34
3. Laporan atas setiap penugasan khusus yang diberikan oleh dewan
komisaris. Dalam laporan Komite Audit kepada dewan komisaris, Komite
Audit memberikan kesimpulan dari diskusi dengan auditor eksternal tentang temuan mereka yang berhubungan dengan peninjuan tengah tahun dan
laporan keuangan tahunan, rekomendasi atas pengangkatan auditor eksternal dan setiap masalah pengunduran diri, penggantian dan pemberhentian
perikatannya, kesimpulan tentang nilai fungsi audit internal dan tanggapan atas penemuan audit internal, serta kesimpulan atas kinerja sistem kontrol
internal. Rapat Komite Audit berfungsi sebagai media komunikasi formal
anggota komite Audit dalam mengawasi proses corporate governance, memastikan bahwa manajemen senior membudayakan corporate
governance, memonitor bahwa perusahaan tunduk pada code of conduct, mengerti semua pokok persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi
kinerja finansial atau non-finansial perusahaan, memonitor bahwa perusahaan tunduk pada tiap undang-undang dan peraturan yang berlaku,
dan mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil pemeriksaan corporate governance dan temuan lainnya.
2.1.4 Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat
memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang
Universitas Sumatera Utara
35
saham Herawaty, 2008. Dalam Good Corporate Governance terdapat empat prinsip utama, sebagaimana dikemukakan oleh Isgiyarta dan
Tristiarini 2005 dalam Praditia 2010, yaitu Transparansi, Kewajaran,
Akuntabilitas dan Responsibilitas.
Esensi good corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya
akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan kerangka aturan dan peraturan berlaku.
Mekanisme good corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil
keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol dimana selanjutnya dilakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut Fatayatiningrum,
2011. Mekanisme good corporate governance mengacu pada sekumpulan mekanisme yang mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh manajer
ketika terjadi pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian Purwaningtyas, 2011.
Ada 3 mekanisme Good Corporate Governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai Good Corporate Governance yang
bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan,yaitu : 1.
Komisaris Independen Menurut KNKCG Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance, Komisaris Independen anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
Universitas Sumatera Utara
36
saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Tugas dewan komisaris independen adalah mensupervisi dan memberi
nasihat kepada dewan direksi, dan memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab kepada para stakeholder. Komisaris
Independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Dalam menjalankan fungsinya, dewan komisaris independen harus membebaskan diri dari kepentingan
pihak-pihak lain yang berpotensi memunculkan konflik kepentingan dan menjalankan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang memadai
Wicaksono,2013. 2.
Kepemilikan Institusional Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.
Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer.
Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba.
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor
Universitas Sumatera Utara
37
manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen
pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Monitoring yang dilakukan pihak institusi tentu lebih efektif
dibandingkan oleh pihak individu karena institusi memiliki sumber daya dan kemampuan yang lebih besar sehingga mampu melakukan monitoring yang
lebih kuat. Hal ini menyebabkan dengan adanya kepemilikan institusional, perusahaan akan semakin terdorong untuk mengungkapkan informasi lebih
cepat untuk menghindari berkurangnya relevensi dari informasi tersebut Utami, 2011.
3. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh pihak manajemen. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen
tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Jika suatu perusahaan memiliki kepemilikan manajerial
yang tinggi, manajer jauh lebih peduli tentang kepentingan pemegang saham dan opsi saham akan memiliki insentif untuk kontribusi perusahaan.
Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di
dalam perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat diukur dengan proporsi
Universitas Sumatera Utara
38
kepemilikan saham yang dimiliki manajer, direksi, komisaris, maupun pihak lain yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu