Alat Pelindung Diri Landasan Teori

1 Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD. 2 Lepas dan ganti segala perlengkapan APD yang sudah tidak dapat digunakan kembali atau sobek segera setelah mengetahui APD tersebut tidak berfungsi optimal. 3 Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan hindari kontaminasi dari: a lingkungan di luar ruang isolasi b para pasien atau pekerja lain, dan c diri sendiri. 4 Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera membersihkan tangan. a Perkirakan risiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan kesehatan. b Pilih APD sesuai dengan perkiraan risiko terjadi pajanan. c Menyediakan sarana APD bila emergensi dibutuhkan untuk dipakai. c. Macam-Macam Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri menurut Depkes 2008 terdiri dari: 1 Sarung Tangan Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang barrier fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang Depkes, 2008. Petugas kesehatan perlu memperhatikan jenis dari sarung tangan yang digunakan. Secara umum sarung tangan terdiri dari dua jenis yaitu sarung tangan bersih dan sarung tangan steril. Sarung tangan bersih digunakan jika anak kontak dengan kulit, luka, atau benda yang terkontaminasi. Sedangkan sarung tangan steril digunakan dalam tindakan bendah dan kontak dengan alat-alat steril Potter Perry, 2005. Pemakaian sarung tangan diperlukan ketika: a Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membran mukosa atau kulit yang terlepas. b Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya menusukkan sesuatu kedalam pembuluh darah, seperti memasang infus. c Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar. d Menerapkan kewaspadaan transmisi kontak yang diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai, yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih tidak steril ketika memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis alkohol. Hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian sarung tangan: a Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat menggangu keterampilan dan mudah robek. b Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan robek. c Tarik sarung tangan ke atas manset gaun jika Anda memakainya untuk melindungi pergelangan tangan. d Gunakan pelembab yang larut dalam air tidak mengandung lemak untuk mencegah kulit tangan keringberkerut. e Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks. f Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit. g Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung. 2 Masker Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah jenggot. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut. Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan. Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan pasien. 3 Alat Pelindung Mata Alat pelindung mata melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup katamaca goggles plastik bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetepi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesahatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker. 4 Topi Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutupi semua rambut. Meskipun rambut dapat memberikan perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot. 5 Gaun Pelindung Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau menganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai memiliki penyakit menular melalui udara. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme. Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat bekerja dapat diturunkan 20-100x dengan memakai gaun pelindung. 6 Apron Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan. 7 Pelindung Kaki Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal, “sandal jepit” atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak kain tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah. Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran.

4. Penunjang Non Medis

a. Definisi Pelayanan yang diberikan kepada pasien di Rumah Sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik antara lain hostel, administrasi, laundry dan lain lain Depkes, 2004. b. Unit Penunjang Non Medis Menurut Adisasmito 2009 pelayanan penunjang non medis terdiri dari: 1 Pelayanan Linen dan Laundry Pelayanan linen merupakan pelayanan penunjang non medis untuk membantu unit-unit lain di rumah sakit yang membutuhkan linen siap pakai. Linen sendiri diartikan sebagai bahan atau alat yang terbuat dari kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat instrumen steril lainnya. Peran pengelolaan linen di rumah sakit cukup penting. Linen di rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli manajemen, teknisi, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran, infeksi dan efek penggunaan bahan kimia. Tujuan dari pelayanan linen dan laundry adalah mencegah terjadinya infeksi silang, infeksi nosokomial bagi pasien dan petugas rumah sakit dengan mengelola dan mengendalikan bahan-bahan linen. Manajemen linen yang baik di rumah sakit merupakan salah satu aspek penunjang medik yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu layanan di rumah sakit. Manajemen dimaksud dimulai dari perencanaan, penanganan linen bersih, penanganan linen kotorpencucian hingga pemusnahan. Secara khusus penanganan linen kotor sangat penting guna mengurangi risiko infeksi nosokomial. Proses penanganan tersebut mencakup pengumpulan, pesortiran, pencucian, penyimpanan hingga distribusi ke ruangan- ruangan di rumah sakit. Sehingga salah satu upaya untuk menekan

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

40 525 116

Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

1 12 100

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS PENUNJANG MEDIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

2 10 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PERAWAT UNIT HEMODIALISIS RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

16 128 128

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS PENUNJANG MEDIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

4 15 105

KETEPATAN DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PERAWAT DI BANGSAL AR-ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

19 161 109

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM.

0 4 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM.

1 5 16

Implementasi penggunaan alat pelindung diri (apd) di central sterile supply departement (cssd) rs pku Muhammadiyah Surakarta COVER

1 1 11

Alat pelindung diri

0 0 1