6
rakyat Indonesia tanpa kecuali. Sebagai salah satu pendatang baru Usia sekitar 8 bulan di antara partai peserta Pemilu 1999, PKB sebagai partai baru merasa
mempunyai peluang untuk menang dalam Pemilu. Keyakinan ini muncul karena PKB merupakan cerminanan politik NU yang mempunyai basis politik yang kuat. Berdasar
dari latar belakang di atas penelitian ini mengambil judul “Peran Nahdlatul Ulama NU dalam Mendukung Kesukseksan PARTAI KEBANGKITAN BANGSA PKB
Pada Pemilu 1999 di Kabupaten Klaten”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan-permasalahan berikut yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini;
1. Bagaimana sejarah Nahdlatul Ulama di Kabupaten Klaten?
2. Bagaimana sejarah berdirinya PKB di Kabupaten Klaten?
3. Bagaimana peran Nahdlatul Ulama NU dalam mendukung kesuksesan PKB
pada Pemilu 1999 di Kabupaten Klaten?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah Nahdlatul Ulama di Kabupaten Klaten.
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya PKB di Kabupaten Klaten.
3. Untuk mengetahui peran Nahdlatul Ulama dalam mendukung kesuksesan
PKB pada Pemilu 1999 di Kabupaten Klaten.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis
Manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai peranan NU dalam mendukung kemenangan PKB sebagai partai baru
bentukan kiai pada proses Pemilu 1999. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan teori-teori sejarah yang ada.
2. Secara Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini, selain sebagai bahan rujukan atau referensi dalam kajian mengenai hubungan Islam dan Negara, penelitian ini juga dapat
menambah khasanah sejarah lokal, terutama kajian sejarah sosial politik di Kabupaten Klaten.
E. Kajian Pustaka
A.Affendy Choirie dalam bukunya yang berjudul PKB Politik Jalan Tengah NU
, 2002, menjelaskan bahwa terjadinya pergeseran-pergeseran pemikiran dan gerakan politik NU pada momentum-momentum historis tertentu menyebabkan
lahirnya PKB. Dalam buku ini juga dijelaskan tentang dinamika politik NU dari sejak lahirnya NU sampai pada Pemilu 1999.
Hussein Syifa dalam makalahnya ”Menggagas Model berpolitik NU yang Relevan Bagi Masa Depan Santri”,
2004 membahas tentang kecenderungan partisipasi dan kecenderuangan paroikal warga NU dalam memberikan hak suara.
8
Syifa menjelaskan bahwa santri-santri dituntut untuk sadar akan masa depan diri dan bangsanya. Jadi jika para santri memiliki aspirasi politik, maka harus menggunakan
hak suaranya dalam memilih sesuai hati nurani masing-masing. Zamarkhsyari Dhofier
11
menjelaskan bahwa perkumpulan NU seperti yang dikenal sekarang ini adalah pewaris dan penerus
tradisi kiai. NU telah mampu mengembangkan suatu organisasi yang stabilitasnya sangat mengagumkan, walaupun ia sering menghadapi tantangan-tantangan dari luar
yang cukup berat. Modal utamanya adalah karena para kiai memiliki sesuatu perasaan kemasyarakatan yang dalam dan tinggi highly developed social sensei dan selalu
menghormati tradisi. Rahasia keberhasilan kiai dalam mengembangkan sistem organisasi mereka bahwa struktur sosial yang mana pun haruslah mempercayai
general consensus , bukannya mempercayakan atau menggantungkan persetujuan
yang dilaksanakan atau sistem organisasi yang rumit. Kevin R Evans
12
dalam bukunya mengatakan, pintu masuk era reformasi menuju negara yang demokratis adalah dengan cara memperbaharui undang-undang
Pemilu, sistem kepartaian, serta susunan dan kedudukan Susduk DPR-MPR. Di samping itu dalam sistem Pemilu 1999 yang baru, pemilih diberi kebebasan untuk
mengambil inisiatif sendiri dalam pendaftaran. Dengan pola ini proses pendaftaran diubah menjadi sesuatu yang bersifat sukarela.
11
Dhofier, 1983, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta : LP3ES.
12
Evans, 2000, Sistem Baru, Suasana Baru Pemilu 1999 yang Dinanti Dalam Almanak Parpol Indonesia : Pemilu 1999
, Jakarta : API
9
F. Metode Penelitian