampur di gudang divisi oleh mandor dan pembantu kantor (opas). Kegiatan semprot gawangan ini dilakukan oleh 7 (tujuh) orang, dengan rincian 1 orang membawa tempat air untuk pelarut dan 6 orang lainnya bertugas sebagai penyemprot gawangan. Prestasi kerja untuk perawatan adalah 2.5 ha/HK. Teknik penyemprotannya dimulai dari gulma yang ada di pinggir parit, jalan, dan seluruh gulma yang ada di gawangan. Air yang digunakan adalah air yang berada di dalam parit. Kegiatan ini akan disurvey ulang oleh asisten pada waktu seminggu setelah penyemprotan, jika masih terdapat sisa rumput yang belum mengalami kematian akan dibersihkan secara manual oleh pekerja BHL yang bertugas membersihkan piringan.

Semprot micronherby adalah menyemprot piringan dan rintis yang dilakukan setiap dua bulan sekali pada tanaman menghasilkan (TM) yang berumur N5 keatas. Teknis kegiatan micronherby yang diikuti penulis merupakan kegiatan penyemprotan pada Divisi II yang dilakukan untuk pengendalian gulma


(40)

yang ada pada piringan dan rintis. Perbedaan yang dilakukan pada penyemprotan piringan dan rintis dengan menggunakan knapsack sprayer adalah pengendalian

micronherby ini hanya digunakan pada tanaman yang berumur 6 tahun atau N5

keatas. Hal ini dilakukan karena aplikasi ini menggunakan alat dinamo yang berukuran besar, sehingga tidak dilakukan pada tanaman yang masih kecil atau pendek. Jika dilakukan pada priringan pokok yang pendek akan mengenai pokok tanaman itu sendiri sehingga menyebabkan kematian.

Pengendalian gulma pada piringan dan rintis menggunakan herbisida sistemik merek dagang Round Up dengan bahan aktif glifosat. Dosis yang adalah 350 cc/ha dengan konsentrasi 3.5 ml/liter air untuk setiap divisi. Setiap 1 tangki hanya berisi 10 L air dengan 350 cc Round Up dan dapat menyemprot 143 pokok. Norma setiap pekerja adalah 4 ha/HK dengan premi tetap Rp. 4 000. Pekerja akan mendapatkan premi Rp. 8 000/ha jika dapat melebihi standar kerja, sehingga pada saat di lapang mandor menetapkan setiap pekerja harus mendapatkan 6 ha/HK. Kendala pada penyemprotan ini adalah alat semprot yang sangat rentan rusak seperti baterai dan nozel dynamo.

Gambar 7. a) Aplikasi micronherby ,b).APD semprot knapsack sprayer

Penyemprotan Apogonia

Semprot Apogonia merupakan pengendalian hama sejenis kumbang malam. Semprot Apogonia bertujuan untuk pencegahan hama yang dapat merusak daun. Penyemprotan ini dilakukan dengan rotasi 2 (dua) kali dalam sebulan. Insektisida yang digunakan adalah Santador 25 EC yang berbahan aktif Lamna

sihalotrin dengan konsentrasi 25 g/L. Dosis yang digunakan untuk aplikasi ini


(41)

yaitu Agrestik yang bertujuan sebagai perekat. Penambahan perekat ini dilakukan agar penyemprotan yang dilakukan sesudah turunnya hujan dapat efektif. Dosis yang digunakan untuk penambahan perekat ini sebesar 10 cc/ha (2 tangki).

Aplikasi kegiatan semprot Apogonia ini dilakukan pada tanaman tahun tanam 2011 dan dilakukan pada sore hari, dikarenakan hama ini mulai muncul atau menyerang tanaman pada awal malam hari dengan penyemprotan pada seluruh daun terutama pada daun yang belum terserang oleh hama ini. Tanaman yang disemprot biasanya adalah tanaman yang berada pada pinggir jalan utama, tanaman yang dekat dengan tanaman tua. Pada kegiatan ini tanaman yang disemprot adalah tanaman 5 baris pokok pada seluruh tanaman yang berada di dekat pasar utama. Jumlah tenaga kerja untuk kegitan ini sebanyak 6 (enam) orang dengan 1 orang pengisi air. Tenaga kerja ini mempunyai prestasi kerja 6 tangki/HK untuk pengendalian hama Oryctes dan Apogonia. Rotasi penyemprotan hama Oryctes adalah seminggu sekali, sedangkan penyemprotan hama Apogonia

adalah 2 (dua) minggu sekali. Jika sudah masuk rotasi untuk pelaksanaan kegiatan ini, setiap pekerja memisahkan 2 tangki untuk aplikasi semprot Apogonia. Prestasi kerja yang didapatkan adalah 1 ha/orang. Pada saat kegiatan ini dilakukan, penulis berperan sebagai pendamping asisten.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit sangat perlu mendapat perhatian agar tanaman dapat tumbuh dan dapat berproduksi secara optimal. Hama yang sering menyerang adalah ulat api, ulat kantong, ulat callietra

dan kumbang, sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di kebun Bangun Bandar ialah Ganoderma.

Hama ulat yang sering menyerang kelapa sawit adalah dari ordo lepidoptera antara lain adalah ulat api yang terdiri dari jenis Setora nitens, Thosea asigna, Thosea vetusta, Thosea bisura, Darna trimadan Ploneta deducta.

Sedangkan ulat kantong yang banyak menyerang adalah dari jenis Mahasena


(42)

Serangan ulat dapat diketahui berkat adanya monitoring secara berkala dan terus menerus terhadap perkembangan ulat api dan ulat lainnya yang terdapat di lapangan dengan cara menyensus kerapatannya per pelepah daun. Hasil sensus ini harus dapat memberikan informasi mengenai tingkat serangan, luas serangan dan jenis hama yang menyerang. Klasifikasi tingkat rata-rata ulat/pelapah daun dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Klasifikasi tingkat serangan ulat daun

Kelas serang an

Ulat api Ulat kantong

S. nitens B. bisura D. trima M. corbetti M. Plana C. Pendula

S. asgna P. diducta P. bradleyi

C. horsfieldii B. chara

D. inclusa S. malayana

A. Phidippus T.monolonch

a

A. rafflesi T. vetusta

TB M

TM TB M

TM TBM TM TBM TM TBM TM TBM TM Ringan <3 <7 <7 <15 <15 <35 <3 <7 <7 <25 <50 <65

Sedang 3-4 7-9 7-9 15-19 15-24 35-49 3-4 7-9 7-9 25-34 50-69 65-89

Berat ≥5 ≥10 ≥10 ≥20 ≥25 ≥50 ≥5 ≥10 ≥10 ≥35 ≥70 ≥90

Pelaksanaan sensusnya dengan cara memotong satu pelepah yang ditaksir terdapat banyak ulatnya atau kalau tidak ada ulat diambil pelepah nomor 25. Semua ulat, kepompong dan tumpukan telur yang masih hidup, jenis dan ukuran ulat dihitung. Untuk populasi ulat yang tinggi (100 – 200 ulat per pelepah) sensus dibatasi pada sebelah sisi pelepah saja dan hasilnya dikali dua. Kegiatan sensus ulat ini dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. a). Pengendalian ulat manual, b). Ulat kantung

Pemberantasan ulat api dan ulat yang masih dianggap tidak terlalu banyak hanya dikendalikan secara manual. Selama penulis melaksanakan kegiatan


(43)

magang pemberantasan hanya dengan manual karena pertumbuhannya tidak terlalu banyak. Tetapi jika pada sensus terdapat banyak ulat yang menyerang tanaman, pengendalian ulat pada tanaman dewasa sulit untuk dijangkau dengan penyemprotan, maka pengendaliannya dengan cara penyuntikan (injeksi) batang dengan cara mengebor batang kemudian insektisida dimasukkan ke dalam lubang hasil pengeboran tersebut. Insektisida yang digunakan untuk pelaksanaan penyuntikan ini adalah Hypolax 400 SL dengan dosis 20 cc/pokok. Aplikasi dilakukan pengeboran ± 15 cm - 30 cm ke dalam batang. Kebutuhan tenaga kerjanya ialah 1 ha/HK. Prestasi kerja penulis pada saat kegiatan ini adalah 10 pokok. Kegiatan injeksi batang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. a). Pengeboran/ injeksi batang, b). Aplikasi insektisida

Hama lain juga perlu mendapat perhatian ialah oryctes. Pengendalian

Oryctes ini menggunakan insektisida Santador 25 EC dengan konsentrasi 45

cc/tangki. Pada umur N0 dan NI disemprot 100 cc/ pokok, sedangkan umur tanaman N2 disemprot 200 cc/pokok. Kebutuhan tenaga kerjanya ialah 6 ha/HK. Cara aplikasinya ialah dengan cara menyemprotkan Santador tersebut ke titik tumbuh (pupus) tanaman sawit. Cara pencegahan lain juga dilakukan dengan cara pengumpulan larva dari Oryctes (gendon) yaitu dengan cara mengorek permukaan tanaman kelapa sawit yang sudah mati. Tenaga kerjanya merupakan enemer/buruh harian lepas. Kegiatan pengendalian hama oryctes secara manual dapat dilihat pada Gambar 10.


(44)

Gambar 10. a) Larva Oryctes, b). Pengendalian manual larva Oryctes

Pemupukan abu janjang (Composting)

Abu janjang merupakan limbah padat dari kegiatan produksi CPO yang berupa janjang kosong buah yang dicampur dengan solid dan dapat dimanfaatkan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Pemupukan ini digunakan karena mengandung unsur hara penting yang berguna bagi tanaman kelapa sawit, selain itu juga dapat membantu memperkecil biaya perusahaan karena hanya memenuhi biaya operasional dan pengangkutan saja.

Aplikasi pemupukan dimulai dengan mengangkut pupuk menggunakan gerobak sorong dengan berat sekitar 55 kg yang diambil dari tumpukan pupuk dijalan koleksi, dosis 1 (satu) pokok sebanyak 110 kg, sehingga pupuk yang diaplikasikan untuk satu pokok sebanyak 2 gerobak sorong. 1 HK dapat mengerjakan 32 pokok.

Pemupukan dimulai dari pasar tengah menuju ke arah luar barisan (Utara-Selatan). Hal ini bertujuan agar pemupukan yang dilakukan dosisnya merata pada setiap pokok, yang artinya pokok di bagian pasar tengah mendapatkan dosis yang sama dengan pokok yang berada di tepi jalan. Jika dimulai dari tepi jalan, pupuk yang di langsir dengan gerobak akan habis sebelum sampai ke pasar tengah, dan biasanya pekerja malas untuk balik dan mengambil pupuk yang berada di tepi jalan sehingga dosis pada pokok terakhir akan sangat sedikit. Untuk kualitas hasil yang maksimal maka diperlukan pengawasan mandor di pasar tengah dan di jalan koleksi. Kegiatan pemupukan dapat dilihat dari Gambar 11.


(45)

Gambar 11. Pemupukan abu janjang (composting)

Penunasan

Penunasan adalah kegiatan memotong cabang yang tidak perlu dan hanya dibiarkan cabang yang menyonggo tandan (songgoh dua atau songgoh satu). Kegiatan penunasan ini sangat penting karena akan mempengaruhi pekerjaan panen. Tujuan penunasan yang paling utama adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak). Disamping itu, tujuan dari kegiatan ini adalah menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, menjaga kebersihan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit dan untuk memperindah kondisi lapangan.Penunasan dilakukan 9 bulan sekali dengan memperhatikan jumlah pelepah harus tinggal di pokok. Tanaman dengan umur 3 tahun sudah dilakukan penunasan yang biasanya menyisakan 3 pelepah dibawah buah (songgoh 3). Aplikasi penunasan dengan songgoh 3 dilakukan hingga umur tanaman mencapai 5 tahun. Sedangkan untuk tanaman yang berumur 6-10 tahun menggunakan songgoh 2 dan tanaman berumur 11 dan seterusnya menggunakan songgoh 1. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertahankan produksi buah yang maksimum, sehingga harus dihindari terjadinya over pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah yang produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi.

Aplikasi dalam kegiatan penunasan ini terdiri dari pemotong, pembersih gulma yang menempel di batang sekaligus membersihkan piringan, dan penyusunan pelepah yang berjarak 2 m dari batang. Karyawan tunas ini jika sudah melebihi borong atau basis tunasnya, maka akan diberi premi sesuai dengan


(46)

pekerjaannya. Tenaga kerja kegiatan penunasan pada PT. Socfindo dilakukan dengan family pruning, yang berarti setiap 1 (satu) karyawan dinas membawa 2 kenek yang dipertanggungjawabkan oleh 1 (satu) karyawan dinas gaji per harinya. Kenek adalah orang yang membantu selama kegiatan penunasan berlangsung, hal ini bertujuan untuk memperoleh premi yang banyak. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 12. Prestasi kerja yang ditetapkan untuk kegiatan ini dilihat berdasarkan umur tanaman. Di mulai dari tanaman yang berumur 3 tahun adalah 70 pokok/HK. Kemudian semakin tua umur tanaman maka basisnya akan menurun. Hal ini disebabkan dari tingkat kesulitan yang dialami oleh karyawan.

Gambar 12. Penunasan Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan memotong tandan buah yang termasuk dalam kriteria panen dan mengangkut buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Setiap tiga pasar terdapat satu TPH yang terletak di bagian pinggir jalan koleksi. Keberhasilan panen dan produksi sangat bergantung pada bahan tanam yang digunakan, tenaga pemanen, keterampilan pemanen, sistem panen yang digunakan, kelancaran sarana transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal dan intensif yang diberikan.

Kriteria dan Cara Pelaksanaan Panen

Kriteria panen yang ditetapkan PT. Socfindo ialah minimal 4 brondolan per janjang atau minimal 3 brondolan di priringan. Untuk TBM satu brondolan per janjang dengan ketentuan brondolnya masih baru dan bukan bekas terkena


(47)

hama. Kriteria panen 4 brondolan per janjang ini diterapkan untuk seluruh tanaman menghasilkan.

Pelaksanaan panen yang baik adalah tidak ada buah mentah (buah S) yang dipanen, tidak ada buah matang yang tertinggal pada piringan, tidak ada buah yang tertinggal pada pasar panen dan TPH. Janjang kosong tidak ada yang terbawa ke pabrik, ganggang janjang dipotong dengan bentuk cangkam kodok serta mepet ke buah, pelepah atau cabang diletakkan pada rumpukan dan jika terdapat parit maka pelepah tersebut arus dipotong menjadi tiga bagian lalu diletakkan di rumpukan, susunan cabang ini harus lurus agar tidak menghalangi atau menutupi piringan dan tidak berserakan, potongan cabang harus mepet ke pokok agar tidak ada brondolan yang tersangkut pada pelepah.

Tandan yang telah dipanen dihadapkan ke arah pasar panen atau pasar rintis dan brondolan dikumpulkan, lalu pemanen dengan menggunakan gerobak sorong membawa janjang dan brondolan yang telah dipanen tersebut ke TPH, lalu ganggang diberi nomor sesuai dengan nomor pemanen.

Asisten dan mandor I produksi setiap harinya wajib memeriksa minimum 10 TPH dari hasil panen dan minimum 10 orang pemanen. Pemeriksaan ini mencakup mutu buah (A, N, E), kebersihan berondolan dipiringan, TPH dan mutu buah. Hasil pemeriksaan ini harus diadu dengan hasil pemeriksaan krani buah untuk mencegah manipulasi krani buah.

Target harian divisi adalah minimal satu seksi panen harus dapat diselesaikan. Bila pada hari pertama seksi A tidak selesai dipotong semua, maka pada hari berikutnya pengaturan tenaga kerja harus diselesaikan sehingga pada hari kedua minimal dapat diselesaikan seksi B dan seksi A.

Mutu Hanca

Kriteria mutu hanca yang baik adalah tidak ada cabang sengkleh yaitu pelepah yang tidak dijatuhkan dari pokok, rumpukan cabang tertata rapi, tidak buah S atau buah tinggal dan brondolan tidak ada yang tertinggal. Pada tanaman yang umur tanamnya tua (mendekati Replanting) digunakan hanca tetap. Dengan adanya hanca ini selain disiplin kerja dan mempunyai tanggung jawab sendiri


(48)

maka akan mempermudah pengontrolan serta dapat mempermudah pekerja dalam persiapan alat panen misal persiapan panjang galah yang dibutuhkan, sedangkan pada tanaman yang umur tanaman masih muda digunakan hanca giring agar mendapatkan produksi tinggi, tetapi pada hanca ini karyawan kurang bertanggung jawab.

Organisasi Panen

Satu mandoran pada hanca giring ini terdiri dari 7-20 orang pemanen, satu orang mandor dan satu orang krani buah. Tenaga kerja kegiatan pemanenan pada PT. Socfindo dilakukan dengan family harvest, yang berarti setiap 1 (satu) karyawan dinas membawa 2 kenek yang dipertanggungjawabkan oleh 1 (satu) karyawan dinas gaji per harinya. Mandor bertugas untuk mengontrol pemanen agar bekerja dengan baik dan benar,hancanya bersih, tidak ada buah tinggal (buah S) pada pokok tanaman yang dapat mengakibatkan buah tersebut menjadi buah busuk (E), tidak memanen buah mentah (A) yaitu buah yang belum memberondol minimal 3 brondolan dipiringan.

Krani buah bertugas untuk memeriksa mutu buah, yaitu memeriksa mutu buah dengan kriteria buah normal (N), buah mentah (A), buah mentah (E) dan semua itu di catat pada buku krani buah beserta dengan nama pemanennya. Pemeriksaan ini dilakukan pada saat buah berada di tempat pemungutan hasil (TPH), jumlah buah yang telah dipanen dicatat oleh karyawan potong buah untuk mengetahui apakah karyawan tersebut telah memperoleh basis borongnya dan berapa lebih borongnya. Lebih borong ialah jumlah janjang yang dipanen setelah dikurangi basis borongnya, jika karyawan panen tersebut mendapat lebih borong, maka akan mendapat premi, tetapi jika karyawan tersebut tidak memenuhi borongnya maka akan dikenai sanksi.

Asisten divisi dan mandor I atas (produksi) bertugas untuk memeriksa pelaksanaan panen dan berperan aktif dalam menciptakan iklim kerja yang harmonis dan serasi untuk mencapai keberhasilan kegiatan panen.


(49)

Penentuan Basis dan Premi

Basis panen adalah jumlah buah minimum yang harus dipanen oleh keryawan potong buah. Basis borong ini berbeda-beda menurut tahun tanam (umur tanaman), berat janjang rata-rata (BJR) dan jumlah jam kerja.

Tanaman tua jumlah basis borongnya lebih rendah daripada tanaman yang dewasa karena faktor kesulitan dalam panen, tanaman tua lebih besar dibandingkan dengan tanaman dewasa karena tanaman tua lebih tinggi dari tanaman dewasa dan bisa mencapai ketinggian 15 m sehingga memerlukan galah, egrek yang lebih panjang dan memerlukan orang yang ahli. Berat janjang rata-rata suatu blok juga menentukan basis borong potong buah dengan norma standar potong buah bagi seorang karyawan sehingga untuk BJR yang tinggi maka basis borongnya lebih rendah dibandingkan dengan BJR yang rendah.

Jika terjadi buah kurang dan apabila pemanen kehabisan hanca di blok pertama sedangkan pemanen belum siap borong dan diberikan hanca di blok kedua yang berbeda basis borongnya, maka untuk mencukupi kekurangan borongnya pada hari itu perhitungannya sebagai berikut :

Kekurangan borong janjang hanca I × Jumlah janjang siap borong hanca II  Jumlah janjang siap borong hanca I

Jika karyawan potong buah berpindah ke hanca berikutnya atau ke seksi berikutnya, basis borongnya berubah sesuai dengan basis borong pada seksi yang akan dimasukinya. Misalnya, seorang pemanen yang sedang memanen pada suatu seksi dengan basis borong pada seksi tersebut 70 janjang tetapi hanya mendapatkan 55 janjang maka ia pindah ke seksi berikutnya dengan basis borong pada seksi tersebut sebanyak 60 janjang, untuk dapat memenuhi basis borongnya pada hari itu maka pemanen tersebut harus mendapatkan janjang pada seksi tersebut sebanyak 15/70 x 60 = 13 janjang, sehingga karyawan tersebut pada hari itu harus memotong buah dengan basis borong sebanyak 55 + 13 = 68 janjang.

Hari yang mempunyai jam kerja pendek seperti hari jumat yang mempunyai jam kerja hanya 5 jam, sedangkan pada hari biasa jam kerjanya 7 jam, maka basis borong pada hari jumat lebih rendah dibandingkan pada hari biasa. Cara menghitung basis borong pada hari jumat yaitu seperti 5/7 x basis borong.


(50)

Contohnya suatu blok yang mempunyai basis borong 70 pada hari biasa, maka pada hari jumat basis borongnya berubah menjadi 5/7 x 70 = 50 janjang.

Sanksi-sanksi

Sanksi potong buah diberikan kepada karyawan potong buah dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran dari ketentuan potong buah yang berlaku terutama mengenai kriteria buah dan kualitas buah. Denda karyawan potong buah adalah sebagai berikut: 1) buah mentah (A) tidak memberondol brondol maka dikenakan denda Rp. 3 000/janjang. 2) cabang sengkleh (C) atau pelepah tidak dijatuhkan oleh anggota potong buah maka dikenakan denda Rp. 1 000/pokok. 3) B1 adalah brondolan yang tidak dikutip bersih dikenakan denda Rp. 1000/pokok. 4) Rumpukan yang tidak disusun (R), sebesar Rp. 1 000/pokok. 5) B2 adalah brondolan yang dibuang, sama sekali tidak dikutip dikenakan denda sebesar Rp. 3 000/pokok. 6) M3 adalah brondolan yang terikut diganggang buah dikenakan denda sebesar Rp. 1 000/janjang. 7) Buah G adalah ganggang yang tidak dipotong rapat/cangkam kodok dikenakan denda Rp. 1 000/janjang. 8) M2 adalah buah yang tinggal pada piringan atau hanca dikenakan denda Rp. 2 000/janjang. 9) M1 adalah buah mentah yang sengaja diperam dihanca dikenakan denda Rp. 3 000/janjang. 10) Buah S adalah buah matang yang tinggal atau tidak dipanen dikenakan denda Rp. 2 000/janjang.

Sanksi ini akan diberikan pada anggota potong buah yang tidak sesuai dengan aturan, sebelum menjatuhkan denda, tenaga kerja akan diberi peringatan langsung pada hari kegiatan panen dilaksanakan, jika masih terdapat yang tidak sesuai dengan aturan maka sanksi-sanksi akan di sah kan. Jika sudah terlalu sering melakukan kesalahan maka akan diberikan surat peringatan yang akan mengakibatkan pemecatan tenaga kerja.

Ramalan Produksi

Ramalan produksi perlu dilakukan dan ketepatan dalam peramalan yang akan meningkatkan efisiensi pemakaian tenaga kerja pemanen dan angkutan panen. Perhitungan peramalan produksi yang dilakukan di PT. Socfindo setiap 4


(51)

(empat) bulan sekali sehingga dikenal dengan sistem kwartal, jadi dalam 1 (satu) tahun diadakan 3 kali sensus buah.

Ramalan produksi ini dilakukan dalam 4 bulanan dan harian. Kwartal pertama dimulai dari bulan Januari hingga April, kwartal kedua dimulai dari bulan Mei sampai Agustus dan kwartal ketiga dimulai dari bulan September sampai Desember. Perhitungan ramalan produksi pada seluruh blok untuk setiap divisi sudah dijadwalkan. Perhitungan ramalan produksi pada kwartal yang akan datang akan dilakukan pada akhir kwartal berjalan sebelum dimulai pembukuan kwartal yang akan datang. Jadi, untuk meramal produksi kwartal pertama akan dilakukan pada bulan Desember, meramal untuk produksi kwartal kedua akan dilakukan pada bulan April dan untuk meramal produksi kwartal ketiga akan dilakukan pada bulan Agustus. Aplikasi dilapangan dilakukan satu bulan penuh untuk semua Blok dari divisi.

Tandan buah segar yang dihitung pada saat sensus buah ialah yang telah berumur 1 bulan yaitu dengan kriteria buahnya berwarna hitam dan berukuran kira-kira sebesar telunjuk. Pohon yang dihitung jumlah tandan buah segarnya ialah sama dengan yang digunakan sensus ulat yaitu setiap titik sensus terdapat 7 (tujuh) pohon sensus, satu titik sensus mewakili 1 (satu) hektar.

Pelaksanaan sensus buah adalah sebagai berikut. Karyawan sensus terdiri dari 6 (enam) orang, dibagi menjadi 2 (dua) kelompok sehingga menjadi tiga orang dan satu mandor, dengan rincian pencatat dan pengecekan tandan, dua orang menulis pada pokok. Alat yang digunakan ialah pisau atau lempengan logam untuk mengorek (mengikis) agar mudah ditulis dan tulisannya tampak jelas, serta pada setiap kwartal diberi tanda pada warna tinta, misal kwartal pertama diberi warna merah, kwartal kedua diberi warna biru dan kwartal ketiga diberi warna kuning. Data yang ditulis pada pokok adalah nomor pokok sensus, nomor kwartal, tahun sensus dan jumlah janjang pokok tersebut. Prestasi kerja karyawan adalah 15 ha/HK.


(1)

Lampiran 7. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL)

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Lokasi

Penulis Karyawan Standar

13.2.2012 Tiba di PT. Socfindo Bangun Bandar Orientasi - - Kantor Bangun Bandar

14.2.2012 Orientasi lapangan - - - Divisi I

15.2.2012 Penanaman pre nursery 500 kecambah 1250/HK - Divisi V 16.2.2012 Pemanenan buah seleksi - 128 janjang/HK 60 janjang/HK Blok 68

17.2.2012 Pelabelan polibag main nursery 200 1800 - Blok 57

18.2.2012 Pemupukan KCl Orientasi - - Blok 99

20.2.2012 Pemupukan NPK main nursery (MN) 500 polibag 5000/HK 50 kg/HK Blok 57 21.2.2012 Penyemprotan pembibitan MN 1 tangki 4 tangki/HK 8 tangki Blok 57

22.2.2012 Konsolidasi pre nursery (PN) 2000 polibag 5000 /HK 5000/HK Divisi V 23.2.2012 Penyemprotan rumput - 12 tangki 12 tangki Blok 63 24.2.2012 Konsolidasi MN 700 polibag 2 petak/HK 5 petak/2 HK Blok 57 25.2.2012 Pemupukan Urea PN 2000 polibag 5 kg - Divisi V 27.2.2012 Penyemprotan PN 1 / 3 petak 2/3 petak - Divisi V 28.2.2012 Pemupukan janjang kosong - 3.5 ton/HK 15 ton/Ha Blok 56

29.2.2012 Penanaman PN 1000/10000 2250/HK 2500/10000 Divisi V 1.3.2012 Menguntil pupuk - 3.5 ton/HK 1 ton/HK Divisi V

2.3.2012 Pemanenan - 300 janjang 220 janjang/HK Divisi IV 3.3.2012 Pengisian tanah PN 200 polibag 6000 polibag 1500 polibag/orang Divisi V


(2)

Lampiran 8. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja Penulis

Lokasi Jumlah KHL yang

diawasi (orang)

Luas Area yang Diawasi (ha)

Lama Kegiatan

(Jam)

5.3.2012 Sensus Ulat 2 0.64 3 Blok 60 B

6.3.2012 Pemupukan Urea MN 2 2 7 Blok 57

7.3.2012 Pengangkutan bibit PN terjual 4 2 4 Divisi V

8.3.2012 Sensus ulat 2 11.72 5 Blok 56

9.3.2012 Pemupukan janjang Kosong 18 53.57 7 Blok 56

10.3.2012 Pengukuran bibit MN 3 1 4 Blok 57

12.3.2012 Penyiraman PN 2 2 3 Divisi V

13.3.2012 Seleksi 2 1 2 Divisi V

14.3.2012 Administrasi data sekunder - - 3 Kantor B. Bandar 15.3.2012 Administrasi data sekunder - - 4 Kantor B. Bandar

16.3.2012 Penanaman PN 4 1 4 Divisi V

17.3.2012 Evaluasi bersama asisten - - 7 Divisi IV 19.3.2012 Aplikasi Injeksi batang 2 0.64 7 Blok 60 B 20.3.2012 Mengikuti krani keliling - 35.23 3 Blok 54 21.3.2012 Pengangkutan bibit PN 7 2 4 Divisi V

22.3.2012 Orientasi - - 6 Kantor B. Bandar

23.3.2012 Libur (Nyepi) - - - -

24.3.2012 Pemupukan Urea PN 3 1 6 Divisi V


(3)

Lampiran 9. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja

Lokasi Jumlah Mandor

yang Diawasi (orang)

Luas Area yang Diawasi (ha)

Lama Kegiatan (jam)

26.3.2012 Supervisi - - - Kantor B. Bandar

27.3.2012 Penanaman tanaman replanting 1 2 7 Divisi I 28.3.2012 Penanaman tanaman replanting 1 2 7 Divisi I 29.3.2012 Penanaman kacangan MB 1 6 7 Divisi I

30.32012 Penanaman kacangan MB 1 6 7 Divisi I

31.3.2012 Rawat kacangan 1 4 7 Divisi I

02.4.2012 Penyemprotan Oryctes 1 6 7 Divisi I

03.4.2012 Evaluasi bersama asisten 1 - 5 Kantor Divisi I

04.4.2012 Pengamatan PN 1 2 4 Divisi V

05.4.2012 Injeksi batang 1 2 7 Divisi I

06.4.2012 Evaluasi bersama asisten - - 5 Kantor Divisi I

07.4.2012 Izin - - - -

09.4.2012 Penyemprotan Bayfolan 1 2 7 Divisi V

10.4.2012 Penyemprotan MN 1 4 7 Divisi I

11.4.2012 Penunasan 1 5 7 Divisi I, II

12.4.2012 Pengecekan hanca panen 1 2 3 Divisi II 13.4.2012 Administrasi data sekunder - - 5 Kantor PKS 14.4.2012 Administrasi data sekunder - - 5 Kantor PKS 16.4.2012 Kegiatan pengolahan KS - - 7 Kantor PKS 17.4.2012 Kegiatan pengolahan KS - - 7 Kantor PKS


(4)

Lampiran 9. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten (Lanjutan)

Tanggal Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja

Lokasi Jumlah

Mandor yang Diawasi (orang)

Luas Area yang Diawasi (ha)

Lama Kegiatan (jam)

18.4.2012 Kegiatan pengolahan KS - - 7 Kantor PKS 19.4.2012 Pengumpulan data ekstraksi - - 7 Kantor PKS 20.4.2012 Evaluasi dengan asisten - - 6 Kantor Divisi I

21.4.2012 Penyemprotan knapsack sprayer 1 6 7 Divisi II 23.4.2012 Penyemprotan knapsack sprayer 1 12 7 Divisi II 24.4.2012 Penyemprotan Apogonia 1 6 2 Divisi II

25.4.2012 Potong Buah 1 5 7 Divisi II

26.4.2012 Penunasan 1 5 7 Divisi II

27.4.2012 Pengajuan surat rekomendasi - - 4 Kantor B. Bandar 28.4.2012 Penyemprotan micronherby 1 6 7 Divisi II

30.4.2012 Penyusunan laporan - - 5 -

01.5.2012 Penyusunan laporan - - 5 -

02.5.2012 Administrasi data sekunder - - 5 Kantor B. Bandar

03.5.2012 Penyusunan laporan - - 5 -

04.5.2012 Penyusunan laporan - - 5 -

05.5.2012 Pengumpulan laporan - - 7 Kantor divisi I


(5)

Lampiran 10. Pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit di pre nursery (PN)

Umur (MST) Tinggi (cm) Diameter (cm)

Jumlah Pelepah

1 0.75 0.058 0

2 1.96 0.12 0.52

3 4.08 0.18 1

4 5.86 0.24 1.34

5 8.22 0.28 1.7

6 9.6 0.32 2.14

7 11.4 0.37 2.42

8 13.06 0.42 2.74

9 14.7 0.48 3.11

10

16.2 0.55 3.49

Sumber : Pengamatan di lapangan, 2012


(6)

RINGKASAN

RAHAYU NOVRINA ROSA. Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa

Sawit (

Elaeis Guineensis

Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfindo

Medan, Sumatera Utara. (dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN).

Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit

Bangun Bandar PT. Socfindo, Medan-Sumatera Utara. Kegiatan magang

dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Februari hingga Mei 2012.

Tujuan khusus kegiatan magang adalah untuk meningkatkan pemahaman

dan keterampilan teknis dan manajemen tentang pengelolaan pembibitan tanaman

kelapa sawit. Selain itu juga untuk mempelajari dan menganalisis kegiatan

pengelolaan pembibitan kelapa sawit di perkebunan PT. Socfindo.

Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan berbagai jenis

pekerjaan teknis dan manajerial di lapangan mulai dari tingkat karyawan harian

lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten. Kegiatan yang telah

diikuti penulis selama di kebun pembibitan meliputi kegiatan penanaman

kecambah, pengangkutan bibit pre nursery yang terjual serta kegiatan-kegiatan

pemeliharaan di pembibitan. Kegiatan yang dilakukan pada divisi meliputi

kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan pemeliharaan tanaman kelapa

sawit belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan.

Kebun pembibitan PT. Socfindo memiliki jenis kegiatan yang

dilaksanakan pada setiap harinya. Bibit yang ditanam harus mendapatkan

penanganan yang baik agar menghasilkan bibit yang berkualitas. Untuk

mendapatkan semua itu memerlukan kegiatan manajemen atau pengelolaan

pembibitan yang baik.