74 memenuhi tugas perkembangan pada masa remaja untuk memudahkan
melaksanakan tugas perkembangan pada periode dewasa.
D. Strategi Koping terhadap Ketidakpuasan Bentuk Tubuh pada
Remaja
Bentuk tubuh yang tidak sesuai akibat pertumbuhan fisik yang sangat cepat pada fase ini, membuat remaja merasa tidak puas dengan
bentuk tubuhnya dan tidak percaya diri. Ketidakpuasan pada bentuk tubuh menuntut remaja melakukan koping untuk mengurangi dan menyelesaikan
masalah ketidakpuasan bentuk tubuh tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock 2005 bahwa coping merupakan salah satu cara yang
tepat untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja, dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah yang menyebabkan remaja tidak memiliki
kepercayaan diri, yaitu adanya perasaan tidak puas dengan bentuk tubuh mereka. Terdapat beberapa strategi koping yang dilakukan individu
berhubungan dengan ketidakpuasan bentuk tubuh mereka, baik yang berfokus pada masalah maupun yang berfokus pada emosi. Hal ini
berdasarkan pendapat Valuntis dkk. 2008 bahwa ketidakpuasan bentuk tubuh memiliki hubungan dengan berbagai jenis koping, yaitu active
coping yang berfokus pada masalah dan mental-behaviour disengagement yang berfokus pada emosi.
Problem focused coping secara umum merupakan strategi adaptif dalam mengurangi stres Kim dkk. dalam Cheng, 2001, sedangkan
emotional focused coping umumnya merupakan bentuk maladaptive
75 coping dalam usahanya memecahkan stres dan distres Chan dkk. dalam
Cheng, 2001. Cheng 2001 sendiri menambahkan, keadaan tersebut diyakini tidak konsisten, yaitu strategi koping yang sama dapat
memberikan hasil akhir yang berbeda pada situasi yang berbeda. Dengan kata lain baik koping yang berfokus pada masalah maupun yang berfokus
pada emosi, sama-sama menjadi cara yang efektif dalam mengurangi tekanan, bergantung pada situasi dan masalah yang dihadapi, seperti
halnya dalam penelitian ini yang mengangkat masalah ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ketidakpuasan bentuk tubuh lebih cenderung memiliki hubungan dengan emotional focused
coping Troisi dkk., 2006; Rosen dan Mayers dalam Conradt dkk., 2008; Baigrie dan Giraldez, 2008, yang salah satu bentuknya adalah berangan-
angan, mengkritik diri sendiri, menolak, melupakannya, dan menghindar dari masalah. Bentuk koping ini mungkin saja lebih dipilih oleh individu
dalam mengatasi masalahnya, sebab strategi ini adalah cara paling mudah untuk menghindarkan diri dari perasaan sakit dan putus asa Parry dalam
Hapsari dkk., 2002. Hal ini mungkin disebabkan adanya upaya remaja untuk mengubah penampilan dan bentuk tubuhnya agar lebih menarik,
tidak membuahkan hasil atau ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya masih tetap ada Hurlock, 2006.
Seseorang melakukan strategi koping tentunya berharap masalah yang dihadapi dapat teratasi, namun bila dengan emotional focused coping
76 dalam
mengatasi ketidakpuasan
bentuk tubuh,
akan semakin
meningkatkan stres yang dialami. Menurut Baigrie dan Giraldez 2008, jika seseorang mengalami kesulitan dalam melakukan koping, akan lebih
meningkatkan stres, pada beberapa kasus banyak dialami oleh mereka yang menggunakan koping dengan penolakan. Selain itu menurut Danissof
dan Endler dalam Valuntis dkk., 2008, seseorang dengan koping yang berfokus pada emosi untuk mengatasi ketidakpuasan bentuk tubuh, dapat
mengalami gangguan kesehatan, dalam hal ini adalah gangguan makan. Troisi dkk. 2006 menambahkan bahwa seseorang yang mengalami binge
eating memiliki ketidakpuasan bentuk tubuh dan kecemasan yang lebih tinggi.
Hal ini dapat memberi gambaran bahwa penggunaan strategi emotional focused coping, juga dapat menimbulkan gangguan makan.
Menurut Van Boven dalam Valuntis, 2008, seseorang yang mengalami gangguan makan memiliki hubungan dengan bentuk emotional focused
coping yaitu penolakan. Valuntis 2008 menambahkan bahwa bentuk emotional focused coping yang lain yaitu mental and behavioral
disengagement, juga
mempengaruhi seseorang
yang memiliki
ketidakpuasan bentuk tubuh mengalami gangguan makan. Berbeda dengan problem focused coping, menurut Valuntis 2008 seseorang yang
cenderung memilih strategi koping yang adaptif terhadap masalah, memiliki kemampuan untuk mencegah perilaku gangguan makan, atau
mengurangi potensi faktor lain penyebab gangguan makan, seperti
77 ketidakpuasan bentuk tubuh. Selain itu Baigrie dan Giraldez 2008 juga
menyatakan bahwa seseorang yang membangun serta mengembangkan strategi yang berfokus pada masalah, merupakan strategi pencegahan yang
terbaik terhadap perilaku menyimpang akibat ketidakpuasan bentuk tubuh. Berdasar uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa strategi
koping yang lebih efektif terhadap ketidakpuasan bentuk tubuh adalah problem focused coping, namun seseorang yang mengalami ketidakpuasan
bentuk tubuh dengan level tinggi cenderung memilih emotional focused coping, seperti diutarakan oleh Baigrie dan Giraldez 2008, bahwa
seseorang yang mengalami binge eating memiliki ketidakpuasan yang tinggi terhadap bentuk tubuh kemungkinan kecil menggunakan strategi
koping yang berfokus pada masalah, dan lebih cenderung memilih strategi koping yang berfokus pada emosi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Danissof dan Endler dalam Valuntis dkk., 2008 yang menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat stres yang tinggi, berhubungan
dengan koping yang berfokus pada emosi untuk mengontrol tingkat stres. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Conradt dkk. 2008, yaitu bentuk
strategi koping yang aktif lebih sesuai apabila digunakan dalam menghadapi situasi yang tingkatnya di bawah kontrol, dan tidak sesuai
untuk situasi yang tidak terkontrol, dalam hal ini seperti seseorang akan memiliki tingkat stres yang tinggi apabila kemampuan seseorang untuk
memilih dan melakukan koping rendah. Situasi yang terkontrol dapat diartikan sebagai ketidakpuasan bentuk tubuh namun dalam tingkat yang
78 masih rendah, sedangkan situasi yang tidak terkontrol, terdapat di
dalamnya tingkat stres yang tinggi pula, dalam hal ini adalah ketidakpuasan bentuk tubuh dengan tingkat yang tinggi.
E. Kerangka Pemikiran