p53 mencegah terjadinya replikasi DNA yang rusak pada sel sel normal dan mendorong terjadinya apoptosis terhadap sel yang rusak tersebut Kresno, 2002.
Terganggunya fungsi gen
tumor suppressor
ini menyebabkan terganggunya proses
restriction point
sel dan tidak berjalannya fungsi apoptosis. Hal inilah yang mendasari pertumbuhan tumor yang makin lama makin besar dan menyebar
kebagian organ tubuh disekitarnya. Proses pengendalian untuk menekan pertumbuhan kanker secara umum
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: pencegahan terhadap agen penyebab kanker, peningkatkan pertahanan terhadap kanker, perubahan gaya hidup dan
pengendalian dengan bahan kimia Murray, 1998. Salah satu tujuan terapi kanker adalah mengembalikan fungsi gen yang terganggu, sehingga dapat kembali
menginduksi terjadinya
apoptosis
. Pengendalian menggunakan bahan kimia atau dikenal dengan
kemoterapi, merupakan pendekatan yang sering dipakai. Efek samping dari terapi dapat dihindari dengan target obat yang spesifik. Target terapi yaitu pada protein
yang berperan dalam mengontrol pertumbuhan sel melalui proses apoptosis, salah satu metode yang dilakukan yaitu dengan membandingkan perbedaan kontrol
pertumbuhan pada sel kanker dengan sel normal sehingga dapat diketahui mekanisme pengembalian fungsi sel kanker seperti sel normal Wang
et al
.,2003.
2. Gen Suppressor Tumor - p53
Gen Supresor Tumor, berfungsi untuk menghambat atau ―mengambil kerusakan‖ pada pertumbuhan sel dan siklus pembelahan. Mutasi pada gen
supresor tumor menyebabkan sel mengabaikan satu atau lebih komponen jaringan sinyal penghambat, memindahkan kerusakan dari siklus sel dan menyebabkan
angka yang tinggi dari pertumbuhan yang tidak terkontrol –kanker. Gen supresor
tumor Rb yang menyandi protein pRb penting untuk mengontrol siklus sel master brake pada titik pemeriksaan G1-S, sedangkan gen TP53 yang mengkode untuk
protein p53 adalah emergency brake di titik pemeriksaan G1-S namun biasanya tidak dalam perjalanan replikasi normal. Tapi bila terjadi kerusakan DNA, p53
akan memengaruhi transkripsi untuk menghentikan siklus sel. Jika kerusakan
terlalu berat, maka p53 merangsang apoptosis Price, 2006. Proses apoptosis dapat terjadi melalui beberapa jalur. Salah satu jalur yang mempunyai kaitan erat
dengan kanker adalah malalui induksi apoptosis oleh protein p53. Protein p53 merespon kerusakan DNA atau stres sel yang meliputi: aktivitas onkogen gen
pendorong terbentuknya tumor, hypoksia kekurangan oksigen dalam sel, erosi telomerase pemendekan DNA, akibat nonaktifnya enzim telomerase dan stres
sel yang lain Stokloza dan Golab, 2005. Aktivitas transkripsi dari p53 bergantung pada pembentukan tetramer
dari protein tersebut yang berinteraksi dengan DNA dengan urutan yang spesifik
sequence-specific
. Tiap subunit p53 terdiri dari 4 domain yang berbeda fungsinya. Residu 1--44, merupakan ujung N yang sedikit terlipat sebagai domain
pengaktif transkripsi. Domain inti merupakan bagian yang berinteraksi dengan DNA dan berawal dari residu 102 sampai residu 292. Residu 320--356
bertanggung jawab atas pembentukan tetramer, sedangkan residu 356--393 merupakan domain regulator Zhao
et al.
, 2001.
Gambar 2. Urutan spesifik
sequence-specific
protein p53. Domain inti central core merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan DNA.
Pada sebagian kanker manusia mengalami mutasi di bagian ini Bai dan Zhu, 2006.
Kurang lebih 55 sel tumor pada manusia kehilangan fungsi p53 akibat mutasi Joerger
et al.,
2005. Hilangnya fungsi p53 menyebabkan kerusakan DNA atau cacat sel yang lain yang tidak diikuti dengan penghentian penggandaan dan
atau proses apoptosis meskipun terjadi kenaikan konsentrasi p53 Bykov
et al
., 2002a. Mutasi yang terjadi sebagian besar terdapat pada domain inti yang
berinteraksi dengan DNA sehngga merusak kemampuan protein ini untuk berinteraksi dengan DNA targetnya dan mencegah aktivitas transkripsinya.
Mutasi yang terjadi pada p53 secara umum ada enam titik atau
hot-spots
mutasi yang sering terkait dengan kanker manusia yaitu R175H, G245S, R248Q, R249S,
R273H, dan R282W Hainaut dan Hollstein, 2000. Mutasi ini dapat dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu kontak termutasi, terjadi pada residu yang kontak langsung
dengan DNA misalnya R248W, R273H dan konformasi termutasi, terjadi pada residu yang menjaga stabilitas struktur dari domain inti misalnya R175H, R249S,
R282G Peng
et al.
, 2003.
Gambar 3. Interaksi p53 dengan DNA. Asam amino Arg 273 berinteraksi langsung pada
groove
mayor DNA sementara itu Arg 248 berinteraksi pada
groove
minor DNA. Interaksi ini secara struktural distabilkan oleh 4 residu utama yakni Arg 175, Gly 245, Arg 249 dan
Arg 282. Visualisasi menggunakan perangkat lunak chimera Pettersen
et al
., 2004 dengan kode protein p53 1TSR.pdb. Pengaruh secara struktural mutasi pada
hot spots
:
Hot spots
175, asam amino arginin termutasi menjadi histidin akibat yang ditimbulkan yaitu rusaknya ikatan hidrogen antara loop2 dan loop3 sehingga
menyebabkan ketidakstabilan ikatan antara p53 dengan DNA.
Hot spots
273, asam amino arginin digantikan oleh histidin atau sistein dampak yang ditimbulkan yaitu kegagalan p53 untuk berinteraksi dengan
DNA pada
groove
mayor.
Hot spots
248, asam amino arginin termutasi menjadi glutamin atau triptofan akibat yang ditimbulkan yaitu terjadi kerusakan ikatan antara p53 dengan
DNA pada bagian
groove
minor.
Hot spots
245, asam amino glisin digantikan oleh serin, terjadi perubahan konformasi pada loop3 akibatnya terjadi ketidakstabilan ikatan antara p53
dengan DNA terutama ikatan pada bagian
groove
minor.
Hot spots
249, asam amino arginin digantikan oleh serin akibatnya terjadi perubahan konformasi pada loop3 sehingga terjadi ketidakstabilan ikatan
antara p53 dengan DNA terutama ikatan pada
groove
minor.
Hot spots
282, asam amino arginin termutasi menjadi triptofan akibatnya terjadi destabilisasi ikatan helix 2 dan DNA pada
groove
mayor dan merusak kontak dengan b-hairpin.
Joerger
et al
., 2006. Mutasi p53 kebanyakan ditemukan dalam tumor keras ganas yakni
terdapat dalam kanker paru-paru, usus, otak dan kanker pankreas. Kanker yang mengandung p53 termutasi cenderung resisten terhadap kemoterapi yang telah
umum dilakukan dibandingkan dengan yang mengandung
wild-type
p53 Bykov,
et al.
, 2002a. Di samping itu terapi kanker bervariasi bergantung pada tipe kanker tersebut. Dalam kaitannya dengan pengendalian kanker melalui induksi
apoptosis
jalur p53, diketahui bahwa limfoma menunjukkan respon paling kuat, pada mamari dan intestinal diperoleh respon menengah, sedangkan untuk kanker paru-
paru, kulit dan hati, tidak ditemukan terapi yang terkait dengan induksi
apoptosis
Kemp
et al
., 2001.
3.
PRIMA-1 p53 Reactivation and Induction of Massive Apoptosis
Pengembalian fungsi p53 yang termutasi akan memicu terjadinya proses apotosis secara massal. Proses pengembalian fungsi p53 melalui pengembalian
konfomer domain inti dari p53 termutasi dengan molekul kecil telah dilakukan. Bukti-bukti menunjukkan bahwa fungsi p53 dapat dikembalikan dengan
mengatur konfomasi mutan p53 sehingga menyerupai p53
wild type
. Senyawa yang digunakan salah satunya adalah
PRIMA
–
1
.
PRIMA-1
memiliki sifat fisik yaitu berupa kristal putih dengan titik leleh sebesar 142
–144° C, rumus molekul C
9
H
15
NO, dan berat molekul 185,2 gmol.
PRIMA-1
secara selektif menghambat pertumbuhan sel tumor dengan memicu apoptosis dalam pola yang bergantung
pada transkripsi melalui manipulsi konformasional mutan p53 untuk memperbaiki ikatan DNA sekuen spesifik. Struktur
PRIMA-1
disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur
PRIMA-1
Bykov
et al
., 2002. Optimasi geometri
PRIMA-1
bertujuan untuk memperoleh konformasi
PRIMA-1
dengan energi internal terendah. Penghitungan dilakukan dengan mekanika kuantum metode
ab initio
dengan level teori HF dan basis set 6-31G. Tujuan dipakainya metode
ab initio
yakni proses penghitungan sangat teliti dengan mempertimbangkan atom sampai pada konfigurasi elektronnya.
Atom C Atom N
Atom O Atom H
Gambar 5. Perbandingan struktur PRIMA-1 sebelum optimasi dengan yang teroptimasi. Panah menunjukkan perbedaan struktur yang nyata pada
PRIMA-1 bagian fleksibel. Pada Gambar 5 di atas tampak terjadi perubahan konfigurasi antara
PRIMA-1
sebelum optimasi dengan yang setelah teroptimasi. Struktur awal sebelum optimasi merupakan struktur perkiraan yang disesuikan dengan gambar
dua dimensi dari senyawa ini. Dengan optimasi geometri kemungkinan konformasi yang stabil dan energi internal terendah dapat tercapai. Secara umum
struktur
PRIMA-1
terdapat dua bagian, yakni bagian kaku
rigid
dan bagian fleksibel yang dapat berotasi. Akibatnya terdapat beberapa kemungkinan
konformasi
PRIMA-1
. Proses optimasi geometri didapatkan konformasi struktur dengan energi yang minimal Warsino, 2008
4. Pemetaan interaksi pada p53 termutasi kode pdb 2BIM jenis mutasi