19
a. Memberikan masukan masukan kepada Dinas Pendapatan Daerah dan masyarakat luas serta instansi terkait lainnya dengan memberikan suatu
kontribusi dalam pembuatan kontrak perjanjian kerjasama. b. Mencari solusi untuk mengatasi permasalahan dan meminimalisasi persoalan
bilamana timbul dalam pelaksanaan kerjasama tersebut.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti dan tenaga administrasi di Sekretariat Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara bahwa tidak terdapat tesis yang menganalisa topik yang terkait dengan “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa ”. Oleh karena
itu, penelitian ini adalah “asli”, karena sesuai dengan asas-asas keilmuan, yakni : jujur, rasional, objektif, dan terbukatransparan. Sehingga penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan dan dan kritikan, serta saran-saran yang bersifat membangun.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,
12
dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya
12
J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203. lihat M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju,
Bandung, 1994, hal. 27. menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi meripakan suatu abstraksi intelektual di mana
pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
13
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu
kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis.
14
Dengan lahirnya beberapa peraturan hukum positif di luar KUHPerdata sebagai konsekuensi dari asas-asas hukum yang terdapat dalam lapangan hukum
kekayaan dan hukum perikatan inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang mengartikan :
Hukum itu sebagai a command of the lawgiver perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa, yaitu suatu perintah mereka yang memegang
kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu system yang logis, tetap, dan bersifat tertutup closed logical
system. Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan pada penilaian baik-buruk.
15
Selain menggunakan teori positivisme hukum dari Jhon Austin dalam menganalisis tesis ini, juga cenderung digunakan teori sistem yang dikemukakan
Mariam Darus Badrulzaman, bahwa sistem adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu, yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum.
16
Hal yang sama juga dikemukakan Sunaryati hartono, bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri
suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
13
Ibid, hal. 16.
14
M. Solly Lubis, op. cit, hal. 80.
15
Lihat Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2002, hal. 55.
16
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, BAndung, 1983, hal. 15. Bandingkan, Mahadi, Falsafat Hukum Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1989, hal. 119, menjelaskan bahwa asas adalah sesuatu yang dapat dijadikan alas, sebagai dasar, sebagai tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan sesuatu hal, yang
hendak dijelaskan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas.
17
Jadi, dalam sistem hukum terdapat sejumlah asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam pembentukan norma hukum dalam suatu perundang-undangan.
Dengan demikian, pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.
18
Oleh sebab itu, pemahaman akan asas hukum tersebut sangatlah penting dalam
menganalisis kontrak kerjasama Samsat Mall Sun Plaza dengan PT. Bank Sumut dalam hal sewa-menyewa bangunan.
Dengan teori system hukum tersebut maka analisa masalah yang diajukan adalah lebih berfokus pada sistem hukum positif khususnya mengenai substantive
hukum, yakni dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kontrak kerjasama sewa-menyewa.
Istilah kontrak dalam terminologi sehari-hari nampaknya sangat popular, istilah-istilah seperti kontrak sewa-menyewa, kontrak jual beli, kontrak kerja, hamper
tidak perlu klarifikasi bagi kaum awam dan seringkali bertolak dari pandangan bahwa yang dimaksud dengan kontrak sebuah dokumen tertulis.
19
Kontrak adalah kata
17
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1991, hal. 56.
18
Lihat, Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hal. 15, menyatakan bahwa disebut demikian karena dua hal yakni, pertama, asas hukum merupakan landasan yang paling luas
bagi lahirnya suatu peraturan hukum, artinya peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Kedua, sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio
legis dari peraturan hukum.
19
Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang Internasional, Mandar Maju, Bandung, Cetakan I, 2003, hal. 65.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
bahasa Belanda yang berasal dari kata Latin “Contractus”, dari bahasa Latin dijabarkan menjadi “Contract” Perancis, “Contract” Inggris dan “Kontrakt”
Jerman.
20
Kontrak yang berasal dari bahasa Inggris “contract”, adalah : Agreement between two or more persons which treaties an obligation to do or
not to do a particular thing. Its essentials are competent, subject matters, a legal concideration, mutuality of agreement, and mutuality of obligation ……
the writing which contains the agreement of parties, with the terms and conditions, and which serves as a proof the obligations.
21
Jadi, kontrak adalah suatu perjanjian tertulis di antara dua atau lebih orang pihak yang menciptakan hak dan kewajiban untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu hal khusus. Suatu kontrak dari definisi di atas “memiliki unsur-unsur, yaitu “pihak-pihak
yang kompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, perjanjian timbalbalik, serta hak dan kewajiban timbal balik.”
22
Menurut Munir Fuady, “banyak defenisi tentang kontrak telah diberikan, dan masing-masing bergantung kepada bagian-bagian mana dari kontrak tersebut yang
dianggap sangat penting dan bagian tersebutlah yang ditonjolkan dalam defenisis tersebut”.
23
Istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah ada, dan bukan merupakan istilah asing. Misalnya dalam hukum kita sudah lama dikenal istilah
20
Ibid, hal. 65.
21
J. Satrio, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 33.
22
Ibid, hal. 36.
23
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang, Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya, Bandung, 1999, hal. 4.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
“kebebasan berkontrak” bukan kebebasan “berperjanjian”, “berperhutangan” atau “berperikatan”.
24
Pembuat KUHPerdata menyamakan istilah “kontrak dengan perjanjian, dan bahkan juga dengan persetujuan.
25
Menurut Salim HS, definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah tidak jelas, karena setiap perbuatan dapat disebut perjanjian
tidak tampak asas konsensualisme dan bersifat dualisme.
26
Ketidakjelasan definisi di atas disebabkan dalam rumusan tersebut hanya disebutkan perbuatan saja, sehingga yang bukan perbuatan hukumpun disebut dengan
perjanjian. Dengan adanya berbagai kelemahan dari definisi di atas, menurut Salim H.S.,
hukum kontrak adalah “keseluruhan dari kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
akibat hukum”.
27
Lebih lanjut dikemukakan Salim H.S., ada satu hal yang kurang yaitu : bahwa para pihak dalam kontrak semata-mata hanya orang perorangan, akan
tetapi dalam praktekya, bukan hanya orang per orang yang membuat kontrak, termasuk juga badan hukum yang merupakan subjek hukum.
28
Samsat Plaza Medan Fair merupakan tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan prima, mewujudkan komitmennya dalam mendukung kinerja
ke-Samsatan sebagai hak dasar mereka. Untuk itu sudah seharusnya Samsat Plaza
24
Ibid, hal. 2.
25
J. Satrio, op. cit, hal. 19.
26
Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hal 15.
27
Ibid, hal. 15.
28
Salim, H.S., op. cit., hal. 16.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Medan Fair harus terus-menerus dan konsisten melakukan inovasi dalam rangka peningkatan pelayanan.
Kontrak kerjasama sewa menyewa gedung Samsat Plaza Medan Fair dengan PT. Anugrah Prima dibuat secara tertulis, yang isinya telah dituangkan dalam bentuk
perjanjian. Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut berarti telah terjadi hubungan hukum antara Penyewa Sjafaruddin selaku Kepala Dinas Pendapatan
dengan Pemilik Gedung PT. Anugrah Prima. Dengan demikian, masing-masing pihak telah mengikatkan diri di dalamnya.
Pengertian perjanjian sewa menyewa secara umum dapat ditemui pada pasal 1548 KUHPerdata yang mengatakan bahwa : “Sewa-menyewa ialah suatu
persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu
dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”. Kita perhatikan lagi, yang dapat menjadi objek sewa-
menyewa yaitu barang, dan dalam pasal 1548 ayat 2 KUHPerdata ditegaskan bahwa, “semua jenis barang baik yang tak bergerak, baik bergerak dapat disewakan.
Unsur yang ada dalam pasal 1548 KUHPerdata di atas yaitu persetujuan, pihak-pihak barang dan pembayaran. Persetujuan terjadi bila ada kata sepakat. Pihak-
pihak adalah pemilik barang yang disewakan dan penyewa. Barang yang dimaksud barang secara umum baik benda bergerak maupun benda tetap. Harga ialah nilai yang
ada materi ekonomis yang disepakati pihak-pihak dan pembayaran adalah merupakan atau jenis maupun bentuk pembayaran.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Jadi, adanya kemauan untuk saling mengikatkan diri dalam suatu kontrak, membangkitkan kepercayaan bahwa kontrak itu dipenuhi. Namun, harus diingat
bahwa asas kepercayaan ini merupakan “nilai etis yang bersumber pada moral”. Manusia terhormat akan memelihara janjinya. Para pihak di dalam suatu kontrak
saling percaya bahwa di belakang hari masing-masing akan memenuhi perikatan tersebut. Asas ini memberikan arah terhadap pihak sehingga mereka itu mengikatkan
dirinya.
29
2. Konsepsi