Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

33

5.2. Pembahasan

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil pengguna kontrasepsi di Puskesmas Padang Bulan, Medan. Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden yang menggunakan kontrasepsi adalah antara kelompok usia 20-34 tahun. Mean usia pengguna KB adalah 28.84 tahun sementara umur minimum dan maksimum adalah 20 dan 45. Menurut Laporan Riskesdas 2013 penggunaan KB menurut kelompok umur terbanyak pada kelompok umur 35-39 tahun 66,1, sedangkan pada kelompok umur berisiko yaitu 45-49 tahun 40,4 dan kelompok umur 15- 19 tahun 46 masih rendah. Hal ini diasumsikan umur 31-35 tahun merupakan kurun reproduksi sehat bagi wanita. Masih potensial untuk melahirkan dan merupakan puncak reproduksi. Semakin sering ibu melahirkan maka resiko untuk melahirkan sangat tinggi yang dapat mengakibatkan kematian ibu dan anak. Sehingga ibu-ibu di puskesmas sebangar banyak yang menggunakan alat kontrasepsi karena menjarangkan kehamilan. Hubungan antara pendidikan dan pola pikir, presepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan dalam arti bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Dalam hubungan dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu-ibu di Puskesmas Padang Bulan sangatlah rendah karena rata-rata pendidikan terakhir yang paling banyak adalah SMP 33. Hal ini menggambarkan bahwa Sumber Daya Manusia SDM yang sangat rendah di Puskesmas Padang Bulan, mempengaruhi dalam hal pemilihan kontrasepsi. Lebih dari setengah dari responden 56 yang berkunjung ke Puskesmas Padang Bulan adalah Ibu Rumah Tangga, Menurut penelitian Gunardi et al 2013, ternyata kebanyakan responden 43.2 adalah tamatan SMA dan Perguruan Tinggi 37.9. Hanya 3.1 dari reponden tidak bersekolah dan lebih dari setengah 53.2 dari mereka adalah pekerja swasta. Namun dalam penelitian ini berbeda karena dilakukan di Puskesmas dan kebanyakkan pasien Universitas Sumatera Utara 34 yang berkunjung adalah dari golongan menengah rendah yang berpendidikan rendah. Para ibu rumah tangga dapat berkunjung di waktu pagi hari untuk kontrol ke Puskesmas, sementara yang bekerja tidak memiliki waktu dan harus ke praktek di luar Puskesmas. Sebagian besar dari responden 43 berparitas 2. Hanya 1 orang responden memiliki paritas 4. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Gunardi et al, kebanyakan 34.8 dari responden yang diteliti berparitas 2. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak mempunyai nilai tertentu bagi orangtua. Anak yang diibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orangtua memiliki nilai tertentu serta menuntut dipenuhinya beberapa konsekuensi atas kehadirannya. Didaerah pendesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat memberikan kebahagiaan kepada orangtua selain itu akan merupakan jaminan dihari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga, banyak masyarakat didesa di Indonesia yang berpandangan bahwa banyak anak banyak rejeki. Meskipun anak membawa nilai yang penting dalam keluarga namun keadaan ekonomi juga memainkan peran yang besar dalam jumlah anak yang dilahirkan. Dari data yang diperoleh, pil merupakan metode kontrasepsi yang paling popular, menyumbang 47, diikuti KB Suntik 29 sementara penggunaan terendah adalah susuk 1. Penelitian ini sejalan dengan data Riskesdas 2013, metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah yang non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yakni suntikan 34.4 dan pil kb 13.9. Penggunaan yang paling rendah adalah sterilisasi wanita0.1. Hal ini kemungkinan disebabkan karena praktis, sederhana dan murah, kontrasepsi yang berdaya kerja panjang dan lama. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai alat kontrasepsi suntik utuk mencegah kehamilan. Lebih dari setengah 61 dari responden menggunakan kontrasepsi di bawah 12 bulan dan 68 responden menyatakan bahawa tujuan berkontrasepsi adalah karena tidak ingin punya anak lagi. Kebanyakkan responden menggunakan alatcara KB di bawah 12 bulan, hal ini kemungkinan terkait dengan hak setiap perempuan untuk mempunyai anak sehingga tidak menggunakan KB. Alasan Universitas Sumatera Utara 35 tidak menggunakan KB karena masalah fertilitas dan ingin punya anak mengindikasi kelompok yang tidak memerlukan KB. Alasan lainnya seperti masalah kepercayaan, dilarang suamikeluarga, kurang pengetahuan, masalah alat KB, takut efek samping dan alasan tidak nyaman dapat menjadi informasi penting bagi pemerintah dalam merancang program intervensi untuk meningkatkan cakupan KB. Informasi tentang kontrasepsi paling banyak 71 didapat dari fasilitas kesehatan, dan yang paling rendah adalah media massa 1. Menurut Laporan Riskesdas 2013 tempat yang banyak dikunjungi adalah praktek bidan 54,6 dan paling sedikit adalah tim KB keliling 0,8. Hasil ini tidak terlalu berbeda dengan Riskesdas 2010 yang juga menunjukkan dominasi praktek bidan 51,9 dan yang terendah adalah tim KB keliling 0,9. Tenaga kesehatan yang kompeten memberi pelayanan pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan kontrasepsi adalah dokter kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan perawat. Masyarakat dengan karakteristik tinggal di perdesaan, pendidikan rendah dan berada pada kuintil indeks kepemilikan terbawah hingga menengah cenderung memilih bidan untuk mendapatkan pelayanan. Sebaliknya dokter spesialis kebidanan dan kandungan dipilih oleh masyarakat di perkotaan, pendidikan tinggi dan kuintil indeks kepemilikan teratas. Satu uji tabulasi silang telah dilakukan untuk menguji dua variabel yaitu paritas dengan metode kontrasepsi yang digunakan. Hasil yang didapati adalah sebanyak 14, 16 dan 3 responden yang berparitas 1, 2 dan 3 masing-masing menyatakan tujuan berKB adalah untuk menunda kehamilan. Sebagian besar dari responden yang berparitas 2 27 dan 3 33 menyatakan tujuan memakai kontrasepsi adalah karena tidak ingin punya anak lagi. Responden yang berparitas 4 hanya 1 saja dari jumlah responden dan alasannya memakai kontrasepsi adalah tidak ingin punya anak lagi. Jika dianalisa jumlah paritas dan alasan responden berKB, hasilnya sudah sejalan dengan yang diharapkan karena kebanyakan responden yang berparitas 2 dan 3 tidak ingin punya anak lagi, ini berarti masyarakat sudah memahami konsep generasi berencana yang membatasi jumlah anak menjadi 2 orang setiap keluarga. Universitas Sumatera Utara 36 Uji tabulasi yang kedua dibuat untuk menguji variabel metode kontrasepsi dengan alasan responden berKB. Kebanyakan responden 47 menggunakan metode pil dimana 18 dari mereka menyatakan tujuan memakai pil untuk menunda kehamilan, sementara 29 lagi karena tidak ingin punya anak lagi. Selain metode pil, 36 dari responden mengunakan metode kontrasepsi suntik, 3 dari mereka bertujuan menunda kehamilan selebihnya 33 tidak ingin punya anak lagi. Hasil yang telah didapat bertolak belakang karena metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang untuk tujuan tidak ingin punya anak lagi. Menurut data SKDI 2012 telah terjadi peningkatan pensentase tingkat putus KB jenis non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Persentase tingkat putus obat bagi metode KB suntik pada tahun 2002 adalah 31.9 dan 40.7 di tahun 2012, sementara bagi Pil KB pula dari 18.4 pada tahun 2002 menjadi 24.7 di tahun 2012. Hal ini mungkin karena kurangnya pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang, masalah akses alat kb jangka panjang, takut efek samping atau dilarang oleh suami lantaran konseling KB yang tidak lancar. Universitas Sumatera Utara 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1 Mayoritas pengguna kontrasepsi adalah yang berusia antara 20-35 tahun. 2 Rerata pengguna kontrasepsi yang datang adalah dari masyarakat golongan menengah rendah yang berpendidikan SMP dan Ibu Rumah Tangga. 3 Hampir setengah dari jumlah responden berparitas 2 sementara kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil dan suntik. 4 Jangka waktu penggunaan kontrasepsi yang tinggi adalah ≤ 12 bulan. Para pengguna kontrasepsi menggunakan kontrasepsi dengan alasan tidak ingin punya anak lagi sementara sumber informasi KB diperoleh umumnya dari fasilitas kesehatan.

6.2. Saran Bagi Peneliti :

1 Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Bagi Masyarakat : 1 Meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai kepentingan pemakaian kontrasepsi 2 Tingginya prevalensi pengguna alat kontrasepsi pil dan suntik maka perlu diupayakan supaya berubah ke yang lebih efektif seperti alat kontrasepsi IUD dan implan, karena efekKB pil dan suntik yang dapat menyebabkan gangguan haid serta menambah berat badan akseptor. Universitas Sumatera Utara