Penggunaan Methode Pene- tapan Hukum Bahtsul masail

169 Studi Komparatif Fatwa Majelis Tarjih... Aba Doni Abdullah luarkan hukum dari sumber- sumbernya 12 . Majelis Tarjih, dalam mene- tapkan suatu masalah, yang di- kaji hukumnya selalu berdasar- kan pada dalil pokok Al-Quran dan As-Sunnah. Hal ini secara tegas dituangkan sebagai hasil muktamar khususi, yang mem- bicarakan masalah lima. Mukta- mar tersebut berlangsung pada akhir bulan Desember 1954 sam- pai dengan awal bulan Januari 1955, setelah dipersiapkan ma- terinya selama lebih dari 15 ta- hun, mengingat adanya perang dunia II dan perang kemerde- kaan Indonesia. Dalam rumusan tentang Ad-Dien Al-Islam, di- nyatakan apa yang diturunkan oleh Allah di dalam Al-Quran dan disebutkan dalam dalam sunnah maksudnya As-Sunnah yang shahihah. Dalam HPT cetakan III tertulis dalil yang se- mestinya shahih. Dari pernya- taan ini dapat ambil pengertian, bahwa sumber pokok ajaran Is- lam menurut Muhammadiyah adalah Al-Quran dan As-Sun- nah, lebih tegas lagi sekalipun tidak menggunakan kata As- Sunnah, tetapi hadist yang asli teks keputusannya dalam ba- hasa arabnya adalah Al-Hadist As-Syarief 13 .

2. Penggunaan Methode Pene- tapan Hukum Bahtsul masail

Nadhlatul Ulama Bahtsul Masail Nadhlatul Ulama dalam menetapkan hu- kum menggunakan beberapa metode. Pertama, metode Qauli, metode ini adalah suatu cara is- tinbâth hukum yang digunakan oleh ulama NU dalam kerja bah- tsul masail dengan mempelajari masalah yang dihadapi kemu- dian mencari jawabannya pada kitab-kitab fiqih dari mahzab empat dengan mengacu dan me- rujuk secara langsung pada bu- nyi teksnya. Atau dengan kata lain mengikuti pendapat-pen- dapat yang sudah jadi dalam lingkungan mahzab tertentu. Walaupun penerapan metode ini sudah berlangsung sejak lama, yakni pertama kali dilaksanakan bahtsul masail tahun 1926, na- mun hal ini baru secara eksplisit dinyatakan dalam keputusan Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama Bandar Lampung 21-25 Juni 1992. Keputusan bahtsul masail di lingkungan NU dibuat 12 Oman, Fathurrahman, Fatwa-Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah: Telaah Metodologis Melalui Pendekatan Ushul Fiqih. Dalam Jurnal Tajdida Pemikiran Dan Gerakan Muhammadiyah: vol 2. hlm 49. 13 Asjmuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah Metodologi Dan Aplikasi. Yogyakarta: 2010. Hal: 97-98 Tajdida, Vol. 11, No. 2, Desember 2013: 163-180 170 dalam kerangka bermahzab ke- pada salah satu mahzab empat yang disepakati dan menguta- makan bermahzab secara qauli. Oleh karena itu, prosedur pen- jawaban masalah disusun dalam urutan sebagai berikut: Dalam kasus ketika jawaban bisa di- cukupi oleh ibarat kitab dan di- sana hanya terdapat satu qaul wajh, maka dipakailah qaul wajh sebagaimana dalam uru- tan tersebut. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh iba- rat kitab dan disana terdapat le- bih dari satu qaulwajh, maka dilakukan taqrir jamai untuk memilih salah satu qaulwajh 14 . Prosedur pemilihan qaul wajh adalah ketika dalam satu masalah dijumpai beberapa qaulwajh dilakukan dengan memilih salah satu pendapat de- ngan ketentuan sebagai berikut: Pendapat yang disepakati oleh As-Syakhani imam Nawawi dan Ar-Rafii, pendapat yang dipegangi oleh An-Nawawi saja, pendapat yang dipengangi oleh Ar-Rafii saja, Pendapat yang di dukung oleh mayoritas ulama, Pendapat ulama yang terpandai, Pendapat ulama yang paling wara 15 . Kedua, Metode Ilhaqi Apa- bila metode qauli tidak dapat di- laksanakan karena tidak ditemu- kan jawaban tekstual dari kitab mu’tabar, maka yang dilakukan adalah apa yang disebut dengan ilhaq al-masail bi nazariha yakni menyamakan hukum suatu ka- susmasalah yang belum dija- wab oleh kitab belum ada kete- tapan hukumnya, atau menya- makan dengan pendapat yang sudah jadi. Sama dengan metode qauli metode ini secara operasio- nal juga telah diterapkan sejak lama oleh para ulama NU dalam menjawab permasalahan keaga- maan yang diajukan oleh umat Islam khususnya warga Nah- diyin, walaupun baru secara im- plisit dan tanpa nama sebagai metode ilhaqi. Namun secara resmi dan eksplisit metode ilhaqi baru terungkap dan dirumuskan dalam keputusan Munas Alim Ulama NU Bandar Lampung ta- hun 1992, yang menyatakan bahwa untuk menyelesaikan masalah yang tidak ada qaul wajh sama sekali maka dilaku- kan dengan ilhaq al-masail bi nazariha secara jamai oleh para ahlinya 16 . Sedangkan prosedur ilhaq adalah dengan memperha- 14 Ibid hal: 84-89 15 Anshor, Muhtadi. Bath Al-Masail Nahdlatul Ulama Melacak Dinamika Pemikiran Mahzab Kaum Tradisionalis. Yogyakarta 2012. Hal: 84-89 16 Ibid 84-89 171 Studi Komparatif Fatwa Majelis Tarjih... Aba Doni Abdullah tikan ketentuan sebagai berikut: mulhaq bih sesuatu yang belum ada ketentuan hukumnya, mul- haq ‘alayhi, sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya, wajh al-ilhaq faktor keserupaan antara mulhaq bih dan mulhaq ‘alayhi, oleh para mulhiq yang ahli. Metode penjawaban per- masalahan seperti ini kemudian disebut sebagai metode ilhaqi. Dalam prakteknya mengguna- kan prosedur dan persyaratan mirip qiyas. Oleh karenanya, da- pat juga dinamakan metode qi- yas versi NU. Ada perbedaan antara qiyas dan ilhaq. Yaitu ka- lau qiyas adalah menyamakan hukum sesuatu yang belum ada ketetapannya dengan sesuatu yang sudah ada kepastian hu- kumnya berdasarkan nash Al- Quran atau As-Sunnah. Sedang- kan ilhaq adalah menyamakan hukum sesuatu yang belum ada ketetapannya dengan sesuatu yang sudah ada kepastian hu- kumnya berdasarkan teks suatu kitab 17 mu’tabar. Apabila masalah atau per- tanyaan tidak terdapat jawa- bannya sama sekali dalam kitab- kitab standard baik qauli mau- pun wajh, dan tidak memung- kinkan untuk melakukan ilhaq, maka langkah yang ditempuh adalah istinbâth secara kolektif dengan prosedur bermahzab se- cara manhaji oleh para ahlinya. Istinbâth hukum merupakan prosedur yang terakhir, yaitu ia dapat dilakukan apabila suatu masalah atau pertanyaan tidak terdapat jawabannya dalam ki- tab-kitab standar, sehingga tidak ada peluang untuk melakukan pemilihan pendapat dan tidak memungkinkan ulama untuk melakukan ilhaq karena tidak ada mulhaq bih dan wajh al-il- haq. Istinbâth dilakukan secara jamai dengan memperaktekkan dan mengaplikasikan kaidah ushul dan kaidah fikih 18 . Ketiga, Metode Manhaji Me- tode manhaji adalah suatu cara menyelesaikan masalah keaga- maan yang ditempuh dalam bahtsul masail dengan mengi- kuti jalan pikiran dan kaidah- kaidah penetapan hukum yang telah disusun imam mahzab. Se- bagaimana metode qauli dan il- haqi, sebenarnya metode man- haji ini juga sudah diterapkan oleh para ulama NU terdahulu walaupun tidak dengan istilah manhaji dan tidak pula diresmi- kan melalui sebuah keputusan. Jawaban terhadap permasala- han yang dikaji dalam bahtsul masail yang tidak mencantum- 17 Ibid 84-89 18 Ibid 179-181 Tajdida, Vol. 11, No. 2, Desember 2013: 163-180 172 kan dalil dari suatu kitab atau- pun memberikan suatu argu- mentasi detail, setelah tidak da- pat dirujukan kepada teks suatu kitab mu’tabar maka dilakukan metode manhaji dengan men- dasarkan jawaban mula-mula pada Al-Quran, setelah tidak ditemukan jawabannya dalam Al-Quran lalu dalam hadis dan begitu seterusnya dan akhirnya sampailah pada jawaban dari kaidah fiqih. Secara resmi me- tode ini baru dipopulerkan peng- gunaannya dalam Musyawarah Nasional MUNAS Alim Ulama NU di bandar Lampung tahun 1992. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa Munas Bandar Lampung adalah era kesadaran perlunya redefenisi dan refor- masi arti bermazhab. Era ini dapat dikatakan sebagai titik awal untuk bersikap lebih inklu- sif dalam hal pemahaman bera- gama, khususnya dalam bahtsul masail menuju universalitas dan era kesadaran perlunya pabrik pemikiran 19 . Dua cara istinbâth hukum yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama NU. Melalui pendeka- tan fiqhiyyah dan pendekatan ushuliyyah. Kaidah fiqhiyyah lebih didahulukan dari kaidah ushuliyyah yang secara umum telah disepakati oleh para ulama sebagai thariqah istinbâth hu- kum, di samping itu juga mengi- ngat eksistensi kaidah fiqhiyyah yang sangat penting dalam studi fiqih. Penggunaan kaidah fiqhiy- yah di kalangan NU, nampak- nya dilatarbelakangi oleh konsep bermahzab dalam mengem- bangkan hukum Islam, yang menjadi pilihan bagi para foun- ding fathers NU di masa awal. Pilihan ini dilatarbelakangi oleh situasi masyarakat Indonesia yang telah menganut mahzab Syafi’i secara kultural. Dengan demikian apa yang dipilih NU merupakan akumulasi pendapat masyarakat dalam memahami dan mengamalkan hukum Islam yang dielaborasikan dari nash Al-Quran dan As-Sunnah. Aku- mulasi tersebut selanjutnya ter- format dalam konsep bermah- zab, dengan cara mengikuti pendapat-pendapat yang sudah jadi dalam lingkungan bermah- zab tertentu, yakni berupa aqwal hasil istinbâth yang dilakukan oleh seorang mujtahid, sekaligus menggunakan manhaj tersebut, bila memang diperlukan 20 .Pada muktamar ke-1 NU pada Tang- gal 26 Oktober 1926 di Surabaya, Bahtsul Masail Diniyah memu- 19 Ibid 84-89 20 Imdadun Rahmat, ed. Kritik Nalar Fiqih NU Transpormasi Paradigma Bahtsul Masail. Jakarta: 2002 hal: 235 173 Studi Komparatif Fatwa Majelis Tarjih... Aba Doni Abdullah tuskan bahwa, pada masa seka- rang, wajib bagi umat Islam me- ngikuti salah satu dari empat imam mahzab yang tersohor dan mahzabnya telah dikodifika- si mudawwam. Keputusan ini menjadi wajib di kalangan NU, maka bermahzab itu wajib. Ber- mahzab dalam NU mengan- dung dua dimensi, yaitu mahzab manhaji, yaitu bermahzab de- ngan mengikuti metode thari- qah ijtihad yang dilakukan oleh para ahlinya mujtahid. Kedua, bermahzab secara qauli, ber- mahzab dengan mengikuti pen- dapat atau hasil-hasil ijtihad ula- ma terdahulu imam mahzab, yang telah ditulis dalam kitab- kitab Islam klasik 21 .

3. Metode Penetapan Fatwa MTT

Dokumen yang terkait

Transplantasi organ tubuh orang muslim kepada orang non muslim menurut hukum islam: studi Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama

0 18 0

Hukum Islam dan Perubahan Sosial: Telaah Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah

0 4 124

Fatwa Tarjih sebagai Hasil Ijtihad Jama’i Majelis Tarjih Muhammadiyah

0 2 12

IJTIHAD MUHAMMADIYAH (Telaah Fatwa-Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Ijtihad Muhammadiyah (Telaah Fatwa-Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Periode 2005-2010).

0 2 14

STUDI KOMPARATIF FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH DAN BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA Studi Komparatif Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah Dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Tentang Istinbath Hukum Merokok.

0 2 13

PENDAHULUAN Studi Komparatif Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah Dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Tentang Istinbath Hukum Merokok.

0 1 11

STUDI KOMPARATIF FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH DAN BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA Studi Komparatif Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah Dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Tentang Istinbath Hukum Merokok.

0 1 17

Efektivitas hukum dalam masyarakat Islam: studi kasus fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang keharaman merokok.

0 0 76

STUDI KOMPARATIF METODE IJTIHAD MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH DAN LEMBAGA BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA MENGENAI HUKUM ABORSI.

0 4 80

STUDI KOMPARATIF ULAMA SHA>FI’IYAH DAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TENTANG HUKUM JUAL BELI DAN MENGKONSUMSI KEPITING

0 1 104