Kebiasaan Makan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Status Anemia pada Remaja Putri Keluarga Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

(1)

KEBIASAAN MAKAN, PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

DAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELUARGA

PEMULUNG DI KELURAHAN SUMUR BATU

BANTAR GEBANG BEKASI

ARIZKI WITARADIANINGTIAS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kebiasaan Makan, Perilaku Hidup bersih dan Sehat dan Status Anemia pada Remaja Putri Keluarga Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan meupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, Maret 2013

Arizki Witaradianingtias NIM: I141040332


(3)

ABSTRACT

ARIZKI WITARADIANINGTIAS. Food Habit, Clean and Healthy Behaviour and Anemia Status in Adolescent Girls of Scavenger Families in Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Supervised by AHMAD SULAEMAN and IKEU EKAYANTI

This study was aimed to analyze the association between food habit, clean and healthy behaviour and anemia status in adolescent girls of scavengers families in Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Cross sectional design was applied in this study. About 72 adolescent girls of scavengers families were purposing sampled in this study. Food consumption among this girls was collected using semiquantitative food frequency and anemia status was measured by hemoglobin level using cyanmethemoglobin. Most of adolescent girls (19.4%) was anemia and 80.6% were non anemia. The girls had moderate food habit (61.6%) based on the frequency of consumption of food is still a lack of food sources of heme. Clean and healthy behaviour among the girls were in a good category (79.2%). The state of the living environments is in a category quite well (59.7%). History of helminthiasis in adolescent girls (41.7%) were in the low

category. The result shown there’s no relationship between food habits, clean

and healthy behaviour, living environtments and history of helminthiasis with anemia status (p>0.05)

Key words: Adolescent Girl, Anemia Status, Clean and Healthy Behavior, Food Habit


(4)

RINGKASAN

ARIZKI WITARADIANINGTIAS. Kebiasaan Makan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Status Anemia pada Remaja Putri Keluarga Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Dibimbing oleh AHMAD SULAEMAN dan IKEU EKAYANTI

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan, perilaku hidup bersih dan sehat dan status anemia pada remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga remaja putri keluarga pemulung, 2) Mengkaji status anemia remaja putri keluarga pemulung, 3) Mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat serta lingkungan tempat tinggal remaja putri keluarga pemulung, 4) Mengidentifikasi kebiasaan makan dan konsumsi pangan remaja putri keluarga pemulung, 5) Menganalisis hubungan antara kondisi lingkungan tempat tinggal dengan status anemia pada remaja putri keluarga pemulung, 6) Menganalisis hubungan antara kebiasaan makan dengan status anemia pada remaja putri keluarga pemulung, 7) Menganalisis hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan status anemia remaja putri keluarga pemulung, 8) Menganalisis hubungan riwayat kecacingan dengan status anemia remaja putri keluarga pemulung.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri keluarga pemulung berusia 13-15 tahun yang terdapat di SMPN 27 Bekasi. Sampel yang diteliti berjumlah 72 orang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan banyaknya anak-anak keluarga pemulung yang bersekolah di SMP Negeri 27 dan lokasinya yang berdekatan dengan TPA Bantar Gebang. Metode penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling. Kriteria inklusi yang digunakan adalah 1) siswi SMP Negeri 27 Bekasi, 2) pekerjaan orang tua sebagai pemulung, 3) bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang Bekasi, 4) bersedia menandatangani surat pernyataan ikut serta (informed consent) dalam penelitian, 5) sudah mengalami menstruasi, 6) tidak dalam keadaan sakit dan 7) tidak sedang mengonsumsi obat-obatan. Status anemia melalui pengambilan sampel darah dengan metode cyanmethhemoglobin. Data jenis dan frekuensi konsumsi pangan menggunakan metode kuesioner pangan semikuantitatif (FFQ semikuantitatif).

Usia contoh berkisar antara 13-15 tahun, sebagian besar contoh (63.9%) berusia 13 tahun dengan rata-rata contoh berusia 13±0.5 tahun. Tingkat pendidikan ayah (68.0%) dan ibu (80.6%) contoh hanya sampai tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Seluruh pekerjaan ayah adalah sebagai pemulung dan ibu (93.1%) sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat, rata-rata pendapatan perkapita orang tua contoh sebesar Rp.147.006 kapita/bulan. Angka tersebut masih berada dibawah batas Garis Kemiskinan, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar (94.4%) keluarga contoh termasuk kedalam keluarga miskin. Rata-rata pengetahuan gizi contoh (73.6%) tergolong sedang. Sebagian besar contoh (72.2%) memiliki status gizi yang tergolong normal. Berdasarkan penggolongan kadar hemoglobin didapatkan 1.4% contoh mengalami anemia berat (Hb<7.0 g/dl), 4.2% contoh mengalami anemia sedang (Hb 7.0-9.9 g/dl) dan 13.9% mengalami anemia ringan (Hb 10.0-11.9 g/dl).


(5)

Rata-rata contoh (61.1%) memiliki kebiasaan makan dengan kategori cukup. Seluruh contoh (100%) mengonsumsi nasi dengan frekuensi konsumsi selalu pada golongan serealia dan umbi-umbian. Rata-rata contoh (51.4%) mengonsumsi lauk nabati dengan frekuensi jarang (1 atau 2 kali/minggu). Sebagian besar contoh mengkonsumi jenis sayuran dengan frekuensi jarang, yaitu jenis sayur bayam (38.9%), kangkung (51.4%) dan ketimun (38.9%). Buah yang paling sering di konsumsi adalah buah jeruk dan mangga, sedangkan tomat, pepaya, jambu biji, nanas, pisang, semangka, melon, apel, anggur dan pir dalam frekuensi konsumsi tidak pernah. Sebagian besar contoh tidak pernah mengonsumsi jajanan (89.9%), kopi (81.9%), teh (31.9%), susu (37.5%) dan suplemen (100%).

Tingkat kecukupan energi sebagian contoh (45.8%) tergolong dalam defisit tingkat berat. Rata-rata konsumsi energi contoh sebesar 1484±538 Kal/hari. Tingkat kecukupan protein contoh (50.0%) tergolong lebih dengan rata-rata konsumsi protein 65.2±39.3 g/hari. Tingkat kecukupan vitamin A contoh (62.5%) tergolong cukup dengan rata-rata konsumsi vitamin A contoh 634.9±606.1 RE/hari. Tingkat kecukupan vitamin C contoh (50.0%) tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi vitamin C 56.7±58.9 mg/hari. Tingkat kecukupan zat besi contoh (50.0%) tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi pangan 22.2±17.2 mg/hari.

Perilaku hidup bersih dan sehat sebagian besar contoh (79.2%). tergolong dalam kategori baik, serta memiliki keadaan lingkungan tempat tinggal yang tergolong cukup baik (59.7%). Sebagian contoh (41.7%) memiliki riwayat kecacingan yang tergolong rendah. Semakin rendahnya riwayat kecacingan yang dialami contoh, maka semakin rendah risiko terjadinya anemia.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi udang rebon, daun melinjo, pepaya muda dengan nilai korelasi positif. Hal ini menjelaskan bahwa semakin sering mengonsumsi pangan tersebut, maka dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Selain itu, terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi terong, mangga, cokelat dan chiki terhadap kadar hemoglobin contoh (p<0.05) dengan nilai korelasi negatif. Hal ini menjelaskan bahwa semakin sering mengonsumsi pangan tersebut maka dapat menurunkan kadar hemoglobin. Uji hubungan antar variabel menunjukkan tidak terdapat hubungan erat antara keadaan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, kebiasan makan dan riwayat kecacingan dengan kadar hemoglobin contoh (p<0.05).


(6)

KEBIASAAN MAKAN, PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

DAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELUARGA

PEMULUNG DI KELURAHAN SUMUR BATU

BANTAR GEBANG BEKASI

ARIZKI WITARADIANINGTIAS

Skripsi

sebagai salah syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(7)

Judul : Kebiasaan Makan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Status Anemia pada Remaja Putri Keluarga Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

Nama : Arizki Witaradianingtias NIM : I114104032

Disetujui oleh:

Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M. Kes

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh :

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Ketua Departemen


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bekasi pada tanggal 20 Mei 1990. Penulis adalah putri dari pasangan Puji Utoro dan Diah Rusaltini. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1993 pada sebuah Taman Kanak-kanak Regina di Bekasi dan lulus pada tahun 1994, dan melanjutkan ke Sekolah Dasar Margajaya VIII lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah swasta yaitu SMP BPS&K 3 Bekasi dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA PGRI 1 Bekasi jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Diploma III Institut Pertanian Bogor, pada Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis menjalankan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama empat bulan dimulai dari tanggal 01 Desember 2009 sampai dengan 23 Maret 2010 di Rumah Sakit PMI Bogor. Penulis juga menjalankan Praktek Usaha Jasa Boga (PUJB) di Kantin Sehati selama dua bulan dari tanggal 26 April 2010 sampai dengan 26 Juni 2010.

Penulis lulus dari program Diploma Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 dengan predikat kelulusan sangat memuaskan dan melanjutkan jenjang pendidikan sarjana pada program alih jenis Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur ujian mandiri pada tahun 2010. Selama kuliah di program alih jenis, penulis pernah menjadi Bendahara I (satu) dalam kegiatan Seminar Pangan dan

Gizi Nasional ”FIT FESTIVAL” yang dilaksanakan di Hotel Brajamustika. Selain

itu, penulis pernah melakukan kuliah kerja profesi di Kabupaten Banjarnegara selama 2 bulan.


(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Kebiasaaan Makan, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Dan

Status Anemia Pada Remaja Putri Keluarga Pemulung di Kelurahan Sumur Batu

Bantar Gebang Bekasi”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD, Ibu Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing dengan penuh kesabaran, memberi arahan, masukan serta saran yang sangat membangun kepada penulis selama penyusunan usulan penelitian dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing, memberi arahan dan masukan serta saran yang sangat membangun kepada penulis selama menjalankan kuliah di Departemen Gizi Masyarakat, IPB.

3. Ibu Dr. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen pemandu seminar dan penguji sidang yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun kepada penulis.

4. Bunda, ayah, mas riyo dan adik yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dorongan serta semangat kepada penulis.

5. Masyarakat wilayah Bantar Gebang, Kelurahan Sumur Batu serta SMP Negeri 27 Bekasi, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kesiswaan, Dewan Guru dan staf tata usaha serta siswi kelas VIII.1-VIII.8 terima kasih atas kerjasamanya.

6. Mba Retno, Mba Apriyanti dan Parahita Diagnostic Center, terima kasih atas kerjasamanya, semoga bisa bekerja sama kembali di lain kesempatan 7. Teman-teman penelitian Erni dan Siti serta teman-teman Alih Jenis Ilmu Gizi

angkatan 4 terima kasih atas kerja sama dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun dengan segala kekurangan yang dimiliki, semoga skripsi hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk semuanya.

Bogor, Maret 2013 Arizki Witaradianingtias


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Tujuan Umum ... 2

Tujuan Khusus ... 2

Hipotesis ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Remaja Putri ... 4

Kebiasaan Makan ... 5

Bioavailabilitas Zat Besi ... 7

Status Gizi ... 9

Anemia ... 10

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 13

Faktor Risiko Anemia ... 14

Riwayat Penyakit ... 14

Riwayat Kecacingan ... 14

Menstruasi ... 15

Keadaan Lingkungan ... 16

KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

METODE PENELITIAN... 20

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 20

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 21

Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 22

Definisi Operasional ... 26

HASIL PEMBAHASAN... 28

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28


(11)

SMP Negeri 27 Bekasi ... 28

Karakteristik Umum Contoh ... 29

Usia ... 29

Tingkat Pendidikan Orang tua ... 29

Pekerjaan Orang tua ... 30

Pendapatan Orang tua ... 30

Pengetahuan Gizi ... 31

Status Anemia ... 31

Menstruasi ... 32

Usia Menarche ... 32

Lama Siklus Menstruasi ... 33

Frekuensi Menstruasi ... 33

Keteraturan Menstruasi ... 34

Lama Menstruasi ... 34

Kebiasaan Makan ... 35

Frekuensi Konsumsi Pangan ... 36

Frekuensi Konsumsi Serealia dan umbi-umbian ... 36

Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani ... 37

Frekuensi Konsumsi Pangan Nabati ... 38

Frekuensi Konsumsi Sayuran ... 39

Frekuensi Konsumsi Buah-buahan ... 41

Frekuensi Konsumsi Jajanan, Minuman dan Suplemen ... 42

Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi ... 43

Energi ... 44

Protein ... 45

Vitamin A ... 45

Vitamin C ... 46

Vitamin D ... 47

Zat Besi (Fe) ... 48

Status Gizi ... 49

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 49

Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal... 50

Riwayat Kecacingan ... 51

Riwayat Penyakit ... 52


(12)

Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Anemia ... 53

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Status Anemia ... 54

Hubungan Riwayat Kecacingan dengan Status Anemia ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

Kesimpulan ... 56

Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penggolongan anemia berdasarkan kadar hemoglobin ... 11

2 Jenis dan cara pengumpulan data ... 21

3 Kategori dan variabel ... 23

4 Sebaran contoh berdasarkan usia ... 29

5 Sebaran tingkat pendidikan orang tua ... 30

6 Sebaran pekerjaan orang tua contoh ... 30

7 Sebaran pengetahuan gizi contoh... 31

8 Sebaran contoh berdasar kadar hemoglobin ... 31

9 Sebaran usia menarche contoh ... 32

10 Sebaran siklus menstruasi contoh ... 33

11 Sebaran frekuensi menstruasi contoh ... 33

12 Sebaran keteraturan menstruasi contoh ... 34

13 Sebaran contoh berdasarkan lama menstruasi ... 35

14 Sebaran kebiasaan makan contoh ... 35

15 Sebaran frekuensi konsumsi serealia dan umbi-umbian contoh ... 36

16 Sebaran frekuensi konsumsi pangan hewani contoh ... 37

17 Sebaran frekuensi konsumsi lauk nabati contoh ... 39

18 Sebaran frekuensi konsumsi sayuran contoh ... 40

19 Sebaran frekuensi konsumsi buah contoh ... 41

20 Sebaran frekuensi konsumsi jajanan, minuman dan suplemen contoh .. 42

21 Sebaran tingkat kecukupan energi contoh ... 44

22 Sebaran tingkat kecukupan protein contoh ... 45

23 Sebaran tingkat kecukupan vitamin A contoh ... 46

24 Sebaran tingkat kecukupan vitamin C contoh ... 46

25 Sebaran tingkat kecukupan vitamin D contoh ... 47

26 Sebaran tingkat kecukupan zat besi contoh ... 48

27 Sebaran status gizi contoh ... 49

28 Sebaran perilaku hidup bersih dan sehat contoh ... 49

29 Sebaran keadaan lingkungan contoh ... 50

30 Sebaran riwayat kecacingan contoh ... 51

31 Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit (pernah/tidak) ... 52


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Hubungan kebiasaan makan, perilaku hidup bersih dan sehat dan status

anemia pada remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu

Bantar Gebang Bekasi. ... 19

2 Lingkungan tempat tinggal contoh ... 64

3 Proses pengambilan data ... 64


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Uji Hubungan Antar Variabel ... 63 2 Dokumentasi hasil pengamatan ... 64 3 Kuesioner penelitian ... 65


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bantar Gebang merupakan tempat yang dirancang sebagai tempat pembuangan sampah akhir dan pemusnahan sampah bagi warga DKI Jakarta dan sekitarnya. Lingkungan TPA Bantar Gebang, selain dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah, juga digunakan sebagai pemukiman warga dan tempat mencari rizki. Dilihat dari segi kesehatan, Bantar Gebang mempunyai berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi lingkungan serta higiene dan sanitasi masyarakat setempat yang dapat menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan. Masalah kesehatan berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan masyarakat.

Kualitas lingkungan yang buruk merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai gangguan pada kesehatan masyarakat (Sitinjak 2011). Kondisi lingkungan tempat tinggal yang berada di kawasan TPA jauh dari kondisi yang tergolong baik. Hampir sebagian besar masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi TPA bekerja sebagai pemulung. Tidak hanya orang dewasa, akan tetapi anak-anak bahkan remaja juga bekerja sebagai pemulung. Risiko penyakit yang ditimbulkan sebagai pemulung sangat besar, karena bekerja dan kontak langsung dengan sampah, kondisi higiene dan sanitasi yang buruk dan kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan perilaku proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit (Depkes 2004).

Berdasarkan angka kesakitan di wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang penyakit infeksi, ISPA dan diare dari tahun 2006 – 2008 selalu meningkat dan pada tahun 2010 penyakit diare murupakan urutan ke-4 dari 10 penyakit di Puskesmas Bantar Gebang. Penyakit infeksi dan diare merupakan salah satu faktor penyebab yang dapat menimbulkan anemia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Papua New Guinea yang menunjukkan terdapat hubungan antar penyakit infeksi seperti malaria, diare, dan ISPA dengan kejadian anemia (Oppenheimer 2001).

Anemia merupakan masalah kesehatan yang penting terkait prevalensinya yang tinggi dan dampaknya terutama pada wanita, serta merupakan masalah gizi yang memiliki pengaruh jangka panjang. Data survei yang dilakukan WHO pada tahun 1993-2005 menunjukkan terdapat 1.65 miliyar orang terkena anemia. Prevalensi anemia yang terjadi di Indonesia berdasarkan


(17)

data RISKESDAS (2007) menunjukkan 11.9% remaja yang mengalami anemia. Penelitian yang dilakukan oleh Veryana (2004), terhadap siswi sekolah di lingkungan Bantar Gebang dengan usia 9-15 tahun menunjukkan sebesar 32.4% mengalami anemia.

Remaja putri merupakan kelompok populasi yang rawan terhadap defisiensi gizi khususnya defisiensi besi yang dapat mengakibatkan anemia. Menurut WHO (2001) anemia pada remaja dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, performa kognitif atau kecerdasan dan gangguan pertumbuhan. Anemia pada remaja putri keluarga pemulung dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan kurangnya konsumsi pangan, sehingga kurangnya zat gizi yang dibutuhkan dalam tubuh, termasuk zat besi.

Penelitian yang dilakukan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, kebiasaan makan, dan kondisi lingkungan tempat tinggal yang dikaitkan dengan kejadian anemia pada remaja putri keluarga pemulung masih tergolong kurang. Hal ini terkait dengan lingkungan tempat tinggal remaja putri yang berdekatan dengan lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA), keterlibatan dalam memulung sampah dan rentannya risiko penyakit yang ditimbulkan dari dampak sampah tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui kebiasaan makan, perilaku hidup bersih dan sehat dan status anemia yang terjadi pada remaja putri keluarga pemulung.

Tujuan Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan, perilaku hidup bersih dan sehat dan status anemia pada remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

2. Mengkaji status anemia remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

3. Mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat serta lingkungan tempat tinggal remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

4. Mengidentifikasi kebiasaan makan dan konsumsi pangan remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.


(18)

5. Menganalisis hubungan antara kebiasaan makan dengan status anemia pada remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

6. Menganalisis hubungan antara kondisi lingkungan tempat tinggal dengan status anemia pada remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

7. Menganalisis hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan status anemia remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

8. Menganalisis hubungan riwayat kecacingan dengan status anemia remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

Hipotesis

Terdapat hubungan antara kebiasaan makan, perilaku hidup bersih dan sehat, keadaan lingkungan dengan status anemia pada remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bekasi, penelitian ini berguna sebagai bahan dalam perumusan program atau kegiatan terkait dengan penanganan kesehatan masyarakat khususnya di wilayah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan informasi pada remaja putri khususnya yang tinggal di lingkungan Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang sebagai usaha dalam meningkatkan kesadaran tentang faktor risiko anemia.

3. Bagi institusi dan pengembangan ilmiah lainnya dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian berikutnya


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja Putri

Remaja merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian penting. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat gizi yang optimal. Kelompok remaja menunjukkan fase pertumbuhan yang pesat yang disebut adolescent growth sput, sehingga memerlukan zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Masa remaja merupakan periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun, masa ini merupakan masa pertumbuhan yang panjang dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial, dan gizi (Arisman 2007). WHO mendefinisikan remaja sebagai bagian dari siklus hidup antara usia 10-19 tahun.

Remaja berada diantara dua masa hidup, dengan beberapa masalah gizi yang sering terjadi pada anak-anak dan dewasa. Pertumbuhan pada remaja seperti tinggi badan dapat mencapai 15% dan dapat mencapai 50% berat badan saat dewasa. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh pengeluaran energi, asupan gizi, dan penyakit infeksi. Adanya kekurangan zat gizi mikro dapat mengganggu pertumbuhan dan menghambat pematangan seksual. Kebutuhan seseorang tidak dapat diestimasikan dengan menggunakan pertimbangan variasi dalam tingkat dan jumlah pertumbuhan (Supariasa 2001).

Remaja putri merupakan kelompok populasi yang rawan terhadap defisiensi gizi khususnya defisiensi zat besi. Dalam masa puncak pertumbuhan, dibutuhkan zat besi yang lebih tinggi yaitu untuk kebutuhan basal tubuh dan pertumbuhan itu sendiri. Puncak pertumbuhan pada remaja putri terjadi sebelum mengalami menstruasi pertama atau sekitar usia 10-14 tahun (Arisman 2007). Menurut Wiseman (2002), kebutuhan zat besi pada remaja putri meningkat ketika mengalami menstruasi. Kebutuhan zat besi meningkat dibandingkan dengan kebutuhan saat sebelum remaja sebesar 0.7-0.9 mg/hari atau mungkin lebih saat mengalami menstruasi. Menurut Beard (2000) menyebutkan bahwa peningkatan kebutuhan zat besi dalam darah bersamaan dengan peningkatan total volume darah, yang dimulai pada masa sebelum remaja sampai dengan masa puncak pertumbuhan remaja.

Peningkatan ini berhubungan dengan waktu dan ukuran pertumbuhan, seperti kematangan seksual dan terjadinya menstruasi. Hal ini menyebabkan wanita lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan dengan pria (Beard


(20)

2000). Oleh karena itu, dibutuhkannya asupan zat besi yang cukup untuk menunjang proses tersebut. Kecukupan zat besi yang dibutuhkan oleh remaja putri dengan usia 13-15 tahun adalah sebesar 26 mg/hari (WNPG 2004). Pertumbuhan yang pesat dan perubahan tubuh yang dimiliki cenderung disertai kelelahan, kelesuan dan gejala-gejala buruk lainnya. Anemia sering terjadi pada masa ini, bukan karena adanya perubahan dalam kimiawi darah tetapi kebiasaan makan yang tidak menentu yang semakin menambah kelelahan dan kelesuan (Hurlock 1980).

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata krama makan, frekuensi makan, pola makan, kepercayaan tentang makanan, penerimaan terhadap makanan dan cara pemilihan bahan makanan yang dimakan sebagai reaksi fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya (Suhardjo 1989). Kebiasaan makan yang baik dimulai di rumah atas bimbingan orang tua. Menurut penelitian Sukandar (2007), kebiasan makan yang baik merupakan kebiasaan makan yang dapat menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, sedangkan kebiasan makan yang buruk merupakan kebiasan makan yang dapat menghambat terpenuhinya kecukupan zat gizi, seperti adanya pantangan atau tabu yang berlawanan dengan konsep gizi.

Menurut Sanjur (1982), terdapat empat faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu, 1) konsumsi pangan (pola pangan seperti jenis, jumlah, frekuensi, proporsi pangan yang dikonsumsi atau susunan/komposisi pangan), 2) preferensi terhadap pangan (sikap terhadap pangan seperti rasa suka dan tidak suka, pangan yang belum pernah dikonsumsi), 3) ideologi atau pengetahuan terhadap pangan seperti kepercayaan dan tabu, 4) sosial budaya pangan yang meliputi umur, asal pendidikan, kebiasaan membaca, besar keluarga, susunan keluarga, mata pencaharian, luas kepemilikan lahan dan ketersediaan pangan. Kebiasan makan tersebut akan berpengaruh terhadap pola makan pada setiap individu dalam kesehariannya.

Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Tidak sedikit survei yang mencatat ketidak cukupan asupan zat gizi yang berasal dari konsumsi makan para remaja. Remaja bukan hanya melewatkan waktu makan (terutama sarapan) dengan alasan tidak sempat, tetapi juga sangat suka


(21)

mengonsumsi junk food. Faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah rasa lapar dan kenyang, ketersedian pangan, suku, budaya, status sosial ekonomi dan pendidikan. Menurut Arisman (2007), remaja cenderung menabukan jenis makanan tertentu. Selain itu, tekanan fisik dan psikososial mempengaruhi kebiasaan makan remaja. Sikap ini terbentuk karena sifat remaja sering mencoba hal baru, dan dapat melekatkan ciri khusus pada diri mereka. Konsumsi makanan yang mengandung cukup zat gizi sangat penting, salah satu contoh zat gizi yang penting adalah zat besi. Kekurangan zat besi pada usia remaja dapat menyebabkan dampak di usia lanjut, anemia dan keadaan kurang besi dapat dicegah dan ditanggulangi dengan meningkatkan konsumsi pangan yang kaya akan zat besi (Arisman 2007).

Kebiasaan makan mempengaruhi konsumsi pangan remaja putri. Menurut survei yang dilakukan oleh Hurlock (1997), remaja suka sekali jajan snack. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue yang rasanya manis, pastry dan permen. Namun demikian golongan sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C tidak populer atau jarang dikonsumsi, sehingga dalam diet mereka rendah akan zat besi, vitamin C dan zat gizi lainnya. Selain itu, remaja putri menyukai minuman ringan, teh dan kopi yang frekuensinya sering dibandingkan dengan susu. Kebiasaan makan pada remaja putri tidak terlepas dari pengetahuan gizinya. Pengetahuan gizi merupakan pemahaman seseorang terhadap ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang, maka akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya (Khomsan 2000).

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan hal penting dalam memenuhi kebutuhan zat gizi pada remaja. Konsumsi pangan yang bergizi akan membantu remaja dalam proses pertumbuhan tubuh dan perkembangan mental. Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Pengukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui konsumsi pangan adalah metode frekuensi pangan yang dalam pelaksanaannya dilakukan pencatatan frekuensi atau banyaknya penggunaan pangan yang biasanya dikonsumsi untuk suatu periode waktu tertentu (Kusharto dan Sa’diyyah 2006).


(22)

Penggunaan metode frekuensi pangan bertujuan untuk memperoleh data konsumsi secara kualitatif dan informasi deskriptif tentang pola konsumsi. Frekuensi konsumsi pangan dikategorikan menjadi empat kategori yang dimodifikasi dari Gibson (2005) yaitu selalu (1 kali sehari hingga lebih dari 1 kali sehari), kadang-kadang (3-6 kali seminggu), jarang (1 atau 2 kali seminggu), dan tidak pernah. Dari data frekuensi pangan dapat diketahui jenis pangan yang dikonsumsi.

Metode frekuensi pangan, dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner frekuensi pangan atau food frequency quitionaire (FFQ) maupun modifikasi terhadap FFQ yaitu metode kuesioner pangan semikuantitatif (FFQ semikuantitatif), dengan menambahkan patokan ukuran rumah tangga (URT) dan berat pangan (gram). Menurut Widajanti (2009), metode FFQ semikuantitatif memudahkan dalam mendapatkan variasi, frekuensi dan kuantitas pangan sehingga zat gizi dapat dikorelasikan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), Hemoglobin, kadar lemak tubuh, status penyakit, sosial-ekonomi, kondisi atau kesehatan lingkungan dan perilaku seseorang atau masyarakat.

Konsumsi pangan yang dilihat melalui FFQ semikuantitatif, dapat diketahui berat dan porsi yang dikonsumsi seseorang. Berat dan porsi yang diperoleh dapat dibandingkan dengan anjuran konsumsi rata-rata sehari berdasarkan PUGS 2005. Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) menganjurkan agar 60-75% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat terutama karbohidrat kompleks. Tingkat kecukupan energi yang defisit dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan tubuh kekurangan energi sehingga mengalami keseimbangan energi yang negatif akibat lebih banyak energi yang dikeluarkan daripada energi yang masuk. Jika keadaan ini tidak segera diperbaiki dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh (Almatsier 2008).

Bioavailabilitas Zat Besi

Zat besi merupakan salah satu mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yakni sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier 2008). Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh, yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier 2008). Makanan yang mengandung banyak zat besi yang mudah diserap dan nilai biologisnya tinggi


(23)

adalah makanan yang berasal dari hewan, khususnya daging, ayam dan ikan. Daya serap dan nilai biologi zat besi makanan dipengaruhi oleh empat hal, yaitu ketersediaan zat besi dalam tubuh, bioavailabilitas zat besi, dan faktor penghambat dan pemicu, serta cara pengolahan makanan.

Zat besi dalam makanan ada yang berbentuk zat besi heme (heme iron) seperti yang terdapat dalam daging, ayam, ikan, dan hati, sedangkan zat besi bukan heme (non heme) seperti yang terdapat dalam susu, telur, beras dan sereal lainya, sayur dan buah-buahan. Zat besi dalam bentuk heme lebih mudah diserap dibandingkan dengan zat besi non heme. Zat besi heme dapat diserap 20-30% dalam keadaan normal dan 40-50% pada penderita anemia, sedangkan besi non heme dapat diserap sebanyak 5% dan tergantung dengan ada tidaknya zat pemicu atau penghambat (Soekirman 2000). Tidak semua zat besi yang berada dalam makanan dapat diserap oleh tubuh karena bioavailabilitasnya yang rendah atau kurangnya asupan pangan hewani.

Perhitungan perkiraan penyerapan besi dapat didasarkan pola konsumsi makanan yaitu; 1) penyerapan besi tinggi (15%), 2) penyerapan besi sedang (10%) dan 3) penyerapan besi rendah (5%). Pada makanan yang porsi sumber hewaninya besar maka penyerapan besi menjadi maksimal. Sebaliknya menu makanan yang sebagian besar terdiri dari sumber nabati, penyerapan besi menjadi minimal (WNPG 2004). Hal ini dikarenakan konsumsi besi dalam bentuk heme mempunyai keuntungan ganda, yakni selain mudah diserap (23%) dibanding besi dari non heme (2-20%), besi dalam bentuk heme juga membantu penyerapan besi non heme.

Vitamin C merupakan zat gizi yang dapat membantu penyerapan zat besi (enhancer). Adapun jenis pangan yang mengandung vitamin C, seperti pepaya, jambu biji, pisang, mangga, jeruk, apel, nanas dan lain sebagainya. Vitamin C juga dapat memperbaiki status hematologi dengan mekanisme lain, yaitu mengurangi pengaruh inhibitor pada komponen pangan nabati (seperti tanin pada teh). Konsumsi vitamin C juga dapat meningkatkan penyerapan empat kali besi non-heme (Briawan 2008). Kurangnya vitamin C dalam tubuh dapat mengakibatkan terganggunya penyerapan besi, karena vitamin C membentuk besi-askorbat yang tetap larut pada pH di dalam duodenum sehingga dapat pula menyebabkan terjadinya anemia (Almatsier 2008). Selain itu, defisiensi vitamin C diduga dapat berhubungan dengan anemia, meskipun belum jelas peranannya


(24)

secara langsung dalam mencegah anemia, atau secara tidak langsung meningkatkan penyerapan zat besi dari pangan nabati (non heme).

Selain vitamin C, vitamin A juga dapat mempengaruhi penyimpanan atau metabolisme serta dapat mempengaruhi diferensiasi sel darah merah, sementara vitamin C membantu dalam penyerapan sumber non heme, merubah bentuk besi ferritin dan membantu stabilisasi ferritin (Groff dan Gropper 2000). Menurut Charles et al. (2012), menyebutkan bahwa vitamin A sangat penting untuk hematopoesis dan diperlukan untuk mobilisasi besi dalam sintesis hemoglobin.

Faktor-faktor yang dapat menghambat penyerapan besi diantaranya, adanya asam fitat, asam oksalat, tanin, kalsium dosis tinggi dan konsumsi obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid. Jenis bahan pangan yang yang mengandung fitat seperti yang terdapat dalam bekatul, beras, jagung, susu cokelat, protein kedelai, dan kacang-kacangan merupakan bahan pangan yang dapat menghambat penyerapan besi. Selain itu, seperti polifenol yang terdapat pada teh, kopi, bayam, dan kacang-kacangan juga dapat menghambat penyerapan besi (Soekirman 2000). Menurut Almatsier (2008), kandungan fitat yang terdapat dalam serat serealia dapat mengikat besi sehingga mempersulit penyerapannya. Selain itu, zat besi yang terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya cukup tinggi, hasil akhir terhadap penyerapan zat besi pun biasanya akan positif.

Walaupun sumber zat besi terutama besi heme, yang memiliki nilai bioavailabilitas yang tinggi, namun sangat jarang dikonsumsi oleh remaja. Apabila makanan yang dikonsumsi oleh remaja tidak beragam (hanya berasal dari jenis nabati) maka kurang terpenuhinya ketersediaan zat besi dalam tubuhnya, akan tetapi bila remaja mengonsumsi makanan yang berasal dari pangan hewani dapat meningkatkan penyerapan zat besi seperti daging, ayam, ikan dan vitamin C maka ketersediaan zat besi dalam makanan dapat ditingkatkan sehingga kebutuhan zat besi akan terpenuhi (Husaini 1989).

Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi. Beberapa cara untuk mengukur status gizi yaitu dengan pengukuran antopometri, klinik dan laboratorium. Selain itu, pengukuran status gizi dapat dilakukan secara tidak langsung menggunakan survei konsumsi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengukuran status gizi bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi seseorang.


(25)

Remaja putri yang berstatus gizi baik akan lebih cepat mengalami pertumbuhan badan dan menstruasi dibandingkan yang memiliki status gizi kurang (ACC/SCN 1991).

Pengukuran status gizi secara antropometri merupakan suatu metode untuk mengukur dimensi dan komposisi tubuh. Pengukuran antropometri juga berbeda sesuai dengan umur (jenis kelamin dan ras) dan tingkatan gizi individu (Gibson 2005). Status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) sesuai umur, akan tetapi dapat juga diketahui dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) sesuai umur. Antropometri sangat penting pada masa remaja karena dapat memonitor dan mengevaluasi perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi oleh faktor hormonal. Menurut Riyadi (2003), pengukuran status gizi pada remaja yang paling realible adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT didapatkan dengan cara membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter yang dikuadratkan. Indeks IMT/U digunakan untuk indikator status gizi dengan rentang usia 9-24 tahun berdasarkan nilai skor. Z-skor merupakan deviasi atau simpangan dari nilai median populasi refrensi, yang dibagi dengan standar populasi refrensi.

Z-skor =

IMT menurut umur direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja. Hasil analisis data RISKESDAS (2010) indikator IMT/U memerlukan informasi tentang umur dan juga telah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas serta indikator IMT/U diketahui dengan cara menghitung berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2) kemudian hasil yang didapatkan dibandingkan dengan refrensi IMT pada umur yang sama dengan anak yang nilai status gizinya. Kategori IMT/U anak dan remaja berdasarkan WHO (2007), yaitu sangat kurus (<-3 SD), kurus (-3 SD ≤ z <-2 SD), normal (-2

SD ≤ z ≤+1 SD), overweight (+1 SD < z ≤+2 SD) dan obese (>+2 SD). Berdasarkan hasil penelitian Permaesih dan Herman (2005), menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai IMT kurang atau tubuh kurus mempunyai risiko 1.5 kali untuk mengalami anemia. Selain itu IMT juga memiliki nilai korelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin.

Anemia

Anemia merupakan masalah gizi yang tergolong besar dan sangat umum. Umumnya anemia banyak terjadi pada kaum wanita, akan tetapi terdapat pula


(26)

kasus pada pria. Anemia terjadi apabila kepekatan hemoglobin dalam darah di bawah batas normal. Kadar hemoglobin normal pada wanita berkisar antara 12-14 g/dl (Almatsier 2008). Anemia gizi besi dapat terjadi melalui banyak faktor yaitu; 1) asupan zat besi dan bioavailabilitas, 2) meningkatnya kebutuhan zat besi dalam tubuh khususnya pada ibu hamil, anak-anak dan remaja, 3) kehilangan banyak darah karena menstruasi, ulcers ataupun infeksi karena parasit (cacing tambang), 4) gangguan penyerapan karena adanya infeksi dan atau bersamaan dengan defisiensi mikronutrien lainnya (Charles et al. 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dreyfuss et al. (2000) menunjukkan bahwa infeksi cacing berhubungan kuat dengan berkurangnya cadangan zat besi.

Batas ambang anemia untuk wanita usia 11 tahun keatas adalah apabila konsentrasi atau kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 12 g/dl (WHO 2001). Penggolongan anemia menjadi ringan, sedang dan berat belum terdapat keseragaman mengenai penggolongan anemia, akan tetapi untuk mempermudah dalam pengobatan, menurut ACC/SCN (1991) anemia dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan kadar hemoglobin:

Tabel 1 Penggolongan anemia berdasarkan kadar hemoglobin

Anemia Hb (g/dl)

Ringan Sedang Berat

10.0-11.9 7.0-9.9

<7.0 Sumber: ACC/SCN (1991)

Sebelum terjadinya anemia biasanya terjadi kekurangan zat besi secara perlahan. Menurut Almatsier (2008), kekurangan zat besi terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama terjadi ketika simpanan besi berkurang yang dapat dilihat dari penurunan ferritin dalam plasma hingga 12 µg/L. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan absorbsi besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan daya ikat besi (Total Iron Binding Capacity/TIBC) dan belum terlihat adanya perubahan fungsional pada tubuh. Tahap kedua dapat terlihat dari semakin berkurangnya simpanan besi, menurunnya transferin dan meningkatnya protoporfirin yaitu bentuk awal (precursor) heme, serta kadar hemoglobin di dalam darah masih 95% dari kadar normal. Hal ini dapat mengganggu metabolisme energi, sehingga dapat menyebabkan menurunkan kemampuan bekerja. Tahap ketiga terjadi anemia gizi besi, dimana kadar hemoglobin turun di bawah kadar normal yang ditandai oleh hemoglobin menurun (hypocromic) dan eritrosit mengecil (microcytic) serta terjadinya anemia gizi besi (Almatsier 2008)


(27)

Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa prevalensi anemia sebesar 32-55%, bahkan di negara maju, sekitar 20 sampai 30% dari wanita usia subur memiliki simpanan besi dalam jumlah sedikit (Allen dan Gillespie 2001). Berdasarkan hasil penelitian Dwiriani et al. (2011) 14.3% remaja putri mengalami anemia ringan dan 0.9% mengalami anemia sedang yang dilihat berdasarkan kadar Hb. WHO mengklasifikasikan tingkatan kejadian anemia menurut besarnya prevalensi yaitu <15% tergolong rendah, 15-40% sedang dan >40% tinggi (Allen dan Gillespie 2001).

Dampak anemia terhadap remaja putri dapat menyebabkan berbagai hal seperti penurunan kebugaran, pertumbuhan yang terganggu, penurunan produktifitas, serta pengaruh terhadap kesehatan seperti mengalami 5L (lemah, letih, lesu, lelah dan lunglai). Pengaruh rasa cepat lelah disebabkan karena metabolisme energi oleh otot tidak berjalan dengan sempurna karena otot kekurangan oksigen. Salah satu ciri anemia adalah kekurangan hemoglobin, yang berarti alat angkut oksigen berkurang sehingga untuk menyesuaikan dengan berkurangnya oksigen maka otot membatasi produksi energi dan mengakibatkan cepat lelah (Soekirman 2000).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara anemia dan gangguan fungsi otak dan perilaku kognitif. Anemia dapat menurunkan kinerja fisik, hambatan perkembangan dan menurunkan kognitif selain itu juga dapat menurunkan daya tahan tubuh (WNPG 2004). Kekurangan zat besi karena anemia mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan atau kematangan sel otak serta menghambat produksi dan pemecahan zat senyawa transmiter yang diperlukan untuk mengantar rangsangan pesan dari satu sel neuron ke neuron lainnya. Gangguan ini dapat berpengaruh pada kinerja otak (Soekirman 2000).

Anemia dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Dalam penelitian Permaesih dan Herman (2005), menunjukkan 25% remaja di Bandung mempunyai kesegaran jasmani kurang dari normal. Aktifitas fisik erat kaitannya dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Aktifitas penting untuk mengetahui apakah aktivitas tersebut dapat mengubah status zat besi. Kemampuan aktivitas akan menurun berkaitan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan jaringan yang mengalami defisiensi besi.

Indikator paling umum yang digunakan untuk mengetahui kekurangan besi adalah dengan melakukan pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah


(28)

serta kadar hemoglobin darah. Selain itu, dapat juga dilihat berdasarkan kadar ferritin. Kadar hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal kekurangan besi, akan tetapi akan berguna untuk mengetahui beratnya anemia yang dialami (Almatsier 2008).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat mencerminkan perilaku seseorang dalam menjaga kebersihan diri guna mencegah terjadinya penyakit. Menurut Depkes (2004), perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Indikator PHBS digunakan sebagai alat ukur dalam menilai keadaan atau permasalahan kesehatan. Indikator PHBS terbagi dalam berbagai bidang yaitu bidang kesehatan lingkungan, pemeliharaan kesehatan, gaya hidup sehat, obat dan farmasi, gizi, serta KIA dan kesehatan balita (Depkes 2006).

Indikator kesehatan lingkungan terdiri dari 1) cuci tangan dengan sabun dan air setelah buang air besar, 2) menghuni rumah sehat, 3) memiliki akses dan menggunakan air bersih, 4) memiliki akses dan menggunakan jamban, 5) memberantas jentik nyamuk dan 6) membuang sampah di tempat sampah. Sedangkan indikator PHBS bidang gaya hidup sehat yaitu 1) tidak merokok di dalam maupun di luar rumah, 2) melakukan aktivitas fisik/olahraga setiap hari, 3) makan sayur dan buah-buahan setiap hari (Depkes 2006).

Perilaku hidup sehat erat kaitannya dengan higiene perorangan. Higiene perorangan meliputi kebersihan kulit, rambut, kuku, mata, telinga, gigi, mulut, tangan, kaki dan kebersihan sesudah buang air besar (Depkes 2004). Terbiasanya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun diharapkan dapat menghilangkan kuman-kuman dan telur cacing yang terdapat pada tangan, yang kemudian dapat menyebabkan kecacingan karena masuk ke dalam mulut melalui tangan. Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan hewan, ataupun cairan tubuh lain seperti ingus dan air ludah dapat terkontaminasi oleh kuman-kuman penyakit seperti bakteri, virus dan parasit yang dapat menempel pada permukaan kulit.

Menurut Depkes (2006) tangan akan bebas dari kuman penyakit apabila cuci tangan dengan baik dan benar. Cuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari


(29)

menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit, karena mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.

Faktor Risiko Anemia Riwayat Penyakit

Status kesehatan seseorang berpengaruh terhadap daya tahan tubuh dalam melawan berbagai jenis penyakit. Menurut Permaesih dan Herman (2005), anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah terkena infeksi. Infeksi merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia dan anemia merupakan konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi (Thumham dan Northrop-Clewes 2007). Jika terjadi infestasi parasit, schistosomiasis dan trauma dapat menyebabkan kehilangan darah serta terjadinya defisiensi besi yang berakibat terhadap sistem imun (Arisman 2007). Angka kesakitan akibat penyakit infeksi meningkat pada populasi defisiensi besi akibat efek yang merugikan terhadap sistem imun (WHO 2001).

Penyakit infeksi seperti malaria dapat menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin, hal ini terjadi akibat hemolisis sel darah merah. Hasil penelitian Dreyfuss et al. (2000) yang dilakukan terhadap wanita hamil di Nepal terdapat bukti bahwa malaria berhubungan dengan defisiensi besi. Hasil penelitian Veryana (2004) menunjukkan 0.9% remaja putri di Kota Bekasi tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan anemia seperti malaria, tuberkulosis dan kecacingan. Berbeda dengan hasil penelitian Permaesih dan Herman (2005) yang menunjukkan sakit yang diderita contoh baik satu tahun atau satu bulan sebelumnya berhubungan secara bermakna dengan status anemia. Penyakit infeksi terutama malaria, kecacingan dan infeksi lainnya seperti tuberkulosis merupakan faktor penting yang memberikan kontribusi terhadap tingginya prevalensi anemia di banyak populasi (WHO 2004). Hasil penelitian Permaesih dan Herman (2005), menerangkan bahwa kejadian sakit baik satu tahun atau satu bulan sebelumnya berhubungan secara bermakna denga status anemia. Riwayat Kecacingan

Infeksi yang disebabkan oleh cacing tambang mengakibatkan terjadinya pendarahan pada dinding usus, walaupun infeksi yang ditimbulkan tidak besar (sedikit) dapat menyebabkan kehilangan darah ataupun zat besi. Intensitas


(30)

infeksi cacing tambang yang menyebabkan anemia defisiensi zat besi bervariasi menurut spesies dan status zat besi dalam tubuh. Spesies cacing tambang yang menyebabkan banyak kehilangan darah adalah Ancylostoma duodenale (Dreyfuss et al. 2000). Cacing tambang dapat menginfeksi seseorang baik secara pasif melalui makanan dan aktif melalui kulit.

Faktor yang menyebabkan timbulnya masalah infeksi adalah kuku siswa yang kotor, adanya kebiasaan mengonsumsi jajanan yang kotor serta kebiasaan tidak memakai alas kaki (Veryana 2004). Menurut Dreyfuss et al. (2000), adanya infeksi cacing dapat menyebabkan pendarahan pada usus, meskipun sedikit tetapi terjadi secara terus menerus sehingga dapat mengakibatkan kehilangan darah. Selain itu, infeksi yang disebakan oleh cacing tambang dapat menyebabkan kehilangan darah antara 2-100 cc/hari, tergantung dari beratnya infestasi (Arisman 2007).

Menstruasi

Pada remaja putri kehilangan darah secara alamiah setiap bulan atau yang diketahui dengan menstruasi. Anemia pada remaja putri disebabkan karena pada masa ini remaja putri membutuhkan zat gizi yang lebih banyak. Rata-rata kebutuhan zat besi pada remaja putri berkisar antara1.2-1.68 mg yang digunakan untuk mengganti besi yang hilang secara basal (0.68-0.79 mg/hari) dan haid (0.48-1.9 mg/hari). Jika darah yang keluar selama menstruasi berlangsung sangat banyak, maka akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Saat menstruasi terjadi pengeluaran darah dari tubuh yang menyebabkan zat besi yang terkandung dalam hemoglobin juga ikut terbuang (Affandi 1990).

Sebagian besar remaja akan mendapat haid pertama pada umur 10-12 tahun (Affandi 1990). Usia menarche wanita bila kurang dari 10 tahun tergolong cepat, 10-14 tahun tergolong normal dan lebih dari 14 tahun tergolong lambat (Pearce 1992). Usia pertama kali menstruasi pada umumnya tertunda pada seseorang dengan status gizi underweight. Dalam 1-4 tahun pertama setelah menarche, biasanya ovulasi (pelepasan sel telur) belum terjadi. Hal ini yang dapat menyebabkan menstruasi lama dan banyak serta tidak teratur

Lama menstruasi pada setiap wanita biasanya antara 3 sampai 5 hari, ada yang 1 sampai 2 hari dan diikuti darah sedikit-sedikit, dan ada yang 7 sampai 8 hari. Sebagian besar peneliti menemukan bahwa rata-rata lama menstruasi 3 sampai 5 hari dianggap normal dan lebih dari 8 sampai 9 hari tidak normal (Affandi 1990). Awal siklus menstruasi dihitung sejak pendarahan pada hari ke-1


(31)

dan berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Umumnya siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Beberapa faktor yang menggangu kelancaran siklus menstruasi, yaitu faktor stress, perubahan berat badan dan olah raga yang berlebihan. Ketidakteraturan menstruasi merupakan suatu proses fisiologis wanita yang berkaitan dengan berbagai organ, hormon dan susunan syaraf pusat (Affandi & Danukusumo 1990).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa jumlah darah yang hilang selama periode haid berkisar antara 20-25 cc. jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12.5-15 mg/bulan, atau sama dengan 0.4-0.5 mg sehari. jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1.25 mg/hari (Arisman 2007). Semakin sering menstruasi berlangsung, maka semakin banyak pengeluaran dari tubuh. Hal tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran besi meningkat dan keseimbangan zat besi dalam tubuh tergangu (Depkes 1998).

Keadaan Lingkungan

Sanitasi lingkungan sangat mempengaruhi kesehatan dan kebersihan lingkungan. Sementara lingkungan yang bersih dan sehat menjadi indikator kesehatan seseorang. Selain itu, lingkungan yang bersih dan sehat akan mencegah penularan penyakit (Sukandar 2007). Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit dan hal ini sudah sejak lama diperkirakan oleh orang (Slamet 1996). Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit karena penyakit terjadi akibat adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya.

Keadaan lingkungan rumah dapat menunjang kesehatan. Adapun persyaratan rumah sehat diantaranya 1) lantai rumah harus mudah dibersihkan, 2) atap rumah tidak mudah bocor, 3) dinding rumah yang baik dapat dicat dan dibersihkan, 4) ventilasi udara yang dilengkapi lubang angin, 5) rumah harus mendapatkan cahaya yang cukup, 6) rumah harus memiliki sumber air bersih, 7) jumlah kamar mandi disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga, 8) rumah harus memiliki sarana pembuangan air limbah dan 9) kandang ternak harus terpisah cukup jauh dari rumah (Sukandar 2007).

Limbah yang paling banyak berada ditengah masyarakat adalah sampah. Sampah merupakan limbah keluarga yang banyak ditemui di sekitar lingkungan tempat tinggal. Sampah memiliki pengaruh terhadap kesehatan baik secara


(32)

langsung maupun tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah beracun, limbah korosif terhadap tubuh dan lain sebagainya. Efek tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan limbah. Pengaruhnya terhadap kesehatan dapat terjadi karena tercemarnya air, tanah dan udara. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak dalam limbah, seperti diare, kecacingan, malaria, dan lain sebagainya (Lumenta 1990).


(33)

KERANGKA PEMIKIRAN

Perilaku remaja dalam menentukan pilihan mengonsumsi makanan dipengaruhi karakteristik keluarga (pendidikan, pendapatan dan pekerjaan orang tua) dan karakteristik individu (umur, pengetahuan gizi dan lama menstruasi). Karakteristik keluarga akan mempengaruhi kebiasan makan individu dan pola konsumsi pangan yang baik. Pengetahuan gizi dan umur merupakan karakteristik remaja sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan dan pola konsumsi pangan yang akan berpengaruh terhadap status gizi serta status anemia.

Kondisi lingkungan akan mempengaruhi kebiasaan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat pada remaja. Kondisi lingkungan meliputi keadaan rumah dan penggunaan air bersih. Selain itu, dengan terbiasanya berperilaku hidup bersih dan sehat maka akan terhindar dari penyakit serta risiko anemia. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi anemia adalah perilaku hidup bersih dan sehat. Status kecacingan pada remaja dapat mempengaruhi terjadinya anemia. Karena dengan adanya cacing dalam tubuh dapat menyebabkan terganggunya penyerapan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, riwayat penyakit pada remaja putri juga berpengaruh terhadap terjadinya anemia.

Status gizi merupakan suatu ekspresi dari keadaan keseimbangan pada diri seseorang. Penentuan status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan yang menunjangnya yaitu berdasarkan pola konsumsi pangan. Pola konsumsi makanan dilihat dari jenis dan frekuensi pangan. Berdasarkan jenis pangan terdapat beberapa jenis pangan yang dapat menjadi faktor pemicu dan penghambat dalam penyerapan zat besi sehingga dapat menyebabkan anemia. Faktor pemicu penyerapan zat besi dapat dibantu dari bahan makanan yang berasal dari pangan hewani dan nabati. Faktor penghambat penyerapan zat besi berasal dari bahan makanan teh, kopi, cokelat dan beberapa jenis sayuran. Selain itu, konsumsi pangan sumber zat besi (Fe), vitamin C, vitamin A dan protein juga membantu dalam proses penyerapan zat besi dalam tubuh yang dapat berpengaruh terhadap status anemia pada remaja. Status gizi pada remaja dapat mempengaruhi status anemia. Remaja yang memiliki status gizi yang baik ditunjang dengan konsumsi makanan yang cukup memenuhi kebutuhan gizi. Apabila asupan makanan yang kurang akan dapat mengurangi zat gizi yang diperlukan, salah satunya adalah zat besi yang akan mengakibatkan terjadinya anemia pada remaja.


(34)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis

Karakteristik individu : - Umur

- Pengetahuan gizi - Lama menstruasi

Kondisi Lingkungan Kebiasaan Makan

Status Anemia

Riwayat Penyakit

Perilaku hidup bersih dan sehat Status Gizi

Pola Konsumsi Pangan - Frekuensi - Jenis Karakteristik Keluarga :

- Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua

Faktor Pemicu Penyerapan Zat

Besi : - Pangan hewani - Buah-buahan

Faktor Penghambat Penyerapan Zat Besi :

- Teh - Kopi - Cokelat - Sayuran

Konsumsi Zat Besi, Vitamin C, Vitamin A, Vitamin D, Protein

Riwayat Kecacingan

Gambar 1 Hubungan kebiasaan makan, perilaku hidup bersih dan sehat dan status anemia pada remaja putri keluarga pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.


(35)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain Cross sectional study untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 27 Bekasi dan wilayah Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan banyaknya anak-anak keluarga pemulung yang bersekolah di SMP Negeri 27 dan lokasinya yang berdekatan dengan TPA Bantar Gebang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri keluarga pemulung yang terdapat di SMP Negeri 27 dengan usia 13-15 tahun. Metode penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling. Kriteria inklusi yang digunakan adalah 1) siswi SMP Negeri 27 Bekasi, 2) pekerjaan orang tua sebagai pemulung, 3) bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang Bekasi, 4) bersedia menandatangani surat pernyataan ikut serta (informed consent) dalam penelitian, 5) sudah mengalami menstruasi, 6) tidak dalam keadaan sakit, dan 7) tidak sedang mengonsumsi obat-obatan. Jumlah contoh ditentukan dengan menggunakan asumsi power of study 95%, presisi 10%, dan prevalensi anemia pada remaja putri 32.4%, dengan menggunakan rumus study cross sectional menurut Lemeshowb dan David (1997) sehingga didapatkan 50 orang. Berikut ini adalah perhitungan sampel :

n Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

α = derajat kepercayaan (α = 0.05 = 1.96)

Z = nilai pada distribusi normal standar p = prevalensi anemia remaja putri 32.4% q = 1 – p

d = presisi/batas kevalidan yang diinginkan pada populasi N = jumlah populasi remaja putri keluarga pemulung 122 orang

Pemilihan contoh dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada seluruh siswi putri kelas VIII di lokasi penelitian. Populasi remaja putri keluarga


(36)

pemulung adalah 122 orang dan didapatkan minimal sampel sebanyak 50 orang. Berdasarkan kriteria inklusi yang digunakan didapatkan 72 orang remaja putri keluarga pemulung yang bersedia menandatangani informed consent dan ikut serta dalam kegiatan penelitian sampai dengan selesai.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan secara langsung. Jenis data primer meliputi data karakteristik contoh, pengetahuan gizi, kebiasaan makan, perilaku hidup bersih dan sehat, riwayat penyakit, riwayat kecacingan, dan keadaan lingkungan tempat tinggal. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk melihat PHBS, kebiasaan makan dan keadaan lingkungan tempat tinggal contoh. Data sekunder yang digunakan meliputi gambaran umum Kelurahan Sumur Batu yang didapatkan dari Kantor Kelurahan Sumur Batu, gambaran umum SMP Negeri 27 Bekasi, dan himpunan data pribadi siswa. Jenis dan cara pengumpulan data contoh terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data

1 Karakteristik keluarga :

- Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua

Primer dan Sekunder

Data siswa SMP Negeri 27 Bekasi dan wawancara dengan alat bantu kuesioner

2 Karakteristik individu :

- Umur

- Pengetahuan gizi

Primer Wawancara dengan alat

bantu kuesioner

3 Kebiasan makan

- Konsumsi suplemen - Konsumsi susu, teh, kopi - Jajanan

- Heme dan Non heme

Primer Wawancara dengan alat

bantu kuesioner dan pengamatan secara langsung

4 Konsumsi pangan

- Frekuensi pangan - Jenis pangan

Primer Wawancara dengan alat

bantu kuesioner

5 Lingkungan tempat tinggal

- Jenis rumah - Jenis lantai

- Jumlah penghuni rumah

- Jumlah kamar (7 m2/orang)

- Ventilasi udara (15% dari luas lantai)

- Ketersediaan jamban - Penggunaan air bersih

Ketersediaan tempat pembuangan sampah

- Jarak rumah dengan sumber pencemaran (minimal 5 km) - Jarak rumah dengan kandang

Primer Wawancara dengan alat

bantu kuesioner dan pengamatan secara langsung


(37)

Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data (lanjutan)

No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data

6

(minimal 10 m)

Perilaku hidup bersih dan sehat - Kebiasaan mencuci tangan - Kebiasaan merokok

- Konsumsi makanan beragam - Kebiasaan penggunaan jamban - Kebiasaan olahraga

Primer Wawancara dengan alat

bantu kuesioner dan pengamatan secara langsung

7 Riwayat penyakit

- Kejadian sakit

- Frekuensi sakit (2 bulan terakhir)

Primer Wawancara dengan alat

bantu kuesioner

8 Lama menstruasi

- Frekuensi menstruasi - Durasi menstruasi - Periode menstruasi - Siklus menstruasi

Primer Wawancara dengan alat

bantu kuesioner

9 Status gizi (antropometri)

- Berat badan (kg)

- Tinggi badan (cm)

Primer Pengukuran berat badan

dan tinggi badan secara langsung dengan

menggunakan bedroom

scale dan microtoise

10 Status anemia :

- Hemoglobin

Primer Pemeriksaan darah secara

biokimia di laboratorium

11 Riwayat kecacingan :

- Gatal pada dubur - Cacing pada feses - Kebiasaan BAB - Darah pada feses - Konsumsi obat cacing

Primer Wawancara dengan alat

bantu kuesioner

12 Gambaran umum Kelurahan Sumur

Batu

Sekunder Profil Kelurahan Sumur Batu

- Bekasi

13 Gambaran umum SMP Negeri 27

Bekasi

Sekunder Profil SMP Negeri 27 Bekasi

Data status gizi antropometri diketahui melalui pengukuran tubuh yaitu berat badan dan tinggi badan. Status anemia diketahui berdasarkan kadar Hb (hemoglobin) melalui pengambilan sampel darah yang dilakukan oleh petugas laboratorium Parahita Diagnostic Center. Sampel darah yang didapatkan, dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium Parahita Diagnostic Center untuk dilakukan analisis yang kemudian dilakukan pengukuran biokimia darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin untuk menentukan konsentrasi hemoglobin. Data jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi pangan sumber heme dan non heme diperoleh dengan menggunakan metode kuesioner pangan semikuantitatif (FFQ semikuantitatif) selama satu bulan dengan melalukan wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

Cara Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, entry dan analisis. Data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis secara statistik dengan


(38)

menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0 for Windows. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi pearson, uji korelasi spearman dan regresi linear. Uji korelasi pearson digunakan untuk melihat hubungan antar karakteristik contoh yaitu kadar hemoglobin contoh, usia menstruasi dan IMT contoh. Uji korelasi spearman untuk melihat hubungan antara kadar hemoglobin terhadap kebiasaan makan, perilaku hidup bersih dan sehat, karakteristik menstruasi, keadaan lingkungan, riwayat kecacingan, tingkat kecukupan zat gizi dan frekuensi konsumsi pangan. Berikut ini adalah jenis dan kategori variabel yang dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori dan variabel

No. Variabel Kategori Sumber

1. Pengetahuan Gizi Kurang jika skor <60%

Sedang jika skor 60%-80% Baik jika skor >80%

Khomsan (2000)

2. Status gizi siswa

berdasarkan IMT/U

Sangat kurus (<-3 SD), Kurus (-3 SD ≤ z <-2 SD),

Normal (-2 SD ≤ z ≤+1 SD),

Overweight (+1 SD < z ≤+2 SD) Obese (>+2 SD).

WHO 2007

3. Status anemia Berat <7.0 g/dl

Sedang 7.0-9.9 g/dl Ringan 10.0-11.9 g/dl

Normal ≥12.0 g/dl

AC/SCN 1991

4. Kebiasaan makan Baik (47-53)

Cukup (41-46 Kurang (35-40)

Slamet 1993

5. Frekuensi konsumsi

pangan

selalu (1 kali sehari sampai dengan lebih dari 1 kali sehari)

kadang-kadang (3-6 kali seminggu) jarang (1 atau 2 kali seminggu) tidak pernah

Gibson (2005)

6. Tingkat kecukupan

energi dan protein

Defisit tingkat berat (<70% kebutuhan) Defisit tingkat sedang (70-79%

kebutuhan)

Defisit tingkat ringan (80-89% kebutuhan) Normal (90-119% kebutuhan)

Lebih (≥ 120% kebutuhan)

Depkes 2010

7. Tingkat kecukupan

Vitamin dan zat besi

Kurang (<77% AKG)

Cukup (≥ 77% AKG)

Depkes 2010

8. Perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS)

Rendah (36-42) Sedang (43-49) Baik (50-58)

Slamet 1993

9 Keadaan lingkungan Kurang baik (20-23)

Cukup baik (24-27) Baik (28-30)

Slamet 1993

10. Riwayat kecacingan Rendah (6-7)

Sedang (8-9) Baik (10-12)

Slamet 1993


(39)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian disusun dalam bentuk correct-answer multiple choice dan pertanyaan dalam bentuk tertutup dengan pilihan jawaban Ya atau Tidak. Pertanyaan dalam bentuk tertutup memiliki nilai 1 untuk jawaban tidak dan nilai 3 untuk jawaban ya. Pertanyaan dalam bentuk correct-answer multiple choice yang memiliki skor 1 untuk opsi jawaban benar dan 0 untuk opsi jawaban salah. Pertanyaan yang berkaitan mengenai PHBS, kebiasaan makan, riwayat kecacingan, menstruasi dan keadaan lingkungan memiliki skor 1 untuk jawaban tidak pernah, nilai 2 untuk jawaban kadang-kadang dan 3 untuk jawaban selalu. Penentuan kategori digolongkan berdasarkan nilai skor dengan menggunakan interval kelas Slamet (1993), dengan cara membandingkan antara nilai tertinggi yang dikurangi dengan nilai terendah kemudian dibagi dengan kategori yang diinginkan. Kategori yang digunakan dilihat berdasarkan nilai skor yang didapatkan. Berikut ini adalah rumus perhitungan interval:

Interval kelas =

Pendidikan orang tua dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Pekerjaan orang tua meliputi pemulung, pedagang, IRT, dan lain-lain. Pendapatan orang tua didapatkan dari pendapatan perkapita keluarga kemudian dibandingkan dengan garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat 2011. Status anemia diketahui dengan melalui analisis secara biokimia di laboratorium. Kategori anemia pada remaja putri dilihat berdasarkan kadar hemoglobin dibagi menjadi empat golongan, yaitu berat <7.0 g/dl, sedang 7.0-9.9 g/dl, ringan 10.0-11.9 g/dl dan normal ≥12.0 g/dl (ACC/SCN 1991). Pengukuran status gizi dengan metode antropometri dilakukan dengan menimbang berat badan (kg) dan mengukur tinggi badan (m2). Indikator penentuan status gizi berdasarkan IMT/U dihitung menggunakan software WHO anthroplus 2007.

Data jenis dan frekuensi konsumsi pangan sumber heme dan non heme diperoleh dengan menggunakan metode kuesioner pangan semikuantitatif (FFQ semikuantitatif) selama satu bulan. Data kandungan gizi bahan makanan dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan DKBM (daftar komposisi bahan makanan). Data konsumsi pangan yang didapatkan dihitung kandungan gizi dari setiap bahan pangan dengan menggunakan rumus menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) sebagai berikut :


(40)

Kgij = (Bij/100) x Gij x BDDj/100) Keterangan :

Kgij : Konsumsi zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B gram Bj : Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gij : Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj : Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD)

Perhitungan tingkat kecukupan zat gizi contoh dihitung dengan menggunakan rumus yang terdapat dalam perhitungan AKE (angka kecukupan energi) yang disesuaikan menurut WNPG 2004.

TKG = (BB aktual/BB standar) x AKG Keterangan :

TKG : tingkat kecukupan gizi

BB aktual : berat badan yang sebenarnya/yang mendekati BB standar : berat badan standar berdasarkan umur 13-15 tahun AKG : angka kecukupan gizi yang dianjurkan

Angka kecukupan energi contoh ditentukan menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

AKE = (88,5-61,9 U) + 26,7 B (AkF) + 903 TB + 25 Keterangan :

AKE : angka kecukupan energi sehari U : usia contoh

B : berat badan contoh (kg)

AkF : aktifitas fisik berdasarkan perhitungan kegiatan sehari-hari contoh TB : tinggi badan contoh (m)

Angka kecukupan protein, vitamin A, vitamin C, vitamin D, dan zat besi diacu berdasarkan WNPG 2004. Angka kecukupan protein adalah 57 g/hari (Hardinsyah dan Tambunan 2004), angka kecukupan vitamin A adalah 600 RE/hari (Muhilal dan Sulaeman 2004), angka kecukupan vitamin C adalah 65 mg/hari (Setiawan dan Rahayuningsih 2004), vitamin D adalah 5 g/hari, dan zat besi 26 mg/hari (Kartono dan Soekatri 2004).


(41)

Definisi Operasional

Remaja putri adalah siswi SMP Negeri 27 Bekasi yang merupakan keluarga pemulung dengan usia 13-15 tahun yang tinggal di wilayah Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Bekasi.

Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidkan orang tua contoh yang dikategorikan menjadi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan perguruan tinggi.

Pekerjaan orang tua adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua contoh untuk memenuhi kebutuhan keluarga contoh yang dikategorikan menjadi, pemulung, pedagang, ibu rumah tangga dan lain-lain.

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per kapita per bulan yang diterima oleh orang tua contoh yang kemudian dibandingkan dengan garis kemiskinan Provinsi Jawa Barat 2011 dan dikategorikan menjadi keluarga miskin dan tidak miskin.

Pengetahuan gizi adalah tingkat pengetahuan atau pemahaman contoh terhadap zat gizi, sumber zat gizi, anemia, dan PHBS yang diketahui melalui hasil tes dengan menjawab 20 soal pertanyaan multiple choice. Kebiasaan makan adalah gambaran kebiasaan contoh dalam mengonsumsi

bahan makanan, jajanan dan suplemen yang diketahui dengan pengamatan secara langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner.

Konsumsi pangan adalah jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi pangan sumber heme dan non heme yang dikonsumsi contoh selama satu bulan yang dilihat dengan menggunakan kuesioner pangan semikuantitatif (FFQ semikuantitatif).

Keadaan lingkungan adalah kondisi wilayah tempat tinggal contoh yang meliputi keadaan fisik rumah, jenis lantai, jumlah ventilasi, penggunaan air bersih, ketersediaan tempat sampah, dan ketersediaan jamban.

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah kebiasaan remaja putri dalam bersikap untuk menjaga kesehatan dan mencegah risiko penyakit yang diketahui melalui hasil test dengan menjawab 20 pertanyaan yang meliputi kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan merokok, penggunaan jamban dan konsumsi makanan yang beragam dan kebiasaan olahraga.


(1)

a. Sereal, roti dan beras b. Bayam dan ubi jalar merah c. Pie, cake dan puding

10. Manakah kelompok zat gizi berikut, banyak terdapat pada buah-buahan? a. Vitamin A dan Vitamin C

b. Pati dan Vitamin c. Lemak dan kalsium

11. Sayuran yang tinggi zat besi adalah : a. Bayam dan daun singkong b. Wortel dan lobak

c. Kol dan kembang kol 12. Anemia adalah :

a. Kurangnya jumlah sel darah merah dalam tubuh b. Darah sukar membeku

c. Kurangnya jumlah sel darah putih dalam tubuh 13. Kelompok yang berisiko tinggi terkena anemia :

a. Remaja putri dan ibu hamil b. Pria dewasa

c. Remaja putera

14. Tanda-tanda remaja yang mengalami anemia : a. Penampilan seperti orang sakit

b. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, dan Lalai c. Badan kurus

15. Jika mengalami anemia (kurang darah) maka hal tersebut disebabkan oleh kekurangan :

a. Zat besi b. Lemak c. Protein

16. Anemia pada remaja dapat menyebabkan :

a.

5L (lemah, letih, lesu, lelah dan lunglai)

b.

Kurangnya konsentrasi, 5L dan penurunan kebugaran

c.

Nafsu makan berkurang

17. Berikut ini yang bukan penyebab terjadinya kekurangan zat besi: a. Kecelakaan mengakibatkan kaki lecet-lecet

b. Menstruasi

c. Infeksi penyakit seperti malaria dan kecacingan 18. Yang termasuk perilaku hidup bersih dan sehat :

a. Mencuci tangan hanya dengan air saja b. Makan-makanan yang beragam c. Merokok

19. Tahapan mencuci tangan yang baik dan benar adalah :

a. Membasahi, mencuci dengan sabun, membilas, mengeringkan

b. Membasahi, mencuci tangan deengan sabun, mengeringkan, membilas c. Mencuci tangan dengan sabun, membilas, mengeringkan, membasahi 20. Air bersih biasanya baik digunakan untuk kegiatan dibawah ini, kecuali :

a. Air minum b. Cuci tangan c. Membajak sawah


(2)

F. Kebiasaan makan

No Pertanyaan Jawab Ket

1 Berapa kali anda biasa makan sehari ?

1.

2 kali sehari 2. 3 kali sehari 3.4 kali sehari 2 Apakah anda biasa sarapan pagi setiap hari

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 3 Apakah anda biasa mengonsumsi cemilan?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 4 Jenis camilan seperti apa yang biasa anda konsumsi?

1. Makanan ringan 2. Kue/pudding 3. Lainnya... 5 Apakah anda biasa mengonsumsi sayur-sayuran?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 6 Apakah anda biasa mengonsumsi buah-buahan?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 7 Berapa gelas air minum yang anda konsumsi sehari

1. 8 gelas/hari 2. < 8 gelas/hari 3. > 8 gelas/hari 8 Apakah anda biasa mengonsumsi susu?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 9 Berapa kali anda minum susu dalam satu hari?

1. 1 kali sehari 2. ≥ 2 kali sehari 3. Tidak pernah 10 Jenis susu apa yang sering anda konsumsi?

1. Full cream 2. Kental manis 3. Sapi segar 4. Instan 5. Skim 11 Apakah anda biasa mengonsumsi Teh?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 12 Berapa kali anda minum teh dalam satu hari?

1. 1 kali sehari 2. ≥ 2 kali sehari 3. Tidak pernah 13 Apakah anda biasa mengonsumsi kopi?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 14 Berapa kali anda minum kopi dalam satu hari?

1. 1 kali sehari 2. ≥ 2 kali sehari 3. Tidak pernah 15 Apakah anda biasa mengonsumsi coklat?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 16 Apakah anda biasa mengonsumsi lauk hewani?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

17 Berapa kali anda mengonsumsi lauk hewani dalam satu hari? 1. 1 kali sehari 2. ≥ 2 kali sehari 3. Tidak pernah 18 Apakah anda biasa mengonsumsi lauk nabati?

1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

19 Berapa kali anda mengonsumsi lauk nabati dalam satu hari? 1. Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

20 Apakah anda memiliki makanan pantangan?

1. Ya 2. Tidak *) Jika Tidak, lanjut ke nomer 23 21 Sebutkan jenis makanan yang menjadi pantangan anda? ... 22 Apakah anda mengonsumsi suplement tertentu?

1. Ya 2. Tidak *) Jika Tidak, lanjut ke nomer 25 23 Sebutkan jenis suplemen yang anda konsumsi? ... 24 Berapa kali anda mengonsumsi suplemen dalam satu hari?

1. 1 kali sehari 2. ≥ 2 kali sehari 3. Tidak pernah 25

Apakah mengonsumsi suplement tertentu ketika anda sedang mengalami menstruasi? Jika YA, sebutkan jenis suplemen yang anda konsumsi? 1. Ya ... 2. Tidak

G. Riwayat Kesehatan 1. Anamnesa :

a. Keluhan kesehatan selama dua bulan terakhir, ada/tidak ada?... Bila ada, sebutkan ...

b. Riwayat penyakit selama dua bulan terakhir:... 2. Pemeriksaan fisik (diisi oleh enumerator)


(3)

b. Suhu badan : ... C 3. Penyakit yang pernah anda alami

No Nama Penyakit Pernah* Tidak Pernah* Frekuensi

1 Tipus

2 Alergi terhadap ... 3 Cacingan

4 Diare kronis (lama)

5 Darah sukar membeku (hemofilia) 6 Malaria

7 Lain-lain, sebutkan ... Keterangan : *) isi dengan tanda (√ ) H. Riwayat Kecacingan

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anda pernah merasakan gatal pada dubur (anus)?

1.

Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

2 Apakah anda pernah mengonsumsi obat cacing? 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

3 Berapa kali anda mengonsumsi obat cacing dalam setahun? 1. Tidak pernah 2. 6 bulan sekali 3. 3 bulan sekali 4 Apakah anda pernah mengalami adanya darah pada feces?

1.

Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

5 Apakah anda pernah mengalami adanya cacing pada feces?

1.

Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

6 Apakah anda memiliki riwayat kecacingan sebelumnya?

1.

Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

I. Menstruasi (Lingkari huruf sesuai dengan jawaban yang benar dan isilah titik-titik dibawah ini)

1. Usia pertama kali menstruasi?... 2. Lama siklus menstruasi (jarak antar menstruasi) :

1. < 25 hari 2. 25-30 hari 3. > 30 hari 3. Keteraturan jadwal menstruasi :

1. Selalu tepat waktu

2. Datang lebih awal dari biasanya 3. Datang terlambat, selama ____ hari 4. Lama menstruasi :

1. < 3 hari 2. 3-9 hari 3. >9 hari 5. Frekuensi Menstruasi :

1 bulan sekali 2. 1 bulan dua kali 3. Belum tentu satu bulan sekali 6. Apakah ada keluhan selama haid :

1. Pusing 2.Lemas 3. Sakit perut 4. Berkunang-kunang 5. Tidak ada keluhan 7. Apakah anda sering merasa cepat lelah ketika mengerjakan pekerjaan/kegiatan

anda? 1. Ya 2. Tidak

8. Apakah anda sering cepat lupa atau mengalami kesulitan dalam mengingat? 1. Ya 2. Tidak

J. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

No Pertanyaan Jawab Ket

1 Apakah anda perokok? 1. Ya 2. Tidak

2 Apakah anda mengonsumsi alkohol?

1.

Ya 2. Tidak

3 Apakah anda selalu mencuci tangan dengan sabun?

1.

Selalu 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

4 Apakah anda selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan? 1. Ya 2. Tidak


(4)

No Pertanyaan Jawab Ket 5 Apakah anda selalu mencuci tangan setelah buang air?

1.

Ya 2. Tidak

6 Apakah anda selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan ? 1. Ya 2. Tidak

7 Apakah anda selalu menggosok gigi setiap hari? 1. Ya 2. Tidak 8 Berapa kali anda biasa menggosok gigi?

1. 1 kali sehari 2. 2 kali sehari 3. 3 kali sehari 9 Apakah anda selalu mandi 2 kali sehari? 1.Ya 2. Tidak 10 Apakah anda biasa menggunakan sabun ketika mandi?

1. Ya 2. Tidak

11 Apakah anda buang air besar (BAB) di jamban/WC/kamar mandi? 1. Ya 2. Tidak

12 Apakah anda selalu mengunakan air bersih dirumah?

1.

Ya 2. Tidak

13 Apakah anda selalu membuang sampah di pada tempatnya? 1. Ya 2. Tidak

14 Apakah anda selalu menggunakan alas kaki ketika keluar rumah? 1. Ya 2. Tidak

15 Apakah anda selalu mengonsumsi makanan yang beragam setiap hari? 1. Ya 2. Tidak

16 Apakah anda terbiasa menggunting kuku? 1.Ya 2. Tidak 17 Berapa kali anda menggunting kuku setiap bulan?

1. 1 kali/bulan 2. 2-3 kali/bulan 3. ≥ 4 kali/bulan 18 Apakah anda selalu rutin berolah raga? 1. Ya 2. Tidak 19 Berapa kali anda melakukan olahraga dalam seminggu?

1. 1 kali seminggu 2. 2 kali semingu 3. >3 kali seminggu 20 Berapa lama anda melakukan olahraga

1. <30 menit 2. 30 menit 3. >30 menit K. Keadaan Lingkungan dan Tempat Tinggal

No Pertanyaan Jawab Ket

1 Jarak rumah dengan lokasi TPA Bantar Gebang: 1. < 5 m 2. > 5 - 20 m 3. > 20 m

2 Jarak rumah dengan kandang :

1. < 10 meter 2. > 10 meter 3. Tidak punya kandang

3 Jenis rumah : 1. Bilik (Bambu) 2. Setengah tembok 3. Permanen 4 Lantai rumah anda berbahan dasar :

1. Tanah 2. Ubin (semen) 3. Keramik 5

Bagaimana ventilasi (yang bisa dibuka) rumah anda ?

1. Tidak memiliki ventilasi 2. ≤ 15% luas ruangan 3. ≥ 15% luas ruangan

6 Penerangan : 1. Minyak tanah 2. generator 3. Listrik 7 Sumber utama air : 1. Mata air 2. Sumur 3. PAM

8 Apakah rumah anda memiliki septic tank (penampungan kotoran) 1. Ya 2. Tidak 3. Ada tapi tidak permanen

9 Apakah rumah anda memiliki tempat pembuangan sampah sendiri : 1. Ya 2. Tidak 3. Ada tapi tidak permanen

10

Bagaimana anda membuang sampah : 1. Ke tempat pembuangan sampah

2. Ke tempat bukan pembuangan sampah (sungai, selokan, dll) 3. Sampah dibakar atau dikubur


(5)

L. Food Frequency Quitionaire Semikuantitative

Pilih bahan makanan yang anda konsumsi dengan cara memberi tanda (√) pada kolom yang telah disediakan

No Bahan Makanan (√ ) Frekuensi (x/...) Rata-rata Konsumsi

Hari Minggu Bulan URT Gram

1 Serealia dan umbi 1. Beras 2. Jagung 3. Singkong 4. Ubi jalar 5. Talas 6. Mie 7. Soun 8. Bihun 9. ... 2 Daging dan telur

1. Ikan laut segar 2. Ikan asin 3. Ikan pindang 4. Ikan tawar 5. Daging Sapi 6. Daging ayam 7. Daging kambing 8. Daging bebek 9. Chicken nugget 10. Hati sapi 11. Hati ayam 12. Telur ayam 13. Telur bebek 14. Telur puyuh 15. ...

3 Kacang-kacangan 1. Tempe 2. Tahu 3. Oncom 4. Kc. Tanah 5. Kc. Toro 6. Kc. Buncis 7. Kc. Panjang 8. Kc. Merah 9. ... 4 Sayur daun-daunan

1. Bayam 2. Kangkung 3. Sawi putih 4. Caisim 5. Kol

6. Daun singkong 7. Daun pepaya 8. Daun melinjo 9. Selada 10. ... 5 Sayuran buah

1. Labu siam 2. Wortel 3. Tomat 4. Mentimun 5. Lobak 6. Nangka muda 7. Pepaya muda 8. Terong


(6)

9. Brokoli 10. ... 6 Buah-buahan

1. Jeruk 2. Tomat 3. Pepaya 4. Jambu biji 5. Mangga 6. Nanas 7. Pisang 8. Semangka 9. Melon 10. Apel 11. Anggur 12. Pir 13. ... 7 Jajanan

1. Bakso 2. Siomay 3. Pisang goreng 4. Mie ayam 5. Bakwan 6. Chiki

7. Biskuit/cookies 8. Cilok

9. Cireng 10. Cokelat 11. ... 8 Lainnya

1. Teh 2. Kopi 3. Susu 4. Air putih

5. Suplement, sebutkan ... 6. Minuman kemasan

sebutkan


Dokumen yang terkait

Studi Tentang Kepedulian Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi

8 61 115

Hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

4 24 137

Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi 2013

2 18 91

Pemenuhan Hak Anak Pemulung Melalui Program Pendidikan Dan Kesehatan Di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

4 47 114

Pola asuh makan, Perkembangan Bahasa dan Kognitif pada Anak Balita Stunted dan Normal di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

1 8 150

Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Umur Penyapihan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Balita di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

0 4 150

Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat, konsumsi pangan, status anemia dan prestasi belajar pada remaja putri smpn 27 di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

0 12 98

Hubungan konsumsi pangan, kebiasaan latihan fisik dan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMP Negeri 27 Kelurahan Sumur Batu Kota Bekasi

0 4 81

Pengembangan Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Kasus Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi)

0 4 125

POLA ASUH MAKAN, PERKEMBANGAN BAHASA, DAN KOGNITIF ANAK BALITA STUNTED DAN NORMAL DI KELURAHAN SUMUR BATU, BANTAR GEBANG BEKASI

0 0 8