Pengaruh Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang 2011-2015)

(1)

(2)

(3)

(4)

97

Lampiran 18 : Daftar Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama

Tempat Tanggal/Lahir

Agama

Jenis Kelamin

Kewarganegaraan

Alamat

Email

: Eka Ayu Ningtyas

: Cimahi, 20 Juli 1994

: Islam

: Perempuan

: Indonesia

: Jalan Pojok Utara 1 gang karya muda 2 no 92 RT 03 RW

04 Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi

: ningtyasekaayu@gmail.com

Pendidikan Formal

2012 - 2016

2009 - 2012

2006 - 2009

: Universitas Komputer Indonesia, Akuntansi

: SMKN 11 Bandung


(5)

98

2000 - 2006

: SDN Harapan 1 Cimahi

Pengalaman Organisasi / Magang

Juli

Agustus 2015

Maret

April 2011

September

November 2010

: Kerja Praktek Pada Cabang Pelayanan Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kabupaten

Bandung Barat

: Praktek Kerja Lapangan Pada PT. Dirgantara

Indonesia

: Praktek Kerja Lapangan Pada Pemerintahan Kota

Cimahi


(6)

PENGARUH SURAT KETETAPAN PAJAK DAN

TINDAKAN PENAGIHAN AKTIF TERHADAP

PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang)

THE INFLUENCE OF THE TAX ASSESSMENTS LETTER AND

ACTIVE TAX COLLECTION TO DISBURSEMENTS TAX ARREARS

(Case Study on

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Akuntansi

Oleh:

Nama : Eka Ayu Ningtyas

Nim : 21112219

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2016


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat

dan rahmat-Nya yang selalu terlimpah kepada penulis, serta atas segala karunia dan

petunjuk-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul skripsi yang penulis pilih adalah

PENGARUH SURAT

KETETAPAN

PAJAK

DAN

TINDAKAN

PENAGIHAN

AKTIF

TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kekurangan yang dikarenakan keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian, pengumpulan

dan pengolahan data yang tersedia. Namun penulis telah berusaha semaksimal

mungkin, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan sangat diterima

dengan senang hati.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan

serta bimbingan, sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini, khususnya kepada

mamaku, Ibu Siti Nafisah yang tak henti memberikan doa dan dukungan baik secara

moral maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayang yang dapat

memberikan semangat kepada penulis. Rasa terima kasih penulis juga sampaikan

kepada :


(8)

iv

1.

Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2.

Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

3.

Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas komputer Indonesia.

4.

Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu dan

memberi informasi dalam penyusunan Skripsi ini.

5.

Wati Aris Astuti, SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Penguji satu atas masukan

dan sarannya.

6.

Helena Rizkia, SE., MM, selaku Dosen Penguji dua atas masukan dan

sarannya.

7.

Dr. Adeh Ratna Komala, SE., M.Si, selaku Ketua Pelaksana Sidang Skripsi

dan Tugas Akhir Program Studi Akuntansi.

8.

Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak., CA, selaku Dosen Wali Program Studi

Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

9.

Seluruh Dosen Universitas Komputer Indonesia khususnya Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

10.

Muhammad Rukhiyadin selaku staf pada bagian penagihan pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah membimbing dan

membantu serta memberi informasi dalam pembuatan usulan penelitian ini.

11.

Iyan Andriana, S.T., M.T, selaku Dosen Program Studi Teknik Industri


(9)

v

Universitas Komputer Indonesia yang telah membimbing dan memberikan

arahan dalam pengolahan data SPSS.

12.

Untuk teman-teman 4 AK 6 terima kasih kalian telah menemani peneliti

dan telah memberikan motivasi kepada penulis.

13.

Untuk sahabatku Desi Lestari, Seli Pebriyani Bangun, Kamila Zahra dan

Multika Amira terima kasih telah menemani, memberikan motivasi dan

memberikan semangat kepada penulis.

14.

Untuk teman-teman satu pembimbing terima kasih telah memberikan

motivasi dan semangat kepada penulis.

15.

Untuk Mas Redi Fitdriansyah yang selama ini selalu memberikan perhatian,

pengertian, doa, dorongan dan semangat disaat penulis muncul ketidak

percayaan diri dalam menyusun skripsi ini.

16.

Untuk Mba Icha, Mas Pram, nenek dan kakek yang selama ini selalu

memberikan semangat kepada penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi kita semua, dan semoga doa, dorongan, perhatian

dan pengertian yang diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala yang

berlipat dari Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

.

Bandung, Agustus 2016


(10)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

ABSTRACT

...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

i

ii

iii

vi

x

xi

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ...

1.2 Identifikasi Masalah ...

1.3 Rumusan Masalah ...

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ...

1.4.1 Maksud Penelitian ...

1.4.2 Tujuan Penelitian ...

1.5 Kegunaan Penelitian ...

1.5.1 Kegunaan Praktis (Memecahkan Masalah /

Apllied Research

) ...

1.5.2 Kegunaan Akademis (Pengembangan Ilmu /

Basic

Research

) ...

1

7

7

7

7

8

8

8

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ...

2.1.1 Surat Ketetapan Pajak ...

2.1.1.1 Indikator Surat Ketetapan Pajak ...

9

9

10


(11)

vii

2.1.2 Tindakan Penagihan Aktif ...

2.1.2.1 Tindakan Penagihan Aktif dengan Surat

Paksa...

2.1.2.2 Indikator Tindakan Penagihan Aktif...

2.1.3 Pencairan Tunggakan Pajak ...

2.1.3.1 Mekanisme Pencairan Tunggakan Pajak ....

2.1.3.2 Indikator Pencairan Tunggakan Pajak ...

2.2 Kerangka Pemikiran ...

2.2.1 Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Terhadap

Pencairan Tunggakan Pajak ...

2.2.2 Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Terhadap

Pencairan Tunggakan Pajak ...

2.2.3 Paradigma Penelitian ...

2.3 Hipotesis ...

11

12

12

13

14

15

15

15

16

17

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ...

3.2 Operasionalisasi Variabel ...

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...

3.3.1 Sumber Data ...

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ...

3.4 Populasi, Sample dan Tempat serta Waktu Penelitian ...

3.4.1 Populasi ...

3.4.2 Penarikan Sample ...

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ...

3.4.3.1 Tempat Penelitian ...

3.4.3.2 Waktu Penelitian ...

3.5 Metode Pengujian Data ...

3.6 Metode Analisis Data ...

19

21

24

24

25

26

26

28

29

29

29

30

33


(12)

viii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ...

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif /

Historical /

development

...

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Surat Ketetapan Pajak

Periode Tahun 2011-2015 ...

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Tindakan Penagihan

Aktif Periode Tahun 2011-2015 ...

4.1.1.3 Analisis Deskriptif Pencairan Tunggakan

Pajak Periode Tahun 2011-2015 ...

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif / Causalitas /

Explanatory ...

4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik ...

4.1.2.2 Persamaan Regresi Linier Berganda ...

4.1.3 Analisis Korelasi ...

4.1.3.1 Analisis Korelasi Parsial ...

4.1.3.1.1 Korelasi Antara Surat

Ketetapan Pajak dengan

Pencairan Tunggakan Pajak ...

4.1.3.1.2 Korelasi Antara Tindakan

Penagihan Aktif dengan

Pencairan Tunggakan Pajak ...

4.1.4 Analisis Koefisien Determinasi ...

4.1.5 Pengujian Hipotesis ...

4.2 Pembahasan ...

4.2.1 Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Terhadap

Pencairan Tunggakan pajak ...

4.2.2 Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Terhadap

Pencairan Tunggakan Pajak ...

38

38

38

41

44

48

48

54

55

55

56

57

57

58

61

63

65


(13)

ix

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...

5.2 Saran ...

68

69

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

71

73


(14)

71

DAFTAR PUSTAKA

Diaz Priantara. 2012. Perpajakan Indonesia Edisi 2

.

Jakarta : Mitra Wacana Media

Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian

Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial.

Yoryakarta : Gaya Media.

Hamidi 2011. Metode Penelitian Kualitatif : Pendekatan Praktis Penulisan Proposal

dan Laporan Penelitian. Malang : UMM Press.

Imam Ghozali 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kurniawan. 2011. Upaya Hukum Terkait dengan Penyidikan dan Penagihan Pajak.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yoryakarta : CV. ANDI OFFSET.

Ramos Irawadi. 2013. Pajak Kepemimpinan & Masa Depan. Yogyakarta

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan Teori dan Teknis

Perhitungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :

ALFABETA.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

ALFABETA.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

ALFABETA.

Soemarso S.R., 2011. Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Jakarta : Salemba

Empat.


(15)

72

Tony Wijaya. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta :

Graha Ilmu

Umi Narimawati. 2012. Metodologi Penelitian Dasar Penyusunan Penelitian.

Jakarta : Genesis.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Sumber dari jurnal

Kukuh Putranda Juniard. 2014. Pengaruh Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan

Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Penghasilan Badan.

Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 17 No. 1, Desember 2014.

Rudi Hidayat. 2013. Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan

Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1,

April 2013.

Sumber dari internet

Dian Hardiyanti. 2015. Keterkaitan Surat Ketetapan Pajak dengan Realisasi

Penerimaan Pajak. Melalui

http://www.kompasiana.com/dianhard/keterkaitan-surat-ketetapan-pajak-dengan-realisasi-penerimaan-pajak_563e17dc337b612e0c87c83b

Otto Endy Panjaitan. 2010. Jumlah Tunggakan Pajak Capai Rp. 59,69 Triliun.

Melalui

http://finance.detik.com/read/2010/07/09/113011/1396090/4/jumlah-tunggakan-pajak-capai-rp-5969-triliun

Sigit Priadi Pramudito. 2015. Ada Tunggakan Rp. 67 Triliun, Ditjen Panggil 328

Penunggak Pajak. Melalui

http://bisnis.liputan6.com/read/2235050/ada-tunggakan-rp-67-triliun-ditjen-panggil-328-penunggak-pajak


(16)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka

2.1.1 Surat Ketetapan Pajak

Untuk mendapatkan pengertian surat ketetapan pajak yang lebih jelas dan

tepat, dibawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian surat ketetapan pajak

yang dinyatakan oleh para ahli di antaranya :

Menurut Siti Resmi, (2014:48) mendefinisikan surat ketetapan pajak adalah

sebagai berikut :

“Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih

Bayar.”

Menurut Waluyo, (2011:52) mendefinisikan surat ketetapan pajak adalah

sebagai berikut :

“Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat

Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat

Ketetapan Pajak ini sebagai suatu ketetapan tertulis (istilah hukum dalam

bahasa Belanda yaitu

schriftelijke beschikking

) yang menimbulkan hak dan

kewajiban, memuat besarnya utang pajak pada tahun tertentu bagi Wajib

Pajak yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat ketetapan pajak.”


(17)

10

Menurut Mardiasmo, (2013:41) mendefinisikan surat ketetapan pajak

adalah sebagai berikut :

“Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat

Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.”

Menurut Siti Kurnia Rahayu, (2010:180) penetapan dan ketetapan pajak

adalah sebagai berikut:

“Penerbitan surat ketetapan pajak hanya terbatas pada wajib pajak tertentu

yang disebabkan ketidakbenaran pengisian SPT. Dapat juga karena

ditemukan data fiscal yang tidak dilaporkan.”

Dari tiga definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa Surat Ketetapan

Pajak adalah surat ketetapan pajak sebagai suatu ketetapan pajak yang tertulis yang

menimbulkan hak dan kewajiban, memuat besarnya utang pajak pada tahun tertentu

yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih

Bayar.

2.1.1.1 Indikator Surat Ketetapan Pajak

Adapun indikator dari Surat Ketetapan Pajak menurut Siti Resmi (2014:40)

adalah Jumlah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan.


(18)

11

2.1.2 Tindakan Penagihan Aktif

Untuk mendapatkan pengertian tindakan penagihan aktif yang lebih jelas

dan tepat, dibawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian tindakan penagihan

aktif yang dinyatakan oleh para ahli di antaranya :

Menurut Ramos Irawadi, (2013:185) mendefinisikan tindakan penagihan

aktif adalah sebagai berkut :

Tindakan Penagihan Aktif merupakan upaya paksa kepada penunggak

pajak, dimana jurusita pajak bertindak mewakili negara untuk

me

realisasikan hak negara berupa pajak.”

Menurut Soemarso, (2011:14) mendefinisikan tindakan penagihan aktif

adalah sebagai berikut :

Tindakan Penagihan aktif adalah penagihan yang yang bersifat memaksa

untuk melunasi pajak yang tidak dibayar. Penagihan ini bersifat paksaan

yang bersifat langsung.

Menurut Nadhiastutie, (2010:7) mendefinisikan tindakan penagihan aktif

adalah sebagai berikut:

Tindakan Penagihan aktif adalah keseluruhan kegiatan penagihan yang

merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif dimulai dari

pemberitahuan surat paksa hingga menjual barang yang telah disita dan

dalam hal ini seksi penagihan melakukan tindakan nyata atas wajib pajak

atau penanggung pajak.”

Dari tiga definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa Penagihan Aktif

adalah kegiatan penagihan yang merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif

yang bersifat memaksa kepada penunggak pajak untuk melunasi pajak yang tidak


(19)

12

dibayar yang dilakukan oleh jurusita dalam mewakili negara untuk merealisasikan

hak negara berupa pajak.

2.1.2.1 Tindakan Penagihan Aktif dengan Surat Paksa

Atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, berdasarkan Surat Tagihan

Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan, Surat Ketetapan Pembetulan, Surat Ketetapan Keberatan, Putusan

Banding, Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang

masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai

dengan jangka waktu yang ditetapkan dilaksanakan penagihan pajak dengan Surat

Paksa.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, (2010:70), mendefinisikan

Surat Paksa adalah sebagai berikut:

“Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan tagihan pajak.”

Surat paksa dalam hukum disebut

“Parate ecsecutive”

yang berarti bahwa

penagihan pajak secara paksa dapat dilakukan tanpa proses pengadilan negeri. Surat

paksa karena mempunyai kekuatan eksekutorial dan mempunyai kekuatan hukum

pasti, dimana fiskus dalam melaksanakan kewajibannya mempunyai hak

“parate

ecse

cutive”.

Apabila Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban membayar pajak

dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, penagihan

selanjutnya dilakukan oleh Juru Sita Negara dengan menerbitkan Surat Paksa.

2.1.2.2 Indikator Tindakan Penagihan Aktif

Adapun indikator dari Tindakan Penagihan Aktif menurut Mardiasmo

(2013:145) adalah Jumlah Surat Paksa yang diterbitkan.


(20)

13

2.1.3 Pencairan Tunggakan Pajak

Untuk mendapatkan pengertian pencairan tunggakan pajak yang lebih jelas

dan tepat, dibawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian pencairan tunggakan

pajak yang dinyatakan oleh para ahli di antaranya :

Menurut Waluyo, (2013:64), mendefinisikan pencairan tunggakan pajak

adalah sebagai berikut:

“Pencairan Tunggakan Pajak merupakan pembayaran yang di

lakukan

dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang digunakan untuk pelunasan

piutang pajak dan diajukannya keberatan atau banding sehingga

mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak serta jika penanggung

pajak sudah meninggal dunia dan berpindah tempat maka piutang pajak

tersebut akan dihapuskan karena penanggung pajak sudah tidak ada atau

tidak dapat ditemukan lagi.”

Menurut Hidayat, (2013:6), mendefinisikan pencairan tunggakan pajak

adalah sebagai berikut:

Pencairan Tunggakan pajak merupakan pembayaran pajak yang terutang

ataupun yang belum dibayar kepada negara dalam jangka waktu yang telah

ditetapkan.”

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:330) mendefinisikan tunggakan pajak

adalah sebagai berikut :

“Tunggakan pajak yaitu utang pajak yang telah p

asti dan ditetapkan dengan

surat ketetapan pajak, yang merupakan obyek penagihan pajak dengan

Undang-undang Penagihan dengan Surat Paksa.”

Dari tiga definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa Pencairan

Tunggakan Pajak adalah pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak yang digunakan untuk pelunasan piutang pajak yang terutang yang


(21)

14

belum dibayar sejak dikeluarkannya ketetapan pajak dan jumlah piutang pajak yang

belum lunas yang sebelumnya dalam masa tagihan pajak.

2.1.3.1 Mekanisme Pencairan Tunggakan Pajak

Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan tagihan pajak kepada wajib pajak

yang belum melakukan kewajiban perpajakannya berupa Surat Tagihan Pajak

(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan, putusanbanding yang mengakibatkan pajak yang harus

dibayar bertambah (Mardiasmo, 2013:8).

Mekanisme pencairan tunggakan pajak menurut undang-undang perpajakan

adalah sebagai berikut:

1)

Pembayaran surat setoran pajak

Menurut Siti Resmi (2012:34) mendifinisikan surat setoran pajak (SSP)

adalah sebagai berikut :

“Surat Setoran Pajak merupakan surat yang oleh wajib pajak digunakan

untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas

negara atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa Surat Setoran Pajak

(SSP) merupakan surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan

pembayaran pajak yang terutang ke kas negara atau tempat pembayaran lain yang

ditunjuk oleh Menteri Keuangan.


(22)

15

2)

Pemindahbukuan

Menurut Waluyo (2011:71) mendefinisikan pemindahbukuan adalah

sebagai berikut :

“Pemindahbukuan adalah pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutan

g

tapi dinyatakan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak

(SKKPP) karena adanya kesalahan pencatatan”.

3)

Pengurangan atau Penghapusan Utang Pajak

Menurut Siti Resmi (2012:13) mendefinisikan pengurangan atau

penghapusan utang pajak adalah sebagai berikut :

“Penghapusan utang adalah kewajiban pajak oleh wajib pajak tertentu

dinyatakan hapus oleh fiskus karena setelah dilakukan penyidikan

dipandang perlu bahwa wajib pajak tidak mampu lagi memenuhi

kewajibannya”.

2.1.3.2 Indikator Pencairan Tunggakan Pajak

Adapun indikator dari Pencairan Tunggakan Pajak menurut Diaz Priantara

(2012:135) adalah Jumlah Pencairan Tunggakan Pajak.

2.2

Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Terhadap Pencairan Tunggakan

Pajak

Jumlah utang pajak yang harus dibayar dalam batas waktu yang telah

ditetapkan tercantum dalam surat ketetapan pajak (SKP) dan harus dibayar oleh

wajib pajak ataupun penanggung pajak. Setelah jumlah pajak yang sesungguhnya

terutang diketahui, maka kekurangannya setelah tahun pajak berakhir, apabila


(23)

16

setelah tanggal jatuh tempo pajak tersebut belum dilunasi maka timbul tunggakan

pajak (Hidayat 2013:6). Semakin banyak Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT,

atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar dan tidak lengkap kemudian

melampirkan keterangan yang isinya tidak benar maka penerbitan Surat Ketetapan

Pajak (SKP) akan meningkat dan dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan

negara, maka pencairan tunggakan pajak akan menurun (Waluyo, 2011:113).

Teori diatas didukung pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kukuh Putrananda Juniardi (2014) yang menyatakan bahwa surat ketetapan pajak

dan penagihan aktif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah pencairan

tunggakan Pajak Penghasilan. Variabel surat ketetapan pajak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap jumlah pencairan tunggakan pajak penghasilan.

2.2.2 Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan

Pajak

Pentingnya faktor tindakan penagihan aktif dalam hubungannya dengan

pencairan tunggakan pajak karena pada prinsipnya tindakan penagihan aktif secara

khusus memang difungsikan sebagai alat untuk menagih tunggakan pajak. Oleh

karena itu, jika penagihan aktif dijalankan secara intensif, maka akan dapat

meningkatkan pencairan jumlah tunggakan pajak (Ramos Irawadi, 2013:185).

Fiskus berwenang melakukan tindakan penagihan aktif apabila terdapat utang pajak

yang jatuh tempo belum dilunasi oleh wajib pajak (Kurniawan, 2011:116).

Teori diatas didukung pula dengan hasil penelitian dari Rudi Hidayat (2013)

yang menyatakan bahwa tindakan penagihan aktif berpengaruh signifikan positif

terhadap pencairan tunggakan pajak. Sama halnya dengan hasil penelitian dari


(24)

17

Sartika Z (2015) yang menyatakan bahwa jumlah surat-surat yang diterbitkan oleh

KPP Makassar Barat sebagai pelaksana tindakan penagihan aktif berpengaruh

terhadap pencairan tunggakan pajak. Tindakan penagihan aktif dengan surat

teguran, surat paksa, dan surat perintah melaksanakan penyitaan merupakan faktor

yang menentukan tinggi rendahnya pencairan tunggakan pajak.

2.2.3 Paradigma Penelitian

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

Surat Ketetapan

Pajak

- Siti Resmi

(2014:48)

- Waluyo (2011:52)

- Mardiasmo

(2013:41)

Tindakan Penagihan

Aktif

- Ramos Irawadi

(2013:185)

- Soemarso (2007:14)

- Nadhiastutie

(2010:7)

Pencairan Tunggakan

Pajak

- Hidayat (2013:6)

- Siti Kurnia Rahayu

(2010:330)

- Siti Resmi (2007:40)

Kukuh Putrananda (2014)

Hidayat dan Cheisviyanny (2013)

Sartika Z (2015)

Hasbi Rifqiansyah (2013)

Ramos Irawadi (2013)


(25)

18

2.3 Hipotesis

Dalam penelitian, hipotesis merupakan dugaan sementara menurut sampel

yang harus diuji dan dibuktikan kebenarannya, namun dalam hal pendugaannya

menggunakan statistika untuk menganalisisnya.

Menurut Sugiyono (2011:64) mendefinisikan hipotesis penelitian adalah

sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, Karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirik.”

Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul dan harus diuji secara empiris.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis merumuskan

hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

H1 : Surat Ketetapan Pajak berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.

H2 : Tindakan Penagihan Aktif berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.


(26)

1

PENGARUH SURAT KETETAPAN PAJAK DAN TINDAKAN PENAGIHAN AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang)

THE INFLUENCE OF THE TAX ASSESSMENTS LETTER AND ACTIVE TAX COLLECTION TO DISBURSEMENTS TAX ARREARS

(Case Study on Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang)

Eka Ayu Ningtyas

Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

Email : ningtyasekaayu@gmail.com

ABSTRACT

This research was conducted at Sumedang tax service office. The phenomena that occurred at Sumedang tax service office disbursement of tax arrears is not optimal and does not reach the target for 5 years due to the issuance of tax assessment letter is increasing every year as well as the issuance of her forced her increased every year. This research aims to provide empirical evidence about the influence of the tax assessments letter and active tax collection to disbursements tax arrears at Sumedang tax service office.

This research is a quantitative study, using descriptive and verification methods. The population in this study is the development of the report of the accounts receivable, module and Tax Receipts to the State, the sampling using jenuh sampling technique. Kind of data is secondary data in the form of 60 report of the accounts receivable, module and Tax Receipts to the State from


(27)

2

2011-2015. The data was analyzed by regression double linier technic with the help of SPSS software v20.0.

The results of this study showed that the tax assessment letter effect on disbursements tax arrears and active tax collection effect on disbursements tax arrears. Where the lower issuance of Tax Assessment Letter and increasing the Active Tax Collection then the amount of Disbursement Tax Arrears will increase.

Keywords: Tax Assessments Letter, Active Tax Collection, Disbursements Tax Arrears

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama (Waluyo, 2011:2).

Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Siti Resmi, 2014:1). Sistem pemungutan yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan menuntut Wajib Pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku adalah Self Assestment System, dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan sepenuhnya oleh Wajib Pajak, akan tetapi dengan sistem tersebut tidak


(28)

3

menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak (Dian Hardiyanti, 2015:10).

Pencairan Tunggakan Pajak merupakan pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang digunakan untuk pelunasan piutang pajak dan diajukannya keberatan atau banding sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak serta jika penanggung pajak sudah meninggal dunia dan berpindah tempat maka piutang pajak tersebut akan dihapuskan karena penanggung pajak sudah tidak ada atau tidak dapat ditemukan lagi (Waluyo, 2013:64). Setelah diketahui adanya jumlah pajak terutang, maka kekurangannya setelah tahun pajak berakhir, apabila setelah tanggal jatuh tempo pajak tersebut belum dilunasi maka timbul tunggakan pajak. Batas waktu untuk membayar jumlah utang pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak atau penanggung pajak telah ditetapkan dan tercantum dalam surat ketetapan pajak (Hidayat dan Cheisviyanny, 2013:6). Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak ini sebagai suatu ketetapan tertulis (istilah hukum dalam bahasa Belanda yaitu schriftelijke

beschikking) yang menimbulkan hak dan kewajiban, memuat besarnya utang pajak pada tahun

tertentu bagi Wajib Pajak yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat ketetapan pajak (Waluyo, 2011:52). Penerbitan surat ketetapan pajak hanya terbatas pada wajib pajak tertentu yang disebabkan ketidakbenaran pengisian SPT. Dapat juga karena ditemukan data fiscal yang tidak dilaporkan dengan kata lain wajib pajak tidak patuh memenuhi kewajiban yang telah ditentukan oleh peraturan wajib pajak yang berlaku. Sanksi administrasi yang diterapkan dalam surat ketetapan pajak adalah sanksi administras berupa bunga, denda, kenaikan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:180).

Tindakan penagihan aktif merupakan upaya paksa kepada penunggak pajak, dimana jurusita pajak bertindak mewakili negara untuk merealisasikan hak negara berupa pajak (Ramos Irawadi, 2013:185). Tindakan penagihan aktif bersifat paksaan yang bersifat langsung untuk melunasi pajak yang tidak dibayar (Soemarso, 2007:14). Tindakan penagihan aktif adalah keseluruhan kegiatan penagihan yang merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif dimulai dari pemberitahuan surat paksa hingga menjual barang yang telah disita dan dalam hal ini seksi


(29)

4

penagihan melakukan tindakan nyata atas wajib pajak atau penanggung pajak (Nadhiastutie, 2010:7).

Direktorat Jenderal Pajak memanggil sebanyak 328 penunggak pajak Badan dan Orang Pribadi dalam mengoptimalkan pencairan tunggakan pajak yang mencapai Rp. 67,7 triliun. Direktorat Jenderal Pajak telah mencairkan tunggakan pajak sebesar 6,75 triliun sampai dengan 24 Maret 2015. Nilai pencairan piutang pajak itu bukan berasal dari kebijakan penghapusan sanksi bunga melainkan dari penyanderaan atau gijzeling terhadap 12 penanggung pajak periode Januari sampai Mei (Sigit Priadi Pramudito, Direktur Direktorat Jenderal Pajak 2015).

Pelanggaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak merupakan salah satu penyebab menurunnya target pencairan piutang pajak. Berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010, target pencairan piutang pajak tahun 2010 sebesar Rp. 16,4 triliun. Namun, jumlah tunggakan pajak di awal tahun 2010 melonjak sebesar Rp. 49,99 triliun. Dalam mengejar target tersebut dilakukan berbagai langkah yang sesuai dengan undang-undang pajak. Pertama-tama, Direktorat Penagihan dan Pemeriksaan Pajak mengirimkan surat paksa (Otto Endy Panjaitan, Direktur Pemeriksaan Pajak 2010).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap

Pencairan Tunggakan Pajak”.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang terjadi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Tidak tercapainya target pencairan tunggakan pajak.

2) Jumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan meningkat tiap tahun. 3) Jumlah Surat Paksa yang diterbitkan meningkat tiap tahun.

4) Jumlah pencairan tunggakan pajak belum optimal tiap tahun nya.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(30)

5

2) Seberapa besar pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari kebenaran guna pemecahan masalah dalam penelitian terkait pencairan tunggakan pajak.

1.4.2 Tujuan Penelitian

1) Untuk mengkaji dan menganalisis seberapa besar pengaruh Surat Ketetapan Pajak terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.

2) Untuk mengkaji dan menganalisis seberapa besar pengaruh Tindakan Penagihan Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Praktis (Kegunaan Operasional)

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang diangkat dalam penelitian baik bersifat umum maupun khusus yang berlaku di Indonesia terkait pencairan tunggakan pajak dari faktor surat ketetapan pajak dan tindakan penagihan aktif.

1.5.2 Kegunaan Akademis (Pengembangan Ilmu)

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu akuntansi perpajakan dan menambah wawasan terkait surat ketetapan pajak, tindakan penagihan aktif dan pencairan tunggakan pajak.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka


(31)

6

Menurut Siti Resmi, (2014:48) mendefinisikan surat ketetapan pajak adalah sebagai berikut :

“Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.”

Menurut Waluyo, (2011:52) mendefinisikan surat ketetapan pajak adalah sebagai berikut :

“Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak ini sebagai suatu ketetapan tertulis (istilah hukum dalam bahasa Belanda yaitu schriftelijke beschikking) yang menimbulkan hak dan kewajiban, memuat besarnya utang pajak pada tahun tertentu bagi Wajib Pajak yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat ketetapan pajak.”

Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan pajak sebagai suatu ketetapan pajak yang tertulis yang menimbulkan hak dan kewajiban, memuat besarnya utang pajak pada tahun tertentu yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

2.1.2 Tindakan Penagihan Aktif

Menurut Ramos Irawadi, (2013:185) mendefinisikan tindakan penagihan aktif adalah sebagai berkut :

“Tindakan Penagihan Aktif merupakan upaya paksa kepada penunggak pajak, dimana jurusita pajak bertindak mewakili negara untuk merealisasikan hak negara berupa pajak.” Menurut Soemarso, (2011:14) mendefinisikan tindakan penagihan aktif adalah sebagai berikut :


(32)

7

“Tindakan Penagihan aktif adalah penagihan yang yang bersifat memaksa untuk melunasi pajak yang tidak dibayar. Penagihan ini bersifat paksaan yang bersifat langsung.”

Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa Penagihan Aktif adalah kegiatan penagihan yang merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif yang bersifat memaksa kepada penunggak pajak untuk melunasi pajak yang tidak dibayar yang dilakukan oleh jurusita dalam mewakili negara untuk merealisasikan hak negara berupa pajak.

2.1.3 Pencairan Tunggakan Pajak

Menurut Hidayat, (2013:6), mendefinisikan pencairan tunggakan pajak adalah sebagai berikut:

“Pencairan Tunggakan pajak merupakan pembayaran pajak yang terutang ataupun yang belum dibayar kepada negara dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.”

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:330) mendefinisikan tunggakan pajak adalah sebagai berikut :

“Tunggakan pajak yaitu utang pajak yang telah pasti dan ditetapkan dengan surat ketetapan pajak, yang merupakan obyek penagihan pajak dengan Undang-undang Penagihan dengan Surat Paksa.”

Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa Pencairan Tunggakan Pajak adalah pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang digunakan untuk pelunasan piutang pajak yang terutang yang belum dibayar sejak dikeluarkannya ketetapan pajak dan jumlah piutang pajak yang belum lunas yang sebelumnya dalam masa tagihan pajak.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Setelah jumlah pajak yang sesungguhnya terutang diketahui, maka kekurangannya setelah tahun pajak berakhir, apabila setelah tanggal jatuh tempo pajak tersebut belum dilunasi maka timbul tunggakan pajak (Hidayat 2013:6). Semakin banyak Wajib Pajak tidak menyampaikan


(33)

8

SPT, atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar dan tidak lengkap kemudian melampirkan keterangan yang isinya tidak benar maka penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) akan meningkat dan dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, maka pencairan tunggakan pajak akan menurun (Waluyo, 2011:113).

2.2.2 Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Pentingnya faktor tindakan penagihan aktif dalam hubungannya dengan pencairan tunggakan pajak karena pada prinsipnya tindakan penagihan aktif secara khusus memang difungsikan sebagai alat untuk menagih tunggakan pajak. Oleh karena itu, jika penagihan aktif dijalankan secara intensif, maka akan dapat meningkatkan pencairan jumlah tunggakan pajak (Ramos Irawadi, 2013:185). Fiskus berwenang melakukan tindakan penagihan aktif apabila terdapat utang pajak yang jatuh tempo belum dilunasi oleh wajib pajak (Kurniawan, 2011:116).

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) mendefinisikan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, Karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.”

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

H1 : Surat Ketetapan Pajak berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. H2 : Tindakan Penagihan Aktif berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan


(34)

9

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif yaitu metode yang bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomene-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

Definisi dari Metode Penelitian Kuantitatif menurut Sugiyono (2012: 8) adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Adapun definisi metode deskriptif menurut Sugiyono yang dikutip oleh Umi Narimawati (2012;29) adalah sebagai berikut :

“Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Nur Indriantoro yang dikutip oleh Umi Narimawati (2012;31), mengungkapkan bahwa pengertian operasionalisasi yaitu sebagai berikut :

“Penentuan contruct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan

contruct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi

pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran contruct yang lebih baik”.

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai “Pengaruh Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak”, ada 3 variabel yaitu 2 Variabel Bebas (variable independen) dan 1 Variabel Dependen.


(35)

10

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep (Definisi Variabel) Dimensi/Indikator Skala Pengukuran

Surat Ketetapan Pajak

“Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat

Ketetapan Pajak ini sebagai suatu ketetapan tertulis (istilah hukum dalam bahasa Belanda yaitu schriftelijke beschikking) yang menimbulkan hak dan kewajiban, memuat

besarnya utang pajak pada tahun tertentu bagi Wajib Pajak yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat ketetapan pajak.” (Waluyo, 2011:52)

Jumlah Surat

Ketetapan Pajak yang diterbitkan

(Siti Resmi 2012:40)

Rasio

Tindakan Penagihan Aktif

“Tindakan Penagihan Aktif adalah keseluruhan

Jumlah Surat Paksa yang diterbitkan


(36)

11

kegiatan penagihan yang merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif dimulai dari pemberitahuan surat paksa hingga menjual barang yang telah disita dan dalam hal ini seksi penagihan melakukan tindakan nyata atas wajib pajak atau penanggung pajak.”

(Nadhiastutie, 2010:7)

(Mardiasmo 2013:145)

Pencairan Tunggakan Pajak

“Pencairan Tunggakan Pajak merupakan pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang

digunakan untuk pelunasan piutang pajak dan

diajukannya keberatan atau banding sehingga

mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak.” (Waluyo, 2013:64)

Jumlah pencairan tunggakan pajak (Diaz Priantara 2012,135)


(37)

12

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2011:136) mendefinisikan sumber data sekunder adalah sebagai berikut :

“Sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku serta dokumen perusahaan.”

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, tentunya penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian.

2) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu suatu cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan/studi literatur dengan melihat buku-buku referensi, data perusahaan dan lain-lain untuk mendapatkan dasar pengertian serta teori-teori yang diperlukan sebagai pelengkap data utama yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian 3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012:15), pengertian dari populasi adalah sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.


(38)

13

Berdasarkan penjelasan dan definisi di atas, maka populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Laporan Perkembangan Piutang Pajak dan Modul Penerimaan Negara pada periode bulan Januari sampai Desember selama tahun 2011 sampai tahun 2015.

3.4.2 Sampel

Menurut Umi Narimawati (2012:38), mengungkapkan bahwa pengertian sampel adalah sebagai berikut :

“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”.

Berdasarkan definisi diatas, maka sample dalam penelitian ini adalah Laporan Perkembangan Piutang Pajak dan Modul Penerimaan Negara dengan jumlah 60 buah sample dengan unit data perbulan selama tahun 2011 sampai tahun 2015.

3.5 Metode Pengujian Data

Adapun metode pengujian data dalam penelitian ini maka dilakukan teknik analisis data yaitu seagai berikut :

a) Uji Asumsi Klasik

- Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak.

- Uji Multikolinearitas

Menurut Imam Ghozali, (2013:106) uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel independen (bebas). Pengujian multikolinearitas dilihat dari VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.


(39)

14

- Uji Heteroskesdastisitas

Menurut Imam Ghozali, (2013:105) uji heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskesdastisitas. Dasar keputusan untuk uji heteroskesdastisitas :

 Uji Park Glejser

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka adanya indikasi terjadi heteroskesdastisitas sebaliknya variabel independen tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka tidak terjadi heteroskesdastisitas. Dalam pengujian park glejser menggunakan koefisien signifikasi (probabilitas) pada tingkat ketelitian 5% jika lebih besar sama dengan 5% maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskesdastisitas.

- Uji Autokorelasi

Menurut Imam Ghozali, (2013:110), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Menurut Imam Ghozali (2013:110) dasar yang digunakan untuk mengambil keputusan secara umum adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada auto korelasi positf Tolak 0<d<Cl Tidak ada auto korelasi positif No Decision dl≤d≤du Tidak ada korelasi negative Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada korelasi negative No Decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada auto korelasi positif atau negative Tidak ditolak du<d<4-du


(40)

15

Jika telah memenuhi keempat hal tersebut maka model regresi akan memberikan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), (Imam Ghozali, 2013:173).

3.6 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan software SPSS versi 20. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Regresi Berganda

Menurut Sugiyono (2012:210) analisis regresi berganda digunakan untuk menjelaskan mengenai pengaruh antar variabel bebas secara bersamaan dengan salah satu variabel terikatnya. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Sumber : Sugiyono, 2012:210) Keterangan :

a : Konstanta

Y : Pencairan Tunggakan Pajak X1 : Surat Ketetapan Pajak X2 : Tindakan Penagihan Aktif b1 dan b2: Koefisien regresi

2. Koefisien Determinasi

Ghozali (2011:83) menyatakan koefisien determinasi berfungsi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 sampai dengan 1. Nilai Adujsted R Square yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas, sebaliknya jika Adujsted R Square mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.


(41)

16

3. Analisis Korelasi

Koefisien Korelasi Secara Parsial

Untuk mengatur kekuatan hubungan masing-masing komponen variabel bebas secara parsial, yaitu faktor Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif terhadap variabel tidak bebas yaitu Pencairan Tunggakan Pajak dapat diketahui dengan menggunakan korelasi parsial.

2

2 1 2 2 2 1 2 1 1

1

1

.

rx

x

rx

y

rx

x

rx

y

rx

y

rx

y

(Sumber: Nazir 2011: 464)

Tabel 3.4

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

(Sumber : Sugiyono, 2012:250)

Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengukur kuat lemahnya hubungan antar variabel Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif dengan Pencairan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. Rumus dari kolerasi berganda adalah:

Besarnya Pengaruh Bentuk Hubungan

0 - 0.19 Sangat lemah 0.20 - 0.39 Korelasi yang lemah 0.40 - 0.59 Korelasi sedang 0.60 - 0.79 Cukup tinggi


(42)

17

(Sumber: Husein Umar, 2011:233)

Keterangan:

R : Koefisien korelasi berganda X1 : Surat Ketetapan Pajak X2 : Tindakan Penagihan Aktif Y : Pencairan Tunggakan Pajak N : Banyaknya Sampel

4. Pengujian Hipotesis

a. Uji Statistik t atau Uji Parsial

Menurut Kuncoro (2012:238) Uji statistik t berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Langkah-langkah uji t sebagai berikut :

1) Menentukan Null Hypothesis (H0) H0 : β1 = β2 = 0

Artinya surat ketetapan pajak dan tindakan penagihan aktif tidak berpengaruh secara parsial terhadap pencairan tunggakan pajak.

H0 : β1 ≠ β2 ≠ 0

Artinya surat ketetapan pajak dan tindakan penagihan aktif berpengaruh secara parsial terhadap pencairan tunggakan pajak.

2) Membandingkan Thitung dan Ttabel

H0 diterima apabila Thitung≤ Ttabel atau jika probabilitas Thitung > α, dan H0ditolak apabila Thitung>Ttabel atau jika probabilitas Thitung ≤ α.

. X X = b ∑

+ �

∑ ²


(43)

18

Jika angka signifikan Uji t lebih kecil dari tingkat signifikan α, maka H0 ditolak, hal tersebut menunjukan bahwa dengan tingkat signifikansi α tertentu secara statistik variabel independen secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

\

(Sumber : Sugiyono, 2014:65)

Gambar 3.1

Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Menurut Sugiyono (2014:66) daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika thitung dan Fhitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak yang diberikan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Surat Ketetapan Pajak Periode Tahun 2011 – 2015

Surat Ketetapan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Jika dilihat dari fenomena yang terjadi bahwa surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang mengalami kenaikan


(44)

19

setiap tahunnya, namun demikian dapat dilihat pada gambar 4.1 bahwa pola data tiap bulan menunjukan kenaikan dan kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2014. Tingginya kenaikan penerbitan surat ketetapan pajak disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT (Surat Pemberitahuan) oleh Wajib Pajak dan ditemukannya data fiscal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak, artinya masih rendahnya kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga penerbitan surat ketetapan pajak selalu meningkat tiap tahunnya.

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Tindakan Penagihan Aktif Periode Tahun 2011 – 2015

Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Jika dilihat dari fenomena yang terjadi bahwa surat paksa yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun demikian dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa pola data tiap bulan menunjukan kenaikan dan kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2015. Tingginya kenaikan penerbitan surat paksa disebabkan oleh masih adanya jumlah hutang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak sampai jatuh tempo yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Tagihan Pajak, artinya tindakan penagihan aktif dengan menerbitkan surat paksa belum efektif karena masih banyak Wajib Pajak yang tidak peduli dan cenderung melalaikan kewajibannya untuk melunasi hutang pajak nya walaupun sudah diterbitkan surat paksa.

4.1.1.3 Analisis Deskriptif Pencairan Tunggakan Pajak Periode Tahun 2011 – 2015

Pencairan Tunggakan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Jika dilihat dari fenomena yang terjadi bahwa pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang belum optimal dan tidak mencapai target, namun demikian dapat dilihat pada gambar 4.3 pola data tiap bulan menunjukan penurunan dan pencairan tunggakan pajak pada bulan Juli tahun 2015 belum mencapai target dan belum optimal sedangkan pada bulan Juli tahun 2013 sudah mencapai target. Tidak tercapainya target pencairan tunggakan pajak disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak dan cenderung mengabaikan kewajibannya untuk melunasi tunggakan pajaknya yang berarti masih belum efektifnya proses penagihan pajak karena sering menemukan Wajib Pajak yang mempunyai tunggakan pajak tetapi tidak mau membayar utang pajaknya sehingga dengan tidak dilunasinya tunggakan pajak tersebut mengakibatkan bertambahnya tunggakan pajak.


(45)

20

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif 4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

nilai asymp. Sig untuk variabel Surat Ketetapan Pajak bernilai 0,200 >= 0,05 dan nilai asymp. Sig untuk variabel Tindakan Penagihan Aktif bernilai 0,200 >= 0,05, hal itu menunjukan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal, serta informasi dari tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa kurva tersebut berbentuk lonceng dengan kedua sisinya melebar sampai tak hingga, hal itu juga menunjukkan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal artinya data empirik yang diperoleh dari lapangan normal, dengan demikian maka asumsi normalitas data terpenuhi dan layak digunakan untuk dilakukan pengujian regresi.

2. Uji Multikolinieritas

Dari data yang disajikan pada tabel di atas terlihat bahwa nilai tolerance yang diperoleh kedua variabel bebas masing-masing sebesar 1,000 > 0,1 dan Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10. Hal ini menandakan bahwa kedua variabel bebas yang digunakan tidak memiliki masalah multikolinieritas artinya tidak terjadi korelasi di antara variabel Surat Ketetapan Pajak dan variabel Tindakan Penagihan Aktif dan telah memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian regresi.

3. Uji Heteteroskedastisitas

hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode park glejser, menunjukan koefisien signifikan untuk variabel Surat Ketetapan Pajak > 0,05 dan koefisien signifikan untuk variabel Tindakan Penagihan Aktif > 0,05, hal ini menunjukan bahwa kedua variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel Pencairan Tunggakan Pajak, dalam pengertian model regresi dalam penelitian ini tidak mengandung adanya unsur heteroskesdastisitas artinya model regresi layak digunakan untuk memprediksi Pencairan Tunggakan Pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif.

4. Uji Autokorelasi

Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai dW yang diperoleh sebesar 1,890 berada diantara nilai dU (1,206) dan 4-dU sebesar (2,45). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan tidak memiliki masalah autokorelasi, baik itu autokorelasi negatif maupun autokorelasi positif


(46)

21

artinya tidak ada hubungan antara pengamatan (observasi) baik dalam bentuk time series maupun cross section.

4.1.2.2 Persamaan Regresi Linier Berganda

Dari tabel output di atas diperoleh nilai a sebesar 357.898.257,04 β1 sebesar -923.139,24 dan β2 sebesar 1.002.587,00 Dengan demikian, persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:

Y= 357.898.257,04 – 923.139,2(X1) + 1.002.587(X2)

4.1.3 Analisis Korelasi

4.1.3.1.1 Korelasi Antara Surat Ketetapan Pajak dengan Pencairan Tunggakan Pajak

korelasi antara Surat Ketetapan Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak sebesar -0,079 nilai korelasi tersebut bertanda negatif yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi berlawanan, dalam pengertian apabila Surat Ketetapan Pajak meningkat maka Pencairan Tunggakan Pajak menurun atau sebaliknya apabila Tindakan Penagihan Aktif menurun maka Pencairan Tunggakan Pajak meningkat. Pada tabel di atas diperoleh informasi bahwa nilai korelasi yang diperoleh antara Surat Ketetapan Pajak dengan Tindakan Penagihan Aktif adalah sebesar -0,079. Nilai korelasi bertanda negatif yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah berlawanan. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai sebesar -0,079 termasuk kedalam kategori hubungan yang sangat lemah, berada dalam kelas interval antara 0,000 – 0,199.

4.1.3.1.2 Korelasi Antara Tindakan Penagihan Aktif dengan dengan Pencairan Tunggakan Pajak

korelasi antara Surat Ketetapan Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak sebesar 0,110 nilai korelasi tersebut bertanda positif yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi searah, dalam pengertian apabila Tindakan Penagihan Aktif meningkat maka Pencairan Tunggakan Pajak menurun atau sebaliknya apabila Tindakan Penagihan Aktif menurun maka Pencairan Tunggakan Pajak meningkat. Pada tabel di diatas diperoleh informasi bahwa nilai korelasi yang diperoleh antara Surat Ketetapan Pajak dengan Tindakan Penagihan Aktif adalah sebesar 0,110. Nilai korelasi bertanda positif yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah


(47)

22

searah. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai sebesar 0,110 termasuk kedalam kategori hubungan yang sangat lemah, berada dalam kelas interval antara 0,000 – 0,199.

4.1.4 Analisis Koefisien Determinasi

 Pengaruh Surat Ketetapan Pajak terhadap Pencairan Tunggakan Pajak = (-0,079)2 x 100% = 0,6%

 Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak = (0,110)2 x 100% = 1,2%

Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa Tindakan Penagihan Aktif memberikan kontribusi pengaruh paling dominan terhadap Pencairan Tunggakan Pajak dengan kontribusi yang diberikan sebesar 1,2%, sedangkan Surat Ketetapan Pajak memberikan kontribusi pengaruh sebesar 0,6%.

4.1.5 Pengujian Hipotesis

4.1.5.1 Pengujian Hipotesis Parsial

1. Pengujian Hipotesis Parsial Surat Ketetapan Pajak terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh 0,380), berada diantara nilai ttabel (-2,07 dan (-2,07), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara parsial Surat Ketetapan Pajak berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.

2. Pengujian Hipotesis Parsial Tindakan Penagihan Aktif

Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh (0,523), berada diantara nilai ttabel (-2,07 dan (-2,07), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara parsial Tindakan Penagihan Aktif berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara Surat Ketetapan Pajak dengan Pencairan Tunggakan Pajak adalah sebesar -0,079. Nilai korelasi bertanda negatif yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan terikat adalah berlawanan. Artinya semakin meningkat Surat Ketetapan Pajak maka Pencairan Tunggakan Pajak akan menurun. Semakin banyak Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT tetapi


(48)

23

isinya tidak benar dan tidak lengkap kemudian melampirkan keterangan yang isinya tidak benar maka penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) akan meningkat dan dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, maka pencairan tunggakan pajak akan menurun (Waluyo, 2011:113). Sementara berdasarkan perhitungan besar pengaruh dari variabel Surat Ketetapan Pajak dapat dilihat bahwa Surat Ketetapan Pajak hanya memberikan kontribusi terhadap Pencairan Tunggakan Pajak sebesar 0,6% sedangkan 99,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Faktor lain yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak adalah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Setoran Pajak (SSP) yang digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang terutang dan pemindahbukuan yang dinyatakan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP) karena adanya kesalahan pencatatan (Waluyo, 2011:71).

4.2.2 Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara Tindakan Penagihan Aktif dengan Pencairan Tunggakan Pajak adalah sebesar 0,110. Nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan terikat adalah searah. Artinya semakin meningkat Tindakan Penagihan Aktif maka Pencairan Tunggakan Pajak akan meningkat. Pentingnya faktor tindakan penagihan aktif yang berhubungan dengan pencairan tunggakan pajak karena pada prinsipnya tindakan penagihan aktif secara khusus memang memiliki fungsi sebagai alat untuk menagih tunggakan pajak. Oleh karena itu, jika penagihan aktif dilaksanakan secara intensif, maka akan dapat meningkatkan pencairan jumlah tunggakan pajak (Ramos Irawadi, 2013:185). Apabila tindakan penagihan aktif dilakukan secara intensif dan efektif, maka akan menyebabkan pencairan tunggakan pajak semakin besar (Rudi Hidayat, 2013:18). Sementara berdasarkan perhitungan besar pengaruh dari variabel Tindakan Penagihan Aktif dapat dilihat bahwa Tindakan Penagihan Aktif hanya memberikan kontribusi terhadap Pencairan Tunggakan Pajak sebesar 1,2% sedangkan 98,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Faktor lain yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak adalah penagihan pasif dengan menghubungi wajib pajak melalui telepon, mengundang wajib pajak untuk memperoleh kejelasan penyelesaian utang pajaknya, mengirimkan surat pemberitahuan dan himbauan pelunasan utang pajak kepada wajib pajak serta meminta wajib pajak agar secara sukarela menyerahkan harta kekayaannya untuk pelunasan pajak (Siti Ragil Handayani, 2014:4).


(49)

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab I sampai bab IV mengenai pengaruh surat ketetapan pajak dan tindakan penagihan aktif terhadap pencairan tunggakan pajak pada kantor pelayanan pajak pratama Sumedang dari tahun 2011-2015, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Surat Ketetapan Pajak berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Semakin rendah penerbitan Surat Ketetapan Pajak maka jumlah Pencairan Tunggakan Pajak akan meningkat.

2. Tindakan Penagihan Aktif berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Semakin meningkat Tindakan Penagihan Aktif maka jumlah pencairan tunggakan pajak akan meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1) Saran Praktis/Operasional

a) Untuk meningkatkan pencairan tunggakan pajak melalui surat ketetapan pajak, untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang agar memberikan sosialisasi secara berkala kepada Wajib Pajak mengenai cara pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) yang baik dan benar agar meminimalisir kurangnya pengetahuan dan pemahaman perpajakan Wajib Pajak dan meminimalisir banyaknya kesalahan dari Wajib Pajak baik salah hitung maupun salah tulis dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT). b) Untuk meningkatkan pencairan tunggakan pajak melalui tindakan penagihan aktif,

untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang lebih mengintensifkan penagihan aktif dengan tahapan dan prosedur serta wewenang dalam penagihan pajak sesuai peraturan yang telah ditetapkan kemudian melakukan sosialisasi secara berkala mengenai pentingnya dan manfaat pajak bagi pembangunan negara serta mensosialisasikan peraturan perpajakan terbaru yang berlaku.


(50)

25

2) Saran Akademis

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih memperluas ruang lingkup penelitian dan mencari lebih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi pencairan tunggakan pajak selain variabel independen yang telah diteliti pada penelitian ini. Peneliti lain dapat meneliti dengan memperbanyak jumlah sampel, menambah variabel independen lainnya serta tempat dan waktu penelelitian yang berbeda agar diperoleh kesimpulan yang mendukung dan memperkuat teori dan konsep yang telah dibangun sebelumnya, baik oleh peneliti saat ini maupun oleh peneliti-peneliti terdahulu.


(51)

26

DAFTAR PUSTAKA

Diaz Priantara. 2012. Perpajakan Indonesia Edisi 2. Jakarta : Mitra Wacana Media

Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Yoryakarta : Gaya Media. Hamidi 2011. Metode Penelitian Kualitatif : Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan

Penelitian. Malang : UMM Press.

Imam Ghozali 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kurniawan. 2011. Upaya Hukum Terkait dengan Penyidikan dan Penagihan Pajak. Yogyakarta : Graha Ilmu

Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yoryakarta : CV. ANDI OFFSET. Ramos Irawadi. 2013. Pajak Kepemimpinan & Masa Depan. Yogyakarta

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : ALFABETA. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA. Soemarso S.R., 2011. Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Jakarta : Salemba Empat. Tony Wijaya. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu Umi Narimawati. 2012. Metodologi Penelitian Dasar Penyusunan Penelitian. Jakarta : Genesis. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.


(52)

27

Kukuh Putranda Juniard. 2014. Pengaruh Surat Ketetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Penghasilan Badan. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 17 No. 1, Desember 2014.

Rudi Hidayat. 2013. Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1, April 2013.

Sumber dari internet

Dian Hardiyanti. 2015. Keterkaitan Surat Ketetapan Pajak dengan Realisasi Penerimaan Pajak. Melalui http://www.kompasiana.com/dianhard/keterkaitan-surat-ketetapan-pajak-dengan-realisasi-penerimaan-pajak_563e17dc337b612e0c87c83b

Otto Endy Panjaitan. 2010. Jumlah Tunggakan Pajak Capai Rp. 59,69 Triliun. Melalui http://finance.detik.com/read/2010/07/09/113011/1396090/4/jumlah-tunggakan-pajak-capai-rp-5969-triliun

Sigit Priadi Pramudito. 2015. Ada Tunggakan Rp. 67 Triliun, Ditjen Panggil 328 Penunggak Pajak. Melalui http://bisnis.liputan6.com/read/2235050/ada-tunggakan-rp-67-triliun-ditjen-panggil-328-penunggak-pajak


(1)

22

searah. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai sebesar 0,110 termasuk kedalam kategori hubungan yang sangat lemah, berada dalam kelas interval antara 0,000 – 0,199.

4.1.4 Analisis Koefisien Determinasi

 Pengaruh Surat Ketetapan Pajak terhadap Pencairan Tunggakan Pajak = (-0,079)2 x 100% = 0,6%

 Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak = (0,110)2 x 100% = 1,2%

Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa Tindakan Penagihan Aktif memberikan kontribusi pengaruh paling dominan terhadap Pencairan Tunggakan Pajak dengan kontribusi yang diberikan sebesar 1,2%, sedangkan Surat Ketetapan Pajak memberikan kontribusi pengaruh sebesar 0,6%.

4.1.5 Pengujian Hipotesis

4.1.5.1 Pengujian Hipotesis Parsial

1. Pengujian Hipotesis Parsial Surat Ketetapan Pajak terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh 0,380), berada diantara nilai ttabel (-2,07 dan (-2,07), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara parsial Surat Ketetapan Pajak berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. 2. Pengujian Hipotesis Parsial Tindakan Penagihan Aktif

Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh (0,523), berada diantara nilai ttabel (-2,07 dan (-2,07), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara parsial Tindakan Penagihan Aktif berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. 4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Surat Ketetapan Pajak Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara Surat Ketetapan Pajak dengan Pencairan Tunggakan Pajak adalah sebesar -0,079. Nilai korelasi bertanda negatif yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan terikat adalah berlawanan. Artinya semakin meningkat Surat Ketetapan Pajak maka Pencairan Tunggakan Pajak akan menurun. Semakin banyak Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT tetapi


(2)

23

maka penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) akan meningkat dan dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, maka pencairan tunggakan pajak akan menurun (Waluyo, 2011:113). Sementara berdasarkan perhitungan besar pengaruh dari variabel Surat Ketetapan Pajak dapat dilihat bahwa Surat Ketetapan Pajak hanya memberikan kontribusi terhadap Pencairan Tunggakan Pajak sebesar 0,6% sedangkan 99,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Faktor lain yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak adalah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Setoran Pajak (SSP) yang digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang terutang dan pemindahbukuan yang dinyatakan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP) karena adanya kesalahan pencatatan (Waluyo, 2011:71).

4.2.2 Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara Tindakan Penagihan Aktif dengan Pencairan Tunggakan Pajak adalah sebesar 0,110. Nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan terikat adalah searah. Artinya semakin meningkat Tindakan Penagihan Aktif maka Pencairan Tunggakan Pajak akan meningkat. Pentingnya faktor tindakan penagihan aktif yang berhubungan dengan pencairan tunggakan pajak karena pada prinsipnya tindakan penagihan aktif secara khusus memang memiliki fungsi sebagai alat untuk menagih tunggakan pajak. Oleh karena itu, jika penagihan aktif dilaksanakan secara intensif, maka akan dapat meningkatkan pencairan jumlah tunggakan pajak (Ramos Irawadi, 2013:185). Apabila tindakan penagihan aktif dilakukan secara intensif dan efektif, maka akan menyebabkan pencairan tunggakan pajak semakin besar (Rudi Hidayat, 2013:18). Sementara berdasarkan perhitungan besar pengaruh dari variabel Tindakan Penagihan Aktif dapat dilihat bahwa Tindakan Penagihan Aktif hanya memberikan kontribusi terhadap Pencairan Tunggakan Pajak sebesar 1,2% sedangkan 98,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Faktor lain yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak adalah penagihan pasif dengan menghubungi wajib pajak melalui telepon, mengundang wajib pajak untuk memperoleh kejelasan penyelesaian utang pajaknya, mengirimkan surat pemberitahuan dan himbauan pelunasan utang pajak kepada wajib pajak serta meminta wajib pajak agar secara sukarela menyerahkan harta kekayaannya untuk pelunasan pajak (Siti Ragil Handayani, 2014:4).


(3)

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab I sampai bab IV mengenai pengaruh surat ketetapan pajak dan tindakan penagihan aktif terhadap pencairan tunggakan pajak pada kantor pelayanan pajak pratama Sumedang dari tahun 2011-2015, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Surat Ketetapan Pajak berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Semakin rendah penerbitan Surat Ketetapan Pajak maka jumlah Pencairan Tunggakan Pajak akan meningkat.

2. Tindakan Penagihan Aktif berpengaruh terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Semakin meningkat Tindakan Penagihan Aktif maka jumlah pencairan tunggakan pajak akan meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1) Saran Praktis/Operasional

a) Untuk meningkatkan pencairan tunggakan pajak melalui surat ketetapan pajak, untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang agar memberikan sosialisasi secara berkala kepada Wajib Pajak mengenai cara pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) yang baik dan benar agar meminimalisir kurangnya pengetahuan dan pemahaman perpajakan Wajib Pajak dan meminimalisir banyaknya kesalahan dari Wajib Pajak baik salah hitung maupun salah tulis dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT). b) Untuk meningkatkan pencairan tunggakan pajak melalui tindakan penagihan aktif,

untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang lebih mengintensifkan penagihan aktif dengan tahapan dan prosedur serta wewenang dalam penagihan pajak sesuai peraturan yang telah ditetapkan kemudian melakukan sosialisasi secara berkala mengenai pentingnya dan manfaat pajak bagi pembangunan negara serta mensosialisasikan peraturan perpajakan terbaru yang berlaku.


(4)

25

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih memperluas ruang lingkup penelitian dan mencari lebih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi pencairan tunggakan pajak selain variabel independen yang telah diteliti pada penelitian ini. Peneliti lain dapat meneliti dengan memperbanyak jumlah sampel, menambah variabel independen lainnya serta tempat dan waktu penelelitian yang berbeda agar diperoleh kesimpulan yang mendukung dan memperkuat teori dan konsep yang telah dibangun sebelumnya, baik oleh peneliti saat ini maupun oleh peneliti-peneliti terdahulu.


(5)

26

DAFTAR PUSTAKA

Diaz Priantara. 2012. Perpajakan Indonesia Edisi 2. Jakarta : Mitra Wacana Media

Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Yoryakarta : Gaya Media. Hamidi 2011. Metode Penelitian Kualitatif : Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan

Penelitian. Malang : UMM Press.

Imam Ghozali 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kurniawan. 2011. Upaya Hukum Terkait dengan Penyidikan dan Penagihan Pajak. Yogyakarta : Graha Ilmu

Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yoryakarta : CV. ANDI OFFSET. Ramos Irawadi. 2013. Pajak Kepemimpinan & Masa Depan. Yogyakarta

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : ALFABETA. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA. Soemarso S.R., 2011. Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Jakarta : Salemba Empat. Tony Wijaya. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu Umi Narimawati. 2012. Metodologi Penelitian Dasar Penyusunan Penelitian. Jakarta : Genesis. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.


(6)

27

Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Penghasilan Badan. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 17 No. 1, Desember 2014.

Rudi Hidayat. 2013. Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1, April 2013.

Sumber dari internet

Dian Hardiyanti. 2015. Keterkaitan Surat Ketetapan Pajak dengan Realisasi Penerimaan Pajak. Melalui http://www.kompasiana.com/dianhard/keterkaitan-surat-ketetapan-pajak-dengan-realisasi-penerimaan-pajak_563e17dc337b612e0c87c83b

Otto Endy Panjaitan. 2010. Jumlah Tunggakan Pajak Capai Rp. 59,69 Triliun. Melalui http://finance.detik.com/read/2010/07/09/113011/1396090/4/jumlah-tunggakan-pajak-capai-rp-5969-triliun

Sigit Priadi Pramudito. 2015. Ada Tunggakan Rp. 67 Triliun, Ditjen Panggil 328 Penunggak Pajak. Melalui http://bisnis.liputan6.com/read/2235050/ada-tunggakan-rp-67-triliun-ditjen-panggil-328-penunggak-pajak