Hubungan Obesitas terhadap Usia Menarche pada Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

(1)

H

PRO

HUBUNG

SISW

OGRAM S

GAN OBE

WI KELA

K

R

STUDI D-I

UN

ESITAS T

AS VII DI

KABUPAT

T

RIZKY SW

KARY

IV BIDAN

NIVERSIT

TERHADA

I SMP NE

TEN DEL

TAHUN 2

WASTIK

1151020

YA TULIS

N PENDID

AS SUMA

2012

AP USIA

EGERI 1

LI SERDA

2012

KA RENJA

98

ILMIAH

DIK FAKU

ATERA U

A MENAR

BATANG

ANG

ANI

ULTAS KE

TARA

RCHE PA

G KUIS

KEPERAW

ADA

WATAN


(2)

(3)

Judul : Hubungan Obesitas terhadap Usia Menarche pada Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

Nama : Rizky Swastika Renjani

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar belakang: Dalam dasawarsa terakhir ini, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Bila terjadi haid pertama sebelum usia 12 tahun, risiko kanker payudara meningkat 50% dibanding dengan usia 16 tahun. Menarche dini pada anak perempuan bisa dipicu oleh obesitas akibat adanya sel lemak yang disebut dengan leptin yang diduga merupakan suatu mekanisme yang menyebabkan menarche dini terjadi.

Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan obesitas dengan usia menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Metodologi: penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang dan penelitian

dilakukan di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang dari tanggal 7-8 Mei 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling dan analisa yang digunakan adalah uji chi-square.

Hasil: dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi yang obesitas sebanyak 4 orang (12,5%) dan siswi yang tidak obesitas sebanyak 28 orang (87,5%). Siswi yang menarche normal sebanyak 29 orang (90,6%) dan yang tidak normal sebanyak 3 orang (9,4%). Dari uji statistik diperoleh nilai p = 0,340 (p > 0,05) artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan usia menarche yang dini.

Saran: peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum maksimal. Namun peneliti tetap meyakini bahwa obesitas dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Untuk itu diharapkan pihak sekolah dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya gizi yang baik dari berbagai sumber informasi baik dari guru ataupun tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan reproduksi untuk dapat menambah ilmu pengetahuan dan pola hidup remaja yang sehat.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Hubungan Obesitas terhadap Usia Menarche pada Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Betty Mangkuji, SST., M.Keb. selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang telah membimbing hingga selesai.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua, kakak dan adik-adikku yang ku sayangi, yang selalu mendoakanku dan selalu memberikan dukungan baik materi maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara T.A 2011/2012 yang telah banyak memberikan dukungan terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis


(5)

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah nantinya.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Allah SWT. Amin ya robbal’alamin.

Medan, Mei 2012

(Rizky Swastika Renjani)


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A.Menarche ... 5

B. Obesitas ... 9

C. Hubungan Obesitas dengan Usia Menarche ... 18

D.Kerangka Teori ... 20

BAB III KERANGKA KONSEP ... 21

A.Kerangka Konsep ... 21

B. Hipotesis ... 21

C. Definisi Operasional ... 22

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 23

A.Desain Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Lokasi Penelitian ... 23

D.Waktu Penelitian ... 23

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 24

G.Pengumpulan Data ... 24


(7)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A.Hasil Penelitian ... 27

1. Analisa Univariat ... 27

2. Analisa Bivariat ... 28

B. Pembahasan ... 29

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 29

2. Keterbatasan Penelitian ... 32

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan ... 33

BAB VI PENUTUP ... 34

A.Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berat Badan Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 27 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Usia Menarche Siswi Kelas VII di SMP

Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 28 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Obesitas Terhadap Usia

Menarche pada Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 28


(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Kerangka Teori ... 20 Skema 2. Kerangka Konsep ... 21


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Kuesioner

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 3 : Master Data Penelitian

Lampiran 4 : Hasil Output Data Penelitian

Lampiran 5 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 6 : Balasan Surat Izin Penelitian


(11)

Judul : Hubungan Obesitas terhadap Usia Menarche pada Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

Nama : Rizky Swastika Renjani

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar belakang: Dalam dasawarsa terakhir ini, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Bila terjadi haid pertama sebelum usia 12 tahun, risiko kanker payudara meningkat 50% dibanding dengan usia 16 tahun. Menarche dini pada anak perempuan bisa dipicu oleh obesitas akibat adanya sel lemak yang disebut dengan leptin yang diduga merupakan suatu mekanisme yang menyebabkan menarche dini terjadi.

Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan obesitas dengan usia menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Metodologi: penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang dan penelitian

dilakukan di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang dari tanggal 7-8 Mei 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling dan analisa yang digunakan adalah uji chi-square.

Hasil: dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi yang obesitas sebanyak 4 orang (12,5%) dan siswi yang tidak obesitas sebanyak 28 orang (87,5%). Siswi yang menarche normal sebanyak 29 orang (90,6%) dan yang tidak normal sebanyak 3 orang (9,4%). Dari uji statistik diperoleh nilai p = 0,340 (p > 0,05) artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan usia menarche yang dini.

Saran: peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum maksimal. Namun peneliti tetap meyakini bahwa obesitas dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Untuk itu diharapkan pihak sekolah dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya gizi yang baik dari berbagai sumber informasi baik dari guru ataupun tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan reproduksi untuk dapat menambah ilmu pengetahuan dan pola hidup remaja yang sehat.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pubertas merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh semua manusia dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh layaknya orang dewasa dan telah memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad dan meresponnya dengan menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan, fungsi atau transformasi dari otak, tulang, otot, kulit, payudara, menstruasi dan organ-organ reproduksi lainnya, seperti organ genitalia dan organ seksual sekunder lainnya. Proses ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis manusia secara sosial yang disebut telah menjadi remaja (Yoman, 2010, ¶ 2).

Semenjak memasuki masa remaja, setiap individu mengalami perubahan fisik yang cepat. Salah satu perubahan fisik yang menandai sifat kedewasaan remaja wanita adalah menarche (Dariyo, 2004, hlm. 20). Biasanya rata-rata menarche terjadi pada usia 11-13 tahun. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda (Wiknjosastro, 2008, hlm. 92).

Beberapa laporan penelitian menunjukkan, menarche dini memiliki resiko lebih besar terhadap munculnya kanker pada wanita. Hal ini dipertegas oleh Dr. Marion Kavanaugh Lynch, direktur Breast Cancer Research Program di Amerika yang mengatakan bila terjadi haid pertama sebelum usia 12 tahun, risiko kanker payudara meningkat 50% dibanding dengan usia 16 tahun (Pratitasari, 2011, ¶ 4).

Hingga saat ini, penyebab menarche dini masih belum diketahui secara pasti. Sebuah penelitian pernah menyatakan bahwa seorang anak perempuan yang gemuk


(13)

atau memiliki Body Mass Index (BMI) bernilai obesitas seringkali menunjukkan ciri-ciri fisik terjadinya menarche dini (Pramesemara, 2009, ¶ 4).

Emily Walvoord dari Indiana University School of Medicine, menegaskan bahwa  menarche dini pada anak perempuan bisa dipicu oleh obesitas. Saat ini, obesitas merupakan epidemi yang berkembang. Obesitas bisa menjadi 'biang keladi' hormon tidak seimbang pada anak perempuan sehingga terganggunya produksi hormon yang mengakibatkan masa puber bisa datang lebih cepat (Lubis & Astuti, 2010, ¶ 1-2).

Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan pemakaian energi (Hidajat, Hidayati & Irawan, 2011, ¶ 2).

Seorang peneliti bernama Aviva Must yang merupakan seorang assisten professor Public Health and Family Medicine, University School of Medicine di Boston mengatakan bahwa suatu hormon dari sel lemak pada anak-anak yang obesitas yang disebut dengan leptin diduga merupakan suatu mekanisme yang menyebabkan menarche dini terjadi (Mundell, 2005, ¶ 5).

Obesitas pada anak mengalami peningkatan pesat seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di mana pada tahun 1990, jumlah anak yang mengalami obesitas sebanyak 26,9 juta dan meningkat menjadi 42,8 juta anak pada tahun 2010 (Puji, 2011, ¶ 2).

Di Amerika Serikat, akibat peningkatan kalori, rata-rata usia menarche menurun dari 13,3 tahun pada tahun 1920-an menjadi 12,34 tahun pada tahun 2002. Di Irlandia pada tahun 1986, rata-rata usia saat menarche 13,53 tahun. Namun pada tahun 2006 menurun menjadi 12,53 tahun (Furhman, 2011, ¶ 2).

Sedangkan di Indonesia, sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan tentang rata-rata usia menarche pada remaja putri yang disebabkan oleh obesitas.


(14)

Namun pada tahun 2011 pernah dilakukan penelitian oleh Artanti di salah satu SD di kota Samarinda Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, rata-rata usia menarche pada siswi yang obesitas adalah 11 tahun (Artanti, 2011).

Berdasarkan kurangnya data tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Obesitas terhadap Usia Menarche pada Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan usia menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis tahun 2012?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan usia menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melihat gambaran barat badan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

b. Untuk melihat gambaran usia menarche siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

c. Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan usia menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.


(15)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan di SMP Negeri 1 Batang Kuis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat untuk pembelajaran khususnya tentang kesehatan reproduksi pada remaja.

2. Bagi institusi pendidikan D-IV Bidan Pendidik

Sebagai wahana kepustakaan bagi mahasiswi kebidanan dan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Bagi peneliti lainnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pengetahuan dan informasi serta pengembangan bagi penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Menarche 1. Pengertian

Menarche adalah haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Mitayani & Sartika, 2010, hlm. 75). Biasanya menarche rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda (Wiknjosastro, 2008, hlm. 92).

2. Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2002). Sedangkan menurut Sanjatmiko (2004) tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga, lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi. Dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal. Sedangkan dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungan peer group merupakan faktor-faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche pada remaja (Anonim, 2009, ¶ 12).


(17)

3. Patofisiologi

Secara sederhana, diawali dari produksi GnRH yang berlebihan yang menyebabkan kelenjar pituitary meningkatkan produksi luteinizing hormone (LH)

dan follicle stimulating hormone (FSH). Peningkatan jumlah LH menstimulasi

produksi hormon seks steroid oleh sel granul pada ovarium. Peningkatan kadar esterogen menyebabkan fisik berubah dan mengalami perkembangan dini meliputi pembesaran payudara serta mendorong pertumbuhan badan. Peningkatan kadar FSH mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya membantu pematangan folikel pada ovarium (Pramesemara, 2009, ¶ 7).

4. Reaksi Remaja Wanita terhadap Menarche

Tidak semua individu mampu menerima perubahan fisiologis semasa remaja. Para ahli psikologi perkembangan seperti Berk (1993), Turner dan Helms (1995), Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa (1991 dalam Dariyo 2004, hlm. 21) secara umum mengungkapkan dua jenis reaksi remaja wanita terhadap datangnya haid pertama (menarche), yaitu sebagai berikut:

a. Reaksi negatif, yaitu suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja wanita ketika dirinya memandang terhadap munculnya menstruasi. Ketika muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasakan adanya keluhan-keluhan fisiologis (sakit kepala, sakit pinggang, mual-mual, muntah) maupun kondisi psikologis yang tidak stabil (bingung, sedih, stres, cemas, mudah tersinggung, marah dan emosional). Hal ini kemungkinan karena ketidaktahuan remaja tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada awal kehidupan seorang remaja wanita, maka menstruasi dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak baik. Oleh karena itu, peran orang tua maupun guru di sekolah agar bersedia memberi


(18)

informasi yang benar tentang kondisi perubahan masa-masa remaja agar dapat mengurangi sikap yang membingungkan bagi remaja.

b. Reaksi positif, ialah individu yang mampu memahami, menghargai dan menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda kedewasaan seorang wanita. Sikap yang positif akan menjadi salah satu tolok ukur kedewasaan seseorang (the maturity of

personality). Umumnya mereka yang dewasa ditanda dengan konsep diri (

self-concept) yang positif, yakni memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri

mengenai kelebihan dan kekurangan diri sendiri, artinya mereka mampu untuk mengevaluasi diri (self-awareness). Dari kemampuan tersebut akan menumbuhkan perasaan untuk dapat menghargai diri sendiri (self-esteem), yang akhirnya akan membentuk rasa percaya diri (self-confidence). Orang yang percaya diri akan memiliki rasa optimis dan penuh harapan terhadap masa depannya.

5. Resiko Menarche Dini

Beberapa laporan penelitian menunjukkan, menarche dini memiliki resiko lebih besar terhadap munculnya kanker pada wanita. Hal ini dipertegas oleh Dr. Marion Kavanaugh Lynch, direktur Breast Cancer Research Program di Amerika yang mengatakan bila terjadi haid pertama sebelum usia 12 tahun, risiko kanker payudara meningkat 50% dibanding dengan usia 16 tahun. Selain itu, karena hormon seksualnya lebih cepat berkembang, secara fisik mereka juga menjadi lebih cepat dewasa. Sayangnya, perkembangan tersebut tidak diiringi oleh perkembangan mental. Akibatnya anak-anak yang mengalami menarche dini juga lebih berisiko mengalami gangguan psikologis dan perilaku. Menurut Dr. Amarullah Siregar, ahli naturopati dari Klinik Bio-RX, Jakarta, menarche dini juga menyebabkan produksi hormon kortisol meningkat secara tajam. Padahal, kortisol merupakan ‘hormon kematian’. Jika kadarnya terlalu tinggi, sel-sel di dalam tubuh akan lebih cepat mati


(19)

dan terjadilah proses penuaan dini (aging). Hormon dehidroepiandrosterone (DHEA) yang bertugas mengatur sistem metabolisme dan fungsi kerja hormon seperti estrogen, progesteron, testosteron, serta kortisol, juga menjadi lebih cepat ‘lelah’. Kelelahan ini membuat proses metabolisme di dalam tubuh jadi terganggu. Akibatnya, anak-anak yang mengalami menarche dini juga lebih berisiko mengalami metabolic syndrome (Pratitasari, 2011, ¶ 4-7).

B.Obesitas 1. Pengertian

Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan pemakaian energi (Hidajat, Hidayati & Irawan, 2011, ¶ 1).

Istilah obesitas dengan over weight berbeda. Secara definitif, obesitas mengacu pada kelebihan berat badan yang melebihi antara 10% - 20% dari berat normalnya, sedangkan over weight melebihi 20% dari berat normalnya (Sarafino, 1994 dalam Dariyo, 2004, hal. 24).

2. Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Obesitas pada Anak

Menurut Misnadiarly (2007, hlm. 118), banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya kelebihan berat badan/ obesitas pada anak, antara lain:

a. Pola Makan

Mengkonsumsi makanan berkalori tinggi seperti makan cepat saji, makanan yang dibakar dn kudapan memiliki andil dalam peningkatan berat badan. Makanan tinggi lemak biasanya tinggi kalori. Minuman bersoda, kudapan, permen dan makanan penutup dapat juga menyebabkan terjadinya peningkatan berat


(20)

badan. Makanan dan minuman seperti ini biasanya memiliki kandungan kalori dan gula atau garam yang tinggi.

b. Jarang bergerak

Anak-anak yang jarang bergerak akan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan karena mereka tidak membakar kalori melalui aktifitas fisik. Aktivitas untuk mengisi waktu luang yang tidak membuat mereka banyak bergerak seperti menonton televisi atau bermain video game, memiliki andil terjadinya masalah ini.

c. Faktor genetik

Bila anak berasal dari sebuah keluarga yang rata-rata anggotanya mengalami kegemukan, dia mungkin secara genetik akan mengalami kelebihan berat badan, terutama bila berada dalam lingkungan di mana makanan tinggi kalori selalu tersedia dan aktivitas fisik jarang dilakukan.

d. Faktor psikologis

Ada sebagian anak-anak yang makan terlalu banyak sebagai pelampiasan bila ada masalah, terutama masalah emosi seperti stres atau kebosanan. Orang tua dari anak-anak seperti ini biasanya akan memiliki kecenderungan yang sama.

d. Faktor keluarga/ sosial

Biasanya anak-anak tidak belanja untuk keperluan keluarga sehari-hari. Memang betul, orang tua yang bertanggung jawab menyediakan makanan sehat di dapurdan meninggalkan makanan yang tidak sehat di dalam lemari. Kita tidak bisa menyalahkan anak-anak bila mereka tertarik pada gula-gula, makanan asin dan makanan berlemak. Lagipula rasa makanan tersebut biasanya memang enak. Tetapi kita dapat mengendalikan akses yang dimiliki anak-anak pada makanan seperti ini, terutama di rumah.


(21)

3. Gejala Klinis

Menurut Hidajat, Hidayati & Irawan (2011, ¶ 3), berdasarkan distribusi jaringan lemak, gejala klinis obesitas dibedakan menjadi:

a. Apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak di bagian dada dan

pinggang).

b. Pear shape body/ gynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak di bagian pinggul dan paha).

Secara klinis mudah dikenali karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain : 1) Wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap.

2) Leher relatif pendek.

3) Dada membusung dengan payudara membesar.

4) Perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen. 5) Pubertas dini.

6) Genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit.

4. Pemeriksaan dan Diagnosis

Sebagai bagian dari perawatan anak sehat, dokter akan menghitung Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index). Menurut Astuti (2011), cara untuk menentukan berat badan ideal salah satunya dengan menghitung indeks massa tubuh.

Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh adalah sebagai berikut:

         Berat badan (kg) Indeks massa tubuh =


(22)

Interpretasi hasil penghitungan IMT menurut Depkes (2002 dalam Astuti, 2011) adalah:

IMT < 17,0 : kurus (kekurangan berat badan tingkat berat) IMT 17,0 – 18,5 : kurus (kekurangan berat badan tingkat sedang) IMT 18,5 – 25,0 : normal

IMT 25,0 – 27,0 : gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) IMT > 27,0 : gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)

5. Komplikasi

Anak yang kelebihan berat badan dapat menderita masalah kesehatan yang cukup serius seperti diabetes dan penyakit jantung dan sering kali juga membawa kondisi ini sampai ke masa dewasanya. Menurut Misnadiarly (2007, hlm. 124), anak yang kelebihan berat badan memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita:

a. Diabetes tipe 2, resisten terhadap insulin.

b. Sindrom metabolisme: kegemukan terutama di daerah perut, kadar lemak yang tinggi, takanan darah tinggi, resistensi terhadap insulin, rentan terhadap terbentuknya sumbatan pembuluh darah dan rentan terhadap proses paradangan. c. Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan tingkat blood lipid yang abnormal. d. Asma dan masalah saluran pernapasan lainnya (misalnya napas pendek yang

dapat membuat olah raga, senam atau aktivitas fisik lainnya sulit dilakukan). e. Masalah tidur.

f. Penyakit liver dan kantong empedu.

g. Pubertas dini: anak yang kelebihan berat badan dapat tumbuh lebih tinggi dan secara seksual lebih matang dari anak-anak sebaya, membuat orang-orang berharap mereka dapat berlaku sesuai dengan ukuran tubuh mereka, bukan sesuai dengan usia mereka; gadis-gadis yang mengalami kelebihan berat badan sering


(23)

kali menglami siklus menstruasi tidak teratur dan menghadapi masalah fertilitas pada usia dewasanya.

h. Masalah makan. i. Infeksi kulit.

j. Masalah pada tulang dan persendian.

6. Penatalaksanaan Obesitas

Anak-anak tidak seperti orang dewasa. Mereka membutuhkan nutrisi dan kalori untuk perkembangan dan pertumbuhan mereka. Meskipun demikian, berat badan merupakan keseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dibuang (Misnadiarly, 2007, hlm.127).

Penurunan berat badan biasanya direkomendasikan untuk anak-anak usia di atas 7 tahun atau untuk anak-anak dengan usia yang lebih muda yang memiliki masalah kesehatan. Penurunan berat badan harus dilakukan secara teratur dan sedikit demi sedikit. Biasanya dengan kisaran antara 1 pound (0,45 kg) dalam seminggu sampai dengan 1 pound dalam sebulan, tergantung kondisi anak (Misnadiarly, 2007, hlm. 129).

Metode-metode yang dilakukan untuk menjaga berat badan atau menurunkan berat badan menurut (Misnadiarly, 2007, hlm. 129) adalah sebagai berikut:

a. Makan dengan pola makan yang sehat

Pilihlah buah dan sayuran dibandingkan makanan cepat saji. Batasi pembelian minuman yang manis, termasuk juga minuman yang memiliki rasa buah karena minuman seperti ini hanya memberikan sedikit nutrisi dan batasi kebiasaan makan di luar rumah terutama di restoran cepat saji.


(24)

b. Meningkatkan aktivitas fisik

Satu komponen yang sangat penting dalam penurunan berat badan terutama pada anak-anak adalah aktivitas fisik. Kegiatan seperti ini tidak hanya membakar kalori, tetapi juga dapat memperkuat tulang dan otot serta membantu anak-anak tidur nyenyak di malam hari dan terjaga di siang hari.

Kebiasaan seperti ini yang dibangun sejak masa kanak-kanak akan membantu mereka menjaga berat badan pada kisaran yang sehat pada masa dewasanya. Meskipun mereka mengalami pertumbuhan yang pesat, perubahan hormon dan mengalami perubahan sosial yang sering kali menyebabkan mereka terlalu banyak makan dan anak-anak yang aktif akan cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat.

c. Buat sebagai komitmen keluarga

Anak-anak tidak dapat mengubah sendiri pola makan dan juga aktivitas mereka. Mereka membutuhkan dukungan dan dorongan dari keluarga dan pengasuh mereka. Untuk meningkatkan tingkat kesuksesan anak, buat komitmen untuk melakukan kebiasaan sehat dalam kelurga yaitu harus tetap mengikuti pola yang sudah ditentukan. Fokus pada program perubahan pola makan dan aktivitas untuk jangka panjang. Jangan gunakan pola diet yang sudah ditentukan atau pola diet yang sedang trend yang bertujuan mengurangi berat badan secara cepat. Tujuan yang harus dicapai adalah pola makan sehat dan perubahan gaya hidup, bukan jumlah kilogram yang sudah bisa dihilangkan.

d. Pembedahan

Karena faktor resiko dan adanya kemungkinan terjadinya komplikasi jangka panjang, operasi untuk mengurangi berat badan jarang sekali dilakukan pada remaja. Efek dilakukannya pembedahan pada tubuh remaja yang sedang berkembang secara garis besar memang belum diketahui. Meskipun demikian,


(25)

pada kasus dimana berat badan anak sangat berlebihan dan manimbulkan lebih banyak ancaman pada kesehatannya dibandingkan resiko potensial dilakukannya pembedahan, dokter mungkin akan mempertimbangkan dilakukannya pembedahan untuk mengurangi barat badan sebagai suatu pilihan.

Meskipun demikian, pembedahan bukan jawaban termudah untuk menghilangkan masalah kelebihan berat badan. Pembedahan tidak menjamin anak kehilangan semua kelebihan beratnya atau anak dapat menjaga agar tubuhnya tidak kelebihan berat badan untuk jangka waktu yang lama. Pembedahan juga tidak menggantikan kebutuhan pola makan yang sehat dan program aktivitas fisik yang harus dilakukan secara reguler.

e. Penggunaan obat-obatan

Ada dua jenis obat untuk mengurangi berat badan yang dapat digunakan oleh para remaja, yaitu:

1) Sibutramine

Obat penurun berat badan ini sudah disetujui untuk digunakan oleh remaja usia di atas 16 tahun. Berfungsi mengubah susunan kimiawi di otak sehingga membuat tubuh merasa lebih cepat kenyang.

2) Orlistat

Obat penurun berat badan ini sudah disetujui untuk digunakan remaja usia di atas 12 tahun. Berfungsi mencegah penyerapan lemak di dalam usus. Meskipun ada, obat-obatan seperti itu jarang sekali digunakan untuk remaja. Resiko penggunaan obat-obatan seperti dalam jangka panjang masih tidak diketahui dan efek yang ditimbulkannya pada pengurangan berat badan dan untuk menjaga berat badan pada anak-anak usia remaja masih dipertanyakan.


(26)

Sekali lagi, obat untuk mengurangi berat badan tidak menggantikan kebutuhan akan pola makan yang sehat dan program aktivitas fisik yang harus dilakukan secara reguler.

7. Tips Pencegahan Kegemukan pada Anak

Untuk mencegah terjadinya kegemukan pada anak, ada tips yang bisa dilakukan menurut Fiasry (2011, ¶ 14), antara lain:

a. Menyediakan makan pagi

Jangan pernah melewatkan makan pagi karena beberapa penelitian mengatakan bahwa anak yang menyantap makan pagi dapat lebih berkonsentrasi pada pagi hari. Ada juga yg mengatakan bahwa BMI nya lebih rendah dibandingan anak yang tidak menyantap makan pagi.

b. Seimbangkan makanan antara Karbohidrat dan Protein.

Protein membantu menstabilkan kadar gula darah, memperlambat pencernaan dan memberi efek kenyang untuk waktu yg lama.

c. Hindari kalori dalam bentuk cairan (kecuali susu skim, susu 1% rendah lemak dan susu kedelai). Jangan memberi anak anda jus buah atau sayur yang mengandung gula, karena kalori dalam bentuk cairan lebih mudah dicerna tanpa memberi rasa kenyang.

d. Kenyangkan dengan serat.

Serat yang tidak mudah dipecah membutuhkan waktu lebih lama untuk dikunyah dan memberikan volume pada makanan itu sendiri tanpa menambah kalori. Sedangkan serat yang mudah dipecah akan menstabilkan gula darah dan memberi efek tidak mudah lapar.


(27)

f. Buatlah waktu makan yang menyenangkan dan batasi melihat TV sambil makan.

C.Hubungan Obesitas dengan Usia Menarche

Pubertas adalah proses yang kompleks di mana anak-anak mengembangkan karakteristik seksual sekunder dan kompetensi reproduksi. Pubertas yang normal dimulai terpusat, dengan fungsi gonad didorong oleh GnRH meningkat dan sekresi gonadotropin. Diantara faktor-faktor lain, status gizi yang memadai tampaknya diperlukan untuk inisiasi pusat pubertas ((Solorzano & Mc Cartney, 2010, ¶ 2).

Faktor kunci terjadinya pubertas adalah massa tubuh. Menarche terjadi relatif ajeg saat anak perempuan mencapai berat tubuh tertentu. Berat badan sekitar 103 – 109 pon dapat mencetuskan menarche dan akhir dari lonjakan pertumbuhan pubertas. Agar menarche dapat dimulai dan berlanjut, 17% berat badan remaja harus terdiri dari lemak. Remaja yang mengalami anoreksia yang bobotnya menurun drastis dan atlet putri pada olahraga tertentu (seperti senam) dapat mengalami amenorrhe (Santrock, 2003, hlm. 87).

Obesitas pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan tanda-tanda awal pubertas pada anak perempuan. Masih belum jelas apakah pubertas dini pada anak perempuan obesitas berhubungan dengan aktivasi pusat sumbu gonadotropin (Solorzano & Mc Cartney, 2010, ¶ 45).

Namun beberapa studi telah menemukan hubungan antara indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan masa awal pubertas pada anak perempuan. Kelebihan lemak tubuh mengubah kadar hormon insulin, leptin dan estrogen. Dan faktor-faktor ini diyakini bertanggung jawab untuk percepatan waktu pubertas dengan obesitas. Juga, aktivitas fisik dapat menurunkan tingkat melatonin yang juga dapat mempengaruhi sinyal di otak yang memicu perkembangan pubertas (Fuhrman, 2011, ¶ 4).


(28)

Seorang peneliti bernama Aviva Must yang merupakan seorang assisten professor

Public Health and Family Medicine, University School of Medicine di Boston

mengatakan bahwa suatu hormon dari sel lemak pada anak-anak yang obesitas yang disebut dengan leptin diduga merupakan suatu mekanisme yang menyebabkan menarche dini terjadi (Mundell, 2005, ¶ 5).

Leptin adalah produk protein dari gen (ob) obesitas. Hormon ini disekresikan sebagai hormon utama dari jaringan adiposa putih dan berfungsi sebagai sinyal untuk otak menyimpan energi tubuh (Shalitin, S. & Philip M., 2003, ¶ 7).

Secara fisiologis, lemak dipecah menjadi asam lemak dan gliserol (Nurachmah, 2001, dalam Sunarto, 2009). Gliserol larut dalam air sehingga mudah diserap. Di dalam dinding usus, asam lemak disintesa menjadi lemak kembali dan butir-butir lemak sebagai chylomicron dialirkan melalui kapiler lymphe ke dalam ductus thoracicus dan masuk ke dalam aliran darah di dalam angulus venosus. Chylomicron dialirkan oleh darah, dibawa ke hati dan sebagian diambil oleh sel-sel untuk mengalami metabolisme lebih lanjut. Sedangkan yang tidak diambil oleh sel hati terus mengalir di dalam saluran darah untuk kemudian diambil oleh sel-sel di dalam jaringan terutama sel-sel lemak di tempat penimbunan.

Di dalam sel jaringan, lemak mengalami hydrolisa untuk menghasilkan energi. Gliserol masuk ke dalam jalur Embden-Meyerhof dari metabolisme karbohidrat dan asam lemak dipecah, setiap kali melepaskan satuan yang terdiri atas dua karbon yaitu

acetyl-coa. Acetyl Co-A merupakan bahan bakar yang masuk ke dalam siklus krebs

untuk dioksidasi menjadi CO2 dan H2O sambil menghasilkan ATP. Acetyl Co-A ini juga merupakan bahan untuk biosintesis kolesterol yang berpengaruh pada sekresi hormon-hormon, termasuk leptin (Sediaoetama, 2000, dalam Sunarto, 2009).

Kebutuhan lemak sangat diperlukan untuk cadangan energi. Bila pola makan berlebihan memacu tubuh tidak mampu memecah lemak yang berakibat penumpukan.


(29)

Akibatnya semakin banyak kolesterol yang dihasilkan sehingga semakin tinggi pula kadar leptin yang disekresikan dalam darah. Leptin memicu pengeluaran Gonadotropin

Releazing Hormone (GnRH) dan selanjutnya memicu pengeluaran Follicle Stimulating

Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) di ovarium sehingga terjadi

pematangan folikel dan pembentukan estrogen. Pada anak-anak dengan kelebihan berat badan akan terjadi peningkatan sekresi leptin. Makin tinggi kadar leptin, makin cepat terjadi menarche (Badziad, 2003, dalam Sunarto, 2009).

D.Kerangka Teori

Variabel Independen

Variabel Dependen

Skema 1. Kerangka Teori Obesitas

‐ Pola makan ‐ Jarang bergerak ‐ Masalah genetik ‐ Faktor psikologis ‐ Faktor keluarga/ sosial

Hormon leptin

GnRH

FSH LH


(30)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen  

   

   

Skema 2. Kerangka Konsep  

 

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah ada hubungan bermakna antara obesitas dengan usia menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis.

Obesitas 1. Obesitas 2. Tidak obesitas

Usia menarche 1. Normal


(31)

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Usia

menarche

Umur pada saat pertama kali mendapat haid

Kuesioner Wawancara 1. Normal 2. Tidak normal

Ordinal

Obesitas Berat badan melebihi berat idealnya

Timbangan injak dan mikrotoise

Observasi dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT)

1. Obesitas 2. Tidak obesitas


(32)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara obesitas dengan usia menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Pada penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang kuis Kabupaten Deli Serdang yang menarche 5 bulan sebelum diteliti yaitu berjumlah 32 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan mengambil seluruh populasi sebagai sampel.

          

C.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

D.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7-8 Mei 2012.

E.Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan untuk memperoleh persetujuan penelitian. Setelah memperoleh surat persetujuan penelitian,


(33)

peneliti memulai penelitian dengan menekankan masalah etik yang meliputi: peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta akibat yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika partisipan bersedia, maka partisipan diharapkan menandatangani lembar persetujuan riset (informed consent). Jika partisipan menolak untuk diteliti, peneliti tidak akan memaksa dan tetap akan menghormati hak-haknya. Untuk menjaga kerahasiaan identitas semua informasi yang diberikan partisipan pada lembar pengumpulan data, hanya nomor kode yang digunakan, sehingga kerahasiaan identitas semua informasi yang diberikan tetap terjaga dan seluruh informasi yang diperoleh hanya akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan tetap menjaga kerahasiaan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk mengetahui usia menarche responden. Kemudian peneliti menggunakan timbangan berat badan dan mengukur tinggi badan. Sebelum digunakan, alat ini ditera terlebih dahulu sehingga valid dan reliabel untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) responden dengan menggunakan rumus berdasarkan studi literatur yang ada.

G.Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Batang Kuis. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti melaksanakan pengumpulan data siswi yang telah mengalami haid di SMP Negeri 1 Batang Kuis. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent dan


(34)

memberikan kuesioner. Setelah itu peneliti mengukur berat badan dan tinggi badan responden. Kemudian peneliti mengumpulkan kembali kuesioner untuk selanjutnya dianalisis.

H.Analisa Data

1. Rancangan Pengolahan

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan cara menurut Sibagariang, et al (2010) adalah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu proses dimana peneliti melakukan klarifikasi, konsistensi dan

kelengkapan data yang sudah terkumpul untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pengisian kuesioner.

b. Coding, yaitu memberikan kode tertentu pada setiap kuesioner sehingga mudah

dibaca oleh mesin pengolah data.

c. Entering, yaitu memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam

mesin pengolah data.

d. Cleaning, yaitu memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya.

2. Melakukan Teknik Analisis

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa dengan melakukan penyleksian data yang sesuai dengan kriteria yang ada. Analisa data untuk penelitian ini menggunakan komputerisasi. Langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan peneliti adalah:

a. Analisa univariat, yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel penelitian dan mencari persentase dari setiap karakteristik masing-masing responden dengan memakai rumus menurut Sibagariang, et al (2010):


(35)

P = x 100% n

Keterangan:

P : persentase

f : frekuensi teramati

n : jumlah responden yang menjadi sampel

b. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan usia menarche. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan batas kemaknaan (α = 0,05) atau CL = 95%. Selanjutnya ditarik kesimpulan jika nilai p < 0,05 maka H0 ditolak dan menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel independen. Jika nilai p > 0,05 maka H0 gagal ditolak yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel independen (Machfoedz, 2008).


(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 7 - 8 Mei 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang, didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel dependen dan variabel independen yang terdiri dari usia menarche, berat badan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) responden. Maka dari hasil penelitian ini penulis menyajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

a. Berat Badan Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 32 siswi yang diteliti, sebagian besar responden tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak 28 orang (87,5%).

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berat Badan Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2012

Kategori Frekuensi Persentase (%) Obesitas

Tidak obesitas

4 28

12,5 87,5


(37)

b. Usia Menarche Responden

Dari tabel 5.2, data menunjukkan bahwa mayoritas siswi mengalami menarche normal, yaitu sebanyak 29 orang (90,6%).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Usia Menarche Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2012

Usia Menarche Frekuensi Persentase (%)

Normal 29 90,6

Tidak normal 3 9,4

Total 32 100

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen yaitu hubungan antara obesitas dengan usia menarche dengan melakukan uji hipotesis chi-square (x²) dan batas kemaknaan 95%.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,340 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa obesitas tidak mempunyai hubungan bermakna dengan usia menarche yang dini. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Hubungan Obesitas dengan Usia Menarche pada Siswi Kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2012

Obesitas

Menarche

Total P Normal Tidak normal

n % n % n % Obesitas Tidak obesitas 3 26 75 92,9 1 2 25 7,1 4 28 100 100 0,340

Total 29 90,6 3 9,4 32 100 B.Pembahasan


(38)

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Pada pembahasan ini, peneliti menguraikan tujuan penelitian yaitu bagaimana gambaran barat badan dan usia menarche responden serta bagaimana hubungan antara obesitas dengan usia menarche pada siswi SMP Negeri 1 Batang Kuis.

a. Berat badan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Dari 32 siswi yang menjadi responden dalam penelitian ini, terdapat 4 orang (12,5%) yang mengalami obesitas.

Menurut Misnadiarly (2007), ada banyak faktor yang bisa menyebabkan obesitas pada anak, antara lain akibat pola makan, jarang bergerak, faktor psikologis, faktor keluarga/ sosial dan faktor genetik.

Menurut asumsi peneliti, keempat siswi tersebut kemungkinan berasal dari sebuah keluarga yang rata-rata anggotanya mengalami kegemukan, sehingga mereka secara genetik juga akan mengalami kelebihan berat badan, ditambah lagi berada di lingkungan di mana makanan tinggi kalori selalu tersedia dan aktivitas fisik jarang dilakukan.

Kelebihan berat badan/ obesitas pada anak yang jumlahnya relatif kecil dibandingkan keseluruhan populasi juga dapat menimbulkan dampak yang kurang baik pada anak. Menurut Dariyo (2004), remaja yang gemuk yang tak mampu menerima keadaan dirinya, kemungkinan akan memiliki persepsi negatif yaitu menganggap dirinya merasa ada kekurangan. Karena merasa ada kekurangan dalam dirinya, maka menyebabkan remaja merasa minder atau kurang percaya diri (lack of self-confidence) dalam pergaulan.

Hal serupa juga dikatakan oleh Dr. Rini Sekartini dari Ikatan Dokter Anak Indonesia bahwa ada dampak psikologis yang dialami oleh anak yang obesitas, yaitu depresi dan kepercayaan diri rendah (Noorastuti & Abbdinnah, 2011).


(39)

Data tersebut sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sulistyorini (2010) dengan responden sebanyak 194 orang bahwa ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan body image.

Dari observasi langsung yang penelitian lakukan, semua anak yang obesitas merasa tidak percaya diri ketika akan ditimbang berat badannya. Bahkan mereka enggan untuk memberitahu berat badannya kepada teman-temannya yang lain. Hal ini bisa jadi dikarenakan mereka takut mendapat ejekan atau cemoohan dari teman-temannya. Cemoohan dan ejekan yang dialami bisa saja akan mengganggu hubungan sosial dengan teman sebayanya sehingga anak yang obesitas merasa dikucilkan.

b. Usia menarche

Berdasarkan data yang telah didapatkan dari hasil penelitian, ada 3 orang (9,4%) yang menarche tidak normal yaitu di usia 14 tahun.

Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Wiknjosastro (2008) yang mengatakan bahwa dalam dasawarsa terakhir ini, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak siswi yang mengalami menarche normal dibandingkan menarche yang tidak normal. Perbedaan antara kenyataan dan teori tersebut bisa saja dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya menarche.

Menurut Sastrawinata (1999 dalam Pulungan, 2009), gajala-gejala pubertas yang baru datang antara umur 14 – 16 tahun ini disebut dengan menarche tarda

(late puberty). Biasanya tidak ada kelainan mencolok karena biasanya

perkembangan pertumbuhan akan berlangsung secara biasa. Biasanya disebabkan oleh faktor herediter, gangguan kesehatan dan kekurangan gizi.


(40)

Berdasarkan hal di atas, peneliti berasumsi bahwa keterlambatan menarche siswi tersebut bisa saja disebabkan oleh faktor keturunan/ genetik yang diturunkan dari ibu ke anaknya.

c. Hubungan obesitas dengan usia menarche

Berdasarkan data yang telah didapatkan dari hasil penelitian, pada umumnya siswi yang tidak obesitas mengalami menarche normal yaitu sebanyak 26 orang (92,9%). Dari hasil tersebut juga menunjukkan bahwa dari 4 siswi yang obesitas, 3 orang (75%) menarche normal. Secara statistik diperoleh nilai p = 0,340 (p > 0,05), maka hipotesa nol (H0) dalam penelitian ini gagal ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa obesitas tidak selalu berhubungan dengan usia menarche yang dini.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mundell (2005) dan Badziad (2003, dalam Sunarto, 2009) bahwa pada anak-anak dengan kelebihan berat badan akan terjadi peningkatan sekresi leptin sehingga menarche terjadi semakin cepat.

Kelebihan berat badan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi terjadinya menarche. Selain faktor status gizi, ada beberapa faktor lain yang berhubungan dengan usia menarche, yaitu faktor genetik, status sosial ekonomi keluarga, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2002). Sedangkan menurut Sanjatmiko (2004), tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga, lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi. Dalam lingkungan


(41)

pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal. Sedangkan dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungan peer group merupakan faktor-faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche pada remaja (Anonim, 2009).

Tidak ada hubungan antara obesitas dengan usia menarche ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Artanti (2011) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan terjadinya usia menarche yang lebih muda.

Menurut asumsi peneliti, siswi yang obesitas mengalami menarche normal bisa saja disebabkan oleh faktor lain seperti faktor genetik yaitu usia menarche ibunya yang terjadi di usia yang normal.

2. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti Indeks Massa Tubuh dan tidak meneliti faktor lainnya yang berhubungan dengan usia menarche.

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan

Hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dengan usia menarche yang dini. Namun, tetap perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada usia remaja agar mereka mengetahui akan pentingnya gizi terhadap menarche selain faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan menarche.

BAB VI PENUTUP


(42)

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan tentang hubungan obesitas terhadap usia menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah responden sebanyak 32 orang yang dilaksanakan dari tanggal 7-8 Mei 2012, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Siswi yang obesitas sebanyak 4 orang (12,5%) dan siswi yang tidak obesitas sebanyak 28 orang (87,5%).

2. Siswi yang menarche normal ada sebanyak 29 orang (90,6%) dan yang tidak normal sebanyak 3 orang (9,4%).

3. Tidak ada hubungan antara obesitas dengan usia menarche dini pada siswi dengan nilai p = 0,340 (p > 0,05).

B.Saran

1. Bagi Pendidikan di SMP Negeri 1 Batang Kuis

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum maksimal. Namun peneliti meyakini bahwa obesitas dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Untuk itu diharapkan pihak sekolah dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya gizi yang baik dari berbagai sumber informasi baik dari guru ataupun tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan reproduksi untuk dapat menambah ilmu pengetahuan dan pola hidup remaja yang sehat.

2. Bagi institusi pendidikan D-IV Bidan Pendidik

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat menambah pengetahuan dan peningkatan keterampilan dalam penulisan karya tulis ilmiah.


(43)

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pengetahuan dan informasi serta pengembangan bagi penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik lagi.


(44)

Anonim. (2009). Usia Menarche Remaja. Retrieved October 13th, 2011, from http://unnes.ac.id/ermagizi/2009/10/09/usia-menarche-remaja/

Artanti, Dian. (2011). Hubungan antara Obesitas dengan Status Menarche dan Usia Menarche pada Siswi Kelas VI SD di Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda Kalimantan Timur. Retrieved October 10th, 2011, from

http://rac.uii.ac.id/harvester/index.php/record/view/266917

Astuti, H.W. (2011). Ilmu Gizi dalam Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media (TIM) Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia Fiasry, Deasy R. (2011). Lagi, tentang Obesitas. Retrieved December 2th, 2011, from

http://mediabidan.com/lagi-tentang-obesitas/

Fuhrman, J. (2011). Girls Early Puberty: What Causes It and How Avoid It. Retrieved November 22th, 2011, from http://www.huffingtonpost.com/joel-fuhrman-md/girls-early-puberty_b_857167.html

Hidajat, B., Hidayati, Siti & Irawan R. (2011). Obesitas. Retrieved November 10th, 2011, from http://www.pediatrik.com/buletin/06224113652-048qwc.pdf

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2010). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Lubis, Petti, & Astuti, Lutfi D.P. (2010). Pemicu Pubertas Dini pada Anak Perempuan. Retrieved November 10th, 2011, from

http://kosmo.vivanews.com/news/read/168721-pemicu-pubertas-dini-pada-anak-perempuan

Mardiyah, Siti. (2012). Obesitas pada Anak. Retrieved June 8th, 2012, from http://www.perkembanganbayi.net/307/obesitas-pada-anak.html

Misnadiarly. (2007). Obesitas sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit.ed. 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Mitayani & sartika. (2010). Buku saku ilmu gizi. Jakarta: TIM

Mundell, E.J. (2005). Pubertas Timbul Lebih Dini pada Anak-Anak Perempuan dengan Berat Badan Berlebih. Retrieved October 10th, 2011, from

http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=17984 Noorastuti Pipiet T. & Abbdinnah, Febry. (2011). Efek Buruk Anak Gemuk. Retrieved

June 8th, 2012, from http://kosmo.vivanews.com/news/read/215877-efek-buruk-anak-gemuk


(45)

Pramesemara. (2009). Pubertas Prekoks (Pubertas Dini pada Anak). Retrieved November 9th, 2011, from http://pramareola14.wordpress.com/2009/04/30/pubertas-prekoks-pubertas-dini-pada-anak/

Pratitasari, Dyah. (2011). Ketika Si Upik Terlalu Cepat “Dewasa”. Retrieved December 2th, 2011, from

http://www.nirmalamagazine.com/articles/viewArticleCategory/16/page:5 Puji, Siwi T. (2011). Sukrosa, Biang Kerok Obesitas pada Anak. Retrieved November

10th, 2011, from http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/11/09/lue1jo-sukrosa-biang-kerok-obesitas-pada-anak

Pulungan, Pebri W. (2009). Gambaran Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP

Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. Retrieved October

28th, 2011, from

http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/14263/1/09E02903.pdf

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Alih bahasa: Adelar, S.B., Saragih, S. Jakarta: Erlangga

Shalitin, S., & Phillip, M. (2003). Role of Obesity and Leptin in The Pubertal Process and Pubertal Growth. International Journal of Obesity, (27) 869-874, doi:

10.1038/sj.ijo.0802328. Retrieved January 7th, 2012, from http://www.nature.com Sibagariang, Eva E., Julianie, Rismalinda, & Nurzannah S. (2010). Metodologi Penelitian

untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: TIM

Solozarno, Christine M. B., McChartney, Christopher R. (2010). Obesity and The Pubertal Transition in Girls and Boys. Retrieved November 24th, 2022, from

http://www.reproduction-online.org/content/140/3/399.short

Sulistyorini, Lantin. (2010). Hubungan antara Obesitas dengan Body Image dan Prestasi Belajar pada Anak di Empat Sekolah Dasar Swasta Jember (Studi Kasus di SD Al-Furqan, Al-Amin, Muhamadiyah I, SDK Aletheia). Retrieved June 8th, 2012, from http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-lantinsuli-1860

Sunarto, Intan Dwi M. (2010). Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Menarche Dini pada Siswi Sekolah Dasar di Kecamatan Magetan. Retrieved November 8th, 2011, from http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1410265272.pdf

Wiknjosastro, Hanifa. (2008). Ilmu Kandungan. Ed. 2, Cet. 6. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sastro Prawirohardjo.

Yoman, C. (2010). Pubertas Prekoks (Anak Puber Dini). Retrieved December 3th, 2011, from http://koranbaru.com/wp-content/uploads/2b4f_pubertas+dini+2.jpeg


(46)

Lampiran 1

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS VII DI SMP NEGERI 1 BATANG KUIS

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

No. Partisipan :

I. Pernyataan Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian

Saya bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini dan saya akan menjawab pertanyaan serta bersedia untuk diukur tinggi badan dan berat badan.

Batang Kuis, Mei 2012

(Partisipan)

II.Data Demografi

Usia : tahun Usia haid pertama : tahun Berat badan (diisi oleh petugas) : kg Tinggi badan (diisi oleh petugas) : cm


(47)

(48)

(1)

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pengetahuan dan informasi serta pengembangan bagi penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik lagi.


(2)

Anonim. (2009). Usia Menarche Remaja. Retrieved October 13th, 2011, from http://unnes.ac.id/ermagizi/2009/10/09/usia-menarche-remaja/

Artanti, Dian. (2011). Hubungan antara Obesitas dengan Status Menarche dan Usia Menarche pada Siswi Kelas VI SD di Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda Kalimantan Timur. Retrieved October 10th, 2011, from

http://rac.uii.ac.id/harvester/index.php/record/view/266917

Astuti, H.W. (2011). Ilmu Gizi dalam Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media (TIM) Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia Fiasry, Deasy R. (2011). Lagi, tentang Obesitas. Retrieved December 2th, 2011, from

http://mediabidan.com/lagi-tentang-obesitas/

Fuhrman, J. (2011). Girls Early Puberty: What Causes It and How Avoid It. Retrieved November 22th, 2011, from http://www.huffingtonpost.com/joel-fuhrman-md/girls-early-puberty_b_857167.html

Hidajat, B., Hidayati, Siti & Irawan R. (2011). Obesitas. Retrieved November 10th, 2011, from http://www.pediatrik.com/buletin/06224113652-048qwc.pdf

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2010). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Lubis, Petti, & Astuti, Lutfi D.P. (2010). Pemicu Pubertas Dini pada Anak Perempuan. Retrieved November 10th, 2011, from

http://kosmo.vivanews.com/news/read/168721-pemicu-pubertas-dini-pada-anak-perempuan

Mardiyah, Siti. (2012). Obesitas pada Anak. Retrieved June 8th, 2012, from http://www.perkembanganbayi.net/307/obesitas-pada-anak.html

Misnadiarly. (2007). Obesitas sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit.ed. 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Mitayani & sartika. (2010). Buku saku ilmu gizi. Jakarta: TIM

Mundell, E.J. (2005). Pubertas Timbul Lebih Dini pada Anak-Anak Perempuan dengan Berat Badan Berlebih. Retrieved October 10th, 2011, from

http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=17984 Noorastuti Pipiet T. & Abbdinnah, Febry. (2011). Efek Buruk Anak Gemuk. Retrieved

June 8th, 2012, from http://kosmo.vivanews.com/news/read/215877-efek-buruk-anak-gemuk


(3)

Pramesemara. (2009). Pubertas Prekoks (Pubertas Dini pada Anak). Retrieved November 9th, 2011, from http://pramareola14.wordpress.com/2009/04/30/pubertas-prekoks-pubertas-dini-pada-anak/

Pratitasari, Dyah. (2011). Ketika Si Upik Terlalu Cepat “Dewasa”. Retrieved December 2th, 2011, from

http://www.nirmalamagazine.com/articles/viewArticleCategory/16/page:5 Puji, Siwi T. (2011). Sukrosa, Biang Kerok Obesitas pada Anak. Retrieved November

10th, 2011, from http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/11/09/lue1jo-sukrosa-biang-kerok-obesitas-pada-anak

Pulungan, Pebri W. (2009). Gambaran Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. Retrieved October 28th, 2011, from

http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/14263/1/09E02903.pdf

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Alih bahasa: Adelar, S.B., Saragih, S. Jakarta: Erlangga

Shalitin, S., & Phillip, M. (2003). Role of Obesity and Leptin in The Pubertal Process and Pubertal Growth. International Journal of Obesity, (27) 869-874, doi:

10.1038/sj.ijo.0802328. Retrieved January 7th, 2012, from http://www.nature.com Sibagariang, Eva E., Julianie, Rismalinda, & Nurzannah S. (2010). Metodologi Penelitian

untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: TIM

Solozarno, Christine M. B., McChartney, Christopher R. (2010). Obesity and The Pubertal Transition in Girls and Boys. Retrieved November 24th, 2022, from

http://www.reproduction-online.org/content/140/3/399.short

Sulistyorini, Lantin. (2010). Hubungan antara Obesitas dengan Body Image dan Prestasi Belajar pada Anak di Empat Sekolah Dasar Swasta Jember (Studi Kasus di SD Al-Furqan, Al-Amin, Muhamadiyah I, SDK Aletheia). Retrieved June 8th, 2012, from http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-lantinsuli-1860

Sunarto, Intan Dwi M. (2010). Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Menarche Dini pada Siswi Sekolah Dasar di Kecamatan Magetan. Retrieved November 8th, 2011, from http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1410265272.pdf

Wiknjosastro, Hanifa. (2008). Ilmu Kandungan. Ed. 2, Cet. 6. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sastro Prawirohardjo.

Yoman, C. (2010). Pubertas Prekoks (Anak Puber Dini). Retrieved December 3th, 2011, from http://koranbaru.com/wp-content/uploads/2b4f_pubertas+dini+2.jpeg


(4)

Lampiran 1

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS VII DI SMP NEGERI 1 BATANG KUIS

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

No. Partisipan :

I. Pernyataan Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian

Saya bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini dan saya akan menjawab pertanyaan serta bersedia untuk diukur tinggi badan dan berat badan.

Batang Kuis, Mei 2012

(Partisipan)

II.Data Demografi

Usia : tahun

Usia haid pertama : tahun

Berat badan (diisi oleh petugas) : kg Tinggi badan (diisi oleh petugas) : cm


(5)

(6)