bahan presipitasi carrageenan telah dilakukan oleh Ningsih 2014 dengan variasi konsentrasi KCl yaitu 1, 5, dan 10. Konsentrasi KCl yang menghasilkan
mutu carrageenan yang baik yaitu KCl 5. Hal ini dapat dilihat dari nilai rendemen 52, kekuatan gel 293,42 gcm
2
, dan viskositas 38,89 cP yang dihasilkan. Penggunaan KCl pada larutan alkali KOH cenderung menurunkan
nilai rendemen carrageenan, tetapi pada larutan alkali NaOH cenderung meningkatkan nilai rendemen carrageenan.
2.5 Karakteristik Carrageenan
Karakteristik fisika carrageenan meliputi rendemen, viskositas, melting temperature dan gelling temperature, serta kekuatan gel. Karakteristik kimia
carrageenan meliputi kadar sulfat, dan kadar abu.
2.5.1 Rendemen Carrageenan
Rendemen merupakan salah satu parameter penting dalam menilai efektif tidaknya proses isolasi carrageenan. Perhitungan rendemen dilakukan untuk
mengetahui persentase carrageenan yang dihasilkan dari rumput laut kering yang digunakan berdasarkan umur panen, konsentrasi pelarut alkali dan waktu ekstraksi
Syamsuar, 2006. Rendemen carrageenan sebagai hasil ekstraksi dihitung berdasarkan rasio antara berat carrageenan yang dihasilkan dengan berat rumput
laut kering yang digunakan FMC Corp., 1977. Standar minimum rendemen carrageenan yang ditetapkan oleh Departemen Perdagangan 1989 dalam
Syamsuar 2006 adalah sebesar 25.
Konsentrasi pelarut alkali sangat mempengaruhi rendemen carrageenan yang dihasilkan. Hal ini diduga karena semakin tinggi konsentrasi alkali,
menyebabkan pH larutan semakin tinggi sehingga kemampuan alkali dalam mengekstrak semakin besar. Perlakuan pelarut alkali membantu ekstraksi
polisakarida menjadi sempurna dan mempercepat terbentuknya 3,6 anhidrogalaktosa selama proses ekstraksi berlangsung Yasita dan Rachmawati,
2009. Yasita dan Rachmawati 2009 menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi carrageenan
rumput laut maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan.
Menurut Basmal 2009, rendemen carrageenan lebih banyak dipengaruhi oleh perlakuan suhu dan waktu ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi akan
meningkatkan rendemen carrageenan. Hal ini disebabkan karena semakin lama rumput laut kontak dengan panas maupun dengan larutan pengekstrak, maka
semakin banyak carrageenan yang terekstraksi dari dinding sel dan menyebabkan
rendemen carrageenan semakin tinggi Yasita dan Rachmawati, 2009. 2.5.2 Viskositas
Menurut penelitian Moraino 1977, viskositas carrageenan terutama disebabkan oleh sifat carrageenan sebagai polielektrolit. Gaya tolakan antara
muatan-muatan negatif sepanjang rantai polimer yaitu gugus sulfat mengakibatkan rantai molekul menegang. Karena sifat hidrofiliknya, polimer
tersebut diselimuti molekul air yang terimobilisasi, sehingga larutan menjadi kental viskositas larutan tinggi. Semakin tinggi kadar sulfat maka viskositasnya
akan semakin tinggi.
Suryaningrum et al. 1991, melaporkan bahwa peningkatan kekuatan gel menyebabkan nilai viskositas carrageenan semakin kecil. Parwata dan Oviantara
2007 dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi kadar air dalam bahan baku rumput laut, maka semakin rendah viskositas carrageenan yang
dihasilkan. Pada kadar air yang tinggi akan menghasilkan carrageenan dengan tingkat rendemen besar, karena masih mengandung banyak pengotor atau
komponen-komponen lain dari rumput laut tersebut yang berdampak pada berat carrageenan yang dihasilkan. Viskositas yang memenuhi standar FAO adalah
minimal 5 cP FAO, 2007.
2.5.3 Melting temperature dan Gelling temperature