Pemenuhan Hak Anak Pemulung Melalui Program Pendidikan Dan Kesehatan Di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh EPIDA SARI 1110054100009

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untukmemenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya saya hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlakudi UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2014


(5)

i

Epida Sari

Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

Pemenuhan hak anak sangatlah penting dalam mensejahterakan anak. Khususnya pemenuhan akan pendidikan dan kesehatan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 8: “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial”. Pasal 9: “(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Namun pada kenyataannya masih ada anak yang tidak mendapatkan hak-hak tersebut yaitu anak-anak pemulung. Maka dari itu pelayanan sosial dalam bidang pendidikan dan kesehatan merupakan salah satu cara pemunahan hak anak pemulung. Hal ini yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul terkait dengan pemenuhan hak anak pemulung, yakni Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

Dari penelitian ini, peneliti merumuskan bagaimana pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian, maka diperoleh data bahwa pertama, program pendidikan di Yayasan Tunas Mulia yaitu pendidikan yang berbasis PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan jenjang pendidikan PAUD, Paket A, Paket B, dan Beasiswa untuk SMK dan Kuliah. Kedua, Program kesehatan di Yayasan Tunas Mulia yaitu Pengobatan Gratis dan Pendampingan Pasien


(6)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi yang mulia Muhammad Rasulullah Saw. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Kesejahteraan Sosial.

Dalam pembuatan skripsi,penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf bila terjadi kekurangan ataupun kekeliruan dalam pembuatan skripsi ini.Penulis mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca. Dengan dibuatnya skripsi,penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dalam mengerjakan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses terbentuknya skripsi ini. Terima kasih kepada mama dan bapak yang selalu mendoakan tanpa putus, membimbing, membantu penulis demi menyelesaikan tugas-tugas dalam penelitiandan memberikan dukungannya baik moril dan materil kepada penulis selama proses pembuatan skripsi. Kepada kedua abangku yang selalu memberikan bantuan kepada penulis dimana bantuan tersebut satu sama lain sangat melengkapi dan juga adiku yang selalu menghiburku. Semoga Allah SWT membalas semua


(7)

iii

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan sebagai Pembimbing Akademik.

4. Bapak Helmi Rustandi, MA sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih telah banyak meluangkan waktu selama bimbingan, memberikan arahan, sebagai motivator penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta memberikan banyak sekali hal yang bermanfaat bagi penulis, dan kritik sehingga dapat membangun penulis dalam penulisan skripsi. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Kesejahteraan Sosial yang telah

mendidik penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini.

6. Bapak Nadam Dwi Subekti, Pendiri Yayasan Tunas Mulia yang telah mengizinkan penulis melakukan penulisan.

7. Bapak Johan , Ibu Eli Indah Yani, Ibu Mertianah, Ibu Siti Aminah dan seluruh pengurus Yayasan Tunas Mulia yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian.

8. Anak-anak didik di Yayasan Tunas Mulia yang menerima dan membantu penulis dalam mendapatkan informasi-informasi dalam melakukan penelitian di Yayasan Tunas Mulia


(8)

iv

untuk mengerjakan skripsi dan Abang Mahfudin yang selalu mengantar bahkan menunggu penulis di saat kuliah maupun penulisan dari awal perkuliahan hingga sekarang. Serta Adiku Achmad Novrizal dan Dede Mutiara Nur Asyiyah yang selalu membuatku tertawa. 10. Keluarga Bapak H. Hamim, Khususnya Abang Ahmad Zarkasih, S.Th

I dan Teteh Amalia Alaydrus yang telah sabar membantu penulis untuk mengerjakan skripsi serta abang-abang dan teteh-teteh yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

11. Abang Ibrahim Hanif yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan penuh kasih sayang serta selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebahagian dan keberkahan selalu untuk kita.

12. My Boclays terima kasih untuk kebersamaannya setiap hari selama 4 tahun ini. Syarifah Lubna Asseggaf, Asisah, Ratih Eka Susilawati, Ilma Hasanah dan Nur Hikmah.

13. Adik-adik sepupu di rumah, Arief, Syifa, Vinka, Ryan, Risa, Rani, Fauzan, Fikri, Faisal, Reyhan, Ike yang selalu menemani dan menghibur penulis ketika mengerjakan skripsi

14. Teman-teman seperjuangan khususnya untuk angkatan 2010 di Kesejahteraan Sosial yang Best of The Best yang selalu kompak dalam hal apapun.


(9)

v

skripsi ini. Peneliti banyak mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Agustus 2014


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan Masalah ...5

C. Perumusan Masalah ...6

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...6

1. Manfaat Akademik...6

2. Manfaat Praktis ...7

F. Metodologi Penelitian ...7

1. Pendekatan Penelitian ...7

2. Sumber Data...8

3. Waktu dan Lokasi Penelitian ...8

4. Teknik Pengumpulan Data ...9

5. Teknik Analisis Data...11

6. Teknik Keabsahan Data ...12

7. Pedoman penulisan Skripsi ...12

8. Teknik Pemilihan Informan ...13


(11)

vii

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hak Anak ...18

1. Pengertian Anak ...18

2. Pengertian Hak Anak ...19

3. Regulasi Hak Anak ... 20

a. Sistem Hukum Indonesia ...20

b. Hukum yang Mengatur Tentang Hak Anak ...21

B. Pelayanan Sosial...24

1. Definisi dan Makna Kesejahteraan sosial ...24

2. Masalah Kesejahteraan Sosial ...27

3. Metode Perubahan Sosial Terencana (Metode Intervensi Sosial)...31

a. Perubahan sosial terencana di level mikro (individu, keluarga, dan kelompok kecil) ...31

b. Perubahan sosial terencana di level makro (komunitas dan organisasi) ...32

4. Definisi Pelayanan Sosial...33

5. Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus Diselenggarakan...35

6. Pelayanan Sosial Luar Panti ...35

a) Definisi Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti ...35

b) Tujuan Pelayanan Sosial Luar Panti ...36

c) Sistem Pelayanan Sosial...36


(12)

viii

(a) Pelayanan kelembagaan ...38

(b) Pelayanan masyarakat ...39

7. Program Pelayanan Pendidikan...40

a. Pengertian Pendidikan...40

b. Satuan Pendidikan ...40

c. Bentuk Pendidikan Nonformal...41

8. Program Pelayanan Kesehatan ...43

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang ...44

B. Visi dan Misi Yayasan Tunas Mulia...46

1. Visi Yayasan Tunas Mulia ...46

2. Misi Yayasan Tunas Mulia ...46

C. Tujuan Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang ...47

1. Tujuan Umum ...47

2. Tujuan Khusus ...47

D. Sasaran Penerima Layanan ...48

E. Fasilitas Sarana Prasarana dan Sumber Dana Manusia yang dimiliki Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang...48

1. Sarana dan Prasarana...48

2. Sumber Pendanaan Yayasan Tunas Mulia ...51

F. Susunan Pengurus Yayasan...53

G. Program Pelayanan Sosialdi Yayasan Tunas Mulia...54


(13)

ix

b. Pelayanan pendidikan kesenian dan keterampilan ...55

2. Program Pelayanan Kesehatan ...56

a. Pengobatan Gratis ...56

b. Pendampingan Pasien...56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISATENTANG PELAYANAN YAYASAN TUNAS MULIA TERHADAP ANAK-ANAK PEMULUNG 1. Program Pelayanan Pendidikan...57

a. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), PAKET A (Setara Sekolah Dasar), PAKET B (Setara Sekolah Menengah Pertama): ...59

1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ...59

2) PAKET A (Setara Sekolah Dasar) ...60

3) PAKET B (Setara SMP) ...61

b. Pelayanan Pendidikan Kesenian dan Keterampilan ...63

1) Pelayanan Kesenian ...63

2) Pelayanan Keterampilan ...64

2. Program Pelayanan Kesehatan Yayasan Tunas Mulia...65

a. Pengobatan Gratis ...65

b. Pendampingan Pasien...66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...68

1. Jenis Pelayanan Pendidikan di Yayasan Tunas Mulia: ...68


(14)

x DAFTAR PUSTAKA


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan dari sutu kegiatan pembangunan. Misalnya, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat.1Dalam konteks tujuan pembangunan hal yang paling penting adalah mempersiapkan generasi penerus bangsa yaitu anak-anak Indonesia agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam melakukan pembangunan sosial di Indonesia.

Dalam Undang-Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak sudah jelas ”bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan; bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hal. 3.


(16)

dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi”.2

Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan sosial pada lingkup anak. Salah satunya yaitu permasalahan anak terlantar. Anak terlantar merupakan salah satu permasalahan sosial anak yang sampai saat ini masih belum bisa terpecahkan. Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi, terlantar di sini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan.3

Menurut Bagong Suyanto, meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak ditelantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak-hak anaknya sangat terbatas.4 Seperti halnya anak pemulung termasuk kedalam kategori anak terlantar,di mana hak mereka ini tidak dapat terpenuhi yaitu; hak akan pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan dan juga kesehatan.

Anak pemulung sering kali kita jumpai di sekitar tempat pembuangan akhir sampah di mana tempat orang tua mereka mengais rezeki, seperti di Tempat

2

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

3

Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak(Jakarta: Kencana 2010), h. 213 4


(17)

Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang tepatnya di Kelurahan Sumur Batu. Luas desa sumur batu ± 568.955 ha, sekitar 318 ha dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan sisanya dipergunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana pendidikan serta TPA Pemda DKI seluas 27 ha dan Kota Bekasi seluas 18 ha.5

Keberadaan lokasi TPA Bantar Gebang membawa dampak tersendiri bagi masyarakat sekitarnya. Para pemulung yang datang dari luar daerah untuk mengais rejeki, penduduk pribumi pun pada akhirnya ikut mengumpulkan sampah-sampah plastik yang laku dijual sebagai bahan mata pencaharian untuk menopang kebutuhan hidup keluarga sehari – hari, sekitar ± 415 orang di Kelurahan Sumur Batu yang menjadi pemulung.

Para pemulung di wilayah Kelurahan Sumur Batu menempati rumah-rumah kumuh tepat di bawah tumpukan sampah, mereka mengais sampah demi kelangsungan hidup keluarganya. Penghasilan yang diperoleh sangatlah minim yaitu sekitar Rp.30.000-Rp.40.000 per hari.6Dari penghasilan tersebut bagaimana bisa seorang pemulung memenuhi kebutuhan pendidikan untuk anak-anak mereka. Uang tersebut hanya bisa digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari, terlebih untuk kesehatan, anak-anak pemulung ini tidak bisa bebas dari tempat yang tidak bersih tersebut mereka harus menghirup udara tidak segar, mandi menggunakan air yang bau dan kotor karena sudah tercemar oleh sampah.

Sesungguhnya pendidikan itu sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan anak di masa mendatang, pemerintah pun telah menargetkan

5

Dokumen Kelurahan Sumur Batu,Program Selayang Pandang Kel. Sumur Batu, 2012. 6


(18)

pembangunan pendidikan di masa ini adalah pendidikan dasar sembilan tahun. Begitupun dalam aspek kesehatan, tentunya anak-anak pemulung harus mendapat kan pelayanan kesehatan yang baik sehingga mampu mengikuti pendidikan untuk dirinya.

Namun pada kenyataannya kondisi mereka sangat memprihatinkan, mereka tidak bisa merasakan indahnya pendidikan dan juga nikmatnya lingkungan yang sehat. Mereka hanya bisa pasrah merasakan pahitnya kenyataan akan ketidakterpenuhinya hak-hak mereka sebagai anak khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan.

Terkait dengan permasalahan ini hal yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak pemulung adalah melalui program pendidikan dan kesehatan. Program tersebut merupakan bentuk pemenuhan hak-hak anak pemulung oleh Yayasan Tunas Mulia.

Usaha pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan ini pun tentunya sudah banyak di bentuk oleh berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik dalam kategori milik pemerintah maupun non pemerintah. Salah satu lembaga non pemerintah yang bergerak dalam program pemenuhan hak anak pemulung adalah Yayasan Tunas Mulia. Yayasan ini terletak di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Jalan Pangkalan 2 RT. 002/ RW. 04, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.

Yayasan Tunas Mulia menyediakan pelayanan pendidikan gratis, beasiswa untuk anak pemulung yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih


(19)

tinggi, sanggar kreatifitas anak pemulung, pengobatan kesehatan gratis, serta program pendampingan pasien. Yayasan ini diperuntukan bagi anak pemulung di sekitar kompleks tempat pembuangan akhir Bantar Gebang,

Peneliti tertarik pada program pendidikan dan kesehatan untuk anak pemulung karena letak yayasan ini sangat tepat dengan keberadaan anak pemulung yaitu di TPA Bantar Gebang, di mana orang tua mereka yaitu pemulung tidak bisa memenuhi kebutuhan pendidikan dan juga memfasilitasi kesehatan anak-anak mereka karena keterbatasan ekonomi, maka dengan adanya yayasan tunas mulia sudah pasti sangat membantu para pemulung untuk memenuhi hak-hak anak mereka dan tentunya akan memberikan kebaikan kepada anak- anak pemulung di masa depan.

Untuk itu dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana pemenuhan hak-hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Mulia di Kelurahan Sumur Batu TPA Bantar Gebang, Bekasi. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dalam sebuah penulisan skripsi dengan judulPemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar GebangBekasi.”

B. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang peneliti teliti, agar lebih terfokus dan efektif dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah yang terkait dengan penelitian. Peneliti membatasi penelitian


(20)

ini hanya pada pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, agar lebih terarah maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia? D. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu kepada permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin peneliti capai yaitu untuk mengetahui pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia. E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademik

a. Dapat dijadikan informasi dalam pengembangan mutu pembelajaran kesejahteraan sosial (Kessos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Diharapkan dapat bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial dalam dimensi usaha kesejahteraan sosial yaitu pemberian pelayanan sosial khususnya kepada anak pemulung.


(21)

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengurus lembaga Yayasan Tunas Mulia agar tetap Istiqomah karena keberadaan program pelayanan sosial untuk anak pemulung ini dapat membantu menyelesaikan permasalahan anak pemulung.

b. Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca, mengenai pelayanan sosial yang di berikan oleh Yayasan Tunas Mulia kepada Anak Pemulung di Bantar Gebang.

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Karena penelitiannya merupakan studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek lingkungan alamiahnya. Peneliti menginterpretasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna daripadanya. Peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang kompleks dan menyeluruh dengan deskripsi detail dari pandangan para informan.7

Sedangkan menurut Lexy J. Moleong pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Penggunaan pendekatan kualitatif ini yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

7

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur,Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 39-44.


(22)

tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati8 Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang program pendidikan dan kesehatan untuk anak pemulung yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Mulia.

2. Sumber Data

Data primer adalah data pokok yang mendukung penelitian dimana data diperoleh secara langsung dari subjek penelitian yaitu anak-anak didik (anak pemulung) dan juga yayasan tunas mulia seperti pengurus yayasan, dan juga para pengajar yayasan.9

Sedangkan data sekunder peneliti adalah para informan yaitu orang- orang selain dari subjek penelitian seperti misalnya ayah dan ibu pemulung atau warga sekitar yayasan. Kemudian sumber data sekunder juga berupa data-data atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari lembaga, dan referensi, serta berbagai sumber buku dari perpustakaan.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 12 Mei 2014 sampai dengan 05 Juli 2014. Adapun lokasi yang dijadikan objek penelitian yaitu Yayasan Tunas Mulia, yang beralamat lengkap di Jalan Pangkalan 2 RT. 002/ RW. 04, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi Timur, Jawa Barat.

8

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), Cet, Ke-15, h. 3.

9

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur,Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h.157.


(23)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian ini. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:

a. Observasi atau pengamatan, merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.10 Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke tempat penelitian yaitu di Jalan Pangkalan Dua Kelurahan Sumur Batu Kompleks Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang, peneliti juga mengamati proses program pendidikan dan kesehatan untuk anak pemulung yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Mulia.

b. Wawancara, merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas

10

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur,Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 165.


(24)

waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini dan juga masa mendatang11. Peneliti melakukan wawancara kepada subjek penelitian yaitu anak-anak didik sekolah alam yang dimana anak-anak didiknya adalah anak-anak pemulung, ketua yayasan tersebut, juga para pengajar yayasan tersebut serta unsur yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin digali.

c. Wawancara Kelompok

Wawaancara kelompok adalah suatu percakapan kelompok dengan suatu tujuan. Peneliti kualitatif menyatukan suatu kelompok orang untuk menemukan apa yang mereka pikirkan, rasakan, atau tahu mengnai fokus penyelidikan dari peneliti. Wawancara kelompok bisa menjadi suatu cara yang efisien dalam membantu peneliti untuk berfokus pada aspek yang lebih menonjol dari fenomena yang sedang dipelajari.12

Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara kelompok sebagai metode pengumpulan data karena agar lebih mudah dalam mengumpulkan data dan dengan memikirkan keterbatan waktu yang d. Dokumentasi

Studi Dokumentasi- catatan tertulis yang didapat dari lokasi penelitian.13 Dokumen sendiri dapat dipahami sebagai setiap catatan

11

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 176.

12

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 192-193

13

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Jakarta(Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 1993), h. 234.


(25)

tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian.14 Dalam studi dokumentasi ini peneliti mencari catatan tertulis mengenai hal-hal atau variable yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti di lokasi penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Secara umum dinyatakan bahwa analisis data merupakan suatu pencarian pola-pola dalam data perilaku yang muncul, objek-objek, terkait dengan fokus penelitian. Suatu pola diidentifikasi dan diinterpretasi ke dalam istilah-istilah teori sosial atau latar, di mana teori sosial itu terjadi. Peneliti kualitatif pindah dari deskripsi peristiwa historis atau latar sosial ke interpretasi maknanya yang lebih umum. Analisis data mencakup, menguji, menyeleksi, menyortir, mengategorikan, mengevaluasi, membandingkan, menyintesiskan, dan merenungkan data yang telah direkam, juga meninjau kembali data mentah dan terekam.15

Adapun proses dari analisis data menurut Seiddel (1998) sebagai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan memilih dan memilah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

14

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur,Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 199.

15

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 246.


(26)

3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.16 Berdasarkan hal tersebut maka metode analisis data yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menyajikan, baru kemudian menganalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut.

6. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi sumber yaitu cara mengecek kembali data yang telah diperoleh pada sumber yang sama dalam waktu yang berbeda, atau di cek dengan sumber yang berbeda.17 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan ketua Yayasan Yayasan Tunas Mulia, Bantar Gebang pada saat hari pertama penelitian kemudian data tersebut peneliti cek kembali pada penelitian berikutnya dengan cara mewawancarai kembali ketua yayasan tersebut dan juga mewawancarai sumber yang lain yaitu para tenaga pengajar dan anak didik (anak pemulung) yang ada di Yayasan Tunas Mulia, Bantar Gebang.

7. Pedoman penulisan Skripsi

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.

16

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 248.

17

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur,Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 318.


(27)

8. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purvosive sampling yaitu penentuan sampel penelitian tidak secara random karena dianggap tidak penting. Oleh karena itu, sampel ditentukan secara purposive (sengaja) sehingga sampel penelitian tidak perlu mewakili populasi. Adapun pertimbangan sampel purposive lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk memasok informasi selengkap mungkin kepada peneliti. Dengan kata lain informan yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang dapat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian18. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkannya pada tabel berikut:

Tabel 1. Data Informan Penelitian

No. Informan Informasi yang dicari Jumlah

1. Pengurus

Yayasan Tunas Mulia

Gambaran tentang Yayasan Tunas Mulia secara

mendetail, program

pelayanan pendidikan dan kesehatan yang disediakan oleh yayasan.

3

2. Orang Tua Anak Gambaran yang diketahui 3

18

M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 89.


(28)

Pemulung tentang Yayasan Tunas Mulia, program pelayanan pendidikan dan kesehatan yang disediakan oleh yayasan serta kualitasnya 3. Anak- anak didik Program pelayanan

pendidikan dan kesehatan yang disediakan oleh yayasan serta kualitasnya

15

G. Tinjauan Pustaka

Dalam kajian ini, peneliti memuat penelitian yang sudah ada, dengan membandingkan judul yang akan diteliti yaitu, “Upaya Pemenuhan Hak-hak Anak Pemulung melalui Program Pelayanan Sosial oleh Yayasan Tunas Mulia di Kel. Sumur Batu, Kompleks Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang, Bekasi”

Adapun beberapa kajian pelaksanaan program yang pernah diteliti diantaranya ialah skripsi yang berjudul “Pelayanan Sosial bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur Bekasi.” yang disusun oleh Muhammad Akmal Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 1430H/2009M. Dalam penelitian tersebut peneliti melihat bahwa pembahasannya lebih terfokus kepada bagaimana tahapan pelayanan sosial, jenis pelayanan sosial terhadap gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh panti


(29)

dan bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemberian pelayanan sosial.

Kemudian tinjauan pada skiripsi yang berjudul “Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti sebagai Wujud Perlindungan Hak Anak (Studi Kasus di Social Development Center for Street Children, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur)”, yang disusun oleh Ipul Suharma Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1430H/2009M. Dalam penelitian tersebut peneliti melihat bahwa pembahasan lebih terfokus kepada tahapan pelayanan sosial yang di berikan kepada anak jalanan dan juga jenis pelayanan sosial untuk anak jalanan di Social Development Center for Street Children, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur.

Dari penelitian tersebut peneliti menilai penelitian tersebut memiliki fokus yang berbeda walaupun sama-sama membahas tentang pelayanan sosial. Dari dua penelitian tersebut masing-masing memiliki fokus pelayanan yang berbeda yaitu pelayanan untuk gelandangan dan pengemis dan juga pelayanan untuk anak jalanan. Sedangkan peneliti lebih fokus kepada pelayanan untuk anak pemulung. Dengan demikian penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang peneliti kaji. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap perkembangan ilmu kesejahteraan sosial.


(30)

H. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan skripisi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan; memuat latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi peneltian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II: Kajian Teori; Hak Anak memuat di dalamnya: Pengertian Hak, Macam-macam Hak, Pengertian Anak, Pengertian Hak Anak, Regulasi Hak Anak memuat di dalamnya; Sistem Hukum di Indonesia dan Hukum yang Mengatur Hak Anak. Pelayanan Sosial memuat di dalamnya Definisi dan Makna Kesejahteraan Sosial, Masalah Kesejahteraan Sosial, Metode Perubahan Sosial Terencana, Definisi Pelayanan Sosial, Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus Diselenggarakan, Pelayanan Sosial Luar Panti, Sistem Pelayanan Sosial, Program Pelayanan Pendidikan dan Program Pelayanan Kesehatan.

BAB III: Gambaran Umum Lembaga; Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang Bekasi. Menguraikan tentang Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi Yayasan, Tujuan Yayasan, Sasaran Penerima Layanan, Sarana dan Prasarana, Struktur Organisasi, Sumber Pendanaan Lembaga, Susunan Pengurus Lembaga, , Program Pelayanan Sosial di Yayasan.

BAB IV:Temuan dan Analisis data; Program Pelayanan Pendidikan memuat di dalamnya Pelayanan PAUD, Kejar Paket A, Kejar Paket B serta Beasiswa unruk SMK dan Kuliah. Program Pelayanan Kesehatan memuat di dalamnya Pengobatan Kesehatan Gratis dan Pendampingan Pasien.


(31)

BAB V:Penutup; yang memuat Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA


(32)

BAB II KAJIAN TEORI A. Hak Anak

1. Pengertian Anak

Berdasarkan UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, “anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”19

Sedangkan menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang berarti makna anak (pengertian tentang anak) yaitu “seseorang yang harus memperoleh hak-hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rahasia, jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial. Anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesuadah ia dilahirkan”.

20

Dalam pengertian khusus menurut ajaran islam, anak adalah generasi penerus untuk melanjutkan kelangsungan keturunan. Sedangkan dalam pengertian lebih luas, anak adalah generasi penerus yang akan mewarisi kepemimpinan di bidang keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan. Karena itu,

19

Republik Indonesia, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

20

Republik Indonesia,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.


(33)

anak perlu dirawat dan dididik di dalam keluarga dengan sebaik-baiknya, agar ia berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Dalam ajaran agama islam, sebagaimana disebutkan dalam ayat- ayat Al-Quran dan Sunnah Rasul serta pendapat para ulama, anak menempati posisi yang sangat mulia, sejak masa pembuahan, pembentukan embrio, perkembangan janin, hingga ia menjadi manusia dewasa sebagai khalifah di muka bumi.

Pemenuhan hak untuk hidup dan perlindungan keselamatan, kesehatan, disayangi dan dikasihi harus didapatkan oleh setiap anak. Hak anak merupakan kewajiban yang harus di penuhi oleh orang tua, masyarakat, dan negara untuk diberikan kepada setiap anak yg terlahir di dunia ini.21

2. Pengertian Hak Anak

Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungaan Anak Bab 1 Pasal 1 ayat 12 bahwa “Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.”22

Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum sejak anak dalam kandungan.

21

Maria Ulfah dan Abdullah Ghalib, Parenting With Love. Panduan Islami Mendidik Anak Penuh Cinta, (Bandung: Pt. Mizan Pustaka, 2010), h. 17

22

Republik Indonesia, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


(34)

3. Regulasi Hak Anak

a. Sistem Hukum Indonesia

Dalam Undang- undang Dasar 1945 Bab XA telah dijelaskan secara umum tentang hak asasi manusia yang didalamnya terdapat hak anak, beberapa pasal yang berkaitan dengan hak anak adalah sebagai berikut

Pasal 28A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”.

Pasal 28B: “(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Pasal 28C: “(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya”.

Dari uraian tersebut sudah terlihat bahwa Indonesia telah memiliki dasar hukum yang kuat tentang permasalahan hak asasi manusia khususnya hak- hak anak.


(35)

b. Hukum yang Mengatur Tentang Hak Anak

Sejak ditetapkannya Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada tanggal 22 Oktober 2002, perlindungan anak Indonesia telah memiliki landasan hukum yang lebih kokoh. Hak anak relatif lebih lengkap dan cukup banyak dicantumkan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak. Pasal-pasal yang berkaitan dengan hak-hak anak antara lain, yaitu:

Pasal 4: “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Pasal 5: “Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan”.

Pasal 6: “Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua”.

Pasal 8: “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial”.

Pasal 9: “(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. (2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,


(36)

sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus”.

Pasal 10: “Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”.

Pasal 53: “(1) Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yangbertempat tinggal di daerah terpencil. (2) Pertanggungjawaban pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk pula mendorong masyarakat untuk berperan aktif”.

Dalam Konvensi Hak- hak anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989, telah dituliskan beberapa hal tentang hak- hak anak yang harus diwujudkan. Salah satunya yaitu pada pasal 24 ayat 1 “Negara- Negara peserta mengakui hak anak untuk menikmati status kesehatan tertinggi yang dapat dicapai dan untuk memperoleh sarana- sarana perawatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Negara- negara peserta akan berusaha untuk menjamin bahwa tak seorang anak pun yang dirampas haknya untuk memperoleh pelayanan perawatan kesehatan seperti itu.

Kemudian dalam pasal 27 ayat 1“Negara- negara peserta mengakui hak setiap anak atas taraf hidup yang layak bagi pengembangan fisik,


(37)

Negara- negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan untuk mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama mereka akan khususnya:

(a) Membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan tersedia secara cuma-cuma untuk semua;

(b) Mendorong pengembangan bentuk- bentuk yang berbeda dari pendidikan menengah, termasuk pendidikan umum dan kejuruan, menyediakannya untuk setiap anak dan mengambil langkah- langkah yang tepat seperti memperkenalkan pendidikan cuma- cuma dan menawarkan bantuan keuangan bila diperlukan;

(c) Membuat pendidikan yang lebih tinggi tersedia bagi semua berdasarkan kemampuan dengan semua cara yang layak;

(d) Membuat informasi dan bimbingan pendidikan dan kejuruan tersedia untuk semua anak dan bisa diperoleh oleh semua anak;

(e) Mengambil langkah- langkah untuk mendorong kehadiran teratur di sekolah dan pengurangan angka putus sekolah23.

Melihat beberapa pasal diatas peneliti menyimpulkan bahwa anak Indonesia berhak mendapat pelayanan perawatan kesehatan yang baik. Kemudian anak juga berhak atas penghidupan yang layak demi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. Serta berhak untuk mendapat pendidikan yang layak.

23

Republik Indonesia, Konvensi Hak- hak Anakyang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989, Pasal 24 ayat 1, Pasal 27 ayat 1, Pasal 28 ayat 1.


(38)

B. Pelayanan Sosial

1. Definisi dan Makna Kesejahteraan sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang memiliki ciri aman, sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Dengan demikian, kesejahteraan sosial, merupakan keadaan masyarakat yang sejahtera.

Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB), misalnya telah lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat Internasional. PBB memberikan batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga- lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.

Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini


(39)

menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir dari suatu kegiatan pembangunan.

Pengertian kesejahteraan sosial juga merujuk pada segenap aktivitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung baik yang bersifat formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial.

Kesejahteraan merupakan cita- cita sosial yang tidak hanya diangankan untuk dimiliki, tetapi juga harus diusahakan. Tanpa usaha dan kerjasama di antara berbagai macam pihak, kesejahteraan sosial hanyalah fatamorgana.

Sebagian pakar menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang digambarkan dalam al- Qur’an tercermin dari surga yang dihuni oleh Adam dan istrinya, sesaat sebelum turunnya mereka menjalankan tugas kekhalifahan mereka di muka bumi. Keadaan Adam dan istrinya di surga merupakan bayang- bayang impian manusia akan kehidupan yang nyaman, tercukupinya pangan, sandang, dan papan, dalam artian tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan. Tercukupinya kebutuhan Adam selama di surga merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.24

Berikut disampaikan kutipan mengenai definisi kesejahteraan:

i. The University of Virginia Library’s Electronic Tex Centre 2003 explains that the usual formalism of social welfare derived from economic theory, viz. The preferences or tastes or value’s which may be expressed by the government to meet the basic needs of the people. The theory of social welfare is the interaction of the preferences of desires of the decision-maker in the elite group with the range of the alternative decisions actually available as opportunity set. The latter may vary from time to time because of changes in the wealth of the community.

24

Misbahul Ulum, dkk.,Model- model Kesejahteraan Sosial Islam; Perspektif Normatif Filosofis dan Praktis, (Yogyakarta: Pt. LKiS Pelangi Aksara, 2007), h. 33-35


(40)

ii. UU No 11/2009 tentang kesejahteraan sosial mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Adapun pemahaman kesejahteraan sosial secara operasional adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial dan perlindungan sosial.

Pengertian kesejahteraan sosial tersebut baik menurut The University of Virginia maupun menurut UU N0 11/2009 pada dasarnya memiliki kesamaan konsep dalam menekankan pentingnya ekonomi. Implementasi kesejahteraan sosial mengacu pada konsep ekonomi, yaitu teori preferensi dan selera untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Karena itu teori kesejahteraan adalah interaksi dan preferensi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyrakat. Secara esensi, program kesejahteraan sosial diajukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam tiga dimensi yaitu material, spiritual dan sosial. Teori kesejahteraan adalah konsep kebutuhan dasar bagi masyarakat yang membutuhkannya agar dapat melaksanakan kembali fungsi-fungsi sosialnya.25

Dengan demikian kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup dalam beberapa

25

Bambang Purwoko,Sistem Proteksi Sosial dalam Dimensi Ekonomi, (Jakarta: Oxford Graventa Indonesia, 2011), h. 5-7.


(41)

aspek yaitu material, spiritual dan sosial agar dapat hidup layak dan memungkinkan untuk berfungsi secara sosial.

2. Masalah Kesejahteraan Sosial

Terkait dengan konsep kesejahteraan sosial, belum tentu apa yang warga masyarakat lakukan untuk mewujudkan kondisi sejahtera itu bisa terwujud dengan sempurna. Tidak terwujudnya kondisi sejahtera akan menimbulkan masalah- masalah sosial di masyarakat.

Menurut Earl Rubington dan Martin S. Weinberg (1989) masalah sosial adalah suatu kondisi yang dinyatakan tidak sesuai dengan nilai- nilai yang dianut oleh sebagian warga, yang sepakat bahwa suatu kegiatan bersama diperlukan untuk mengubah kondisi itu.

Masalah sosial bersifat kompleks: salah satu ciri masalah sosial adalah sifatnya yang kompleks, tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Masalah sosial tidak pernah muncul melaikan dilatarbelakangi oleh penyebab yang kompleks dan rumit.

Menurut D. M. Jensen (1947) berdasar atas penyebab timbulnya masalah, masalah dapat dikelompokan dalam empat kelompok yaitu: (1) masalah sosial yang bersumber fisik (penyakit fisik dan cacat), (2) masalah sosial bersumber mental (gangguan jiwa dan keterbatasan mental), (3) masalah sosial bersumber ekonomi (kemiskinan dan pengangguran), (4) masalah sosial bersumber budaya (masalah kesejahteraan anak, gelandangan, jompo, kejahatan dan kecanduan minuman keras).26

26

Universitas Terbuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Materi PokokMasalah-masalah Sosial (Suatu Pendekatan Analisis Sosiologi), (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 10-12


(42)

Terkait dengan masalah sosial, salah satu masalah sosial yang cukup kompleks yaitu masalah kesejahteraan anak, begitu banyak masalah tentang kesejahteraan anak salah satunya yaitu masalah anak terlantar.

Dalam UU RI No. 23 Tahun 2009 ayat (6) anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Berdasarkan pendekatan kebutuhan minimum baik kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial ditetapkan kriteria untuk menentukan derajat ketelantaran anak.

Ciri- ciri yang menandai seorang anak dikategorikan terlantar adalah:

a. Mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, atau anak yatim piatu.

b. Anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkan.

c. Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung diperlakukan salah.

d. Meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak ditelantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak-hak anaknya sangat terbatas.


(43)

e. Anak yang berasal dari keluarga broken home, karena korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup ditengah kondisi keluarga yang bermasalah, pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat narkotika dan sebagainya.27

Bentuk nyata dari salah satu ciri di atas adalah anak dari keluarga pemulung atau yang sering disebut Anak Pemulung. Anak pemulung termasuk kedalam ciri-ciri anak dari keluarga miskin atau keterbatasan ekonomi dimana hak anak pemulung ini tidak dapat terpenuhi yaitu hak akan pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan dan juga kesehatan.

Menurut Twikromo, yang dimaksud dengan pemulung adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan barang bekas. Terkait dengan ruang lingkup pembahasan pemulung, pada dasarnya terdapat dua kategori pemulung yaitu pemulung jalanan dan pemulung menetap. Twikromo mendefinisikan pemulung adalah pemulung yang hidup di jalanan atau dideskripsikan oleh pemerintah sebagai gelandangan atau pemulung liar. Sedangkan pemulung menetap yaitu pemulung yang menyewa sebuah rumah secara bersama-sama di suatu tempat tertentu, pemulung tinggal di rumah permanen atau semi permanen yang berlokasi di tempat pembuangan akhir atau sekitarnya atau kampung yang memiliki mata pencaharian sebagai pemulung.28

Dalam berbagai kondisi, pemulung seringkali mengalami berbagai tekanan maupun kondisi yang berat dalam berbagai situasi kota. Dalam

27

Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak(Jakarta: Kencana 2010), h. 213-214. 28

Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h. 74-75


(44)

beratnya tekanan situasi kota, pemulung berjuang untuk bertahan hidup dalam ruang terbatas yang disediakan oleh masyarakat kota. Mereka merupakan kaum marginal yang berjuang secara terus menerus tidak hanya menghadapi tekanan- tekanan ekonomi tetapi juga tekanan- tekanan sosial dan budaya. Mereka harus berjuang menahan rasa lapar, dinginnya malam, sampah yang kotor dan berbau tidak sedap, sakit tanpa pengobatan yang wajar, tidur tanpa rumah, hidup tanpa standar yang pasti, hidup tanpa lindungan hukum yang sepantasnya. Selain mereka juga berjuang melawan rasa malu, rasa takut, rasa khawatir, terhadap ancaman rasa tidak ada harapan, dan rasa kurang dihargai martabatnya karena mereka tidak menjadi bagian dari masyarakat kota atau mereka benar- benar dikucilkan dari sistem masyarakat kota.29 Hal ini terutama dialami oleh pemulung jalanan. Sedangkan untuk pemulung menetap, pada umumnya mereka memiliki kehidupan yang lebih teratur. Pada umumnya mereka merupakan orang- orang pendatang dalam rangka mencari pekerjaan dan tinggal pada suatu daerah terkonsentrasi dengan pemulung yang lain baik sewa sendiri maupun tempat yang telah disediakan oleh pemilik lapak. Walupun kehidupan mereka sudah lebih teratur, pada realitanya seringkali mereka tidak memiliki hak terhadap jaminan pelayanan, seperti jaminan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, pelayanan maupun pelayanan pendidikan. 30 Realita yang terjadi tentang tempat tinggal pemulung di TPA yaitu pemulung di TPA Bantar Gebang Bekasi, pemulung tinggal tepat di

29

Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h. 160

30

Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h. 195


(45)

bawah sumber penghidupan mereka yaitu sampah. Pemulung- pemulung ini merupakan orang- orang pendatang yang ingin mengadu nasib mencari pekerjaan, namun dengan keberadaan mereka sebagai pendatang membuat mereka termasuk kedalam golongan penduduk yang tidak resmi status kependudukannya. Sehingga mereka tidak mendapatkan hak terhadap jaminan pelayanan, seperti jaminan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, maupun pelayanan pendidikan. Tentunya keadaan inilah yang membuat kondisi anak-anak pemulung juga tidak memiliki hak akan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, dan juga pelayanan pendidikan. Sungguh sangat memprihatinkan kondisi anak- anak pemulung ini selain karena status kependudukannya yang membuat mereka tidak bisa memiliki hak atas berbagai pelayanan tetapi juga karena kondisi orang tua mereka sebagai pemulung yang tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi hak-hak anak mereka.

3. Metode Perubahan Sosial Terencana (Metode Intervensi Sosial)

Metode perubahan sosial terencana (Metode Intervensi Sosial) dalam ilmu kesejahteraan sosial pada dasarnya dapat dikelompokkan antara lain berdasarkan level intervensinya. Level intervensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:

a. Perubahan sosial terencana di level mikro (individu, keluarga, dan kelompok kecil)

Metode perubahan sosial terencana pada individu, keluarga, dan kelompok kecil dikenal juga sebagai metode intervensi sosial pada level mikro (micro intervention). Sedangkan, metode intervensi dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial sendiri, pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk


(46)

memperbaiki keberfungsian sosial (social functioning) dari kelompok sasaran perubahan, dalam hal ini individu, keluarga, dan kelompok kecil.31

Metode intervensi pada level mikro ini lebih memusatkan pada dua metode besar (1) Metode social casework yaitu metode bimbingan sosial perseorangan, (2) Metode social groupwork yaitu metode bimbingan sosial kelompok.32

b. Perubahan sosial terencana di level makro (komunitas dan organisasi).

Metode perubahan sosial terencana pada komunitas dan organisasi dikenal juga sebagai metode intervensi sosial pada level makro (macro intervention). Intervensi di tingkat makro ini merupakan bentuk intervensi dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial yang digunakan guna melakukan perubahan dan pemberdayaan pada tingkat komunitas dan organisasi.33

Praktek pada level makro itu sendiri pada dasarnya terdiri dari beberapa model intervensi antara lain yang dikemukakan oleh Glen (1993) yang mengacu pada model intervensi: community development (pengembangan masyarakat), community action (aksi komunitas), dan community service approach(pendekatan layanan masyarakat).

Sedangkan menurut Rothman (1995) model intervensi komunitas terdiri dari:locality development (pengembangan komunitas lokal), social

31

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan), (Depok: FISIP UI Press, 2005), h. 165

32

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 35

33

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 31


(47)

action (aksi sosial), dan social planning/ policy (perencanaan sosial dan kebijakan sosial).34

Model intervensi yang berkaitan dengan masalah sosial anak pemulung yaitu metode Perencanaan Sosial. Salah satu aspek dalam Perencanaan Sosial adalah mengenain Perencanaan Pelayanan Sosial. Walaupun perencanaan pelayanan sosial mungkin merupakan interpretasi perencanaan sosial yang amat terbatas, namun perencanaan pelayanan sosial sangatlah penting dan sering menyita sebagian besar pemikiran dan waktu perencanaan-perencanaan sosial.

4. Definisi Pelayanan Sosial

Dalam ilmu kesejahteraan sosial pelayanan sosial didefinisikan sebagai usaha, aktifitas, dan kegiatan. Pelayanan sosial adalah usaha pemberian bantuan atau penolongan kepada orang lain, baik materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri.35

The Social Work Dictionary (1999), menyebutkan sebagai berikut: “Pelayanan Sosial merupakan aktifitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian sosial, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat”.36

34

Isbandi Rukminto Adi, Perencanaan Parsipatoris Berbasis Aset Komunitas (Dari Pemikiran Menuju Penerapan), (Depok: FISIP UI Press, 2007), h. 6-7

35

Departemen Sosial R.I. Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:1997), h. 179.

36

Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dan Pelayanan Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial, (Jakarta: 1997), h. 119.


(48)

Brenda Dubois dan Karl Korgsurd Miley menyebut pelayanan sosial sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian sosial atau untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga.37

Sedangkan menurut Alfed J. Khan menyebutkan pelayanan sosial sebagai pelayanan oleh lembaga kesejahteraan sosial dan terbagi dalam dua golongan yaitu pekerjaan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit ditentukan identitasnya dan pelayanan sosial yang jelas ruang lingkup dan batas-batas kewenangannya walaupun selalu mengalami perubahan.38

Istilah pelayanan sosial mempunyai dua macam kompenen yaitu sosial dan ekonomi. Istilah tersebut pada umumnya digunakan untuk menyatakan adanya beraneka ragam pelayanan yang disediakan oleh pemerintah seluruhnya atau sebagian dengan tujuan pokok meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tujuan pokok ini lebih ditekankan pada tujuan yang secara langsung berujud sumbangan nyata terhadap hasil produksi atau membawa secara langsung adanya keuntungan finansial.

Bentuk- bentuk pelayanan semacam itu seringkali meliputi kategori pelayanan seperti: kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan, sanitasi, dan pengadaan air bersih, serta berbagai pelayanan rekreasi. Sedang bentuk pelayanan lain seperti listrik, transportasi dan komunikasi, mempunyai implikasi sosial tetapi biasanya tidak dipandang sebagai pelayanan sosial utama.

37

Pepen Nazaruddin, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi,

Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004, h. 201. 38

Pepen Nazaruddin, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi,


(49)

5. Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus Diselenggarakan

Penelaahan mengenai metode pengadaan pelayanan sosial dengan biaya rendah akan menghadapkan kita pada pertanyaan yang lebih luas mengenai bentuk-bentuk pelayanan sosial macam apa yang cocok bagi negara-negara Dunia Ketiga. Pernah diasumsikan bahwa standar dan metode yang dipakai di negara maju seharusnya ditiru dan dilaksanakan di negara berkembang. Sebagai akibatnya, banyak negara Dunia Ketiga yang memilih sistem pendidikan, standar kesehatan, corak rumah serta pendekatan terhadap sarana pelayanan kesejahteraan sosial yang meniri model yang diterapkan di Eropadan Amerika Utara.

Namun dewasa ini sudah banyak pemerintah berkembang yang menyadari perlunya diadakan penyesuaian dalam penerapan pelayanan sosial, dengan titik berat pada keadaan dan situasi setempat. Dalam hal ini pemerintah tidak saja mencari cara yang lebih murah, tetapi yang lebih utama yaitu menerapkan bentuk suatu pelayanan yang lebih cocok ditijau dari segi fisik, sosial, serta ekonomi.39

6. Pelayanan Sosial Luar Panti

a. Definisi Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti

Pelayanan sosial anak terlantar luar panti yaitu sistem pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar berbasis masyarakat yang memberikan perlindungan, bimbingan, dan pembinaan baik fisik, mental, dan sosial, serta keterampilan kepada anak agar dapat hidup, tumbuh kembang, dan berprestasi secara wajar.

39

Diana Conyers, Perencanaan Sosial di Dunia ketiga, suatu pengantar,(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal. 70


(50)

b. Tujuan Pelayanan Sosial Luar Panti 1) Tujuan Umum

Terpenuhinya hak dan kebutuhan anak terlantar meliputi; kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi. 2) Tujuan Khusus

a) Terpenuhinya kebutuhan dasar anak terlantar mencakup pangan, sandang, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keterampilan, perlindungan, persamaan perlakuan, dan mental spiritual.

b) Terciptanya rasa aman dan peluang berpartisipasi dalam proses pelayanan sosial dan kehidupan masyarakat

c. Sistem Pelayanan Sosial 1) Sistem Dasar Pelayanan

Sistem pelayanan sosial anak terlantar luar panti mendasarkan pada praktik pekerjaan sosial. Oleh karena itu intervensi pekerjaan sosial tidak hanya ditujukan kepada klien (anak terlantar) tetapi juga lingkungan keluarga,kelompok, dan masyarakat.

Ada empat sistem dasar pemecahan masalah dalam pekerjaan sosial yakni:

a) Sistem Klien, terdiri dari anak terlantar dan keluarganya sebagai kelompok yang memanfaatkan pelayanan sosial anak terlantar luar panti.


(51)

b) Sistem sasaran, terdiri dari keluarga, kelompok dan masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk membantu penanganan anak terlantar.

c) Sistem pelaksana perubahan, terdiri dari berbagai unsur yang terlibat dalam upaya pelayanan sosial anak terlantar luar panti. d) Sistem kegiatan, terdiri dari berbagai pihak terkait yang dapat

dimanfaatkan dalam proses pelayanan, seperti instansi terkait, dunia usaha, dan suber- sumber lainnya sebagai mitra dalam pelaksanaan pelayanan.

2) Metode Pelayanan

Pelayanan sosial anak terlantar luar panti menggunakan metode pekerjaan sosial. Metode yang sesuai dengan kondisi masalah anak terlantar adalah metode bimbingan sosial perorangan (social case work), metode bimbingan sosial kelompok (social group work)dan metode bimbingan pengembangan masyarakat (community development).

a) Bimbingan sosial perorangan (social case work), yaitu metode pekerjaan sosial yang merupakan proses bimbingan dan pelayanan yang bersifat individual. Tujuannya adalah memberdayakan kemampuan anak sehingga mampu memecahkan permasalahannya.

b) Bimbingan sosial kelompok (social group work), proses bimbingan dan pelayanan sosial yang menggunakan kelompok (kelompok sepermainan/ peer group, kelompok sekolah dan


(52)

sebagainya) sebagai media untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi anak.

c) Bimbingan pengembangan masyarakat (community development) proses bimbingan dan pelayanan sosial yang menekankan pentingnya keterlibatan semua potensi dan sumber yang terdapat di lingkungan masyarakat. Upaya pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat setempat merupakan sasaran dan tujuan utama.

Metode ini diharapkan dapat menciptakan jaringan yang harmonis dan berkelanjutan antara masyarakat lokal dengan berbagai sumber yang ada (instansi terkait, dunia usaha, Orsos/LSM/ Yayasan dan sebagainya) dalam upaya memberikan pelayanan sosial kepada anak- anak terlantar di lingkungannya.

3) Bentuk Pelayanan

Berdasarkan kategori anak terlantar sebagaimana disebutkan pada kriteria sasaran, ada dua bentuk dalam pelayanan sosial anak terlantar luar panti, yakni:

a) Pelayanan kelembagaan:

(1) Pelayanan ini dilakukan oleh berbagai kelembagaan yang dimaksud adalah Organisasi Sosial/LSM/Yayasan, perusahaan-perusahaan, dan organisasi- organisasi atau lembaga- lembaga baik yang bersifat keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan, dan sebagainya.


(53)

(2) Jenis pelayanan yang berbasis kelembagaan ini dapat berupa sumber pendanaan bagi anak- anak terlantar, atau pelaksana pelayanan itu sendiri.

(3) Berbagai pihak yang berkepentingan dalam pelayanan untuk anak- anak terlantar dapat mengembangkan jaringan kemitraan dengan lembaga- lembaga untuk memperluas jangkauan pelayanan.

b) Pelayanan masyarakat

Pelayanan sosial anak terlantar ini dilakukan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM), yang telah tumbuh di masyarakat. Pelayanan sosial ini juga dilakukan oleh berbagai lembaga di luar masyarakat sebagai pendukung dari pelayanan sosial yang dilakukan oleh masyarakat.

Di lingkungan masyarakat terdapat berbagai kelompok swadaya masyarakat, kelompok kekerabatan, kelompok keagamaan, arisan, PKK, persatuan warga kompleks perumahan, dan sebagainya.

Kelompok- kelompok ini potensial untuk menolong anak terlantar di lingkungannya. Biasanya mereka mempunyai aktifitas sosial, misalnya bantuan beasiswa, makanan, pakaian, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya40

40

Departemen Sosial RI, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di Luar Panti, h. 10-14


(54)

7. Program Pelayanan Pendidikan a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan perangkat penting dalam meningkatkan kesejahteraan warga melalui penguasaan pengetahuan, informasi, dan teknologi sebagai prasyarat masyarakat modern. Pelayanan pendidikan bukan saja ditujukan untuk menyiapkan dan menyediakan angkatan kerja yang sangat diperlukan oleh dunia kerja, melainkan pula untuk mencapai tujuan-tujuan sosial dalam arti luas, yakni membebaskan masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan.41 Selain itu juga, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.42

b. Satuan Pendidikan

Terkait dengan pembahasan pendidikan diatas. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non-formal.43 Sejalan dengan Peraturan Pemerintah yang terdapat dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu; satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang

41

Edi Suharto, Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam mewujudkan negara kesejahteraan (welfare state) di Indonesia, (Jakarta: Alfabeta), h. 18-19.

42

Republik Indonesia, UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1)

43

Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 11.


(55)

dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.44

c. Bentuk Pendidikan Nonformal

Pendidikan non-formal bisa berupa pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan juga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Program PAUD dalam UU Sisdiknas No 20 dijelaskan sebagai berikut;

1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.

3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.

44

Republik Indonesia,Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(56)

5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.45

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat. PKBM adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community Based Institution). Terminologi PKBM dari masyarakat,berarti bahwa pendirian PKBM merupakan inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Keinginan itu datang dari suatu kesadaran akan pentingnya peningkatan mutu kehidupan melalui suatu proses transformasional dan pembelajaran. Inisiatif ini dapat dihasilkan oleh suatu proses sosialisasi akan pentingnya PKBM sebagai wadah pemberdayaan masyarakat kepada beberapa anggota atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak lain di luar komunitas tersebut. Oleh masyarakat,berarti bahwa penyelenggaraan, pengembangan, dan keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tanggung jawab masyarakat itu sendiri. Ini juga bermakna adanya semangat kebersamaan, kemandirian, dan kegotongroyongan dalam pengelolaan PKBM serta penyelenggaraan berbagai program pendidikan masyarakat pada lembaga tersebut. Untuk masyarakat,berarti bahwa keberadaan PKBM sepenuhnya untuk kemajuan dan keberdayaan kehidupan masyarakat tempat lembaga tersebut berada. Eksistensi lembaga didasarkan pada pemilihan program-program yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau pemberdayaan masyarakat. Hal ini tidak

45


(57)

menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar komunitas tersebut ikut serta dalam berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai subjek dan objek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM.46

8. Program Pelayanan Kesehatan

Selain program pendidikan, pelayanan kesehatan dapat dipandang sebagai aspek penting. Kesehatan merupakan faktor penentu bagi kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki pendapatan atau rumah memadai. Melainkan pula orang yang sehat, baik jasmani maupun rohani.47

Sistem Kesehatan Nasional menjabarkan pelayanan kesehatan yang akan dikembangkan untuk masa mendatang. Sistem kesehatan dibagi dalam dua sub-sistem utama, yaitu sub-sistem yang menitikberatkan pelayanan kuratif di mana sub-sistem ini berfokus pada penyembuhan penyakit pasien. Fungsi-fungsi ini dapat dilakukan oleh warga masyarakat sebagai individu ataupun kelompok. Kemudian Sub-sistem yang menitikberatkan pelayanan preventif dan promotif yaitu sub-sistem ini berusaha mempertahankan kesehatan warga yaitu melindungi kesehatan warga masyarakat, melakukan dan mengelola usaha-usaha bantuan kesehatan, mempromosi hidup yang menunjang kesejahteraan masyarakat secara fisik dan sosial, bukan melakukan praktik-praktik kedokteran.48

46

Standar dan Prosedur Penyelenggaraann Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) 47

Mary Johnston, Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial denganKlien dalam Setting Rumah Sakit, (Surakarta: Departemen Sosial RI, 1988) h. 7-9.

48


(58)

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang

Bantar Gebang setiap kali mendengar nama ini, yang terbesit dalam pikiran adalah sebuah tempat pembuangan akhir atau tempat pembuangan sampah yang berada di bekasi, ribuan ton sampah perharinya dibuang ke tempat ini. Sampah- sampah tersebut berasal dari Daerah Ibu Kota Jakarta dan juga Kota Bekasi.

Gunung sampah adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan TPA Bantar Gebang. Sejauh mata memandang akan terlihat tumpukan sampah warna-warni dari plastik dan kaleng yang menjadi incaran para pemulung. Tepat di atas gunung sampah terlihat beko yang sedang mengeruk sampah untuk diatur penumpukannya. Gunung sampah ini ada yang masih basah dan juga ada yang sudah kering, sampah-sampah yang masih basah akan menjadi incaran para pemulung, sedangkan sampah yang sudah kering tidak di incar para pemulung karena sampahnya sudah tidak bisa di kumpulkan atau di jual kembali, tumpukan sampah yang sudah kering diberi pipa-pipa untuk penyaluran gas dari sampah tersebut. Gunung sampah yang sudah kering ini terlihat ditumbuhi rerumputan sehingga menyerupai pegunungan asli.49

Keberadaan TPA Bantar Gebang tentunya mendatangkan permasalahan pada pemukiman warga sekitar lingkungan TPA Bantar Gebang. Seperti

49

Observasi di TPA Bantar Gebang Kelurahan Sumur Batu, pada tanggal 3 Februari 2014.


(59)

permasalahan adanya udara yang tidak bersahabat akibat bau yang tidak sedap apabila tersengat hidung, terjadinya rembesan terhadap mata air di dalam tanah yang mencemari sumur- sumur penduduk disekitarnya sehingga air tidak layak dikonsumsi karena bau dan kotor, serta pencemaran terhadap tanaman padi penduduk apabila air yang kotor dan bau masuk ke areal pesawahan akibat gagal panen/ puso.50

Namun keadaan yang lebih memilukan selain beberapa permasalahan yang terjadi akibat sampah- sampah di TPA Bantar Gebang yaitu masalah anak- anak dari keluarga pemulung, banyak anak usia belajar yaitu SD, SMP, dan SMA terlihat bergulat dengan gunungan sampah –mengumpulkan sampah- sampah juga.

Pertanyaan dari dasar hati menguak ke permukaan, tidakkah anak-anak itu seharusnya sekolah? Betapapun alasan anak-anak tersebut melakukan pekerjaan tersebut adalah untuk membantu keuangan keluarganya. Tetapi mereka harus tetap bersekolah, bagaimanpun caranya.

Pada Oktober 2006, Nadam Dwi Subekti seorang tokoh masyarakat di daerah Bantar Gebang membaca fenomena sosial diatas. Kemudian ia mengajukan sebuah konsep sekolah untuk anak-anak bantar gebang yang kesehariannya mencari sampah tetapi tidak bersekolah. Kemudian sebuah Lembaga Amil Zakat (LAZ) PortalInfaq menangkap peluang yang dapat dijadikan ladang kebaikan tersebut setelah Pak Nadam mengajukan konsepnya. Dalam hal

50


(60)

ini Yayasan PortalInfaq hanyalah sebagai penghubung antara muzakki dan mustahiq.

Tepat pada tanggal 13 Oktober 2006 sebuah sekolah berkonsep alam di buka dengan nama Sekolah Alam Tunas Mulia, karena sebelumnya telah didirikan TPA yang bernama TPA Tunas Mulia selain itu diharapkan anak- anak pemulung tersebut bisa menjadi anak- anak yang mulia. Respon positif dari masyarakat bantar gebang membuat sekolah alam ini mendapatkan murid yang cukup banyak dari kalangan anak-anak pencari sampah atau anak-anak pemulung.51

B. Visi dan Misi Yayasan Tunas Mulia 1. Visi Yayasan Tunas Mulia

Mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan pemulung dan dhuafa.

2. Misi Yayasan Tunas Mulia

a. Melaksanakan program pendidikan umtuk anak pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang

b. Melakukan kegiatan pembinaan sosial dan kerohanian masyarakat pemulung dan sekitarnya

c. Memberikan dana beasiswa kepada anak- anak pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang

d. Memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang

51

Yayasan Tunas Mulia, Sekolah Anak Pemulung, di akses dari http://yayasantunasmulia.blogspot.com pada tanggal tanggal 27 Maret 2014.


(61)

e. Memberdayakan ekonomi masyarakat pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang

f. Memberikan dana santunan untuk yatim piatu, dhuafa, dan orang tua jompo di TPA Bantar Gebang

g. Meningkatkan kreatifitas masyarakat pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang

h. Meningkatkan program pemberdayaan perempuan pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang

i. Meningkatkan minat membaca masyarakat di TPA Bantar Gebang52 C. Tujuan Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang

1. Tujuan Umum

Tujuan pelayanan yang diberikan oleh yayasan kepada anak-anak pemulung yaitu untuk mensejahterakan anak- anak pemulung dari kondisi tidak baik menjadi lebih baik serta melayani kebutuhan anak-anak pemulung baik dalam hal pendidikan, kesehatan, maupun keterampilan. 2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan dalam bidang ilmu pengetahuan umum dan agama islam

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keahlian khusus

c. Meningkatkan pengalaman agama islam di lingkungan sekolah maupun rumah

52


(62)

d. Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang layak bagi anak-anak pemulung di komplek TPA Bantar Gebang

e. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif bagi peserta didik dan guru.

f. Menciptakan lingkungan yang baik bagi anak didik, khususnya yang tinggal di lingkungan sekolah

g. Menciptakan budaya sehat baik kebersihan dari segi lingkungan maupun kebersihan diri sendiri

h. Mencarikan dukungan dana bagi siswa yang berprestasi yang dikirim untuk belajar di pendidikan formal

D. Sasaran Penerima Layanan

Sasaran pelayanan ditujukan kepada anak- anak pemulung, anak yatim, piatu, yatim piatu dan dhuafa mulai dari usia 4 tahun sampai dengan 17 tahun atau usia setara dengan usia anak pada jenjang pendidikan SMP/SMK dan tinggal di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang.53 E. Fasilitas Sarana Prasarana dan Sumber Dana Manusia yang dimiliki

Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang

Agar semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang, yaitu sebagai berikut:

1. Sarana dan Prasarana

a. Fasilitas bangunan yang dimiliki:

53


(63)

1) Tanah wakaf seluas 5336 m2, tanah ini di beli melalui dana zakat, infaq, sadaqah yang telah di kelola oleh Yayasan PortalInfaq dan kemudian di waqafkan.

2) Ruang belajar berupa Saung terbuat dari kayu sebanyak empat buah, berukuran masing- masing 4 x 8 m2, 4x4 m2, 4x8 m2dan 6 x 12 m2. Dua saung yang berukuran 4x4 m2dan 6 x 12 m2 berasal dari gabungan donatur tidak tetap yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia, PT. Arlajasa, PT. Indosat M2, PT. Telkomsel, PT. NEC Indonesia, Alumni Lab School’ 85, Yayasan Kesetiakawanan dan kepedulian, Pengajian Orbit, Bank Permata Tbk, H. Usmani Usman dan H. Renaldi Zein. Kemudia satu saung yang berukuran 4 x 8 m2berasal dari donatur pengajian orbit yaitu pengajian yang beranggotakan artis-artis Indonesia, dan saung 4 x 8 m2 yang terahir berasal dari sumbangan Persatuan Wanita Parta (PWP). Di saung- saung ini masing masing hanya tersedia papan tulis saja, tidak ada meja atau kursi belajar, karena anak- anak belajar dengan cara duduk secara lesehan.54

3) Perpustakaan, berukuran 5 x 10 m2. Perpustakaan ini hasil dari sumbangan Perusahaan Indonesia Power. Di dalam perpustakaan terdapat lima rak buku, dua rak buku diantaranya terbuat dari kayu, sedangkan tiga rak buku lain terbuat dari besi. Kemudian ada satu lemari kaca yang berisikan buku-buku namun di letakan tidak berdekatan dengan rak buku lainnya, kemudian ada dua buah meja

54


(64)

yang digunakan berlainan fungsi, satu meja di gunakan untuk menaruh lemari loker kecil dan rabana, sedangkan meja yang satu digunakan untuk menaruh komputer dan patung organ tubuh manusia. Kemudian terdapat patung tengkorak yang berdiri di dekat meja komputer.

4) Kantor Guru dan Pengurus yayasan berukuran 5x7 m2. Di dalam ruangan kantor ini terdapat dua buah lemari kaca yang berisikan buku- buku untuk mengajar serta dokumen- dokumen yayasan di atas lemari ini terdapat tiga piala yang di pajang untuk menghiasi ruangan. Kemudian terdapat empat buah lemari kecil yang berisikan buku- buku, hasil karya kerajinan tangan anak- anak dan alat shalat. Di ruangan ini terdapat meja dan kursi guru sebanyak dua belas buah, satu meja komputer dan printer, alat pengerassuara, alat musik marawis, dua buah mesin jahit, satu buah kipas angin, satu buah dispenser, dua buah karpet, dan dua buah tirai.55

5) Gedung Kopersi berukuran 6x10 m2. Gedung koperasi ini hasil sumbangan dari Bank BNI Syariah, fungsi koperasi yaitu untuk memberikan pinjaman kepada keluarga pemulung. Di ruangan koperasi ini terdapat dua buah meja etalase yang berisi barang dagangan koperasi seperti obat-obatan, sabun, sampo, gula, kopi, teh, kecap dan lain sebagainya. Kemudian ada sepuluh rak besi untuk menaruh barang- barang dagangan koperasi juga namun rak-rak ini sudah terlihat kosong karena banyak barang dagangan yang

55


(65)

sudah kadaluarsa. Kemudian ada lemari pendingin untuk berjualan minuman dingin, dispenser dan galon, dan juga satu set meja dan kursi. Kemudian di dalam ruang koperasi ini terdapat ruangan kecil yang berisi tiga set meja dan kursi, satu buah lemari berangkas, dan tiga buah kursi tamu.

6) Mushola Hasanah berukuran 6x6 m2. Musholla ini hasil dari sumbangan Bank BNI. Di musholla terdapat karpet sajadah dan perlatan shalat.

7) Kamar mandi dan WC 2 buah berukuran 2x2 m2. Kamar mandi ini hasil sumbangan dari gabungan donatur. Tepat di depan pintu kamar mandi terdapat empat buah keran air untuk tempat berwudhu.

8) Kolam Ikan Lele berukuran 5x7 m2 sebanyak 7 buah. Kolam ikan lele ini dibuat untuk membantu keungan yayasan, agar yayasan bisa lebih mandiri dalam mengumpulkan dana.

b. Sejumlah peralatan seperti peralatan belajar, peralatan kantor, peralatan pelatihan keterampilan, peralatan kesenian, olah raga, ibadah, dan lain-lain.56

2. Sumber Pendanaan Yayasan Tunas Mulia

Sumber pendanaan Yayasan Tunas Mulia diperoleh dari:

a. Dana Zakat Infak dan Shadaqah yang di kelola oleh Lembaga Amil Zakat Portalinfaq

56

Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014


(66)

b. Kerjasama dengan pihak donatur baik dari segi perseorangan atau pribadi maupun perusahaan

c. Dana dari hasil kemandirian yayasan yaitu berupa usaha koperasi syariah pemulung, budi daya ikan lele, ternak kambing, ternak sapi dan produksi pupuk kompos57

57


(67)

F. Susunan Pengurus Yayasan Tunas Mulia PENDIRI 1. Wahyu Prihantono 2. Renaldi Zein

3. Widita Prasetyawadi S 4. Nur Rochim Achmad Anwari 5. Hadis Noveri

6. Damir Hasan 7. Agus Suprihatin

Pengawas

1. Yusuf Suprapto (Ketua)

2. Faizaluddin (Anggota)

Pengurus 1. Juwarto (Ketua)

2. Nadam Dwi Subekti (Sekertaris)

3. Widyawan Hendrayana (Bendahara)

4. Ely Indah Yani (Administrasi)

Program Pendidikan 1. Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD)

2. PKBM Paket A (Setara SD) 3. PKBM Paket B (Setara SMP)

Program Kesehatan 1. Pengobatan Gratis 2. Pendampingan Pasien

Penerima Manfaat


(1)

11

■ Pos kamling : 34 Pos

■ Jadwal Pos kamling : ada

■ Kegiatan piket malam kelurahan : ada

■ Jumlah anggota Linmas : 14 Orang

III. Ekonomi Kelurahan

1. Koperasi Tingkat Kelurahan Sumurbatu

■ Pengurus sudah terbentuk tetapi belum berjalan dikarenakan belum ada bantuan modal.

2. Pelaksanaan K- 3

■ Dilaksanakan rutin setiap hari Sabtu

■ Meliputi unsur RT, RW, Kelurahan, Pospol, Babinsa TNI AD, LPM, Karang Taruna dan masyarakat sekitar


(2)

Foto Hasil Keterampilan Anak-anak di Yayasan Tunas Mulia

Topi dan tas hasil keterampilan anak-anak yang terbuat dari limbah sampah


(3)

Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia

Ruang Guru di Yayasan Tunas Mulia (tampak depan dan bagian dalam)

Ruang Koperasi di Yayasan Tunas Mulia (tampak depan dan bagian dalam)


(4)

Tempat cuci tangan dan Lapangan di Yayasan Tunas Mulia.

Saung tempat belajar dan ruang belajar PAUD


(5)

Kegiatan santunan dari SD Rabbani


(6)

Foto Papan Jumlah siswa Yayasan Tunas Mulia


Dokumen yang terkait

Studi Tentang Kepedulian Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi

8 61 115

Pendayagunaan zakat lembaga amil zakat (LAZ) portalinfaq untuk pendidikan anak pendidikan Anak pemulung di Bantar Gebang Bekasi

0 6 48

Upaya sekolah alam Tunas mulia Yayasan Portalinfaq dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Wilayah Bantar Gebang Bekasi

0 3 93

Hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

4 24 137

Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi 2013

2 18 91

Pola asuh makan, Perkembangan Bahasa dan Kognitif pada Anak Balita Stunted dan Normal di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

1 8 150

Kebiasaan Makan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Status Anemia pada Remaja Putri Keluarga Pemulung di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi

0 2 87

Pengembangan Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Kasus Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi)

0 4 125

POLA ASUH MAKAN, PERKEMBANGAN BAHASA, DAN KOGNITIF ANAK BALITA STUNTED DAN NORMAL DI KELURAHAN SUMUR BATU, BANTAR GEBANG BEKASI

0 0 8

REHABILITASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL DI TPA SUMUR BATU, KELURAHAN SUMUR BATU, KECAMATAN BANTAR GEBANG, KOTA BEKASI, JAWA BARAT - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

1 1 8