Kemampuan Bakteri Bacillus altitudinis dalam Mendegradasi Senyawa Antrasena

STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER
SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA
(Scleropages)

LINDA SUGIARTI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER
SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA
(Scleropages)

LINDA SUGIARTI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ABSTRAK
LINDA SUGIARTI. Studi Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai Penentu Jenis
Kelamin pada Ikan Arwana (Scleropages). Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan
CHUMAIDI.
Ikan arwana merupakan ikan hias air tawar dengan bentuk tubuh dan warna sisik yang indah.
Tingginya permintaan dan terbatasnya produksi budidaya membuat banyak ikan arwana ditangkap
dari alam secara illegal dan dieksploitasi secara terus menerus. Keberhasilan pembudidayaan
arwana ditentukan perancangan jumlah rasio jantan dan betina dalam kolam suatu kolam
pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis kelamin ikan Arwana Pinoh
(Scleropages macrochepalus) dan Arwana Papua (Scleropages jardinii) berdasarkan ukuran
morfologi dan karakteristik kelamin sekunder. Penelitian dilakukan dengan sample ikan Arwana
Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus) dan ikan Arwana Papua (Scelropages jardinii)
pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Pengukuran morfometrik dan perbandingan
alometrik tidak dapat membedakan jenis kelamin ikan arwana. Namun berdasarkan pengamatan

morfologinya jenis kelamin dapat dibedakan dengan melihat mandibulanya. Ikan jantan memiliki
mandibula kasar dan memiliki gerigi yang lebih banyak dengan garis-garis memanjang dan
melintang sedangkan ikan betina mandibulanya lebih halus dan memiliki gerigi sedikit dengan
lekukan memanjang.
Kata kunci : Scleropages jardinii, Scleropages macrocephalus var. Pinoh, penentuan jenis
kelamin, morfologi, morfometrik, alometrik.

ABSTRACT
LINDA SUGIARTI. A Study of Morphology and Secondary Sex Characteristics as Determinants
of Sexes on Arowana (Scleropages). Supervised by TRI HERU WIDARTO and CHUMAIDI.
Arowana is a freshwater fish with beautiful body shapes and colour scales. The high demand
but limited supplies have made arowana caught and exploited from their natural habitats illegally
and continuously. The success of arowana breeding is actually determined by a design of the sexratio of males and females in a raising pond. This study aimed to determine the sexes of Pinoh
arowana (Scleropages macrochepalus) and Papua arowana (Scleropages jardinii) based on
morphology and sizes of their secondary sex characteristics. The study was conducted with
samples of Silver Pinoh arowana (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) and Papua arowana
(Scelropages jardinii) from February 2011 to June 2011. Based on morphometric measurements
and allometric comparison, the sexes of arowana could not be distinguished. However, based on
morphological observations, the sexes could be distinguished by looking at their mandibula. The
male fish has a coarse mandibular and more separrations with stripes lengthwise and crosswise

while the female fish has smoother mandibular and less indentations with dents lengthwise.

Keywords: Scleropages jardinii, Scleropages macrocephalus var. Pinoh, sex determination,
morphological, morphometric, Allometric.

Judul Skripsi : Studi Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai
Penentu Jenis Kelamin pada Ikan Arwana ( Scleropages )
Nama
: Linda Sugiarti
NIM
: G34070053

Disetujui

Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc

Drs. Chumaidi, M.S

NIP. 19620513 198703 1 002


NIP. 19480708 198003 1 002

Diketahui
Ketua Departemen Biologi

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, MS
NIP. 19641002 198903 1 002

Tanggal Lulus :

Prakata
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan izin-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita. Karya ilmiah ini merupakan
hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Juni 2011 dengan judul Studi
Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai Penentu Jenis Kelamin pada Ikan Arwana
(Scleropages).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc dan Bapak
Drs. Chumaidi, M.S selaku dosen pembimbing yang selalu membantu dan banyak memberikan
saran dalam penelitian ini. Orang tua yang selalu tidak henti-hentinya memberikan doa dan

semangat, Mas Angga yang selalu membimbing dan bersedia menjadi tempat penulis bertanya
selama penelitian, Teman – teman yang selalu membantu serta seluruh anggota, asisten dan staf
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat
mengharapkan saran dam masukan yang bersifat membangun sebagai perbaikan di masa
mendatang. Semoga laporan studi lapang ini dapat bermanfaat, amin.

Bogor, 19 Desember 2011

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cimahi pada tanggal 18 Agustus 1989 sebagai anak sulung dari dua
bersaudara, dari pasangan Mugiono dan Suharlinah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN
Sosial 2 Cimahi, lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah
di SMP Negeri 2 Cimahi, lulus pada tahun 2004 dan SMA Negeri 2 Cimahi yang lulus pada tahun
2007. Pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
( USMI ) sebagai mahasiswa biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) Inkai Karate-Do pada tahun 2007, dan turut aktif dalam kegiatan Unit Seni Sunda
Masyarakat Rumput, IPB.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL................................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang..............................................................................................................


1

Tujuan............................................................................................................................

2

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat..........................................................................................................

2

Bahan dan Alat................................................................................................................

2

Metode............................................................................................................................

2


HASIL..................................................................................................................................

3

PEMBAHASAN..................................................................................................................

8

SIMPULAN.........................................................................................................................

10

SARAN................................................................................................................................

10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

10


LAMPIRAN.........................................................................................................................

13

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Perbandingan Alometrik Arwana Pinoh ......................................................................
2. Perbandingan Alometrik Arwana Jardini ....................................................................

4
4

DAFTAR GAMBAR

Ikan arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) ...............
Ikan arwana Papua (Scelropages jardinii) ....................................................................
Ukuran morfometrik ikan arwana .................................................................................
Sirip punggung pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina
(bawah) .........................................................................................................................

5. Sirip punggung pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina
(bawah) ..........................................................................................................................
6. Sirip ekor pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ...........
7. Sirip ekor pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ..........
8. Sirip anal pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ...........
9. Sirip anal pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina (bawah) ..........
10. Sirip perut pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ..........
11. Sirip perut pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana Papua betina (bawah) .........
12. Sirip dada pada arwana pinoh jantan (atas) dan arwana pinoh betina (bawah) .............
13. Sirip dada pada arwana papua jantan (atas) dan arwana papua betina (bawah) .........
14. Dagu bawah pada arwana pinoh jantan (atas) dan arwana pinoh betina (bawah) .........
15. Dagu bawah pada arwana papua jantan (atas) dan arwana papua betina (bawah) ........
16. Perbesaran penampang dagu bawah ikan awana pinoh..................................................
17. Perbesaran penampang dagu bawah ikan awana pinoh..................................................
18. Penampang sel telur dan testis pada ikan arwana yang telah dibedah ...........................
1.
2.
3.
4.


2
2
3
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
7
7
7
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Morfometrik Ikan Arwana Pinoh...................................................................................
Morfometrik Ikan Arwana Papua ..................................................................................
Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Pinoh ............................................
Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Jardini ..........................................

13
14
15
16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan arwana merupakan ikan hias air tawar
dengan bentuk tubuh dan warna sisik yang
indah sehingga menjadi salah satu jenis hewan
eksotis yang digemari banyak orang. Hingga
saat ini sebanyak sepuluh spesies ikan Arwana
telah berhasil dideskripsikan oleh para ahli
taksonomi yang dikelompokkan dalam dua
subfamilia Heterotidinae dan Osteoglossinae.
Ikan arwana tergolong dalam anggota
keluarga Osteoglossidae mendiami wilayah
Asia Tenggara (Kottelat et al 1993). Menurut
Poyaud (2006) Ikan Arwana Asia Tenggara
terbagi dalam empat spesies berbeda, yaitu
Arwana Hijau / Green Arwana (Scleropages
formosus), Arwana Perak/ Indonesia Silver
Arwana
(Scleropages
macrocephalus),
Arwana Emas / Red Tail Golden Arwana
(Scleropages aureus) dan Arwana Merah /
Super red Arwana (Scleropages legendrei).
Arwana yang berasal dari habitat asli
Indonesia ada dua jenis, yaitu jenis arwana
yang mewakili Asia (Paparan Sunda) adalah
arwana Kalimantan (Schleropages formosus)
yang tersebar di Kalimantan dan Sumatra
serta Arwana yang mewakili Australia
(Paparan Australia), ikan arwana Papua
(Schleropages jardinii) yang tersebar di
Merauke, Papua, dan Australia Utara
(Tjakrawidjaja 2007).
Pasar ekspor terbentang luas dan
permintaan ikan ini meningkat dari tahun ke
tahun. Ikan arwana dengan panjang tubuh
lima inchi bisa dijual dengan harga US$ 250 –
300 atau Rp. 2.150.000,- sampai 2.580.000,(Suhartono & Mardiastuti 2003). Ikan arwana
dewasa harganya lebih mahal berkisar antara
jutaan hingga ratusan juta rupiah. Tingginya
permintaan dan terbatasnya produksi budidaya
membuat banyak ikan arwana ditangkap dari
alam secara illegal dan dieksploitasi secara
terus menerus menjadi bahan komoditi bisnis
sehingga keberadaan ikan arwana di alam saat
ini sangat sedikit. Eksploitasi besar-besaran
terhadap arwana ini menyebabkan arwana
menjadi terancam punah. Ikan arwana bahkan
termasuk ke dalam kategori APPENDIX-I
dalam CITES (Convention on International
Trade in Endagered Species of Wild Flora
and Fauna), yang berarti bahwa ikan arwana
yang berasal dari alam atau perairan umum
dilarang untuk diperdagangkan maupun
diekspor (Joseph el al 1986; Dawes et al
1999). Indonesia sendiri melindungi ikan
arwana dengan Peraturan Pemerintah PP

No.7/ tahun 1999 dengan pemanfaatan ikan
dengan penangkaran dalam SK Mentri
Kehutanan
2091/Kpts-II/2001.
Namun
pelanggaran akan larangan pemanfaatan dari
alam masih terus menerus terjadi. Kenyataan
tersebut mendorong pengembangan budidaya
ikan arwana ini sangat potensial sehingga
dapat mencegah punahnya populasi ikan
arwana sekaligus memenuhi permintaan pasar
yang
meningkat.
Hal
inilah
yang
menyebabkan ikan arwana menjadi komoditas
budidaya yang sangat menguntungkan.
Usaha penangkaran arwana yang tepat
sangat
menentukan
keberhasilan
pembudidayaan
arwana.
Pembenihan
merupakan
faktor
utama
dalam
pembudidayaan
arwana.
Benih
yang
berkualitas dalam jumlah yang banyak akan
didapatkan
apabila
dalam
kolam
pemeliharaan terdapat sex – ratio yaitu
perancangan jumlah rasio jantan dan betina
dalam kolam suatu kolam pemeliharaan. Ikan
arwana merupakan jenis
monomorfik
(Pouyaud 2006), yaitu hewan yang secara
fisik susah untuk dibedakan antara jantan dan
betinanya terutama pada tahap juvenil karena
gonadnya belum berkembang. Induk jantan
atau betina dapat dibedakan setelah dewasa,
induk betina akan terlihat saat perutnya
membesar ketika gonad matang sedangkan
induk jantan akan terlihat ketika mengerami
telur hasil pembuahan di dalam mulutnya
terutama saat malam hari. Sifat monomorfik
ini menyebabkan sulitnya perancangan rasio
jantan dan betina.
Tjakrawidjaja (2007)
mengatakan bahwa sex ratio yang lebih aman
dan pasti adalah 1:1 dengan jumlah jantan dan
betina perbandingannya 1:1 atau jumlah
jantan yang lebih sedikit dari betina.
Sedangkan, menurut Christian (2006),
memelihara ikan arwana yang baik di dalam
kolam pemeliharaan memiliki rasio jantan dan
betina arwana super red adalah 4 : 6.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perbedaan antara ikan arwana jantan dan
betina. Salah satu cara untuk mengetahui
keragaman
genetik
adalah
dengan
mempelajari perbedaan fenotip (Yatim 2003).
Karakter morfologis merupakan fenotip dari
bentuk luar yang dimiliki dari suatu individu
yang dipengaruhi oleh faktor genetik,
lingkungan serta interaksi antara genetik,
lingkungan
(Trave
2003).
Sifat-sifat
morfometrik berguna untuk keperluan
taksonomi dalam mengidentifikasi karakter
fenotip dalam suatu organisme walaupun
perbedaan yang terdapat di dalamnya kecil
(Muniarti 1976). Teknik morfometrik yang

2

diterapkan
terdiri
dari
seperangkat
pengukuran
hitungan
meristik
dan
pengamatan karakter morfologi khusus
(Teugels 1986).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
jenis kelamin ikan arwana pinoh (Scleropages
macrochepalus)
dan
Arwana
Papua
(Scleropages jardinii) berdasarkan ukuran
morfologi dan karakteristik kelamin sekunder.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Februari
2011 sampai dengan Juni 2011 di
Laboratorium Riset Budidaya Ikan Hias
Depok, Jawa Barat.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah Ikan
Arwana dengan dua jenis varietas berbeda
yaitu ikan Arwana Silver varietas Pinoh
(Scleropages macrocephalus var. Pinoh)
dalam Gambar 1 dan ikan Arwana Papua
(Scelropages jardinii) dalam Gambar 2.

Gambar 1. Ikan arwana Silver varietas Pinoh
(Scleropages macrocephalus var. Pinoh)

Gambar 2. Ikan arwana Papua (Scelropages
jardinii)
Alat – alat yang digunakan adalah jangka
sorong, alat bedah, freezer dan wadah untuk
menyimpan sampel.
Metode Penelitian
Persiapan
Sampel yang digunakan adalah 19 ekor
ikan arwana yang terdiri dari tujuh ikan
Arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages
macrocephalus var. Pinoh) dan 12 ikan

arwana Papua (Sclropages jardinii). Sampel
merupakan ikan arwana yang telah mati dan
diawetkan dalam freezer dengan penambahan
pengawet untuk menjaga agar tidak berubah
sifat-sifat biologisnya.
Pengukuran morfometrik
Sampel yang telah diawetkan diukur
secara morfometrik dengan menggunakan
jangka sorong. Ikan uji diletakkan pada posisi
kepala menghadap ke kiri dan sirip dibiarkan
secara alami. Pemberian kode dan taging serta
pengukuran karakter morfometrik yang
ditetapkan dengan menggunakan alat kaliper
sorong ketelitian 0,01 mm.
Pengukuran morfometrik ini terdiri dari 30
ukuran morfometrik ikan meliputi : 1. panjang
total, 2. panjang baku, 3. tinggi badan, 4. lebar
badan, 5. berat tubuh, 6. panjang kepala, 7.
tinggi kepala, 8. lebar kepala, 9. panjang
bagian kepala belakang mata, 10. lebar rahang
atas, 11 .lebar rahang bawah, 12 lebar mulut,
13. tinggi pipi, 14.panjang ruang antar mata,
15. panjang antardepan mata, 16. tinggi di
bawah mata, 17. panjang mata- operculum,
18. lebar mata, 19. panjang hidung, 20.
panjang dasar sirip dorsal, 21. tinggi sirip
dorsal, 22. panjang punggung sirip dorsal, 23.
panjang punggung sirip ekor 24. tinggi sirip
ekor, 25. panjang dasar sirip, 26. tinggi sirip
anal, 27. panjang punggung sirip perut, 28.
tinggi sirip perut, 29. panjang sirip dada,
30.tinggi sirip dada. (Gambar 3)
Perbandingan alometrik
Perbandingan alometrik ini merupakan
perbandingan ukuran relatif tubuh ikan yang
telah diukur sehingga terlihat perbedaan
morfologi sampel dengan jelas. Perbedaan
bentuk antar populasi ikan dinyatakan sebagai
fungsi ukuran. Oleh karena itu, perbandingan
alometrik tidak boleh diabaikan karena
merupakan bagian dari suatu analisis.
Perbandingan alometrik yang dilakukan antara
lain kerampingan badan (rasio lebar badan
dan panjang baku badan), besaran kepala
( rasio tinggi kepala dan panjang kepala),
berat badan (rasio tinggi dan bobot tubuh) dan
panjang sirip dada (rasio panjang sirip dada
dengan panjang baku ikan).

3

HASIL
Pengukuran morfometrik
Terdapat
30
macam
ukuran
morfometrik berdasarkan pengukuran dari
seluruh bagian tubuh ikan mulai dari kepala
hingga ekor di kedua jenis ikan baik ikan
arwana silver varietas Pinoh (Scleropages
macrocephalus var. Pinoh) maupun ikan
arwana Papua
(Sclropages jardinii).
Adapun hasil pengukuran morfometrik
disajikan dalam lampiran.

Gambar 3. Ukuran morfometrik ikan arwana
Pengamatan morfologi fisik ikan.
Sampel
yang
telah
diukur
dan
dibandingkan diamati morfologinya secara
langsung. Pengamatan deskriptif meliputi
bentuk sirip, yaitu sirip punggung, ekor, anal,
perut, dada dan permukaan dagu bawah
(mandibula). Pengamatan terhadap ada atau
tidaknya lengkungan di akhir pangkal sirip
punggung, sirip punggung yang menyempit,
kepala yang melebar, dan panjang badan ikan
diamati sehingga dapat dibedakan antara ikan
jantan dan betina berdasarkan karakteristik
kelamin sekunder.
Pembedahan
Sampel setelah diukur dan diamati dibedah
bagian dalamnya. Hal ini dilakukan untuk
dapat diketahui jenis kelamin bagian dalam
arwana dengan melihat adanya gonad atau
tidak dalam perutnya, sehingga dapat
diketahui jenis kelaminnya dan dapat
dibandingkan dengan pengamatan morfologi
yang ada.

Perbandingan Alometrik
Perbandingan alometrik sebagai hasil
dari perbandingan bagian tubuh ikan,
meliputi kerampingan badan (rasio lebar
badan dan panjang baku badan), besaran
kepala ( rasio tinggi kepala dan panjang
kepala), berat badan (rasio tinggi dan
bobot tubuh) dan panjang sirip dada (rasio
panjang sirip dada dengan panjang baku
ikan). Adapun hasil dari perbandingan ini
tersaji dalam Tabel 1 dan Tabel 2.

4

Tabel 1. Perbandingan Alometrik Arwana Pinoh

Perbandingan
Rasio ramping badan
Rasio Besar kepala
Rasio Berat Badan
Rasio panjang sirip dada

Jantan (cm)
A1
A21

A2

A3

0,290
0,429
0,043
0,135

0,310
0,478
0,041
0,150

0,242
0,788
0,068
0,122

0,278
0,833
0,049
0,161

Betina (cm)
A4
A20
0,252
0,814
0,052
0,115

0,267
0,864
0,054
0,144

A25
0,243
0,788
0,075
0,134

Tabel 2. Perbandingan Alometrik Arwana Papua

Perbandingan
Rasio ramping badan
Rasio Besar kepala
Rasio Berat Badan
Rasio panjang sirip dada

A8
0,272
0,813
0,024
0,247

Jantan (cm)
A10
A18
0,242
0,246
0,770
0,860
0,044
0,047
0,272
0,257

A6
0,216
0,726
0,121
0,212

A7
0,269
0,838
0,026
0,257

A9
0,247
0,850
0,035
0,264

A11
0,237
0,760
0,050
0,265

Betina (cm)
A13
A14
0,273
0,266
0,900
0,825
0,030
0,035
0,247
0,016

A15
0,262
0,845
0,037
0,288

A16
0,242
0,810
0,039
0,268

A17
0,257
0,780
0,047
0,278

5

Pengamatan morfologi fisik ikan
Terdapat lima jenis pengamatan fisik ikan
yang dilakukan secara langsung. Pengamatan
meliputi bentuk dari sirip punggung (Gambar
4 dan 5), sirip ekor (Gambar 6 dan 7), sirip
anal (Gambar 8 dan 9), sirip perut (Gambar 10
dan 11), sirip dada (Gambar 12 dan 13), dan
dagu ikan (Gambar 14 dan 15) pada kedua
jenis ikan arwana tersebut. Sirip punggung
(Gambar 4 dan 5) pada ikan Arwana Pinoh
dan Papua memiliki dua bentuk yaitu
membulat dan meruncing. Sirip yang
membulat terlihat dari pinggiran sirip
membentuk garis melengkung sedangkan sirip
meruncing pinggiran sirip berbentuk tajam
(meruncing).





Gambar 6. Sirip ekor pada Arwana Pinoh
jantan (atas) dan Arwana pinoh betina
(bawah)





Gambar 4. Sirip punggung pada Arwana
Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina
(bawah)


Gambar 7. Sirip ekor pada Arwana Papua
jantan (atas) dan Arwana Papua betina
(bawah)
Sirip anal (Gambar 8 dan 9) pada ikan
Arwana Pinoh dan Arwana Papua memiliki
bentuk yang hampir seragam dengan bentuk
membulat panjang dari perut menuju anal.





Gambar 5. Sirip punggung pada Arwana
Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina
(bawah)
Sirip ekor (Gambar 6 dan 7) menunjukkan
bentuk yang membulat dengan pinggiran sirip
yang melengkung dari ujung dorsal hingga
bagian ventral hampir disemua ikan Arwana
Pinoh maupun ikan Arwana Papua.


Gambar 8. Sirip anal pada Arwana Pinoh
jantan (atas) dan Arwana pinoh betina
(bawah)

6

Sirip dada (Gambar 12 dan 13) memiliki
bentuk yang hampir sama dengan sirip perut
namun memiliki bentuk yang lebih panjang
dan lebih meruncing di salah satu ujungnya.
Kedua jenis ikan memiliki bentuk yang
hampir sama pada ikan Arwana Pinoh dan
Arwana Papua.




Gambar 9. Sirip anal pada Arwana Papua
jantan (atas) dan Arwana Papua betina
(bawah)
Sirip perut (Gambar 10 dan 11)
menunjukkan bentuk yang sama hampir di
ikan Arwana Pinoh dan Papua dengan bentuk
yang semakin meruncing di salah satu
ujungnya.

Gambar 12. Sirip dada pada Arwana Pinoh
jantan (atas) dan Arwana pinoh betina
(bawah)





Gambar 10. Sirip perut pada Arwana Pinoh
jantan (atas) dan Pinoh betina (bawah)


Gambar 13. Sirip dada pada Arwana Pinoh
jantan (atas) dan Arwana pinoh betina
(bawah)




Gambar 11. Sirip perut pada Arwana Papua
jantan (atas) dan Papua betina (bawah)

Dagu bawah atau mandibula (Gambar 14
dan 15) dengan bentuk melonjong memiliki
guratan – guratan yang membedakan jenis
kelamin ikan arwana. Ikan arwana jantan
memiliki guratan yang lebih banyak dengan
arah guratan vertikal dan horizontal yang
menyebar di mandibula, sedangkan ikan
arwana betina memiliki guratan lebih sedikit
dengan arah guratan vertikal saja.

7

Lebih bergerigi

Lebih halus




Gambar 17. Perbesaran penampang dagu
bawah ikan awana papua


Gambar 14. Dagu bawah pada Arwana Papua
jantan (atas) dan Papua betina (bawah)




Gambar 15. Dagu bawah pada Arwana Pinoh
jantan (atas) dan Pinoh betina (bawah)
Lebih halus

Lebih
bergerigi







Gambar 16. Perbesaran penampang dagu
bawah ikan awana pinoh

Pembedahan
Berdasarkan hasil pembedahan yang telah
dilakukan dari 19 ekor arwana jantan
didapatkan, dua ekor ikan jantan dan lima
ekor arwana betina dari ikan Arwana Pinoh,
sedangkan dari ikan Arwana Papua
didapatkan tiga ekor arwana jantan dan
sembilan ekor arwana betina.
Berikut gambar dari beragam jenis sel
telur dan testis setelah pembedahan (gambar
18). Terlihat bahwa ikan arwana jantan
memiliki testis yang memanjang lurus, arwana
betina memiliki sel telur yang telah matang
gonad sehingga terlihat telur-telurnya yang
bergerombol seperti buah anggur. Arwana
jantan hanya ditemukan testis dengan umur
setengah tua, sedangkan arwana betina
ditemukan berbagai jenis sel telur dari sel
telur yang masih muda, setengah tua hingga
tua. Perbedaan sel telur muda dan tua terlihat
dari bentuk telur yang masih sedikit dan kecil
dengan yang sudah banyak dan besar.

8

Gonad

Pinoh
Betina
Gambar A4

Jantan

Betina
Gambar A6

Gambar A1

Gambar A20

Gambar A10

Gambar A11

Muda

Setengah
Tua

Jardini

Jantan

Tua

Gambar A2

Gambar A7

Gambar 18. Penampang sel telur dan testis pada ikan arwana yang telah dibedah

PEMBAHASAN
Ikan arwana dianggap sebagai jenis ikan
monomorfik karena sulitnya membedakan
jenis kelamin antara jantan dan betinanya.
Penentuan rasio kelamin pada ikan arwana
sangat penting karena menentukan nilai
produktifitasnya. Pada penentuan jumlah yang
optimal ikan jantan dan betina harus diketahui
terlebih dahulu baru kemudian menerapkan
sex-ratio atau perbandingan jumlah jantan dan
betina
dalam
suatu
penangkaran.
Perbandingan yang tidak tepat akan
mengakibatkan produktivitas rendah bahkan
bisa menghambat proses aktivitas reproduksi
termasuk pemijahan (Allen 2002). Pembeda
jenis kelamin melalui morfologi, yaitu
pengukuran morfometrik dan pengamatan
morfologi fisik ikan dianggap lebih praktis,
akurat dan lebih mudah digunakan dilapangan
oleh para pembudidaya arwana.
Pengukuran
morfometrik
dilakukan
terhadap
morfologi seluruh bagian ikan
arwana.
Berdasarkan
30
pengukuran
morfometrik yang telah dilakukan baik pada

ikan
arwana
silver
varietas
Pinoh
(Scleropages macrocephalus var. Pinoh)
maupun ikan arwana Papua (Sclropages
jardinii), terdapat hasil pengukuran yang
sangat bervariasi. Sample ikan yang
digunakan memiliki ukuran dan umur yang
berbeda sehingga menghasilkan ukuran
morfologi yang berbeda - beda.
Tjakrawidjaja
(2007)
menggunakan
metode morfometrik dengan pengukuran dan
membandingkan secara kuantitatif empat
karakter kombinasi morfologi luarnya untuk
membedakan ikan jantan dan betina. Ciri ikan
jantan dengan panjang standar (SL) : 2,2 kali
sirip anal, enam kali sirip ekor, enam kali
panjang kepala bagian atas dan 11 kali
panjang batang ekor. Sementara ciri ikan
betina panjang standar (SL) sekitar 2,5 kali
sirip anal, tujuh kali sirip ekor, tujuh kali
panjang kepala bagian atas, dan 10 kali
panjang kepala batang ekor. Akan tetapi
berdasarkan pengukuran morfometrik ini
menghasilkan data yang beragam dan
bervariasi. Tidak ada perbandingan yang jelas
yang dapat membedakan antara kelamin

9

jantan dan betina berdasarkan pengukuran
morfometriknya. Sebagian hasil morfometrik
ini kemudian digunakan dalam perbandingan
alometrik dengan menggunakan rasio – rasio
perbandingan bagian tubuh tertentu yang
diasumsikan dapat membedakan jenis kelamin
pada arwana.
Berdasarkan ciri-ciri umum tersebut,
dipilih lima karakter yang merupakan hasil
dari
perbandingan
alometrik,
yaitu
kerampingan badan (rasio lebar badan dan
panjang baku badan) dengan asumsi arwana
jantan memiliki tubuh yang lebih ramping dari
betina. Besaran kepala ( rasio tinggi kepala
dan panjang kepala) dengan asumsi arwana
jantan memiliki kepala yang lebih besar dari
arwana betina untuk mengerami telur-telur
hasil pembuahan. Berat badan (rasio tinggi
dan bobot tubuh) dengan asumsi betina
memiliki bobot tubuh yang lebih besar
daripada jantan karena memiliki sel telur.
Terakhir panjang sirip dada (rasio panjang
sirip dada dengan panjang baku ikan) dengan
asumsi arwana jantan memiliki sirip dada
yang lebih panjang daripada arwana betina.
Hasil pengukuran alometrik dalam Tabel 3
dan Tabel 4 menunjukan bahwa hasil ukuran
morfometrik dari kedua jenis ikan arwana
memiliki nilai yang bervariasi baik pada ikan
jantan maupun betina. Keempat rasio yang
digunakan baik kerampingan badan, rasio
besar kepala, rasio lebar badan maupun rasio
panjang sirip dada tidak menunjukan adanya
perbedaan nilai yang spesifik bahkan
cenderung beragam dalam kedua jenis ikan
tersebut. Pada Tabel 3 dan 4 tersebut terlihat
bahwa mayoritas relatif rasio ramping badan
pada arwana jantan lebih tinggi dibandingkan
betina.
Setelah
dilakukan
pengujian
menggunakan SPSS 16 terlihat bahwa hasil
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (P >
0,05) (Tabel 3).
Rasio berat badan secara umum
menunjukkan bahwa arwana betina memiliki
bobot yang relatif lebih tinggi daripada
arwana jantan. Pengujian dengan program
SPSS terlihat bahwa hasil tidak berbeda nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan khas yang membedakan jenis
kelamin arwana berdasarkan kerampingan dan
berat tubuh. Rasio besar kepala dan panjang
sirip dada menunjukkan hasil yang bervariasi
antara ikan jantan dan betina. Namun
demikian, hasil analisis data di SPSS 16
terhadap rasio besar kepala dan panjang sirip
dada tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (P
> 0,05).

Seluruh rasio perbandingan pada ikan
arwana Papua (Tabel 2) menghasilkan nilai
yang bervariasi baik pada rasio kerampingan
badan, rasio besar kepala, rasio berat badan
maupun rasio panjang sirip dada. Hal ini
sesuai dengan pengujian seluruh perbandingan
yang telah dilakukan, dimana seluruh
perbandingan memiliki hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P > 0,05).
Arwana betina diketahui memiliki satu
buah ovary yang terdiri dari 20-30 telur
dengan diameter 1,9 cm. Namun ada beberapa
betina memiliki 50-60 telur dalam satu buah
kelompok telur. Pada arwana jantan terdapat
seperti garis panjang yang menyerupai testis.
Tidak ada yang dapat digunakan untuk
membedakan jantan dan betina pada tahap
juvenil. Ini akan terlihat berbeda setelah
matang gonad pada umur 3-4 tahun.
Perbedaan sex dapat terlihat dari bentuk tubuh
dan ukuran mulut ikan arwana setelah dewasa.
Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih
ramping dan dangkal daripada induk betina,
mulut yang lebih besar dan warna yang
terlihat lebih intens daripada betina. Betina
memiliki ukuran kepala yang lebih besar.
Induk jantan biasanya lebih agresif dan
memimpin dalam kompetisi makanan.
(Suleiman 2003)
Penelitian ini menunjukkan bahwa
sebenarnya tidak ada perbedaan khas yang
dapat membedakan jenis kelamin arwana
jantan dan betina berdasarkan besar kecil
ukuran morfologinya. Pengamatan morfologi
fisik ikan dilakukan dengan mengamati
morfologi secara langsung pada tubuh ikan
arwana. Hasil dari pengamatan pada kedua
jenis ikan arwana secara deskriptif dapat
terlihat pada Gambar 4. Pada sirip punggung,
bagian ujung dorsal bagian belakang
menunjukkan tidak adanya perbedaan antara
jantan dan betina.
Beberapa pembubidaya ikan mengatakan
bahwa pengamatan dari ujung sirip punggung
ini dapat membedakan jenis kelamin ikan
arwana. Namun dalam penelitian ini kedua
jenis ikan baik jantan maupun betina bagian
ujung dorsalnya memiliki hasil yang beragam,
ada yang meruncing namun ada pula yang
membulat. Misalnya saja pada Gambar 4, ikan
arwana jantan A1 memiliki ekor yang
membulat sedangkan arwana jantan lainnya
yaitu A21 memiliki ekor yang meruncing.
Hasil yang sama didapatkan pada ikan betina,
terlihat pada Gambar 4 terdapat ikan arwana
betina yang memiliki ekor membulat seperti
A3 dan ekor yang meruncing seperti A25.
Ikan arwana papua memiliki hasil yang

10

beragam pula pada arwana jantan dan betina.
Terdapat sirip punggung yang membulat
seperti A8 dan meruncing seperti A18 pada
ikan arwana jantan,
serta bentuk sirip
membulat seperti A6 dan meruncing seperti
A9 pada ikan arwana betina.
Bentuk sirip ekor antara jantan dan betina
juga tidak ada perbedaan, hampir semua
ujungnya membulat baik pada ikan jantan
maupun betina pada kedua jenis ikan arwana
tersebut (Gambar 6 dan Gambar 7). Sirip anal
memiliki bentuk yang hampir sama pada
setiap ikan. Sirip membentuk setengah
lingkaran dari perut menuju anal, seperti
terlihat pada Gambar 8 (arwana pinoh) dan
Gambar 9 (arwana papua). Sirip perut pada
ikan arwana jantan maupun betina memiliki
bentuk yang relatif sama, dengan bentuk
meruncing dikedua jenis ikan yang terlihat
pada Gambar 10 dan Gambar 11. Demikian
pula bentuk sirip dada antara jantan dan betina
juga tidak menunjukkan perbedaan dimana
ujungnya kelihatan meruncing yang terlihat
pada Gambar 12 dan Gambar 13.
Walaupun diasumsikan sirip dada pada
jantan lebih panjang daripada betina, hasil
pengukuran dan pengamatan menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
bahkan cenderung beragam baik pada ikan
arwana jantan maupun betina. Perbedaan
mulai terlihat antara arwana jantan dan betina
pada dagu bawah sebelah tepi (ventro lateral).
Ketika diraba dagu tepi dari jantan terasa lebih
bergerigi, sedangkan dagu tepi betina terasa
lebih halus. Setelah pengamatan dengan
menggunakan mikroskop perbedaan tersebut
lebih jelas.
Pada Gambar 13 perbesaran penampang
dagu bawah ikan arwana jantan dan betina,
terlihat pada arwana jantan terdapat lekukanlekukan
melintang
(transversal)
dan
memanjang (longitudinal). Sedangkan pada
arwana betina hanya terlihat lekukan yang
memanjang (longitudial) saja. Hal yang sama
terlihat pada ikan arwana papua (Gambar 14).
Arwana jantan memiliki lekukan yang lebih
banyak dengan bentuk melintang (transversal)
dan memanjang (longitudial), sedangkan
arwana betina hanya memiliki lekukan
memanjang (longitudial). Dengan adanya
perbedaan ini dapat menunjukkan adanya
perbedaan antara arwana jantan dan betina,
sehingga dapat menentukan sex ratio dalam
pembudidayaan ikan arwana.
Pembedahan adalah tahap terakhir yang
dilakukan, namun merupakan penentu dari
metode sebelumnya. Arwana yang digunakan
merupakan arwana yang telah matang gonad

sehingga dapat diketahui jenis kelaminnya
melalui pembedahan. Jenis kelamin ini
ditentukan dari adanya sel telur atau tidak
sebagai penentu arwana betina atau jantan.
Berdasarkan hasil pembedahan diketahui
bahwa dari tujuh ekor ikan arwana pinoh
terdapat dua ekor arwana jantan dan lima ekor
arwana betina, sedangkan dari 12 ekor arwana
papua terdapat tiga ekor arwana jantan dan
sembilan ekor arwana betina.

SIMPULAN
Ikan arwana yang termasuk dalam kategori
ikan monomorfik yang sulit untuk dibedakan
jenis kelaminnya secara kasat mata.
Berdasarkan pengukuran morfometrik dan
pengamatan morfologi ikan disimpulkan
bahwa sebagian besar tubuh ikan arwana tidak
dapat membedakan jenis kelamin jantan atau
betina. Hal yang dapat membedakan jenis
kelamin berdasarkan kelamin sekunder secara
langsung baru didapatkan dari mandibula atau
dagu bawah ikan arwana. Dagu yang lebih
kasar dan memiliki gerigi yang lebih banyak
dengan garis-garis memanjang dan melintang
merupakan ikan arwana jantan sedangkan
dagu yang lebih halus dan memiliki gerigi
sedikit dengan lekukan memanjang adalah
ikan arwana betina.

SARAN
Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk
mengetahui faktor – faktor apa saja yang
dapat membedakan jenis kelamin pada ikan
arwana, serta penelitian lanjutan mengenai
mandibula dari ikan arwana sehingga dapat
membedakan jenis kelamin yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Allen GR. 1991. Field guide to the freshwater
fishes of New Guinea. Christensen
Research Institute. Madang. Papua New
Guinea.
Allen GR, SH Midgey & M Allen. 2002.
Field guide to the freshwater fishes of
Australia, Western Australia Museum.
Perth. Western Australia.
Christian J. 2006. Teknik Budidaya Ikan
Arwana. Seminar Ikan Hias Nusantara
2006. P. 5
Dawes J, Lim LL, Cheong L. 1999. The
dragon fish. England : Kingdom books.
1-96
Joseph J, Evans D, Broad S. 1986.
International trade in Asia onytongues.

11

Trafic bulletin. 8 : 73-73
Kottelat M, AJ Whitten, SN Kartikasari & S
Wirjoatmo. 1993. Freshwater fishes of
western Indonesia and Sulawesi. Perpiplus
Edition. Indonesia
Kottelat M, T witten. 1996. Freshwater
Biodiversity in Asia with Spesial
References to Fish. Singapur : World Bank
Tech.
Muniarti. 1976. Sifat-sifat meristik dan sifatsifat Morfometrik Ikan Mujair dan Ikan
Nila. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia. Fakultas Perikanan.
Institute Pertanian Bogor. Hlm 1
Pouyaud, L. 2006. Management of arwana in
re-circulated water system a new
challenge. Seminar Ikan Hias Nusantara
2006. P. 85.
Suhartono & Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan
konvensi CITES di Indonesia.
Perpustakaan Nasional. Jakarta
Suleiman MZ. 2003. Breeding technique of
Malaysian golden arowana, Scleropages
formosus in concrete tanks July-September
2003 (Vol. VIII No. 3)
Tave. 1993. Genetic for Fish Hatchery
Managers 2nd edition. USA : The AVI
publ.Comp.Inc New york. 418 hlm
Teugels GG. 1986. A systematic Revision of
the African Spesies of the Genus Clarias.
Ann Mus Roy Cntr. 199 hlm
Tjakrawidjaja AH. 2007. Proses Domestikasi
Ikan Arwana Irian. Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI.
In press
Yatim. 2003. Genetika Edisi Kelima.
Bandung: Penerbit Tarsito

12

1

Lampiran 1. Morfometrik Ikan Arwana Pinoh
Ukuran Morfometrik
Panjang Total
Panjang Baku
Tinggi badan
Lebar badan
Berat
Panjang kepala
Tinggi kepala
Lebar kepala
Panjang bagian kepala belakang mata
Lebar rahang atas
Lebar rahang bawah
Lebar mulut bukaan
Tinggi pipi
Panjang antar ruang mata
Panjang antar depan mata
Tinggi dibawah mata
Panjang mata - operkulum
Lebar mata
Panjang hidung
Panjang Dasar Sirip Dorsal
Tinggi sirip dorsal
Panjang Bagian Muka Sirip Dorsal
Panjang Batang Ekor
Tinggi Batang Ekor
Panjang dasar sirip anal
Tinggi sirip anal
panjang sirip perut
lebar sirip perut
panjang sirip dada
lebar sirip dada
Kematangan Gonad
Jumlah Telut

Jantan (cm)
A1
A21
40
39,8
31
31
9
8,63
4,2
5,02
726,6
638
9,4
9
4,03
7,5
7,4
4,2
4,5
5,4
0,4
0,5
0,7
0,6
2,2
6,3
2,7
2,6
3,13
2,7
0,9
0,8
1,8
0,9
5
5,6
1,6
1,8
0,5
0,9
4
4,5
5,4
2
27
27,4
4
4,07
2,85
2,5
23
7,1
5
2,2
5
4,9
1
1,2
10,2
9,7
2
2,1
-

A2
41,5
33,6
10,43
5,05
812,8
9
4,3
7,26
4,5
0,6
0,7
2
3
3,2
1
1,2
4,7
1,9
1,3
7,3
4,4
29,1
8
2,7
11,5
5,5
4,1
0,7
9,7
1,5
Matang
42

Betina (cm)
A3
A4
37,5
41
33
36,5
8
9,2
4,05
4,2
480,2
690,4
8
9,7
6,3
7,9
3,6
4,3
3,8
6
0,5
0,5
0,7
0,6
1,1
1,5
2,7
5,2
3
3,3
1,5
1,5
4,1
1,7
1
4,5
2,5
25,5
3,9
2,16
6,5
2,5
4,7
0,9
10,8
1,8
Muda
31

6
1,6
1
5,3
2,5
29
3,9
2,5
8
2,5
4,9
1
10
2,1
Muda
-

A20
39
30,5
8,15
4,4
561
8,1
7
3,9
4,1
0,5
0,7
6,2
2,6
2,8
0,7
0,7
4,2
1,8
1,1
4,5
3
27,4
4,4
2,75
7,5
3
4,9
0,9
11,2
2
Muda
36

A25
34
30,5
7,4
4,1
403,2
8
6,3
3,5
5
0,2
0,5
5,6
2,2
2,5
0,7
0,8
5,1
1,8
1
6,5
20,6
3,9
2,2
7
1,8
5,1
0,7
8,8
1,7
Muda
18

14

Lampiran 2. Morfometrik Ikan Arwana Papua
Ukuran Morfometrik
Panjang Total
Panjang Baku
Tinggi badan
Lebar badan
Berat
Panjang kepala
Tinggi kepala
Lebar kepala
Panjang bagian kepala belakang
mata
Lebar rahang atas
Lebar rahang bawah
Lebar mulut bukaan
Tinggi pipi
Panjang antar ruang mata
Panjang antar depan mata
Tinggi dibawah mata
Panjang mata - operkulum
Lebar mata
Panjang hidung
Panjang Dasar Sirip Dorsal
Tinggi sirip dorsal
Panjang Muka Sirip Dorsal
Panjang Batang Ekor
Tinggi Batang Ekor
Panjang dasar sirip anal
Tinggi sirip anal
panjang sirip perut
lebar sirip perut
panjang sirip dada
lebar sirip dada
Kematangan Gonad
Jumlah Telur

A8
54,6
48,5
13,2
6,4
2000
12,3
10
5,5
7,7
0,4
1,1
2
4,2
3,7
1,2
2
8,8
2
1
7,1
4,5
36,7
5,4
3,5
12,4
3,5
3,5
1,5
12
2,5
-

Jantan (cm)
A10
A18
47,7
43
41,6
37,8
10,05
9,3
5,03
5,15
953,8
807,6
11,3
9,3
8,7
8
4,72
4,2
7,3
0,4
0,7
3
3,6
3,2
0,9
1,4
8
2
0,6
5,6
3
32,6
4,2
2,66
10
3,6
3,5
1
11,3
2,5
-

6,5
0,3
0,7
4,5
3,5
3
0,8
1,8
6,4
1,8
1
5,3
2,5
28,8
3,9
2,75
10,3
3,2
3
0,9
9,7
2
-

A6
29,5
25,9
5,6
2,9
214,6
6,2
4,5
2,67
3,8
0,6
0,5
3
2,1
2
0,9
3,2
1,3
1
3,8
2,3
19,5
2,7
1,7
6,5
1,6
0
0
5,5
1,2
Muda
-

A7
57
51
13,7
6,3
2000
12
10,05
5,3

A9
51,2
45,4
11,2
5,4
1315,2
11,3
9,6
4,4

A11
45,2
39,7
9,4
5
791,6
10,3
7,83
4,2

8
0,4
1
2
4,4
3,8
1,5
1,9
8,9
1,8
1
7,5
3,5
38,5
15,3
3,9
13,3
3,8
3,5
1,2
13,1
1,2
Matang
180

7
0,4
1,4
2,7
4
3,74
0,9
1,5
7,9
1,8
1
6,4
3,4
34,5
5,3
3,25
11,1
3,6
3,5
1,2
12
3
Matang
95

6,6
0,3
1
3
3,3
3
1,1
1,2
6,8
1,7
1
5,5
2,5
30,7
5
2,74
9,3
3,1
3,4
0,9
10,5
2
Matang
69

Betina (cm)
A13
52,4
46,5
12,7
6
1500
11
9,9
5,3
7,1
0,4
1,1
3,5
3,7
3,1
0,8
1,5
8,2
1,6
0,6
7
3
36
4,7
3,5
12,4
3
3,4
1,2
11,5
2,5
Matang
61

A14
48,8
42,8
11,4
5,5
1232,6
11,2
9,24
5,2

A15
48,2
42,3
11,1
5,4
1133,4
11
9,3
5

A16
49,5
43,3
10,5
5,3
1100,4
10,5
8,5
4,6

A17
43
37,8
9,7
4,8
797,4
10
7,8
4,3

7
0,3
0,9
3,6
4,2
3
1
1,6
7,7
1,9
1,2
5,7
2,8
33,3
4,4
3,1
11
4
3,4
1,1
0,7
3
Matang
81

7
0,2
0,8
3,7
4
3,1
0,9
1,8
7,8
1,8
1
6
2,5
32
4,3
3,1
10,2
3,7
3,2
0,7
12
2,3
Matang
69

6,7
0,2
0,8
3,7
4
3,4
0,8
2
7,8
1,8
1
6
3
33,5
4,8
3,3
10,7
3,4
3,2
0,9
11,6
2,5
Matang
67

6,5
0,2
0,7
4
3
2,8
0,9
1,5
6,5
1,9
0,8
5
2,5
29,9
4,1
2,9
9,5
2,5
0
0
10,5
2,2
Matang
42

14

Lampiran 3. Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Pinoh
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
Mean

F
kepala_ikan

Equal variances assumed

Sig.
.391

.559

Equal variances assumed

2.984

Equal variances assumed

2.655

Equal variances assumed
Equal variances not assumed

1.913

Difference

Lower

Upper

.630

-.34700

.67604

-2.08482

1.39082

-.431

1.431

.723

-.34700

.80587

-5.53950

4.84550

.145 -1.042

5

.345

-.15500

.14875

-.53738

.22738

-1.433

4.303

.220

-.15500

.10819

-.44722

.13722

.338

5

.749

.05200

.15385

-.34350

.44750

.503

4.965

.637

.05200

.10346

-.21452

.31852

.769

4

.485

.09750

.12674

-.25440

.44940

1.098

3.641

.340

.09750

.08882

-.15900

.35400

.164

Equal variances not assumed
ramping

Sig. (2-tailed) Difference
5

Equal variances not assumed
sirip

df

of the Difference

-.513

Equal variances not assumed
bobot_ikan

t

Std. Error

.239

14

Lampiran 4. Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Jardinii

Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference

F
ramping

Equal variances assumed

1.913

Sig.

t
.239

Equal variances not assumed
kepala_ikan Equal variances assumed

.391

.559

Equal variances not assumed
bobot_ikan

Equal variances assumed

2.984

Equal variances assumed
Equal variances not assumed

2.655

.164

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference

Lower

Upper

4

.485

.09750

.12674

-.25440

.44940

1.098 3.641

.340

.09750

.08882

-.15900

.35400

-.513

5

.630

-.34700

.67604

-2.08482

1.39082

-.431 1.431

.723

-.34700

.80587

-5.53950

4.84550

5

.345

-.15500

.14875

-.53738

.22738

-1.433 4.303

.220

-.15500

.10819

-.44722

.13722

5

.749

.05200

.15385

-.34350

.44750

.503 4.965

.637

.05200

.10346

-.21452

.31852

.145 -1.042

Equal variances not assumed
sirip

.769

df

.338