PERANAN KIAI NU DALAM KESUKSESAN PKB PADA

56

BAB IV PERANAN KIAI NU DALAM KESUKSESAN PKB PADA

PEMILU 1999 DI KLATEN Penyelenggaraan Pemilu pada tahun 1999 dilaksanakan berdasarkan reformasi yang telah berjalan. Jika mengacu pada tahapan Pemilu lima tahunan, mestinya Pemilu dilaksanakan pada tahun 2002, yakni lima tahun setelah penyelenggaraan Pemilu 1997. Percepatan penyelanggaraan Pemilu selama tiga tahun ini sebagai dampak atas jatuhnya Pemerintahan Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto dan meluasnya aksi demonstrasi para mahasiswa dan massa rakyat yang menuntut perubahan-perubahan besar dan mendasar dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan negara. 84 Kegagalan pembangunan di bidang hukum, politik, pemerintahan dan ekonomi disertai dengan krisis moneter, mengakibatkan jatuhnya nilai tukar rupiah secara dratis pada pertegahan Juli 1997 dari Rp 2.300 menjadi Rp 10.000. Bahkan pada puncak krisis moneter angka rupiah jatuh menjadi Rp 16.000. Kondisi tersebut membawa respon yang luar biasa dari kalangan mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat dan elemen masyarakat lainnya untuk memaksa Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Kelompok elemen masyarakat ini juga mendesak diselenggarakannya percepatan Pemilu, karena Pemilu 1997 dinilai tidak sah dan 84 Komisi Pemilihan Umum, 1999, Laporan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 1999, hlm 12. 57 tidak mencerminkan aspirasi rakyat. Di samping itu, juga terdapat tuntutan bagi retrukturisasi politik, masyarakat menginginkan kebebasan mendirikan partai politik Parpol untuk mengikuti Pemilu. 85 Kebebasan politik sebagai hasil dari perubahan situasi ditandai dengan munculnya partai-partai politik, sekaligus menandai retrukturisasi politik nasional. Tidak kurang dari 141 Parpol terbentuk dan mendesak supaya dilakukan perubahan Undang-undang Partai Politik yang sebelumnya membatasi hanya tiga organisasi sosial politik Orsospol, yaitu UU Nomor 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golkar. Dalam waktu singkat lahirlah UU Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, sehingga keberadaan partai-partai secara massal itu sudah memiliki landasan hukum. Selain UU tentang Parpol, juga lahir UU Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum Pemilu dan UU Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPRDPRDPRD sebagai satu paket dalam UU politik baru. 86 Sebanyak 141 Parpol itu tentunya tidak semua bisa mengikuti Pemilu 1999, sehingga dibutuhkan tim khusus untuk melakukan seleksi dan verifikasi terhadap semua Parpol yang mendaftarkan diri ke Lembaga Pemilihan Umum. Hasil seleksi dan verifikasi tersebut menyatakan dari 141 Parpol yang ada, hanya 48 Parpol yang berhak mengikuti Pemilu 1999. 87 Berdasarkan Keputusan KPU Nomor 051999 tentang Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 85 Ibid 86 Ibid 87 Ibid, hlm 14. 58 1999 tertanggal 19 Maret 1999, PKB merupakan partai peserta Pemilu dengan nomor urut ke-35. 88 Selain itu ada pembatasan-pembatasan keterlibatan pegawai negeri sipil PNS dalam organisasi politik, yang semula diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51999 dan disempurnakan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah PP Nomor 12 Tahun 1999. Beberapa batasan bagi PNS untuk terlibat dalam organisasi politik antara lain, pemberhentian PNS yang menjadi anggota dan atau perngurus partai politik Parpol. PNS bisa diaktifkan kembali apabila yang bersangkutan melepaskan keanggotaannya dan atau kepengurusannya dalam Parpol. 89

A. Konflik Partai Dalam Tahapan Pemilu 1999 di Klaten