Puntiusmbinotatusmm Mystusmsabanusm Morfologi:panjangtotal: 6,9-13,4; cm panjang standar: 7,1-15,0; cm bentuk tubuh

BABB4B HASILBDANBPEMBAHASANB B B B 4.1BBLingkunganBbiotikB 4.1.1BJenisBjenisBBIkanB Jenis ikan yang diperoleh pada setiap stasiun dapat dilihat Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Jenis jenis Ikan yang Diperoleh pada Setiap Stasiun No Ordo Famili Spesies 1. Cypriniformes 1. Cyprinidae 1. yampala macrolepidota 2. Puntius binotatus 3. Puntius latestriga 4. Osteochilus vittatus 2. Perciformes 2. Channidae 5. Channa striata 3. Mastacembelidae 6. Mastacembelus unicolor 3. Siluriformes 4. Bagridae 7. Mystus nemurus 8. Mystus sabanus 9. yemibagrus velox 5. Sisoridae 10. Glypthotorax platygonoides Tabel 4 menunjukkan bahwa ikan yang diperoleh terdiri dari 3 ordo, 5 famili dan 10 spesies. Masing-masing jenis ikan ini memiliki ciri karakteristik yang berbeda dari segi morfologi, dapat dilihat sebagai berikut: DeskripsiBIkan:B 1. HampalammacrolepidotaB Morfologi: panjang total: 6,5-12,2 cm; panjang standar: 13,5-21,2 cm; bentuk tubuh compressedform, tipe mulut terminal, tipe ekor homocercal, tipe sisik sikloid. Ikan ini memiliki tubuh berwarna kuning perak, pada bagian ekor berwana merah dan pada bagian pinggiran berwarna hitam. B GambarB1.yampala macrolepidota

2. Puntiusmbinotatusmm

Universitas Sumatera Utara Morfologi: panjang total: 4,5-9,5 cm ; panjang standar: 3,1-5,7 cm ; bentuk tubuh compressedform, tipe mulut terminal, tipe ekor homocercal, tipe sisik sikloid dan warna tubuh putih keperakan. B B B B GambarB2.Puntius binotatus 3. Pontiuslateristrigam Morfologi:Bpanjang total: 5,1-11,5 cm; panjang standart: 3-8,3 cm; bentuk tubuh compressedform, tipe ekor homocercal, tipesisiksikloid, dan warna tubuh kuning mudah keperak-perakan. GambarB3.Puntius lateristriga 4. Osteochilusmvittatusm Morfologi: panjang total: 5,3-19.4;cm panjang standar: 4-16,9: cm bentuk tubuh compressedform, tipe mulut terminal,tipe sisik sikloid, tipe ekor homocercal, ikan ini memiliki warna tubuh kuning ke emasan. Universitas Sumatera Utara GambarB4.Osteochilus vittatus 5. Mastacembelusmunicolormm Morfologi: panjang total: 17,2; cm panjang standar: 16,5, cm bentuk tubuh anguiliform, tipe mulut inferior, tipe ekor proteocercal, warna tubuh loreng- loreng coklat dengan hitam dan permukaan tubuh licin dengan pinggiran punngung bergerigi GambarB5.Mastacembelus unicolor 6. Mystusmnemurusm Morfologi: panjang total: 9,4-14,8; cm panjang standar: 7,6-12,8; cm bentuk tubuh anguiliform, tipe mulut inferior, tipe ekor homocercal, warna tubuh hitam dengan permukaan licin. B B B B GambarB6.Mystus nemurus Universitas Sumatera Utara

7. Mystusmsabanusm Morfologi:panjangtotal: 6,9-13,4; cm panjang standar: 7,1-15,0; cm bentuk tubuh

anguiliform, tipe ekor homocercal, kepala pipih datar, tubuh agak pipih dan memanjang berwarna hitam . Sekilas mirip dengan ikan patin. B B B B B B B GambarB7.Mystus sabanus m 8. Glypthotoraxmplatygonoidesm Morfologi: panjang total: 5,8-12,5; cm panjang standar:4,7-10,3; cm bentuk tubuh anguiliform, tipe mulut inferior, tipe ekor homocercal, warna tubuh hitam dengan bercak coklat kekuningan pada bagian akhir sirip dengan permukaan tubuh licin. B B B B B B Gambar 8. Glypthotorax platygonoides 9. Channamstriata B Morfologi: panjang total: 17,5-22; cm panjang standar 14,5-18; cm bentuk tubuh anguilliform,Btipe mulut inferior, tipe ekor homocercal, warna tubuh hitam, bagian bawah tubuh berwarna putih bercak hitam, permukaan tubuh licin Universitas Sumatera Utara B B B B B B B GambarB9. Channa striata 10.Byemibagrus velox Morfologi : panjang total 10,5-12,8; cm panjang standar 7,5- 9,5; cm bentuk tubuh anguiliform, tipe mulut inferior, tipe ekor homocercal, kepala pipih datar, tubuh agak pipih dan memanjang, permukaan tubuh licin. GambarB10. yemibagrus velox B B B 4.1.2BKepadatan,BKepadatanBRelatifBdanBFrekuensiBKehadiranBIkanB Nilai kepadatan K, kepadatan relatif KR, dan frekuensi kehadiran FK ikan dapat dilihat pada Table 5. Pada stasiun 1 ditemui 5 spesies. Pontius binotatus dan yampala macrolepidota memiliki kepadatan yang tinggi dengan nilai 0,029 indm 2 . Hal ini dapat disebabkan karena stasiun 1 merupakan daerah kontrol tanpa aktivitas manusia, ikan ini cocok dengan kondisi faktor fisik-kimia perairan yang memiliki perairan deras. Menurut Patriono 2007, kelimpahan spesies ikan Cyprinidae dapat dihubungkan dengan 3 tiga faktor yaitu spesies ikan ini dapat menempati habitat dengan variasi yang besar, kebanyakan dari spesies memerlukan waktu yang relatif singkat untuk sampaipada musim kawin, Universitas Sumatera Utara dan sebagian besar dapat menempati relung yang kecil dan mendapat cukup makanan serta tempat tinggal karena ukurannya yang kecil. Pada stasiun 2 ditemui jenis ikan terbanyak yaitu 7 spesies. Stasiun 2 juga mempunyai nilai kepadatan tertinggi dengan nilai 0,1 indm 2 . Hal ini dapat disebabkan karena pada stasiun ini memiliki nilai oksigen terlarut DO paling tinggi dibandingkan stasiun lain yang menyebabkan banyak ikan dapat hidup. Oksigen terlarut dalam air sangat dibutuhkan oleh ikan maupun biota perairan lainnya untuk kelestarian jenis ikan. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut Salmin 2000 dalam Salis 2006. Pada stasiun 3 hanya didapatkan 2 spesies yaitu Pontius lateristrigadan Mystus sabanus. Pada stasiun 3 juga mempunyai nilai kepadatan yang lebih rendah dengan nilai 0.009 indm 2 hal ini disebabkan pada stasiun ini memiliki pH yang lebih tinggi yaitu 8,3. pH yang lebih tinggi disebabkan karena adanya aktivitas manusia seperti pembuangan limbah domestik langsung ke sungai dan kegiatan cuci dan mandi. selain dari tingginya pH pada stasiun ini penggunaan jala sebagai alat tangkap di stasiun ini kurang efektif karena dasar perairan sungai yang banyak dijumpai tanaman yydrilla sp. Sehingga memungkinkan ikan akan bersembunyi dibalik tumbuhan yidrilla sp. pada saat penebaran jala. Menurut Rounsefell dan Everhart 1962, Kelimpahan ikan dalam suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor pembatas antara lain fekunditas, ruang gerak, kompetisi, predator, penyakit dan waktu bertahan hidup. Pada stasiun 4 Ikan yemibagrus veloxmemiliki kepadatan tertinggi dengan nilai 0,034 indm 2 . Osteochillus vittatus dan yemibagrus velox hanya dijumpai pada stasiun ini dikarenakan parameter fisik-kimia perairan mendukung pertumbuhan ikan tersebut seperti kecepatan arus yang lebih lambat yaitu 0,3 ms dan nilai BOD yang lebih tinggi. Keberadaan suatu jenis ikan dalam suatu Universitas Sumatera Utara 28 Table 5. data kepadatan indm 2 , kepadatan relatif , dan frekuensi kehadiran ikan pada setiap stasiun pengamatan Keterangan: Stasiun 1 : derah kontrol bebas Aktivitas Stasiun 2 : daerah Perkebunan Stasiun 3 : daerah Pemukiman Stasiun 4 : daerah Pengerukan Pasir NoB SpesiesB StasiunB1B StasiunB2B StasiunB3B StasiunB4B KB KRB FKB KB KRB FKB KB KRB FKB K KR FK 1 yampala macrolepidota 0.025 31.645 30 0.016 20.512 26.666 - - - - - - 2 Glypthotorax platygoides 0.007 8.860 10 0.004 5.128 6.666 - - - - - - 3 Pontius binotatus 0.025 31.645 33.333 0.024 30.769 23.333 - - - 0.006 7.692 10 4 Mystus nemurus 0.007 8.860 10 0.002 2.564 3.333 - - - 0.002 2.564 3.333 5 Pontius lateristriga 0.015 18.987 20 0.026 33.333 30 0.019 24.358 3.333 0.014 17.948 23.333 6 Channa striata - - - 0.004 5.128 6.666 - - - - - - 7 Mustacembelus unicolor - - - 0.002 2.564 3.333 - - - - - - 8 Mystus sabanus - - - - - - 0.059 75.641 10 0.023 29.487 33.333 9 Osteochilus vittatus - - - - - - - - - 0.006 7.692 10 10 yemibagrus velox - - - - - - - - - 0.027 34.615 36.667 Total 0.079 99.997 - 0.078 99.998 - 0.078 99.999 - 0.078 99.997 - Universitas Sumatera Utara perairan sangat dipengaruhi oleh adanya predator, kompetitor, dan beberapa faktor fisika dan kimia perairan Hamzah, 2002. 4.1.3BIndeksBKeanekaragamanBShannon-WiennerBdanBIndeksBKeseragamanB Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner dan Indeks Keseragaman dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Nilai Indeks Keanekaragaman H’, Indeks Keseragaman E StasiunB1B StasiunB2B StasiunB3B StasiunB4B H’B 1,459 1,537 0,561 1,466 EB 0,906 0,790 0,809 0,818 Pada Tabel 6 dapat dilihat nilai indeks keanekaragaman di empat stasiun berkisar antara 0,561-1,537 yang tergolong dalam nilai keanekaragaman rendah. Nilai keanekaragaman disetiap stasiun dipengaruhi oleh individu, jumlah spesies dan penyebaran individu masing masing spesies. Rendahnya nilai keanekaragaman dilokasi penelitian lebih disebabkan faktor jumlah individu dan jumlah spesies yang sedikit sedangkan penyebaran spesies relatif merata. Menurut Barus 2004, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah. Indeks keanekaragaman H’ tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 1,561 sedangkan yang terendah pada stasiun 3 yaitu sebesar 0,561. Hal ini dapat disebabkan karena stasiun 2 memiliki kondisi yang baik untuk keberadaan ikan, menurut Gultom 2000, keanekaragaman ikan pada habitatnya didukung oleh faktor biotik dan faktor abiotik. Menurut Jukri dkk 2013, indeks keanekaragaman H + adalah keanekaragaman yang menunjukkan banyak tidaknya jenis dan individu yang ditemukan pada suatu perairan dan distribusi dari masing –masing spesies, artinya Universitas Sumatera Utara semakin besar jumlah jenis, jumlah dan distribusi spesies organismemaka indeks keanekaragaman semakin tinggi. Nilai indeks keseragaman E pada setiap stasiun yang ditunjukkan pada Tabel 6 berkisar antara 0,790-0,906. Nilai ini adalah tergolong baik dimana nilainya berada diantar 0-1 yang menyatakan bahwa ikan tersebar merata. Indeks keseragaman E digunakan untuk mengetahui kemerataan proporsi masing-masing jenis ikan di suatu ekosistem, hal ini sesuai dengan pendapat Krebs 1978, yang menyebut bahwa semakin kecil nilai E maka semakin kecil pula keseragaman suatu populasi dan penyebaran individunya mendominasi populasi sedangkan bila nilainya semakin besar maka akan semakin besar pula keseragaman suatu populasi dimana jenis dan jumlah individu tiap jenisnya merata atau seragam. 4.1.4BIndeksBSimilaritasBIkanBISB Nilai Indeks Similaritas IS pada setiap stasiun dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Data Indeks Similaritas ikan IS di setiap stasiun ISB StasiunB1B StasiunB2B StasiunB3B StasiunB4B StasiunB1B - 83,3 28,5 54,5 StasiunB2B - - 22,9 46,1 StasiunB3B - - - 50 StasiunB4B - - - - B Pada tabel 7 dapat dilihat nilai indeks similaritas antar stasiun. Indeks similaritas tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan stasiun 2 yaitu sebesar 83,3 yang artinya kedua stasiun memiliki kesamaan spesies yang sangat mirip. Sedangkan indeks similaritas terendah terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 3 yaitu sebesar 22,9 yang artinya kedua stasiun memiliki kesamaan spesies yang tidak mirip. Ketidak-miripan antara kedua habitat dapat disebabkan karena kondisi lingkungan perairan di kedua habitat berbeda sedangkan kemiripan kedua habitat juga disebabkan kondisi lingkungan yang sama. Menurut Facrul 2007, organisme air termasuk ikan, cendrung memilih bagian perairan yang sesuai dengan lingkungannya. Universitas Sumatera Utara Menurut Michael 1995, menyatakan bahwa untuk melihat tingkat kesamaan dari dua sampling area yang berbeda, dapat dilakukan dengan menggunakan indeks similaritas yakni apabila IS25 dikatakan sangat tidak mirip, IS25-50 dikatakan tidak mirip dan IS75-100 dikatakan sangat mirip. Menurut Odum 1971, nilai indeks kesamaan komunitas ikan berkisar antara 0-100, jika nilai mendekati 0 maka tingkat kesamaan rendah sebaliknya jika mendekati 100 maka tingkat kesamaan tergolong tinggi. B B 4.2BBLingkunganBabiotikB Hasil pengukuran faktor fisik-kimia perairan Sungai Mencirim dapat dilihat padaTabel 10 berikut ini. Tabel 10. Data pengukuran faktor fisik-kimia perairan Sungai Mencirim padasetiap stasiun No. ParameterB SatuanB StasiunB1B StasiunB2B StasiunB3B StasiunB4B A.B ParameterBFisikaB B B B B 1 Suhu o C 26 27 28,4 28 2 Kecepatan arus ms 0,9 0.8 0,5 0,3 3 Intensitas cahaya Candela 565 200 392 450 4 Penetrasi Cahaya m 1,0 0,8 0,25 0,27 BB ParameterBKimiaB B B B B 5 Oksigen terlarut DO mgL 7,0 7,2 6,1 6,2 6 Kejenuhan Oksigen 88,6 91,60 79,4 80,7 7 Derajat Keasaman pH - 7,0 7,0 8,3 7,2 8 BOD mgL 0,7 0,8 1.1 1,2 9 Nitrat NO3-N MgL 0,8 1,1 1,4 1,8 10 Fosfat PO4 MgL 0,03 0,05 0,08 0,09 Keterangan: Stasiun 1 : derah kontrol bebas Aktivitas Stasiun 2 : daerah Perkebunan Stasiun 3 : daerah Pemukiman Stasiun 4 : daerah Pengerukan Pasir 4.2.1BParameterBFisikaB Pada tabel 10 dapat dilihat nilai parameter fisika di setiap stasiun. Suhu berkisar antara 26-28,4 o C dimana suhu yang paling rendah pada stasiun 1.Variasi tersebut disebabkan oleh perbedaan pengaruhlebatnya vagetasi tumbu-tumbuhan disekitar perairan sungai tersebut. Suhu yang ditemui pada masing masing stasiun masi ideal untuk pertumbuhan ikan sesuai dengan pendapat Susanto 1991 dalam Jakri dkk Universitas Sumatera Utara 2013, bahwa kisaran temperatur yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah antara 25-35 C. Cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan. Aspek cahaya yang berpengaruh bagi kehidupan salah satunya adalah intensitas cahaya. Perubahan suhu juga dipengaruhi oleh jumlah energi matahari yang sampai ke bumi yang ditentukan oleh intensitas cahaya. Selain itu suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Parameter fisika yang lain adalah kecepatan arus yang diukur berada pada kisaran 0,326-0,9 ms terendah pada stasiun 4 dan tertinggi pada stasiun 1. Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh jenis kemiringan topografi perairan, jenis batuan besar, debit air, dan curah hujan. Stasiun 1 dan stasiun 2 banyak ditemukan batuan besar dan kecil yang mempengaruhi gerak cepat lambatnya air dan juga memiliki lebar sungai yang tidak terlalu lebar, Odum1996, mengatakan kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kedalaman, dan lebar sungai. Stasiun 3dan stasiun 4 memiliki lebar sungai dan kedalaman yang lebih tinggi dibandingkan stasiun 1 dan 2. Menurut Suin 2002, kecepatan arus air dari suatu badan air ikut menentukan penyebaran organisme yang hidup dibadan air tersebut. Intensitas cahaya merupakan salah satu yang mempengaruhi penyebaran ikan. Intensitas cahaya yang diukur berada pada kisaran 200-565 × 200.000 Candela. Intensitas cahaya yang terendah terdapat pada stasiun 2 sedangkan yang tertinggi pada stasiun 1. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan kanopi atau naungan di setiap stasiun. Menurut Barus 2004, bila intensitas cahaya matahari berkurang maka proses fotosintesis akan terhambat sehingga oksigen dalam air juga akan berkurang, dimana oksigen dibutuhkan organisme akuatik untuk metabolism. Penetrasi cahaya memiliki peranan yang penting juga bagi ikan. Penetrasi cahaya yang diukur di setiap stasiun berada pada kisaran 0,25-1 m. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 4. Menurut odum1994, kecerahan suatu perairan berkaitan dengan padatan tersuspensi, warna air dan penetrasi cahaya yang dating, sehingga dapat menurunkan intensitas cahaya yang tersedia bagi organisme perairan. Universitas Sumatera Utara 4.2.2BParameterBKimia Pada tabel 10 dapat dilihat nilai parameter kimia di setiap stasiun. Nilai oksigen terlarut DOpada stasiun 1 dan stasiun 2 memiliki nilai yang sama yaitu 7.0 sedang pada stasiun 3 dan stasiun 4 tidak berbeda jauh yaitu 6.2 dan 6,2. Nilai dianggap masih ideal untuk pertumbuhan ikan . Hal ini disebabkan karena sungai ini masih memiliki kondisi yang baik. Menurut Boyd 1990 dalam Septiano 2006, nilai DO yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mgL. Menurut Agusnar 2007 menyatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan binatang air lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses pengkaratan yang semakin cepat karena oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam. Derajat keasaman pH disetiap stasiun berkisar antara7,2-8,3. Nilai pH tertinggi terdapat pada stasiun 3 dan terendah terdapat pada stasiun 1. Menurut Siagian 2009, bahwaada perbedaan nilai pH pada suatu perairan disebabkan penambahan atau kehilangan CO 2 melalui proses fotosintesis yang akan menyebabkan perubahan pH di dalam air. Nilai pH yang terdapat di setiap stasiun masi bagus untuk mendukung kehidupan organisme di perairan, sesuai dengan pendapat Efenndi 2003, menyatakan bahwa kehidupan dalam air masi dapat bertahan bila perairan mempunyai kisaran pH 5-9. Nilai BOD merupakan salah satu indikator pencemaran dalam suatu perairan. Nilai BOD pada setiap stasiun berada pada kisaran 0,7-1,2 mgL. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada stasiun 4 sedangkan yang terendah pada stasiun 1. Menurut Kristanto 2002, BOD menunjukkan jumlah terlarut oksigen yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut di dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen terlarut yang lebih tiinggi. Nitrat memiliki peranan yang cukup penting juga bagi kehidupan ikan. Nitrat yang diukur di setiap stasiun bervariasi berada pada kisaran 0,8-1,8 mgL. Nilai nitrat Universitas Sumatera Utara ini masih kurang untuk pertumbuhan suatu tetapi untu pertumbuhan fitoplankton sudah cukup. Dimana fitoplankton adalah salah satu penyusun rantai makanan dalam suatu perairan. Menurut Chu 1943 dalam Herawati 2008 menyatakan bahwa alga khususnya fitoplankton dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,009- 3,5 mgL. pada konsentrasi di bawah 0,01 mgL atau diatas 4,5 mgL nitrat dapat merupakan faktor pembatas. Posfat yang diukur di setiap stasiun memiliki kisaran 0,03-0,09 mgL. nilai tertinggi terdapat pada stasiun 4 sedangkan yang terendah pada stasiun 1. Menurut Joshimura 1975 dalam Herawati 2008 menyatakan bahwa fosfor biasanya muncul dengan konsentrasi yang sedikit di dalam perairan alami karena besarnya mobilitas, meskipun konsentrasi fosfat total pada perairan alami berkisar antara 0,01-200 mgL. Menurut Chu dalamMackmentum 1969, kandungan fosfat dalam air merupakan karakteristik kesuburan perairan yang bersangkutan pada umumnya perairan yang mengandung fosfat antara 0,003-0,010 mgL digolongkan pada perairan oligotrofik; 0,011-0,030 mgL adalah perairan mesotrofik; dan 0,031-0,100 mgL adalah perairan eutrofik. Sedangkan untuk pertumbuhan optimal antara 0,090-1,800 mgL 4.3BNilaiBAnalisisBKorelasiBPearsonB Analisis korealasi Pearson diperoleh dengan menganalisis hubungan keanekaragaman dan faktor fisik-kimia perairan Sungai Mencirim menggunakan metode Pearson. Nilai indeks korelasi r dapat dilihat pada Tabel 12. Pada tabel 12 dapat dilihat nilai hasil uji analisis korelasi antara parameter fisik-kimia perairan dengan keanekaragaman ikan di Sungai mencirim berbeda tingkat korelasi dan signifikansinya. Nilai suhu, kejenuhan oksigen, oksigen terlarut DOberpengaruh kuat terhadap keanekaragaman ikan yaitu berkisar antara 0.644- 0,682. Derajat keasaman pH berpengaruh sangat kuat terhadap keanekaragaman ikan yaitu 0.997. Penetrasi cahaya, BOD, danfosfat berpengaruh sedang terhadap keanekaragaman ikan. Sedangkan kecepatan arus, intensitascahaya dan nitrat kurang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi keanekaragaman ikan di Sungai mencirim yaitu berkisar antara 0,322- 0,164. Nilai derajat keasaman pH berpengaruh sangat kuat terhadap keanekaragaman ikan, sedangkansuhu, kejenuhan oksigen, oksigen terlarut DO berpengaruh kuat terhadap keanekaragaman ikan. Derajat keasaman pH menentukan keberadaan ikan. Setiap jenis ikan memiliki tingkat toleransi yang berbeda-beda terhadap pH. pH yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian pada ikan sehingga keanekaragaman ikan semakin kecil. Menurut Siagian 2009, nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7-8,5. Kondisi bersifat sangat asam dan sangat basa akan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolism dan respirasi. Perairan dengan nilai pH= 7 adalah netral, pH7 dikatakan kondisi perairan asam, sedangkan pH7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa. DO berperan dalam menentukan keberadaan ikan. Toleransi terhadap tingginya kelarutan oksigen dalam air berpengaruh besar dalam aktivitas fisiologi ikan. Apabila kelarutan oksigen tinggi maka pertumbuhan ikan akan semakin maksimal. Menurut Raharjo et al.,2011, kelarutan oksigen optimum atau yang tidak dapat ditoleransii bervariasi bergantuung pada jenis ikan, umumnya 4-12 ppm dapat diterima ikan.ikan memijah di air mengalir dan dingin memerlukan oksigen terlarut yang lebih tinggi daripada ikan yang memijah di air tergenang atau berarus lambat. Tekanan oksigen juga dapat mempengaruhi jumlah elemen meristic. Kejenuhan oksigen juga menentukan pertumbuhan dan keanekaragaman ikan. Apabila kondisi kejenuhan oksigen baik atau mencapai 100 maka jumlah oksigen terlarut mencapai hasil maksimum yang mengindikasikan bahwa kualitas airnya baik untuk pertumbuhan ikan. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Apabila suhu terlalu tinggi maka akan menimbulkan kondisi stres pada tubuh ikan yang dapat menyebabkan kematian pada ikan. Dalam hal ini, apabila suhu semakin tinggi maka keanekaragaman ikan akan semakin rendah dan sebaliknya. Menurut Effendi 2003, suhu merupakan faktor Universitas Sumatera Utara yang sangat penting dalam proses metabolisme perairan. Perubahan susu mendadak akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Tabel 12. Nilai Korelasi Pearson antara Keanekaragaman ikan dengan sifat fisik- kimia perairan Sungai Asahan. NoB ParameterB NilaiBKorelasiBrB AB ParameterBFisikaB 1 Suhu -0,644 2 Kecepatan Arus 0,322 3 Intensitas Cahaya 0,164 4 Penetrasi Cahaya 0,590 BB ParameterBKimiaB 5 Oksigen Terlarut DO 0,666 6 Kejenuhan Oksigen 0,682 7 Derajat Keasaman pH -0,977 8 BOD -0,436 9 Nitrat NO 3 -N -0,205 10 Posfat PO 4 -0,430 Universitas Sumatera Utara BABB5B KESIMPULANBDANBSARANB B B B 5.1BKesimpulanB Kesimpulan dari penelitian ini adalah: a. Ikan yang diperoleh pada ketiga stasiun diidentifikasikan sebanyak 3 ordo, 5 famili dan 10 spesies, kepdatan tertinggi ditemukan pada stasiun 2 dengan nilai 0,1 indm 2 , Indeks keanekaragaman ikan berkisar antara 0,561-1,537, indeks keseragaman berkisar antara 0,790-0,906. b. Derajat keasaman pH memiliki nilai korelasi sangat kuat terhadap keanekaragaman ikan, sedangkan Nilai suhu, kejenuhan oksigen, oksigen terlarut DO berpengaruh kuat terhadap keanekaragaman ikan di Sungai Mencirim 5.2BSaranBB Saran untuk penelitian ini adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap bioreproduksi ikan Puntius latesringa ini merupakan ikan yang mendominasi di Sungai Mencirim. DAFTARBPUSTAKAB B Universitas Sumatera Utara BABB2 TINJAUANBPUSTAKAB B B B 2.1BEkosistemBSungaiB Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi daerah sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan Junaidi, et al., 2009. Sungai adalah saluran air tawar yang mengalir dan bermuara di laut, danau atau sungai lain yang lebih besar Murtianto, 2008. Sungai mempunyai komponen dan yang saling berinteraksi membentuk ekosistem yang saling mempengaruhi. Komponen ekosistem sungai akan berintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang mendukung stabilitas ekosistem tersebut Junaidi et al., 2009. Sungai merupakan perairan mengalir lotik yang dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 – 1,0 mdetik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, bentang alam topografi dan kemiringan, jenis batuan dasar dan curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat. Badan sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai badan air dalam, keruh dan aliran air lambat Mulyanto, 2007. Sungai terbentuk dari air presipitasi hujan yang turun ke bumi. Sebagian air tersebut mengalami evaporasi, kemudian diabsorbsi oleh tanah. Rembesannya akan menuju ke bumi dan membentuk air sub permukaan ground water. Bagian yang tidak merembes akan mengalir di atas permukaan sebagai surface run-off yang lalu membentuk sungai Septiano, 2006. Perairan mengalir memiliki corak tertentu yang secara jelas membedakannya dari air tergenang walaupun keduanya merupakan habitat air. Satu perbedaan mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air mengisi cekungan itu, tetapi danau itu setiap saat dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya sungai terjadi karena airnya sudah ada, sehingga air itulah Universitas Sumatera Utara yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran selama masih terdapat air yang mengisinya Siregar, 2009. Aliran air melintasi permukaan bumi dan membentuk alur aliran sungai atau morfologi sungai tertentu. Morfologi sungai tersebut menggambarkan keterpaduan antara karakteristik fisik, hidrologi, hidraulika, sedimen dan lain- lain dan karakteristik biologi atau ekologi termasuk flora dan fauna daerah yang dilaluinya. Pengaruh campur tangan manusia dapat mengakibatkan perubahan morfologi sungai yang jauh lebih cepat daripada pengaruh alamiah biotic Maryono, 2005. Ekosistem lotiksungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona krenal mata air yang umunya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi menjadi rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat pada tebing-tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air yang selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil dan helokrenal, yaitu mata air yang membentuk rawa-rawa. Berdasarkan keberadaan air, sunagai dapat disebut sebagai sungai permanen yaitu sungai yang berair sepanjang tahun, sungai intermiten, yaitu sunagai yang berair di musim hujan dan kering di musim kemarau serta sungai episodik yaitu sungai yang hanya berair pada saat terjadi hujan saja Barus, 2004. Pada perairan sungai biasanya terjadi percampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola aliran air. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang umum terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna pada sungai sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut Effendi 1997. Sungai secara spesifik terbagi dalam dua ekosistem yaitu perairan yang berarus cepat dan perairan yang berarus lambat. Sungai yang mengalir cepat dikarakteristikkan dengan tipe substrat berbatu dan berkerikil, sedangkan sungai yang mengalir lambat dikarakteristikkan dengan tipe substrat berpasir dan berlumpur. Faktor pengontrol utama produktivitas pada ekosistem tersebut adalah arus yang merupakan pembatas bagi jumlah dan tipe organisme ototrof Clapham, 1983 dalam Wijaya, 2009. pada umumnya ditemukan tiga pembagian zona sungai memanjang yakni sungai bagian hulu “upstream”, bagian Universitas Sumatera Utara tengah “middle-stream”, dan bagian hilir “downstream”. Dari hulu sampai ke hilir ini dapat ditelusuri perubahan-perubahan komponen sungai seperti kemiringan sungai, debit sungai, temperatur, kandungan oksigen, kecepatan aliran, dan kekuatan aliran terhadap erosi Maryono, 2005. Kemampuan sungai dalam memulihkan diri dari pencemaran tergantung pada ukuran sungai dan laju aliran air sungai dan volume serta frekuensi limbah yang. Kemampuan sungai untuk memulihkan diri sendiri dari pencemaran dipengaruhi oleh 1 laju aliran air sungai, 2 berkaitan dengan jenis bahan pencemar yang masuk ke dalam badan air. Senyawa nonbiodegradable yang dapat merusak kehidupan di dasar sungai, menyebabkan kematian ikan-ikan secara masif, atau terjadi magnifikasi biologis pada rantai makanan Lehler dalam Miller, 1975. B 2.2BAnatomiBdanBMorfologiBIkanB Ikan merupakan organism akuatik dan bernafas dengan insang. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang nyata antara caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit ikan terdiri dari dermis dan epidermis. Dermis terdiri dari jaringan pengikat dilapisi oleh epithelium. Di antara sel-sel epithelium terdapat kelenjar uniseluler yang mengeluarkan lender yang menyebabkan kulit ikan menjadi licin Radiopoetro 1990 dalam Siagian 2009. Tubuh ikan mempunyai suatu pola dasar yang sama yakni kepala, badan dan ekor. Selain memiliki pola dasar yang sama, umumnya ikan mempunyai bentuk tubuh yang simetris bilateral Rahardjo et al.,2011. Selain itu ikan juga memiliki ciri khas, terutama cara perkembangan yang kebanyakan bertelur ovivar, tapi beberapa jenis diantara ikan-ikan tersebut ada juga yang menghasilkan anak yang menetas ketika masih berada dalam tubuh induknya ovovipar, dan ada juga yang melahirkan anak berupa individu-individu baru vivipar seperti julung-julung Hemirhampohodon pogonognathus yang bersifat vivipar yang kemudian bunting yang terus menerus dan melahirkan individu baru Effendi, 1997. Menurut Lagler et al., 1962 dalam Patriono 2007 ikan mempunyai ukuran tubuh berbeda-beda dimana setiap bentuk tubuh menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan habitatnya. Umumnya tubuh ikan Universitas Sumatera Utara berbentuk torpedo fusiform dan kebanyakan agak oval dalam potongan melintangnya untuk ikan yang biasa hidup pada kondisi air yang mempunyai arus yang deras serta ikan yang berbentuk streamline sempurna untuk ikan perenang bebas. Bentuk umum dari kebanyakan ikan adalah sebagai berikut: a. bulat globioform pada Tetraodontidae, b. seperti ular agluilliform pada belut Aguilidae c. seperti jarum filiform pada Nemichthyidae d. sangat datar dari sisi yang satu ke sisi yang lain compressedform pada chaetodontidae dan Pleuronectidae e. bagian lain datar tapi sangat panjang trachipteriform pada Trachipteridae, f. datar dari atas samapi ke bawah depressedform pada Rajidae dan Ogcocephalidae 2.3BEkologiBikanB Menurut Myers 1951 dalam Rahardjo et al., 2011 ikan yang ditemukan di perairan air tawar secara garis besar dipisahkan dalam enam kelompok yaitu: a. Ikan primer adalah kelompok ikan yang tidak atau sedikit bertoleransi terhadap air laut misalnya Cyprinidae dan Clariidae. Air asin bertindak sebagai pembatas distribusi ikan. b. Ikan sekunder adalah kelompok ikan yang sebarannya terbatas pada perairan air tawar tetapi cukup bertoleransi terhadap salinitas, sehingga mereka dapat masuk ke laut dan kadang kala melintasi hambatan air asin misalnya Cichlidae. c. Ikan diadromus adalah kelompok ikan yang secara reguler beruaya antara perairan tawar dan perairan laut, misalnya Sidat dan Salmon. d. Ikan vicarious adalah kelompok ikan laut yang bukan peruaya yang hidup di perairan tawar misalnya Burbot Lota. e. Ikan komplementer adalah kelompok ikan laut peruaya yang mendominasi habitat tawar bila itidak ada ikan primer dan sekunder misalnya belanak dan Obi. f. Ikan sporadik adalah kelompok ikan yang kadangkala masuk perairan atau yang dapat hidup dan memijah di antara salah satu perairan misalnya belanak. Universitas Sumatera Utara Penyebaran suatu organisme tergantung pada tanggapannya terhadap faktor lingkungan. Organisme yang dapat hidup pada selang faktor lingkungan yang lebar euri, cenderung akan tersebar luas pula di permukaan bumi ini, sebaliknya jenis organisme yang hanya dapat hidup pada selang faktor lingkungan yang sempit steno penyebarannya sangat terbatas. Penyebaran organisme ditentukan oleh pola penyebarannya. Organisme yang tersebar sangat luas umumnya pola penyebarannya berkelompok atau beraturan Suin, 2002. 2.4BFaktorBFisik-KimiaBPerairanBSungaiB Dalam studi ekologi, pengukuran faktor lingkungan abiotik penting dilakukan. Dengan dilakukannya pengukuran faktor lingkungan abiotik, maka akan dapat diketahui faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan populasi. Faktor lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor iklim, fisika, dan kimia Suin, 2002. 2.4.1BFaktorBFisikaBPerairanBSungaiB 2.4.1.1BArusBSungaiB Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada perairan lotik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertical. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arus laminar, yaitu arus air yang bergerak ke arah tertentu saja Barus, 2004 Kecepatan arus air permukaan tidak sama dengan air bagian bawah. Semakin ke bawah gerakan air biasanya semakin lambat dibandingkan dengan di bagian permukaan. Perbedaan kecepatan arus antar kedalaman menyebabkan tampak bentuk antara organisme air pada kedalaman yang berbeda tidak sama. Kecepatan arus air dapat diukur dengan beberapa cara, mulai dengan cara yang paling sederhana sampai dengan alat yang khusus untuk itu, yaitu dengan meteran arus buatan pabrik Suin, 2002. Menurut Michael 1995, Perpindahan air sangatlah penting dalam penentuan penyebaran plankton, gas terlarut dan garam-garaman juga Universitas Sumatera Utara mempengaruhi perilaku organisme kecil. Kecepatan aliran air yang mengalir beragam dari permukaan ke dasar, meskipun berada dalam saluran buatan yang dasarnya halus tanpa rintangan apa pun. Arus akan paling lambat bila makin dekat ke dasar. Perubahan kecepatan air itu tercermin dalam modifikasi yang diperlihatkan oleh organisme yang hidup dalam air mengalir, yang kedalamannya berbeda. 2.4.1.2BSuhuBAirBSungaiB Dalam setiap penelitian pada ekosistem akuatik, pengukuran suhu air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai gas di air serta semua aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh suhu. Menurut Hukum Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 10 o C Hanya pada kisaran suhu yang masih ditolerir akan meningkatkan aktivitas fisiologis misalnya respirasi dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Pola suhu ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi Brechm Meijering, 1990 dalam Barus, 1996. Menurut effendi 2003, Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organism perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses metabolism dan respirasi. 2.4.1.3BKecerahanBAirBSungaiB Universitas Sumatera Utara Menurut Barus 2004 Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luar permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Cahaya gelombang pendek merupakan yang paling kuat mengalami pembiasan yang menyebabkan kolam air yang jernih akan terlihat berwarna biru dari permukaan. Pada lapisan dasar, warna air akan berubah menjadi hijau kekuningan, karena intensitas dari warna ini paling baik ditransmisi dalam air sampai ke lapisan dasar. Kondisi optik dalam air selain dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari juga oleh berbagai substrat dan benda lain yang terdapat di dalam air, misalnya oleh plankton dan humin yang terlarut dalam air. Vegetasi yang ada di sepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke dalam air, karena tumbuh-tumbuhan tersebut juga mempunyai kemapuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari. Pengukuran kecerahan air dengan keeping secchi didasarkan pada batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas pandangan tersebut Suin, 2002. 2.4.1.4BKelarutanBOksigenBDissolved OxygenB Kelarutan oksigen merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu factor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air terutama sangat dipengaruhi oleh faktor suhu, dimana kelarutan maksimum terdapat pada suhu 0 o C, yaitu sebesar 14,16 mgL oksigen. Dengan peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Sumber utama oksigen terlarut dalam air berasal dari adanya kontak antara permukaan air dengan udara dan juga dari proses fotosintesis. Air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui aktivitas respirasi dari organism akuatik Barus, 2004. Universitas Sumatera Utara Kelarutan oksigen optimum atau yang tidak dapat ditoleransi bervariasi bergantung pada jenis ikan, umumnya 4-12 ppm dapat diterima oleh ikan. Ikan biasa memijah di air mengalir dan dingin memerlukan oksigen terlarut lebih tinggi daripada ikan yang biasanya memijah di air tergenang stagnan atau berarus lambat. Tekanan oksigen dapat mempengaruhi jumlah elemen meristik Rahardjo et al., 2011. 2.4.1.5BBiochemicalBOxygenBDemandBBODB Nilai BOD Biochemical Oxygen Demand menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik yang diukur pada temperature 20 o C. Dalam proses oksidasi secara biologis ini tentu saja dibutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan proses oksidasi secara kimiawi. Dari hasil penelitian misalnya diketahui bahwa untuk menguraikan senyawa organik yang terdapat di dalam limbah rumah tangga secara sempurna, mikroorganisme membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20 hari dianggap terlalu lama dalam proses pengkuran ini, sementara dari penelitian diketahui bahwa setelah pengukuran dilakukan selama 5 hari jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih 70, maka pengukuran yang umum dilakukan adalah pengukuran selama 5 hari BOD5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran BOD adalah jumlah senyawa organik yang akan diuraikan, tersedianya mikroorganisme aerob yang mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian itu Barus, 2004. 2.4.1.6BChemicalmOxygenmDemandmCODB COD Chemical Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg O 2 l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar atau tidak bisa diuraikan secara biologis Barus, 2004. Universitas Sumatera Utara 2.4.1.7BKejenuhanBOksigenB Menurut Barus 2004, disamping pengukuran konsentrasi oksigen, biasanya dilakukan pengukuran terhadap tinggkat kejenuhan oksigen dalam air. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimum atau tidak. Untuk dapat mengukur tingkat kejenuhan oksigen suatu contoh air, maka disamping mengukur konsentrasi oksigen terlarut dalam mgl, diperlukan juga pengukuran temperatur dari air. B 2.4.1.8BNilaiBpHB Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5. Kondisi bersifat sangat asam atau sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolism dan respirasi Barus, 1996 dalam Siagian, 2009. Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen dalam peraian. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasahan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam Effendi, 1997. 2.4.1.9BKandunganBNitratBdanBPosfatB Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang, sementara nitrit merupakan senyawa toksik yang dapat mematikan organisme air. Disamping itu nitrit dapt menyebabkan fungsi hemoglobin dalam transportasi oksigen terganggu dimana hemoglobin akan diubah menjadi methahemoglobin yang mempunyai kemampuan rendah dalam mentransport oksigen. Posfat juga merupakan unsur penting. Posfat dapat berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltarasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke dalam system perairan terbuka dan selain itu juga dapat berasal dari atmosfter bersama air hujan Barus, 2004. Unsur hara yang penting di perairan adalah nitrogen dan fosfor. Nitrogen di perairan berada dalam bentuk nitrogen bebas, nitrat, nitrit, ammonia, dan ammonium. Unsur fosfor dapat ditemukan dalam bentuk senyawa organik yang Universitas Sumatera Utara terlarut ortofosfat dan folifosfat dan senyawa organik yang berupa partikulat. Sumber nitrogen yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan adalah nitrat dan amonia yang merupakan sumber utama nitrogen di perairan. Kadar nitrat di perairan tidak tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar amonia. Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, sedangkan nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan karena bersifat tidak stabil terhadap keberadaan oksigen. Senyawa nitrat dapat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan Effendi 1997. B B B B B B B B B B B B B B B Universitas Sumatera Utara BABB1B PENDAHULUANB B B B 1.1 LatarBBelakangB Sungai Mencirim merupakan salah satu sungai dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada 03 o 03’40” – 03 o 40’02” LU dan 98 o 27’03” – 98 o 39’32” BT, dengan ketinggian rata-rata 28 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kontur peta aliran sungai, Sungai Mencirim mengalir dengan kemiringan 8 tetapi menurun dari Selatan ke Utara. Sungai mencirim mempunyai hulu di desa Kotalimbaru kab. Langkat mengalir melewati kecamatan Binge, Namoukur Utara, Namoukur Selatan dan berakhir di kota Binjai. Sungai Mencirim saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan irigasi, rekreasi dan pemandian, serta pembuangan limbah domestik atau limbah perkotaan. Akibat adanya aktivitas masyarakat di sepanjang Sungai Mencirim diduga telah menyebabkan kondisi perairan terganggu dan mempengaruhi stabilitas ekosistem perairan sungai tersebut serta mengancam keberadaan biota yang hidup di Sungai Mencirim khususnya ikan. Menurut Newson 1997 Sungai merupakan bagian lingkungan yang paling cepat mengalami perubahan jika terdapat aktivitas manusia di sekitarnya. Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang datang dari daerah hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata lahan dan luasnya aliran sungai sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air sungai. Kualitas air dapat dilihat dari parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Perkembangan penduduk dan kegiatan manusia telah meningkatkan pencemaran sungai-sungai, terutama sungai – sungai yang melintasi daerah perkotaan dimana sebagian air bekas kegiatan manusia dibuang ke sistem perairan yang sedikit atau tanpa pengolahan sama sekali terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air sungai Darsono, 1992. Menurut Anwar 2008 Kondisi perairan sangat menentukan kelimpahan dan penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme memiliki kebutuhan dan preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang terkait dengan karakteristik lingkungannya. Ada tiga alasan utama bagi ikan untuk Universitas Sumatera Utara memilih tempat hidup yaitu 1 tempatnya yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, 2 sumber makanan yang banyak, 3 cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan. Kehidupan organisme sangat tergantung pada faktor lingkungan baik lingkungan biotik dan abiotik. Dalam studi ekologi pengukuran faktor lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor iklim, fisik dan kimia. Faktor fisik di air antara kadar oksigen terlarut, pH, alkalinitas, kesadahan, BOD, sedangkan faktor lingkungan biotik bagi organisme adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya serta predatornya Suin, 2002. Informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan di sungai mencirim telah banyak mengalami penurunan sejak sepuluh tahun terakhir, baik dalam jumlah hasil tangkapan maupun variasi jenis hasil tangkapan. Penurunan hasil tangkapan ikan di sungai mencirim diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1 terjadinya pencemaran air, 2 adanya penangkapan ikan secara berlebihan over fishing, 3 terjadinya kerusakan habitat, dan 4 belum adanya upaya pengelolaan dan konservasi sumberdaya perikanan secara terpadu di sungai Mencirim. Perubahan lingkungan di Sungai Mencirim yang disebabkan oleh berbagai aktivitas mempengaruhi kualitas air dan struktur komunitas ikan di sungai tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian tentang “Hubungan antara Keanekaragaman ikan dan faktor fisik-kimia perairan di Sungai Mencirim” yang pada saat ini belum dilakukan..

1.2 B PermasalahanB Sungai Mencirim merupakan sungai yang banyak digunakan oleh masyarakat