PENDAHULUAN Model Mata Pencaharian Masyarakat Berkelanjutan Pada Ekosistem Mangrove Di Wonorejo, Kota Surabaya

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan habitat yang sangat penting bagi sistem penyangga kehidupan, karena kosistem mangrove memiliki potensi yang tinggi sebagai penyedia jasa lingkungan dan sumber ekonomi bagi peningkatan pendapatan di suatu wilayah Duangjai 2013. Untuk dapat memberikan manfaat yang optimal dalam menyangga kehidupan, ekosistem mangorve perlu dikelola dengan baik. Hal ini dikarenakan, ekosistem mangrove yang memiliki karakteristik sebagai sumber daya milik bersama Coomon Pool ResourcesCPRs. Karakteristik ini cenderung mengalami kerusakan dari waktu ke waktu McKean 2000. Berdasarkan alasan tersebut, pengelolaan ekosistem mangrove dapat dilakukan dengan kegiatan perlindungan, pengawetan, serta pemanfaatan. Hal ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 mengenai Konservasi Sumber Daya Alam sebagai unsur-unsur penting dalam melakukan kegiatan konservasi di suatu ekosistem. Unsur penting yang sering diabaikan dalam kegiatan konservasi adalah pemanfaatan. Kegiatan pemanfaatan sering kali dikaitkan dengan kegiatan yang berakibat pada kerusakan ekosistem yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri. Kerusakan lingkungan banyak terjadi akibat ulah manusia yang serakah dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitarnya. Berdasarkan Suryono 2006 kerusakan ekosistem magrove banyak diakibatkan oleh pemanfaatan sumber daya alam yang pengelolaannya tidak dilakukan secara bijaksana oleh masyarakat. Pemanfaatan ini sebagian besar ditujukan untuk pembuatan tambak. Akan tetapi, masyarakat merupakan bagian dari ekosistem yang tidak dapat terpisahkan. Suatu ekosistem dapat terjaga apabila masyarakatnya sendiri yang menjaganya. Pada hakekatnya suatu lingkungan akan dapat lestari apabila terdapat peran masyarakat yang mempertahankannya Durand SS et al. 2014. Untuk itu dalam melakukan pengelolaan ekosistem perlu adanya wadah untuk menampung kegiatan masyarakat dalam melakukan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan. Kepentingan masyarakat dalam suatu ekosistem adalah memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat membutuhkan mata pencaharian. Masyarakat akan mencari mata pencaharian yang sesuai dengan sumber daya alam di sekitar tempat tinggalnya. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan unuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan sumberdaya alam dilakukan oleh pemerintah, sehingga pemerintah wajib dan harus mengelola kekayaan alam Indonesia yang tujuan utamanya adalah untuk mensejahterakan masyarakat. Selain itu, secara detil dijelaskan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012 mengenai strategi nasional pengelolaan ekosisem mangrove, bahwa ekosisem mangrove merupakan sumberdaya hutan basah wilayah pesisir dan sistem penyangga kehidupan dan kekayaan alam yang nilainya sangat tinggi, oleh karena itu perlu upaya perlindungan, pelesatarian dan pemanfaatan unsur konservasi secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat. Pelestarian dan pemanfaatan secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat, merupakan hal yang sangat penting didalam upaya penyelamatan ekosistem mangrove. Tujuan yang mendasar didalam pengelolaan hutan adalah memperoleh manfaat dari sumber daya alam tersebut sebesar-besarnya untuk masyarakat. Upaya pemerintah dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam yang ditujukan untuk mensejahterakan masyarakat sudah dilakukan dalam berbagai bentuk bantuan dan kerjasama. Bantuan-bantuan tersebut dapat berupa langsung maupun tak langsung. Contoh bantuan langsung pemerintah kepada masyarakat sekitar hutan adalah dengan memberikan uang tunai, sedangkan untuk bantuan tidak langsung dapat berupa kerjasama. Kerjasama-kerjasama inilah yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih peduli dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Sehingga masyarakat dapat mendapatkan pendapatan dari mata pencaharian mereka yang berasal dari sumber daya alam yang ada tanpa harus merusak hutan atau lingkungan sekitar. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012 juga memiliki misi untuk meningkatkan dan melestarikan nilai penting ekologis, ekonomi dan sosial budaya, yang semata-mata diperuntukkan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Untuk meningkatkan kesejaheraan masyarakat dapat ditunjang melalui peningkatan nilai manfaat mangrove dan pemanfaatan ekosisem mangrove secara bijaksana. Oleh karena itu, untuk melaksanakan misi tersebut perlu dilakukan pembuatan model pengelolaan ekosistem mangrove secara konservasi dan dapat memberikan peran kepada masyarakat untuk mengelolanya. Dalam hal ini mata pencaharian masyarakat berkelanjutan berbasis ekowisata meruakan salah satu alternatif yang digunakan untuk melakukan konservasi dengan bijaksana, karena dapat melindungi lingkungan dari kerusakan dan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Perumusan Masalah Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan sumber daya alam dalam memenuhi kebutuhan generasi yang mendatang WCED 1987. Pembangunan yang tidak menganut azaz keberlanjutan di wilayah ekosistem mangrove menyebabkan kerusakan pada lingkungan ekologi dan hilangnya mata pencaharian masyarkat yang berasal dari wilayah tersebut. Kerusakan ekosistem ini perlu dilakukan pengelolaan secara bijaksana sesuai konsep konservasi. Pada dasarnya konsep konservasi ini tidak hanya melakukan kegiatan perlindungan terhadap tanaman atau satwanya saja, akan tetapi masyarakat juga merupakan faktor penting sebagai penjaga lingkungan yang perlu dilibatkan dalam pengelolaan ekosistem. Kepentingan masyarakat di dalam suatu ekosistem mangrove adalah memanfaatkan lahan dan sumber daya alam yang berada di ekosistem mangrove sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, model pengelolaan yang dibutuhkan adalah dengan melakukan pengelolaan yang berkelanjutan Pengelolaan berkelanjutan di indikasikan dengan pembangunan dengan menyeimbangkan antara kepentingan ekologi, ekonomi dan sosial, teknologi, serta kelembagaan Suyitman 2010. Pemerintah kota Surabaya telah mengintruksikan melalui Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2007 bahwa ekosistem mangrove diperuntukkan untuk ekowisata dan pendidikan. Konsep ekowisata yang dikelola melalui kerjasama pemerintah daerah dan swasta tersebut banyak dikeluhkan oleh pemerhati lingkungan karena tidak sesuai dengan konsep keberlanjutan. Lingkungan menjadi tercemar, salah satunya adanya kapal-kapal yang dioperasikan diwilayah muara sungai, dan pihak pengelola yang tidak memahami konsep ekowisata sehingga hanya berbasis mencari keuntungan dalam segi ekonomi saja. Untuk itu pemerintah perlu melakukan pengelolaan secara bijaksana dengan memperhatikan segala kepentingan dalam suatu ekosistem, termasuk kepentingan masyarakat dalam hal ini adalah mata pencaharian. Pengaturan peran masyarakat terhadap pengelolaan di kawasan pesisir perlu dilakukan pengintegrasian kepentingan antar multipihak, untuk mewujudkan pengelolaan secara berkelanjutan. Pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutan dapat diwujudkan dengan mengetahui peran dan kegiatan yang sesuai untuk menunjang kesejahteraan masyarakat. Faktor terpenting untuk menunjang kesejahteraan masyarakat adalah mata pencaharian masyarakat. Surabaya terutama di Desa Wonorejo merupakan daerah pesisir kota yang lahannya dimanfaatkan untuk berbagai peruntukan. Masyarakat masih banyak yang bergantung pada ekosistem mangrove untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Berbagai mata pencaharian inilah yang menjadi sumber penghidupan masyarakat, sehingga mata pencaharian masyarakat perlu diarahkan pada mata pencaharian yang berkelanjutan. 1. Apa saja jenis usaha masyarakat atau mata pencaharian yang terdapat pada ekosistem mangrove di Wonorejo? 2. Bagaimana sistem mata pencaharian yang sesuai bagi masyarakat pada kawasan mangrove di Wonorejo yang berazaskan pembangunan berkelanjutan, yaitu pada dimensi ekologi, ekonomi dan sosial, teknologi, sarana, dan prasarana, dan kelembagaan? 3. Apa saja faktor kunci yang menentukan keberlanjutan pengembangan model mata pencaharian masyarakat pada kawasan mangrove di Wonorejo? 4. Bagaimana rumusan arah kebijakan dan skenario strategi pengembangan model mata pencaharian masyarakat berkelanjutan di Wonorejo? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan permasalahan yang telah diuraikan untuk mendapatkan model mata pencaharian masyarakat berkelanjutan perlu diketahui pula hal-hal sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi jenis usaha atau mata pencaharian masyarakat pada ekosistem mangrove di Wonorejo 2. Menilai sistem mata pencaharian masyarakat berkelanjutan pada ekosistem mangrove di Wonorejo berdasarkan dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu: dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan. 3. Mengidentifikasi faktor kunci yang berpengaruh dalam menentukan keberlanjutan pengembangan sistem mata pencaharian masyarakat. 4. Merumuskan arah kebijakan dan skenario strategi pengembangan model mata pencaharian masyarakat di Wonorejo. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk: 1. Pemerintah, sebagai referensi atau acuan dalam menyusun kebijakan perencanaan pembangunan berkelanjutan dengan konsep model mata pencaharian masyarakat berkelanjutan. 2. Masyarakat, memberikan kontribusi dan ruang untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan mengembangkan mata pencaharian berkelanjutan. Ruang Lingkup Penelitian 1. Mata pencaharian berkelanjutan merupakan konsep pengembangan yang melibatkan masyarakat lokal untuk berperan aktif dalam pengelolaannya. Peran masyarakat ini dalam hal mata pencaharian yang dapat dikembangkan dalam konsep yang berkelanjutan. 2. Mata pencaharian masyarakat adalah mata pencaharian yang berada pada ekosistem mangrove di Wonorejo

2. METODE PENELITIAN Kerangka Pikiran