C. Surakarta dan Modernitas
Surakarta merupakan salah satu kota pendidikan, pusat budaya dan menjadi daerah tujuan wisata. Sebagai kota pendidikan, Surakarta ditandai
dengan berdirinya berbagai Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta. Dari tingkat pendidikan dasar dan menengah hingga pendidikan tinggi, kota
Surakarta memiliki diferensiasi pendidikan yang cukup tinggi. Artinya, berbagai bidang pendidikan dan kejuruan termasuk berbagai jurusan di
Perguruan Tinggi dapat kita temui. Kota Surakarta kemudian mengalami berbagai perubahan sebagai
akibat bekerjanya kekuatan – kekuatan alami sosiologis dan berbagai hasil implementasi dari ide – ide pembangunan. Perjalanan dari waktu ke waktu
lebih ditentukan oleh arah kebijakan para elit yang pernah menjadi pemegang kekuasaan di Surakarta. Perkembangan ini lebih bercorak khas
sebagai suatu daerah yang mempunyai otonomitas lebih. Berawal dari komunitas Keraton sebagai pusat kota, kompleksitas ini merebak semakin
meluas searah dengan tuntutan akomodatif suatu kota. Sejak tahun 80-an, Surakarta cenderung mengalami perkembangan
sebagai kota modern. Perubahan yang terjadi di kota tentunya membawa pengaruh pada daerah disekitarnya. Pola hidup modern dan konsumtif
mendesak kehidupan tradisional yang semakun tersingkir ke pinggiran. Proses ini dipercepat dengan berdirinya berbagai fasilitas sarana dan
prasarana yang menunjang. Misalnya saja dengan semakin banyaknya
tempat – tempat perbelanjaan, seperti
mall, gallery
, supermarket – supermarket besar dan lainnya.
Perubahan pola kehidupan dan pola konsumsi ini tampak jelas dan mudah dijumpai di kalangan masyarakat terutama remaja. Budaya konsumtif
tersebut dikemas dalam “gaya hidup internasional” dan merupakan simbol dari modernitas Heru Nugroho, 1998:98. Kehidupan kota yang kompleks
dan heterogenitas yang tinggi membuat orang selalu ingin bersaing dan berusaha agar lebih baik dari yang lainnya. Hal itu sudah menjadi semacam
gaya hidup sehingga pola kehidupan mereka tidak terlepas dari persaingan untuk menjadi yang terbaik. Kenyataan ini mendorong orang – orang untuk
melakukan apa saja termasuk mengkonsumsi barang – barang pendukung untuk menjaga citra dan penampilan. Fasilitas dan sarana yang memadai di
kota, akses informasi yang cepat dan perekonomian kota yang kapitalistik membuat masyarakat kota lebih berpeluang untuk melakukan hal tersebut.
Hampir semua sisi dunia mulai tersentuh oleh peradaban global yang menurut Ronald Robertson Heru Nugroho, 1998:97 memilki intensitas,
cakupan waktu dan kecepatan yang luar bisaa yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Saat ini kota Surakarta, khususnya wilayah perkotaan terdapat berbagai jenis etnis penduduk dari seluruh Indonesia, walau penduduk asli
masih berada dalam komposisi teratas dan masih dominan dalam berbagai peran kemasyarakatan, penduduk pendatang dari berbagai suku ini
membentuk semacam miniature Indonesia di Surakarta. Mereka datang
dengan berbagai kepentingan. Bidang pendidikan menjadi tujuan utama para pendatang ke Surakarta, menyusul pekerjaan, perdagangan dan bidang –
bidang lain termasuk sektor informal. Para pendatang ini sebagian besar merupakan penduduk musiaman di
Surakarta. Secara administratif banyak di antara mereka yang tidak terdata sehingga bisa dipahami secara definitif jumlah penduduk jauh lebih besar
dari data yang teruanag dalam catatan statistik yang ada. Revalitas tinggal para pendatang kadang menjadi alasan tidak perlunya mengikuti ketentuan –
ketentuan administratif yang ada. Mereka silih berganti datang dan pergi serpanjang masa dan secara estafet mereka berada di Surakarta. Keberadaan
mereka berbaur dalam struktur penduduk asli sehingga secara sosial tidak dapat dipisahkan.
Dengan banyaknya pendatang ke Surakarta membuat para pemilik bisnis melirik peluang bisnis dan melebarkan sayap usahanya di Surakarta.
Seiring dengan banyaknya pendatang yang ada maka berbagai kebutuhan pun semakin meningkat. Dan tentunya diperlukan sarana dan prasarana yang
lebih lengkap dan menunjang. Misalnya saja dengan banyaknya usaha kost – kostan, rumah makan, l
aundry
, hotel, tempat – tempat perbelanjaan dan tempat – tempat hiburan.
D. Distro dan Identitas Kaum Muda