Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Umur Penyapihan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Balita di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi
ABSTRACT
NOVITA PUJI HANDAYANI. The Association between Family Characteristics
with Weaning Practices, Infant Feeding Practices and Nutritional Status of
Children in Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Supervised by ALI KHOMSAN.
The purpose of this study was to identify the characteristic of family and the
association between mother and family characteristics, with weaning practices,
infant feeding practices and nutritional status of children. The study design was a
cross sectional study. Total sampel of the study were 58 children. Almost all
children were born with enough birthweight and they had been given a feeding
food when the age of them less than 6 month. The reason of their mothers giave
them feeding food in ealier age are to make their babies calm. Almost all mother
started to wean their children when their children become in 24 months. They did
that because they think their children was already became a kid. The analysis by
Spearman association between mother and family characteristic with weaning
practices showed no significant association (p>0.05). The analysis between
mother and family characteristic with nutritional status (W/A) showed significant
association (p0.05) between
mother and family characteristic with nutritional status (H/A) and (W/A). The
analysis between weaning practices and nutritional status showed no significant
association (p>0.05).
Keywords : weaning, infant feeding practices ,nutritional status, children
RINGKASAN
NOVITA PUJI HANDAYANI. Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan
Umur Penyapihan, Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status
Gizi Balita di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Dibimbing oleh Ali
Khomsan.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik keluarga dengan umur penyapihan, praktek pemberian makanan
tambahan dan status gizi balita. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Mengetahui karakteristik keluarga(pendidikan dan pekerjaan, pendapatan dan
jumlah anggota keluarga); (2) Mengetahui umur penyapihan dan praktek
pemberian makanan tambahan pada balita ; (3) Mengetahui status gizi balita
berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB ; (4) Mengetahui kejadian infeksi
internal serta kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal balita ; (5)
Mengetahui hubungan antara kejadian infeksi dengan status gizi balita ; (6)
Mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga dengan umur penyapihan
balita ; (7) Mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga (pendidikan dan
pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga),dengan status gizi balita.
Penelitian ini didesain dengan metode cross-sectional study. Penelitian ini
dilakukan di RW 03 Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi
Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Agustus 2012. Contoh
dalam penelitian ini adalah 58 anak balita berusia 24-60 bulan. Contoh
merupakan populasi dari seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu
Anggrek, yang kemudian disaring kembali menggunakan kriteria eksklusi. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu – ibu yang tidak bersedia dalam
mengikuti penelitian atau menarik diri dari penelitian.
Persentase tertinggi tingkat pendidikan ibu hanyalah tamat SD/sederajat
(48.3%). Sebagian besar ibu balita tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga
(70.7%). Berdasarkan garis kemiskinan Propinsi Jawa Barat tahun 2012 maka
pada keluarga balita diperoleh persentase keluarga miskin sebanyak 39.7% dan
sebagian besar lainnya tergolong dalam keluarga tidak miskin (60.3%). Sebagian
besar (79.3%) keluarga balita merupakan keluarga kecil dengan jumlah anggota
keluarga ≤ 4 orang.
Usia anak balita diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu 24-36 bulan,
37-48 bulan, dan 49-60 bulan. Sebagian besar anak balita berada pada rentang
usia 25-36 bulan dan 37-48 bulan dengan persentase masing-masing sebesar
53.4% dan 20.7% serta sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan
persentase 67.2%. Sebelum bayi berusia 4 bulan dan 6 bulan anak diberikan ASI
saja dengan persentase ,masing-masing sebesar 53.4% dan 51.7%. Pada saat
dilakukan penelitian sebagian besar anak sudah tidak diberikan ASI lagi (67.2%).
Penyapihan pada balita rata-rata dilakukan saat anak berada pada rentang usia
13-24 tahun dengan persentase sebesar 65.8%. Alasan ibu melakukan
penyapihan kepada anaknya adalah karena anak sudah besar (55%). Usia
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai diberikan ibu saat anak
masih berusia 2 bulan (34.5%) dan yang diberikan pertama kali sebagian besar
adalah bubur susu (60.3%). Saat ini anak diberikan makanan utama sebanyak 3
kali dalam sehari (55.2%) dan sudah mengkonsumsi makanan keluarga (94.8%).
Pemberian makanan selingan sebanyak 60.3% ibu memberikan selingan kepada
anaknya sebanyak 2 kali. Jenis jajanan yang paling banyak dikonsumsi oleh
anak dalam seharinya adalah chiki dengan frekuensi sebanyak 4.5 kali
perharinya. Frekuensi pangan sumber protein yang paling banyak dikonsumsi
setiap harinya adalah tempe dengan frekuensi sebanyak 1.64 kali perharinya.
Pola pemberian MP-ASI balita pada penelitian ini sebagian besar tergolong tidak
baik dengan persentase sebanyak 53.4%.Status gizi balita berdasarkan indeks
BB/U sebagian besar anak tergolong kategori gizi baik dengan persentase
sebesar 89.7%. Berdasarkan indeks TB/U sebanyak 55.2% anak balita tergolong
dalam kategori normal. Indeks BB/TB sebanyak 77.6% anak balita tergolong
dalam kategori normal.
Berdasarkan praktek higiene dan kebersihan diri, sebanyak 77.6% balita
memotong kukunya 1 kali dalam seminggu, mandi 2 kali dalam sehari (91.4%)
dan hampir seluruh balita mandi menggunakan sabun mandi (98.3%). Frekuensi
menyikat gigi balita sebagian besar balita menyikat gigi 1 kali dalam sehari
(53.4%). Tempat buang besar balita sebagian besar di WC dengan persentase
sebessar 84.5%. Berdasarkan praktek higiene, sebagian besar ibu balita
mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membantu anak buang air
besar (98.3%), 77.6% ibu mencuci tangan sebelum makan, 56.9% mencuci
tangan sebelum menyuapi anak. Namun untuk mencuci tangan sebelum
menyiapkan makan anak hanya sebesar 32.8% ibu yang melakukannya.
Penggunaan air dalam wadah dan sabun untuk mencuci tangan dilakukan ibu
untuk mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membantu anak
buang air besar dan sebelum makan dengan persentase masing-masing sebesar
70.7% dan 46.6%. Namun untuk mencuci tangan sebelum menyuapi anak 43.1%
ibu hanya menggunakan air saja tanpa sabun. Kejadian sesak nafas pada balita
sebagian besar balita tidak mengalami sesak nafas (72.4%). Kejadian diare saat
penelitian dan dalam satu bulan terakhir sebagian besar balita juga tidak
mengalami diare dengan persentase masing-masing sebesar 91.4% dan 79.3%.
Kehadiran ibu balita diposyandu masih tergolong dalam kategori rendah (41.4%).
Kehadiran selama 6 bulan terakhir juga masih tergolong dalam kategori rendah
(58.6%). Alasan ibu balita tidak hadir adalah malas dengan persentase sebesar
36.2%.
Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga (pendidikan) dengan
umur penyapihan balita (p>0.05), sedangkan untuk karakteristik keluarga
(pekerjaan) terdapat hubungan yang signifikan dengan umur penyapihan balita
(p
NOVITA PUJI HANDAYANI. The Association between Family Characteristics
with Weaning Practices, Infant Feeding Practices and Nutritional Status of
Children in Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Supervised by ALI KHOMSAN.
The purpose of this study was to identify the characteristic of family and the
association between mother and family characteristics, with weaning practices,
infant feeding practices and nutritional status of children. The study design was a
cross sectional study. Total sampel of the study were 58 children. Almost all
children were born with enough birthweight and they had been given a feeding
food when the age of them less than 6 month. The reason of their mothers giave
them feeding food in ealier age are to make their babies calm. Almost all mother
started to wean their children when their children become in 24 months. They did
that because they think their children was already became a kid. The analysis by
Spearman association between mother and family characteristic with weaning
practices showed no significant association (p>0.05). The analysis between
mother and family characteristic with nutritional status (W/A) showed significant
association (p0.05) between
mother and family characteristic with nutritional status (H/A) and (W/A). The
analysis between weaning practices and nutritional status showed no significant
association (p>0.05).
Keywords : weaning, infant feeding practices ,nutritional status, children
RINGKASAN
NOVITA PUJI HANDAYANI. Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan
Umur Penyapihan, Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status
Gizi Balita di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Dibimbing oleh Ali
Khomsan.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik keluarga dengan umur penyapihan, praktek pemberian makanan
tambahan dan status gizi balita. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Mengetahui karakteristik keluarga(pendidikan dan pekerjaan, pendapatan dan
jumlah anggota keluarga); (2) Mengetahui umur penyapihan dan praktek
pemberian makanan tambahan pada balita ; (3) Mengetahui status gizi balita
berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB ; (4) Mengetahui kejadian infeksi
internal serta kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal balita ; (5)
Mengetahui hubungan antara kejadian infeksi dengan status gizi balita ; (6)
Mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga dengan umur penyapihan
balita ; (7) Mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga (pendidikan dan
pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga),dengan status gizi balita.
Penelitian ini didesain dengan metode cross-sectional study. Penelitian ini
dilakukan di RW 03 Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi
Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Agustus 2012. Contoh
dalam penelitian ini adalah 58 anak balita berusia 24-60 bulan. Contoh
merupakan populasi dari seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu
Anggrek, yang kemudian disaring kembali menggunakan kriteria eksklusi. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu – ibu yang tidak bersedia dalam
mengikuti penelitian atau menarik diri dari penelitian.
Persentase tertinggi tingkat pendidikan ibu hanyalah tamat SD/sederajat
(48.3%). Sebagian besar ibu balita tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga
(70.7%). Berdasarkan garis kemiskinan Propinsi Jawa Barat tahun 2012 maka
pada keluarga balita diperoleh persentase keluarga miskin sebanyak 39.7% dan
sebagian besar lainnya tergolong dalam keluarga tidak miskin (60.3%). Sebagian
besar (79.3%) keluarga balita merupakan keluarga kecil dengan jumlah anggota
keluarga ≤ 4 orang.
Usia anak balita diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu 24-36 bulan,
37-48 bulan, dan 49-60 bulan. Sebagian besar anak balita berada pada rentang
usia 25-36 bulan dan 37-48 bulan dengan persentase masing-masing sebesar
53.4% dan 20.7% serta sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan
persentase 67.2%. Sebelum bayi berusia 4 bulan dan 6 bulan anak diberikan ASI
saja dengan persentase ,masing-masing sebesar 53.4% dan 51.7%. Pada saat
dilakukan penelitian sebagian besar anak sudah tidak diberikan ASI lagi (67.2%).
Penyapihan pada balita rata-rata dilakukan saat anak berada pada rentang usia
13-24 tahun dengan persentase sebesar 65.8%. Alasan ibu melakukan
penyapihan kepada anaknya adalah karena anak sudah besar (55%). Usia
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai diberikan ibu saat anak
masih berusia 2 bulan (34.5%) dan yang diberikan pertama kali sebagian besar
adalah bubur susu (60.3%). Saat ini anak diberikan makanan utama sebanyak 3
kali dalam sehari (55.2%) dan sudah mengkonsumsi makanan keluarga (94.8%).
Pemberian makanan selingan sebanyak 60.3% ibu memberikan selingan kepada
anaknya sebanyak 2 kali. Jenis jajanan yang paling banyak dikonsumsi oleh
anak dalam seharinya adalah chiki dengan frekuensi sebanyak 4.5 kali
perharinya. Frekuensi pangan sumber protein yang paling banyak dikonsumsi
setiap harinya adalah tempe dengan frekuensi sebanyak 1.64 kali perharinya.
Pola pemberian MP-ASI balita pada penelitian ini sebagian besar tergolong tidak
baik dengan persentase sebanyak 53.4%.Status gizi balita berdasarkan indeks
BB/U sebagian besar anak tergolong kategori gizi baik dengan persentase
sebesar 89.7%. Berdasarkan indeks TB/U sebanyak 55.2% anak balita tergolong
dalam kategori normal. Indeks BB/TB sebanyak 77.6% anak balita tergolong
dalam kategori normal.
Berdasarkan praktek higiene dan kebersihan diri, sebanyak 77.6% balita
memotong kukunya 1 kali dalam seminggu, mandi 2 kali dalam sehari (91.4%)
dan hampir seluruh balita mandi menggunakan sabun mandi (98.3%). Frekuensi
menyikat gigi balita sebagian besar balita menyikat gigi 1 kali dalam sehari
(53.4%). Tempat buang besar balita sebagian besar di WC dengan persentase
sebessar 84.5%. Berdasarkan praktek higiene, sebagian besar ibu balita
mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membantu anak buang air
besar (98.3%), 77.6% ibu mencuci tangan sebelum makan, 56.9% mencuci
tangan sebelum menyuapi anak. Namun untuk mencuci tangan sebelum
menyiapkan makan anak hanya sebesar 32.8% ibu yang melakukannya.
Penggunaan air dalam wadah dan sabun untuk mencuci tangan dilakukan ibu
untuk mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membantu anak
buang air besar dan sebelum makan dengan persentase masing-masing sebesar
70.7% dan 46.6%. Namun untuk mencuci tangan sebelum menyuapi anak 43.1%
ibu hanya menggunakan air saja tanpa sabun. Kejadian sesak nafas pada balita
sebagian besar balita tidak mengalami sesak nafas (72.4%). Kejadian diare saat
penelitian dan dalam satu bulan terakhir sebagian besar balita juga tidak
mengalami diare dengan persentase masing-masing sebesar 91.4% dan 79.3%.
Kehadiran ibu balita diposyandu masih tergolong dalam kategori rendah (41.4%).
Kehadiran selama 6 bulan terakhir juga masih tergolong dalam kategori rendah
(58.6%). Alasan ibu balita tidak hadir adalah malas dengan persentase sebesar
36.2%.
Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga (pendidikan) dengan
umur penyapihan balita (p>0.05), sedangkan untuk karakteristik keluarga
(pekerjaan) terdapat hubungan yang signifikan dengan umur penyapihan balita
(p