Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara.

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN BANGUN
BANDAR PT SOCFIN INDONESIA, MEDAN,
SUMATERA UTARA

ACHMAD HAMDANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen
Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Bangun
Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Achmad Hamdani
NIM A24110090

ABSTRAK
ACHMAD HAMDANI. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara.
Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA.
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Bangun Bandar sejak bulan
Februari sampai dengan Juni 2015. Kegiatan magang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan bekerja, mempelajari dan menganalisis
manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit di kebun Bangun Bandar. Analisis
manajemen pemupukan berdasarkan konsep 5 tepat pemupukan dan defisiensi
hara. Pelaksanaan konsep tepat dosis aplikasi pemupukan belum sesuai dengan
rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan meskipun karung untilan telah

memenuhi tepat dosis. Waktu aplikasi pemupukan di Bangun Bandar belum
sesuai dengan SOP pemupukan Bangun Bandar 2015. Jenis pupuk yang
diaplikasikan sudah sesuai dengan rekomendasi pemupukan. Ketepatan cara dan
tempat belum sesuai dan perlu ditingkatkan. Berdasarkan pengamatan secara
visual, gejala defisiensi hara yang dominan pada tanaman belum menghasilkan
adalah boron, sementara pada tanaman menghasilkan adalah kalium.
Kata kunci : Manajemen pemupukan, defisiensi, tepat dosis, pupuk.
ABSTRACT
ACHMAD HAMDANI. Management fertilization of Oil Palm (Elaeis guineensis
Jacq.) at Kebun Bangun Bandar, PT. Socfin Indonesia, Medan, sumatera Utara..
Supervised by SUDIRMAN YAHYA.
Internship activities was conducted at Kebun Bangun Bandar in February to
June 2015. The internship was aimed to increase knowledge and job skills, and to
study and analysie the fertilizer management of oil palm plantations. Management
of fertilization was analyzed based on five rights concept and nutrients deficiency.
Implementation of the concept of right dosage had not met recomended dosage,
although amount of package had been in right usaged. Time of application at
kebun Bangun Bandar had not been followed the SOP of fertilization. Kind of
fertilizers had met recommended fertilizers. The right manners and places had not
med Standar Operational Procedure (SOP) ferlization and should be improved.

Based on visual observation, the dominant deficiency symptom of nutrient on
immature palms was Boron, while on the mature palms was Kalium.
Keywords: fertilization management, deficiency, right dosage, fertilizer.

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN BANGUN
BANDAR PT SOCFIN INDONESIA, MEDAN
SUMATERA UTARA

ACHMAD HAMDANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Kegiatan magang dilaksanakan sejak bulan Februari
2015 hingga Juni 2015 dengan judul “Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Bangun Bandar PT. Socfin
Indonesia, Medan, Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
mendukung dalam penulisan skripsi ini. Penulisan ini merupakan tugas akhir
untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Secara khusus penulis ucapkan
terima kasih kepada keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan,
mendoakan, dan memberikan bantuan baik moral maupun materil kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh sahabat serta temanteman AGH 48 ( Dandelion 48) yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Sudirman
Yahya, MSc selaku dosen pembimbing yang selalu memberi bimbingan dan saran
dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak

Hugo RPM Napitupulo, SP selaku pengurus Bangun Bandar, Bapak Ferdinan TE
Munthe selaku kepala PKS, Bapak H. Ricky Irawan, SP selaku asisten kepala dan
Bapak Sigit Okta Syahbuana, SP selaku pembimbing lapang di DIV.I beserta staff
Perkebunan Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia yang telah memberi bimbingan
dan nasehat selama kegiatan magang.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2015

Achmad Hamdani

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA

Pemupukan

xiv
xiv
xv
1
1
2
2
2

Jenis-Jenis Pupuk

3

Ketidaktepatan Aplikasi Pemupukan

3

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

5
5

Metode Pelaksanaan

5

Pengamatan dan Pengumpulan Data

5

Analisis Data dan Informasi

6

KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif


7
7

Keadaan Iklim dan Tanah

7

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

7

Keadaan Tanaman dan Produksi

8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

9

Fasilitas Kebun


9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis

10
11

Aspek Managerial

32

PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

34
40
40


Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

40
41
42
58

DAFTAR GAMBAR

1 Fasilitas kebun Bangun Bandar (a. masjid; b. gereja; c. perumahan karyawan;
d. poliklinik; e. lapangan tenis; f. lapangan voli).
10
2 Apel pagi bersama asisten dan
10
3 Penanaman Mucuna bracteata (a. Benih Mucuna bracteata ; b. Penanaman
Mucuna bracteata).

12
4 Pengendalian gulma (a. BTP (Bongkar tanaman pengganggu) ; b. Semprot
micron herby).
13
5 Kegiatan sensus ulat (a. titik sensus ; b. perhitungan ulat )
14
6 Kegiatan injeksi batang (a. pengeboran batang ; b. pengisian insektisida).
15
7 Aplikasi kompos (a. penebaran kompos dalam piringan ; b. hasil penebaran
kompos secara manual ; c. penebaran kompos dengan penebar (giltrap) ; d.
Hasil penebaran kompos secara mekanis)
17
8 Pemupukan secara mekanis (a. Muat pupuk ke dalam hopper ; b. Flow control
spreader ; c. Hopper telah terisi pupuk ; d. Penebaran pupuk dengan Spreader).19
9 Proses penguntilan di gudang (a. Takaran penguntilan ;
20
10 Kegiatan pengeceran pupuk (a. Pengeceran untilan di TPH; b. Untilan di TPH
).
21
11 Kegiatan pemupukan secara manual (a.Briefing dari asisten ; b. Takaran pupuk
; c. Penebaran pupuk secara strip ; d. Penebaran pupuk diatas kompos ).
22
12 Cara kerja penebaran pupuk
22
13 Gejala defisiensi unsur hara tanaman kelapa sawit (a. Defisiensi nitrogen ; b.
Defisiensi posfor ; c. Defisiensi kalium ; d. Defisiensi magnesium ; e.
Defisiensi boron ; f. Defisiensi besi).
28
14 Kegiatan penunasan (a. Pemotongan pelepah ; b. Hasil pemotongan pelepah
yang diletakkan diantara barisan pokok / gawangan mati).
29
15 Pemanenan TBS (a. Pemanenan TBS dengan egrek ; b. Susunan TBS di TPH ;
C. Muat TBS di TPH ; d. Bongkar muat di tuangan).
31

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6

Tata guna lahan Perkebunan Bangun Bandar
8
Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar
8
Jumlah Pegawai Staf, Pegawai Non Staf, dan Karyawan Tahun 2015
9
Ketepatan dosis untilan di Kebun Bangun Bandar
23
Pengamatan ketepatan dosis aplikasi Kieserit dan Borax
24
Rencana dan aplikasi pemupukan di Kebun Bangun Bandar dan curah hujan
pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015
25
7 Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Bangun Bandar Divisi I
25
8 Pengamatan ketepatan cara penebar pupuk di Kebun Bangun Bandar
26
9 Pengamatan ketepatan tempat penebaran pupuk
27
10 Pengamatan ketepatan tempat pupuk RP
27
11 Hasil pengamatan defisiensi unsur hara
28
12 Ketentuan denda bagi pemanen
31

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Kebun
Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia,
42
2 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor/Mandor besar di
Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara
44
3 Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten/Kepala Afdeling
di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara
46
4 Peta Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia
50
5 Curah hujan dan hari hujan di Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia
tahun 2009-2014
51
6 Struktur organisasi Kebun Bangun Bandar PT.Socfin Indonesia
52
7 Struktur organisasi Divisi I kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia
53
8 Klasifikasi tingkat serangan ulat daun (Rata-rata / pelepah daun)
54
9 Bon kompos Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia
55
10 Bon pengeluaran pupuk Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia
55
11 Bon pemupukan Kebun Bangun Bandar PT. Socfin Indonesia
55
12 Ketentuan tarif premi pemanen
56
13 Standar operasional prosedur (SOP) aplikasi pupuk
57
14 Jumlah tanaman kelapa sawit, luas areal dan tahun tanam
57

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting di
Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Kelapa
sawit menjadi andalan ekspor dan penyumbang devisa non migas yang cukup
besar bagi Indonesia (Lubis 2008). Laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor
kelapa sawit khususnya CPO selama 2003-2014 sebesar 12.94% per tahun dengan
peningkatan nilai ekspor rata-rata 25.76% per tahun. Realisasi ekspor komoditas
kelapa sawit tahun 2013 telah mencapai volume 20.58 juta ton (minyak
sawit/CPO dan minyak sawit lainnya) dengan nilai US $15.84 milyar.
Perkembangan areal dan produksi kelapa sawit di Indonesia meningkat pesat,
pada tahun 2012 dengan luas areal 9 074 621 ha dengan produksi Crude Palm Oil
(CPO) sebesar 23 521 071 ton, sementara pada tahun 2014 luas areal kelapa sawit
mencapai 10 956 231 ha dengan produksi CPO 29 344 479 ton (Ditjenbun 2014).
Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu faktor terpenting dalam
meningkatkan produktivitas kelapa sawit untuk memenuhi permintaan yang
meningkat tersebut. Salah satu faktor terpenting dalam pemeliharaan kelapa sawit
yaitu pemupukan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit memegang peranan
yang sangat penting, lebih dari 50% biaya pemeliharaan tanaman digunakan untuk
pemupukan. Kelapa sawit hibrida yang saat ini dikembangkan umumnya sangat
responsif terhadap pemupukan (Hakim 2007).
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman tumbuh sehat,
berproduksi secara maksimal, ekonomis, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit, serta dapat mengatasi persaingan unsur hara dengan gulma (Suwandi et
al., 1987). Pemupukan pada tanaman kelapa sawit dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan unsur hara di dalam
tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi untuk mencapai daya hasil
(produksi) yang maksimal ( Pahan 2013).
Sehubungan dengan hal tersebut maka manajemen pemupukan kelapa sawit
harus dilakukan dengan menerapkan kaidah kefektifan dan efisiensi pemupukan.
Menurut Simatupang et al (2010) manajemen pemupukan adalah pengelolaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai proses pemupukan yang telah
ditentukan. Tujuan manajemen pemupukan adalah menjamin kelancaran
pengadaan dan pelaksanaan pemupukan untuk mencapai pemupukan yang efisien
dan efektif, memenuhi prinsip lima tepat, yaitu: tepat waktu, dosis, cara, jenis, dan
tepat tempat.

Tujuan
Kegiatan magang secara umum bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bekerja secara nyata baik teknis maupun manajerial di perkebunan
kelapa sawit. Secara khusus tujuan magang adalah mempelajari dan menganalisis
manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit di kebun Bangun Bandar serta
mengetahui permasalahan-permasalahan pemupukan yang terdapat di lapangan
dan mencari upaya penyelesaiannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemupukan
Menurut Mangoensoekarjo (2007) upaya pemupukan pada tanaman kelapa
sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal
pada tanaman. Hasil yang diharapkan dari upaya pemupukan yaitu dapat
memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan
minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya.
Pemupukan akan dapat mencapai sasarannya jika pelaksanaan aplikasinya di
lapangan telah mempertimbangkan:
1. Jumlah unsur hara yang harus diberikan kepada tanaman cukup dan
berimbang.
2. Setiap jenis pupuk harus memiliki kualitas baik dan ramah lingkungan.
3. Penentuan jenis dan dosis pupuk yang dilakukan sesuai dengan arahan para
rekomendator pupuk.
4. Aplikasinya harus menuruti kaidah lima tepat yaitu tepat dosis, tepat
kombinasi hara, tepat waktu aplikasi, tepat jenis pupuk, dan tepat cara
aplikasinya.
5. Pengawasan yang ketat dalam aplikasinya di lapangan.

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit
Menurut Pahan (2008), pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap
perkembangan tanaman, yaitu pada tahap pembibitan, TBM yang mengacu pada
dosis baku dan tahap TM yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor
dasar, serta suatu konsep neraca hara. pemupukan di pembibitan bertujuan untuk
menjamin kecukupan dan keseimbangan hara tanaman. Pemupukan tanaman
belum menghasilkan dilakukan agar tanaman dapat tumbuh prima dan
berproduksi tepat waktu. Pemupukan tanaman menghasilkan dapat memberikan
produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal (Lubis 2008).

3

Jenis-Jenis Pupuk
Menurut Pahan (2008) produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan
kelapa sawit tidak terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pemupukan yang
baik tersebut menuntut praktisi pihak perkebunan untuk secara tepat dalam
menentukan jenis dan kualitas pupuk. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada
umumnya menggunakan jenis pupuk sebagai berikut.
Pupuk Anorganik
Pengembangan pupuk anorganik di perkebunan kelapa sawit bertujuan
untuk menambah hara tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman
yang cukup tinggi. Pupuk anorganik terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
(Hardjowigeno 2007). Menurut Pahan (2013) jenis-jenis pupuk anorganik
mengandung unsur: nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K), magnesium (Mg),
kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), boron (B), dan
molybdenum (Mo).
Pupuk Organik
Struktur tanah dapat diperbaiki dengan menambahkan bahan organik. Bahan
organik didapatkan dari produk limbah sehingga tersedia secara murah. Daur
ulang limbah dari proses pengolahan di pabrik akan sangat bermanfaat bagi
tanaman karena secara komparatif memberikan unsur hara yang murah tanpa
adanya risiko keracunan bagi tanaman (Pahan 2008).
Menurut Pahan (2013), kriteria penting pupuk organik dapat dilihat dari
beberapa hal, yaitu:
1. Kandungan bahan kering.
2. Total humus dan humus yang mudah termineralisasi.
3. Total N dan N yang bereaksi cepat.
4. Nisbah C/N
5. Kandungan senyawa atau unsur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
mutu produk yang dihasilkan (misalnya kandungan logam berat).

Ketidaktepatan Aplikasi Pemupukan
Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu
mengacu pada 4T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu
pemupukan. Penyimpangan dalam aplikasi pemupukan di lapangan masih sering
ditemukan, sehingga sasaran pemupukan untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman yang sesuai dengan standar sulit tercapai (Poloengan et al. 2003)
Ketidaktepatan Jenis Pupuk
Penentuan jenis pupuk mengacu pada beberapa dasar pertimbangan, yaitu
umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan dan harga pupuk. Namun,
kenyataannya jenis pupuk yang digunakan saat aplikasi di lapangan sering diganti
dengan jenis lainnya dengan alasan ketidak-tersediaan di jalan atau pertimbangan
lainnya.

4

Ketidaktepatan Dosis Pupuk
Dosis pupuk pada perkebunan besar umumnya diberikan secara optimum,
namun pada perkebunan rakyat, pemupukan hanya dilakukan 50% dari dosis
anjuran. Ketidaktepatan pemberian dosis pupuk dapat berakibat terhambatnya
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Ketidaktepatan Cara Pemupukan
Dua cara aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit, yaitu cara tebar
dan cara pocket (benam). Cara tebar yaitu penebaran pupuk pada piringan kelapa
sawit. Cara benam hanya digunakan untuk menghindari kehilangan hara akibat
pencucian pada areal berbukit atau areal yang sering dilalui aliran air hujan.
Aplikasi yang kurang tepat menyebabkan kehilangan pupuk sehingga
efektifitasnya berkurang.
Ketidaktepatan Waktu Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan > 60 mm bulan⁻¹,
namun tidak pada puncak musim hujan. Aplikasi pemupukan untuk setiap
semester selesai dalam waktu 2 bulan untuk memberikan keseimbangan hara di
dalam tanah. Kesulitan pengadaan pupuk dan persiapan lapangan menyebabkan
pemupukan tidak tepat waktu (Poeloengan et al. 2003).

Rekomendasi Pemupukan
Menurut Hakim (2007), rekomendasi pemupukan dapat dikelompokkan
pada 3 kriteria yaitu: (1) maintenance program, rekomendasi dosis pemupukan
yang akan menghasilkan produktivitas seperti tahun-tahun sebelumnya; (2) down
grade program, rekomendasi dosis pemupukan yang akan menurunkan produksi;
(3) up grade program, rekomendasi dosis pemupukan yang akan menghasilkan
peningkatan produktivitas sesuai dengan keinginan agar laba usaha maksimal
dapat dicapai.
Menurut Mangoensoekarjo (2007), dosis pupuk yang direkomendasikan
didasarkan kepada berbagai faktor meliputi :
 Sejumlah unsur hara yang terbawa dalam TBS sewaktu panen.
 Unsur hara yang terimmobilisasi dalam batang, pelepah dan tumbuhan
penutup tanah.
 Unsur hara yang difiksasi oleh tanah dan estimasi kehilangan unsur hara
akibat aliran permukaan setelah pupuk diaplikasikan.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilakukan di Perkebunan Bangun Bandar PT. Socfin
Indonesia, Medan, Sumatera Utara. Kegiatan Magang dilaksanakan selama empat
bulan mulai dari tanggal 9 Februari sampai dengan tanggal 8 Juni 2015.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang dilakukan meliputi aspek teknis di lapangan sesuai
dengan yang telah di rencanakan oleh pihak perkebunan dan aspek managerial
tingkatan status seperti pekerja harian, pendamping mandor, pendamping asisten
divisi.
Aspek teknis pelaksanaan magang adalah pada bulan pertama penulis
sebagai karayawan harian lepas (KHL). Pada aspek ini penulis melakukan seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan perawatan dan pemanenan kebun. Kegiatan yang
dilakukan meliputi: pembibitan, penunasan, sensus ulat, pengendalian gulma,
pemupukan, trans injeksi, dan pemanenan. Jurnal kegiatan sebagai karyawan
harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kegiatan yang dilakukan satu bulan berikutnya adalah sebagai pendamping
mandor meliputi mengikuti apel pagi, pengawasan kegiatan penunasan,
pengendalian gulma, pengomposan, pemupukan dan mencatat hasil prestasi kerja.
Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kegiatan yang dilakukan dua bulan berikutnya adalah sebagai pendamping
asisten meliputi mengarahkan dan mengawasi kerja para mandor maupun
karyawan, mengawasi proses penguntilan di gudang seta mengawasi jalannya
kegiatan dan evaluasi divisi. Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode langsung (data
primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer diperoleh dengan
melakukan kegiatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang
berlangsung di perkebunan. Pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan
meliputi ketepatan dosis, ketepatan waktu, ketepatan cara, ketepatan jenis
pemupukan, ketetapan tempat pemupukan, gejala kekurangan hara tanaman,
manajemen distribusi pupuk, dan diskusi langsung dengan KHL dan staf.
Kegiatan yang berlangsung setiap hari ditulis dalam jurnal harian. Pengumpulan
data primer yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut.
Ketepatan dosis pemupukan. Data ketepatan dosis untilan diperoleh
dengan cara menimbang secara acak pupuk yang telah di until dengan 3 kali
ulangan, ulangan berupa tumpukan pupuk untilan. Masing-masing ulangan
ditimbang 10 contoh untilan. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi dilakukan pada
3 blok dengan masing-masing blok diamati 3 orang penebar. Masing-masing
penebar diamati 3 kali ulangan. Data ketepatan dosis aplikasi diperoleh dengan

6

mengamati jumlah takaran yang diaplikasikan per pokok. Takaran yang
digunakan sudah dikalibrasi terlebih dahulu sehingga terdapat standarisasi takaran
penebaran.
Ketepatan waktu pemupukan. Data ketepatan waktu diperoleh dengan
cara menganalisis waktu realisasi pemupukan dengan curah hujan selama bulan
Februari sampai dengan Mei 2015.
Ketepatan jenis pemupukan. Data ketepatan jenis pemupukan diperoleh
dengan cara membandingkan jenis pupuk yang diaplikasikan dilapangan dengan
jenis pupuk yang direkomendasikan perusahaan.
Ketepatan cara pemupukan. Data ketepatan cara pemupukan diperoleh
dengan cara mengamati secara visual hasil penebaran pupuk setelah pekerja
menyelesaikan kegiatan aplikasi pupuk di lapangan. Pengamatan dilakukan pada
tiga blok dengan masing-masing blok diambil sampel sebanyak 50 tanaman.
Ketepatan tempat pemupukan. Data ketepatan tempat diperoleh dengan
cara mengamati dan mengukur jarak pupuk yang telah diaplikasikan. Pengamatan
ketepatan pupuk RP diamati secara visual tempat aplikasi disamping kompos yang
ditabur pada gawangan mati. Sedangkan pengamatan pupuk NPK 10-10-25 dan
dolomit dilakukan pengukuran jarak penebaran pupuk pada piringan dan
rumpukan U-shape. Pengamatan dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing
blok diambil 50 tanaman untuk aplikasi pupuk RP, NPK10-10-25 dan dolomit.
Defisiensi hara tanaman. Data defisiensi hara diperoleh dengan mengamati
gejala defisiensi tanaman kelapa sawit secara visual. Pengamatan dilakukan pada
tiga blok dengan jumlah tanaman sebanyak 120 per blok, dengan unsur defisiensi
yang diamati yaitu unsur N, P, K, Mg, K, B dan Fe.
Data sekunder diperoleh dari arsip kebun divisi I dan kantor administrative
kebun. Data sekunder yang diperoleh meliputi peta lokasi kebun, letak wilayah
admistratif, keadaan iklim dan tanah, keadaan tanaman dan produksi, struktur
organisasi kebun dan ketenagakerjaan, rekomendasi pemupukan tahun 2015, data
curah hujan, basis dan premi pemupukan, basis, premi dan denda panen.
Analisis Data dan Informasi
Hasil kegiatan berupa data primer dan data sekunder. Data yang didapat
kemudian dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan peraturan atau
norma baku yang berlaku. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mencari
persentase (%), nilai rata-rata dan perhitungan matematika sederhana lainnya.

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif
Kebun Bangun Bandar merupakan bagian dari PT. Socfindo yang berlokasi
di kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera
Utara. Jarak Kebun Bangun Bandar ke Kota Medan berkisar ± 70 km dengan
waktu tempuh ± 1 jam. Batas- batas wilayah administrasi kebun Bangun Bandar
adalah sebelah Utara lokasi kebun Bangun Bandar berbatasan dengan Pekan
Dolok Masihul, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dolok Sagala, sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Bantan dan sebelah Barat berbatasan dengan
kebun Silau Dunia PTPN III. Kebun Bangun Bandar terletak di kordinat 990 04’
1.00’’ BT dan 030 21’ 1.00’’ LU. Peta Perkebunan Bangun Bandar terdapat pada
Lampiran 4.
Topografi lahan kebun Bangun Bandar adalah datar hingga bergelombang
dengan ketinggian 0-50 m di atas permukaan laut. Perkebunan Bangun Bandar
dibagi menjadi empat Divisi yaitu Divisi I seluas 983.18 ha, Divisi II seluas
817.33, Divisi III seluas 722.46 ha dan Divisi IV seluas 553.84 ha.
Keadaan Iklim dan Tanah
Keadaan iklim kebun Bangun bandar dari 2009 sampai 2014 dengan curah
hujan rata-rata 5 tahun terakhir adalah 2 274 mm tahun⁻¹, dan hari hujan rata-rata
adalah 128 hari tahun⁻¹. Keadaan bulan basah (CH > 100 mm) selama.5 tahun
terakhir adalah sebanyak 9.5 bulan, sedangkan bulan kering (CH < 60 mm) adalah
1.5 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson Kebun Bangun
bandar termasuk klasifikasi iklim dengan tipe B (basah). Data curah hujan dari
tahun 2009 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 5.
Keadaan tanah perkebunan Bangun Bandar didominasi oleh tanah podzolik
merah kuning (PMK) dengan derajat kemasaman tanah (pH) 4-6. Tekstur tanah
liat berpasir.
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Berdasarkan data Departemen Tanaman PT. Socfindo Tahun 2013,
Perkebunan Bangun Bandar mempunyai Hak Guna Usaha (HGU) dengan total
luas lahan 4 146.85 ha. Luas areal yang digunakan untuk penanaman adalah 4
068.00 ha, dengan 3 020,24 ha digunakan untuk penanaman kelapa sawit dan 1
047.75 ha digunakan untuk penanaman tanaman karet. Sementara luas areal yang
digunakan untuk sarana prasarana adalah 78.85 ha. Luas areal dan guna lahan
perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Tabel 1.

8
Tabel 1 Tata guna lahan Perkebunan Bangun Bandar
Penggunaan
Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman Baru (TB) Program Tahun 2012
Emplacement / Pabrik
Pembibitan kelapa Sawit
Anak Sungai
Hutan Bambu
Jalur PLN
Parit Isolasi
RSPO (HCV)
Jumlah

Luas (ha)
2 110.00
782.00
128.24
31.17
3.70
4.31
0.52
5.82
4.06
6.99
3 076.81

Sumber : Departemen Tanaman PT. Socfindo ( Januari, 2013)
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Perkebunan Bangun Bandar
adalah varietas DxP Unggul Lame dan DxP Unggul Yangambi. Perkebunan
Bangun Bandar memiliki pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x
9 m x 9 m dengan kerapatan populasi rata-rata 143 tanaman/ha. Namun,
berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan, populasi tanaman per hektar dapat
berbeda daripada populasi yang sebenarnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
penebangan pokok mati dan pokok yang terserang patogen Ganoderma sp.
Perkebunan Bangun Bandar memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit yang
sudah ada sejak tahun 1926. Pabrik tersebut dapat mengolah TBS menjadi CPO
dan PKO. Kapasitas maksimum pengolahan pabrik tersebut adalah 25 ton TBS/
jam. Produksi TBS, CPO, dan PKO yang dihasilkan oleh Perkebunan Bangun
Bandar pada tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi TBS, CPO, dan PK Perkebunan Bangun Bandar
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Rata-rata
Total

TBS (ton)
53628.01
52884.94
54740.61
58444.4
59646.74
55868.94
279344.7

Produksi
CPO (ton)
CPO (%)
12721.79
23.72
12821.71
24.24
13305.67
24.31
14192.79
24.28
14480.99
24.28
13504.59
24.17
67522.95
24.17

Sumber : Kantor administratif Bangun Bandar, 2015

PKO (ton)
2418.29
2525.85
2187.31
2732.32
2745.24
2521.80
12609.01

PKO (%)
4.51
4.78
4.00
4.68
4.60
4.51
4.51

9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia dipimpin oleh Pengurus yang
bertanggung jawab dan mengelola seluruh kegiatan perkebunan serta menentukan
kebijakan untuk perkembangan kebun. Pengurus dibantu oleh satu orang Asisten
Kepala, satu orang Kepala Tata Usaha (KTU), dan satu orang Teknisi. Asisten
kepala membawahi empat Asisten Divisi, yaitu ; Divisi I, Divisi II, Divisi III, dan
Divisi IV. Seorang KTU bertugas memenuhi administrasi kebun dan membawahi
kerani-kerani, kerani gudang, kepala keamanan, dan kepala poliklinik. Tekniker I
membawahi tekniker II dan yang berhubungan dengan pabrik kelapa sawit.
Struktur organisasi di Kebun Bangun Bandar dapat dilihat pada Lampiran 6 dan
struktur organisasi Divisi I dapat dilihat pada Lampiran 7.
Ketenagakerjaan di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia terdiri atas
karyawan staf dan non staf. Jumlah pimpinan dan karyawan pelaksana di Kebun
Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah Pegawai Staf, Pegawai Non Staf, dan Karyawan Tahun 2015

-

Jabatan
Pegawai staf :
Pengurus
Asisten Kepala
Asisten Divisi
Tekniker
Pegawai non staf
Karyawan
Total
ITK

Jumlah (orang)
1
1
4
4
117
616
743
0.217

Sumber : Kantor administratif Bangun Bandar 2015
Fasilitas Kebun
Kebun Bangun Bandar memberikan fasilitas-fasilitas untuk terus
meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Kebun memiliki Pabrik Kelapa Sawit
(PKS), satu unit kantor pengurus untuk mengelola kegiatan administrasi, kantor
divisi pada setiap divisi, gudang pupuk, gudang material, dan gudang pembantu di
setiap divisi, Poliklinik di Divisi I, sarana olah raga (lapangan sepak bola, voli,
tenis, dan bulu tangkis), sarana ibadah (Masjid dan Gereja) dan Tempat Penitipan
Anak (TPA). Fasilitas-fasilitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

a

b

c

b

d

e

f

Gambar 1 Fasilitas kebun Bangun Bandar (a. masjid; b. gereja; c. perumahan
karyawan; d. poliklinik; e. lapangan tenis; f. lapangan voli).

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis mulai tanggal 09 Februari
sampai dengan 08 Juni 2015 adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis
yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (pengendalian
gulma (manual dan kimia), pemupukan (manual dan mekanis), sensus buah,
sensus ulat, injeksi batang, dan penunasan), dan pemanenan TBS. Sementara
aspek manajerial yang dilakukan penulis adalah kegiatan sebagai supervisor untuk
mempelajari administrasi dan manajerial kebun. Selama kegiatan magang penulis
dibimbing oleh pengurus, askep, asisten divisi, mandor-mandor, mantri- mantri
dan kerani-kerani.
Kegiatan yang dilaksanakan penulis berada di Divisi I Perkebunan Bangun
Bandar. Kegiatan magang dilaksanakan setiap hari, kecuali Minggu mulai hari
senin-sabtu mulai pukul 06.30-14.00 WIB dan diwajibkan mengikuti apel pagi
bersama asisten dan mandor. Kegiatan apel pagi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Apel pagi bersama asisten dan
mandor di Divisi I Bangun Bandar.

Aspek Teknis
Pembibitan
Kegiatan pemeliharaan pembibitan yang dilakukan pada Divisi I blok 57 di
Kebun Bangun Bandar meliputi pemupukan dan penyemprotan fungisida.
Pemupukan urea. Pemupukan pada pembibitan di Kebun Bangun Bandar
di pimpin oleh mandor perawatan yang membawahi 6 orang yaitu 3 orang lakilaki dan 3 orang wanita. Pemupukan pada pembibitan dilakukan pada tanaman
pembibitan utama yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Pupuk yang
diaplikasikan adalah pupuk urea dengan dosis 10 gram pokok⁻¹. Sebelum
pengaplikasian pupuk pada pembibitan dilakukan penguntilan. Penguntilan adalah
membagi pupuk berdasarkan dosis pemupukan dengan tujuan untuk
mempermudah dalam menentukan ketepatan dosis pupuk setiap tanamannya,
pengangkutan pupuk, pelengseran pupuk dan penebaran pupuk. Satu karung
pupuk urea dengan bobot 50 kg diuntil menjadi 5 kg ember⁻¹, sehingga
menghasilkan 10 ember. Pengaplikasian pupuk urea dilakukan 2 kali setiap bulan.
Penyemprotan Fungisida. Pengendalian cendawan dilakukan dengan
menggunakan fungisida Manzate® 82 WP berbahan aktif Mankozeb 83%.
Penyemprotan menggunakan knapsack dengan kapasitas 15 liter. Satu knapsack
membutuhkan 30 gram 250 tanaman⁻¹. Penyemprotan dilakukan pagi hari dari
pukul 07.00-12.00 WIB untuk mengurangi penguapan. Output yang dihasilkan
1HK adalah 8 knapsack, sedangkan penulis mampu melakukan penyemprotan
sebesar 1 knapsack HK⁻¹.
Cendawan yang menyerang tanaman main-nursery adalah Culvularia sp.
Ciri-ciri tanaman yang terkena Culvularia sp. yaitu terdapat bintik-bintik
kecoklatan pada daun yang lama-kelamaan akan menyebabkan kelayuan dan
kematian pada tanaman.
Penanaman Mucuna bracteata. Mucuna bracteata adalah jenis kacangkacangan yang digunakan di perkebunan Bangun Bandar. Fungsi dari Mucuna
bracteata sangat penting bagi perkebunan karena dapat membantu menjaga
kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Penanaman Mucuna
bracteata biasanya dengan menggunakan stek, namun pihak kebun melakukan
percobaan penanaman dengan menggunakan benih. Sebelum penanaman dimulai,
kegiatan pertama adalah pelukaan pada ujung benih. Setelah ujung kulit benih
dipotong maka dilanjutkan perendaman ke dalam air . Perendaman dilakukan
sekitar 15-20 menit. Fungsi dari pelukaan tersebut adalah agar benih dapat
imbibisi. Imbibisi adalah penyerapan air oleh benih. Setelah benih menyerap air
maka akan terjadi pembengkakan pada benih sehingga dapat memacu
pertumbuhan akar.
Penanaman Mucuna bracteata di lakukan dalam polybag. Satu polybag
ditanam 1 benih per lubang. Penanaman dilakukan pada pagi hari dari pukul 08.00
– 11.00 WIB. Setelah semua benih ditanam, dilakukan penyiraman dan pemberian
naungan dari daun kelapa sawit dengan tujuan untuk mengurangi penguapan dan
menjaga kelembaban tanah. Perbanyakan Mucuna bracteata dapat dilihat pada
Gambar 3.

12

a

b

Gambar 3 Perbanyakan Mucuna bracteata (a. Benih Mucuna bracteata ;
b. Penanaman Mucuna bracteata).
Pengendalian gulma
Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma pada lahan baru
atau masih dalam keadaan N0 (tidak ada tanaman) dilakukan dengan
menggunakan herbisida berbahan aktif isopropitamina glifosate (merek dagang
Round up) dengan dosis sebesar 0.8 L ha⁻¹. Aplikasi herbisida dilakukan dengan
cara disemprotkan langsung pada gulmanya secara merata. Nozzle yang
digunakan adalah connus dengan flowrate 600 ml menit⁻¹. Semua gulma yang
terdapat pada gawangan lahan baru di semprot kecuali kacang-kacangan (Mucuna
bracteata ). Satu gawangan disemprot oleh 3 penyemprot dengan lama waktu
penyemprotan 22 menit untuk 1 gawangan bolak balik. Standar prestasi kerja
untuk penyemprotan gawangan N0 adalah 0.5 ha HK⁻¹.
Semprot piringan rintis dilakukan pada tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pada tanaman belum menghasilkan
penyemprotan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15L. Herbisida yang
digunakan adalah starane dengan dosis 2.1 L ha⁻¹. Starane berfungsi untuk
mengendalikan gulma daun lebar pada piringan dan jalan rintis. Konsentrasi yang
digunakan untuk jenis herbisida starane cukup rendah, sehingga apabila
penyemprotan terkena pada pokok tanaman tidak menimbulkan efek dan pengaruh
yang merugikan pada pokok tanaman. Hasil penyemprotan bisa dilihat 7 hari
setelah aplikasi.
Pada tanaman menghasilkan, semprot piringan rintis dan TPH dilakukan
dengan menggunakan micron herby. Jenis herbisida yang digunakan adalah
Round up, Dacomin, Gramoxon dan Ally. Penggunaan herbisida tergantung dari
jenis gulma yang akan dikendalikan. Dosis yang digunakan untuk Round up
murni adalah 1.8 L ha⁻¹, Dacomin 0.6 L ha⁻¹, Gramoxon 0.3 L ha⁻¹ dan Ally 1.8 L
ha⁻¹. Namun sebelum aplikasi herbisida dicampur terlebih dahulu dengan air,
perbandingannya 1:1. Round up berfungsi untuk mengendalikan rumput seperti
Axonopus compresuss dan Otocloa nodosa, sedangkan Dacomin dan Ally untuk
mengendalikan daun lebar. Namun terdapat perbedaan pada kedua jenis herbisida
tersebut, yaitu sasaran jenis gulma yang dikendalikan, Dacomin untuk
mengendalikan Colocasia sp (talas-talasan), sedangkan Ally untuk mengendalikan
Borreria alata. Herbisida Gramoxon berfungsi untuk mengendalikan gulma
berkayu seperti Clidemia hirta, Mimosa sp dan Melastoma affine.
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan oleh tim unit semprot yang
terdiri dari 21 orang tenaga penyemprot dan satu orang yang berfungsi untuk

13
membawa air di bawah mandoran perawatan. Pemakaian jumlah tenaga
penyemprot tergantung luasan dan kerapatan gulma. Prestasi kerja tenaga
penyemprot rata-rata 5 ha HK⁻¹. Satu hektar membutuhkan 6 knapsack HK⁻¹
dengan waktu ± 45 menit knapsack⁻¹. Sistem penyemprotan aplikasi herbisida
pada piringan rintis adalah searah jarum jam seperti membentuk angka delapan.
Permasahan yang ditemukan pada kegiatan pengendalian gulma secara
kimia antara lain: tidak konsistennya penyemprot dalam menggunakan alat
pelindung diri (APD) dan pemakaian nozzle yang kurang tepat. Hal ini
disebabkan cadangan alat semprot yang belum memadai.
Pengendalian gulma secara manual. Bongkar tanaman penggangu (BTP)
di Kebun Bangun Bandar merupakan kegiatan pengendalian gulma secara manual.
Kegiatan BTP meliputi babat gawangan, garuk piringan dan dongkel anak kayu.
Alat yang digunakan untuk bongkar tanaman penggangu adalah parang dan
cangkul. Gulma yang dikendalikan secara manual meliputi Clidemia hirta,
Colocasia sp, dan Curculigo vilosa.
Karyawan yang bekerja khusus untuk BTP yaitu ibu-ibu yang sedang hamil,
ibu-ibu yang baru melahirkan dan karyawan yang baru sembuh dari sakit. Prestasi
kerja yang dihasilkan 1.5 ha HK⁻¹. Rotasi untuk pengendalian gulma secara
manual yaitu 3 bulan sekali dalam setahun. Pengendalian gulma secara manual
dan kimiawi dapat dilihat pada Gambar 4.

a

b

Gambar 4 Pengendalian gulma (a. BTP (Bongkar tanaman pengganggu)
; b. Semprot micron herby).
Sensus Ulat
Sistem sensus tetap meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik
sensus. Upaya mendeteksi hama perlu dilaksanakan untuk memudahkan tindakan
pencegahan dan pengendalian. Keuntungan lain dari sensus hama yaitu agar tidak
terjadi ledakan serangan yang tak terkendali atau terduga. Secara ekonomis, biaya
sensus dipastikan jauh lebih rendah daripada pengendalian hama yang sudah
menyebar luas. Salah satu contoh sensus hama yang dilakukan di kebun bangun
Bandar, PT Socfin Indonesia adalah sensus ulat. Tujuan sensus ulat yaitu untuk
mengetahui tingkat serangan ulat, jenis ulat dan pengendaliannya.
Sensus ulat dilakukan oleh karyawan tetap berjumlah 2 orang. Hanca sensus
disebut baris silang. Baris silang adalah hanca tim sensus untuk selang 10 baris,
pada baris 10, 20, 30 dan seterusnya tergantung luasan blok. Tim sensus
melaksanakan sensus ulat terlebih dahulu dengan melihat hanca yaitu pada baris
ke berapa tim sensus harus masuk hanca. Pembagian hanca dilakukan oleh
mandor sensus. Setelah itu, tim sensus melakukan sensus dengan memotong 1/3

14
pelepah yang terkena ulat pada pokok titik sensus. Pokok titik sensus ditandai
dengan gambar segi tiga berwarna merah pada pokok yang diikuti nomor titik
sensus. Satu pokok titik sensus dapat mewakili 100 pokok. Setelah pelepah
terpotong, dilakukan perhitungan terhadap jumlah ulat dan jenis ulat. Dalam
mencari ulat perlu ketelitian dan kesabaran karena ukuran ulat yang kecil. Setelah
blok selesai disensus, dilakukan rekapitulasi terhadap jumlah pokok titik sensus
yang terkena serangan ringan, sedang dan berat. Hasil dari rekapitulasi akan
diserahkan ke mandor untuk melihat tingkat serangan dan pengendaliannya.
Terdapat kriteria-kriteria serangan ulat untuk melihat tingkat serangan dan
pengendaliannya. Pengendalian ulat dilaksanakan dengan 2 cara yaitu secara
bilogi dan secara kimia. Pengendalian secara kimia hanya dilaksanakan apabila
pengendalian secara biologi sudah tidak mampu lagi mengatasi peningkatan
populasi ulat dimana populasi ulat sudah mencapai tingkat serangan sedang dan
berat. Kriteria serangan ulat disajikan pada Lampiran 8.
Umumnya, jenis ulat yang ditemukan ketika dilakukan sensus yaitu ulat
Darna trima, ulat Sethosea asigna, ulat Calliteara horsfieldii dan ulat kantong.
Daun pelepah yang diserang berbeda-beda, ulat Darna trima pada umumnya suka
menyerang pada daun pelepah bagian bawah, biasanya 2 pelepah bagian bawah.
Ulat Sethosea asigna biasanya menyerang pada bagian atas daun atau daun yang
masih muda. Kegiatan sensus ulat dapat dilihat pada Gambar 5.

a

b

Gambar 5 Kegiatan sensus ulat ( a. titik sensus ; b. perhitungan ulat )
Injeksi batang
Injeksi batang adalah aplikasi insektisida dengan cara memasukkan
insektisida melalui lubang pada batang kelapa sawit yang sudah dibor dengan
menggunakan mesin bor. Tujuan injeksi batang yaitu untuk mengendalikan hama
ulat pemakan daun seperti ulat api Famili Limacodidae, ulat bulu Famili
Lymantriidae, dan ulat kantong dari Famili Psychidae. Namun, ulat pemakan
daun yang dominan menyerang pada tanaman menghasilkan (TM) yaitu dari
Famili Lymantridae (Calliteara horsfieldii). Sebelum dilakukan aplikasi injeksi
batang, perlu dilakukan sensus ulat terlebih dahulu untuk mengetahui jenis dan
tingkat serangan ulat. Injeksi batang dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM)
berumur 6 tahun keatas (>N6) dan dijumpai telur ulat yang baru menetas hingga
ulat berukuran ≤ 5mm.
Insektisida yang digunakan pada injeksi batang adalah Startaine dosis 15 ml
pokok⁻¹. Pelaksanaan injeksi batang dimulai dengan menyetel mesin bor,
membuat larutan dan penentuan hanca. Hanca injeksi batang dimulai dari jalan

15
collection road (CR) tembus ke jalan tengah atau jalan CR tembus jalan CR
apabila blok tersebut hanya memiliki satu petak. Batang pokok dibor dengan
ketinggian antara 0.4-1 meter dari permukaan tanah, membentuk sudut 45° ke
arah bawah. Satu pokok 1-2 lubang, kemudian pasang corong dengan selang
plastik yang dimasukkan kedalam lubang dan masukkan larutan kedalam corong,
dan tunggu sampai semua larutan masuk kedalam batang. Sifat dari insektisida
Startaine adalah sistemik sehingga untuk melihat hasil dari injeksi batang
membutuhkan waktu 3-4 hari.
Waktu yang diperlukan dalam pengeboran ± 5-6 detik pokok⁻¹. Jumlah
tenaga kerja yang digunakan tergantung dari tingkat serangan ulat dan luas blok.
Sistem organisasi tenaga kerja pada injeksi batang adalah berpasang-pasangan.
Satu orang laki-laki bertugas untuk mengebor batang dan satu orang wanita
bertugas mengisi larutan ke dalam batang. Kegiatan injeksi batang dapat dilihat
pada Gambar 6.

a

b

Gambar 6 Kegiatan injeksi batang (a. pengeboran batang ;
b. pengisian insektisida).
Sensus buah hitam
Kegiatan sensus buah hitam merupakan kegiatan menghitung tandan buah
untuk memperkirakan jumlah tandan yang akan dipanen pada 4 bulan berikutnya.
Rotasi sensus buah dibagi menjadi 3 kuartal. Kuartal pertama dilakukan pada
bulan desember, kuartal kedua dilakukan pada bulan april dan kuartal ketiga
dilakukan pada bulan agustus. Kriteria buah yang disensus adalah warna buah
yang masih hitam dan hijau, buah sudah berukuran seperti buah kopi, sementara
kriteria buah yang tidak bisa disensus adalah buah yang baru antesis, tandan buah
yang sudah berberondol, buah yang sudah busuk dan buah berwarna merah.
Pemeriksaan buah harus dilakukan dengan baik. Sebelum sensus buah hitam
dimulai, asisten divisi memberikan contoh terlebih dahulu kepada tim sensus buah
cara dan perhitungan yang baik dan benar. Tim sensus buah hitam terdiri 2 tim,
masing-masing tim memiliki 1 orang sebagai ketua regu sekaligus pencatat hasil
sensus buah hitam, 2 orang sebagai anggota yang bertugas menghitung buah,
memberi tanda pada pokok dan melaporkan hasil sensus buah hitam kepada ketua
regu. Tanda pokok yang telah dilakukan sensus buah hitam berupa nomor pokok,
kuartal, tahun sensus dan jumlah tandan yang ditulis berurutan ke bawah yang
dipisahkan oleh garis mendatar. Kuartal sensus ditulis dengan angka
romawi.Tanda setiap kuartal berbeda-beda, untuk kuartal pertama ditandai dengan

16
cat warna merah, kuartal kedua ditandai dengan cat warna biru dan kuartal ketiga
ditandai dengan cat warna kuning.
Tidak semua pokok dilakukan sensus buah hitam, pokok tanaman yang
dilakukan sensus buah hitam ditandai dengan titik sensus berbentuk segitiga. 1
titik sensus dikelilingi 6 pokok dengan masing-masing pokok diberi nomor 1
sampai 7 pada batang pokok. Penomoran pokok searah jarum jam. Pelaksanaan
sensus buah hitam dimulai pada titik sensus pertama dengan menghitung jumlah
tandan buah yang memenuhi kriteria sensus, kemudian memberi tanda pada pokok
untuk menunjukkan bahwa pokok tersebut sudah dilakukan sensus buah hitam.
Pemberian tanda pada pokok harus menghadap pada jalan rintis agar lebih mudah
dalam pengawasan dan pengontrolan.
Pemupukan
Aplikasi kompos. Pupuk organik yang digunakan di Perkebunan Bangun
Bandar PT Socfin Idonesia adalah kompos. Kompos merupakan tandan buah yang
telah melalui pemipilan (stripping), pengepresan dan pembusukan. Bahan-bahan
untuk pembuatan kompos adalah tandan kosong, limbah cair (POME), solid, dan
urea. Kompos dari bunker didistribusikan dan ditumpuk di lahan kebun ( main
road atau collection road) dengan menggunakan truk dengan kapasitas truk per
trip 5 sampai 6 ton. Pengangkutan kompos dilakukan satu hari sebelum aplikasi
kompos. Hal tersebut bertujuan agar kompos ketika diaplikasikan tidak terlalu
panas dan mengurangi hilangnya kandungan hara akibat hujan. Metode aplikasi
kompos dilakukan secara manual dan mekanis.
Aplikasi kompos secara manual dilakukan pada areal tanaman baru (N0),
umur 1 tahun (N1), dan pada umur 2 tahun (N2). Kompos diaplikasikan dengan
menggunakan kereta sorong (angkong). Dosis yang diberikan pada tanaman
berbeda-beda, tergantung dari umur tanaman. Dosis yang diberikan pada tanaman
baru (N0) adalah ± 50 kg pokok⁻¹ atau setara dengan 7 ton ha⁻¹, atau lebih
mudahnya untuk keseragaman pemahaman di lapangan yaitu 1 kereta sorong
(angkong) per pokok. Kompos diaplikasikan satu hari setelah menanam dengan
cara melingkari tanaman secara merata dan penebaran kompos harus satu lapis.
Tujuan dari penebaran kompos tidak boleh berlapis untuk menghidari berkembang
biaknya kumbang. Jarak penebaran kompos ± 20 cm dari pangkal pokok. Dosis
yang diberikan pada umur tanaman satu (N1) dan dua tahun (N2) sama yaitu ±
100 kg pokok⁻¹ atau 14 ton ha⁻¹. Perbedaan pada keduanya yaitu pada penempatan
penebaran kompos. Penebaran kompos pada umur tanaman satu tahun (N1) yaitu
di luar atau melanjuti batas luar aplikasi pada waktu N0 mengarah keluar piringan
(tidak boleh pada lokasi yang sama dengan aplikasi pada saat N0). Kompos
diaplikasikan secara melingkar dan merata. Sementara pada umur tanaman 2
tahun (N2), tempat penebaran kompos di luar atau melanjuti batas luar aplikasi
pada waktu N1 mengarah keluar piringan (tidak boleh pada lokasi yang sama
dengan aplikasi pada saat N1).
Tenaga kerja yang digunakan dalam aplikasi kompos yaitu pemborong atau
buruh harian lepas (BHL). Jumlah pemborong tergantung dari banyaknya kompos
yang akan diaplikasikan. Apabila kompos yang akan diaplikasikan dalam jumlah
banyak maka pemborong yang digunakan juga banyak. Hal tersebut bertujuan
agar kompos yang sudah dituang di lahan cepat selesai dikerjakan. Upah
pemborong berdasarkan jumlah ton yang dikerjakan, 1 ton sebesar Rp 20 000.
Permasalahan yang ditemukan saat aplikasi kompos di lapangan yaitu titik

17
penghubung (titi) yang tidak lengkap pada parit dan kacangan-kacangan (Mucuna
bracteata) yang menutupi jalan rintis sehingga menghambat pengangkutan
kompos.
Aplikasi kompos pada tanaman menghasilkan (TM) dilakukan secara
mekanis yaitu dengan menggunakan pemuat (leoder) dan penebar (giltrap).
Pemuat (leoder) berfungsi untuk memuat kompos ke penebar (giltrap). Penebar
(giltrap) berfungsi untuk menebar kompos di gawangan mati. Kapasitas penebar
(giltrap) adalah 6 ton, untuk memenuhi kapasitas penebar (giltrap) membutuhkan
6 sampai 7 muatan oleh pemuat (leoder). Penebar (giltrap) mampu menebar
kompos sepanjang 1.5 jalan rintis atau setara ± 55 pokok setiap kali jalan dengan
muatan 6 ton. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali jalan 5 sampai 6 menit.
Waktu aplikasi tergantung dari kondisi areal. Kompos diaplikasikan secara merata
satu lapisan di gawangan mati dengan lebar kompos ±2 meter. Dosis yang
diberikan adalah 15-20 ton ha⁻¹. Permasalahan yang ditemukan saat aplikasi
kompos secara manual yaitu terdapatnya parit yang dalam sehingga penebar
(giltrap) tidak bisa melewatinya. Penebar (giltrap) harus mencari jalan baru untuk
menyelasaikan hanca yang dibatasi oleh parit tersebut. Kegiatan aplikasi kompos
secara manual dan mekanis dapat dilihat pada Gambar 7.

a

b

c

d

Gambar 7 Aplikasi kompos (a. penebaran kompos dalam piringan ;
b. hasil penebaran kompos secara manual ; c. penebaran
kompos dengan penebar (giltrap) ; d. Hasil penebaran
kompos secara mekanis)
Pemupukan Secara Mekanis
Persiapan pemupukan. Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum
penebaran pupuk dengan menggunakan Fertilizer Spreader antara lain ; Bon
pengeluaran pupuk dari gudang, persiapan areal blok aplikasi, tenaga kerja, traktor
dan Fertilizer Spreader. Bon pengeluaran pupuk dari gudang dapat dilihat pada
Lampiran 10 dan Bon pemupukan dapat dilihat pada Lampiran 11.
Pemupukan dilakukan secara mekanis apabila areal blok memenuhi kriteria
sebagai berikut: areal tanaman kelapa sawit dengan tinggi tanaman > 3.5 meter,
areal blok datar (0-8°) dengan luasan minimal 60 % dan kerapatan pokok tanaman

18
minimal 100 pokok ha⁻¹. Areal yang bergelombang, terasan dan rendahan tidak
dilakukan Fertizer Spreader.
Proses pelaksanaan pemupukan. Aplikasi pemupukan dengan
menggunakan Spreader dimulai dengan menyiapkan pupuk di gudang pupuk
sesuai rekomendasi, mandor harus memeriksa jenis dan jumlah pupuk yang akan
diaplikasikan. Pupuk dimuat ke dalam truk untuk diecer ke lahan. Pupuk yang
diecer tidak dalam bentuk untilan tetapi masih dalam karung berukuran 50 kg,
berbeda dengan aplikasi pupuk secara manual.
Pengeceran pupuk harus di bawah pengawasan mandor untuk keamanan
pupuk dan kemudahan spreader saat aplikasi. Pupuk yang telah diecer,
dimasukkan ke dalam Emdek-350 atau hopper dengan kapasitas 600 kg, akan
tetapi saat aplikasi di lahan pupuk yang dimuat hanya sekitar 500 kg trip⁻¹.
Hopper dilengkapi dengan saringan besi yang berfungsi untuk menyaring pupuk
yang berbentuk bongkahan dan adanya sampah. Pengisian pupuk dilakukan di
dalam blok, agar jika terdapat tumpahan bisa dimanfaatkan oleh tanaman
sekitarnya. Setelah pupuk dimuat, Spreader siap dioperasikan mulai dari jalan
rintis ke arah gawangan kiri kanan jalan rintis. Hasil penebaran berup

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Bandar PT. Socfindo Medan, Sumatera Utara

0 16 156

Manajemen Pelepah Kelapa Sawit (Eleais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

2 13 60