Peralihan Mata Pencaharian Masyarakat dari Sektor Pertanian ke Sektor Pertambangan

(1)

Peralihan Mata Pencaharian Masyarakat dari Sektor

Pertanian ke Sektor Pertambangan

(Studi Deskriptif Perubahan Status Sosial- Ekonomi Masyarakat di Desa Rambat Kabupaten Bangka Barat)

Disusun Oleh :

Yandi Deriawan

060901053

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan

2013


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Serta tidak lupa penulis mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang syafa’at nya sangat diharapkan dihari kelak. Penulisan skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Deparemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmi Politik, Universias Sumatra Utara. Adapun judul dari skripsi ini yaitu : “Peralihan Mata Pencaharian dari Petani Lada ke Penambang Timah Inkonvensional”

Skripsi ini secara khusus penulis persembahkan kepada yang teristimewa kedua orang tua ibunda tercinta Wahyu Ningsih dan ayah saya Boimen, atas semua doa, dukungan, pengorbanan dan kasih sayangnya yang diberikan kepada penulis sampai saat ini.

Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya hambatan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian. Namun, berkat pertolongan Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan, ketabahan, dan keyakinan kepeda penulis serta berkat dukungan,bimbingan, dan arahan dari seluruh pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada :


(3)

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara.

2. Ibu Dra. Lina sudarwati, M.Si selaku Keua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara .

3. Ibu Drs. Sisimudjito,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis hingga penulis skripsi ini selesai.

4. Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran,pendapat, dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi saya ini.

5. Bapak Drs. Terang Kita Brahmana, M.Si selaku dosen wali penulis dalam menjalani perkuliahan semenjak semester pertama sampai semester akhir. 6. Seluruh dosen Sosiologi dan Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Kak Feni khairifa, M.Si selaku staf Administrasi di Departemen Sosiologi, dan Kak Nurbaiti selaku pegawai pendidikan bagian Departemen Sosiologi, yang selama ini membantu penulis dalam urusan administrasi di kampus.

8. Adik saya yang tercinta, Muda Kelana S.Pd dan Delly Septianti Yang senantiasa memberikan doa dan memotifasi saya dalam penyelesaian perkuliahan dan skripsi ini,.

9. Kepada seluruh teman-teman Mabes Rahayu Lelek, Boteng, Piwit, Wakdoy, Mas Denjer, Anhar, Keleng, Sandi yang telah menemani hari-hari penulis dan motivasi nya selama ini


(4)

10. Kepada seluruh teman-teman sosiologi khususnya stambuk 2006, terutama kepada Khalil Gibran, Rizki khairil, Annga Harahap, Esha, Imay, Dwi, Eka, Fadli, Teo, Prabu, Jhon, Chandra, Erick, Rini dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

11.Kepada Seluruh Responden yang telah meluangkan waktunya untuk penulis. 12.Kepada keluarga Saimi da Silva, atas kenyamanan yang diberikan selama

penulis berada di lokasi penelitian, serta tak luput juga keluarga bapak Edy atas fasilitas nya, juga saudara Heru atas penginapan transit nya juga saudari Aftalia atas kopiahnya.

13.Kepada seluruh warga Desa Rambat, Pak Kades, Atok, Andi, bang Sulaiman,dan yang lainnya atas keramahannya.

14.Dan dalam kesempatan ini saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh orang yang dalam proses penulisan ini merasa terganggu, atau sudah penulis repotkan.

Penulis sudah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan skripsi ini, dan penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca saya harapkan untuk menyempurnakan tulisan ini.


(5)

ABSTRAK

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai kebutuhan yang harus di penuhinya untuk mempertahankan hidup. Dorongan alamiah yang terdapat pada manusia baik dalam mempertahankan hidup ataupun mengembangkan diri termanifestasikan dalam pola tingkah laku yang terlihat jelas dari segala jenis aktifitas sehari-hari.

Penelitian ini dilakukan di sebuah Desa di Bangka Barat yaitu Desa Rambat. Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan teknik penarikan sampel digunakan teknik sampel berantai, sampel pada penelitian ini adalah 17 responden. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan yaitu : observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan studi data On line. Data-data tersebut dianalisis yang ditinjau dari status sosial ekonomi keluarga, lingkungan sosial dan anak jalanan. Kemudian data disusun dalam bentuk tabel frekuensi tunggal setelah itu dicari persentasinya lalu dijelaskan secara terperinci.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang sebahagian beralih telah mengalami kecukupan dari hal ekonomi dengan meningkatnya pendapatan mereka. Peralihan yang terjadi pada sebahagian masyarakat di Desa Rambat didorong oleh semakin tingginya biaya perawatan serta menurunnya harga lada di pasaran yang membuat para warga tersebut bingung dan akhirnya memilih untuk beralih dari pertanian ke pertambangan. sampai saat ini pilihan mereka untuk beralih tidaklah salah dikarenakan meningkatnya taraf hidup mereka ditandai dengan perumahan yang layak huni, dan peningkatan pendidikan anak-anak mereka, serta semakin berkembangnya pola pikir masyarakat tentang kemajuan desanya.


(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... iv

Daftar isi ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 latar belakang masalah ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 6

1.5 Kerangka teori ... 7

1.6 Defenisi Konsep ... 13

1.7 Operasional variabel ... 17

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Perubahan Sosial ... 18

2.2 Teori Pilihan Rasional ... 20

2.3 Status Sosial Ekonomi ... 21

2.4 Adaptasi ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5 Teknik Analis Data……….28


(7)

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN ... 30

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1. Profil Desa Rambat………...30

4.1.2. Batas-Batas Wilayah……….30

4.2 Penyajian Data………31

4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Rambat………..31

4.2.2. Sarana dan Prasarana………34

4.2.3. Sistem Sosial Masyrakat Desa Rambat……….37

4.3 Karakteristik Responden……….39

4.4 Teknik Analisa Data………42

4.4.1. Analisa Tabel Tungal………42

4.4.2. Analisa Pertanyaan Terbuka……….49

4.4.3 Analisa Deskriptif………..51

BAB V. PENUTUP ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(8)

ABSTRAK

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai kebutuhan yang harus di penuhinya untuk mempertahankan hidup. Dorongan alamiah yang terdapat pada manusia baik dalam mempertahankan hidup ataupun mengembangkan diri termanifestasikan dalam pola tingkah laku yang terlihat jelas dari segala jenis aktifitas sehari-hari.

Penelitian ini dilakukan di sebuah Desa di Bangka Barat yaitu Desa Rambat. Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan teknik penarikan sampel digunakan teknik sampel berantai, sampel pada penelitian ini adalah 17 responden. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan yaitu : observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan studi data On line. Data-data tersebut dianalisis yang ditinjau dari status sosial ekonomi keluarga, lingkungan sosial dan anak jalanan. Kemudian data disusun dalam bentuk tabel frekuensi tunggal setelah itu dicari persentasinya lalu dijelaskan secara terperinci.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang sebahagian beralih telah mengalami kecukupan dari hal ekonomi dengan meningkatnya pendapatan mereka. Peralihan yang terjadi pada sebahagian masyarakat di Desa Rambat didorong oleh semakin tingginya biaya perawatan serta menurunnya harga lada di pasaran yang membuat para warga tersebut bingung dan akhirnya memilih untuk beralih dari pertanian ke pertambangan. sampai saat ini pilihan mereka untuk beralih tidaklah salah dikarenakan meningkatnya taraf hidup mereka ditandai dengan perumahan yang layak huni, dan peningkatan pendidikan anak-anak mereka, serta semakin berkembangnya pola pikir masyarakat tentang kemajuan desanya.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai kebutuhan yang harus di penuhinya untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan ini bersumber dari dorongan-dorongan dalam dirinya sejak ia di lahirkan. Dorongan alamiah yang terdapat pada manusia baik dalam mempertahankan hidup ataupun mengembangkan diri termanifestasikan dalam pola tingkah laku yang terlihat jelas dari segala jenis aktifitas sehari-hari. Pola tingkah laku sehari-hari tersebut terkait lingkungan yang di tempatinya. Salah satu lingkungan yang ditempatinya adalah desa yang menyediakan segala kemungkinan bagi manusia untuk mengembangkan diri khususnya dalam bidang pertanian.

Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat tradisional yang terisolir dari pengaruh dunia luar(Raharjo,1999:47). Sistim sosial-ekonominya memiliki ciri khas tersendiri yang dilatar belakangi alam yang ada di sekelilingnya. Komposisi penduduknya relatif sedikit dan homogen serta sistim aktifitasnya hamper seluruhnya sector pertanian. Masyarakat yang khas mempfokuskan terhadap segi-segi ekonomi yang di pengaruhi oleh situasi dan kondisi serta letak geografi dan dalam relatif realita sehari-hari kurang berorientasi kepada sistim sosial ekonomi lebih dominan berpegang terhadap tradisi-tradisi lama.


(10)

Sebagaimana telah di ketahui bahwa masyarakat baik arti mikro maupun makro didalamnya senantiasa terdapat lapisan-lapisan atau strata-strata secara hirarkis atau secara bertingkat atau berjenjang. Pembagian lapisan yang dimaksud didasarkan kepada beberapa aspek salah satunya adalah aspek sosial ekonomi.

Kondisi sosial ekonomi baik secara individu atau kelompok tidak terpisahkan dari nilai-nilai tradisionalnya, bahkan nilai-nilai tradisionalnya yang berlaku dalam masyarakat tersebut dapat menjadi norma-norma yang dapat di operasionalkan menjadi landasan dan rambu-rambu pengamanan. Kehidupan sosial ekonomi seseorang menjadi salah satu indikator yang akan menentukan status sosial ekonominya dalam masyarakat. Keadaan sosial ekonomi menunjukkan kemampuan finansial yang dimiliki. Kondisi lingkungan alam juga akan sangat berpengaruh terhadap sistem ekonomi masyarakatnya paling tidak terhadap sistem mata pencahariannya.

Apabila kita meletakkan Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk maka didalam masyarakat Indonesia tersebut juga sudah terbentuk lapisan-lapisan di masyarakatnya. Pada masyarakat Indonesia yang menjadi dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial adalah dilihat dari ukuran-ukuran atau kriteria yang menonjol sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial. Pada umumnya ukuran criteria itu dapat di bagi menjadi empat.

Pertama, berupa ukuran kekayaan(materi atau kebendaan) dimana untuk penempatan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial yang ada yang mempunyai kekayaan lebih banyak terletak pada lapisan atas. Kedua, ukuran kekuasaan dan wewenang. Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang


(11)

paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistim pelapisan sosial yang ada. Ketiga, ukuran kehormatan. Hal ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat. Keempat, ukuran ilmu pengetahuan yang sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan teratas dalam sistim pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.

Propinsi Bangka Belitung selain terkenal sebagai penghasil timah, juga dikenal sebagai penghasil lada putih (white papper) atau yang di dunia dikenal sebagai white muntok papper, dalam bahasa setempat (bahasa Bangka) dikenal dengan nama sahang. Di propinsi ini tanaman lada sangat banyak seperti tanaman padi di daerah sentra penghasil beras. Tanaman lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman rempah yang hanya dapat tumbuh di daerah tropis. Tercatat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil lada terbesar selain Brazil, Vietnam, Srilanka, China dan Malaysia. lada merupakan komoditas penghasil devisa no-6 setelah karet, sawit, kopi, teh, dan coklat.

Petani lada di pulau Bangka akhir-akhir ini mengalami kegundahan yang tidak menentu dikarenakan dengan harga jual yang tidak menentu, Di tahun 1990-an, ketika lada naik daun dan harganya 'gila-gilaan', petani lada di pulau ini menjadi OKB (orang kaya baru) mendadak. Bagaimana tidak, ketika itu dipasaran dunia harga lada putih mencapai Rp. 80.000,- - Rp. 120.000,- per kilogram. Bisa dibayangkan seandainya 1 orang petani memiliki 2 ton lada putih kering, berapa penghasilan petani


(12)

tersebut. Selain sekarang ini harga jual yang tidak menentu dengan kisaran harga Rp. 25.000 sampai Rp. 30.000 rupiah per kilogram nya, petani juga di hadapkan dengan penyakit terhadap pohon lada itu sendiri, salah satunya yang sering terjadi adalah penyakit kuning yang menyerang daun hingga menjalar ke akar dari pohon lada itu sendiri yang sampai saat ini menjadi musuh utama dari para petani tersebut. Kendala yang dihadapi petani lada justru pada mahalnya harga pupuk. Pemupukan dilakukan sampai umur tanaman lada mencapai tiga tahun. Makin besar tanaman lada, semakin besar jumlah pupuk yang diperlukan. Jenis pupuk yang dibutuhkan adalah urea dan NPK. (Ian Sancin, dalam artikel kebun lada yang di tinggalkan, akses 20 maret 2010)

Sejak tahun 2001, ketika Perda Kab. Bangka No.6 terbit, mulailah marak TI (Tambang Inkonvensional). Sebagian masyarakat seperti histeris menyambut Perda tersebut dan berusaha mencari kesempatan bergabung atau mendirikan TI-TI. Begitu asyiknya melihat hasil yang didapat sehingga tak peduli dengan segala aturan pertambangan, aturan keselamatan kerja, aturan lingkungan hidup, dan aturan administrasi dari Pemerintah Daerah. Maka seperti jamur di musim hujan berdiri tak terkendali TI tanpa izin, TI tanpa amdal dan TI tanpa reklamasi. Pemodal-pemodal besar dari luar Babel berdatangan, termasuk dari luar negeri, pekrja-pekrja TI berduyun-duyun datang dari luar Babel, dari kota Palembang, dari daerah-daerah transmigrasi Sumsel, dari Jambi, Lampung, Jakarta, dan Jawa/Madura. Konon kini ada 16.000 TI sebagian besar ilegal, ada 2000 alat berat (exscavator) yang mengobrak abrik muka bumi Bangka Belitung. Konon ini adalah jumlah exscavator terbesar di dunia dalam kawasan sebanding Bangka Belitung. Apa yang kemudaian kita saksikan adalah kehancuran lingkungan hidup, hutan lindung di babat habis, daerah aliran


(13)

sungai (DAS) besar kecil dirusak, pantai wisata dan nelayan diobrak-abrik, kebun-kebun rakyat di intervensi serta jalan-jalan raya terancam erosi. Melalui media massa nyaris setiap hari ada korban tewas, baik TI darat maupun TI apung, tak ada yang diasuransikan nyawanya, kapal-kapal ferry datang hilir-mudik membawa exscavator bekas dari Palembang, Batam, dan Jakarta, lokalisasi pelacuran berkembang di sekitaran TI, anak-anak sekolah berhenti sekolah dan terjun ke TI, minuman energi dan alkohol mengalir dengan deras ke kawasan TI (Rusli Rachman, dalam buku Redupnya Hati Nurani: Catatan Hitam Putih Provinsi Kepulauan Bangka Belitung).

Pada tahun 1999, melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 146/MPP/Kep/4/1999 mengenai pencabutan timah sebagai komoditas strategis, Bupati Bangka saat itu, Eko Maulana Ali yang sekarang adalah Gubernur Provinsi Bangka Belitung, memberikan izin bagi aktivitas-kativitas penambangan berskala kecil. Sejak saat itulah, aktivitas penambang liar atau tambang inkonvensional (TI) semakin tak terkendali. Dengan maraknya aktivitas-aktivitas penambangan liar ini secara tidak sadar dinilai sebagai pelampiasan penduduk Bangka Belitung atas kesenjangan sosial yang terjadi selama puluhan tahun sebelumnya. Sektor ini kini malah telah menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat yang mendatangkan hasil jutaan rupiah. Dan lebih dari 70 persen penduduk dari setiap desa di Bangka Belitung saat ini hidup dari tambang inkonvensional (TI) sendiri. Serta sektor ini kemudian malah menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) disetiap daerahnya di Bangka Belitung


(14)

Di desa Rambat sendiri proses seperti di atas sudah mulai tampak beberapa bulan terakhir, yang dahulunya mereka menanam lada sekarang sudah beralih menjadi penambang timah inkonvensional, walaupun tidak semua petani lada beralih untuk menjadi penambang timah tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan di latar belakang masalah, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peralihan matapencaharian masyarakat Desa Ramba dari petani lada ke penambang timah inkonvensional dapat merubah status sosial-ekonomi masyarakat Desa Rambat?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peralihan matapencaharian dari petani lada ke penambang timah dapat meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat Desa Rambat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian yang akurat, sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademis dalam pendidikan khususnya, instansi pemerintah dalam melihat perkembangan masyrakat yang bermata pencaharian petani untuk memenuhi kebutuhannya.


(15)

1.4.2 Manfaat Praktis

Yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi dari pada hasil penelitian dan dapat juga dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian sebelumnya.

1.5 Kerangka Teori

1. Teori Perubahan Sosial

Menurut sztomka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan di semua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dapat dilihat sebagai suatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain, perubahan tidak terjadi secara linear. Perubahan social secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola piker yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

Pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan ditingkat mezzo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda (Sztomka,2004)


(16)

Alfred (dalam sztomka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus-menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu didalamnya, seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Sedangkan Farley mendefenisikan perubahan sosial sebagai perubahan pola prilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu. Perubahan sosial dapat di bayangkan sebagai perubahan yang terjadi didalam atau mencakup sistem sosial. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

Gerth dan Mills (dalam Soekanto, 1983) mengasumsikan beberapa hal, misalnya perihal pribadi-pribadi sebagai pelopor perubahan, dan faktor material serta spiritual yang menyebabkan terjadinya perubahan. Lebih lanjut menurut Soekanto, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan adalah:

a. Keinginan –keinginan secara sadar dan keputusan secara pribadi

b. Sikap-sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yag berubah c. Perubahan struktural dan halangan struktural

d. Pengaruh-pengaruh eksternal

e. Pribadi-pribadi kelompok yang menonjol f. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu g. Peristiwa-peristiwa tertentu


(17)

Proses alih pekerjaan dapat ditinjau dari upaya perubahan yang dilakukan oleh mayarakat guna pencapaian tujuan-tujuan tertentu, karena masyarakat bersifat bersifat dinamis maka masyarakat mengalami perubahan, karena perubahan sosial merupakan proses yang selalu dialami oleh setiap masyarakat, perubahan yang dilakukan tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Suatu perubahan dapat terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat ataupun dari luar masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tidak selalu menghasilkan akibat-akibat yang sama. Adakalanya faktor tersebut hanya mengakibatkan terjadi perubahan kecil yang kurang berarti namun dapat juga terjadi sangat besar dan berarti.

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah mahluk yang berfikir dan bekerja. Disamping selalu senantiasa untuk memperbaiki nasibnya dan mendapatkan pekerjaan yang layak baginya, perubahan masyarakat juga berkeinginan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya seperti social, ekonomi, budaya, teknologi, dan lain-lain.

Peralihan matapencaharian sebahagian masyarakat Desa Rambat dari sector Agraris ke Pertambangan di anggap merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Karena keadaan menjadi petani sendiri dianggap sudah tidak terlalu menjanjikan seperti dahulu sehingga masyarakat beralih matapencaharian dari petani lada ke penambang timah untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.


(18)

2. Teori Pilihan Rasional

Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Tindakan-tindakan sosial individu membentuk bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar, Weber meletakan dasar ini dengan distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkat hubungan sosial ke tingkat keteraturan ekonomi dan sosial politik. (Johnson, 1994:226).

Weber menggunakan konsep rasionalitas dalam kalsifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan sosial menurut Weber adalah pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Weber membagi rasionalisme tindakan kedalam empat macam yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan rasional dan tindakan rasional afektif. Rasional instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam melakukan tindakan sosial. Dibandingakan rasionalitas instrumnatal, sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hbungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute atau nilai akhir baginya.

Teori pilihan rasional Coleman, memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan.


(19)

Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Gagasan dasar dalam teori pilihan rasional bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.

3. Adaptasi

Dalam rangka memenuhi beberapa syarat dasar manusia agar tetap dapat melangsungkan kehidupannya dalam lingkungan tempat tinggalnya di butuhkan adaptasi. Dalam hal ini manusia juga mempunyai pengetahuan kebudayaan yang dipakai sehubungan dalam menghadapi kebudayaan suku bangsa asal stempat. Pengetahuan itu tentunya banyak mendukung terhadap proses adaptasi (suharso,1997:48)

Adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup yaitu:

1. syarat-syarat dasar alamiah- biologi(manusia harus makan, minum, menjaga kestabilan temperatur tubuhnya, menjaga berfungsinya organ-organ tubuh dakam hubungan harmonis dan secara menyeluruh dengan organ-organ lainnya)

2. syarat-syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tentang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain)

3. syarat-syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan untuk tidak terkucil, dapat belajar mengenai


(20)

kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain)

Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000:10-11) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni:

1. proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan 3. proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah 4. mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

5. memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan system

6. penyesuain budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupunsuatu kondisi yang diciptakan. Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu diantaranya:

a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan b. Menyalurkan ketegangan sosial

c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial d. Bertahan hidup

Proses perubahan dan penciptaan kondisi pada umumnya selalu dialami oleh masyarakat. Akses terhadap teknologi (informasi, telekomunikasi, dan transportasi) memungkinkan masyarakat untuk lebih cepat mengetahui serta menerima perubahan.


(21)

Tidak mengherankan, jika masyarakat cenderung bersifat dinamis, terutama dalam hal penyesuaian karakteristik kehidupan sosial, yang meliputi:

1. Perubahan jumlah dan ukuran rumah tangga 2. Transisi atau peralihan lapangan pekerjaan

3. Penyesuaian dalam cara-cara pemenuhan kebutuhan 4. Perubahan peran serta individu dalam angkatan kerja 5. Peningkatan mobilitas penduduk

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah makhluk yang berfikir dan bekerja. Manusia disamping itu selalu senantiasa untuk berusaha untuk memperbaiki nasibnya dan mendapatkan pekerjaaan yang layak baginya, paling tidak untuk mempertahankan kehidupannya, perubahan masyarakat senantiasa keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya, seperti sosial, ekonomi, budaya, teknologi, dan sebagainya.

1.6. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang di pergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian sosial(singarimbun:1995:37). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut:

1.6.1. Petani Lada

Orang yang melakukan kegiatan menanam lada sebagai hasil kebunnya, dengan kebun atau tanah yang status kepemilikannya di miliki sendiri.


(22)

1.6.2. Penambang

Orang yang melakukan kegiatan tambang di tanahnya sendiri ataupun bekerja kepada pemilik tambang.

1.6.3. Peralihan Matapencaharian

Adalah suatu proses pergantian pekerjaan dengan maksud untuk menaikkan pendapatan atau mempertahankan kesejahteraan yang sudah didapat. Tujuan alih pekerjaan dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik di samping itu adanya perbaikan pendapatan akan dapat pula meningkatkan kemampuan mereka untuk memperoleh kesejahteraan. Dalam penelitian ini peralihan yang dimaksud adalah proses peralihan mata pencaharian masyarakat Desa Tebing dari petani lada ke penambang timah Inkonvensional guna meningkatkan pendapatan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Desa Tebing.

1.6.4. Status Sosial-Ekonomi

Status sosial ekonomi merupakan kedudukan yang di akui secara sosial dan ekonomi yang menempatkan seseorang dalam struktur masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Dalam penelitian ini status sosial ekonomi yang dimaksud adalah keadaan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Tebing setelah melakukan peralihan mata pencaharian.

1.6.5. Timah Inkonvensional

Sebutan dari hasil pertambangan timah, yang mana dikarenakan proses pertambangan nya dilakukan dengan kepemilikan alat secara individu bukan hasil timah yang didapat oleh perusahaan yang telah ada di kep.Bangka Belitung.


(23)

1.7. Operasional Variabel

Yang dimaksud dengan defenisi operasional ialah suatu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat di observasi dari apa yang sedang di defenisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

Berdasarkan paparan diatas, maka yang menjadi variable bebas(x)

(independent variable) adalah peralihan mata pencaharian dari petani lada ke

penambang timah dengan indicator

1. Aktivitas sehari-hari dari penambang timah 2. Pengetahuan tentang ; pemeliharaan

Sedangkan variable terikat(Y) dalam penelitian ini adalah status social-ekonomi masyarakat dengan indicator

1. Pendapatan 2. Pengeluaran 3. Kebutuhan hidup


(24)

1.7.1. Bagan Operasional Variabel

Untuk memudahkan pemahaman relasi antara variabel penelitian ini, maka pada bagian ini digunakan bagan operasional variabel sebagai berikut

Variabel Bebas (X)

Peralihan Mata Pencaharian dari

petani lada ke

Variabel Antara Motivasi Variabel Terikat Sosial Ekonomi masyarakat • Aktifitas sehari-hari • Pengetahuan ; Pemeliharaan

• Pendapatan ;

besarnya penapatan sebelum dan sesudah dan setelah adanya peralihan • Pengeluaran • Kebutuhan • penghargaan • Jenis Kelamin • Umur • Pendidikan • Tindakan untuk melakukan sesuatu baik secara positf maupun secara negatif


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sosial

Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas serta perubahan-perubahan yang lambat sekali, dan ada juga yang berjalan dengan cepat. Pada masyarakat desa, proses perubahan sosial biasanya berlaku lambat dan memakan waktu yang lama.

Proses alih pekerjaan dapat ditinjau dari upaya perubahan yang dilakukan oleh mayarakat guna pencapaian tujuan-tujuan tertentu, karena masyarakat bersifat bersifat dinamis maka masyarakat mengalami perubahan, karena perubahan sosial merupakan proses yang selalu dialami oleh setiap masyarakat, perubahan yang dilakukan tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Suatu perubahan dapat terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat ataupun dari luar masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tidak selalu menghasilkan akibat-akibat yang sama. Adakalanya faktor tersebut hanya mengakibatkan terjadi perubahan kecil yang kurang berarti namun dapat juga terjadi sangat besar dan berarti.

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah mahluk yang berfikir dan bekerja. Disamping selalu senantiasa untuk memperbaiki nasibnya


(26)

dan mendapatkan pekerjaan yang layak baginya, perubahan masyarakat juga berkeinginan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya seperti social, ekonomi, budaya, teknologi, dan lain-lain. Adapun penyebab dari perubahan tersebut adalah (Muhammad Iqbal,2006:11)

1. Innovation (Inovasi) merupakan penemuan baru dan pembaharuan yang mempengaruhi kondisi individu maupun kelompok

2. Adaptation (Adaptasi) yaitu penyesuaian secara sosial budaya

3. Adoption (Adopsi) yaitu penggunaan dari penemuan baru dalam bidang teknologi yang memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari

Menurut Soerjono Soekanto (1990:309) sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari acapkali tidak mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada mungkin kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat, sehingga walaupun secara teoritis dan analisis pemisah antara pengertian-pengertian tersebut dapat di rumuskan, namun dalam kehidupan nyata garis pemisah tersebut sukar di pertahankan, yang jelas perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya suatu proses perubahan antara lain: kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang, sistem terbuka lapisan masyarakat,


(27)

penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, serta orientasi kemasa depan dan nilai-nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiyar untuk memperbaiki dirinya (Soekanto,2006:326-330).

Perubahan sosial yang dimaksud disini adalah perubahan yang di sebabkan oleh aspek ekonomi akibat perkembangan industry. Namun tidak menutup kemungkinan perubahan tersebut akan saling terkait dengan aspek-aspek lain. Seperti yang dikatakan Agus salim, bahwa perubahan sosial yang berasal dari aspek ekonomi akan selalu terkait dengan perubahan perilaku yang berasal dari aspek non ekonomis seperti politik, pendidikan dan lain-lain (Salim,2002:19).

Sebagai bagian dari perubahan maka peralihan mata pencaharian terjadi akibat adanya faktor-faktor pendorong dan penarik yang antar lain adalah:

1. Peralihan Mata pencaharian menjanjikan pendapatan yang lebih baik 2. Upaya peralihan mata pencaharian merupakan penerapan teknologi baru 3. Peralihan mata pencaharian dapat memberi variasi pada sistem mata

pencaharian yang sudah ada

Peralihan matapencaharian sebahagian masyarakat Desa Rambat dari sector Agraris ke Pertambangan di anggap merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Karena keadaan menjadi petani sendiri dianggap sudah tidak terlalu menjanjikan seperti dahulu sehingga masyarakat beralih matapencaharian dari petani lada ke penambang timah untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.


(28)

2.2 Teori Pilihan Rasional

Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Tindakan-tindakan sosial individu membentuk bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar, Weber meletakan dasar ini dengan distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkat hubungan sosial ke tingkat keteraturan ekonomi dan sosial politik. (Johnson, 1994:226).

Pada dasarnya, teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang mempunyai pilihan. Teori pilihan rasional tak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilhan aktor. Yang terpenting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan/pilihan aktor tersebut.

Teori pilihan Rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan, tetapi selain Coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi, dimana memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka(Ritzer,2004:394).


(29)

Dalam membuat pilihan, individu diawali dengan adanya keinginan terhadap sesuatu dan keyakinan terhadap tujuan-tujuan tertentu yang disusun dalam suatu keyakinan. Keyakinan-keyakinan inilah yang pada akhirnya akan menciptakan pilihan rasional pada individu. Teori pilihan rasional pusatnya adalah aktor atau manusia yang mempunyai tujuan. Ada dua unsure utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Untuk itu diperlukan mekanisme pilihan-pilihan yang berorientasi pada pemilihan rasional dan pada akhirnya akan menimbulkan gaya hidup masyarakat itu sendiri.

Pilihan manusia dalam peralihan mata pencaharian untuk merubah kehidupan sosial ekonominya merupakan bagian dari pilihan rasional. Menggunakan unsur-unsur sumber daya yang ada dalam kehidupan manusia merupakan pilihan aktor atau manusia dalam mencapai tujuan-tujuannya.

2.3 Status Sosial Ekonomi

Dalam masyarakat selalu dibedakan stratifikasi sosial karena terjadinya kelompok-kelompok dan struktur yang berbeda. Sebagai anggota kelompok, seseorang mempunyai suatu kedudukan tertentu yang merupakan hak baginya. Status adalah kedudukan sosial seseorang dalam suatu system sosial, yang pada umumnya merupakan suatu kumpulan hak, kewajiban, dan tidak harus memiliki hirarki. Walaupun demikian lebih lanjut dijelaskan bahwa, biasanya kedudukan sosial dalam suatu masyarakat itu memperhitungkan segi superioritas, yang lebih tinggi, ataukah inferioritas yang lebih rendah, karena itu status juga dihubungkan dengan derajat,


(30)

penghormatan, dan kedudukan yang disusun secara hirarki. Sejak pandangan Marx berkembang, pengertian kelas sosialpun terus berkembang ketingkat yang lebih jelas. (Abdullah, Burhanuddin.2006).

2.4 Adaptasi

Setiap dekade masyarakat berubah dengan atau tanpa paksaan. Perubahan bersifat kultural atau dipaksa dengan aturan. Semakin besarnya arus informasi yang masuk ke masyarakat semakin dipaksa untuk memilih informasi mana yang baik bagi dirinya, informasi mana yang disukainya dan informasi mana yang akan dibuangnya. Perubahan seperti ini menciptakan masyarakat yang kemudian sangat beragam. Masyarakat menciptakan blokade sendiri, sangat berbeda dari satu individu ke individu yang lainnya.

Adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup yaitu:

1. syarat-syarat dasar alamiah- biologi(manusia harus makan, minum, menjaga kestabilan temperatur tubuhnya, menjaga berfungsinya organ-organ tubuh dakam hubungan harmonis dan secara menyeluruh dengan organ-organ lainnya)

2. syarat-syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tentang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain)

3. syarat-syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan untuk tidak terkucil, dapat belajar mengenai


(31)

kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain)

Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000:10-11) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni:

1. proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan 3. proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah 4. mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

5. memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan system

6. penyesuain budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupunsuatu kondisi yang diciptakan. Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu diantaranya:

1. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan 2. Menyalurkan ketegangan sosial

3. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial 4. Bertahan hidup

Proses perubahan dan penciptaan kondisi pada umumnya selalu dialami oleh masyarakat. Akses terhadap teknologi (informasi, telekomunikasi, dan transportasi) memungkinkan masyarakat untuk lebih cepat mengetahui serta menerima perubahan.


(32)

Tidak mengherankan, jika masyarakat cenderung bersifat dinamis, terutama dalam hal penyesuaian karakteristik kehidupan sosial, yang meliputi:

1. Perubahan jumlah dan ukuran rumah tangga 2. Transisi atau peralihan lapangan pekerjaan

3. Penyesuaian dalam cara-cara pemenuhan kebutuhan 4. Perubahan peran serta individu dalam angkatan kerja 5. Peningkatan mobilitas penduduk

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah makhluk yang berfikir dan bekerja. Manusia disamping itu selalu senantiasa untuk berusaha untuk memperbaiki nasibnya dan mendapatkan pekerjaaan yang layak baginya, paling tidak untuk mempertahankan kehidupannya, perubahan masyarakat senantiasa keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya, seperti sosial, ekonomi, budaya, teknologi, dan sebagainya.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu dengan menggambarkan, memaparkan suatu keadaan, suatu objek atau suatu peristiwa yang ada di masyarakat menjadi objek penelitian serta berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai suatu ciri, model, tanda, atau gambaran – gambaran tentang kondisi atau fenomena tertentu. (Bungin, 2008:68).

Jenis penelitian deskriptif dimaksud untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan social dengan jalan mendeskripsikan sejumlah

variable yang berkenaan masalah yang di teliti

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Rambat Kec.Simpang Teritip Kab. Bangka Barat. Lokasi ini diambil dikarenakan masyarkat desa yang ada di desa tersebut masih baru melakukan peralihan dari petani lada menjadi penambang timah.


(34)

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan kharakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Populasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kharakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani lada yang ada di desa Rambat.

2.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan kharakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, dapat dikatakan karena keterbatasan peneliti, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, penarikan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling atau penarikan sampel secara sengaja berdasarkan jumlah populasi yang ada.

2.4Teknik Pengumpulan Data

2.4.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data primer maka akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu :


(35)

• Observasi

Observasi merupakan sesuatu yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses pengamatan dan ingatan. Observasi dilakukan dengan mengamati langsung gejala yang tampak pada penelitian. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument.Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa observasi tidak hanya sekedar dicatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.

• Angket

Angket adalah daftar pertanyaan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak langsung seperti pos atau perantara (Usman dan Akbar, 2009:57). Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tertutup berdasarkan rumusan skala pengukuran Rensis Likert yaitu skala likert yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap suatu obyek., dimana dalam angket diberikan pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa hingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban.

2.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan


(36)

data dan mengambil informasi dari buku – buku referensi, majalah, jurnal, data internet, yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap yaitu:

2.5.1 Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisis yang digunakan dengan membagi-bagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori(Singarimbun,1998:266)

2.5.2 Analisis Deskriptif

Merupakan metode penganalisaan data dengan cara menyusun data, mengelompokkannya dan mengintepretasikannya, sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai peralihan mata pencaharian masyarakat dari petani lada ke penambang timah terhadap status social-ekonomi masyarakat di Desa Rambat Kabupaten Bangka Barat


(37)

2.6Jadwal Kegiatan

No

Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi x

2 ACC Judul x

3 Penyusunan Proposal x x

4 Seminar Proposal Penelitian x 5 Revisi Proposal Penelitian x x

6 Penelitian Ke Lapangan x x

7 Pengumpulan Data Dan Analisis Data x

8 Bimbingan x x x x

9 Penulisan Laporan Akhir x x

10 Sidang Meja Hijau x


(38)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Profil Desa Rambat

Nama Desa : Rambat

Kecamatan : Simpang Teritip Kabupaten : Bangka Barat

Provinsi : Kep. Bangka Belitung Jumlah Penduduk : 1078 Jiwa

Jumlah Dusun : 2

Luas Wilayah : 260.000 Km2

4.1.2. Batas-Batas Wilayah

Desa Rambat merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Simpang Teritip, yang terdiri dari 2 dusun.

Adapun yang menjadi batas-batas wilayah nya antara lain:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mayang

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Simpang Gong


(39)

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Rambat 4.2.1.1. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis kelamin

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan, namun bila tidak diimbangi dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai, maka akan menimbulkan kendala dalam menghadapi proses dari pembangunan tersebut.

Penduduk Desa Rambat terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan baik itu orang dewasa maupun anak-anak. Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Laki-laki 581 53,9

2 Perempuan 497 46,1

Total 1078 100

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Pada tabel 4.1 tersebut diperoleh gambaran bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding dengan jenis kelamin perempuan. Laki-laki berjumlah 581 jiwa (53,9%). Perempuan berjumlah 497 jiwa (46,1%). Jadi ada selisih sekitar 84 jiwa (7,8%) antara perempuan dengan laki-laki.


(40)

4.2.1.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah(jiwa) Persentase

1 Islam 794 73,7

2 Kristen Protestan 59 5,5

3 Kristen khatolik 5 0,5

4 Budha 103 9,5

5 Konghucu 117 10,8

Total 1078 100

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Dari tabel diatas terlihat bahwa penduduk Desa Rambat mayoritas memeluk agama Islam yaitu sebanyak 794 jiwa (73,7%), Kristen Protestan 59 jiwa (5,5%), agama Kristen Khatolik sebanyak 5 jiwa (0,5%), agama Budha sebanyak 103 jiwa (9,5%), dan agama Konghucu sebanyak 117 jiwa (10,8%).


(41)

4.2.1.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian adalah sumber utama dalam menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk melihat mata pencaharian penduduk Desa Rambat dapat dilihat sebagai berikut

Tabel 3

Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah(jiwa) Persentase 1 Pegawai Negeri Sipil 2 0,4

2 Wiraswasta 21 4,1

3 Tani 25 4,8

4 Nelayan 108 20,9

5 Buruh 160 30,9

6 Pertambangan 200 38,7

7 Lain-lain 1 0,2

Total 517 100

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Pada tabel diatas terlihat penggambaran jenis pekerjaan terbanyak penduduk Desa Rambat adalah di bidang Pertambangan yaitu 200 jiwa (38,7%). Kemudian Buruh 160 jiwa (30,9%). Nelayan sebanyak 108 jiwa (20,9%). Tani sebanyak 25 jiwa (4,8%), selanjutnya disusul Wiraswasta 21 jiwa (4,1%), selanjutnya ada Pegawai Negeri Sipil 2 jiwa (0,4%) dan yang terakhir Lain-lain berjumlah 1 jiwa (0,2%).


(42)

4.2.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk pencapaian tujuan suatu program atau kegiatan pembangunan. Suatu rencana yang disusun dengan baik, tanpa didukung sarana dan prasarana yang baik dan memadai maka tujuan dari perencanaan dalam suatu program atau kegiatan kemasyarakatan akan sulit tercapai.

4.2.2.1Sarana Pendidikan

Tabel 4

Keadaan Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Jumlah(unit) Keterangan 1 Kelompok

bermain/PAUD

1 Baik

2 SD 1 Baik

3 SMP - -

4 SMA - -

Total 2 Baik

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Pada data tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan pada Desa Rambat hanya terdapat 2 sarana yaitu untuk Kelompok Bermain/PAUD dan SD, dari data diatas dapat disimpulkan sarana dan prasarana pendidikan


(43)

belum cukup memadai untuk sebuah Desa dimana penduduknya sudah berjumlah 1078 jiwa, hal ini juga membuktikan belum berjalannya program pemerintah yaitu wajib belajar Sembilan tahun.

4.2.2.2Sarana Ibadah

Tabel 5

Keadaan Sarana Ibadah

No. Sarana Ibadah Jumlah (Unit)

Keterangan

1 Mesjid 1 Baik

2 Musholah 1 Baik

3 Gereja 1 Baik

4 Vihara 1 Baik

5 Klenteng 1 Baik

Total 5 Baik

Sumber : Profil Desa Rambat 2012

Dari tabel diatas terlihat bahwa sarana ibadah pada Desa Rambat cukup merata, ini di tandai dengan adanya tempat peribadatan setiap agama yang ada pada desa tersebut.


(44)

4.2.2.3Sarana Kesehatan

Tabel 6

Keadaan Sarana Kesehatan

No Sarana Jumlah (unit) Keterangan

1 Polindes 1 Baik

2 Posyandu 1 Baik

Jika dilihat dari tabel tersebut, fasilitas yang tersedia bisa dikatakan cukup, setidaknya warga desa sudah ada tempat periksa kesehatannya dan tidak jauh harus ke kecamatan atau ke kota kabupaten.

4.2.2.4 Sarana Olah Raga

Desa Rambat memiliki sarana olah raga, dimana sarana olah raga terrsebut sering dimanfaatkan masyarakat setempat terutama para pemuda/pemudi di daerah ini. Sarana olah raga tersebut sering digunakan pada saat sore hari, dimana ditempat ini juga pemuda/pemudi setempat sering saling berinteraksi dan bersosialisasi. Adapun sarana olah raga yang ada di Desa Rambat adalah:

Tabel 7 Sarana Olah Raga

No Jenis Sarana Olah Raga Jumlah

1 Lapangan Bola Kaki 1

2 Lapangan Bola Volli 2


(45)

4.2.2.5 Sarana Ekonomi

Pada dasarnya masyarakat melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Transaksi atau aktifitas ekonomi tersebut biasanya terjadi pada sebuah tempat yang disebut pasar, namun tidak semua transaksi atau aktifitas ekonomi berlangsung di pasar, transaksi ini dapat juga terjadi di toko, kios dan lain-lain. Pasar yang ada di Desa ini juga tidak ada untuk setiap harinya dikarenakan pasar hanya ada setiap hari senin dan kamis setiap minggunya.

4.2.2.6 Sarana Penerangan dan Air

Pada saat peneliti sedang berada di Desa Rambat, yaitu pada bulan maret tahun 2012 warga Desa belum menikmati sarana penerangan listrik dari PLN, warga hanya memakai genset untuk keperluan penerangannya. Tetapi pada tahun 2013 warga Desa sudah bisa menikmati sarana penerangan dari PLN.

Untuk sarana air masyarakat Desa tidak terlalu susah untuk mendapatkan air bersih karena masing-masing rumah memiliki sumur sendiri, serta ada juga tempat-tempat pemandian umum yang dibangun warga secara swadaya.

4.2.3 Sistem Sosial Masyarakat Desa Rambat 4.2.3.1 Sistem Nilai

Setiap daerah mempunyai nilai-nilai norma dan peraturan baik yang tertulis dan tidak tertulis. Demikian juga dengan masyarakat Desa Rambat yang mempunyai nilai-nilai norma yang mengatur kehidupan sosial masyarakat Desa Rambat. Adapun nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat dapat dilihat dari penjelasan dibawah ini.


(46)

4.2.3.1.1 Religius (Agama)

Masyarakat Desa Rambat adalah masyarakat yang beragama dan dapat dikatakan patuh terhadap ajaran agama. Dimana masyarakat Desa Rambat semuanya memiliki agama masing-masing, dan ketaatan mereka beragama juga dapat terlihat dengan adanya sarana ibadah yang terdapat di daerah ini. Perilaku masyarakat Rambat sedikit tidaknya juga terpengaruhi oleh ajaran-ajaran agama yang ada pada ajaran agama masing-masing.

Meskipun terdapat keanekaragaman jenis agama yang dianut oleh masyarakat Desa rambat tetapi hal ini bukanlah menjadi halangan bagi para warga untuk bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa kehidupan beragama pada masyarakat Desa Rambat dapat hidup rukun dan saling menghormati antar pemeluk agama satu dengan yang lainnya.

4.2.3.1.2 Kekeluargaan

Pada Masyarakat Desa Rambat rasa kekeluargaan masih sangat terasa dan masih kental. Meskipun penduduk Rambat sudah dapat dikatakan banyak namun sebahagian dapat saling mengenal satu dengan yang lainnya, hal ini bisa disebabkan adanya rasa kekeluargaan yang masih kuat diantara mereka. Hubungan ini juga terlihat keterbukaannya masyarakat Desa dengan kehadiran para warga pendatang yang ada pada desa serta terciptanya hubungan yang harmonis antar keduanya.


(47)

4.2.3.1.3 Adat-Istiadat

Masyarakat Desa Rambat masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat mereka dengan cara masih dilakukan kebiasaan-kebiasaan lama yang terjadi dari jaman dahulu sampai sekarang ini, misalnya ada upacara laut yaitu persembahan laut yang dilakukan pada sekitaran bulan 5 sampai 6 yang mana pada saat itu air laut pada surut dan menampakkan banyak pulau pulau kecil. Para warga banyak berdatangan dengan membawa hasil bumi nya untuk di lakukan upacara tersebut.

Ini merupakan bentuk syukur kepada tuhan yang maha esa dengan apa yang di dapat dari warga desa dengan apa yang didapatnya selama setahun ini melalui cara dengan seperti itu.

4.2.3.1.4 Gotong Royong

Gotong royong juga masih terdapat pada masyarakat Desa Rambat ini. Hal ini terlihat pada acara-acara yang terjadi pada desa tersebut, seperti membersihkan lingkungan yaitu parit sarana umum dan lainnya, walaupun tidak dilakukan rutin setiap minggunya tetapi masyarakat desa selalu siap jika ada kegiatan gotong royong yang ada.

4.3Karakteristik Responden

Untuk mengenali responden, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi daftar-daftar pertanyaan data-data responden. Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka dapat diperoleh karakteristik responden sebagai berikut:


(48)

Tabel 4.3.1

Responden Berdasarkan Usia

No Kelompok Usia(Tahun) F %

1 30-40 9 52,94

2 41-50 5 29,42

3 51-60 2 11,76

4 61-70 1 5,88

Jumlah 17 100

Sumber : Kuisioner 2012

Dari data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat yang beralih pekerjaan dari petani ke penambang mayoritas dari rentang umur 30 – 40 tahun.

Tabel 4.3.2

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin F %

1 Laki-laki 15 88,23

2 Perempuan 2 11,77

Jumlah 17 100

Sumber: kuisioner 2012

Dari data diatas terbukti bahwa tidak hanya laki-laki yang bergelut dalam usaha penambangan, walaupun hanya berjumlah 11,77%, namun dari data kuisioner dapat dilihat bahwa wanita tidak menjadi buruh tambang tetapi pemilik.


(49)

Tabel 4.3.3

Responden Berdasarkan Agama

No Agama F %

1 Islam 17 100

Jumlah 17 100

Sumber: kuisioner 2012

Tabel 4.3.4

Responden Berdasarkan Suku

No Suku F %

1 Melayu 17 100

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari data diatas menunjukkan bahwa masyarakat yang beralih dari petani menjadi penambang hampir seluruhnya Melayu dan beragama Islam.


(50)

Tabel 4.3.5

Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan F %

1 SD 16 94,11

2 SLTP 1 5,89

Jumlah 17 100

Sumber : Kuisioner 2012

Dari tabel dapat disimpulkan bahwa penambang yang sebelumnya berprofesi sebagai petani merupakan masyarakat dengan pendidikan rendah.

4.4 Teknik Analisa Data 4.4.1 Tabel Tunggal

Data Variabel X

Tabel 4.4.1.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan lamanya menjadi penambang

No F %

1 < 1Tahun 3 17,64

2 2 Tahun 6 35,29

3 >2 Tahun 8 47,07

Jumlah 17 100


(51)

Tabel 4.4.1.2

Distibusi Frekuensi berdasarkan waktu bekerja di tambang

No Waktu Bekerja F %

1 < 2 Jam 4 23,52

2 2-4 Jam 8 47,05

3 >4 Jam 5 29,43

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Tabel 4.4.1.3

Distribusi jawaban berdasarkan kenyamanan jadi penambang atau petani

No Lebih nyaman jadi penambang F %

1 Ya 15 88,23

2 Tidak 2 11,77

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari data diatas ternyata 88,23% penambang merasa lebih nyaman jadi penambang dibandingkan menjadi petani.


(52)

Tabel 4.4.1.4

Distibusi jawaban berdasarkan besaran resiko kerugian ketika jadi penambang

No Lebih besar F %

1 Ya 8 47,05

2 Tidak 9 52,95

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari data tabel dapat dilihat ternyata responden merasa potensi kerugian menjadi penambang tidak lebih besar dibandingkan menjadi petani.

Tabel 4.4.1.5

Distribusi Frekuensi berdasarkan status kepemilikan

No Status Kepemilikan F %

1 Pemilik 5 29,42

2 Pekerja 12 70,58

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari data tabel diatas dapat dilihat jumlah pekerja hanya 70,58%, jumlah ini membuktikan bahwa pertambangan yang dilakukan hanya dengan jumlah pekerja yang sedikit, hal ini disebabkan penambangan yang dilakukan masyarakat tergolong dalam penambangan tradisional, dan banyak pemilik tambang juga ikut sebagai pekerja di tambang miliknya.


(53)

Tabel 4.4.1.6

Distibusi Frekuensi berdasarkan besaran pendapatan ketika jadi penambang

No Pendapatan (lebih besar) F %

1 Ya 17 100

2 Tidak 0 0,00

Jumlah 17 100

Sumber: kuisioner 2012

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pendapatan menjadi penambang lebih besar, terlihat dari jawaban para responden yang memilih jawaban Ya sebanyak 100% ini menunjukkan pekerjaan menjadi penambang sampai saat ini sangat menjanjikan.

Tabel 4.4.1.7

Distribusi Frekuensi berdasarkan kesesuaian pendapatan

No Kesesuaian F %

1 Sesuai 15 88,23

2 Ragu-ragu 2 11,77

3 Tidak sesuai 0 0,00

Jumlah 17 100

Sumber: kuisioner 2012

Dari tabel diatas terlihat para responden kebanyakan memilih jawaban sesuai dengan 88,23% dan ragu-ragu sebanyak 11,77%, ini menunjukkan bahwa pekerjaan


(54)

yang dilakukan dengan pendapatan yang didapatkan telah sesuai harapan para responden, terlihat jelas dari data yang tersaji.

Data Variabel Y

Tabel 4.4.1.8

Pendapatan sebelum menjadi penambang

No Pendapatan perbulan(Rp) F %

1 Lebih dari 4.000.000 7 41`,17

2 2.000.000-4000.000 8 47,06

3 Kurang dari 2.000.000 2 11,77

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari tabel diatas terlihat jawaban yang sangat variatif untuk pendapatan sebelum menjadi penambang dengan jawaban lebih dari 4.000.000 dengan 41,17%, jawaban 2.000.000 dengan 47,06%, dan jawaban kurang dari 2.000.000 dengan 11,77%, ini menunjukkan hanya sedikit perbedaan dari rataan pendapatan per tiap responden.


(55)

Tabel 4.4.1.9

Pendapatan setelah menjadi Penambang

No Pendapatan perbulan(Rp) F %

1 Lebih dari 4.000.000 15 88,24

2 2.000.000-4.000.000 2 11,76

3 Kurang dari 2.000.000

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari tabel diatas terlihat perbedaan yang cukup signifikan dari segi pendapatan setelah menjadi penambang ini terlihat pada pilihan jawaban dengan 88,24% memilih jawaban lebih dari 4.000.000 dan 11,76% memilih jawaban 2.000.000-4.000.000. Data tersebut juga menandakan pilihan para responden untuk beralih dari segi ekonomi sampai saat ini sangatlah membantu perekonomian keluarga.

Tabel 4.4.1.10

Pengeluaran sebelum jadi penambang

No Sebelum Penambang(Rp) F %

1 Diatas 4.000.000 11 64,70

2 2.000.000-4.000.000 6 35,30

3 Kurang dari 2.000.000

Jumlah 17 100


(56)

Dari tabel diatas terlihat bahwa pengeluaran para responden sangatlah tinggi dimana diatas Rp.4.000.000 mencapai 11 orang dan rentang Rp.2.000.000-Rp.4.000.000 hanya 11 orang saja, ini dikarenakan factor kebutuhan hidup yang sangat tinggi didaerah tersebut dan barang-barang kebutuhan pokok yang mahal, sehingga pengeluaran bias sampai seperti itu.

Tabel 4.4.1.11

Penegeluaran setelah jadi penambang

No Setelah Penambang (Rp) F %

1 Diatas 4.000.000 17 100

2 2000.000-4.000.000 3 Kurang dari 2.000.000

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari tabel yang terlihat diatas terlihat bahwa para responden 100% memilih jawaban pengeluaran setelah menjadi penambang diatas Rp.4.000.000 ini mengindikasikan bahwa ada suatu peningkatan di dalam pendapatan dari para responden tersebut atau bias jadi adanya keperluan yang tidak terduga sewaktu menjawab dari kuesioner yang di ajukan pada saat itu.


(57)

Tabel 4.4.1.12

Kepemilikan Rumah sebelum jadi penambang

No Milik Sendiri F %

1 Ya 6 35,30

2 Tidak 11 64,70

Jumlah 17 100

Sumber: Kuisioner 2012

Dari tabel yang terlihat di atas tersebut para responden banyak yang belum memiliki rumah sendiri ini ditandai dengan data yang tersaji di mana dari 17 responden hanya 6 responden (35,30) yang mengaku memiliki rumah sendiri dan sisanya sebanyak 11 responden (64,70%) mengaku belum memiliki rumah sendiri untuk saat itu.

4.4.2 Analisa Pertanyaan Terbuka

Dalam mengumpulkan data melalui kuesioner, terdapat pertanyaan yang bersifat tertutup, dan terbuka. Pada bagian ini yang akan dianalisa adalah pertanyaan no 6 dibagian B dan no 7 dibagian B.

Pada pertanyaan no 6 dibagian B, mengenai dampak secara ekonomi yang dirasakan ketika menjadi penambang, masing-masing dari responden memiliki jawaban yang berbeda-beda.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilapangan tentang pendapat responden mengenai dampak secara ekonomi yang dirasakan ketika menjadi


(58)

penambang memiliki jawaban yang berbeda-beda. Seperti wawancara yang dilakukan dengan Ibu Susilawati:

“wahhhh dampak ekonomi nya sangat terasa sekali ya, ibu bisa memiliki kendaraan sendiri, sekolahin anak-anak tidak perlu pusing lagi oleh biaya nya, dan sekarang lebih terkucupi untuk kebutuhan sehari-harinya....”

(berdasarkan Hasil Wawancara Lapangan,Maret 2012)

Hal tersebut juga disampaikan oleh Pak H.Sanif:

“Sangat terasa sekali ya, saya bias pergi berangkat haji dan bisa membeli kendaraan pribadi sendiri untuk keperluan tambangnya dan bisa memperkerjakan beberapa orang juga....”

Lalu untuk pertanyaan nomor 7 bagian B, mengenai dampak secara kehidupan sosial yang dirasakan ketika menjadi penambang, masing-masing dari responden memiliki jawaban yang berbeda-beda juga.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di lapangan tentang pendapat responden mengenai dampak yang dirasakan secara sosial ketika jadi penambang. Seperti wawancara yang dilakukan dengan Bapak Marwandi:

“dampak yang saya rasakan adalah saya bisa menyekolahkan anak-anak saya sama dengan orang yang berkecukupan lainnya, ini dikarenakan selama ini orang yang bersekolah dikampung ini kan hanya mereka yang mampu, ini sekaligus memberikan secara tidak langsung dampak sosial tersebut, dan ada juga yang negatifnya yah, bagaimana kelanjutannya bila timah ini habis karna ini merupakan barang yang akan habis bila digali terus menerus...” (Berdasarkan Hasil Wawancara Lapangan,Maret 2012)


(59)

Hal tersebut juga disampai oleh Bapak Safril:

“Dampak yang dirasakan kalau menurut bapak lebih ke negatifnya itu dikarenakan banyak lahan-lahan yang menjadi danau-danau buatan akibat tambang yang terus-menerus dan saya khawatir bagaimana untuk kedepannya, memang untuk hasil yang didapat sangat menjanjikan,tapi lama-kelamaan ini timah juga akan habis...”

Dari wawancara lapangan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat satu focus dari jawaban para responden dimana sisi positifnya adalah memberikan kehidupan ekonomi yang lebih layak dan dari sisi negatifnya adalah kerusakan lingkungan yang terjadi, ini dikarenakan pertambangan yang dilakukan masih secara tambang rakyat dan mereka belum ada mengerti untuk merehabilitasi lahan tersebut.

4.4.3 Analisa Deskriptif

4.4.3.1. Proses Peralihan Matapencaharian dari Petani Lada ke Penambang Timah

Peralihan matapencaharian sering dilakukan oleh setiap orang, yang mana jika suatu pekerjaan yang sedang dijalani sekarang tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan hidup, maka seseorang itu akan mencoba untuk mencari pekerjaan lain dan umumnya hal ini terjadi pada masyarakat Indonesia. Adanya kecendrungan para petani untuk mengambil resiko terhadap usahanya, keputusan untuk mengambil resiko yang dilakukan oleh petani merupakan sikap yang berani dan penuh spekulasi. Maksudnya


(60)

spekulasi yang dilakukan para petani dibayangi oleh kegagalan atas apa yang di perbuatnya. Hal ini dilatarbelakangi pula oleh keinginan petani tersebut untuk merubah kondisi kehidupannya kearah yang lebih layak dan baik.

Hal inilah yang sedang dilakukan oleh sebahagian masyarakat Desa Rambat agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan cara melakukan peralihan matapencaharian dari sektor pertanian ke sektor pertambangan. Di tahun 1990-an, ketika lada naik daun dan harganya 'gila-gilaan', petani lada di pulau ini menjadi OKB (orang kaya baru) mendadak. Bagaimana tidak, ketika itu dipasaran dunia harga lada putih mencapai Rp. 80.000,- - Rp. 120.000,- per kilogram. Bisa dibayangkan seandainya 1 orang petani memiliki 2 ton lada putih kering, berapa penghasilan petani tersebut.(Ian Sancin, dalam artikel kebun lada yang di tinggalkan, akses 22 Januari 2013).

Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada waktu lada masih mahal-mahalnya dan bagaimana kehidupan para petani tersebut. Hal ini juga disampaikan oleh Bapak H.Sanif

“..Dulu sewaktu harga lada masih mahal-mahalnya banyak sekali petani yang terkejut, dan itu juga membuat banyak orang yang ingin mencoba untuk bertani lada juga.,,”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012)

Dengan melonjaknya harga lada pada tahun tersebut otomatis kehidupan petani menjadi serba kecukupan tetapi seiring berjalannya waktu sekarang ini harga jual yang tidak menentu dengan kisaran harga Rp. 25.000 sampai Rp. 30.000 rupiah per kilogram nya, petani juga di hadapkan dengan penyakit terhadap pohon lada itu


(61)

sendiri, salah satunya yang sering terjadi adalah penyakit kuning yang menyerang daun hingga menjalar ke akar dari pohon lada itu sendiri yang sampai saat ini menjadi musuh utama dari para petani tersebut. Kendala yang dihadapi petani lada justru pada mahalnya harga pupuk. Pemupukan dilakukan sampai umur tanaman lada mencapai tiga tahun. Makin besar tanaman lada, semakin besar jumlah pupuk yang diperlukan. Jenis pupuk yang dibutuhkan adalah urea dan NPK. (Ian Sancin, dalam artikel kebun lada yang di tinggalkan, akses 22 Januari 2013)

Sejak tahun 2001, ketika Perda Kab. Bangka No.6 terbit, mulailah marak TI (Tambang Inkonvensional). Sebagian masyarakat seperti histeris menyambut Perda tersebut dan berusaha mencari kesempatan bergabung atau mendirikan TI-TI. Begitu asyiknya melihat hasil yang didapat sehingga tak peduli dengan segala aturan pertambangan, aturan keselamatan kerja, aturan lingkungan hidup, dan aturan administrasi dari Pemerintah Daerah. Maka seperti jamur di musim hujan berdiri tak terkendali TI tanpa izin, TI tanpa amdal dan TI tanpa reklamasi. Pemodal-pemodal besar dari luar Babel berdatangan, termasuk dari luar negeri, pekrja-pekrja TI berduyun-duyun datang dari luar Babel, dari kota Palembang, dari daerah-daerah transmigrasi Sumsel, dari Jambi, Lampung, Jakarta, dan Jawa/Madura. Konon kini ada 16.000 TI sebagian besar ilegal, ada 2000 alat berat (exscavator) yang mengobrak abrik muka bumi Bangka Belitung. Konon ini adalah jumlah exscavator terbesar di dunia dalam kawasan sebanding Bangka Belitung. Apa yang kemudaian kita saksikan adalah kehancuran lingkungan hidup, hutan lindung di babat habis, daerah aliran sungai (DAS) besar kecil dirusak, pantai wisata dan nelayan diobrak-abrik, kebun-kebun rakyat di intervensi serta jalan-jalan raya terancam erosi. Melalui media massa


(62)

nyaris setiap hari ada korban tewas, baik TI darat maupun TI apung, tak ada yang diasuransikan nyawanya, kapal-kapal ferry datang hilir-mudik membawa exscavator bekas dari Palembang, Batam, dan Jakarta, lokalisasi pelacuran berkembang di sekitaran TI, anak-anak sekolah berhenti sekolah dan terjun ke TI, minuman energi dan alkohol mengalir dengan deras ke kawasan TI (Rusli Rachman, dalam buku Redupnya Hati Nurani: Catatan Hitam Putih Provinsi Kepulauan Bangka Belitung).

Menurut hasil wawancara yang didapat dari lapangan, masyarakat Desa Rambat mengenai tata cara menambang timah inkonvensional dari para warga keturunan cina yang sebelumnya sudah memiliki tambang didaerah lain. Adapun informasi ini seperti yang dituturkan oleh Bapak H.Sanif

“…. Dulu awalnya kami hanya dengar-dengar saja didaerah lain sudah melakukan kegiatan tersebut, tetapi saya masih tetap bertani saja. Lalu seiring berjalannya waktu datanglah para pemilik modal yang merupakan warga keturunan mencoba untuk melakukan kegiatan penambangan di Desa ini, dan ternyata hasilnya memuaskan, lalu kamipun mulai terbuka fikiran dan belajar memulai untuk melakukan hal yang sama juga dilahan yang sebelumnya kami tanami lada tersebut, kami bertanya dan bertanya kepada mereka itu…”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012)

Peralihan matapencaharian dari petani lada yang dilakukan sebahagian masyarakat Desa Rambat latar belakangi karena mahalnya biaya perawatan yang diperlukan untuk menanam lada tersebut yang juga membawa dampak kepada keadaan kondisi ekonomi keluarga serta turut juga diiringi dengan terbitnya Perda


(63)

Kab. Bangka No 6 terbit semakin memuluskan warga untuk melakukan kegiatan peralihan matapencahariannya.

4.4.3.2 Kehidupan Sosial Ekonomi Warga Desa saat bekerja menjadi Petani

Penduduk asli masyarakat Desa Rambat menurut data yang diperoleh adalah suku Melayu kemudian secara bertahap masyarakat mempunyai suku yang beragam. Hal ini terjadi terus menerus, karena keragaman suku yang terdapat di Desa Rambat ini maka penduduknya pun tentunya mempunyai kehidupan sosial.

Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain yang harus hidup bermasyarakat dalam keehidupan sehari-hari nya. Dalam menghadapi lingkungan sekitarnya manusia haruslah hidup berdampingan dengan manusia satu dan lainnya, yang paling penting dari hubungan-hubungan manusia tadi adalah gejala apa yang timbul yang menyebabkan tindakan seseorang menjadi luas.

Lalu pada saat itu juga manusia dituntut untuk bisa menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar melalui pikiran, perasaan dan kehendaknya. Kehidupan sosial yang ada pada masyrakat Desa sewaktu masih menjadi petani sangat harmonis dan rukun ini terlihat dari penuturan bapak Safril

“... kalau disini dek waktu kami jadi petani itu hubungan kami dengan warga lainnya tidak ada masalah apa-apa,semuanya baik-baik saja, kami biasa ngumpul di gubuk yang ada dikebun ketika waktu istrahat tiba sekedar untuk ngopi saja dan saling tukar pikiran tentang masalah kebun yang dihadapi ini...”


(64)

Sama hal nya juga seperti yang dikatakan Bapak Sulaiman

“.... sangat dekat sekali dek hubungan ini, karena dalam satu kampong ini ada yang pula yang menjadi keluarga karena hubungan perkawinan itu, jadi dengan adanya yang seperti itu yam akin dekatlah hubungan antar sesame kami ini dek...”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012)

Dengan melihat hasil wawancara di atas bisa dikatakan bahwa hubungan sosial warga desa baik dan harmonis, kehidupan inilah yang menurut Boeke Karakteristik yang masih tradisional baik pada kultur, kehidupan sosial ekonomi, dan penggunaan teknologi sederhana dalam kehidupan sehari-hari (bertani) berimplikasi pada corak kematangan masyarakat yang ada. Pada level ini, sebelum kapitalisme merembes masuk ke desa, Boeke sering menyebut desa berswasembada dengan aktivitas internal yang dilaluinya. Hidup dengan harmonis, kebutuhan hidup dipenuhi sendiri, aktivitas ekonomi dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup bukan akumulasi kapital seperti dunia industri, dan desa berdiri mandiri tanpa banyak intervensi kapital dari luar. Namun, kemudian keadaan ini rusak akibat adanya interaksi dengan perkotaan yang sistemnya sama sekali berkebalikan dengan sistem yang selama ini hidup di desa. Pada saat berhadapan dengan sesuatu yang asing inilah, desa sangat gagap untuk beradaptasi dengan sistem yang baru dan bahkan lebih buruk lagi, desa terlindas oleh perkembangan keadaan ini. Jika demikian, Indonesia yang lebih dua pertiga wilayahnya merupakan daerah pedesaan dan sebagian besar pendudukya bertempat tinggal di pedesaan merupakan korban yang


(65)

sangat menderita.(

Lalu tempat yang sering digunakan warga untuk berinteraksi dan bersosialisasi pada saat menjadi petani ini banyak tempat nya seperti acara adat, pesta keluarga terkadang di warung kopi, bisa juga pertemuan yang diadakan di kantor Desa, dan juga di pasar. Pada saat warga masih berada di sektor pertanian ini warga masih banyak memiliki waktu untuk saling berinteraksi. Seperti halnya yang di ungkapkan Bapak Abu Bakar.

“... Kalau kami sering kumpul itu dek setelah habis pulang berkebun dek, bersantai sejenak karena kalau dikebun sendiri ini sebentar ajanya kita dikebun setelah itu pulang, biasanya kami kumpul di gubuk-gubuk yang ada di kebun kami dek atau juga di warung-warung yang ada di Desa itu loh...”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012).

Selain juga tentang kehidupan sosial yang merupakan bentuk dari kondisi sosial, masyrakat juga tidak pernah lepas dari kondisi ekonomi. Begitu juga masyarakat Desa Rambat yang mempunyai pola kehidupan ekonomi pada saat mereka bekerja menjadi petani. Pada saat bekerja di sector ini sebahagian warga masih hidup untuk kelangsungan hidup dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan Ibu Susilawati

“.... Pendapatan yang diperoleh dahulu ketika jadi penambang dulu tidak seberapa dek, karena sang(sebutan untuk lada) ini kan tidak bisa di panen tiap bulan, jadi dia mesti tanam dulu, perawatan, dan panen.ketika sudah selesai itu barulah dijual, jadi untuk menutupi itu tadi ada jugalah tanaman


(66)

lain yang kami tanam seperti karet, dan cabai yang bisa untuk menutupinya...”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012)

Dari hasil beberapa wawancara yang didapatkan ternyata untuk menutupi kebutuhan dari proses menunggu, para petani punya tanaman lain yang bisa menghasilkan cepat walaupun tidak besar seperti halnya lada. Dalam hal kepemilikan rumah atau pun harta benda lainnya bisa dikatakan belumlah layak karena rumah hanya mamakai lantai semen biasa saja serta dinding papan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Marwandi

“... ya rumah seadanya ajalah dek yang penting tidak kena hujan dan panas aja,, hahahaa...”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012)

Senada juga yang diungkapkan Bapak Abu Bakar

“... walaupun berlantai semen biasa dan berdindingkan papan kami tetap mensyukurinya...”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012)

Tingkat kesejahtraan ekonomi dapat dilihat dari harta benda yang dimilikinya, dan keadaan rumah tinggal nya, serta kesehatan dan pendidikan anak-anaknya. Dari Hasil wawancara diatas dengan beberapa informan maka dapat dikatakan kalau warga tersebut belum sejahtera dalam hal ekonomi pada saat menjadi petani.


(67)

4.4.3.3 Pembagian Kerja Sewaktu Jadi Petani

Setiap keluarga harus memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Jika umumnya suami yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan istri bekerja dirumah melayani suami, mengurusi anak-anak dan mengerjakan pekerjaan rumah. Tetapi untuk sebahagian warga Desa Rambat pembagian kerja tidak begitu di fokuskan suami mencari nafkah dan isri dirumah.

Pada saat sebahagian warga Desa bekerja di bidang pertanian suami dan istri sama-sama bekerja untuk mencari nafkah, jadi sang istri tidak hanya melakukan pekerjaan domestic yang hanya melakukan pekerjaan rumah, mengurusi anak, dan melayani suami. Istri juga berperan membantu juga dalam mengurusi kebunnya. Yang diungkapkan oleh H. Sanif

“.... bapak dan istri sama-sama pergi kekebun nak, istri bapak membantu pekerjaan yang bapak kerjakan, dari pada bapak bayar orang...”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012)

Dari data yang diperoleh peneliti kesemuaanya antara suami dan istri sama-sama pergi ke kebun untuk mengolah lahannya dengan lada komoditas utamanya, yang mana jika dikerjakan secara bersama-sama untuk menghemat pengeluaraan yang ada pada saat melakukan kegiatan bertani tersebut.

4.4.3.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Ketika Jadi Penambang

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kekayaan sumberdaya alam yang khas, terutama sumberdaya tambang dan perkebunan. Hal ini dapat dilihat dari nilai perkembangan ekspor, dimana persentase nilai ekspor timah sangat besar dibandingkan yang lain. Menurut Mary F. Somers Heidhues dalam bukunya yang


(68)

berjudul Timah Bangka dan Lada Muntok:Peran Masyarakat Tionghoa dalam

Pembangunan Pulau Bangka Abad XVIII s/d Abad XX), menyebutkan bahwa ekspor

timah di tahun 1985 di Bangka bernilai 288.894.285 dolar Amerika, sebuah tahun produksi yang baik, dengan tambahan $500.000 (kira-kira) untuk kaolin dan hasil sampingan produksi timah lainnya Di tahun 2004 sendiri proporsi ekspor logam timah mencapai 88,44%. Ini menunjukkan bahwa kegiatan ekspor di Kepulauan Bangka Belitung sangat tergantung pada komoditi timah untuk perkembangan perekonomian provinsi dan nasional.(disadur dari artikel kodri: Timah, Anugrah Ataukah Bencana)

Dalam melakukan peralihan matapencahrian tentunya ada terdapat perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mengalami peralihan matapencaharian baik itu perubahan dari segi kebudayaan maupun segi ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya suatu proses perubahan antara lain: kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang, sistem terbuka lapisan masyarakat, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, serta orientasi kemasa depan dan nilai-nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiyar untuk memperbaiki dirinya (Soekanto,2006:326-330).

Seperti yang dikatakan Agus salim, bahwa perubahan sosial yang berasal dari aspek ekonomi akan selalu terkait dengan perubahan perilaku yang berasal dari aspek non ekonomis seperti politik, pendidikan dan lain-lain (Salim,2002:19).


(69)

Sebagai bagian dari perubahan maka peralihan mata pencaharian terjadi akibat adanya faktor-faktor pendorong dan penarik yang antar lain adalah:

4. Peralihan Mata pencaharian menjanjikan pendapatan yang lebih baik 5. Upaya peralihan mata pencaharian merupakan penerapan teknologi baru 6. Peralihan mata pencaharian dapat memberi variasi pada sistem mata

pencaharian yang sudah ada

Kehidupan sosial warga Desa Rambat yang dapat dilihat dari hubungan sosial antar warga setelah beralih tidak jauh berbeda pada saat sebelum melakukan peralihan hanya waktu dan tempat yang sekarang berbeda. Seperti diungkapkan Bapak Arifin

“….kalau masalah hubungan kami antar sesame warga di sini ya biasa aja sama kayak sewaktu dulu jadi petani, kalau dulu digubuk-gubuk dekat kebun sekarang dilokasi TI, sewaktu istrahat…”

(Sumber: Hasil Wawancara, Maret 2012)

Tujuan warga Desa yang beralih matapencaharian dari petani ke penambang adalah untuk memperbaiki kehidupan mereka dan meningkatkan status sosial ekonomi mereka. Status sosial ekonomi dapat dilihat dari status kepemilikan rumah mereka, bentuk rumah yang mereka tempati, pendidikan anak-anak mereka, kesehatan anggota keluarga, serta barang-barang mewah yang mereka miliki, dan harta benda yang dimilikinya atau tabungan yang mereka miliki.

Menurut data dan Informasi yang didapat dari masyarakat melalui wawancara dengan beberapa informan mengatakan bahwa rumah-rumah masyarakat Desa


(1)

Ian Sancin, Kebun Lada(sahang) yang di Tinggalkan, 2010)

Boedi Sawitri. Kontribusi Besar Komoditas Lada,

Petani Lada, Pertanian

2010)

diakses pada tanggal 19 Maret 2010)


(2)

No:

KUESIONER

“Peralihan Mata Pencaharian Masyarakat dari Sektor Pertanian ke Sektor Pertambangan”

Kepada Yth: Bapak/Ibu Di Tempat

Dengan hormat,

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir kuliah(Skripsi) saya yang berjudul “Peralihan Mata pencaharian Masyarakat dari Sektor Pertanian ke Sektor pertambangan (Studi Deskriptif : Perubahan Status Sosial- Ekonomi Masyarakat di Desa Tebing, Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat), masa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nana : Yandi Deriawan Nim : 060901053 Program Studi : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara

Akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bapak/Ibu sehubungan dengan penelitian dalam skripsi saya. Besar harapan saya agar Bapak/Ibu berkenan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner penelitian saya ini. Untuk itu saya mohon partisipasi dan kerja sama Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan pada Kuesioner penelitian saya ini. Sebuhungan dengan biodata Bapak/Ibu didalam kuesioner ini, saya menyatakan nantinya tidak akan diterakan didalam penelitian sehingga mungkin akan membuat Bapak/Ibu merasa dirugikan.

Atas partisipasi dan kerjasama Bapak/Ibu saya ucapkan banyak terima kasih. Hormat saya,


(3)

1. Bacalah semua pertanyaan dengan baik dan teliti. 2. Isilah jawaban dengan jujur dan benar.

3. Berilah tanda centang (√) pada jawaban anda.

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Agama :

5. Suku /Etnis : 6. Jumlah Anggota Keluarga : 7. Pendidikan Terakhir :

A. Variabel Bebas(X)

PERALIHAN MATA PENCAHARIAN DARI PETANI LADA KE PENAMBANG TIMAH

1. Sejak kapan anda menjadi penambang timah a. < 1 Tahun

b. 2 Tahun c. > 2 Tahun

2. Berapa lama waktu anda bekerja di tambang a. < 2 Jam

b. 2-4 Jam c. > Jam


(4)

3. Apakah lebih nyaman menjadi penambang timah dari pada petani lada a. Ya

b. Tidak

4. Apakah resiko kerugian lebih rendah menjadi penambang di banding petani lada

a. Ya b. Tidak

5. Apakah anda menjadi pekerja tambang orang lain atau menjadi pemilik sendiri (jika pemilik lanjut ke pertanyaan 6) dan (jika pekerja lanjut ke pertanyaan 7)

a. Pemilik b. Pekerja

6. Apakah pendapatan anda lebih besar menjadi penambang a. Ya

b. Tidak

7. Apakah sesuai pendapatan yang anda terima dengan pekerjaan yang dilakukan a. Sesuai

b. Ragu – ragu c. Tidak sesuai B. Variabel Terikat(Y)

1. Berapakah pendapatan anda sebulan, sebelum jadi penambang a. Lebih dari Rp. 1.500.000

b. Rp. 1.000.000- Rp. 1.500.000 c. Kurang dari Rp. 1.500.000


(5)

a. Lebih dari Rp. 1.500.000 b. Rp. 1.000.000- Rp.1.500.000 c. Kurang dari Rp. 1.500.000

3. Berapakah pengeluaran anda sebulan sebelum jadi penambang a. Diatas Rp. 100.000

b. Rp. 50.000- Rp. 100.000 c. Kurang dari Rp. 50.000

4. Berapakah pengeluaran anda sebulan setelah menjadi penambang a. Di atas Rp. 100.000

b. Rp. 50.000-Rp. 100.000 c. Kurang dari Rp. 50.000

5. Apakah anda sudah memiliki rumah sendiri sebelum jadi penambang a. Ya

b. Tidak

6. Apakah dampak secara ekonomi yang anda rasakan ketika menjadi penambang

a. Positif :

……… ……… b. Negatif:

……… ………


(6)

7. Apakah dampak secara sosial yang anda rasakan ketika menjadi penambang a. Positif :

……… ………. b. Negatif

……… ………