dengan berbagai kepentingan. Bidang pendidikan menjadi tujuan utama para pendatang ke Surakarta, menyusul pekerjaan, perdagangan dan bidang –
bidang lain termasuk sektor informal. Para pendatang ini sebagian besar merupakan penduduk musiaman di
Surakarta. Secara administratif banyak di antara mereka yang tidak terdata sehingga bisa dipahami secara definitif jumlah penduduk jauh lebih besar
dari data yang teruanag dalam catatan statistik yang ada. Revalitas tinggal para pendatang kadang menjadi alasan tidak perlunya mengikuti ketentuan –
ketentuan administratif yang ada. Mereka silih berganti datang dan pergi serpanjang masa dan secara estafet mereka berada di Surakarta. Keberadaan
mereka berbaur dalam struktur penduduk asli sehingga secara sosial tidak dapat dipisahkan.
Dengan banyaknya pendatang ke Surakarta membuat para pemilik bisnis melirik peluang bisnis dan melebarkan sayap usahanya di Surakarta.
Seiring dengan banyaknya pendatang yang ada maka berbagai kebutuhan pun semakin meningkat. Dan tentunya diperlukan sarana dan prasarana yang
lebih lengkap dan menunjang. Misalnya saja dengan banyaknya usaha kost – kostan, rumah makan, l
aundry
, hotel, tempat – tempat perbelanjaan dan tempat – tempat hiburan.
D. Distro dan Identitas Kaum Muda
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kita dihadapkan pada sebuah fenomena baru yaitu muncul dan berkembangnya
distribution store
atau yang lebih akrab dengan istilah
“ distro” .
Bermula dari kreatifitas dan
idealisme yang dikembangkan ke produksi barang – barang yang unik, yang diawali dari kebutuhan komunitas tertentu. Ciri dari sebuah komunitas tak
hanya berdasar pada apa yang mereka lakukan. Tetapi juga terkadang ada yang mereka ungkapkan melalui gaya berpakaian. Kini perkembangan
Distro semakin lama semakin meluas bahkan sudah tak asing lagi dimata kita meskipun dipelosok daerah sekalipun.
Distro ini mulai bermunculan dikota – kota besar di Indonesia, salah satunya adalah kota Surakarta. Hal ini terbilang baru tetapi telah
memberikan kontribusi dalam perekonomian masyarakat. Kita dapat melihat dengan jelas bahwa respon yang diberikan masyarakat sangat besar terhadap
keberadaan distro. Yaitu, ketika sebagian masyarakat khususnya para remaja mulai beralih ke distro untuk memenuhi kebutuhan terutama dalm hal
fashion. Dengan menawarkan nuansa lain yang bersifat baru bagi masyarakat baik dari segi produk maupun konsep, distro mampu berdiri dan
berkembang ditengah maraknya pendirian
Mall
di kota Surakarta pada khususnya.
Distro merupakan tempat dimana didistribusikan produk – produk lokal yang merupakan hasil dari desain lokal atau indie. Maksudnya, produk
tersebut adalah buatan dalam negeri dan diproduksi dalam jumlah yang terbatas. Rata – rata satu desain diproduksi paling banyak untuk 5 hingga 10
biji. Terlepas dari itu, apa sebenarnya yang membuat produk – tersebut terbatas? Yaitu tidak lepas dari pemberontakan pengusaha – pengusaha
kalangan home industry lokal terhadap mapannya produk – produk bermerk.
Mereka memberikan alternatif lain dari dominasi pabrik – pabrik besar. Caranya adalah dengan mengejar kualitas dan desain.
Maraknya pendirian distro di Surakarta ini tidak terlepas dari keberadaan kota Surakarta sebagai salah satu kota dimana kegiatan
pendidikan di Indonesia berlangsung. Hal ini berimplikasi pada banyaknya pelajar dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas dan mahasiswa
yang datang ke Surakarta ini dalam rangka menuntut ilmu. Banyaknya para pelajar maupun mahasiswa tersebut merupakan pangsa pasar tersendiri yang
cukup menjanjikan. Di sini terdapat kecenderungan yang lebih mengarah pada remaja atau siswa sekolah menengah atas untuk dijadikan target
market. Remaja yang merupakan bagian dari masyarakat yang responsif
karena mempunyai jiwa yang cenderung masih labil dan dinamis, adalah kelompok yang relatif lebih mudah dipengaruhi budaya popular dan gaya
hidup konsumtif tersebut. Keinginan yang kuat untuk mencoba hal – hal baru dan sifatnya cepat bosan, membuat remaja menjadi sasaran empuk dan
segmen pasar yang potensial bagi produk – produk yang menjual kesan dan citra gaul tersebut.
Sebagai remaja, pelajar SMA yang sedang memasuki proses transisi cenderung memiliki tingkat pergaulan yang lebih tinggi dari pada
sebelumnya, sehingga mendorong mereka untuk mengkonsumsi barang – barang secara berlebihan, yang dianggap mampu menunjukkan identitasnya
sebagai remaja dalam sebuah komunitas tertentu. Dan dalam pemenuhannya,
mereka dengan status sebagai pelajar tentunya tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan atau bahkan kehabisan uang karena segala sesuatunya
masih sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Seperti kita ketahui, bahwa konsumsi kemudian semakin
berkembang tidak hanya sebatas menghabiskan suatu barang tetapi dapat dijadikan simbl bagi identitas seseorang dalam kelompok masyarakat
tertentu. Hal ini disebabkaan karena telah terpenuhinya kebutuhan dasar
basic needs
sehingga mereka mulai berpikir kegiatan untuk memenuhi kebutuhan akan
self esteem
harga diri yakni dengan berkecimpung dalam komoditas dan
prestige
. Sehingga yang di konsumsi saat ini bukan hanya sebuah produk tertentu distro misalnya, melainkan simbol – simbol yang
terlihat. Secara sederhana, budaya populer lebih sering disebut dengan
budaya pop. Budaya pop adalah apapun yang terjadi di sekeliling kita setiap harinya dan dapat diterima dengan mudah oleh sekitar. Apakah itu film,
musik, makanan, pakaian, gaya hidup, semuanya termasuk dalam bagian dari budaya populer. Populer adalah diterima oleh banyak orang, disukai dan
disetujui oleh masyarakat. Ada satu titik awal yang mengatakan bahwa budaya pop itu memang budaya yang menyenagkan, banyak disukai orang
Storey, 2003:10, sehingga dapat dikatakan juga budaya pop adalah budaya massa karena dikonsumsi banyak orang.
Secara disadari atau tidak, distro merupakan salah satu gaya hidup yang populer di kalangan remaja yang tidak lepas dari pengaruh dan trend
mode yang berkembang. Bahkan saat ini telah menjadi bagian dari budaya dan gaya hidup anak muda. Mereka kemudian membawanya dan
mengadopsikan ke dalam lingkungan pergaulan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari pergaulan para pelajar SMA di Surakarta yang cenderung merasa
perlu untuk mengikuti trend yang sedang berkembang. Dengan berbagai alasan diungkapkan kenapa mereka selalu upto date terhadap
trend
yang sedang berkembang. Misalnya sekedar agar tidak dianggap ketinggalan
jaman gaul, iseng- iseng, atau bahkan untuk dapat diterima dalam suatu komunitas pergaulan sehari-hari tidak terkucil.
E. Distro di Surakarta E.1.INSIDE