Analisis Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap Net Interest Margin (NIM), Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan
perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan
menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem
bunga, melainkan atas dasar prinsip syariah sebagaimana digariskan syariah
(hukum) Islam. Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak
menggunakan sistem bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang diterima
atas pembiayaan yang diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana
masyarakat. Penentuan imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan
tersebut semata-mata didasarkan pada prinsip syariah (Siamat. 2005).
Pertumbuhan

perbankan

syariah

di

Indonesia


mengalami

perkembangan yang cukup signifikan dengan diberlakukanya Undangundang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan sebagai pengganti Undangundang No. 7 Tahun 1992. Dengan adanya Undang-undang ini, perbankan
di Indonesia memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk berkembang,
termasuk pemberian kesempatan bagi bank konvensional untuk membuka
kantor yang melaksanakan operasional perbankan berdasarkan prinsip
syariah.
Bank Muamalat Indonesia adalah Bank umum syariah pertama yang
berdiri di Indonesia berlandaskan sistem ekonomi Islam. Dengan adanya
perkembangan perekonomian Islam di Indonesia persaingan dengan bank
umum syariah lainnya merupakan tantangan bagi Bank Muamalat
mempertahankan keunggulan disegala aspek. Untuk menghadapi kondisi
tersebut Bank Muamalat dituntut untuk meningkatkan pengelolaan bank
secara maksimal dan harus senantiasa menjaga kesehatan bank.
Sesuai dengan SK Dir BI No 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret
1998 suatu Bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMELS
dan sesuai dengan SE BI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004,
terhitung posisi akhir bulan Desember 2004 suatu bank dinyatakan sehat
apabila memenuhi kriteria CAMELS (Capital, Asset Quality, Management,


Earning, Liquidity dan Sensitivibility). Dari sisi rasio keuangan kesehatan
bank dapat diukur dari rasio permodalan (capital), rasio assets (assets
quality), rasio laba (earning) dan rasio likuiditas (liquidity). Dalam
penelitian ini Capital diwakili dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Asset
Quality diwakili dengan Non Performing Loan (NPL), Earning diwakili
oleh Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Liquidity
diwakili oleh Loan To Deposit Ratio (LDR). Management dan Sensitivibility
tidak digunakan sebagai variabel dalam penelitian karena tidak terdapat
rasio keuangan yang mewakili.
Menurut ketentuan bank Indonesia, Beban Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara total biaya operasi
dengan total pendapatan operasi. Efisien operasi dilakukan oleh bank dalam
rangka untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan
dengan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar (sesuai dengan harapan
pihak

manajemen

dan


pemegang

saham)

serta

digunakan

untuk

menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya
dengan tepat guna dan berhasil guna. Dengan demikian efisiensi operasi
suatu bank yang diproyeksikan dengan BOPO akan mempengaruhi kinerja
bank tersebut. Tingkat BOPO pada Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. BOPO Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010
Tahun 2010

BOPO


Kuartal 1

87,58%

Kuartal 2

90,52%

Kuartal 3

89,33%

Kuartal 4

87,38%

Sumber : Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2010
Bank dalam menjalankan operasinya tentunya tidak lepas dari berbagai
macam risiko. Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai suatu

hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Non Performing Loan
(NPL) merupakan rasio keuangan yang berkaitan dengan risiko kredit. Risiko
kredit merupakan risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat

dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. Tingkat
NPL pada Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. NPL Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010
Tahun 2010

NPL

Kuartal 1

6,59%

k Kuartal 2

4,72%

Kuartal 3


4,20%

Kuartal 4

4,32%

Sumber : Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2010
Nilai NPL yang baik adalah kurang dari 5 persen, pada kuartal pertama
tahun 2010 masih terdapat NPL yang lebih dari 5 persen yaitu 6,59 persen. Hal ini
menunjukkan kredit atau pembiayaan yang bermasalah masih cukup besar,
sehingga dana yang disalurkan kepada peminjam berkualitas rendah atau pelaku
bisnis yang berisiko tinggi. Risiko yang tinggi akan mempengaruhi nilai NPL
sebuah bank dan keputusan bank dalam mengelola pembiayaannya.
Kredit atau pembiayaan yang disalurkan dapat dilihat melalui risiko Loan To
Deposit Ratio (LDR). LDR menyatakan kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, atau dengan kata lain,
seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik

kembali dananya yang telah disalurkan oleh bank berupa pembiayaan. Tingkat
LDR pada Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. LDR Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010
Tahun 2010

LDR

Kuartal 1

99.47 %

Kuartal 2

99.68 %

Kuartal 3

103.71 %

Kuartal 4


91.52 %

Sumber : Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2010
LDR yang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa dana yang disalurkan
kepada masyarakat lebih besar daripada dana yang berhasil dihimpun dari pihak
ketiga. Disatu sisi LDR yang tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut produktif

dan fungsi sebagai lembaga intermediasi berjalan dengan baik. Tetapi di sisi lain,
LDR yang terlalu tinggi menunjukkan likuiditas yang rendah. Hal ini dikarenakan
kurangnya ketersediaan dana cadangan untuk menutupi permintaan dana jika
sewaktu-waktu nasabah ingin menarik simpanannya. Selain itu, dapat juga
disebabkan oleh manajemen dana yang belum efektif dalam hal pengalokasian
dana.
Pengalokasian dana harus diimbangi dengan modal yang cukup agar
manajemen dana berjalan dengan baik. Pengelolaan modal ditunjukkan dengan
Rasio Kecukupan Modal. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio, CAR)
yang dicapai oleh Bank Muamalat Indonesia selalu berada diatas batas minimum
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu 8 persen. Data rasio kecukupan modal
Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Capital Adequacy Ratio Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010
Tahun 2010

CAR

Kuartal 1

10.52 %

Kuartal 2

10.12 %

Kuartal 3

14.62 %

Kuartal 4

13.32 %


Sumber : Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia, 2010
Selain memberikan jasa keuangan kepada masyarakat, Bank Muamalat
memiliki tujuan fundamental yaitu memperoleh keuntungan secara optimal, dan
untuk bersaing dengan bank-bank syariah lain maka bank Muamalat harus
senantiasa menjaga kesehatan bank. Sebagai indikator untuk menilai kesehatan
bank, penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit
Ratio (LDR) Terhadap Net Interest Margin (NIM) Pada PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk.”
Net Interest Margin (NIM) dipilih sebagai variabel dependen dengan
alasan bahwa tingkat keuntungan bank akan tercapai apabila bank dapat
melakukan tugas sebagai intermediasi (perantara) antara pemilik dana dan
pemakai dana secara baik. Apabila bank telah melaksanakan tugasnya
secara baik maka bank akan dapat memperoleh selisih positif pendapatan
bunga yang disebut Net Interest Margin (NIM). NIM adalah selisih antara

Interest Income (pendapatan bunga) dengan Interest Expenses (Biaya

Bunga). NIM menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan
pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan
kredit. Hal ini mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung
dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan. Sedangkan pemilihan
BOPO, NPL, CAR dan LDR sebagai variabel independent penelitian karena
sesuai dengan SK Dir BI No 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 suatu
Bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMELS .
1.2. Perumusan Masalah
Dalam menghadapi perubahan ekonomi yang sangat fluktuatif di
Indonesia, lembaga keuangan dan pelaku ekonomi khususnya Bank Umum
Syariah harus mengelola kegiatan bank terutama dalam hal pembiayaan.
Pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat memiliki tingkat risiko yang
beraneka ragam. Permasalahan yang terjadi pada Bank Muamalat Indonesia,
Tbk terjadi ketidakstabilan nilai BOPO, NPL, CAR, LDR dan NIM.
Sehingga kegiatan pembiayaan harus dikelola dengan baik dapat
ditunjukkan dengan besarnya BOPO, NPL, CAR, LDR serta pengaruhnya
terhadap rasio profitabilitas dalam hal ini adalah NIM.
Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi
menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan
penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi
terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan
merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan
signifikan. Dalam penelitian ini risiko pembiayaan ditunjukkan dalam Non
Performing Loan (NPL). Untuk meminimalkan risiko maka harus dilakukan
manajemen dana dengan baik, diantaranya dengan memperhatikan
kecukupan modal, dalam hal ini rasio kecukupan modal ditunjukkan dengan
Capital Adequacy Ratio (CAR). Selain CAR tingkat likuiditas harus
diperhatikan,

karena

sebagai

lembaga

kepercayaan

harus

mampu

menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan penyalur dana untuk
memperoleh profit. Dalam penelitian ini likuiditas ditunjukkan dalam Loan
To Deposit Ratio (LDR). Sebagai upaya untuk meningkatkan Profitabilitas,

dalam hal ini adalah Net Interest Margin (NIM), maka ketiga hal yaitu NPL,
LDR dan CAR harus dikelola dengan baik. Tidak kalah pentingnya hal yang
berpengaruh dalam peningkatan profitabilitas bank adalah BOPO. Semakin
efektif beban operasional yang dikeluarkan maka profitabilitas bank akan
semakin meningkat.
Dari uraian diatas ada beberapa permasalahan yag akan dibahas antara
lain :
1.

Bagaimana perkembangan Beban Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Margin (NIM) di PT
Bank Muamalat Indonesia, Tbk?

2.

Bagaimana pengaruh BOPO, NPL, CAR dan LDR terhadap NIM di PT
Bank Muamalat Indonesia, Tbk?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan Beban Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Net Interest Marjin (NIM) di PT Bank
Muamalat Indonesia, Tbk.
2. Menganalisa pengaruh BOPO, NPL, CAR dan LDR terhadap NIM di PT
Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
1.4.

Ruang Lingkup
Pada penelitian ini membahas perkembangan Beban Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital
Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR) serta pengaruhnya
terhadap Net Interest Marjin (NIM). Penelitian ini berdasarkan data pada
laporan keuangan PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk periode 2001 - 2010
dan Rasio Keuangan triwulan dari tahun 2001 sampai tahun 2010.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank umum yang sebagaimana dimaksud dalam
UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan
UU No. 10 Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (Riyadi, 2005).
Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah menurut pasal 1 angka 13 Undang-undang No 10 Tahun 1998 adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain :
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
e. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa.
2.2. Bentuk Hukum, Permodalan dan Kepemilikan Bank Syariah
Berdasarkan UU Perbankan, bentuk hukum Bank Syariah dapat berupa
Perseroan Terbatas, Koperasi dan Perusahaan Daerah. Modal disetor untuk
medirikan

Bank

Syariah

ditetapkan

sekurang-kurangnya

Rp

3.000.000.000.000,00 (tiga trilliun rupiah). Pendirian Bank Syariah hanya
dapat dilakukan oleh warga Negara Indonesia dan atau badan hukum
Indonesia serta warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia
dengan warga Negara asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan.
Sedangkan kepemilikan yang berasal dari warga Negara asing dan atau
badan hukum asing setinggi-tingginya sebesar 99 persen dari modal disetor
Bank. Sementara kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggitingginya adalah sebesar modal bersih sendiri dari badan hukum yang
bersangkutan. Dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank dilarang
bersumber dari :

a. Pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank
dan/atau pihak lain.
b. Sumber yang diharamkan menurut prinsip syariah, termasuk dari dan
untuk tujuan pencucian uang (money laundring).
2.3. Kegiatan Usaha Bank Syariah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 62/24/PBI/2004 tanggal
14 Oktober 2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, kegiatan usaha bank syariah dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Pengimpunan dana (funding)
Penghimpunan

dana

adalah

kegiatan

penarikan

dana

atau

penghimpunan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi
berdasarkan

prinsip

syariah.

Berkaitan

dengan

kegiatan

penghimpunan dana, dalam prinsip syariah dibedakan antara
simpanan yang tidak memberikan imbalan dan simpanan yang
mendapatkan imbalan. Dana simpanan atau tabungan yang tidak
memberikan imbalan bagi nasabah dimaksudkan semata-mata hanya
sebagai cara untuk menyimpan atau menitipkan uang. Sementara
simpanan untuk tujuan investasi akan mendapatkan imbalan dari
bank.
b. Penyaluran dana atau pembiayaan (financing)
Kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan bank syariah harus tetap
berpedoman pada prinsip kehati-hatian yang diatur oleh Bank
Indonesia. Oleh karena itu, Bank diwajibkan untuk meneliti secara
seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan
yang sehat. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan
penyaluran

dana

perbankan

tetap

berlaku

sepanjang

tidak

bertentangan dengan prinsip syariah. Bentuk penyaluran dana atau
pembiayaan yang dilakukan Bank Syariah dalam melaksanakan
operasinya secara garis besar dapat dibedakan kedalam 4 kelompok
sebagai berikut :

a. Prinsip jual beli (ba’i)
b. Prinsip bagi hasil
c. Prinsip sewa menyewa (ijarah)
d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh.
c. Pembiayaan jasa-jasa pelayanan perbankan (bank services)
Jasa-jasa yang diberikan perbankan syariah kepada nasabah
berdasarkan akad dengan mendapatkan imbalan atau fee antara lain :
a. Al Wakalah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa
tertentu.
b. Al Hawalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang
berhutang

(debitur)

kepada

orang

lain

yang

wajib

menanggungnya. Transaksi ini pada dasarnya merupakan
pemindahan beban utang dari debitur menjadi tanggungan pihak
lain yang berkewajiban menanggung pembayaran hutang.
c. Al Kafah adalah garansi atau jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk menanggung kewajiban
pihak kedua (tertanggung) apabila tertangung tidak dapat
memenuhi kewajibanya.
d. Al Rahn merupakan arta atau asset yang harus diserahkan oleh
peminjam (debitur) sebagai jaminan atas diterimanya dari bank.
Tujuan pemberian fasilitas Al Rahn oleh bank adalah untuk
membantu nasabah dalam pembiayaan usahanya.
2.4. Laporan Keuangan
Siamat (2005) mengatakan dalam rangka peningkatan transparasi kondisi
keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 3/22/PBI/2001
tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan
keuangan dalam bentuk dan cakupan yang terdiri dari :
a. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan;
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan;
c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan;
d. Laporan Keuangan Konsolidasi.

2.5. Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah penelitian atas suatu kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank
Indonesia (Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April 1997
tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang
disempurnakan dengan SK direksi Bank Indonesia No 30/277/KEP/DIR
tanggal 19 Maret 1998 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum) yang meliputi faktor-faktor
berikut :
Tabel 5. Faktor-faktor Kesehatan Bank yang dinilai dan bobotnya
No

Faktor yang

Komponen

Bobot

Rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang

25 %

Dinilai
1

Permodalan

Menurut Rasio (ATMR)
2

Kualitas Aktiva
Produktif

a. Rasio

Aktiva

Diklasifikasikan

Produktif
(APYD)

yang

25 %

terhadap

Aktiva Produktif (AP)
b. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva

5%

Produktif yang dibentuk oleh Bank
(PPAPYD)

terhadap

Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif yang
Wajib Dibentuk (PPAPWD)
3

4

Manajemen

Rentabilitas

a. Manajemen Umum

10%

b. Manajemen Risiko

15%

a. Rasio Laba Usaha Rata-rata terhadap

5%

Volume Usaha
b. Rasio Biaya Operasional terhadap

5%

Pendapatan Operasional
5

Likuiditas

a. Rasio Kewajiban Bersih antar bank
terhadap modal inti

5%

b. Rasio Kredit terhadap Dana yang

5%

Diterima Oleh Bank
Sumber : Riyadi, 2004
2.6. Rasio Rentabilitas
Hanafi (1999), menyatakan bahwa efisiensi akan lebih jelas jika
dikaitkan dengan konsep perbandingan outpu-input. Output merukapan hasil
suatu organisasi, dan input merupakan sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut. Dalam kasus perusahaan yang bergerak
dibidang perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah
bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank,
dilakukan dengan benar dalam arti sesuai dengan yang diharapkan
manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga berpengaruh
terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah
menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna.
Menurut

Bank

Indonesia

efisiensi

operasi

diukur

dengan

membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau
yang sering disebut BOPO. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio
yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam
menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya
yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam
mengelola usahanya (SE, Intern BI 2004). Bank Indonesia menetapka angka
terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90 persen, karena jika rasio BOPO
melebihi 90 persen hingga mendekati angka 100 persen maka bank tersebut
dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Pada
penelitian ini variabel BOPO diambil sebagai salah satu variabel atau faktor
yang mempengaruhi kinerja keuangan bank, karena bagaimanapun juga jika
kita berbicara mengenai kinerja suatu perusahaan pastilah juga berhubungan
dengan efisiensi operasi bank tersebut.

2.7. Rasio Perbankan Asset (Asset Quality)
Rasio perbankan asset menurut Riyadi (2003) dilihat dari Non
Performing Loan (NPL). NPL adalah perbandingan antara jumlah kredit yang
diberikan dengan tingkat kolektibilitas tiga sampai dengan lima dibandingkan
dengan total kredit yang diberikan oleh bank. Sesuai dengan ketetapan yang
telah dibuat oleh Bank Indonesia, kredit bermasalah (NPL) dihitung dengan
menggunakan NPL Gross.
Rumus NPL :
/

NPL Gross :

x 100 …. ( 1)
x 100 …. ( 2)

NPL Netto :

Kolektibilitas adalah penggolongan tingkat kelancaran pembayaran
kewajiban nasabah yang diukur berdasarkan jumlah hari tunggakan.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 30/267/KEP/DIR,
tanggal 27 Februari 1998 tentang kualitas aktiva produktif dan pembentukan
cadangan, ditetapkan lima golongan kolektibilitas kredit, yaitu :
Tabel 6. Penggolongan Kolektibilitas
No

Jumlah Hari Tunggakan

Penggolongan Kolektibilitas

1

0

Lancar

2

1 sampai dengan 90

Dalam Perhatian Khusus

3

91 sampai dengan 180

Kurang Lancar

4

181 sampai dengan 270

Diragukan

5

> 270

Macet

2.8. Permodalan Bank
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka
pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha
bank disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas
moneter (Taswan, 2010).

2.8.1 Fungsi Modal
1. Melindungi para kreditur
Kreditur dalam pengertian ini adalah mereka yang menyimpan
dananya baik berupa giro, tabungan dan deposito berjangka (dana
jangka pendek). Bagi kreditur mengharapkan adanya kepastian
kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan kreditur
sewaktu-waktu

dibutuhkan,

dengan

demikian

modal

bank

merupakan penyanggah pengembalian dana kreditur manakala bank
kesulitan menarik kembali investasi jangka pendek ataupun bank
kesulitan likuidasi.
2. Menjamin kelangsungan operasional
Bank mampu memenuhi kegiatan operasional dengan modal mereka
sendiri termasuk membangun atau membeli kantor dan peralatan.
Dengan dana itu bank membiayai operasi mereka pada masa
paceklik, yaitu jumlah pendapatan lebih kecil daripada biaya yang
harus mereka keluarkan.
3. Memenuhi standar modal minimum
Standar kecukupan modal disebut dengan standar CAR (Capital
Adequacy Ratio) yang merupakan hal penting yang harus
diperhatikan atau dipenuhi oleh bank. Berdasarkan ratio CAR
apabila bank akan menambah penyaluran kredit kepada masyarakat,
maka dengan sendirinya bank harus menambah modal yang dimiliki.
Apabila

bank

tidak

menambah

jumlah

kredit

maka

akan

memperkecil CAR yang dicapai bank.
2.8.2 Rasio Kecukupan Modal
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman dan lain-lain.
Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang

mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

x 100 …. (3)

CAR =

Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
26/20/Kep/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No 26/2/BPPP
masing-masing tanggal 29 Mei 1993, maka bank diwajibkan untuk
menyediakan CAR sebesar 8 persen.
2.8.3 Hal-hal yang Mempengaruhi CAR
Setelah membahas mengenai CAR dapat ditarik kesimpulan
tentang hal-hal yang mempengaruhi CAR (Slamet Riyadi, 2004)
diantaranya adalah :
1. Tingkat kualitas manajemen bank, kualitas sistem dan prosedur
operasionalnya.
2. Tingkat kualitas aktiva beserta risiko yang melekat padanya.
3. Struktur posisi dan kualitas permodalan bank.
4. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.
5. Tingkat likuiditas yang dimiliki.
6. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka panjang.
2.8.4 Cara Meningkatkan CAR
Posisi CAR dapat ditingkatkan atau diperbaiki dengan cara :
1. Memperkecil komitmen pinjaman yang tidak digunakan.
2. Jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau
diperkecil sehingga risiko semakin berkurang.
3. Komitmen letter of credit

bagi bank-bank devisa yang belum

benar-benar memperoleh kepastian dalam penggunaanya atau tidak
dapat dimanfaatkan secara efisien sebaiknya juga dibatasi.
4. Posisi aktiva tetap dan investaris diusahakan agar tidak berlebihan
dan sekedar memenuhi kelayakan.

5. Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran
tunai, go public dan pinjaman subordinasi jangka panjang dari
pemegang saham.
6. Mengelola ATMR dengan cara mengalihkan aktiva dari yang
mempunyai bobot resiko yang lebih besar ke aktiva yang memiliki
bobot risiko yang lebih rendah.
2.9. Rasio Likuiditas
Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibanya yang harus segera dibayar. Bank sebagai lembaga kepercayaan
harus mampu menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan penyalur
dana untuk memperoleh profit. Likuiditas bank adalah kemampuan bank
untuk memenuhi kemungkinan penarikan simpanan dan kewajiban lainya dan
atau memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit dan penempatan dana
lainya (Taswan, 2010).
Likuditas dapat berfungsi sebagai (Synkey, 1986) :
1. Menunjukkan dirinya atau bank sebagai tempat yang aman untuk
menyimpan uang.
2. Memungkinkan bank untuk memenuhi komitmen kreditnya.
3. Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntungkan
4. Untuk menghindari diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan
negatif dari otoritas pengawas atau penguasa moneter karena meminjam
dana likuiditas dari bank sentral.
5. Memperoleh penilaian risiko ketidakmampuan membayar kewajiban
penarikan dananya.
Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan
dengan dana yang diterima (dana pihak ke tiga). Kredit yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah (Taswan, 2010) :
1. Kredit yang diberikan kepada masyarakat dikurangi dengan bagian
kredit sindikasi yang dibiayai bank lain.
2. Penanaman pada bank lain dalam bentuk kredit yang diberikan dengan
jangka waktu lebih dari tiga bulan.

3. Penanaman bank lain, dalam bentuk kredit dalam rangka kredit
sindikasi.
Sedangkan dana yang diterima bank meliputi :
1. Deposito dan tabungan masyarakat
2. Pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari tiga
bulan.
3. Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari
tiga bulan.
4. Modal inti
5. Modal pinjaman
Rumus untuk menentukan rasio LDR :
Loan To Deposit Ratio (LDR) :

100% …. . ( 4)

2.10. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas memperlihatkan kemampuan suatu bank di dalam
menghasilkan keuntungan baik berasal dari kegiatan operasional bank yang
bersangkutan maupun hasil-hasil non operasionalnya. Di dalam perbankan,
profitabilitas juga merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
menilai sehat tidaknya suatu bank, selain faktor-faktor modal, kualitas
aktiva, manajemen dan likuiditas.
Perhitungan profitabilitas dinyatakan dengan rumus :
Profitabilitas :

x 100 %.......(5)

2.10.1 Analisa Profitabilitas
Analisa rasio ini merupakan suatu teknik analisis yang
bermanfaat dalam menilai kinerja suatu bank. Hasil dari perhitungan
analisis rasio ini kemudian dibandingkan dengan bank yang
peringkatnya satu kelas, kinerja tahun-tahun sebelumnya atau
dengan rencana laba bank yang telah dibuat. Untuk melakukan
analisa profitabilitas sebuah bank beberapa rasio yang umumnya
digunakan adalah sebagai berikut :

1.

Interest Margin

2.

Net Margin

3.

Asset Utilization

4.

Return On Assets

5.

Levarage Multiplier

6.

Return on Equity

2.10.2 Net Interest Margin (NIM)
Rasio yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Net Interest
Margin (NIM). Tujuan dari Asset Liabilities Margin (ALM)
biasanya diekspresikan dalam target Net Interest Margin (NIM).
Untuk mengukur kinerja ALM, standar industri yang digunakan
adalah NIM, yang dinyatakan sebagai Net Interest Income (NII)
dibagi dengan rata-rata total asset. Karena NII sebanding dengan
pendapatan bunga (Interest Income) dikurangi biaya bunga (Interest
Expense). NIM dinyatakan sebagai persamaan sebagai berikut :
NIM =

100 % ………( 6)

2.11. Penelitian Terdahulu
Penelitian Puspitasari (2008) yang berjudul Analisis Pengaruh Non
Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Return On Asset
Dengan Bantuan Simulasi Komputer (Studi Kasus : PT Bank Muamalat
Indonesia Tbk). Penelitian ini menggunakan metode regresi linear dengan
nilai R square sebesar 79,7 persen yang artinya NPL dan CAR berpengaruh
terhadap ROA sebesar 79,7 persen, sedangkan 20,3 persen dipengaruhi oleh
faktor lain diluar penelitian. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa NPL
dan CAR mempengaruhi ROA dengan komposisi yang berbeda. CAR
mempengaruhi ROA lebih signifikan dibandingkan NPL.
Penelitian Rahayu Purba (2010) yang berjudul Pengaruh Non
Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio dan
Marjin Suku Bunga terhadap Net Interest Margin (Studi Kasus PT Bank
Danamon Indonesia Tbk) menjelaskan bahwa besarnya NPL akan
mempengaruhi besarnya NIM, besarnya CAR akan mempengaruhi besarnya

NIM, meningkatnya LDR akan meningkatkan NIM serta pendapatan bunga
bersih (NIM) bank juga tidak lepas dari peningkatan atau penurunan suku
bunga, semakin besar selisih antara suku bunga pinjaman dan suku bunga
simpanan akan meningkatkan NIM yang lebih besar pula. Penelitian ini
menggunakan metode regresi linear dengan nilai R squre sebesar 0,753 yang
berarti NIM dipengaruhi oleh NPL, CAR, LDR dan marjin suku bunga
sebesar 75,3 persen sisanya 24,7 persen dipengaruhi oleh faktor lain diluar
penelitian.
Penelitian Purwanto (2011) yang berjudul Analisis Besarnya Pengaruh
Pembiayaan, Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Rasio Non Performing
Financing (NPF) terhadap laba Bank Syariah (Studi Kasus PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk) menjelaskan bahwa penyaluran pembiayaan yang
besar berpengaruh positif terhadap perolehan laba dengan koefisien 0,0327,
yang berarti untuk menaikkan laba sebesar 0,0327 dibutuhkan paling sedikit
kenaikan penyaluran pembiayaan sebesar satu satuan. Hal ini dapat
dijelaskan karena semakin besar menyalurkan pembiayaan maka bank
syariah dapat memperoleh pendapatan baik itu didapat dari perolehan bagi
hasil, margin penjualan atau pendapatan jasa yang pada akhirnya akan
meningkatkan laba bank syariah. Koefisien Financing to Deposit Ratio
terhadap laba adalah -401. Hal ini berarti untuk menaikan laba sebesar Rp
401 juta rupiah, bank syariah paling sedikit harus menurunkan FDR nya
sebesar 1 persen. Kemudian untuk rasio Non Performing Financing
berpengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -4000. Ini artinya untuk
dapat menaikan laba sebesar 4 milyar rupiah, bank syariah setidaknya harus
menurunkan rasio NPF-nya sebesar satu persen.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian
Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan besar
dalam perekonomian masyarakat sehingga mempunyai peranan penting
dalam pengelolaan dana yang beredar dimasyarakat. Bank melakukan
kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkanya kembali
kepada masyarakat dalam beragam alternatif investasi. Bank memiliki risiko
kerugian dalam menyalurkan dananya kembali kepada masyarakat dalam
beragam investasi. Bank harus menutupi kerugian yang timbul dengan
menyediakan cadangan dana agar bank tetap bisa menjalankan aktivitasnya.
Aktivitas bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat
tidak lepas dari pembiayaan bermasalah.
Banyak faktor yang mempengaruhi adanya pembiayaan bermasalah
diantaranya faktor internal maupun eksternal dari nasabah maupun bank.
Adanya pembiayaan bermasalah akan berpengaruh terhadap besarnya NPL
bank. Semakin meningkatnya NPL suatu bank maka berpengaruh terhadap
meningkatnya cadangan modal minimum yang disediakan bank. Cadangan
modal minimum dalam bank dapat dilihat dari nilai CAR. Kredit yang
disalurkan bank kepada masyarakat dapat dilihat dari rasio LDR. Rasio-rasio
tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas suatu bank.
Efisiensi operasi juga harus diperhatikan, karena efisiensi ini erat kaitannya
dengan kesehatan bank. Efisiensi ditunjukkan dalam rasio BOPO. Semakin
besar rasio BOPO menunjukkan bahwa bank kurang mampu dalam menekan
biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk sebagai bank umum syariah pertama
berdiri di Indonesia juga mengalami hal yang sama dalam kegiatan
menyalurkan pembiayaan kepada nasabah. Adanya pembiayaan bermasalah
merupakan masalah utama dalam kegiatan penyaluran pembiayaan yang
berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Kerangka pemikiran dari penelitian
ini diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Muamalat Institute dengan objek
penelitian PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang berlokasi di Arthaloka
Building Jalan Jenderal Sudirman No.2 Jakarta. Waktu dan pelaksanaan
penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2011.
3.3. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan sebelumnya oleh pihak tertentu
yang kemudian digunakan peneliti lain dengan tujuan yang berbeda dari
penelitian sebelumnya. Dalam hal ini data diperoleh melalui Muamalat
Institute yang berlokasi di Gedung Dana Pensiunan Telkom Lantai 2 Jalan S.
Parman Kavling 56 Slipi Jakarta Barat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data BOPO, NPL,
CAR, LDR dan NIM tahun 2001 - 2010. Metode yang diguanakan ini adalah
Analisis Regresi Berganda untuk mengetahui seberapa besar antara variabel
bebas dan variabel terkait. Variabel dependen adalah NIM sedangkan variabel
independen adalah BOPO, NPL, CAR dan LDR. Hasil perhitungan tersebut
dianalisis untuk melihat sejauh mana BOPO, NPL, CAR dan LDR
mempengaruhi bank dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang.
Dalam penelitian ini program komputer yang digunakan adalah SPSS 15.0.
3.4. Metode Pengolahan Data
Metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Metode tersebut merupakan analisis metode statistika
inferensia yang berkaitan dengan analisis data untuk peramalan dan atau
penarikan kesimpulan serta memberikan dasar terhadap analisis varian. Selain
itu data yang digunakan dalam menunjang penelitian ini adalah data time
series BOPO, NPL, CAR, LDR dan NIM triwulan, selama tahun 2001 sampai
dengan tahun 2010.
3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi adalah suatu proses melakukan estimasi untuk
memperoleh suatu hubungan fungsional antara variabel acak Y

dengan variabel X. Persamaan regresi digunakan untuk memprediksi
nilai Y untuk nilai X tertentu. Analisis regresi linear berganda adalah
analisis bentuk dan tingkat hubungan antar satu variabel terkait dan
lebih dari satu variabel bebas.
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu :
1. Variabel bebas (Independent variable) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen tersebut yaitu :
a. X1 adalah Beban Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO)
b. X2 adalah Non Performing Loan (NPL)
c. X3 adalah Capital Adequacy Ratio (CAR)
d. X4 adalan Loan To Deposit Ratio (LDR)
2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang
memberikan respon jika dihubungkan dengan variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Net Interest Margin
(NIM).
Model regresi linear berganda dengan satu variabel dependen (Y) dan
dua variabel independen (X) adalah :
Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4……………(7)
Keterangan :
Y : Net Interest Margin (NIM)
a : Konstanta
b : Koefisien
X1 : BOPO
X2 : NPL
X3 : CAR
X4 : LDR
3.4.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan mengenai satu atau
lebih populasi. Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari :
H0 :

Variabel independen (BOPO, NPL, CAR dan LDR) tidak
mempengaruhi variabel dependen (NIM)

H1 : Variabel independen (BOPO, NPL, CAR dan LDR)
mempengaruhi variabel dependen (NIM)

Pembuktian hipotesis dapat dilakukan dengan :
1. Uji F
Uji F yaitu uji untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel
idependen secara simultan mampu menjelaskan variabel dependen.
Dalam penelitian ini digunakan uji F dengan probabilitas value
yang dibandingkan dengan 0,05 (α). Jika P value < α maka terima
H0. Hal ini berarti variabel bebas secara simultan mempengaruhi
pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat. Namun jika P
value > α maka tolak H0.
2. Uji T
Uji T bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
varaiabel independen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat
pada table Coefficients. Nilai uji T dapat dilihat pada p-value (pada
kolom sig.)
3.4.3 Uji Asumsi Klasik Regresi
Model regresi yang baik harus memenuhi asumsi klasik dalam regresi.
Analisis asumsi klasik diantaranya adalah :
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menentukan apakah
variable berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Pengujian normalitas dapat dilihat dari grafik normal probability
plot. Apabila variable berdistribusi normal, maka penyebaran plot
akan berada di sekitar dan disepanjang garis 45 derajat.
2. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk
mendeteksi adanya Multikolinieritas dapat dilakukan dengan
mencari besarnya Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai

tolerance-nya. Jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerancenya lebih dari 0,1 maka model regresi bebas dari Multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dalam sebuah model
regresi, dengan tujuan bahwa apakah suatu regresi tersebut terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari setiap pengamatan ke
pengamatan lainya berbeda, maka disebut heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada koralasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1
(sebelumnya). Masa autokorelasi muncul pada observasi yang
menggunakan data runtut waktu (time series) karena “gangguan”
pada

seseorang/individu/kelompok

cenderung

mempengaruhi

”gangguan” pada individu yang sama pada periode berikutnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis
Ulama Indonesia (Perusahaan MUI) dan Pemerintah Indonesia,
dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1
Mei 1992. Dengan dukungan dari eksponen Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim,
pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat,
terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84
miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut
di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat
Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah
didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai
Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi
Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di
Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis
moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian
Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit
macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak
krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai
lebih dari 60 persen. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar,
kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh

Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah,
Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi
menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh
karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan
masa-masa yang penuh tantangan bagi Bank Muamalat.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari
2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di
Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih
dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000
ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan
satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri,
yaitu

di

Kuala

Lumpur,

Malaysia.

Untuk

meningkatkan

aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan
jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga
layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia.
4.1.2

Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Menjadi Bank Syariah utama di Indonesia, dominan di pasar
spiritual, dikagumi di pasar rasional.
b. Misi Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan

pada

semangat

kewirausahaan,

keunggulan

manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Pemegang

tertinggi

dalam

struktur

organisasi

bank

Muamalat adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang
membawahi Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris.
Wewenang RUPS meliputi : (1) Mengangkat dan memberhentikan
anggota Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Direksi,
(2) Menyetujui Perubahan Anggaran Dasar Perseroan, (3)

Menyetujui Laporan Tahunan, (4) Menunjuk Auditor Eksternal
Independen dan (5) Menentukan jumlah dan jenis remunerasi serta
fasilitas lainnya untuk anggota Dewan Komisaris, Dewan
Pengawas Syariah dan Direksi.
Pada struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia, Presiden
Direktur terletak dibawah Dewan Pengawas Syariah dan Dewan
Komisaris serta membawahi 5 Divisi diantaranya Complience and
Corporate Planning Director, Corporate Banking Director, Retail
Banking Director, Treasury and International Banking Director,
Finance and Operator Director.
4.1.4

Produk dan Jasa
Produk dan jasa pada Bank Muamalat Indonesia terdiri dari
penghimpunan dan penyaluran dana
a.

Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana merupakan kegiatan Bank Muamalat
Indonesia untuk menghimpun dana dari masyarakat. Bank
Muamalat Indonesia memiliki 8 produk penghimpunan dana,
yaitu :
1. Shar-e, Merupakan tabungan investasi syariah yang
memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone
Banking dalam satu kartu.
2. Tabungan Ummat, merupakan investasi murni yang sesuai
dengan

syariah

memungkinkan

dalam
nasabah

mata

uang

melakukan

rupiah

yang

penyetoran

dan

penarikan tunai dengan mudah. Selain itu, Tabungan
Ummat merupakan tabungan investasi dengan Akad
Mudharabah yang penarikanya dapat dilakukan secara
bebas biaya di seluruh counter bank Muamalat dan jaringan
ATM bersama.
3. Tabungan Ummat Junior, merupakan tabungan yang
diperuntukkan khusus untuk pelajar.

4. Tabungan

Haji

Arafah,

ditujukan

bagi

nasabah

merupakan
yang

tabungan

berkeinginan

yang
untuk

menunaikan ibadah haji secara terencana sesuai dengan
kemampuan dan jangka waktu yang nasabah inginkan.
Tabungan Haji Arafah plus ditujukan bagi nasabah
premium yang memiliki perencanaan haji singkat.
5. Deposito Mudharabah, merupakan jenis investasi syariah
tersedia dalam jangka waktu 1,3,6 dan 12 bulan dengan
pilihan mata uang rupiah atau USD. Deposito Mudharabah
dapat diperpanjang secara otomatis dan dijadikan jaminan
pembiayaan di Bank Muamalat.
6. Deposito Fulinvest, merupakan pilihan investasi dalam
mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6 dan
12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang ingin
berinvestasi secara halal, murni dan sesuai syariah.
Deposito ini dikhususkan bagi nasabah perseorangan dan
dilengkapi dengan fasilitas asuransi jiwa.
7. Giro Wadi’ah, merupakan titipan dana pihak ketiga berupa
simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan aplikasi
pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi
maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha.
8. DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) Muamalat,
merupakan lembaga yang menyelenggarakan program
pensiun, yaitu suatu program yang menjanjikan sejumlah
uang yang pembayaranya dilakukan secara berkala.
b. Penyaluran Dana
Penyaluran dana merupakan kegiatan bank Muamalat dalam
penyaluran

dana

kepada

masyarakat.

Bank

Muamalat

Indonesia memiliki 8 produk penyaluran dana, yaitu :

1.

Pembiayaan Jual Beli
a. Murabahah, merupakan fasilitas penyaluran dana
dengan system jual beli untuk pembiayaan modal,
investasi,

dan

konsumtif.

Pihak

bank

akan

membelikan barang-barang halal yang nasabah
butuhkan kemudian menjualnya kepada nasabah
untuk diangsur sesuai kemampuan nasabah dan
kesepakatan kedua belah pihak.
b. Istishna, merupakan kegiatan jual beli dimana
produsen ditugaskan membuat barang pesanan dari
pemesanan. Objek pemesanan harus dibuat atau
dipesan terlebih dahulu dengan cirri-ciri khusus yang
dipesan oleh pemesan. Pembayaran dapat dilakukan
diawal, ditengah dan diakhir.
2.

Pembiayaan Bagi Hasil
a. Musyarakah, merupakan kerjasama yang dilakukan
antara bank dengan nasabah dalam suatu usaha
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana, pekerjaan dan keahlian dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Umumnya
digunakan untuk pembiayaan modal dan investasi
b. Mudharabah, merupakan kerja sama antara dua pihak
dimana bank selaku penyedia dana dan pihak lain
(nasabah) bertindak sebagai pengelola usaha. Bank
menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk
dikelola.

3.

Pembiayaan Sewa
a. Ijarah, merupakan perjanjian antara bank selaku
pemberi sewa dengan nasabah selaku penyewa atas
suatu

barang

atau

asset

milik

bank.

Bank

mendapatkan jasa atas barang atau asset yang
disewakan.
b. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT), merupakan
perjanjian antara bank selaku pemberi sewa dan
nasabah selaku penyewa. Dengan konsep IMBT,
nasabah (penyewa) setuju akan membayar uang sewa
selama masa yang diperjanjikan dan bila sewa
berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk
memindahkan kepemilikan objek sewa tersebut dari
pemberi sewa.
c. Qardh, merupakan pinjaman dari bank kepada
nasabah yang diperlukan untuk kebutuhan mendesak,
seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan
bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif.
4.2. Perkembangan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Efisiensi adalah suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber biaya untuk mencapai hasil yang diharapkan. Efisiensi akan
lebih jelas jika dikaitkan dengan konsep perbandingan output-input. Output
merupakan hasil suatu organisasi dan input adalah sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Dibidang perbankan efisiensi
dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang
berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam arti sesuai
yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga
berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank
telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna.
Menurut

Bank

Indonesia,

efisiensi

operasi

diukur

dengan

membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau
sering disebut BOPO. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional.
Berikut perkembangan BOPO Bank Muamalat dari tahun 2001 sampai tahun
2010 :

120

100

80

60

40

20

0

2001
2002
2003
2004
2005

BOPO

2006
2007
2008
2009
2010

BOPO

memperoleh penghasilan dari kegiatan operasi bank. Sedangkan nilai BOPO
terendah terlihat pada tahun 2008 kuartal I yaitu sebesar 75,76 persen. Hal ini
disebabkan pendapatan operasional bank meningkat dikarenakan stabilitas
ekonomi Indonesia dalam keadaan baik, hal ini dibuktikan dengan
pendapatan laba bersih bank Muamalat pada tahun 2008 mengalami kenaikan
pesat yaitu sebesar 203,36 Milyar yang sebelumnya pada tahun 2007 laba
bersih hanya sebesar 139,78 Milyar.
4.3. Perkembangan Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) adalah rasio jumlah kredit pada tingkat
kolektibilitas tiga sampai dengan lima terhadap total kredit yang diberikan
oleh bank. Sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia,
kredit bermasalah (NPL) dihitung dengan menggunakan NPL Gross atau NPL
yang belum mempertimbangkan Perhitungan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP).
Besarnya nilai NPL maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
(BI) adalah 5 persen jika bank melebihi nilai yang ditetapkan oleh BI maka
akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut dan masuk dalam
kategori Bank Dalam Perhatian Khusus (BDPK). NPL merupakan indikator
kualitas asset suatu bank, maka semakin tinggi rasionya akan menyebabkan
semakin rendah likuiditasnya. Berikut merupakan perkembangan NPL pada
Bank Muamalat Indonesia dari tahun 2001 sampai tahun 2010 :

20

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

2001
2002
2003
2004
2005

NPL

2006
2007
2008
2009
2010

NPL

25

20

15

10

5

0

2001
2002
2003
2004
2005

CAR

2006
2007
2008
2009
2010

CAR

Berdasarkan Grafik perkembangan CAR, semua nilai CAR bank
Muamalat Indonesia Tbk sejak tahun 2001 sampai 2010 berada pada posisi
lebih dari 8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa bank Muamalat Indonesia
mampu mengelola modal untuk melindungi diri dari risiko kerugian yang
muncul. Pada tahun 2001 CAR Bank Muamalat masih relatif rendah yaitu
8,01 persen dan terus mengalami kenaikan sampai kuartal I tahun 2002, pada
kuartal II tahun 2002 mengalami penurunan. Setelah itu CAR relatif
mengalami kenaikan dan penurunan sampai tahun 2010.
Nilai CAR tertinggi ditunjukkan pada tahun 2003, yang terjadi pada
kuartal III yaitu sebesar 19,34 persen persen, hal ini terjadi karena untuk
tahun

2003,

tema

perkembangan

bank

Muamalat

adalah

“Tahun

Pengembangan Jaringan dan Aliansi Pelayanan”. Dalam menunjang
pelayanan dan pertumbuhan usaha, bank Muamalat mengambil langkah
menerbitkan obligasi Syariah 1 Subordinasi Bank Muamalat tahun 2003
sen

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

5 73 122

Pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Ratio (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio(LDR) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 83

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin Terhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2006-2010

9 80 121

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah

1 85 110

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Operational Efficiency Ratio, Financing To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia

2 41 105

Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan) ROA (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal Perbankan Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI

5 73 103

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)

0 5 118