3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Desa Wonorejo terletak di kelurahan Wonorejo dengan luas 731,86 ha Profil Kecamatan Rungkut 2015 yang berada di Kecamatan Rungkut pada
kawasan Pantai Timur Surabaya Pamurbaya Lampiran 9. Kawasan Pantai Timur Surabaya Pamurbaya merupakan kawasan lindung. Pamurbaya dikenal
sebagai kawasan ruang terbuka hijau di pesisir ibu kota Jawa Timur dan menjadi benteng untuk melindungi Surabaya dari ancaman bencana yang ditimbulkan dari
kerusakan lingkungan pesisir, diantaranya: abrasi; intrusi air laut; dan penurunan muka tanah. Kawasan ini terletak pada koordinat 7
o
15’19,60” LS - 7
o
17’13,25” LS 112
o
48’35,69” BT - 112
o
48’40,72” BT dengan luas lahan ±2.503,9 Ha. Jenis tanah diwilayah ini adalah tanah alluvial hidromorf Sumber: Laporan Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir Kota Surabaya Tahun 2011. Berikut merupakan batasan wilayah kelurahan Wonorejo: Sebelah utara adalah SungaiWonokromo; sebelah
timur adalah Selat Madura; sebelah selatan adalah Kelurahan Medokan Ayu; sebelah Barat: Kelurahan Penjaringan Sari Profil Kecamatan Rungkut 2015.
Kawasan Pantai Timur Surabaya umumnya merupakan pantai berlumpur dan berhadapan langsung dengan Selat Madura, wilayah daratan sebagian besar
didominasi oleh kegiatan wisata, pemukiman nelayan, perikanan dan ekosistem mangrove, sedangkan untuk wilayah perairannya terbatas untuk kegiatan
perikanan tangkap dan alur wisata bahari. Pamurbaya merupakan muara dati tujuh sungai untuk wilayah Kelurahan Wonorejo dialiri 2 sungai besar yaitu Sungai
Jagir dan Sungai Avoor. Banyaknya sungai yang mengaliri wilayah ini menyebabkan sedimentasi secara alami BLH 2012.
Kawasan Pantai Timur Surabaya merupakan salah satu wilayah yang difungsikan untuk zona pelestarian mangrove di Kota Surabaya. Luas wilayah
hutan mangrove di Pamurbaya berdasarkan Bappeda Kota Surabaya Tahun 2012 adalah 11,20 493,106 ha dari keseluruhan luas wilayah Pamurbaya 3 909 ha.
Kependudukan Wonorejo
Penduduk Wonorejo terdiri dari penduduk tetap dan penduduk musiman. Penduduk tetap merupakan penduduk yang sudah menetap dan tinggal di
Wonorejo. Penduduk musiman merupakan penduduk yang datang dengan tujuan untuk bekerja. Wonorejo memiliki penduduk tetap sebesar 15.286 orang, yang
terdiri dari laki-kaki 7.725 orang dan perempuan 7.561 orang. Untuk penduduk musiman berjumlah 168 orang yang terdiri dari laki-laki 79 orang dan perempuan
89 orang Monografi Kelurahan Wonorejo 2014.
Penduduk Wonorejo memiliki latar belakang pendidikan mulai dari tamatan Sekolah Dasar sampai sarjana. Sebagian besar masyarakat yang memiliki latar
belakang pendidikan tamatan Sekolah Menengah Atas sederajat dan sarjana bekerja di sektor swasta perusahaan dan pegawai negeri. Tercatat jumlah
penduduk yang bekerja di sektor swasta memiliki angka yang tertiggi Tabel 6.
Tabel 6 Jenis pekerjaan penduduk Wonorejo tahun 2014 No.
Jenis Pekerjaan Jumlah
Orang Persentase
1 Swasta
5064 33,016
2 Pelajar Mahasiswa
3342 21,789
3 Belum Bekerja
2985 19,461
4 Ibu Rumah Tangga
1921 12,524
5 Dagang
782 5,098
6 Wiraswasta
522 3,403
7 Pegawai Negeri Sipil
350 2,282
8 Pensiunan
267 1,741
9 TNI
33 0,215
10 Nelayan
22 0,143
11 Tani Tambak
20 0,130
12 Buruh tani
16 0,104
13 POLRI
14 0,091
Jumlah 15338
100
Sumber: Monografi Kelurahan Wonorejo tahun 2014
Penduduk Wonorejo banyak yang bekerja di sektor swasta karena di Wonorejo terletak di wilayah Kecamatan Rungkut. Kecamatan Rungkut
merupakan daerah industri di Kota Surabaya. Sehingga penyerapan tenaga kerja di sektor swasta cukup tinggi yaitu sebesar 33,016 dari total penduduk Wonorejo.
Potensi penduduk produktif di Wonorejo cukup tinggi, tercatat pelajar atau mahasiswa berjumlah 21,789 dari total penduduk. Usia produktif ini merupakan
generasi-generasi yang dimiliki Wonorejo untuk dapat berkreasi dan berinovasi dalam dunia pekerjaan. Salah satunya adalah dengan mengembangkan potensi
yang dimilki oleh Wonorejo baik itu dalam segi lokasi yang strategis dalam bidang usaha dan mengembangkan lingkungan yang terpadu dalam hal ini adalah
ekosistem mangrove. sehingga dapat memberikan ruang bagi penduduk yang belum bekerja 19,461 untuk ikut andil dalam dunia usaha.
Penelitian ini berfokus pada masyarakat yang memiliki pekerjaan di wilayah ekosistem mangrove. tercatat terdapat tiga pekerjaan atau mata pencaharian
masyarakat yang berada di wilayah ini yaitu buruh tani tambak, petani mangrove, dan nelayan harian. Menurut data monografi Kelurahan Wonorejo 2014 penduduk
yang bekerja sebagai petani, nelayan, ataupun buruh tani memiliki persentase yang sangat kecil di bawah 1. Dengan jumlah total 56 orang. Apabila
dibandingkan dengan temuan dilapangan, jumlah buruh tani tambak tercatat 48 orang. Data ini jelas berbeda dengan kondisi yang ada di lapangan. Sehingga perlu
dilakukan survei ulang atau pendataan ulang terkait dengan pekerjaan penduduk di Wonorejo.
Pemanfaatan Lahan di Ekosistem Mangrove
Potensi yang tinggi pada bidang ekonomi di wilayah ekosistem mangrove Wonorejo menjadikan daerah ini menjadi sektor pembangunan yang melibatkan
berbagai macam pemanfaatan. Pemanfaatan lahan yang ada di wilayah ini diantaranya sebagai vegetasi mangrove, perumahan, ekowisata, rumah makan dan
pemancingan, pertambakan, serta terdapat bangunan-bangunan yang difungsikan untuk menunjang perlindungan dan pelestarian bozem dan rumah pompa.
1 Keberadaan Mangrove di Desa Wonorejo
Desa Wonorejo merupakan salah satu desa psisir di Kota Surabaya yang terkenal dengan kepadatan mangrovenya. Berdasarkan hasil penelitian dari BLH
2012 luas lahan mangrove pada tahun 2011 adalah 63,8 ha dengan kerapatan 1600 pohonha. Jumlah ini menurun jika dibanding pada tahun sebelumnya yaitu 64,27
ha. Luas vegetasi mangrove di Wonorejo jika dibandingkan dengan keseluruhan luas vegetasi yang ada di Pamurbaya adalah 12,93.
Sebaran mangrove yang ada di Desa Wonorejo berada pada buffer zone laut dan sungai, tanaman ini mengelilingi tambak masyarakat, selain itu vegetasi
mangrove juga terdapat di tambak masyarakat Gambar 6. Jenis tanaman mangrove yang ada di Desa Wonorejo menurut penelitian BLH 2012 Tabel 6.
6a 6b 6c
Gambar 6 a vegetasi mangrove di wilayah buffer zone Pantai Timur Surabaya; b vegetasi mangrove di buffer zone sungai; c vegetasi mangrove di tambak
Tabel 7 Jenis tanaman mangrove di Wonorejo
No. Nama Ilmiah Nama Lokal
Mangrove sejati 1
Acanthus ebracteatus Jeruju putih
2 Acanthus ilicifolius
Jeruju hitam 3
Acanthus aureum Lim. Paku laut
4 Aigiceras floridium
Mangekasihan 5
Avicennia alba Api-api
6 Avicennia marina
Api-api daun lebar 7
Avicennia officinalis Api-api putih
8 Excoecaria agallocha
Buta-buta 9
Rhizophora mucronata Bakau hitam
Mangrove ikutan 1
Baringtonia asiatica L. Kurz Keben
2 Calophyllum inophyllum L.
Nyamplung 3
Calotropis gigantea L. Dryander Widuri
4 Cerbera manghas L.
Bintaro 5
Hibiscus tiliaceus L. Waru laut
6 Ipomoea pes-caprae L. Sweet.
Katang-katang, tapak kuda 7
Morinda citrifolia Mengkudu
8 Passiflora foetida L.
Semangka kurung 9
Ricinus communis Linn. Jarak kepyar
10 Sesuvium portulacastrum L.
Krokot laut 11
Terminalia catappa L. Ketapang
12 Wedelia biflora L. DC.
Seruni laut Sumber: BLH 2012
Selain tanaman mangrove yang disebutkan diatas terdapat pula Xylocarpus granatum di sekitar Sungai Jagir. Tanaman mangrove banyak terdapat
disepanjang pesisir pantai dengan ketebalan 10 – 100 m Gambar 2b, untuk di
sepanjang sungai Avoor 10 m – 20 m Gambar 2a.
Mangrove yang berada di wilayah buffer zone merupakan tanaman alami. Terdapat pula tanaman-tanaman baru yang didominasi oleh Rhizophora sp. yang
berasal dari proyek penanaman yang dilakukan oleh berbagai perusahaan yang bekerjasama dengan kelompok masyarakat setempat. Keberadaan mangrove tidak
hanya di wilayah buffer zone, terdapat tegakan mangrove yang didominasi oleh Avicennia sp dan Rhizophora sp di pematang tambak masyarakat. Tanaman
mangrove ini merupakan mangrove yang tumbuh secara alami. Menurut keterangan masyarakat tanaman mangrove masih dipertahankan di wilayah ini
karena mereka mengetahui manfaat mangrove sebagai penahan tanggul tambak. akan tetapi masyarakat masih banyak yang belum mengetahui fungsi tanaman
mangrove secara lebih luas. Fungsi dan Manfaat Vegetasi Mangrove di Pamurbaya
Berdasarkan hasil penelitian BLH 2012, vegetasi mangrove mempunyai fungsi penting bagi kota Surabaya. Fungsi ini memberikan manfaat baik dari segi
ekologis dan ekonomi. Berikut ini merupakan fungsi dari vegetasi mangrove yang berada di wilayah Pamurbaya:
Fungsi Ekologis
Sebagai pelindung yang kuat dan alami dari ancaman abrasi serta dapat
menjaga stabilitas garis pantai
Penetralisir limbah yang berasal dari laut dan sungai
Sebagai tempat berpijah ikan, terutama ikan-ikan kecil untuk dapat
berkembang dan sebagai tempat berkembang biak, sumber pakan dari berbagai jenis ikan, udang burung, san satwa liar seperti burung dan buaya.
Kemampuan mangrove dalam mengembangkan wilayahnya ke arah laut
yang berasal dari sedimentasi dari air sungai dengan membentuk tanah timbul.
Kawasan konservasi Bappeko Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya telah
menetapkan Pamurbaya termasuk dalam kawasan konservasi di wilayah timur diarahkan pada wilayah pantai timur.
Sebagai habitat satwa liar Berdasarkan survei Badan Lingkungna Hidup Kota Surabaya 2012,
keberadaan mangrove di Pamurbaya mampu menarik kedatangan spesies darat liar non ekonomi seperti spesies kelas Arachnida, spesies kelas Aves, spesies kelas
Insecta, Mammalia, Reptilia, dan spesies kelas Amphibia. Terdapat pula satwa darat liar non ekonomi yaitu kelas Crustacea, kelas Mollusca, dan kelas Reptilia.
Untuk satwa darat liar ekonomi terdapat populasi spesies kelas aves. Sumber BLH 2012
Fungsi Ekonomi
Sebagai tempat objek wisata mangrove ekowisata.
Pengolahan buah mangrove sebagai bahan baku makanan dan sirup.
Perikanan tambak udang dan bandeng
Penghasil kepiting
Sumber: data primer pengamatan lapangan 2015 2
Ekowisata
Ekowisata Wonorejo merupakan ekowisata yang memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai daya tarik wisatanya. Pemerintah Surabaya yang bekerjasama
dengan pihak swasta ingin menjadikan ekowisata ini sebagai kawasan penyangga pantai timur Surabaya dari abrasi pantai sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitar ekowisata Wonorejo. Berbagai macam fasilitas yang disediakan oleh pengelola ekowisata yang berkaitan dengan mangrove,
diantaranya: hamparan vegetasi mangrove yang dipadukan dengan jalan setapak dari bambu; kegiatan penanaman mangrove bagi para pengunjung serta terdapat
kapal boat yang disediakan bagi wisatawan yang ingin menikmati hamparan vegetasi mangrove di sepanjang sungai.
7a 7b
Sumber: wisatajatim.com
Konsep ekowisata yang seharusnya merupakan bentuk wisata dengan pendekatan konservasi tidak berjalan dengan baik di wilayah ini. Hal ini terlihat
dari mulai munculnya berbagai masalah yang ditimbulkan. Salah satunya adalah permasalahan dengan masyarakat. hal ini berawal dari kapal boat yang
menimbulkan pencemaran di wilayah sungai. Berdasarkan keterangan masyarakat kapal boat yang dioperasikan untuk wisatawan menimbulkan gelombang besar
yang membentur dinding tambak, sehingga hasil udang harian petani tambak berkurang bahkan tidak ada. Selain itu, banyaknya wisatawan yang tidak
terkontrol berdampak pada keberadaan burung yang singgah di wilayah mangrove Wonorejo.
3 Perumahan
Lokasi yang strategis dan memiliki potensi dalam bidang ekowisata dan perdagangan, menjadi hal yang menarik perhatian bagi para pengembang untuk
melakukan pembangunan perumahan. Pembangunan perumahan ini ditujukan untuk kalangan menengah keatas. Setidaknya ada tiga pengembang yang sedang
membangun perumahan di wilayah ini.
Pada hakekatnya pengembangan perumahan yang diperuntukkan untuk masyarakat merupakan kegiatan yang baik untuk menunjang ekonomi wilayah
tersebut. Dampak yang diberikan untuk perekonomian masyarakat juga cukup Gambar 7 Ekowisata Wonorejo 7a Jalan setapak bambu; 7b kapal wisata
ekowisata Wonorejo
tinggi yaitu salah satunya, usaha masyarakat dalam bidang kuliner dan sarana prasarana lainnya. Akan tetapi pengembangan perumahan juga perlu
memperhatikan dampak yang terjadi terhadap lingkungan dan mata pencaharian masyarakat. Dampak bagi ekosistem mangrove yaitu semakin terdesaknya habitat
vegetasi mangrove yang memiliki nilai ekologis dan nilai ekonomi yang tinggi bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Berdasarkan BLH 2011 terdapat
penurunan vegetasi mangrove di Wonorejo akibat adanya alih fungsi lahan sebesar 27,26. Pada tahun 2015 luas lahan yang bervegetasi mangrove
cenderung menurun kembali karena terjadi alih fungsi lahan untuk perumahan. selain berdampak terhadap lingkungan pembangunan perumahan yang dilakukan
secara terus menerus berdampak pada pertambakan dan perikanan. Salah satu dampak buruk yang terlihat adalah berkurangnya lahan untuk pertambakan serta
berkurangnya vegetasi mangrove yang memiliki manfaat bagi perlindungan dan habitat ikan dan satwa liar.
Gambar 8 Perumahan yang dikembangkan di wilayah ekosistem mangrove Wonorejo
4 Pemancingan dan Rumah Makan
Pemancingan dan rumah makan merupakan usaha yang mulai tumbuh di wilayah Wonorejo. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya wisatawan yang mulai
berdatangan untuk menikmati keindahan mangrove di wonorejo. Sehingga banyak pengusaha yang tertarik membuka bisnis dalam bidang ini. Pemancingan
merupakan usaha yang dikembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki wilayah tersebut, yaitu pertambakan. Usaha seacam ini banyak dipadukan dengan
rumah makan yang menyajikan hasil tangkapan para pemancing ataupun dari tambak yang ada Gambar 9.
9a 9b
Gambar 9 a Wisata pemancingan; b rumah makan yang dikembangkan disekitar wilayah ekosistem mangrove Wonorejo
5 Pertambakan
Sesuai dengan arahan RTRW kota surabaya tahun 2014, kawasan mangrove di peisisr timur Kota Surabaya juga difungsikan sebagai zona budidaya perikanan
dengan luas 433 ha. Luas pertambakan ini termasuk di Kelrahan Wonorejo. Berdasarkan profil Kelompok Masyarakat Trunojoyo Kelompok Petambak luas
lahan pertambakan di Kelurahan kurang lebih 220 ha. Tambak ini berada di sisi timur Wonorejo yang berbatasan dengan buffer zone sungai avoor dan sungai
jagir serta serta Selat Madura.
Gambar 10 Tambak di wilayah ekosistem mangrove Wonorejo Lahan tambak di Wonorejo sebagian besar dimiliki oleh warga luar
Wonorejo. Penunggu tambak merupakan warga pendatang dari berbagai wilayah di Jawa Timur yang sudah puluhan tahun bekerja di tambak Wonorejo.
6 Perlindungan dan Pelestarian
Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas PU Bina Marga dan Pamatusan, berencana akan menambah jumlah bozem di Surabaya. Pemerintah Kota juga
telah melakukan upaya rehabilitasi bozem atau waduk dengan melakukan pengerukan sedimen secara rutin. Bozem di Desa Wonorejo ini berfungsi untuk
pengairan tambak, pemancingan dan ekowisata, akan tetapi kondisi bozem yang saat ini belum berfungsi dengan baik Gambar 8a. Selain bozem, pemerintah juga
membangun Rumah Pompa di Desa Wonorejo.
11a 11b
Gambar 11 Sarana dan prasarana 11a: bozem; 11b: Rumah Pompa dalam upaya perlindungan dan pelestarian di Desa Wonorejo
Rumah Pompa merupakan pompa air yang berfungsi untuk mengatur pasang surut air laut yang mengalir di Sungai Avoor Gambar 8a. Rumah Pompa ini
dibangun kurang lebih dua tahun terakhir ini. Akan tetapi Rumah Pompa yang awalnya ditujukan untuk mengatur keluar masuknya air pasang surut menjadi
sumber tercemarnya air sungai. Pencemaran yang terjadi, sudah menjadi sorotan publik. Air yang keluar dari pompa keluar dengan tekanan yang tinggi, sehingga
benturan yang terjadi mengakibatkan busa yang begitu melimpah. Busa ini mirip seperti busa sabun yang jumlahnya sangat banyak. Busa ini ada hanya pada saat
pompa dinyalakan, akan tetapi busa yang timbul hingga menutupi permukaan sungai yang lebarnya kurang lebih 10 m hingga menuju ke arah laut lepas.
Ancaman
Alih fungsi lahan untuk kawasan pemukiman Desa wonorejo merupakan lokasi yang strategis untuk pengembangan
perumahan dan apartemen. Pasalnya, desa ini merupakan pesisir yang terdapatdi kota besar, sehingga banyak pendatang dan orang-orang yang bekerja di kota
besar memilih membeli rumah dari para developer perumahan yang berada di Desa Wonorejo. Hingga pada saat ini terhitung tiga developer besar yang telah
mengembangkan perumahan untuk kalangan menengah keatas.
Pengembangan pariwisata Potensi yang dimiliki Desa Wonorejo menjadikan wilayah ini berpotensi
untuk dikembangkan sebagai ekowisata. Konsep ekowisata yang tidak sejalan dengan konsep kelestarian lingkungan mengakibatkan pencemaran dan bahkan
merugikan bagi berbagai pihak.
Pencemaran Masalah pencemaran yang terjadi di Desa Wonorejo terkait dengan kualitas
air. Air yang menjadi sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat, terutama petani tambak dan nelayan harian menjadi korban dari adanya
pencemaran ini. Hal ini dikarenakan petani tambak sangat bergantung keberadaan air sungai untuk pnegairan tambaknya, dan untuk nelayan harian apabila air
tercemar maka, kepiting, udang dan ikanpun akan sulit ditemukan. Pencemaran terjadi disebabkan oleh perahu motor besar yang dioperasikan oleh manajemen
ekowisata sehingga tumpahan minyak dan delombang yang membentur dinding sungai dan tambak dapat merusak tempat hidup kepiting, udang dan ikan. Selain
itu pencemaran air juga berasal dari limbah rumah tangga dan industri, hal ini dibuktikan oleh adanya busa raksasa yang ditimbulkan oleh rumah pada saat
beroperasi. Busa yang dihasilkan sangat banyak dan mengalir di sungai Avoor sampai laut lepas Gambar 9.
Gambar 12 Pencemaran air berupa busa putih yang menutupi Sungai Avoor
4. HASIL DAN PEMBAHASAN