Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III Sumatera Utara

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT : HUBUNGAN MUTU
BUAH DAN CURAH HUJAN TERHADAP KANDUNGAN ASAM
LEMAK BEBAS DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III
SUMATERA UTARA

IMDAD JULIAN PURWANTO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen
Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam
Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau di kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Imdad Julian Purwanto
NIM A24100032

ABSTRAK
IMDAD JULIAN PURWANTO. Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan
Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun
Rambutan PTPN III, Sumatera Utara. Dibimbing oleh EDI SANTOSA.
Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman lapangan, serta bertujuan menganalisis faktor yang
mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) di kebun kelapa sawit.
Faktor yang dianalisis adalah kualitas buah dan curah hujan hubungannya dengan
kandungan ALB. Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni
2014 di Kebun Rambutan PTPN III, Provinsi Sumatera Utara. Analisis data

dilakukan menggunakan model regresi linier berganda. Hasil menunjukkan bahwa
kenaikan persentase buah restan berpengaruh nyata (P value = 0.087) terhadap
kenaikan kadar ALB pada taraf 10%. Kenaikan 1% (kg) jumlah buah restan akan
menaikkan ALB sebesar 0.001%. Persetase buah over ripe, buah unripe dan buah
under ripe tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan ALB. Hal tersebut diduga
karena proporsi yang sangat kecil. Demikian juga curah hujan, tidak berpengaruh
nyata terhadap kandungan ALB.
Kata kunci: asam lemak bebas, buah restan, CPO, model linier berganda

ABSTRACT
IMDAD JULIAN PURWANTO. Harvest Management of Oil Palm : Effect of
Fruit Quality and Precipitation on Free Fatty Acids content in Rambutan Estate,
PTPN III, North Sumatera. Supervised by EDI SANTOSA.
Internship activitywas conducted in order to increase knowledge, skills, and
experience in the oil plantation, as well as to study relationship between harvest
management and content of free fatty acid (FFA). Activities were carried out from
February to June 2014 at the Rambutan Estate of PTPN III in North Sumatera
Province. Effects of fruit quality and precipitation on FFA were analyzed by using
multiple linier regression models. Results showed that FFA content significantly
affected by percentage of delayed-processed bunches (restan) (P value = 0.087).

Increasing level of delayed-processed bunches at rate of 1% (kg) increased FFA
level of 0.001%. Percentage of over ripe, unripe and under ripe fruits and
precipitation did not significantly affect FFA level. This research implies that
control of delayed-processed bunch is important to maintain level of FFA.
Keywords: crude palm oil, free fatty acid, general linier model, restan-fruit

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT : HUBUNGAN MUTU
BUAH DAN CURAH HUJAN TERHADAP KANDUNGAN
ASAM LEMAK BEBAS DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III
SUMATERA UTARA

IMDAD JULIAN PURWANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tulisan ini
mengangkat tema: Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan
Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan
PTPN III, Sumatera Utara. Aspek khusus yang diamati adalah pengaruh mutu
buah dan curah hujan terhadap kandungan asam lemak bebas (ALB).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membimbing, bantuan dan motivasi selama kegiatan penelitian
dan penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Habib Bunanjar dan Ibu Siti Supatmi, dan seluruh keluarga yang
telah mendukung penuh perkuliahan penulis dan selalu memberikan waktu
dan doa untuk kemajuan dan kesuksesan penulis.
2. Dr Edi Santosa, SP MSi selaku dosen Pembimbing Skripsi, atas segala
bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.
3. Dr Ani Kurniawati, SP MSi selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus
dosen penguji, atas bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik.
4. Dr Dwi Guntoro, SP MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Ir Eltavip M Hsb. MM selaku Manajer Kebun Rambutan dan Ir Achmad
Effendi Nst selaku Asisten kepala sekaligus pembimbing lapang beserta
seluruh jajaran staf/karyawan atas bantuannya dalam proses kelancaran
magang di Kebun Rambutan, PTPN III, Sumatera Utara.
6. Rifa Annisa Siregar terima kasih sudah menjadi kolega yang baik dalam
pelaksanaan magang tugas akhir.
7. Ardian, Dede, Delly, Yunus, Rizal, Radhiya, Fidi, Nilam, Ufa, Agung dan
seluruh sahabat Edelweiss 47, Kemala 47 serta Faperta 47 terima kasih atas
kebersamaan dan kenangan yang diberikan selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan turut memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan.
Bogor, Oktober 2014

Imdad Julian Purwanto


i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Panen
Kualitas CPO
Siklus Perkembangan Buah
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan Magang
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM TEMPAT MAGANG
Profil Perusahaan

Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengolahan Tanda Buah Segar
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen Panen dan Pasca Panen
Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan terhadap ALB
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
viii
viii
1

1
2
2
2
3
4
4
4
5
5
6
6
6
7
7
8
8
21
23
26

26
28
31
31
31
33
50

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Hubungan kriteria panen dan tingkat kematangan kelapa sawit
2

Kriteria matang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kebun Rambutan
PTPN III
9
Penilaian pemeriksaan di hanca di Kebun Rambutan PTPN III
11
Penilaian pemeriksaan panen di TPH di Kebun Rambutan PTPN III
11
Prestasi normal dan basis tugas kegiatan panen
12
Premi supervisi panen
12
Klasifikasi kelas pemanen
12
Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan
14

ii
9
10
11

12
13

Jenis hama, penyakit dan serangannya
Perbandingan prestasi kerja antara mahasiswa dengan buruh harian lepas
Pengawasan KHL oleh mahasiswa dalam posisi sebagai pendamping mandor
Pengamatan TBS tidak dipanen di Afdeling I Kebun Rambutan
Hasil pendugaan faktor mutu buah dan terhadap ALB

17
20
25
27
29

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4
5
6
7

8

Proses pemanenan buah: potong buah (A) susun pelepah (B) potong tandan
cangkem kodok (C) kutip brondolan (D) angkut TBS ke TPH (E) susun TBS di
TPH (F)
10
Proses pengangkutan TBS: TBS di TPH (A) pengangkutan TBS ke truk (B)
pengutipan brondolan di TPH (C)
14
Kegiatan DAK : mendongkel anak kayu (Tanaman Talas) (A) pengumpulan
anak kayu di gawangan mati (B).
15
Pengendalian gulma: kimiawi (A) dan manual (B)
17
Tanaman inang musuh ulat api : Turnera subulata Sm
18
Kegiatan penunasan : pemotongan pelepah (A), peletakkan di gawangan mati
(B)
21
Tandan buah segar (TBS) yang tidak sehat: buah abnormal dan mentah (A),
buah sakit (B), buah batu (C), dan buah matang normal sebagai pembanding
(D)
26
Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga. grafik membentuk pola
heteroskedastisitas penyebaran nilai sisaan Y duga terhadap ALB
30

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Peta Kebun Rambutan PTPN III
33
Data curah hujan Kebun Rambutan
34
Data produksi tahun 2009–2013 di Kebun Rambutan
35
Struktur organisasi afdeling I Kebun Rambutan
36
Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Sawit Rambutan PTPN
III , Sumatera Utara
37
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Sawit
Rambutan PTPN III, Sumatera Utara
38
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten afdeling di Kebun
Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara
39
Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan November 2013
41
Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Desember 2013
42
Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Januari 2014
43
Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan Februari 2014
44
Pengolahan TBS pabrik Rambutan bulan Maret 2014
45
Pengolahan TBS Pabrik Rambutan bulan April 2014
46
Input data ALB dan kualitas buah pada persamaan Regresi Linier Berganda
47

iii

15 Data curah hujan harian Kecamatan Tebing Tinggi yang digunakan sebagai
input model
49

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Di Indonesia kelapa sawit memiliki arti penting karena
mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber
devisa negara. Kelapa sawit menghasilkan minyak nabati yang memiliki kadar
kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol (Sastrosayono 2003). Pada tahun 2012
luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 9.57 juta ha, sedangkan pada tahun
2013 luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 10.01 juta ha. Produksi kelapa
sawit pada tahun 2012 mencapai 26.01 juta ton, pada tahun 2013 produksi kelapa
sawit mencapai 27.74 juta ton (Ditjenbun 2013).
Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging buah
(mesocarp) yang dihasilkan melalui proses perebusan dan pemerasan dikenal
sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal
dari inti sawit (endocarp) dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil
(PKO). Umumnya CPO dan PKO digunakan untuk produk pangan sebagai
minyak goreng. Untuk menghasilkan minyak goreng yang memiliki kualitas
tinggi dilakukan proses rafinasi. Proses rafinasi CPO dan PKO dilakukan dengan
tiga tahap yaitu degumming, bleaching dan deodorisasi (Hasibuan dan Nuryanto
2011).
Pasar CPO telah menetapkan kualitas. Secara umum kualitas CPO
ditentukan oleh kandungan asam lemak bebas (ALB). Menurut Pahan (2012)
standar kandungan asam lemak bebas maksimal untuk pasar ekspor adalah 3.5%.
Kandungan ALB yang dihasilkan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas
pada saat proses pemanenan, pengangkutan dan pengolahan tandan buah segar
(TBS). Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu
minyak yang dihasilkan. Pemanenan tandan buah segar (TBS) lewat matang akan
meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) dan
menurunkan mutu minyak. Panen saat TBS buah belum matang menghasilkan
ALB rendah, tetapi akan menghasilkan rendemen minyak sawit yang rendah
sehingga dapat menurunkan produksi (Fauzy et al. 2012).
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim
selama pengolahan dan penyimpanan. Pembentukan FFA terbanyak adalah saat di
lapangan atau sebelum mulai diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), karena pada
saat pengolahan di PKS kenaikan FFA hanya 0.1% atau paling tinggi 0.3−0.5%
pada PKS yang kurang terkendali pengawasannya. Kenaikan FFA saat
penimbunan dan pengapalan hingga sampai di tangan konsumen juga relatif
rendah (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).
Asam lemak bebas yang tinggi lemak akan mengakibatkan rasa minyak
yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Pengelolaan
kadar ALB yang tepat merupakan hasil dari manajemen panen dan pasca panen
yang baik dan ketepatan dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, dalam kegiatan
magang ini faktor-faktor yang diasumsikan mempengaruhi kadar ALB akan
dipelajari.

2
Tujuan
Kegiatan magang bertujuan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan
tentang perkebunan kelapa sawit. Selain itu, bekerja secara nyata di perusahaan di
berbagai jenjang karir. Secara khusus penulis mempelajari faktor-faktor yang
diduga berpengaruh terhadap kandungan ALB pada CPO.

TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Panen
Kelapa sawit siap panen jika telah berumur 31 bulan sejak inisiasi atau
sedikitnya 60% buah telah matang. Ciri tandan matang panen yang biasa
digunakan adalah apabila sedikitnya ada 5 brondolan yang lepas dari tandan yang
beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan
yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun,
jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10
tahun, jumlah brondolan sekitar 15–20 butir. Dengan kriteria panen tersebut,
diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan asam
lemak bebas yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomis
(PPKS 2003).
Tabel 1 Hubungan kriteria panen dan tingkat kematangan kelapa sawit
Fraksi

Kriteria
kematangan

Jumlah
brondolan*

Warna kulit
buah **

Warna
mesokarp

Derajat
kematangan

Rendemen
minyak

00

Tidak ada

0

Hitam

Kuning
Kehijauan

Sangat
mentah

-

Kadar
ALB
(%)
-

0

1–12.5%

1

Hitam
Kemerahan

Kuning
Kemerahan

Mentah

16.0

1.6

1

12.5–25%

2

Merah
Kehitaman

Merah
Kekuningan

Kurang
Mentah

21.4

1.7

2

25–50%

3–5

Kuning
Kemerehan

Merah
Kekuningan

Matang I

22.1

1.8

3

50–75%

6–7

Merah
Kekuningan

Merah
Kekuningan

Matang II

22.2

2.1

4

75–100%

8–10

Merah
Kekuningan

Merah
Kekuningan

Lewat
Matang I

22.2

2.6

5

Buah dalam
juga
ikut
membrondol

>10

Merah
Kekuningan

Merah
Kekuningan

Lewat
Matang II

21.9

3.8

Sumber: Lubis, 1992
Keterangan: * =Brondolan dari tandan bagian luar untuk berat tandan ±10 kg
** = Kelapa sawit varietas Nigrescens

3

Warna kulit buah umumnya menjadi salah satu tanda panen. Warna kulit
buah umumnya berubah dari hitam menjadi kemerahan pada saat matang. Untuk
mempermudah, kriteria panen biasanya mengacu pada fraksi panen Tabel 1.
Fraksi atau indeks kematangan yang biasa dipakai yaitu fraksi 2 dan fraksi 3,
karena pada fraksi tersebut rendemen minyak yang dihasilkan tertinggi (Kristiani
2008). Panen buah mentah dan kurang matang (fraksi 00, 0, 1) akan
mengakibatkan rendemen minyak yang rendah sedangkan pemanenan buah yang
lewat matang (Fraksi 4 dan 5) akan mengakibatkan kandungan ALB yang tinggi
(Tabel 1).

Kualitas CPO
Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim yang
menghidrolisis minyak. Kadar asam lemak yang paling tinggi didapat pada suhu
kamar (25–27 °C). Enzim lipase pada buah kelapa sawit sudah tidak aktif pada
suhu pendinginan 8 °C dan pada pemanasan pada suhu 50 °C. Untuk
menghentikan kegiatan enzim tersebut bisa dilakukan dengan perebusan hingga
temperatur 50 °C selama beberapa menit (Pahan 2012). Aktivitas enzim dapat
dihentikan dengan cara direbus di atas 70 ºC selama 30 menit (Naibaho 1998).
Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan, kadar ALB
minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256) (Naibaho
1998). Kriteria minyak kelapa sawit yang memiliki standar mutu yang baik
adalah kadar air < 0.1%, kadar kotoran < 0.01%, kandungan asam lemak bebas,
serendah mungkin yaitu < 2%, bilangan peroksida < 2, bebas dari warna merah
dan kuning, tidak berwarna hijau, berwarna pucat dan jernih kandungan logam
berat serendah mungkin, bahkan bebas dari ion logam (Ketaren 2005).
Menurut Lukito (2013), kandungan asam lemak bebas dipengaruhi oleh
penundaan buah diolah (restan). Penundaan baik di TPH maupun di loading ramp
PKS akan meningkatkan luka buah dan menurunkan mutu buah. Lamanya
penundaan pengolahan buah dapat meningkatkan kandungan ALB sebesar 0.94%
setiap penundaan 1 hari (24 jam).

Faktor Lingkungan
Secara umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia, dimana
kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi. Sifat enzim yang inaktif
pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu supaya enzim
dapat bekerja secara optimal.
Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan pemanenan dan
pengangkutan. Terhambatnya kegiatan panen dan pengangkutan dapat
menyebabkan berkurangnya output pemanen dan keterlambatan pengiriman buah
ke PKS. Keterlambatan pengiriman akan meningkatkan persentase buah restan
yang akan berdampak pada kenaikan ALB. Hari hujan juga dapat menyebabkan
potensi lossis fruit yang tinggi dan akan berdampak pada rotasi panen yang tinggi
pula. Curah hujan yang tinggi juga berpotensi membuat main road dan collection
road menuju PKS menjadi rusak. Jalanan yang rusak akan membuat perjalanan

4
truk pengangkut buah penuh goncangan dan membuat TBS menjadi memar/luka.
Semakin lama buah menginap dan tidak diolah akan mempengaruhi kualitas CPO
yang dihasilkan. Menurut Naibaho (1998) bahwa alat transportasi dan jalan adalah
hal yang sangat penting dan merupakan urat nadi utama bagi suatu perkebunan
kelapa sawit.
Menurut Pahan (2012), pembentukan asam lemak bebas juga dapat terjadi
karena adanya mikroorganisme. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan TBS
yang diolah mengandung kadar air yang tinggi sehingga perkembangbiakan
mikroorganisme penghidrolisis minyak menjadi tinggi.

Siklus Perkembangan Buah
Menurut Fauzy et al. (2012) perkembangan buah kelapa sawit dimulai
dengan penyerbukan yang terjadi antara bungan jantan dan bunga betina. Bunga
betina yang siap diserbuki biasanya pada inflorensen di ketiak daun nomor 20
pada tanaman muda (2–4 tahun) dan daun nomor 15 pada tanaman tua (> 12
tahun). Penyerbukan biasanya terjadi setelah bunga betina berumur 4 hari setelah
bunga mekar, dimana bunga betina mengeluarkan bau harum dan lendir yang
menarik serangga sehingga proses penyerbukan dapat terjadi. Waktu penyerbukan
yang terbaik yaitu pada hari pertama dan hari kedua setelah bunga mekar.
Waktu yang diperlukan dari penyerbukan sampai buah matang dan siap
panen adalah 5–6 bulan. Proses terbentuknya minyak dalam mesokarp mulai 120
hsa (hari setelah antesis) dan berhenti saat buah lepas dari tangkainya. Minyak
dalam endosperm mulai disintesis saat endosperm mulai memadat yaitu di atas 70
hsa. Secara normal buah mulai membrondol terjadi pada 150–155 hsa. Buah akan
membrondol semua dari tandannya sekitar 2–4 minggu sejak membrondol buah
pertama.

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Magang dilakukan selama 4 bulan yang dimulai dari bulan Februari 2014
hingga Juni 2014, di Kebun Sawit Rambutan PTPN III yang terletak di Kabupaten
Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Kebun Rambutan adalah salah satu unit kebun di bawah PTPN III. Secara
administrasi Kebun Rambutan tersebar di dua kabupaten dan tiga kecamatan,
yaitu: Kabupaten Deli Serdang, yang meliputi Kecamatan Sei Rampah dan
Kecamatan Tebing Tinggi dan Kabupaten Batu Bara yaitu di Kecamatan Air
Putih. Pada ketinggian 18–27 m dpl dan berada sekitar 80 km dari kota Medan.

5

Kegiatan Magang
Kegiatan magang dilakukan pada tiga jenjang karir. Selama 1 bulan pertama
penulis berperan sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan aktivitas:
pengendalian gulma (kimiawi dan manual) dan HPT (Hama Penyakit Tanaman),
pemupukan, dan pemanenan. Pada bulan ke-2 penulis berperan sebagai
pendamping mandor, dengan mengawasi pekerjaan beberapa KHL pada kegiatan
pemeliharaan hingga pemanenan berjalan dengan baik.
Selama 2 bulan terakhir penulis berperan sebagai pendamping asisten.
Tugasnya adalah membantu membuat perencanaan operasional, menjamin tenaga
kerja ditempatkan pada bidang pekerjaan yang sesuai dan membuat laporan hasil
pemeriksaan dan pengujian yang berhubungan dengan proses pemeliharaan dan
panen.

Pengamatan Khusus
Selama kegiatan magang penulis juga melakukan pengambilan data primer
maupun data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan atau
wawancara secara langsung di lapangan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi fluktuasi kandungan ALB pada CPO, kualitas panen, kebutuhan
tenaga kerja, dan komposisi buah restan selama pengolahan, sedangkan data
sekunder diperoleh dari arsip perusahaan. Data yang diambil adalah data mutu
buah dan curah hujan.
Data sekunder ALB diambil dari data Oil Quality di PKS Rambutan. Data
yang dianalisis adalah data ALB harian selama dua bulan sejak Maret 2014
sampai April 2014 kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda
dengan data mutu buah dan curah hujan.

Analisis Data dan Informasi
Pengaruh mutu buah dan curah hujan terdapat ALB CPO dianalisis dengan
uji regresi linier berganda menggunakan software Minitab 16. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ALB adalah mutu buah, curah hujan dan pengolahan.
Nilai ALB merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh
beberapa variabel bebas yakni mutu buah Under ripe (X1), Unripe (X2), Over
ripe (X3), restan (X4) dan curah hujan (X5). Model yang digunakan dalam
analisis ALB CPO kelapa sawit sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5
Keterangan:
Y = persentase ALB (%) , β0 = konstanta titik potong Y, merupakan nilai
perkiraan bagi Y ketika X=0 (garis Y memotong sumbu X), β1, …, β4 =
koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu unit
perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap
variabel bebas lainnya konstan.
X1 = Under ripe (%)
X2 = Unripe (%)
X3 = Restan (%)

6
X4 = Over ripe (%)
X5 = Curah hujan (mm)
Data curah hujan yang digunakan merupakan data curah hujan sehari
sebelumnya.

KEADAAN UMUM TEMPAT MAGANG
Profil Perusahaan
Kebun Rambutan merupakan salah satu perkebunan yang dimiliki oleh
PTPN III. Kebun Rambutan yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai,
Sumatera Utara. Kebun Rambutan berasal dari perkebunan milik Maatscappay
Hindia Belanda NV RCMA (Rubber Cultur Maatskappy Amsterdam) yang pada
tahun 1958 dinasionalisasikan menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara. Dalam
perkembangannya perkebunan ini beberapa kali mengalami perubahan nama,
yaitu pada tahun 1961 menjadi PPN SUMUT IV, pada tahun 1967 diubah menjadi
unit kebun PT. Perkebunan V (Persero). Pada bulan Februari 1996 terjadi
penggabungan antara PTP II, IV dan V yang diberi nama PTP Nusantara III
(Persero) yang berkantor pusat di jalan Sei Batang Hari Medan. Peta lokasi
perkebunan ditampilkan pada Lampiran 1.
PTPN III memiliki visi menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan
kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik. PTPN III memiliki misi
untuk mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara
berkesinambungan, menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan,
memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara
optimal, menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan hasil terbaik bagi para
investor, menjadikan perusahaan paling menarik untuk bermitra bisnis dan
memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

Keadaan Iklim dan Tanah
Kebun Rambutan memiliki topografi datar hingga bergelombang dengan
kemiringan lereng < 5%. Jenis tanah Kebun Rambutan adalah aluvial dan
hidromorfik kelabu dengan pH sekitar 4–6.5. Temperatur udara berkisar 24–27
ºC.
Kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai/ suitable) dengan faktor pembatas utama
adalah tekstur tanah liat berpasir dan peka terhadap erosi. Kebun Rambutan
dikembangkan dengan perbaikan drainase dan perbaikan kesuburan tanah.
Curah hujan rata-rata tahunan selama 10 tahun terakhir (2003–2013) yaitu
merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 101 hari dan
rata-rata curah hujan adalah 136 mm/bulan. Keadaan iklim di Kebun Rambutan
termasuk dalam tipe iklim E dengan curah hujan 1 300–2 100 mm tahun-1 dengan
bulan basah sekitar 8 bulan. Penyinaran matahari berkisar 5–9 jam hari-1 dengan
kelembaban udara 70–80%. Data curah hujan ditampilkan pada Lampiran 2.

7

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas hak guna usaha (HGU) Kebun Rambutan secara keseluruhan adalah 6
837.67 ha. Luasan tersebut terbagi dua yaitu sebesar 4 699.91 ha (73.64%) untuk
kelapa sawit dan 1 681.95 ha (26.36%) untuk karet. Terdapat 8 pembagian areal
kebun yaitu: Afdeling I (856.07 ha), Afdeling II (633.25 ha), Afdeling III
(750.65 ha), Afdeling IV (783.05 ha), Afdeling V (985.28 ha), Afdeling VI (1
099.25 ha), Afdeling VII (534.80 ha) dan Afdeling VIII (739.51 ha). Selain itu
Kebun Rambutan memiliki pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) dan inti
sawit (kernel) dengan kapasitas 30 ton TBS / jam.
Luas areal tanaman menghasilkan (TM) adalah sebesar 4 806.84 ha
sedangkan untuk areal tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 989.55 ha.
Tanaman kelapa sawit di kebun Rambutan terdiri atas tahun tanam 2013, 2011,
2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 1998, 1997, 1996, 1995, 1994 dan
1993 yang rencananya akan mengalami replanting pada bulan Juni 2014.

Keadaan Tanaman dan Produksi
Varietas tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Rambutan adalah
Tenera (Dura x Pisifera). Kebun Rambutan tidak melakukan kegiatan pembibitan
sendiri. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.09 m x 7.692 m sehingga populasi
tanaman per ha yaitu 143 tanaman. Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya
perbedaan jumlah tanaman yang disebabkan jarak tanaman yang berbeda dan
serangan hama dan penyakit. Jumlah tanaman sebenarnya di lapangan sekitar
109–120 tanaman. Data produksi kelapa sawit Kebun Rambutan dapat dilihat
pada Lampiran 3. Produksi buah sawit selama tahun 2009 sampai tahun 2013
mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya tanaman kelapa sawit yang
sudah masuk dalam tanaman tua sehingga memiliki produktivitas menurun. Selain
itu penurunan produksi kelapa sawit disebabkan dengan kurangnya curah hujan
selama 1 semester yaitu pada bulan Januari sampai bulan Juni tahun-tahun
tersebut.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Manager merupakan pimpinan tertinggi di kebun yang bertanggung jawab
kepada direksi atas semua kegiatan di tiap unit kerja kebun. Manager Kebun
Rambutan membawahi asisten personalia kebun, asisten tata usaha dan asisten
teknik/traksi dan 2 orang asisten kepala yang disebut sebagai asisten kepala rayon
A dan asisten kelapa rayon B (Lampiran 4).
Asisten kepala rayon A membawahi 4 afdeling yaitu III, IV, V dan VI
sedangkan asisten kepala rayon B membawahi 4 afdeling yaitu I, II, VII, dan VIII.
Asisten personalia kebun dan asisten tata usaha dibantu oleh krani I dan
karyawan. Asisten teknik/traksi dibantu oleh mandor bengkel, mandor dinas sipil,
mandor traksi dan karyawan.
Di afdeling, kegiatan lapangan asisten afdeling dibantu oleh mandor I,
sedangkan untuk kegiatan administrasi dibantu oleh krani I. Mandor I membawahi
mandor panen dan mandor pemeliharaan. Krani I membawahi krani produksi,

8
krani transport, dan krani cek surat (KCS). Mandor-mandor secara langsung
membawahi karyawan di lapangan yang merupakan strata paling bawah dalam
struktur organisasi.
Standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16–0.2. Total tenaga
kerja di afdeling I Kebun Rambutan adalah 53 orang dengan luas usaha 856.07
Ha, maka ITK Kebun Rambutan adalah 0.06. Nilai tersebut belum memenuhi
tingkat standar tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit.
Sistem penggajian karyawan di bagian produksi berdasarkan gaji pokok dan
premi sedangkan bagi karyawan di bagian non produksi mendapatkan gaji pokok
dan tunjangan peralihan. Selain gaji, karyawan juga mendapatkan fasilitas
Tunjangan Hari Raya (THR), bonus dan jatah beras setiap bulan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemanenan
Satu hari sebelum panen, dilakukan perhitungan AKP (angka kerapatan
panen) untuk menentukan jumlah pekerja panen, jumlah armada pengangkut,
menentukan jumlah tandan matang dan memperkirakan produksi. Setiap areal
yang akan dipanen (kapveld) harus terlebih dahulu dihitung angka kerapatan
panennya.
Tata cara perhitungan AKP yaitu menentukan blok sampel terlebih dahulu
untuk setiap kapveld. Satu blok sampel dalam 1 kapveld maksimal 50 ha dengan
pohon yang diamati 3–5% dari jumlah pohon. Seluruh pohon dalam baris sampel
diperiksa dan dicatat jumlah tandan matang panen dengan rumus sebagai berikut :
AKP =

umlah pohon sampel
umlah tandan uah matang

Contoh perhitungan AKP pada tanaman kelapa sawit TM 2006 pada blok 260
dengan luasan 20 ha:
Jumlah populasi
= 2 860 pohon
Jumlah pohon contoh
= 176 pohon
Jumlah tandan matang
= 60 tandan
176
AKP
=
:1=3 :1
60
Jumlah estimasi produksi

=

Kebutuhan tenaga kerja

=

2 860 Pohon

3
= 9 530 kg
9 530 kg
1 800 kg

= 953 tandan (@ 10 kg)

= 5.2 = 5 o ang (@1 800 kg)

9

Jumlah armada

=

9 530 kg
6 000 kg

=1.5 t uk (@6 000 kg)

Kegiatan pemanenan dilakukan pada pukul 07.00–14.00 WIB. Sebelum
pelaksanaan, pemanen berkumpul di kebun untuk mendapatkan arahan dari
mandor panen yakni menjelaskan teknis kerja harian dan pembagian hanca panen.
Alat-alat panen yang digunakan adalah dodos, egrek, gancu, kapak, ember dan
kereta sorong. Dodos, egrek, dan kapak biasanya setiap pagi diasah terlebih
dahulu agar tajam sehingga kegiatan pemanenan bisa berjalan dengan lancar.
Sistem hanca yang diterapkan di Kebun Rambutan PTPN III adalah sistem
hanca giring. Sistem hanca giring lebih mudah dalam pengawasan pekerjaan para
pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di TPH dan pabrik dibandingkan
dengan sistem hanca tetap. Setiap mandor panen membawahi 10–15 orang
pemanen.
Panen kelapa sawit pada TBS dibenarkan apabila buah kelapa sawit telah
memberondol. Kriteria TBS matang di areal perbukitan adalah 1 brondolan per
TBS, areal bergelombang 5 brondolan per TBS, sedangkan pada areal tanah datar
10 brondolan per TBS. Tandan buah segar siap dipanen dapat dilihat dari fraksifraksi. Kriteria matang panen yaitu fraksi 1, fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4 dan fraksi 5,
sedangkan untuk buah yang tidak boleh dipanen adalah buah dengan fraksi 00 dan
fraksi 0, karena buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0 memiliki kadungan minyak
yang masih sedikit (Tabel 2).
Tabel 2 Kriteria matang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kebun
Rambutan PTPN III
Kriteria mutu TBS
Buah Normal
Buah Mentah
Buah agak matang
Buah matang
Buah lewat matang
Buah abnormal
Buah banci
Buah mantel

Keterangan
Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat
12.5%–25% buah luar membrondol, berwarna merah
mengkilat
26%–50% buah luar membrondol berwarna merah
mengkilat
50%–100% buah luar atau sebagian buah bagian
dalam membrondol
Muncul bunga jantan dan bunga betina dalam satu
tandan
Buah berlapis dan tidak memiliki inti

Sumber: Data kantor Afdeling I Kebun Rambutan 2014

Tangkai tandan yang sudah dipanen, dipotong seperti cangkem kodok/mulut
ikat (2 cm) dan mengutip semua brondolan yang ada di piringan dan pohon. TBS
dan brondolan dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Buah yang
diangkat di TPH disusun 5–10 buah dan diberi nomor pemanen dan mandor. TBS
dengan > 30 kg dibagi menjadi 2 bagian, untuk memudahkan pada saat proses

10
perebusan pada pabrik. Sementara TBS yang sudah busuk, buah dibrondolkan dan
dimasukkan ke dalam goni dan tandan kosong diletakkan di pinggir TPH.
TBS yang sudah dipanen harus secepat mungkin diangkut dan diolah oleh
pabrik. Tujuannya untuk menghindari buah tertinggal lama di lapangan (restan)
maka ketersediaan alat transportasi diupayakan memadai. Hal tersebut dilakukan
melalui koordinasi antara krani transport dan petugas traksi. Pada musim hujan
TBS akan banyak tertinggal dan menginap di TPH buah ini disebut buah restan.
Proses pemanenan TBS dapat dilihat pada Gambar 1.

(A)

(B)

(C)

(D)
(E)
(F)
Gambar 1 Proses pemanenan buah: potong buah (A) susun pelepah (B) potong
tangkai cangkem kodok (C) kutip brondolan (D) angkut TBS ke TPH
(E) susun TBS di TPH (F)

Pemeriksaan Kualitas TBS
Mandor panen wajib masuk ke hanca panen secara acak setelah kegiatan
pemanenan selesai. Tujuannya untuk memeriksa kualitas panen meliputi: TBS
matang yang tertinggal, pelepah yang seharusnya dipotong tetapi tidak dipotong
dan memeriksa brondolan di piringan, selain itu mandor panen wajib menghitung
jumlah TBS yang sudah terkumpul di TPH dan melakukan sortir baah, jika
ditemukan TBS dengan fraksi 0 dan fraksi 00 mandor harus memisahkan buah
TBS tersebut.
Setiap harinya ada petugas kap inspeksi yang memeriksa kegiatan
pemanenan apakah sudah sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh kantor. Tujuan
pemeriksaan oleh petugas kap inspeksi adalah untuk menjaga kualitas buah yang
dipanen.
Penilaian pada setiap pemeriksaan panen dilakukan berdasarkan ketentuan
panen yang ditetapkan kebun Tabel 3 dan Tabel 4. Penilaian panen, baik pada
hanca panen maupun TPH terdiri dari lima aspek, dengan nilai kesalahan masing-

11

masing untuk setiap kesalahan yang dilakukan, dan akan dikalikan dengan jumlah
kesalahan yang ditemukan. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan, maka
akan semakin tinggi pula jumlah nilai kesalahan yang akan diperoleh pemanen.
Nilai kesalahan ini kemudian akan menjadi faktor untuk menentukan premi harian
pemanen.
Premi diberikan sebagai penghargaan yang diberikan kepada pemanen yang
telah mencapai basis tugas. Premi bertujuan untuk menambah semangat pemanen
dalam berproduksi tinggi, baik kualitatif maupun kuantitatif serta meningkatkan
pendapatan karyawan pemanen sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang
diperoleh.
Tabel 3 Penilaian pemeriksaan di hanca di Kebun Rambutan PTPN III
Nomor
1
2
3
4
5

Aspek pemeriksaan
Tandan matang tidak dipanen
Tandan dipanen tidak diangkut di TPH
Brondolan tidak dikutip
Pelepah tidak dipotong dua atau tiga dan
tidak disusun
Tidak
menurunkan
pelepah
yang
seharusnya diturunkan (curi buah)
Jumlah nilai kesalahan

Nilai kesalahan*
5.0
5.0
0.5
1.0
1.0
12.5

*Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek pemeriksaan

Tabel 4 Penilaian pemeriksaan panen di TPH di Kebun Rambutan PTPN III
No
1
2
3
4
5

Aspek pemeriksaan
Buah mentah dipanen
Buah busuk dipanen
Tangkai tandan panjang (> 2.5 cm)
Tumpukan brondolan kotor
Tidak menuliskan nomor pemanen dan
nomor mandor panen di gagang tandan
Jumlah nilai kesalahan

Nilai kesalahan*
5.0
5.0
1.0
2.0
0.5
13.5

*Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek pemeriksaan

Prestasi normal adalah kemampuan pemanen yang bekerja secara optimal
selama 7 jam kerja. Basis tugas adalah batas prestasi minimum (kg HK-1) yang
dicapai pemanen. Setiap pemanen wajib untuk mencapai basis tugas yang telah
ditetapkan perusahaan. Basis tugas diberikan kepada pemanen sebesar 70% dari
prestasi normal (PN) untuk areal tanah rata sampai bergelombang dan untuk areal
berbukit 80% dari prestasi normal tanah rata sampai bergelombang (Tabel 5).
Premi panen juga diberikan pada mandor I, krani produksi, krani transportasi,
krani afdeling, dan mandor panen yang dapat dilihat dalam Tabel 6. Distribusi
basis tugas disesuaikan dengan penyebaran produksi bulanan.

12
Tabel 5 Prestasi normal dan basis tugas kegiatan panen
Tanaman
menghasilkan (TM)

Prestasi normal
(PN) Kg TBS
HK-1

1
TM 1-3
TM 4-8
TM 9-13
TM 14-20
TM 21-24
TM > 24

2
400
800
1 300
1 200
1 000
800

Basis tugas (BT) kg.TBS
Tanah rata s.d
Areal berbukit
bergelombang
s.d curam
(70% x PN)
(80% x BT
tanah rata)
3= 2 x 70%
4= 3 x 80%
280
224
560
448
910
728
840
672
700
560
560
448

Sumber: Kantor Adeling I, Kebun Rambutan 2014

Tabel 6 Premi supervisi panen
Supervisi
Mandor Panen
Krani Transportasi
Krani Produksi
Krani Afdeling
Mandor I

Volume
< 10 HK
< 10 HK

Perhitungan premi
150% rata rata premi pemanen
110% rata rata premi pemanen
110% rata rata premi krani transport
110% rata rata premi krani produksi
150% rata rata premi mandor panen

Sumber: Kantor Adeling I, Kebun Rambutan 2014

Pada pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kap inspeksi, jika ditemukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan SOP panen maka pemanen akan mendapatkan
denda atau pemotongan premi yang besarnya ditentukan berapa banyak kesalahan
yang dilakukan.
Hasil penilaian dari kinerja setiap pemanen yang telah dilakukan oleh
mandor kap inspeksi, mandor I, dan asisten afdeling, selanjutnya akan
diakumulasikan untuk setiap hari kerja dan akan digunakan untuk menentukan
kelas pemanen pada hari tersebut (Tabel 7).

Tabel 7 Klasifikasi kelas pemanen
Klasifikasi
A
B
C
D

Nilai pemeriksaan panen (%)
90–100
80–89
70–79
60–69

Sumber: Instruksi Kerja PTPN III

Kelas pemanen dapat berubah setiap hari tergantung hasil pemeriksaan
panen harian. Kelas pemanen merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk
menentukan premi pemanen yang akan diterima pada setiap hari kerja. Jika dalam
pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kap inspeksi ditemukan hal-hal yang
berkaitan dengan SOP panen maka pemanen akan mendapatkan denda atau

13

pemotongan premi yang besarnya ditentukan berapa banyak kesalahan yang
dilakukan. Premi akan diakumulasikan selama 1 bulan dan dibagikan pada saat
pembayaran gaji bulanan.
Dalam kegiatan panen kebun biasanya melakukan rotasi panen agar
kegiatan pemanenan dapat berjalan dengan baik dan kualitas TBS yang dipanen
sesuai dengan kriteria panen. Rotasi panen adalah putaran panen antara panen
berikutnya dengan panen selanjutnya di tempat yang sama. Kebun Rambutan
dalam setahun membagi rotasi panen menjadi 2 semester pada semester pertama
(Januari–Juni) menggunakan rotasi 5/7 sedangkan pada semester kedua (JuliDesember) menggunakan rotasi 6/7.
Waktu panen yang terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe
bahkan bisa empty bunch. Keadaan tersebut bisa mengakibatkan meningkatnya
jumlah brondolan sehingga akan memperlambat penyelesaian hanca dan bisa
meningkatkan kadar ALB. Interval panen terlalu cepat akan mengakibatkan
pemanen cenderung mendapatkan buah mentah (Unripe). Hal tersebut akan
memperkecil presentase kerapatan buah sehingga akan mengurangi jumlah tonase
buah yang diperoleh dan mempengaruhi mutu buah yang didapatkan.
Pemanenan yang dilakukan di Kebun Rambutan sudah cukup baik, mungkin
yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan yang dilakukan oleh mandor panen,
sehingga bisa mengurangi panen buah mentah. Selain itu, perlu ada kerja sama
antara mandor panen dan krani transport sehingga buah mentah tidak diangkut ke
PKS.
Pengangkutan Buah
Setelah buah diperiksa oleh mandor dan krani transportasi buah yang sudah
terkumpul di TPH kemudian diangkut ke dalam truk untuk dibawa ke PKS
(Gambar 2). Setiap truk yang masuk ke afdeling melapor ke kantor afdeling dan
sewaktu mengangkat TBS dari TPH harus diikuti oleh krani transport. Krani
transport mencatat jumlah TBS dalam formulir pengumpulan buah (PB.24) per
tahun tanam per blok per mandoran dan per pemanen. Kapasitas truk yang
dibenarkan masuk ke afdeling sesuai surat perjanjian. TBS diangkut ke PKS
dilengkapi dengan surat pengantar TBS (PB.25.01/Berstempel CSPO) yang
ditanda tangani oleh krani produksi dan asisten afdeling. Truk yang mengangkut
TBS harus dilengkapi jaring pengaman pengangkutan yang dipasang dengan
benar untuk menghindari TBS jatuh di jalan.
Dalam pengangkutan buah biasanya terdapat 2 orang pemuat di setiap truk.
Pemuat ini bertanggung jawab atas muatan truk serta penyusunan TBS.
Pengangkutan TBS dan brondolan biasanya dimulai pukul 09.00 WIB atau saat
buah yang dipanen sudah dapat dimuat ke dalam 1 bak truk. Teknik pengangkutan
yang dilakukan adalah pengambilan TBS dimulai dari jarak yang terjauh dari jalan
utama dan semakin mendekat ke jalan utama kebun. Kapasitas 1 truk angkut TBS
adalah 6–7 ton.

14

(A)
(B)
(C)
Gambar 2 Proses pengangkutan TBS: TBS di TPH (A) pengangkutan TBS ke truk
(B) pengutipan brondolan di TPH (C)
Gambar 2 (A) menunjukkan TBS yang sudah dikumpulkan TPH dan siap
untuk diangkut kedalam truk. Gambar 2 (B) adalah proses pengangkutan TBS ke
dalam truk yang dilakukan, sedangkan pengutipan brondolan di TPH di tunjukkan
pada Gambar 2 (C).
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Gulma
harus diberantas agar pertumbuhan kelapa sawit dapat berjalan dengan baik dan
optimal. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Rambutan PTPN III
dengan cara kimiawi dan manual dengan sasaran piringan dan gawangan.
Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan
Merk dagang
Gradoxone 276
SL
Ally 20 WDG

Bahan aktif
Paraquat diklorida
276 g/l
Metil metsulfuro

Daerah aplikasi
Piringan dan
gawangan
Piringan

SMART 486 AS

Isopropil amina
glifosat 486

Gawangan

Sida Up 490 SL

Isopropil amina
glifosat 490

Gawangan

Round Up
Biosorp 480 AS

Isopropil amina
glifosat 480

Gawangan

Gulma sasaran
Rumput dan teki
Seluruh gulma
(herbisida pratumbuh)
Gulma daun
lebar, gulma
daun sempit dan
alang-alang
Gulma daun
sempit dan
gulma daun lebar
Rumput dan dan
gulma daun lebar

Sumber: Data pengendalian hama dan penyakit Afdeling I 2014

Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan meliputi menggaruk
piringan, menggaruk gawangan, dan dongkel anak kayu (DAK). Menggaruk
piringan merupakan kegiatan membersihkan gulma yang ada di piringan dengan
membersihkan semua gulma dan kacangan bersih dari gulma (kacangan 100%).
Tujuannya adalah agar tanaman dapat menyerap hara secara maksimal,

15

mempermudah kontrol dalam kegiatan pemupukan, dan mudah mengutip
brondolan.
Sistem kerja yang digunakan dalam pembukaan piringan secara manual
adalah dengan membagi tenaga kerja per mandoran. Setiap mandor memiliki
anggota yang berbeda-beda tergantung jumlah tenaga kerja yang tersedia.
Pekerjaan pembukaan piringan biasanya dilakukan per blok dimulai dari blok
dengan gulma terparah. Kegiatan membuka piringan secara manual dilakukan
oleh karyawan harian lepas (KHL) yang diawasi oleh mandor. Pada TBM I
piringan dibuka dengan radius 1 m dari tanaman. Rotasi pemeliharaan piringan 1–
2 bulan sekali tergantung kebutuhan.
Sistem kerja yang diterapkan oleh Kebun Rambutan adalah sistem
borongan, dimana 1 tenaga kerja harus dapat membuka piringan/menggaruk
piringan sebanyak 60 pohon selama 3 jam kerja. Sistem upah yang diberikan
kepada pekerja adalah sistem HK. Satu HK = Rp 15 000 ( 3 jam kerja). Setiap
harinya mandor pemeliharaan mencatat di buku mandor yang berisi jumlah tenaga
kerja, prestasi kerja yang didapat, dan luasan yang diperoleh. Babat gawangan
yang dikerjakan oleh KHL dengan norma 4 HK ha-1.
Dongkel anak kayu merupakan kegiatan mencabut atau mendongkel gulma
kayu dan anakan sawit dari areal perkebunan kelapa sawit. Dalam hal ini tidak
semua jenis gulma perlu diberantas misalnya vegetasi rumput-rumputan dan
tanaman setahun lainnya yang bersifat lunak, berakar dangkal dan tidak tumbuh
tinggi. Disamping itu harus dijaga supaya pengendalian gulma tidak berlebihan
untuk mencegah terjadinya erosi. Dongkel anak kayu (DAK) dilakukan 2 rotasi
setahun. Dongkel anak kayu (DAK) dan anakan kelapa sawit dilakukan dengan
menggunakan cados kemudian gulma ditumpuk di atas tumpukan pelepah. Sistem
kerja yang dilakukan adalah sistem borongan dengan norma 2 HK ha-1 dengan
upah sebesar Rp 11 000. Kegiatan DAK dilakukan oleh KHL yang seluruhnya
perempuan dengan kisaran umur 45–49 tahun. Kegiatan DAK diawasi oleh satu
mandor yang bertugas untuk menjaga kualitas pekerjaan dan membuat laporan
harian yang dimasukan kedalam buku mandor yang dilaporkan kepada Asisten
Tanaman. Kegiatan dongkel anak kayu dapat dilihat pada Gambar 3.

(A)
(B)
Gambar 3 Kegiatan DAK : mendongkel anak kayu (Tanaman Talas) (A)
pengumpulan anak kayu di gawangan mati (B).
Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida, baik selektif
maupun non selektif. Keuntungan pengendalian gulma secara kimia adalah cepat
dan efektif terutama untuk areal yang luas. Pengendalian kimia meliputi
pengendalian gulma pada gawangan, piringan pohon, dan pemeliharaan jalan.

16
Pengendalian gulma secara kimiawi tersebut menggunakan alat semprot knapsack
Solo 15 L dan Micron herbi sprayer (MHS) 15 L. Mandor membagi KHL
menjadi beberapa grup. Setiap grup terdiri dari 8 penyemprot dengan rincian 1
orang pengisi air, 1 orang membuka Mucuna bracteata (LCC), dan 6 orang tenaga
penyemprot. Biasanya dalam 1 hari ada 2–3 grup penyemprot. Upah diberikan
secara borongan sebesar Rp 20 000 HK-1. Jika dibanding dengan gaji karyawan
pengendalian gulma manual, gaji pengendalian gulma kimiawi lebih besar karena
resiko kesehatan lebih besar.
Pengendalian gulma secara kimia dengan knapsack Solo 15 L menggunakan
nozel dengan warna merah, biru, kuning dan nozel jantung. Nozel merah memiliki
lebar semprot 2 m, nozel biru 1.5 m, dan nozel kuning 0.5 m. Herbisida yang
digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu kedalam jerigen dengan kapasitas 20
L, kemudian ditambahkan air hingga jerigen penuh. Herbisida yang sudah
dicampur lalu dimasukkan kedalam tangki. Pada pengendalian gulma piringan, 1
HK harus bisa mengabiskan 10 knapsack selama 3.5 jam kerja. Hal-hal yang
diawasi mandor pemeliharaan adalah pencampuran racun agar dosis tepat. Selain
itu air yang digunakan adalah air bersih agar efek herbisida maksimal. Mengingat
setiap KHL mempunyai kecepatan jalan yang berbeda-beda mandor juga
mengawasi kecepatan jalan penyemprot agar tepat dosis.
Herbisida yang digunakan adalah Gramoxone 276 SL dengan bahan aktif
Paraquat diklorida 276 g l-1 yang dicampur dengan Ally 20 WDG dengan bahan
aktif Metil metsulfuron 20%. Gramoxone 276 SL adalah herbisida purna-tumbuh
bersifat kontak yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma berdaun lebar,
sedangkan Ally 20 WDG adalah herbisida sistemik pra-tumbuh dan purnatumbuh. Parakuat diharapkan membongkar lapisan lilin dan melukai bagian tubuh
gulma, sementara Ally 20 WDG yang bersifat sistemik dapat masuk ke dalam
jaringan. SMART 486 AS adalah herbisida glifosat purna-tumbuh yang efektif
apabila diaplikasikan pada gulma alang-alang. Pencampuran kedua herbisida
dengan sistem kerja yang sama diharapkan dapat mematikan gulma alang-alang
secara efektif.
Pengendalian gulma dengan Micron Herbi Sprayer diawasi oleh 1 orang
mandor pemeliharaan. Tenaga MHS yang ada di Kebun Rambutan ada 5 orang.
Dalam 1 grup terdapat 5 orang tenaga MHS yang terdiri atas 1 orang pengisi air
dan 4 orang tenaga penyemprot. Sebelum melakukan kegiatan penyemprotan,
tenaga penyemprot harus menggunakan APD terlebih dahulu.
Secara umum jenis gulma yang tumbuh di Afdeling I Kebun Rambutan
adalah didominasi oleh gulma berdaun lebar yaitu Ageratum conyzoides L,
Amaranthus dubius L, Clidemia hirta (L) D.Don, Mimosa pudica L, Nephrolepis
biserata (Sw.) Schott dan Passiflora foetida L, gulma teki yaitu Cyperus kyllingia
Endl, dan gulma rumput yaitu Axonopus compresus (Sw.) Beauv, Eleusin indica
(L). Gaertn, Imperata cylindrica L, Oxalis barrelieri L, dan Paspalum
conjugatum Berg. Pertumbuhan gulma pada areal kebun dapat mengganggu
proses pemeliharaan seperti pemupukan dan proses pemanenan.
Setiap hari mandor pemeliharaan membuat laporan terkait jumlah tenaga
kerja, prestasi dan luasan yang diperoleh. Selain itu mandor membuat peta daerah
yang sudah dilakukan pengendalian yang selanjutnya dilaporkan kepada Asisten
tanaman saat apel pagi.

17

(A)
(B)
Gambar 4 Pengendalian gulma: kimiawi (A) dan manual (B)
Pada Gambar 4 (A) menunjukkan pengendalian gulma pada piringan pohon
secara kimiawi, sedangkan Gambar 4 (B) adalah kegiatan pengendalian gulma
secara manual yang dilakukan oleh karyawan harian lepas.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan bila serangan hama sudah di atas ambang
batas ekonomi. Jumlah serangan hama dikatakan sudah melewati ambang batas
ekonomi apabila serangan > 5% dari populasi. Untuk melihat tingginya serangan
pada tanaman kelapa sawit dilakukan sensus hama. Tujuan dari sensus hama
adalah untuk melihat populasi hama sedini mungkin, mengetahui stadia hama
yang menyerang dan mendapatkan data larva yang mati dan hidup.
Tabel 9 Jenis hama, penyakit dan serangannya
No
1
2
3
4

Jenis penyakit dan hama
Mahasena corbetti. Tams
(ulat kantong)
Setora nitens. Wlk (ulat api)
Oryctes rhinoceros. L
(kumbang tanduk)
Ganoderma

Ambang batas (jumlah larva
hidup)
8–10 ekor

TBM/TM
TBM/TM

6–8 ekor
TBM/TM
5% untuk TM dan 10% untuk TBM/TM
TM
TM

Sumber: Instruksi Kerja Kebun Rambutan

Petugas sensus setiap apel pagi akan melaporkan hasil sensus hari
sebelumnya. Hasil sensus berisi jumlah serangan hama dan tingkat keparahan
serangan hama tersebut. Setelah diperoleh laporan sensus dari petugas sensus,
asisten tanaman akan memberikan perintah kepada mandor pemeliharaan untuk
melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan hasil sensus serangan.
Pada tanaman TBM I serangan hama yang sering ditemukan adalah ulat
kantong, ulat api, dan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengendalian hama
seperti kumbang tanduk menggunakan pestisida Marshal 5 g dengan dosis 5 g
tanaman-1 dengan pengaplikasian ditaburkan butiran-butiran Marshal di ketiak
daun. Tenaga penabur terdiri dari 2–4 orang yang semuanya wanita. Dalam 3 jam
kerja tenaga penabur harus menghabiskan 2 bungkus Marshal 5 g (karbosulfat
5%) dengan gaji Rp 15 000 HK-1.

18
Pada tanaman TM serangan hama dan penyakit yang sering menyerang
adalah ulat api, ulat kantong, kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros. L.), dan
ganoderma. Serangan ulat api (Setora nitens.Wlk) menyebabkan kerusakan daun
(defoliasi) tanaman yang akan berdampak pada penurunan produksi tanaman.
Sensus ulat api dilakukan dengan cara mengamati pelepah ke-9 yang dipilih dari
pohon kelapa sawit ke-1 pada baris pertama dalam blok pengamatan. Pengamatan
berikutnya dilanjutkan pada pohon ke-10, ke-20 dan seterusnya (kelipatan 10)
yang masih berada pada baris pertama.
Pengendalian ulat api secara kimia menggunakan pulsfog dengan insektisida
Matador. Kegiatan fogging dilaksanakan oleh seorang karyawan dibawah
pengawasan seorang mandor perawatan. Fogging dilaksanakan di blok yang telah
melampaui batas toleransi jumlah ulat api per pelepah, yaitu terdapat 5 ekor ulat
api atau lebih per pelepah pada pohon kelapa sawit. Pelaksanaan fogging
dilakukan pada malam hari untuk menghindari penguapan insektisida yang
berlebihan akibat panas.
Dalam aplikasi fogging, insektisida dicampur dengan solar. Komposisi
insektisida dan solar yang diberikan adalah 200 m