Komposisi Jaringan Pada Potongan Karkas Domba Garut Dan Ekor tipis Umur Enam Bulan Dengan Ransum Berbasis Indigofera sp

KOMPOSISI JARINGAN PADA POTONGAN KARKAS DOMBA
GARUT DAN EKOR TIPIS UMUR ENAM BULAN DENGAN
RANSUMBERBASIS Indigofera sp

SUGMA GINANJAR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Jaringan
pada Potongan Karkas Domba Garut dan Ekor tipis Umur Enam Bulan dengan
Ransum Berbasis Indigofera sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Sugma Ginanjar
NIM D14080257

ABSTRAK
SUGMA GINANJAR. Komposisi Jaringan pada Potongan Karkas Domba Garut
dan Ekor tipis Umur Enam Bulan dengan Ransum Berbasis Indigofera
sp..Dibimbing oleh RUDY PRIYANTO dan MUHAMMAD BAIHAQI.
Daging domba muda lebih disukai dibandingkan daging domba tua.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dari domba lokal
terhadap komposisi jaringan karkas dalam potongan komersial. Penelitian ini
menggunakan empat ekor domba garut dan empat ekor dombaekor tipisusia tiga
bulan. Domba kemudian diberi pellet dengan komposisi 30% Indigofera sp dan
70% konsentrat dan dibesarkan selama tiga bulan. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa domba Garut dan domba Ekor tipis muda memiliki rataan
persentase daging 62.48%, lemak 13.62%, tulang 23.89%. Domba garut memiliki
tebal lemak punggung yang nyata (P0.05) di antara kedua bangsa domba tersebut. Domba garut

memiliki bobot karkas dingin sebesar 4.77 kg, sedangkan domba ekor tipis
memiliki bobot karkas dingin sebesar 4.01 kg.
Komposisi Jaringan Karkas
Komponen utama karkas adalah otot, lemak, dan tulang, Komposisi karkas
seekor ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.Kedua faktor
tersebut mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yg meliputi
distribusi berat dan komposisi kimia komponen karkas. Umur berat hidup dan
kadar laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komposisi karkas. Soeparno
(2005) menjelaskan bahwa proporsi otot, lemak, dan tulang sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor di atas. Bila proporsi salah satu variable lebih tinggi, maka
proporsi salah satu atau kedua variable lainnya lebih rendah. Rataan bobot dan
persentase komponen karkas domba garut dan domba ekor tipis yang diberi pakan
indigofera sp. dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

8
Tabel 3 Komposisi jaringan pada potongan karkas sebelah kiri domba garut dan
ekor tipisumur enam bulan dengan ransum penggemukan mengandung
Indigofera sp.*
Bangsa
Peubah

Rata-Rata
Garut
Ekor tipis
---------------- kg----------------Daging
2.82 ± 0.10
2.40 ± 0.10
2.61 ± 0.10
Lemak
0.60 ± 0.04
0.53 ± 0.04
0.56 ± 0.04
Tulang
1.05 ± 0.04
0.92 ± 0.04
0.99 ± 0.04
---------------- % ----------------Daging
62.84 ± 1.08
62.11 ± 1.08
62.48 ± 1.08
Lemak

13.53 ± 0.64
13.70 ± 0.64
13.62 ± 0.64
Tulang
23.61 ± 1.32
24.17 ± 1.32
23.89 ± 1.32
Keterangan* : Komposisi jaringan karkas dikoreksi berdasarkan rata – rata bobot awal pada bobot
9.55 kg.

Berdasarkan hasil analisa peragam komponen karkas menunjukan bahwa
pemberian pakan berbahan indigoferasp.tidak menunjukan hasil yang berbeda
nyata pada kedua bangsa domba, baik itu pada bobot daging, lemak, maupun
tulang. Begitupun dengan persentase dari masing-masing komponen karkas
tersebut, hasil analisa juga tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata. Bobot
daging, lemak, dan tulang domba garut pada penelitian ini lebih besar dari pada
domba ekor tipis yaitu 2.82 kg, 0.60 kg, 1.05 kg. Domba ekor tipis memiliki bobot
daging, lemak, dan tulang sebesar 2.4 kg, 0.53 kg, 0.92 kg.Rataan bobot daging
dan tulang pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Sumira
(2010), yaitu bobot daging sebesar 1.81 kg dan bobot tulang sebesar 0.86 kg.

Persentase masing –masing komponen karkas domba garut yang diperoleh pada
penelitian ini adalah 62.84% untuk otot. lemak 13.53%, dan tulang 23.61%,
Untuk domba ekor tipis memiliki persentase otot 62.11%, lemak 13.70%, dan
tulang 24.17%. Perubahan komponen karkas sebanding dengan bertambahnya
bobot karkas itu sendiri, bobot karkas yang semakin tinggi diikuti dengan
pertambahan persentase lemak serta menurunnya persentase daging dan tulang.
Tulang sebagai kerangka tubuh merupakan komponen yang tumbuhdan
berkembang paling dini kemudian disusul oleh otot dan yang paling akhir adalah
jaringan lemak(Soeparno 2005).

Distribusi Jaringan Karkas pada Potongan Komersial
Dalam pemasarannya karkas biasanya dijual dalam bentuk potonganpotongan karkas yang disebut potongan karkas komersial. Nilai komersial dari
karkas pada umumnya dipengaruhi oleh ukuran, struktur, dan komposisinya,
dimana sifat-sifat struktural karkas yang utama untuk kepentingan komersial
tersebut meliputi bobot, proporsi jaringan-jaringan karkas, ketebalan lemak, dan
penampilan luar dari jaringan tersebut serta kualitas dagingnya. Romans et al.
(1994) membagi karkas menjadi potongan :leg, loin, rack,breast, shoulder,
flankdan shank. Potongan yang lebih umum dijumpai saat ini adalah
dimasukkannya neck dan middle neck sebagai bagian dari potongan komersial


9
karkas.Distribusi jaringan karkas berdasarkan bobot pada potongan komersial
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Distribusi komponen jaringan karkas pada potongan komersial karkas
sebelah kiri dombagarutdanekor tipisumur enam bulan dengan ransum
mengandung Indigofera sp.*
Bangsa
Jaringan
Peubah
Rata-Rata
Karkas
Garut
Ekor tipis
-----------------------------gram----------------------------Daging
754.52 ± 50.96
666.22 ± 50.96 710.37 ± 50.96
Shoulder
Lemak
163.00 ± 15.34
168.75 ± 15.34 165.87 ± 15.34

Tulang
310.82 ± 39.11
257.17 ± 39.11 284.00 ± 39.11
Daging
204.56 ± 29.66
173.68 ± 29.66 189.12 ± 29.66
Rack
Lemak
82.35 ± 14.26
50.14 ± 14.26
66.25 ± 14.26
Tulang
96.10 ± 17.74
106.64 ± 17.74 101.37 ± 17.74
Daging
263.72 ± 13.07
229.52 ± 13.07 246.62 ± 13.07
Loin
Lemak
60.20 ± 19.02

42.79 ±19.02
51.50 ± 19.02
Tulang
74.48 ± 5.86
71.26 ± 5.86
72.87 ± 5.86
Daging
1 979.02 ± 52.54
931.47 ± 52.54 1005.25 ± 52.54
Leg
Lemak
152.57 ± 24.63
144.17 ± 24.63
148.37 ± 24.63
Tulang
339.54 ± 21.47
305.45 ± 21.47
322.50 ± 21.47
Daging
228.56 ± 2.61a

157.43 ±12.61b 193.00 ± 12.61
Breast
Lemak
78.68 ± 8.19
96.06 ± 8.19
87.37 ± 8.19
Tulang
119.08 ± 10.05
92.91 ± 10.05
106.00 ± 10.05
Daging
54.16 ± 17.01
71.58 ± 17.01
62.87 ± 17.01
Flank
Lemak
48.20 ± 17.38
19.79 ± 17.38
34.00 ± 17.38
Tulang

0
0
0
Daging
236.87 ± 15.29a 170.12 ± 15.29b 203.50 ± 15.29
Shank
Lemak
22.09 ± 5.71
8.65 ± 5.71
15.37 ± 5.71
Tulang
118.09 ± 6.35
94.90 ± 6.35
106.50 ± 6.35
Keterangan *: Angka-angka dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P0.05) terhadap distribusi lemak pada potongan komersial karkas
domba garut maupun domba ekor tipis. Domba ekor tipis memiliki bobot lemak
yang lebih berat pada bagian shoulder dan breast dibandingkan dengan domba
Garut.Perbedaan deposisi lemak pada shoulderdanbreast diantara kedua bangsa
dapat dikarenakan pada bagian-bagian tersebut, domba ekor tipis lebih sedikit

mengalami pergerakan dibandingkan dengan domba garut sehingga lebih banyak
terjadi penimbunan lemak. Diketahui bahwa domba ekor tipis mengalami dewasa
tubuh yang lebih cepat dibandingkan domba garut sehingga pada berat yang sama,
domba Ekor tipis secara fisiologis lebih tua dari domba garut dan telah mengalami
pertumbuhan yang lebih optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Saparto (1981)
bahwa pada domba jantan otot shoulder, leg, loin, dan breast mengalami masak
dini sehingga pertumbuhan lebih cepat dibandingkan potongan bagian tubuh
lainnya. Rataan bobot lemak yang paling tinggi dari kedua bangsa domba tersebut
terdapat pada bagian shoulder yaitu 165.87 gram dan paling rendah terdapat pada
bagian shank sebesar 15.37 gram.Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Sumira (2010) dimana bobot lemak tertinggi berasal dari bagian
shoulder sebesar 84.82 gram dan terendah berasal dari bagian shank sebesar 12.05
gram. Soeparno (2005) menjelaskan bahwa yang menyebabkan lemak tubuh
bervariasi adalah adanya perbedaan pertumbuhan, perkembangan tubuh yang
tergantung pada bangsa, umur, jenis kelamin, dan latar belakang makanannya.
Distribusi Tulang pada Potongan Komersial
Tulang pada masing-masing potongan komersial domba garut memiliki
bobot yang lebih tinggi dari domba ekor tipis kecuali pada bagian rack. Bobot
tulang bagian rack pada domba ekor tipis lebih berat dari domba garut. Meskipun
bobotnya berbeda, namun hasil analisis peragam tidak menunjukan hasil yang
berbeda (P>0.05).Rataan tulang tertinggi dari kedua bangsa domba terdapat pada
bagian leg, yakni sebesar 322.50 gram. Flank merupakan bagian dengan rataan
nilai tulang yang paling rendah, Ini dikarenakan pada bagian leg memiliki ukuran
tulang yang besar, sedangkan bagian flank tidak memiliki tulang. Proses
pembentukan tulang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur dan
pakan yang diberikan. Proses pembentukan dan penyerapan merupakan proses
dalam memenuhi kebutuhan massa tulang dan kedua proses tersebut lebih tinggi
terjadi di awal pertumbuhan daripada di akhir pertumbuhan (Black et al 1999).
Soeparno (2005) menjelaskan bahwa perbedaan bobot tulang dipengaruhi oleh
pengaruh bangsa, umur, jenis kelamin, dan pakan terhadap laju pertumbuhan
masing-masing komponen karkas tulang.

11
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Domba garut dan domba ekor tipis yang diberi pakan berbasis indigofera
sp.Memiliki perbedaan yang nyata dalam karakteristik karkas pada nilai tebal
lemak punggung. Domba garut memiliki nilai tebal lemak punggung yang lebih
tinggi dari domba ekor tipis. Pada komposisi karkas tidak terlihat perbedaan
antara domba garut dan domba ekor tipis. Pada distribusi jaringan karkas dalam
potongan komersial, domba garut memiliki bobot daging yang lebih tinggi pada
bagian breast dan shank dari pada domba ekor tipis.

Saran
Pakan indigofera ini kurang cocok untuk digunakan sebagai pakan utama
untuk penggemukan domba muda lepas sapih, karena hasil yang ditunjukan
kurang signifikan baik pada domba garut maupun domba ekor tipis. Penggemukan
dengan domba garut di masyarakat lebih baik karena menghasilkan pbbh yang
tinggi, mengandung komposisi daging yang tinggi dan juga rendah lemak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta (ID).
Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2008. Mutu Karkas dan Daging
Kambing/Domba. Standar Nasional Indonesia. 3925: 2008, Jakarta (ID).
Berg RT, Butterfield R.1976. New Concept of Cattle Growth. Sydney University
Press. Sydney (AU).
Black, A. Schoknecht PA, Ralston SL, Shapses SA. 1999. Diurnal variation and
age differences in the biochemical markers of bone turnover in horse. J.
Anim. Sci. 77: 75-83.
Carrasco S, Ripoll G, Panea BJ, Alvarez-Rodriguez, Joy M. 2009. Carcass tissue
composition in light lambs: Influence of feeding system and
predictionequations. Livest. Sci. doi:10.1016/j.livsci.2009.06.006.
Gaspersz V. 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Volume 2.
Tarsito, Bandung (ID).
Haryanto B. 2000. Penggunaan probiotik dalam pakan untuk meningkatkan
kualitas karkas dan daging domba. JITV. 5 (4): 224-228.Lawrie, R. A.
2003. Ilmu Daging. Terjemahan oleh Aminuddin Parakkasi. Edisi kelima.
Indonesia University Press, Jakarta (ID).
Johnson ER, Priyanto R, Taylor DG. 1997. Investigation into the accuracy of
prediction of beef carcass composition using subcutaneous fat thickness
and carcass wight II. Improving the accuracy of prediction. J. Meat Sci. 46
(2): 193-200.
Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Terjemahan oleh Aminuddin Parakkasi. Edisi
kelima. Indonesia University Press, Jakarta.

12
Lestari CM, Dartosukarno S, Puspita I. 2005. Edible portion domba lokal jantan
yang diberi pakan dedak padi dan rumput gajah. Fakultas Peternakan
(karya ilmiah). Universitas Diponegoro, Semarang (ID).
Meiaro, A. 2008. Bobot potong, bobot karkas, dan non karkas domba lokal yang
digemukkan dengan pemberian ransum komplit dan hijauan [skripsi].
Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).
National Research Council. 2007. Nutrient Requirement of Sheep. Revised Edition.
National Academy Press, Washington(US).
Oberbauer AM, AM Arnold, ML Thoney. 1994. Genetically size-scaled growth
and composition of Dorest and Suffolk rams. Anim. Prod. 59: 223-234.
Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W. 2007. Pengaruh
Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang Berbeda pada
Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot terhadap Konversi
Pakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor (ID). Hal: 394401.
Romans JR, Costello WJ, Carlson CW, Greaser ML, Jones KW. 1994.The Meat
We Eat. 13th Ed. Interstate Publishers Inc. Danviile. Illinois (US).
Saparto. 1981. Pertumbuhan perkembangan potongan karkas domba (karya
Ilmiah). Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Keempat. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta (ID).
Sumira BW. 2010. Distribusi bobot potongan komersial daging pada karkas
domba lokal jantan dengan rasio pemberian rumput, legum pohon, dan
konsentrat yang berbeda [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).
Wiryawan KG, Astuti DA, Priyanto R, &Suharti S. 2009. Optimalisasi
pemanfaatan rumput dan legum pohon terhadap performa, produksi, dan
kualitas daging domba jonggol. Laporan Penelitian Unggulan IPB, Bogor
(ID).

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 April 1990 di Bandung. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sugih Gumilar
dan Ibu Eli Marliani.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Putra Tujuh
Gunung Putri pada tahun 1996. Tahun pertama sampai akhir tahun kedua dilalui
penulis di SD Negeri V Gunung Putri. Tahun ketiga sampai tahun ke enam dilalui
penulis di SD Negeri III Kasomalang. Pendidikan menengah pertama diselesaikan
penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri I Jalan Cagak dan dilanjutkan ke
pendidikan menengah atas di SMA Negeri III Subang yang diselesaikan pada
tahun 2008. Penulis diterima di Istitut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun yang sama dan terdaftar sebagai
mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
Selama mengikuti pendidikan. penulis aktif di berbagai organisasi dan
kepanitiaan. Penulis menjadi anggota Divisi Fotografi di Majalah Pangan Emulsi.