Perbaikan Iklim Investasi UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING

19 Pemerintah Indonesia di bawah presiden Susolo Bambang Yudhoyono telah berupaya melakukan perbaikan iklim invstasi yang dituangkan dalam bentuk Inpres sebagaimana yang telah koita bicarakan di awal pada bab satu. Bentuk Inpres tersebut adalah paket kebijakan investasi Nomor 3 tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal PM. Pada isi Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanamn modal yang tecantum dalan Bab ke-dua pasal 3 poin 2 tersebut, setidaknya ada beberapa tujuan dari penyelenggaraan penanaman modal tersebu, antara lain untuk: 1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; 2. menciptakan lapangan kerja; 3. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; 4. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; 5. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; 6. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi ril dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan 7. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian dalam kemudahan yang diperleh oleh penanam modal sebagimana yang diatur dalam Bab X pasal 18 pada poin 4 disebutkan tentang bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal berupa: 20 a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu; b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri; c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan bakuatau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu; d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu; e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu. Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan danatau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh: a. hak atas tanah; b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan c. fasilitas perizinan impor. 8 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang penanaman Mdal 21 Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut pemerintah berharap dapat menciptkan iklim investasi yang baik yang mampu mendorong pertumbuhan eknmi Indnesia. Dengan adanya kemudahan pelayanan serta perizinan dan fasilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai investasi di Indonsia. Adapun nilai investasi PMD dan PMA dapat dilihat pada lampiran. 1 BAB V KESIMPULAN ASEAN telah melewati suatu kerjasama kawasan yang terbilang cukup lama sejak dibentuknya pada tahun 1967 yang sekarang hampir berumur setengah abad. Kerjasama kawasan ASEAN yang dibangun tidak hany atas satu kawasan namun berangkat dari keinginan bersama dalam menciptakan satu kawasan yang lebih maju kompotitif dan mampu bersaing dengan-negara-negara lain. Setidaknya itulah tujuan penting dari ASEAN. Saat ini, dengan memasuki era globalisasi yang lebih maju di mana tuntutan atas kesejahteraan suatu bangsa agar dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan tersebut tampaknya menjadi satu hal prirotas bagi setiap negara agar dapat bersaing dengan negara-negara lainnya. Globalisasi yang ditopang oleh liberalisme saat ini tidak dapat dinafikan sebagai “kemenangan Barat” dalam perang dingin usai runtuhnya Uni Soviet. Para penmikir Hubungan Internasional kini mulai tertarik pada isu ekonomi dan kerjasama internasional ketimbag perang. ASEAN dalam “mensejahterakan” negara-negara anggotanya paling tidak begitulah tujuannya, telah mengawali langkahnya dalam menerapkan liberalisasi di kawasan yang dimulai pada pembentukan AFTA. Tidak berhenti disitu, dengan meningkatnya pertumbuhan negara-negara lain yang berada di kawasan Asia seperti China, Jepang, Korea Selatan dan India menjadi satu pijakan penting bagi ASEAN agar 2 dapat mampu menyainggi negara-negara tersebut di kawasan Asia. Munculnya negara- negara tersebut sebagai kekuatan ekonomi baru dalam tatanan global seperti Jepang dan China khususnya menjadikan kedua negara tersebut diperhitungakan oleh dunia internasional seperti Amerika Serikat. Dalam melihat perkembangan ekonomi di kawasan Aisa tersebut, yang ditopang oleh “resep-resep” liberalisme dalam bidang ekonomi negara seperti China dan India yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik yang mampu menarik para investor asing dalam melakukan penanaman modal di negara tersebut menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong pertiumbuhan ekonominya. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa ASEAN kini melangjkah lebih jauh dalam meliberalisasikan ekonomi di kawasan agar dapat memenangkan pertarungan perebutan investasi asiang yang dengan mudah maasuk di ASEAAN yang demikian tersebut merupakan resep liberal. Lahirnya satu ASEAN Economic Community dalam ASEAN meruupakan langkah maju ASEAN dalam menciptakan liberalisasi ekonomi di kawasan. Setidaknya ada lima pilar yang cetak biru ASEAN dalam mewujudkan liberalisasi tersebut seperti yang telah di jelaskan di tatas, yakni: aliran bebas barang, aliran bebas modal., aliran bebas tenaga kerja terampil, aliran bebas investasi dan aliran bebas jasa. Dari kelima hal tersebut pada masing-masing negara anggota telah melaksanakan hal-hal yang harus dilakukan dalam mewujudkan liberalisasi tersebut. 3 Pemerintah Indonesia di bawah presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam hal ini setidaknya telah menetapkan dan melaksanakan upaya-upaya ataupun langkah- langkah dalam menghadapi liberalisasi tersebut, di antaranya dengan penetapan inpres pembentukan badan komite nasional pelaksanan Masyrakat ekonomi ASEAN, mendorong daya saing UMKM, meningkatkan daya saing ekonomi nasional yang dituangkan dalam program MP3EI, serta perbaikan iklim investasi. Dari beberapa upaya yang telah diambil, terlihat bahwa pemerintah Indonesia dalam hal ini tentunya memiliki peluang besar dalam memamfaatkan liberalisasi tersebut, namun langkah-langkah tersebut realitasnya tidak terlaksana dengan baik pada tataran bawah. Seperti pada pemahaman masyarakat tentang MEA yang tidak dilaksanakan dengan baik oleh komite nasional dalam mengimpormasikan MEA tersebut. Namun pergantian tonggak pemerintahan pada 2014 lau nampaknya sast ini program maupun langkah-langkah yang dulunya diambil oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono kini tegantikan dengan program-program dal arah kebijakan yang baru pula, seperti program poros maritime dan program jangka panjang 2014-2019. Meski demikian, langkah-langkah seperti penguatan daya saing UMKM sampai saat ini masih terus dilanjutkan oleh pemerintah Jokowi Dodo. Hal inilah yang kemudian dapat kita tari kesimpulan bahwa apa yang telah di lakukan pemerintah sebelumnya saat ini tidak lagi dapat kita lihat dan terlaksana mengingat bergantinya tonggak pemerintahan yang kemudian merubah arah kebuijakan pembangunan Indonesia. 4 Namun demikian, langkah-langkah yang telah diambil oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam meningkatkan daya saing Indonesia untuk menghadapi MEA tersebut tentu saja mebuahkan hasil, seperti terlaksananya program MP3EI yang mana para pelaku usaha telah menanamkan modal mereka dalam membantu pemodalan proyek-proyek dari MP3EI. Dalam upaya peningkatan daya saing UMKM hingga saat ini asih terlaksananya program Kredit Usaha Rakyat KUR. Namun permaslahan seperti tingfkat daya saing manusia juga menjadi permasalahan yang cukup serius yang masih dihadapi Indonesia, mengingat pada MEA tersebut, persaingan tenaga kkerja terampil semakin ketat. Persoalan lainya adalah Inftrastuktur yang masih sangat kurang dan masih terbilang rendah dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hal tersebut tentu saja dapat memprengaruhii para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Tingginya tingkat perngganguran juga menjadi masalah serius dalam menjambut MEA tersebut, mengingat sampai saat ini pemerintah Indonesia belum mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Untuk itu peran swasta dalam hal ini para pelaku usaha menjadi sangat penting dalam menmbantu pemerintah dalam penciptaan lapangan pekerjaan. 1 References kadin indonesia. 2016, Februari 5. klim Investasi DiIndonesia Masalah Tantangan Dan Potensi.pdf. Retrieved from kadin indonesia.or.id: http:www.kadin indonesia.or.ididdocopini Kementrian Perdagangan Indonesia,, ,. 2011. Menuju ASEAN Economic Community. jakarta: Kementrian Perdagangan Indonesia. Anderson, J. E. seventh edition 2011. public policymaking : an introduction. Boston: Wadsworth. Andrews, C. M., Mas’eod , M. 1978. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arifin, Y. 2015. Perencanaan Strategis Penguatan Daya Saing Umkm Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean MEA 2015. Bapenas. 2015 , Oktober 20. alternatif pembiayaan infrastruktur. Retrieved from http:www.bappenas.go.id. Burmansyah, E. 2014. Rezim Baru ASEAN: Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Yogyakarta: Pustka Sempu. Cipto, B. 2007. Hubungan Internasional Di Asia Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2 Damayanti, M., Adam, L. 2016, Januari 30. Program Kredit Usaha Rakyat KUR Sebagai Alat Pendorong UMKM di Indoneisa. Retrieved from http:www.tnp2k.go.id. Griffiths, M., Callaghan, T. 2002. International Relation: The Key Concepts. London and New York: Routledge. Griffiths, M., Terry, O. 2002. International Ralations: The Key Concepts. London: Routledge. Halim, A. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Indonesia Republik. 2008. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Jakarta. Kemenkeu. 2015, Oktober 20. Komitmen Pemerintah dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. Retrieved from http:www.kemenkeu.go.id. kemenkopmk. 2014. Keppres Nomor20 tahun 2014 tentang Komite Nasional. Retrieved oktober 21 , 2015, from kemenkopmk.go.id. kondisi kelistrikan nasional saat ini. 2016, Februari 20 . Retrieved from http:www.esdm.go.id . Leifer, M. 1989. Politik Luar Negri Indonesia. Jakarta: Gramedia. Luhulima, C. P. 2011. Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 3 Maryaningsih, N., Hermamansyah, O., Savitri, M. 2015, Oktober 25. Pngaruh Infrakstruktur Terhadap Petumbuhan Ekonomi Indonesia. Retrieved from http:www.bi.go.ididpublikasi jurnal-ekonomi Documents. Mas’oed, M. 1989. Studi Hubungan Internasional:Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nuraeni, Deasy, Sudirman. 2010. Regionalisme Dalam Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Panduan-MP3EI 2013. 2015, September 25. Retrieved from http:www.lppm.itb.ac.id. Pertanian, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan. 2011. Kajian Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangaunan Ekonomi Indonesia,. Jakarta: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Petrus, O. jilid III 2007. Menuju Indonesia Jaya 2005-20300 dan Indonesia Adidaya 2030-2055. Jawa Timur: Pdt DR. P. Octavianus. Report, G. C. 2016, Agustus 24. Global Competitiveness Report_2008-09.pdf. Retrieved from http:www3.weforum.orgdocsWEF. Republik Indonesia . 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang penanaman Mdal. Jakarta. Rosy Nurfutasari. 2014. Kesiapan Thailand Dalam Menghadapi ASEAN Economic Communty. Yogyakarta: Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta. Schroder, P. 2003. Strategi Politik. Jakarta: Friedrich Naumann Stiftung. 4 Sungkar, Y. 2009. Pola Integrasi Ekonomi Di Kawasan Asia Timur. Jakarta: Departemen Lua Negri Republik Indnesia. Tri Achya Ngasuko,. 2016, Februari 25. Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Retrieved from Kemenkeu.go.id. Triansyah, D. D. edisi ke-19 2010. ASEAN Selayang Pandang. Jakarta: Direktur JJendralkerja sama ASEAN. Tulus Tambunan. 25 , Januari 2016. Kondisi Infrastruktur Di Indonesia. Retrieved from http:www.kadin-indonesia.or.id. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 2008. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Jakarta. Winarno, B. 2013. Kebijjakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS Center of Academic Publishing Service. World Bank The. 2014. Kajian Kebijakan Pembangunan 2014: Indonesia Menghindari Perangkap. Jakarta: World Bank The. 1 Upaya Indnesia Meningkatkan Daya Saing Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA Sapriansyah Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email: Issaksapriansyah12gmail.com Abstrak Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA adalah langkah maju ASEAN dalam menciptakan satu kawasan perdagangan bebas di kwasan Asia Tenggara dengan mengacu pada lima pilar cetak biru, yakni: aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas modal, aliran bebas investasi, dan aliran bebas tenaga kerja terampil. Indonesia sebagai salah satu negara pendiri ASEAN tentunya harus bisa memamfatkan MEA tersebut dalam meningkatkan ekonomi negaranya. Beberapa langkah yang telah diambil oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka persiapan menghadi MEA tersbut, seperti membuat satu badan Komite Nasional persiapan pelaksanaan MEA yang dikoordinatori langsung oleh menko Perekonomian. Kemudian dalam meningkatkan daya saing ekonomi telah dituangkan dalam program Master Plan Prcepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI. Penguatan disektor UMKM sebagai salah satu pendorong kamajuan ekonomi bangsa juga menjadi salah satu prioritas utama pemerintah dalam meningkatkan daya saing yang dituangkan dalam UU Nomor 20 tahun 2008. Perbaikan iklim investasi pada pemerintahan SBY juga menjadi program pemerintah dalam rangka persiapan menghadapi MEA tersubut agar dapat menarik para investor lokal maupun asing baik intra-ASEAN mupun diluar ASEAN yang dituangkan dalam UU penanaman modal Nomor 25 Tahun 2007. Langkah-langkah tersebut menjadi salah satu langkah utama pemertintah dalam menghadapi persiangan di kawasan maupun global. Kata kunci : Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA, upaya Indonesia meningkatkan daya saing dalam menghadapi MEA. 2

A. Kerangka Pemikiran

Dalam penulisan jurnal ini, kami menggunakan beberapa pendekatan yang dinilai cukup relevan sebagai alat analisa dalam menjelaskan bagaimana upaya pemerintajh dalam meningkatkan daya saing Indonesia dalam menghadapi Mayarakat Ekonomi ASEAN. 1. Kebijakan Publik Pressman dan Wildavsky mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan Winarno, 2013. James E. Anderson mendefinisikan kebijakan publik a relatively stable, purposive, course of action or inaction followed by an actor or set of actors in dealing with problemor matter of concern Anderson, 2011 2. Pasar Bebas Pasca perang dunia ke-2 berakhir berdampak pada politik dan ekonomi dunia yang pada akhirnya timbul kritikan-kritikan dalam dunia Hubungan Internasional HI yang berasal dari mazhab liberal terhadap realisme, yang memandang pesimis terhadap tatanan dunia yang dinilia konfliktual. Menurut paham liberal, bahwa tatanan dunia yang adil dan menguntungkan dapat dicapai dengan kesalingtergantungan dan meningkatkan perdagangan internasional dinilai lebih menguntungkan bagi negata-negara ketimbang menciptakan peperangan yang berdampak pada kekeacauan politik dan ekonomi dunia. Berangkat dari asumsi di atas, timbulah para pemikir-pemikir liberal yang mengedepankan kerjasama yang saling mnguntungkan seperti Norman Angel, yang beranggapan bahwa interdependensi akan lebih menguntungkan bagi negara-negara yang terlibat. Konsepsi ekonomi liberal tentang pasar bebas hal ini tidak terlepas dari pemikir klasik Adam Smith, yang memberikan kebebasan terhadap individu dalam mengejar kepentingannya dan memberikan batasan negara dalam keikutsertaannya dalam mengatur pasar. Lahirnya konsepsi pasar bebas dalam satu kawasan seperti kawasan Uni Eropa yang kemudian mengalami kesuksesan di kawasan tersebut, menjadi contoh bagi 3 kawasan lain yang ada di dunia untuk membentuk perdagangan bebas di kawasan yang dapat menguntungkan negara-negara anggota. Pasar bebas secara operasional dapat diartikan sebagai adanya bentuk prilaku para ekonomi yang berinteraksi, dan pertukaran barang yang semakin tanpa rintangan yang semakin baik bagi individu. Kemakmuran tidak tumbuh melalui intervensi negara, tetapi dengan pembagian kerja dan ukuran pasar, sehingga pertukaran barang dan faktor prduksi secara liberal diarahkan terjadi di seluuh dunia. Kung, 2002.

A. Sejarah Pembentukan MEA

Liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Tenggara dimulai pada pembentukan ASEAN Free Trade Area AFTA yang disepakati pada tahun 1992. Pembentukan AFTA didasari atas beberapa faktor. Pertama berakhirnya konflik Kamboja yang mana arah baru mempertahankan relevansi ASEAN dari isu tantangan politik dan militer pasca perang dingin ke isu ekonomi yang mencuat dalam ASEAN. Kedua, dorongan Singapura yang mengandalkan perdagangan bebas mendorong terbentuknya satu kerja sama ekonomi yang lebih terbuka dan liberal. Ketiga, keinginan yang kuat untuk mendatangkan para investor asing. Dan keempat, terdorong atas motivasi tumbuhnya blok ekonomi regional di kawasn lain Cipto, Cetakan Pertama 2007. Tujuan akhir dari kesepakatan AFTA adalah meningkatkan daya saing di kawasan regional sebagai basis produksi untuk pasar dunia. Terbentuknya AFTA di kawasan ini dilihat sebagai respon dan langkah persiapan untuk bisa bersaing dalam menghadapi globalisasi ekonomi. Penciptaan pasar bebas pada AFTA dilakukan dengan penghapusan hambatan tarif dan non-tarif di antara anggota ASEAN. Selain dari penurunan tarif bagi produk yang diperdagangkan di kawasan ASEAN melalui skema CEPT Common Effective Preferential Tariff, pembentukan AFTA juga dimaksudkan untuk menciptakan pasar yang lebih besar sehingga dapat bersaing dengan China dan sekaligus menarik investasi asing Sungkar, 2009. Namun perlu digaris bawahi bahwa pembentukan AFTA bukan sebagai pembentukan pasar yang seluas luasnya. Namun negara masih melindungi industri dalam negerinya. Pembentukan AFTA dalam ASEAN ini kemudian menjadi