Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh: SITI SUCI LESTARI NIM: 1110011000052
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
iii
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode sosiodrama
terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak. Penelitian ini
dilaksanakan di Mts. Mathlabusa’adah Tasikmalaya. Metode penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian One-Group
Pretest-Postest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
Purposie Sampling. Sampel penelitian yang pertama berjumlah 36 siswa untuk
kelas eksperimen dengan menggunakan Metode Sosiodrama. Sampel yang kedua berjumlah 36 siswa untuk kelas kontrol dengan menggunakan Metode Konvensional. Analisis data proses kedua kelompok menggunakan uji-t diperoleh hasil hitung 3,13 dan tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,00, maka t-hitung > t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Metode
(6)
iv
memberikan limpahan rahmat, karunia dan kebaikan, petunjuk serta kekuatan sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Mathlabusa’adah pada materi Akhlak terpuji kepada diri sendiri (Tawakal, Ihktiar, Sabar, Syukur, dan Qanaah).
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Seiring dengan selesainya skripsi ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Hj. Nurlena Rifa’i Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), dan Hj. Marhamah Shaleh, Lc, MA sebagai Sekertaris Jurusan Pendidikn Agam Islam (PAI).
3. Drs. H. Masan AF, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi, penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas saran, kritik dan masukan yang telah mengarahkan dengan sabar dan penuh harapan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen FITK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
5. Drs. Nuryamin, Kepala Sekolah MTs. Mathlabusa’adah, dewan guru serta seluruh staf karyawan MTs. Mathlabusa’adah yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Cucu, S. PdI, Guru Akidah Akhlak MTs. Mathlabusa’adah, yang telah membimbing dan bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian ini.
(7)
v
segala doa, nasehat, kasih sayang dan pengorbanan kalian yang tulus. Mungkin ini belum bisa membalas jasa-jasa Baba dan Mamah berikan, semoga ini akan menjadi salah satu wujud terimakasih ananda kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.
9. Saudara kandungku yang terkasih Aang Usep Nur Akasah Lc, MA, Nde Hilda Resti Utami dan Dede Desi Nazila yang selalu tak bosan menyemangati dan memotivasi serta membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Saudaraku tersayang Teteh Nur Hasanatul Azizah dan Ela Nurlatifah yang
selalu mendoakan, menyemangati, dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada sahabat-sahabatku Yani, Mimah, Sulas, Njur, Titi, Pipit, Upi, Rahma, Mae, Zarqoni, Ical, Tio, Yuda dan semua keluarga P20AI, yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan rasa kekeluargaan yang erat, yang selalu indah untuk dikenang dan tidak bisa penulis lupakan dalam menggapai semua cita-cita kita ini. Thank’s for All. Semoga Allah selalu memberikan kebahagian.
12. Teman-teman angkatan 2010 yang telah mengajarkan penulis arti sebuah persahabatan dan kedewasaan dalam berfikir.
13. Keluarga besar Pondok Pesantren Daar El Hikam, yang telah mengajarkan penulis ilmu agama dan mengajarkan kesabaran yang luar biasa . Semoga Allah limpahkan rahmat dan kebahagian untuk Aby Bahrudin beserta keluarga.
14. Seluruh pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu, namun tidak mengurangi rasa terimakasih dan penghargaan penulis kepadanya.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.Penulis berharap semoga ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
(8)
vi
Jakarta, 14 November 2014
(9)
vii
ABSTRAK ………...……….. iii
KATA PENGANTAR ………...……….. iv
DAFTAR ISI ………...……….. vi
DAFTAR TABEL ………...……….. x
DAFTAR DIAGRAM ………...……….. x
DAFTAR LAMPIRAN ………...…….. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ……….. 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah ……….……... 6
2. Pembatasan Masalah ……….………... 6
3. Perumusan Masalah ………. 6
C. Tujuan Penelitian ……… 7
D. Manfaat Penelitian ………... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Hasil Belajar Akidah Akhlak 1. Pengertian Hasil Belajar ……… 8
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belaja.……….. 12
3. Pengertian Akidah Akhlak ……… 13
4. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak ………... 15
(10)
viii
…… …………
4. Keunggulan Metode Sosiodrama ………. 19
5. Kelemahan Metode Sosiodrama ..………... 20
C. Hasil Penelitian yang Relevan ……...……….. 20
D. Kerangka Berfikir ...………... 22
E. Hipotesis Penelitian ………...………... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ………. 24
2. Waktu Penelitian ………. 24
B. Metode dan Desain Penelitia……….. 25
C. Variabel Penelitian...………... 26
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi………... 26
2. Sampel ………... 27
E. Teknik Pengumpulan Data ………... 28
F. Instrumen Penelitian ...………... 29
G. Uji Coba Instrumen 1. Validitas Instrumen ………... 32
2. Realibilitas Instrumen ………. 33
3. Analisis Derajat Kesukaran ………...…. 34
4. Daya Pembeda ………... 35
H. Teknis Analis Data 1. Uji Normalitas ………... 36
2. Uji Homogenitas ………... 39
3. Uji Hipotesis ………... 39
(11)
ix
2. Gambaran Siswa ………...……… 42
3. Gambaran Pendidik dan Tenaga Kependidikan ……… 43
4. Gambaran Sarana dan Prasarana ………... 44
B. Deskripsi Data 1. Deskripsi hasil Belajar Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 45
2. Deskripsi hasil Belajar Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49
3. Pengujian Hipotesis ……….. 53
C. Temuan Penelitian ………...……….. 53
D. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian ... 54
E. Keterbatasan Penelitian ………... 56
F. Deskripsi Penerapan Metode Sosiodrama dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Quasi Eksperimen) ………...………. 57
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ………...……….. 59
B. Implikasi ………...…...……….. 59
C. Saran ………....………..………. 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN
(12)
x
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian 25
Tabel 3.3 Rincian Populasi Terjangkau 27
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar 29
Tabel 4.1 Data Siswa Dalam Tiga Tahun Terakhir 42
Tabel 4.2 Data Siswa Tahun Ajaran 2014-2015 43
Tabel 4.3 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 43
Tabel 4.4 Ruang Prasarana 44
Tabel 4.5 Ruang Sarana 45
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pretest 47
Tabel 4.7 Hasil Uji t Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Postest 50
Tabel 4.9 Hasil Uji t Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51
Tabel 4.10 Rekapitulasi Keseluruhan Nilai Pretest dan Postest dan selisihnya 52 Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Nilai Pretest dan Postest 53
DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 46
Diagram 4.2 Hasil Pretest Kelas Kontrol 46
Diagram 4.3 Hasil Postest Kelas Eksperimen 49
(13)
xi
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 67 Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 71 Lampiran 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 75 Lampiran 5: Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar 79 Lampiran 6: Soal Uji Coba Instrumen 82 Lampiran 7: Kunci Jawaban (Soal Uji Tes Instrumen) 86 Lampiran 8: Soal Pretest dan Postest 87 Lampiran 9: Kunci Jawaban (Soal Pretes dan Postest) 60
Lampran 10: Hasil Anates 91
Lampiran 11: Rekapitualasi Uji Validitas Instrumen 100 Lampiran 12: Hasil Uji Validitas Instrumen 102 Lampiran 13:Realibilitas Instrumen 104 Lampiran 14: Uji Normalitas (Pretest Kelas Eksperimen) 106 Lampiran 15: Uji Normalitas (Pretest Kelas Kontrol) 109 Lampiran 16: Uji Normalitas (Postest Kelas Eksperimen) 112 Lampiran 17: Uji Normalitas (Postest Kelas Kontrol) 115 Lampiran 18: Uji Homogenitas Pretest 118 Lampiran 19: Uji Homogenitas Postest 120 Lampiran 20: Uji Hipotesis Pretest 122
(14)
xii
Lampiran 23: Tabel Nilai-Nilai Kritis F (F Tabel) 127 Lampiran 24: Tabel Nilai-Nilai Kritis t (t Tabel) 128
(15)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang memikirkan bagaimana menjalani kehidupan ini untuk mempertahankan kehidupan manusia yang mengemban tugas dari sang Kholiq untuk beribadah.
Manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan oleh Allah SWT dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya. Untuk mengolah akal pikirannya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
ْمُهاَنْلَضَفَو ِتاَبِّيَطلا َنِّم مُهاَنْ قَزَرَو ِرْحَبْلاَو ِّرَ بْلا ِِ ْمُهاَنْلََََو َمَدآ َِِب اَنْمَرَك ْدَقَلَو
اليِضْفَ ت اَنْقَلَخ ْنَِّّ ٍرِثَك ىَلَع
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna”. (Q. S. Al-Isra’[17]: 70)
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1
Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani “Islam adalah syari’at Allah yang diturunkan kepada umat manusia di muka bumi agar mereka beribadah
1 Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI 2006, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(16)
kepadanya. Penanaman keyakinan terhadap Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah, sekolah maupun lingkungan”.2 Pendidikan Agama Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk paedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi yaitu dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati agama islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan berisikan tuntunan bagi siswa dalam menjalani kehidupan agar memiliki pribadi yang sholeh dan sholehah. Dengan adanya tuntunan inilah pendidik harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan menerapkan ilmu Pendidikan Agama Islam, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang berakibat pada peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji tentang masalah-masalah kehidupan nyata (Fiqh), akhlak/ perilaku (Aqidah Akhlak), Sejarah Umat Terdahulu (SKI), dalil aqli dan naqli (Qur’an Hadis), dan lain sebagainya. PAI berkaitan dengan kehidupan dunia dan akhirat sehingga PAI bukan hanya penguasaan kumpulan materi/ pengetahuan berupa teori-teori, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja yang harus dihafal atau dimengerti melainkan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Suasana belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas belajar mengajar, apabila pembelajaran menyenangkan dapat menimbulkan minat dan motivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru dapat memfasilitasi siswa agar dapat meningkatkan
2 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 3, hal. 130.
(17)
potensi yang dimiliki oleh siswa dan membuat siswa aktif dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Pendidikan Akidah Akhlak merupakan mata pelajaran wajib yang diberikan kepada seluruh siswa khususnya pada lembaga-lembaga pendidikan agama seperti pesantren, madrasah-madrasah islamiyah termasuk juga sekolah umum seperti SMP dan SMA.
Pendidikan Akidah Akhlak adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai dari pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of live). Pendidikan Aqidah akhlak juga merupakan bagian pendidikan yang amat penting berkenaan dengan aspek-aspek dan nilai, antara lain: keyakinan, keagamaan dan akhlak. Oleh karena itu pendidikan Akidah Akhlak juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Dalam hal ini diketahui bahwasannya Akidah Akhlak merupakan suatu mata pelajaran pendidikan agama islam, materi yang terdapat dalam Akidah Akhlak sangat banyak, sehingga banyak pula yang harus dibahas. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup banyak bagi guru untuk dapat menjelaskan materi secara keseluruhan. Oleh karenanya diperlukan metode yang tepat yang dapat mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran secara efisien. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien serta tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka diperlukan metode yang tepat. Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar sehingga banyak waktu dan tenaga yang akan terbuang sia-sia.
Konsep belajar dan mengajar merupakan dua buah konsep kependidikan yang saling berkaitan. Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Mengajar atau pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum
(18)
mengetahui.3 Mengajar biasanya terjadi dalam situasi formal yang dengan sengaja diprogramkan oleh guru dalam mentransformasikan materi kepada siswa berdasarkan kurikulum dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Selain itu guru juga sebagai pelaksana dan penyeimbang kegiatan belajar mengajar. Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Sedangkan kesuksesan belajar siswa tidak hanya tergantung pada intelegensi anak saja, akan tetapi juga tergantung pada bagaimana pendidik menggunakan metode yang tepat dan memberinya motivasi.4
Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam setiap interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur, yaitu: tujuan yang hendak dicapai, siswa dan guru, bahan pelajaran, metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar, dan penilaian yang fungsinya untuk menetapkan seberapa jauh ketercapaian tujuan. Istilah belajar mengajar sendiri berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman.5 Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama islam adalah kurangnya perhatian guru agama terhadap penggunaan metode mengajar, umumnya guru hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga menimbulkan kejenuhan terhadap siswa yang akhirnya siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Pada akhirnya materi tersebut tidak dapat tersalurkan dan tidak dapat diserap dengan baik oleh siswa. Disamping itu juga guru kurang memperhatikan sikap dan perilaku siswa. Kondisi siswa yang aktif dan variatif, mereka tidak akan duduk diam saja ketika guru mengajar, tetapi
3 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 2, hal. 72. 4 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 17. 5 Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat, PT. Ciputat Press Group, 2005), hal. 112.
(19)
cenderung lebih aktif. Untuk itu apabila guru hanya menggunakan metode ceramah saja maka tidak akan membuat mereka fokus terhadap pelajaran, bahkan mereka malah lebih asik ngobrol sendiri dibanding hanya mendengarkan penjelasan guru. Dengan demikian hasil belajar siswa tidak akan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika metode yang digunakan benar-benar tepat, karena antara pendidikan dengan metode saling berkaitan. Disini guru sangat berperan penting dalam membimbing anak didik ke arah terbentuknya pribadi yang diinginkan.
Maka dari itu, guru agama pada mata pelajaran Akidah Akhlak tertantang untuk bisa menyampaikan materi secara efisien dan efektif serta dapat membuat anak-anak menjadi fokus dalam proses pembelajaran. Ketika penulis melakukan penelitian, sebelum pembelajaran Akidah Akhlak ini menggunakan metode sosiodrama dan hanya menggunakan metode ceramah, maka itu tidak akan membuat siswa diam dan fokus terhadap pelajaran malah siswa akan sibuk dengan urusannya sendiri. Untuk itu, penggunaan metode sosiodrama sangat diperlukan dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak. Selain dapat membuat siswa aktif juga dapat membuat siswa menjadi lebih fokus memperhatikan guru disamping penjelasan materi.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menyusunnya dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul:
“Pengaruh Metode Sosiodrama terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Mathlabussa’adah”
(20)
B.
Identifikiasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1.
Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi permasalahan pada beberapa hal, yaitu:
a. Pembelajaran Akidah Akhlak yang dilakukan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. b. Pembelajaran Akidah Akhlak yang dilakukan hanya berpusat pada guru. c. Beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.
d. Pembelajaran Akidah Akhlak yang dilakukan di kelas VIII hanya menggunakan metode ceramah.
e. Metode yang membuat siswa aktif seperti sosiodrama belum diterapkan. f. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak masih belum
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
g. Penilaian Pendidikan Agama Islam (PAI) masih menitik beratkan pada aspek kognitif.
2.
Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang diidentifikasi, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu:
a. Metode yang membuat siswa aktif seperti Sosiodrama belum diterapkan. b. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak belum sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
3.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang ingin diajukan adalah:
a. Adakah pengaruh Metode Sosiodrama terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak?
(21)
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh metode Sosiodrama terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTs Mathlabussa’adah.
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa : penerapan metode sosiodrama ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari mata pelajaran Akidah Akhlak agar mudah dipahami dan diingat.
2. Bagi guru : dari penelitian ini diharapkan seorang guru menerapkan motode sosiodrama sebagai alternatif motede dalam pembelajaran Akidah Akhlak. 3. Bagi sekolah : hasil penelitian ini diharapakan menjadi pengetahuan yang
bermanfaat dan menambah wawasan peneliti serta dapat lebih mudah memahami tugas berat yang yang diemban seorang guru.
4. Bagi pembaca khususnya mahasiswa : penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu kajian yang menarik yang perlu diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam.
(22)
8
A.
Hasil Belajar Akidah Akhlak
1.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu
“hasil” dan “belajar” yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memahami lebih mendalam mengenai hasil belajar, akan dibahas terlebih dahulu pengertian belajar.
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
Menurut Slameto “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.1 Sedangkan menurut Alisuf Sabri “belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada”.2
1 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 2.
2 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), cet. 4 , hal. 55.
(23)
Gage (1984) dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin mendefinisikan:
Belajar sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Definisi belajar ini mengandung pengertian bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. 3
Demikian juga menurut Suyono dan Hariyanto “belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”.4 Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang secara sadar yang melibatkan unsur jiwa dan raga sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku yang relatif menetap (secara kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam dirinya baik berupa kemahiran berdasarkan alat inderanya maupun pengalamannya.
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto, yaitu:
a. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis . suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
3 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), hal. 98.
4 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 9.
(24)
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, maka makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar bersifat menetap dan permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan perilaku yang terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.5
Menurut Nana Sudjana “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang / siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.6 Sedangkan menurut Muhibbin Syah “hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.7 Jadi hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang melibatkan proses kognitif siswa tersebut mengalami perubahan tingkah laku yang relative menetap.
Hasil belajar menurut Dr. Sudiyanto yang dikutip oleh Dr. H. Y. Waluyo dalam bukunya Penilaian Pencapaian Hasil Belajar adalah
5 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 3-4.
6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Hal. 22.
7 Muhibbin Syah, Psikologi dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Hal. 92.
(25)
“Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”.8
Dalam proses belajar mengajar di sekolah perubahan tingkah laku siswa ditandai dengan kemampuan peserta didik menerapkan dan mendemonstrasikan pengetahunnya serta keterampilannya. Perubahan inilah yang disebut hasil belajar. Hal ini selaras dengan pendapat DR. Suharismi Arikunto dalam bukunya Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
mengatakan, “Hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.9
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar, yang menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik pada diri seseorang tersebut, baik dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, maupun sikap yang bersifat menetap dan konsisten.
Berdasarkan teori Bloom dapat dikemukakan tiga jenis hasil belajar, yaitu hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik.10
Hasil belajar kognitif adalah hasil belajar yang memerlukan kegiatan berfikir, meliputi hasil belajar pengetahuan, hasil belajar pengalaman, hasil belajar penerapan, hasil belajar analisis, dan hasil belajar evaluasi.
Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan dan kehendak seseorang, berupa minat, sikap, nilai, dan kebiasaan siswa.
8 H. Y. Waluyo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, (Jakarta: Karunia Universitas Terbuka, 1987), cet. 1, hal. 24.
9 Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bimi Aksara, 1993), hal. 133. 10 H. Y. Waluyo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, (Jakarta: Karunia Universitas Terbuka, 1987), cet. 1, hal. 24.
(26)
Hasil belajar psikomotorik adalah hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan gerak seseorang. Dasar kemampuan yang diukur adalah kemampuan fisik. Terdiri atas hasil belajar gerakan refleks, kemampuan fisik, gerakan yang terampil, gerakan persepsi merupakan dasar untuk memperoleh hasil belajar psikomotorik tingkat yang lebih tinggi dan bukan gerakan otot-otot motorik belaka.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasi Belajar
Menurut M. Alisuf Sabri, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:
a. Faktor Eksternal (Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa). Yang termasuk faktor eksternal antara lain adalah:
1) Faktor-Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/ non sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan alam/Non sosial ini seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
2) Faktor-faktor instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/ Sarana fisik kelas, sarana/ alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
b. Faktor Internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa) berupa faktor fisiologis dan faktor psikologis pada diri siswa.
(27)
1) Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa adalah faktor minat, bakat, inteligensi, motovasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.11
3.
Pengertian Akidah Akhlak
Secara etimologis aqidah berasal dari kata ‘aqada ya’qidu ‘aqdan
‘aqidatan berarti keyakinan. Dengan demikian aqidah bisa dikatakan sebagai
keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat meningkat dan mengandung perjanjian.
Sebagian ulama fiqih mendefinisikan aqidah, sebagai berikut: Aqidah ialah suatu yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk dirubahnya. Ia beriman sesuai dengan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman kepada Allah SWT, hari kiamat, kitab-kitab Allah, dan Rasul-Rasul Allah SWT.
Menurut Mahmoud Syaltout “kepercayaan (Aqidah) adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak dicampuri oleh syak, wasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan”.12
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa aqidah adalah keyakinan dalam yang bersifat mengikat dan mengandung perjanjian serta menjadi sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh serta sukar untuk dirubah.
11 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), cet. 4 , hal. 59-60.
12 Mahmoud Syaltout, Islam sebagai Aqidah dan Syari’ah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), cet. 3, hal. 22.
(28)
Kata Akhlak merupakan kata yang sering sekali terdengar sehari-hari. Begitu kita mendengar kata ini sehingga seolah-olah kita tahu pengertian kata ini dengan jelas, padahal jika ditanyakan apa itu akhlak kita biasanya terdiam dan memikirkan jawabannya.
Pengertian Akhlak dapat ditinjau dari dua pengertian, etimologis dan
pengertian terminologis. Menurut etimologi, ahklak adalah kata arab “Akhlaq”
(قاخأ), jamak dari kata “khuluqun” (قلخ) yang menurut logat diartikan “ budi
pekerti, tingkahlaku dan tabi’at.13
Sedangkan Moh. Ardani, “Akhlak Tasawuf; Nilai-nilai Akhlak/ Budi pekerti dalam ibadah dan Tasasawuf; mengutip dari ibnu miskawih sebagai
pakar bidang akhlak mengatakan bahwa: “ sikap yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan perhitungan”.14
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan, tanpa pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.
Dari kedua pengertian di atas yaitu akidah dan akhlak dapat diketahui bahwa keduanya mempunyai hubungan yang erat, karena akidah atau iman dan akhlak berada dalam hati. Dengan demikian tidak salah kalau pada sekolah tingkat Tsanawiyah kedua bidang bahasan ini dijadikan satu mata pelajaran, yaitu akidah akhlak.
13 Zahrudin A. R, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet.1, hal. 1. 14 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf; Nilai-Nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta:CV. Karya Mulia, 2005), Edisi kedua, hal. 25.
(29)
Adapun pengertian mata pelajaran akidah akhlak sebagaimana yang terdapat GBPP adalah:
Mata pelajaran Akidah Akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi Akidah dan Akhlak. Mata pelajaran Akidah Akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran pendidikan agama islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaharan agama islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.15
4.
Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak
Tujuan adalah sarana yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Tujuan mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah adalah untuk menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Adapun tujuan pembelajaran Akidah Akhlak menurut GBPP depertemen Agama yaitu:
a. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya.
b. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan alam lingkungannya.
c. Memberikan bekal kepada anak atau siswa tentang akidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.16
15 Departemen Agama, Kurikulum Bidang Studi Akidah Akhlak, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1988), hal. 1.
16 Depag RI, Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: 1998), cet. 1.
(30)
5.
Hasil Belajar Akidah Akhlak
Hasil Belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami aktivitas belajar sehingga terjadi perubahan perilaku. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dari kehidupan siswa tersebut. Jadi hasil belajar Akidah Akhlak adalah suatu bukti pencapaian pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep Akidah Akhlak yang diperoleh setelah melalui proses kegiatan pembelajaran.
B.
Metode Sosiodrama
Metode pengajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistim pengajaran.
M. Basyiruddin Usman dalam bukunya Metodologi Pembelajaran Agama
Islam mengatakan bahwa “pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan
karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan di mana pengajaran berlangsung”.17 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar mengatakan dalam buku yang
ditulis oleh Armai Arief “bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran, di antaranya: tujuan yang hendak dicapai, kemampuan guru, anak didik, Situasi dan kondisi pengajaran di mana berlangsung, fasilitas yang tersedia, waktu yang tersedia, serta kebaikan dan kekurangan sebuah metode”.18
Dengan demikian, peranan metode mengajar adalah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh
17 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hal. 32.
18 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan etodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)h. 109.
(31)
berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar.19
1.
Pengertian Sosiodrama
Menurut pendapat Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto sosiodrama berasal dari kata sosio dan drama.
Sosio berarti sosial menunjuk pada obyeknya yaitu masyarakat menunjukkan pada kegiatan-kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu sama lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial.20
Jadi sosiodrama adalah metode mengajar yang mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.
Abdul Majid juga berpendapat dalam bukunya yaitu Strategi Pembelajaran bahwa:
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah
19 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), cet.1 2, hal. 76.
20 Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: ALFABETA, 2013), cet. 4, hal. 39.
(32)
kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.21
Sedangkan M. Basyiruddin Usman mengatakan bahwa:
Metode sosiodrama merupakan teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat sosial. Engkoswara dalam buku yang ditulis oleh M. Basyiruddin Usman mengartikan sosiodrama adalah suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup ]diceritakan dengan singkat dalam temp 4 atau 5 menit, kemudian siswa menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian sosial, oleh karena itu dinamakan sosiodrama.22 Dari berbagai pengertian sosiodrama tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode sosiodrama adalah pemecah masalah yang terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-maslah tersebut melalui sebuah drama.
2.
Tujuan Sosiodrama
Tujuan yang diharapkan dengan sosiodrama antara lain ialah: a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
21 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (PT. Remaja Rosdakarya: 2013), hal. 205-206.
22 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hal. 51.
(33)
3.
Petunjuk Menggunakan Metode Sosiodrama
a. Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas.
b. Ceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut.
c. Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan kelas.
d. Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung.
e. Beri kesempatan pada para pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan perannya.
f. Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai keterangan. g. Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan
masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut.
h. Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.23
4.
Keunggulan metode Sosiodrama
a. Siswa terlatih untuk dapat mendramatisasikan sesuatu dan juga melatih keberanian mereka.
b. Kelas akan menjadi hidup karena menarik perhatian para siswa.
c. Siswa dapat menghayati sesuatu peristiwa sehingga mudah mengambil suatu kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
d. Siswa dilatih dalam menyusun buah pikiran secara teratur.
23 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), cet.1 2, hal. 84-85.
(34)
5.
Kelemahan Metode Sosiodrama
a. Banyak menyita waktu atau jam pelajaran. b. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang.
c. Kadang-kadang siswa berkeberatan untuk melakukan peranan yang diberikan karena alasan psikologis, seperti rasa malu, peran yang diberikan kurang cocok dengan minatnya, dan sebagainya.
d. Bila dramatisasi gagal, siswa tidak dapat mengambil suatu kesimpulan.24
Metode sosiodrama termasuk pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik karena di dalamnya terdapat ciri-ciri yang sama dengan aktive learning, di antaranya adalah:
1) Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali.
2) Guru sebagai motivator, fasilitator, perancang, dan pengelola. 3) Guru dan siswa menerima peran kerjasama (partnership). 4) Bahan-bahan pelajaran dipilih berdasarkan kelayakan 5) Siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran
6) Tujuan ditulis dengan jelas untuk selanjutnya diukur/dites.25
C.
Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang metode sosiodrama pernah dilakukan oleh Ruzainah (2013) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran IPS Materi Penyimpangan Sosial Kelas VIII-1
di MTs. Umdatur Rasikhien Jakarta, bahwa metode sosiodrama menunjukkan
hasil yang positif dan menjadikan siswa kelas VIII-1 lebih termotivasi untuk
24 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hal. 51-53.
25 Abuddin Nata, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarata: Kencana, 2009), hal. 225
(35)
belajar IPS. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, pada siklus I hasil belajar Postest mencapai rata-rata 72,58. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar yaitu 86,02. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tentang metode sosiodrama juga dilakukan oleh Muhammad Nurul Fajri (2013) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan menggunakan Metode Sosiodrama Di SMP Nusantara Plus Kelas VIII-4 Ciputat
Tangerang Selatan, menunjukkan bahwa metode sosiodrama dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I 49 pada saat pretest meningkat menjadi 67 pada saat posttest. Setelah dilakukan perbaikan pada proses belajar pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa 59 pada saat pretest meningkat menjadi 81 pada saat postest. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (PTK).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ida Awaliyah (2013), yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada Pokok Bahasan Lembaga-Lembaga Negara melalui metode Sosiodrama Peserta didik Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Darul Falah, Jakarta
Barat. Hasil analisis deskripsi mengugkapkan bahwa dengan data sebagai
berikut: Siklus I, rata-rata hasil belajar PKn adalah 64 dengan presentase ketuntasan 60%, dan pada siklus II, rata-rata hasil belajar PKn mengalami kenaikan 40%, dan seluruh siswa memperoleh ketuntasan, sehingga hasil belajar pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 82 dengan presentase ketuntasan 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar PKn Pokok Bahasan Lembaga-Lembaga Negara siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Darul Falah, Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan pendekatan action research.
(36)
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Abdullah (2012) dengan judul
Metode Pembelajaran Role Playing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah
Akhlak Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Jakarta dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa keaktifan belajar aqidah akhlak siswa setelah dilakukan penerapan metode pembelajaran Role Playing menunjukkan bahwa rata-rata seluruh aspek hasil belajar siswa kelas V. A pada pokok bahasan mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil rata-rata presentase lembar observasi keaktifan belajar siswa untuk tiap siklus, yaitu pada siklus I hasil belajar 7,20 untuk siklus II sebesar 7,50. Sedangkan pada siklus III sebesar 8,00. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (PTK).
D.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana yang telah dipaparkan, maka dalam penyusunan penelitian ini penulis mengajukan anggapan dasar atau kerangka pemikiran sebagai berikut:
Pendidikan diharapkan mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh generasi muda. Namun kenyataan menunjukkan bahwa berbagai strategi, pendekatan, metode, teknik, dan model yang dikembangkan secara inovatif di bidang pendidikan belum berhasil sepenuhnya mengoptimalkan potensi tersebut. Dalam belajar dibutuhkan sebuah metode yang dapat membuat suasana pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, tidak membosankan dan dapat membangun keaktifan siswa didalamnya. Metode pembelajaran merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajar. Dengan menggunakan metode diharapkan terjadi interaksi baik dari guru ke murid maupun murid ke murid.
Penggunaan metode yang relevan dengan pelajaran akan sangat membantu para murid untuk dapat memahami materi pelajaran. Sehingga hasil belajar yang
(37)
diinginkan dapat tercapai dengan optimal. Dan pemilihan metode ini harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi siswa agar siswa dapat melaksanakannya. Dengan demikian, seorang guru harus mampu mencari cara untuk menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif, diantaranya adalah metode Sosiodrama. Metode Sosiodrama diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena metode ini menarik dan dapat diterapkan dibeberapa mata pelajaran. Metode ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif. Metode Sosiodrama memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifiknya di depan kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya. Strategi ini akan sangat baik jika digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu.
Adapun kelemahan dari metode ini adalah: a) Banyak menyita waktu atau jam pelajaran. b) Memerlukan persiapan yang teliti dan matang. c) Kadang-kadang siswa berkeberatan untuk melakukan peranan yang diberikan karena alasan psikologis, seperti rasa malu, peran yang diberikan kurang cocok dengan minatnya, dan sebagainya. d) Bila dramatisasi gagal, siswa tidak dapat mengambil suatu kesimpulan.
(38)
E.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
: Tidak terdapat pengaruh metode sosiodrama terhadap hasil belajar Akidah Akhlak
: Terdapat pengaruh metode sosiodrama terhadap hasil belajar Akidah Akhlak
(39)
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTS Mathlabussa’adah, yang berlokasi di
Kp. Tenjonegara Cigalontang Tasikmalaya.
2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2014 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian
No Tanggal Kegiatan
1. 14 Juli 2014 Survei ke sekolah dan memberikan surat izin penelitian.
2. 09 September 2014 Pretest dan pertemuan pertama kelas eksperimen
3. 12 September 2014 Pretest dan pertemuan pertama kelas control
(40)
4. 16 September 2014 Pertemuan kedua kelas eksperimen 5. 19 September 2014 Pertemuan kedua kelas control 6. 23 September 2014 Pertemuan ketiga kelas eksperimen 7. 26 September 2014 Pertemuan ketiga kelas kontrol 8. 30 September 2014 Pertemuan keempat kelas eksperimen 9. 03 Oktober 2014 Pertemuan keempat kelas kontrol 10. 07 Oktober 2014 Postest kelas eksperimen
11. 10 Oktober 2014 Postest kelas kontrol
B.
Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai eksperimen semu (Quasi
Eksperimen). Ini dikarenakan eksperimen yang dilakukan tidak memenuhi
salah satu kriteria yang dibutuhkan oleh eksperimen sesungguhnya, yaitu randomisasi subjek penelitian, sehingga kemungkinan sukar sekali dapat digunakan eksperimen murni. Sebagaimana yang telah diketahui, penentuan sampel pada penelitian eksperimen harus dipilih secara random. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada penelitian ini, karena subjek penelitian sudah terbentuk dalam kelas secara alami, sehingga tidak mungkin melakukan randomisasi. Adapun rancangan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.2
Rancangan Penelitian
Kelompok Variabel Bebas Variabel Terikat
(R) E XE Y
(41)
Keterangan:
E : Kelompok Eksperimen P : Kelompok Kontrol
XE : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen (Metode sosiodrama)
XP : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol (metode ceramah)
Y : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok R : Proses pemilihan subyek tidak secara random
C.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variable, yaitu: 1. Variable bebas (X) : Metode Sosiodrama
2. Variable terikat (Y) : Hasil Belajar Akidah Akhlak
D.
Populasi dan Sample
1.
Populasi
Zainal Arifin dalam bukunya Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru mengatakan bahwa:
Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniature population). Dengan kata lain, jika seluruh anggota populasi diambil, maka cara ini disebut sensus, tetapi jika hanya sebagian dari populasi yang dijadikan sumber data, maka cara itu disebut sampel.1
Populai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Populasi target adalah seluruh siswa di MTS Mathlabussa’adah kelas VII sampai dengan kelas IX berjumlah 491 siswa. Sedangkan populasi
1Zainal Arifin,Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru), (Bandung: PT Remaja
(42)
terjangkau adalah siswa kelas VIII berjumlah 176 siswa, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rincian Populasi Terjangkau
Kelas Jumlah Siswa VIII A 36 VIII B 37 VIII C 36 VIII D 36 VIII E 31 Jumlah 176
2.
Sample
Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu”.2 Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah Non Probability
Sampling. Karena dalam pengambilan sampel ini peneliti tidak memberi
peluang/ kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel sehingga penarikan sampel ini dilakukan secara tidak acak. Cara pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling
2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D),
(43)
yakni pengambilan unsur sample atas dasar tujuan tertentu sehingga memenuhi keinginan dan kepentingan peneliti.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu: kelompok eksperimen dan kelompok control.
a. Kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa yang mendapat pembelajaran aktif. Sampel yang dipilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas VIII D yang berjumlah 36 siswa. b. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang tidak mendapatkan
treatment secara terpisah. Sampel yang dipilih sebagai kelas control
adalah siswa kelas VIII C yang berjumlah 36 siswa.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian diambil dari hasil belajar Akidah Akhlak pada kelompok control dan eksperimen yang diperoleh dari skor pretest dan postest pada pokok bahasan Akhlak terpuji kepada diri sendiri (Tawakal, Ihktiar, Sabar, Syukur, dan Qanaah) di mana tes yang dikerjakan pada dua kelompok tersebut sama.
F.
Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data”.3 Sebagai alat pengumpul data, instrumen berhubungan erat dengan teknik pengumpulan data dipengaruhi oleh jenis metode penelitian. Karena itu, secara tidak langsung instrumen penelitian akan menyesuaikan dengan metode penelitiannya. Akibatnya, dikenal beberapa jenis instrumen penelitian sesuai dengan metodenya tadi. Secara garis besar, instrumen terbagi atas instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen yang berbebtuk tes dapat berupa tes objektif dan tes uraian, sedangkan instrumen yang tergolong nontes di antaranya dapat berupa angket, wawancara, observasi atau studi dokumentasi.
3 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, hal. 168.
(44)
“Karakteristik instrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaklah memenuhi persyaratan validitas dan realibilitas. Bahkan menurut Suherman dan Sukjaya lebih lengkap lagi, alat evalusi yang baik dapat dilihat dari: validitas, realibilitas, objektivitas, praktikabilitas, daya pembeda, derajat kesukaran, efektivitas option, dan efesiensi”. 4 Tujuannya adalah sebagai alat ukur untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik secara obyektif. Untuk mengetahui bahwa pada awalnya kedua kelompok tidak ada perbedaan hasil belajar, maka dilakukan observasi dengan pretest, sedangkan untuk mengetahui terdapat hasil belajar, maka kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) diuji dengan postest.
Instrumen yang digunakan untuk menguji hasil belajar pada penelitian ini berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban yang terdiri atas 30 soal pada mata pelajaran Akidah Akhlak dengan materi Akhlak terpuji kepada diri sendiri (Tawakal, Ihktiar, Sabar, Syukur, dan Qanaah). Instrumen yang dugunakan ini juga untuk mengukur aspek kognitif yang meliputi pengatahuan, pengalaman, dan aplikasi. Adapun kisi-kisi instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kisi - Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
No Kompetensi Dasar Materi Indikator No. Butir Soal 1. Menjelaskan
pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah Akhlak terpuji kepada diri sendiri (tawakal, ikhtiar, Menjelaskan pengertian dan pentingnya tawakal Menjelaskan pengertian dan pentingnya ikhtiar Menjelaskan 1, 2, 7, 8, 12, 13
4 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet. 1, hal. 127.
(45)
sabar, syukur, dan qanaah) pengertian dan pentingnya sabar Menjelaskan pengertian dan pentingnya syukur Menjelaskan pengertian dan pentingnya qanaah 18, 19 26, 27
2. Mengidentifikasi bentuk dan contoh perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah
Bentuk dan contoh-contoh perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah Menyebutkan contoh-contoh sikap tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah
Menunjukkan ciri-ciri orang yang memiliki sikap tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah
3, 9, 14, 22, 28, 30
4, 15, 20, 23
3. Menunjukkan nilai-nilai positif dari tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah dalam fenomena kehidupan Nilai-nilai positif dari tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah
Menyebutkan nilai-nilai positif dari tawakal dalam fenomena kehidupan
Menyebutkan nilai-nilai positif dari ikhtiar dalam
5
(46)
fenomena kehidupan
Menyebutkan nilai-nilai positif dari sabar dalam fenomena kehidupan
Menyebutkan nilai-nilai positif dari syukur dalam fenomena kehidupan
Menyebutkan nilai-nilai positif dari qanaah dalam fenomena kehidupan 16 24 29
4. Menampilkan perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah dalam fenomena kehidupan Perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah Menunjukkan contoh sikap tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah dalam lingkungan keluarga Menunjukkan contoh sikap tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah dalam
6
(47)
lingkungan sekolah
Menunjukkan contoh sikap tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah dalam lingkungan masyarakat
21, 25
G.
Uji Coba Instrumen
1.
Validitas Instrumen
“Validitas adalah suatu derajat ketetapan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan benar-benar tepat untuk mengukur apa yang akan diukur”.5 Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya atau bahasa statistiknya adalah ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Maka sebuah item dapat dinyatakan valid apabila skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya.6 Jika skor butir dikotomi misalnya 0,1 maka untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi biserial, yaitu sebagai berikut:
√
5 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 245-246.
(48)
Di mana :
= koefisien korelasi yang melambangkan kekuatan korelasi antara
variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap sebagai Koefisien Validitas Item
= skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul
= skor rata-rata dari skor total
= deviasi standar dari skor total
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
2.
Reliabilitas Instrumen
“Reabilitas instrument adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur atau ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Menurut Suharsimi Arikunto, sebuah tes dikatakan reliable jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan jika diteskan kepada subjek yang sama”.7 Perhitungan reliabilitas tes dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 20 (Kudor-Richardson 200 karena skor butir soal berbentuk dikotomi), yaitu:
{ ∑
}
Dimana:
k : jumlah item dalam instrument
pi : proporsi siswa yang menjawab benar
qi : proporsi siswa yang menjawab salah
7 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. 3, hal. 100.
(49)
st 2 : standar deviasi dari tes8
Dengan demikian koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut: 0.91-1.00 Sangat tinggi
0.71-0.90 Tinggi
0.41-0.70 Cukup
0.21-0.40 Rendah
<0.20 Sangat rendah
Standar deviasi dengan rumus9 :
∑ ̅
3.
Analisis Derajat Kesukaran
Untuk mengukur derajat kesukaran soal dilakukan analisis dengan menggunakan rumus: 10
P =
Keterangan:
P : Angka indeks kesukaran item
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes hasil belajar
8 Sugiyono, Statistika untuk penelitian, (Bandung: ALFABETA, 2011), cet. 19, hal. 359-361. 9 Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik dan Nonparametrik, (Tangerang, PT. Pustaka Mandiri: 2014), hal. 62.
10 Anas Sudijono, Pengantar Evalusi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2009), hal. 372.
(50)
Dengan klasifikasi tingkat kesukaran sebagai berikut:
0.00-0.30 Soal sukar
0.30-0.70 Soal sedang
0.70-0.100 Soal mudah
4.
Daya Pembeda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Cara menguji daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:11
D = – =
Keterangan :
J : Jumlah peserta tes
: Banyaknya peserta kelompok atas : Banyaknya peserta kelompok bawah
: Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
: Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2009), hal. 389.
(51)
Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:
0.00-0.20 Jelek
0.20-0.40 Cukup
0.40-0.70 Baik
0.70-1.00 Baik sekali
H.
Teknis Analisi Data
1.
Uji Normalitas
Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya yaitu Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial mengatakah bahwa:
Data-data beskala interval sebagai hasil pengukuran pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, suatu data ternyata tidak mengikuti asumsi itu bukanlah hal yang mustahil. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh, haruslah dilakukan data normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan kata lain, analisis statistik yang pertama dilakukan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik yang berupa uji normalitas.12
Uji normalitas pada penelitian ini yang digunakan adalah dengan uji Chi Square.
Rumus :
= ∑ Dimana :
: frekuensi observasi
: frekuensi yang diharapkan, bila tidak dapat diketahui : Chi Kuadrat13
12 Burhan Nurgiyantoro, Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Social, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), hal. 104-105.
13 Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik dan Nonparametrik, (Tangerang, PT. Pustaka Mandiri: 2014), hal. 94.
(52)
Sementara itu, kriteria tes yang diharapkan adalah apabila hitung < tabel, maka dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. Sedangkan bila hitung > tabel, maka dapat disimpulkan bahwa sampel tidak berdidtribusi normal.
Adapun langkah-langkah yang harus dilewati untuk melakukan pengujian normalitas dengan menggunakan teknik chi kuadrat, menurut Riduwan, dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :
a. Menentukan skor terbesar dan skor terkecil b. Menentukan rentangan (R) dengan cara:
R = skor terbesar - skor terkecil c. Menentukan banyaknya kelas (K) dengan cara:
K = 1 + 3,3 log n
d. Mencantumkan panjang kelas (i) dengan cara:
I =
e. Menentukan proporsi
f. Membuat distribusi frekuensi dalam bentuk tabel Tabel bantu perhitungan distribusi frekuensi
No Interval Fo Xi P Xi fXi fX2
g. Menentukan rata-rata (mean) dengan cara :
̅ = ∑
h. Menentukan simpangan baku (s) dengan cara :
s = √ ∑ ∑
(53)
1) Menentukan batas kelas dengan mengurangi 0,5 pada kelas bawah interval dan menanbah 0,5 pada kelas atas interval.
2) Mencari nilai Z-score dengan menggunakan rumus:
Z = [ ̅]
3) Mencari luas 0 - Z, dari tabel kurva normal 0 - Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0 - Z, untuk angka-angka baris pertama dengan baris kedua, untuk angka baris kedua, dicari dengan mengurangkan angka baris kedua dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden.
6) Membuat tabel bantu chi-kuadrat dalam bentuk : No Batas
Kelas
Z – score
Luas 0 - Z
Luar tiap interval
fe fo Chi-Kuadrat
1 2
Langkah selanjutnya yaitu menentukan harga dengan taraf signifikan 0,05 pada derajat kebebasan (dk) = k - 1. Setelah itu menentukan kriteria pengujian, yaitu: tolak Ho jika > atau terima Ha jika < . Langkah yang terakhir yaitu penarikan kesimpulan.
(54)
2.
Uji Homogenitas
Disamping pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada sampel, perlu kiranya peneliti melakukan pengujian tehadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
F = Dimana : = ∑ ∑ Keterangan :
F : Homogenitas : Variansi terbesar : Variansi terkecil
Dengan kriteria untuk uji homogenitas ini adalah:
Ho diterima jika Ho : data memiliki varians homogen Ho ditolak jika Ho : data tidak memiliki varians homogen.
3.
Uji Hipotesis
“Untuk selanjutnya yaitu menggunakan rumus “t”Test. “t”Test adalah
salah satu statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa di antara dua buah random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang signifikansi”. 14
Rumus “t”Test adalah :
t =
√
(55)
Dimana :
s =
Keterangan:
: Rata-rata data kelompok 1 (kelompok eksperimen) : Rata-rata data kelompok 2 (kelompok kontrol) : Banyaknya data kelompok 1 (kelompok eksperimen) : Banyaknya data kelompok 2 (kelompok kontrol)
: Simpang baku rata-rata hasil belajar kelompok 1 (kelompok eksperimen)
: Simpangan baku rata-rata hasil belajar kelompok 2 (kelompok kontrol)
: Hasil nilai distribusi : Nilai deviasi gabungan
Hasil perhitungan dibandingkan dengan dengan taraf signifikansi 0,05. Adapun kriteria pengujiannya, sebagai berikut:
Jika > maka Ho ditolak Jika < maka Ho diterima.15
I.
Interpretasi Data
Interpretasi data terhadap “t” yang telah kita peroleh dari hasil
perhitungan lazim disebut dengan diberi lambang selanjutnya
diberikan interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “t” (Tabel harga kritik “t”) yang sebelumnya dicari terlebih dahulu derajat kebebasannya (df) atau
15 Daryawan Syah, dkk, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Gaumg Persada Press, 2007), Cet. 1, hal. 105.
(56)
(db) dengan rumus df atau db = ( ) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika sama dengan atau lebih besar dari pada harga kritik “t” yang tercantum dalam tabel (diberi lambang ) maka hipotesis nihil yang
mengatakan tidak adanya perbedaaan mean dari kedua sampel ditolak,
berarti perbedaan mean dari kedua sampel itu adalah perbedaan yang
signifikan.
2. Jika lebih kecil dari pada maka hipotesis nihil yang mengatakan tidak adanya perbedaan mean dari kedua sampel yang bersangkutan disetujui. Berarti perbedaan mean dua sampel itu bukanlah perbedaan mean yang signifikan, melainkan perbedaan yang terjadi secara kebetulan saja (by
chance) sebagai akibat Sampling Error.16
16 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2007), h. 314.
(57)
43
A.
Gambaran Umum MTs Mathlabussa’adah
1.
Sejarah Sekolah
Mts Mathlabussa’adah adalah lembaga pendidikan formal yang setara
dengan SMP dibawah naungan Kementrian Agama Yayasan
Penyelenggara “YPPM” (Yayasan Pondok Pesantren Mathlabussa’adah).
MTs Mathlabussa’adah berdiri pada tahun 1997 dan sekarang sudah status akreditasi A (sangat baik) dari BAN tahun 2012 telah menyelenggarakan Ujian Nasional Mandiri.
Sarana prasarana senantiasa diperbaharui dan dikembangkan menurut situasi dan keadaan sesuai perkembangan, memiliki bangunan (ruangan) sendiri, dan senantiasa mengembangkan guna peningkatan pembangunan fisik maupun non fisik.
2.
Gambaran Siswa
Gambaran siswa MTs. Mathlabussa’adah dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Data Siswa dalam Tiga Tahun Terakhir
Tahun Ajaran
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Jumlah Jumlah Siswa Jumlah Rombel Jumlah Siswa Jumlah Rombel Jumlah Siswa Jumlah Rombel Jumlah Siswa Jumlah Rombel 2011-2012 129 4 128 4 113 4 370 12 2012-2013 148 4 123 4 118 4 389 12 2013-2014 189 6 145 4 106 4 440 14
(1)
7
M.
Alisuf
Sabri, Psikologi Pendidikan BerdasarkanKurikulum
Nasional, (Jakarta: PedomanIlmu
Jaya,2010),
cet.4,
hal. 55, 59-608 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (lakarta: Gaung Persada Press, 2004),
hal.98
9 Suyono dan Hariyanto,
Belajar
dan pembelajaran,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,20ll),
hal. 9f
10 Nana Sudjana, PenilaianHasil
Belajar Mengajar,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), }{al. 22
/N
l1
Muhibbin
Syah, Psikologi dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Hal. 92
/
t2
H.Y.
Waluyo, Penilaian PencapaianHasil
Belajar,(Jakarta: Karunia Universitas Terbuka, 1987), cet. 1,
hal.24
/
13 Suharismi
Arikunto,
Dasar-Dasar EvaluasiPendidikan, (Jakarta:
Bimi
Aksara, 1993), hal. 133f
14 MahmoudSyaltouf
Islam sebagai Aqidah danSyari'ah,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1915), cet. 3, hal. 22l5
ZahrudinA.
R, Hasanudin Sinaga, Pengantar StudiAkhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet.1,
hal.
1/
t6
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf;Nilai-Nilai
Akhlak/
Budi Pekerti dalamlbadah
dan Tasawuf,(Jakarta:CV. Karya
Mulia,
2005), Edisikedua,hal.25
17 Departemen Agama,Kurikulum
Bidang Studi AkidahAkh I a k, ( J akarta : Dirj en P embinaan Kel embagaan
Agama Islam, 1988),
hal.
118 Depag
RI,
Garis-Garis Besar Program Pengajaran(2)
(GBPP) Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: 1998), cet. 1
/r
t9
Tukiran Taniredja,Efi Miftah Faridli,
Sri Harmianto, Model-Model PembelajaranInovatif
danEfektrt
(Bandung:
ALFABETA,2013),
cet. 4, hal. 39 20Abdul Majid,
Strategi Pembelajaran, (PT. RemajaRosdakary a: 2013), hal. 20 5 -206
/
21
M.
Basyiruddin Usman, Metodologi PembelajaranAgama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,2002), hal. 51,
51-53
N
22 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses
Belajar
Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), cet. 2,
hal.
84-85
ft{
BAB
III
23 Zainal
Aifrn,
P e. n e I i t i a n P e n d i d i kan ( M e t o d e d a n Paradigma Baru), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 201l),
hal. 21 5, 245 -24624 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
(P e n d e ka t an kuan t i t a t if, ku a li t a t
if,
d an R &D ),(Bandung:
ALFABETA,
cv, 2013), Cet. 16, h. 118n{
25Nurul Zuiah,
Metodologi Penelitian Sosial DanPendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), Cet.2, hal. 168
({
26
M
Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitianilmiah,
(Bandung: Pustaka Setia, 2001,), Cet. 1, hal.127
6
2l
Anas Sudij ono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers:201 1),
hal.
184/{
28 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar EvaluasiPendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. 3, hal.
100
/
(3)
ALFABETA,2011),
cet. 19, hal. 359-361/rt
30 Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik danNonp ar ametrik, (T angerang, PT. Pustaka Mandiri :
2014),hal.62,94
31 Anas Sudjono, Pengantar Evalusi Pendidikan,
(Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2009),ha1.312,
389
)Z Burhan Nugiantoro, Statistik Terapan untuk
P e ne li ti an
I
lmu -I
lmu S o c i al,
(Yo gyakarta: Gadj ahMada University Press, 2002),
hal.
104-1056
JJ Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 27 8
N
34 Daryawan Syah, dkk, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: Gaumg Persada Press, 2A01), Cet. 1, hal. 105
/,{
35 Anas Sudij ono, Pengantar Statistik Pendidikan,
(Jakarta: Raja Grapindo Persada,2007),h. 314
Jakarta 14 November 2014
Mengetahui Pembimbing
Drs.
H.
MasaanAF.
M.
Pd(4)
KEMENTERIAN AGAMA
.}-.,.,.i"*
UINJAKARTA
J,
*
FITKB"; {
ry 6 Jl h H. Juanda No gb ctputat 1s412 tndonesia
FORM
(FR)No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-081Tgl.
Terbit :
1 Maret 2010No.
Revisi: :
01Hal 111
SURAT BIMBINGAN
SKRIPSI
Nomor : Un.0l/F.1/KM.01 .313939120124
Lamp.
:-Hal
: Bimbingan SkripsiKepada Yth.
EIs H. Masan AF, M. Pd Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilrnu'l'arbiyah dan Keguruan
t,t lN Syarif 11 idayatLrl lah
Jakarta.
Nama
NIM
J unrsan
Senrester Judul Skripsi
Tembusan:
l.
Dekan FITK2.
Mahasisrva ybs.Jakarta, l3 November 2014
As s alamu' al aiku m wr. wb.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudarauntuk
rnenjadi pernbirnbingllll
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:Siti Suci Lestari r I l00r 1000052
Pendidikan Agama Islam (PAI)
IX (Sembilan)
PENGARUH
ME
ODE SOSIODRAMA TERHADAP HASIL BELA.IAR SISWA DALAM MARA PELAJARAN AKIDAHAKHLAK
JLrdul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal
l3
Januari 2014.
abstraksi/ontline terlampir. Saudara dapat rnelakukan perubahan redaksional pada -iudul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, rnohon pembimbing rnenghubungiJ urusan terlebih dahulu.
Bimbingan
skripsi
ini
diharapkan selesai dalamwaktu
6
(enam) bulan,dan
dapat diperpanjang s,:lama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. ll/ a s s al antu' al ai kum wr. w b.
a.n. Dekan
Ka.iur ndidikan Agama lslam
l)r. . Abdul Majid Khan,
M.Ag
19580707 198703 r 00s >aNt
(5)
KEMENTERTAN
AGAMA
YAYASAN PONDOK PESANTREN MATHLABUSSA'ADAH
MTs.
ttiATH
LABU
SSA'ADAH
SK.Pendirian : No.Wi/I/HK.00Al00llW7 E/.30 Mei 1997
Akreditasi Nilai A. NSM : 121232060109 /NPSN : 20271
lltl.B 0esa lenjonagara RT/RIU.005/001 Gigalontang Telp. (0265) e-maiL mathlab mtsE!vahoo.cs.idlbloossst lrttp://nrts-mdhlah.blogspot.com
Nama
Nomor lnduk
Mahasiswa
Program
Studi/
Jurusan
Jenjang
Lokasi Penelitian
Nomor
:Mts.10.06.2.109/PP.005/
O41DO14Lamp.
:-Hal
:Penelitian
Tasikmalaya,
14
Oktober 2014
Kepada
Yth, Dekan FITK Sariana S.{
Dra. Nurlena,
iiA,
Ph.D
UIN
Syarif Hidayatullah
di-Jakarta
Yang
bertanda
tiangandi
bawah ini Kepala MTs Mathlabussa'adah Desa Tenjonagara
Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya, menerangkan
bahwa
::
SlTl
SUCI
LESTARI
:1110011000052
:
Pendidikan
Agama lslam
(PAl)
:S.1
(Strata Satu
): MTs
Mathlabussa'adah
Desa Tenjonagara
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya
Telah
melaksanakan Penelitian
di
Sekolah kami pada
tanggal 12
Juli
s/d
03
Oktober
2014
,dalam
rangka Penulisan
Skripsi/
Tesis yang berjudul:
"
Pengaruh
tletode
Sosiodrama Terfiadap Hasil Belaiar Siswa Dalam
iiata
Pelaiaran
Akidah
Akhlak " siswa
kelas
Vlll
(
Delapan
)
tlathlabussa'adah
Kecamatan Cigalontang
Kabupaten Tasikmalaya
Demikian surat keterangan
inidibuat
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sekolah,
NURYAMIN
(6)
s
I
t
Nomor : Un.0'1/F. 1/KM.O1 .31.*!!.!.12014
l-amp.'.
Outline/ProposalHal
: Permohonan Izin PenelitianTembusan:
I
Dekan FITK2.
Pembantu Dekan Bidang Akademik3.
Mahasiswa yang bersangkutanJakarta, 03 Juli 2014
Tempat
Assal am u' al aiku m w r.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama
:Siti
Suci LestariNIM
: 1110011000052Jurusan
: Pendidikan Agama lslam (PAl)Semester
: lX (Sembilan)Judul
Skriosi
:
Pengaruh Metode Sosiodrama
terhadap Hasil
Belajar
SiswaDalam Mata Pelajaran
Akidah Akhlak
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang
menyusun
skripsi,
dan akan
mengadakan penelitian
(riset)
di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin'Untuk
itu
kami
mohon Saudara
dapat
mengizinkan mahasiswa
tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al aiku m wr.wb.
an Agama lslam
ul.Majid Khon, Dr. M.Ag ."19680307 199803 1 002
:.,&
ss u
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
Jt lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 541 2 lndonesia
FORM
(FR)No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-082 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010No-Rev'rsi:
:
01-1t1 Hal