Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP

KUALITAS LABA AKRUAL DENGAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH

NAMA

: RANGGA PUTRA ANANTO

NIM

: 060503033

DEPARTEMEN

: AKUNTANSI S1

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2010.

Yang Membuat Pernyataan,

Rangga Putra Ananto NIM : 060503033


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat melalui hari demi hari dengan penuh semangat dalam menulis skripsi ini. Dan ini merupakan suatu usaha untuk membantu penulis dalam mencapai tujuan pendidikan.. Karena anugerah-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam perjalanan hidup kita di dunia maupun di akhirat kelak.

Skripsi ini ditulis dalam upaya melengkapi syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata-1 fakultas ekonomi, jurusan akuntansi, dan lebih dari itu sesungguhnya penelitian ini merupakan rangkuman dari proses pembelajaran yang telah ditempuh selama masa perkuliahan. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini dapat memberi sumbangsih bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan para pembaca.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, M.M, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini. 4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak dan Drs, Sucipto, M.M, Ak selaku dosen

penguji dan pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, Ak selaku dosen wali penulis yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kelancaran kegiatan akademik penulis. 6. Kedua orang tua penulis, Adrianto dan Ely Solfida, beserta saudara

terimakasih buat kasih sayang dan dukungan yang diberikan.

7. Nenek dan Almarhum Kakek tercinta, terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan. Tanpa kasih sayang kalian penulis tidak akan bisa sampai pada saat yang damai ini.

8. Teman-teman seperjuangan stambuk 2006, semoga keakraban kita akan tetap terjalin sampai kapanpun. Serta teman-teman kos 14 A, terima kasih dukungan yang diberikan. Kalian semua adalah teman-teman yang terbaik yang pernah penulis miliki.

Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga


(5)

dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2010 Penulis,

Rangga Putra Ananto NIM: 060503033


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dengan memasukkan Good Corporate Governanve (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id

Hasil penelitian ini adalah konservatisme berpengaruh terhadap kualitas laba akrual, sedangkan kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba akrual. Sehingga kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak dapat menjadi varibel pemoderasi yang mampu mempengaruhi hubungan konservatisme dan kualitas laba akrual.

. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana dan analisi regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Variabel penelitian ini adalah konservatisme sebagai variabel X1, kepemilikan manajerial sebagai variabel X2, komposisi komisaris independen sebagai variabel X3 dan kualitas laba akrual sebagai variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak sembilan perusahaan.

Kata Kunci: konservatisme akuntansi, kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen, discretionary accruals, regresi sederhana, regresi berganda.


(7)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of accounting conservatism on accrual earnings quality in manufacturing companies listed on stock exchanges in Indonesia since 2004 until the year 2008 by entering the Good Corporate Governanve (GCG) as the moderating variable. Conservatism states that accountants must report the accounting information of the lowest of several possible values for assets and income, and the highest of several possible values and load obligations.

The data used are financial statements of each sample company, wich was published through the websitewww.idx.co.id

The results of this study is conservatism affects the quality of accrual earnings, whereas managerial ownership and the composition of the independent commisioners have no effect on accrual earnings quality. So that managerial ownership and the composition of the commisioners can not be independent variables that could moderating conservatism and affect realtionship accruals earnings quality.

. The method of analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of simple linear regresion analysis and multiple linear regresion. Sampling method used was purposive sampling. This research is variable as a variable X1 conservatism, managerial ownership as a variable X2, the composition of independent commisioners as variable X3 and accrual earnings quality as variable Y with sample-per-years total of nine companies.

Keywords : accounting conservatism, managerial ownership, the composition of the independent commisioners, discretionary accruals, simple regression, multiple regression


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konservatisme Akuntansi ... 9

2. Kualitas Laba Akrual... 12

3. Good Corpotare Governance (GCG) ... 17


(9)

b. Komposisi Komisaris Independen... 19

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual... 22

2. Hipotesis ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

C. Jenis Data ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

F. Metode Analisis Data ... 32

G. Jadwal Penelitian ... 35

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 36

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif ... 36

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas ... 38

b. Uji Multikolinearitas ... 39


(10)

d. Uji Heterokedastisitas ... 40

3. Analisis Regresi a. Persamaan Regresi ... 42

b. Koefisien Determinasi ... 46

c. Pengujian Hipotesis ... 47

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Keterbatasan Penelitian ... 55

C. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 23 Gambar 4.1 Scatterplot ... 41


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 3.1 Sampel Perusahaan Manufaktur ... 26

Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 31

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2004 sampai tahun 2008 ... 37

Tabel 4.2 Uji Normalitas ... 38

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas ... 39

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 40

Tabel 4.5 Uji Glejser ... 42

Tabel 4.6 Persamaan regresi 1 ... 43

Tabel 4.7 Persamaan regresi 2 ... 44

Tabel 4.8 Persamaan regresi 3 ... 45

Tabel 4.9 Uji R Square ... 46

Tabel 4.10 Uji t hipotesis 1 ... 47

Tabel 4.11 Uji t hipotesis 2 ... 48


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Proses Pemilihan Sampel ... 59

Lampiran ii Data Konservatisme Tahun 2004 ... 60

Data Konservatisme Tahun 2005 ... 60

Data Konservatisme Tahun 2006 ... 60

Data Konservatisme Tahun 2007 ... 61

Data Konservatisme Tahun 2008 ... 61

Lampiran iii Data Kepemilikan Manajerial (%) ... 62

Lampiran iv Data Komposisi Komisaris Independen (%) ... 63

Lampiran v Data Discretionary Accruals ... 64

Lampiran vi Statistik Deskriptif ... 65

Hasil Uji Normalitas ... 66

Haisil Uji Multikolinearitas ... 67

Hasil Uji Autokorelasi ... 68

Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 69


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dengan memasukkan Good Corporate Governanve (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id

Hasil penelitian ini adalah konservatisme berpengaruh terhadap kualitas laba akrual, sedangkan kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba akrual. Sehingga kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak dapat menjadi varibel pemoderasi yang mampu mempengaruhi hubungan konservatisme dan kualitas laba akrual.

. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana dan analisi regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Variabel penelitian ini adalah konservatisme sebagai variabel X1, kepemilikan manajerial sebagai variabel X2, komposisi komisaris independen sebagai variabel X3 dan kualitas laba akrual sebagai variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak sembilan perusahaan.

Kata Kunci: konservatisme akuntansi, kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen, discretionary accruals, regresi sederhana, regresi berganda.


(15)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of accounting conservatism on accrual earnings quality in manufacturing companies listed on stock exchanges in Indonesia since 2004 until the year 2008 by entering the Good Corporate Governanve (GCG) as the moderating variable. Conservatism states that accountants must report the accounting information of the lowest of several possible values for assets and income, and the highest of several possible values and load obligations.

The data used are financial statements of each sample company, wich was published through the websitewww.idx.co.id

The results of this study is conservatism affects the quality of accrual earnings, whereas managerial ownership and the composition of the independent commisioners have no effect on accrual earnings quality. So that managerial ownership and the composition of the commisioners can not be independent variables that could moderating conservatism and affect realtionship accruals earnings quality.

. The method of analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of simple linear regresion analysis and multiple linear regresion. Sampling method used was purposive sampling. This research is variable as a variable X1 conservatism, managerial ownership as a variable X2, the composition of independent commisioners as variable X3 and accrual earnings quality as variable Y with sample-per-years total of nine companies.

Keywords : accounting conservatism, managerial ownership, the composition of the independent commisioners, discretionary accruals, simple regression, multiple regression


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap entitas berharap dapat terus melanjutkan operasinya dari waktu ke waktu. Namun ada saatnya suatu usaha akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu telah lama prinsip konservatisme diperkenalkan dan diterapkan dalam akuntansi. Penerapan prinsip ini diharapkan dapat meminimalisasi resiko yang terjadi karena adanya ketidakpastian dalam dunia usaha. Hal tersebut membuat konservatisme menjadi suatu prinsip laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, dan disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Dalam perkembangannya, penelitian yang dilakukan oleh Wolk dan Tearney, 2000; Givoly dan Hayn, 2002 (dalam Warikki, 2008), mengindikasikan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan konservatisme secara global. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya tuntutan untuk meningkatkan perlindungan bagi para stakeholders yang berkepentingan dalam perusahaan.

Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Lo, 2005 (dalam Warikki, 2008) mendefinisikan konservatisme sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi. Prinsip akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersifat pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi dengan memilih kebijakan yang memperlambat pengakuan pendapatan,


(17)

mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian aktiva, dan meninggikan penilaian utang.

Hingga saat ini masih terdapat pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisme. Para pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Dan pada kenyataannya konservatisme telah mempengaruhi praktik akuntansi selama lima ratus tahun. Penelitian yang mendukung diantaranya dilakukan oleh Watts, 1993 dan Mayangsari dan Wilopo, 2002 (dalam Fala, 2007). Penelitian mereka membuktikan bahwa laba dan aktiva yang dihitung dengan akuntansi konservatif dapat meningkatkan kualitas laba sehingga dapat digunakan untuk menilai perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer secara oportunistik mengelola laba dengan memanfaatkan posisinya sebagai pihak yang memiliki informasi lebih banyak. Perusahaan yang sedang tumbuh cenderung menggunakan akuntansi konservatif karena investor akan dapat mengawasi pelaksanaan kebijakan yang dilakukan pihak manajemen.

Sedangkan para pengkritik konservatisme berpendapat bahwa prinsip ini menyebabkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan alat oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi resiko perusahaan karena terdapat berbagai cara untuk mendefinisikan, menginterprestasikan, dan mengukur konservatisme. Semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias. Hal ini juga didukung oleh penelitian Penman dan


(18)

Zhang, 2002 (dalam Fala, 2007), yang memperkirakan bahwa konservatisme menghasilkan kualitas laba yang rendah, dan kurang relevan karena konservatisme merupakan praktik akuntansi yang mengurangi laba.

Informasi laba merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya. Dalam PSAK Nomor 1 dijelaskan bahwa informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2004). Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima, melalui pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan.

Besarnya laba yang dihasilkan perusahaan sering dijadikan tolak ukur untuk menilai kinerja manajemen. Laba merupakan indikator yang sering digunakan dalam mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Selain untuk menilai kinerja manajemen, informasi laba juga dapat membantu dalam mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam dalam jangka panjang, memprediksi laba, maupun untuk memprediksi resiko dalam


(19)

berinvestasi. Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Konflik keagenan ini dapat mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba secara oportunistik untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Jika hal ini terjadi akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan keuangan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Penerapan konservatisme akan mempengaruhi kualitas laba yang dihasilkan, dimana penyediaan ukuran laba sebagai indikator kinerja perusahaan merupakan fokus utama dari pelaporan keuangan modern. Konflik keagenan yang dapat menimbulkan pelaporan laba yang diragukan kualitasnya, juga dapat diatasi dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan GCG sangat penting karena dalam jangka panjang penerapan GCG akan mempunyai relevansi terhadap kinerja atau performance suatu perusahaan.

Fenomena terjadinya skandal keuangan seperti kasus Enron Corporation, dan Xerox Corporation merupakan bukti kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Enron Corporation terbukti melakukan manipulasi laba, melalui lembaga auditornya sehingga dapat


(20)

mendongkrak laba mendekati USD 1 miliar. Padahal, eksekutif Enron hanya menikmati angka semu yang sebetulnya laba tersebut tidak pernah mereka dapatkan. Sedangkan Xerox Corporation terbukti melakukan manipulasi pendapatan akuntansi, yaitu melakukan manipulasi pembukuan atas pendapatan (revenue). Dengan demikian, laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi.

Pada penelitian ini penulis mengambil objek penelitian perusahaan manufaktur dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Peneliti lebih tertarik meneliti perusahaan barang konsumsi, sebab perubahan harga produk yang cukup cepat, persaingan yang nampak dan ketat, keadaan yang labil dengan kondisi global. Peneliti memilih satu jenis kelompok perusahaan saja agar penelitian lebih terfokus, sehingga menghasilkan hasil yang lebih akurat.


(21)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

B. Batasan Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan penelitian sebagai berikut:

1. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur bidang barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Periode penelitian adalah 2004-2008.

3. Kualitas laba yang dilihat adalah kualitas laba akrual.

4. Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) yang dilihat dibatasi pada mekanisme internal, yaitu struktur kepemilikan (dilihat dari kepemilikan manajerial) dan struktur pengelolaan (dilihat dari komposisi komisaris independen).

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:


(22)

1. Apakah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

2. Apakah struktur kepemilikan dalam mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari kepemilikan manajerial, berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

3. Apakah struktur pengelolaan dalam mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari jumlah komisaris independen, berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :

a. Membuktikan secara empiris adanya pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Membuktikan secara empiris adanya pengaruh struktur kepemilikan dalam mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari kepemilikan manajerial, dalam hubungan antara konservatisme


(23)

akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

c. Membuktikan secara empiris adanya pengaruh struktur pengelolaan dalam mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari jumlah komisaris independen, dalam hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, untuk melihat praktik penerapan konservatisme dalam dunia usaha serta pengaruhnya terhadap kualitas laba akrual dan pengungkapan laporan keuangan. Penelitian ini juga memperlihatkan pengaruh penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam pengelolaan perusahaan agar dapat mencapai profit yang maksimal, mampu bersaing, dan dapat memenuhi berbagai kepentingan stakeholders.

2. Bagi para pengguna laporan keuangan, untuk melihat seberapa besar konservatisme akuntansi dapat mempengaruhi tingkat kualitas laba akrual yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian, mereka dapat melakukan pengambilan keputusan yang lebih baik.

3. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konservatisme Akuntansi

Dalam SFAC No. 2 para. 95 (dalam Warikki, 2008) dijelaskan bahwa: “Conservatism is a prudence reaction to uncertainty to try to ensure that uncertainties and risk inherent in business situation are adequately considered.” Definisi ini menyatakan bahwa konservatisme adalah reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.

Secara umum, konservatisme akuntansi adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam arti bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Konservatisme adalah usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum yang akan menghasilkan pengakuan pendapatan selambat mungkin, pengakuan beban secepat mungkin, penilaian aktiva yang lebih rendah dan penilaian kewajiban yang lebih tinggi (Work dan Tearney, 1997, dalam Sayidah, 2005). Prinsip konservatisme telah lama digunakan dalam


(25)

akuntansi, dan merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Prinsip konservatisme ini yang menjadi pertimbangan dalam akuntansi dan laporan keuangan karena aktivitas perusahaan yang selalu dilingkupi ketidakpastian. Walaupun telah lama mempengaruhi mempengaruhi praktek akuntansi, konservatisme masih tetap menimbulkan pro dan kontra mengenai perlunya penerapan prinsip ini dalam perusahaan. Para pengkritik konservatisme menyatakan bahwa prinsip ini menyebabkan para pengkritik konservatisme berpendapat bahwa prinsip ini menyebabkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan alat oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Monahan, 1999 (dalam Fala, 2007) menyatakan bahwa semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias. Hal ini juga didukung oleh penelitian Feltham dan Ohlson, 1995; Basu, 1997; Penman dan Zhang, 2002 (dalam Warikki, 2008), yang memperkirakan bahwa konservatisme menghasilkan kualitas laba yang rendah, dan kurang relevan.

Disisi lain para pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Penelitian yang mendukung diantaranya dilakukan oleh Watts, 1993 (dalam Warikki, 2008). Penelitian mereka membuktikan bahwa laba dan aktiva yang dihitung dengan akuntansi konservatif dapat


(26)

meningkatkan kualitas laba sehingga dapat digunakan untuk menilai perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer secara oportunistik mengelola laba dengan memanfaatkan posisinya sebagai pihak yang memiliki informasi lebih banyak. Perusahaan yang sedang tumbuh cenderung menggunakan akuntansi konservatif karena investor akan dapat mengawasi pelaksanaan kebijakan yang dilakukan pihak manajemen.

Munculnya konservatisme disebabkan adanya kecenderungan dari pihak manajemen untuk menaikkan nilai asset dan pendapatan suatu perusahaan. Konservatisme saat ini lebih dikaikan dengan kehati-hatian (prudence). Konservatisme dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dalam mendefenisikan dan menginterprestasikannya. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, maka suatu preferensi ditunjukkan untuk memilih opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Oleh karena itu, prinsip konservatisme mengharuskan akuntan untuk mengambil sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan.

Sterling, 1967 (Bekaoui, 2006:48) menyebut konservatisme sebagai “ prinsip akuntansi yang paling kuno dan paling mungkin bertahan”. Di masa lalu, konservatisme telah digunakan ketika berurusan dengan ketidakpastian dalam lingkungan dan terlalu optimisnya manajer dan pemilik perusahaan serta juga digunakan untuk melindungi kreditor terhadap distribusi yang tidak sah atas aktiva perusahaan sebagai deviden. Dari sudut pandang manajemen,


(27)

konservatisme didefinisikan sebagai metode akuntansi berterima umum yang melaporkan aktiva dengan nilai terendah, kewajiban dengan nilai tertinggi, menunda pengakuan pendapatan, serta mempercepat pengakuan biaya. Definisi ini menunjukkan bahwa akuntansi konservatif tidak saja berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi, tetapi juga estimasi yang mengakibatkan nilai buku aktiva menjadi relatif rendah. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti manajer akan menentukan pilihan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Implikasi konsep ini terhadap prinsip akuntansi adalah mengakui dengan segera segala biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar.

Bliss, 1924 (dalam Suaryana, 2008) menyatakan konservatisme dalam praktik secara umum berarti “anticipate no profits but anticipate all losses.” Pengantisipasian rugi berarti pengakuan rugi sebelum suatu verifikasi secara hukum dapat dilakukan, dan hal yang sebaliknya dilakukan terhadap laba. Konservatisme akuntansi merupakan asimetri dalam permintaan verifikasi terhadap laba dan rugi. Interprestasi tersebut berarti bahwa semakin besar perbedaan tingkat verifikasi yang diminta terhadap laba dibadingkan terhadap rugi, maka semakin tinggi tingkat konservatisme akuntansi.

2. Kualitas Laba Akrual

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu tertentu. Laba sering digunakan sebagai


(28)

suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya.

Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan serta merupakan media untuk melaporkan pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal pemilik. Informasi laba adalah perhatian utama untuk menentukan kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Salah satu ukuran dalam laporan keuangan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba yang dihasilkan. Pengguna laporan keuangan akan menggunakan laba yang dilaporkan untuk tujuan berbeda-beda. Laba selalu digunakan sebagai dasar untuk pembuatan dalam kontrak bisnis dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Laba juga digunakan sebagai dasar pemberian bonus bagi manajer, dan sebagai kriteria penilaian kinerja perusahaan. Perusahaan dengan laba yang tinggi akan terlihat memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan yang memiliki laba rendah. Manajer dapat menggunakan kesempatannya untuk memodifikasi laba dalam rangka untuk mempengaruhi pembuatan keputusan perusahaan. Beberapa perusahaan menaikkan laba mereka dengan tujuan untuk meningkatkan kesempatan dalam memperoleh perlindungan.


(29)

Kecenderungan untuk lebih memberikan perhatian pada laba, dan pengukuran kinerja manajemen berdasarkan laba, mendukung berbagai perilaku disfungsional, salah satu diantaranya adalah manajemen laba. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan rendahya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi jika laba yang dilaporkan tersebut dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan yang terbaik.

Semakin agresif metode akuntansi yang diterapkan, semakin rendah kualitas laba; semakin rendah kualitas laba, semakin tinggi penetapan resiko (risk assessment); semakin tinggi penetapan resiko, semakin rendah nilai suatu perusahaan yang dianalisis (Hennie Van Greuning, 2005:32). Kualitas laba yang ditentukan secara konservatif dianggap lebih tinggi karena lebih kecil kemungkinan kinerja kini dan perkiraan kinerja masa depan dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan cara yang lebih agresif (K.R Subramanyam, 2005:134).

Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat berbagai pengertian kualitas laba dalam perspektif kebermanfaatan dalam pengambilan keputusan (decision usefulness). Schipper dan Vincent, 2003 (dalam Sutopo, 2009) mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara


(30)

menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba. Kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu, misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.

Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/ kebijakan), dan estimasi hubungan akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi dengan laba, kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasi laba yang semakin berkualitas. Dengan menggunakan discretionary accruals,


(31)

laba berkualitas adalah laba yang mempunyai discretionary accruals yang kecil. Estimasi discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk menentukan kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya.

Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Kerangka Konseptual (Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978). Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas /konsistensi. Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, dalam penelitian empiris koefisien regresi harga dan return saham pada laba (dan ukuran-ukuran terkait yang lain misalnya aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran-ukuran kualitas laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.

Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan sebaliknya.

Kualitas laba yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kualitas laba yang berkaitan dengan pengukuran kualitas akrual dari informasi laba yang dihasilkan perusahaan. Ini diukur dengan melihat ada tidaknya manajemen laba, yang dihitung dengan discretionary accruals. Manajemen laba adalah


(32)

tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan ( Merchan dan Rockness, 1994, dalam Ma’ruf, 2006). Setiawati dan Na’im, 2000 (dalam Vidiyanto, 2009) mengemukakan bahwa manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Schipper, 1989 (dalam Vidiyanto, 2005) yang berpendapat bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal yang dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

Dalam pendekatan ini, kualitas berhubungan negatif dengan besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen dalam menggunakan pertimbangan agar menyimpang dari tujuan standar (manajemen laba). Manajemen laba yang semakin besar mengindikasi kualitas laba yang semakin rendah, dan sebaliknya. Konsep pengukuran akrual ini dianggap paling sesuai untuk memprediksi kinerja perusahaan.

3. Good Corporate Governance (GCG)

Isu corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau sering dikenal dengan masalah keagenan. Ada beberapa definisi dari GCG yang telah dikemukakan diantaranya oleh : Organization for Economics Cooperation and


(33)

Development (OECD), dan Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Seperti dijelaskan dalam OECD (dalam Warikki, 2008) Corporate Governance merupakan cara-cara manajemen perusahaan bertanggung jawab kepada para pemiliknya (pemegang saham). Sedangkan penjelasan dalam FCGI (dalam Warikki, 2008), corporate governance adalah seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya, yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Seperti diuraikan dalam OECD ( dalam Fala, 2007), terdapat empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat prinsip tersebut adalah :

1. Keadilan (fairness), menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

2. Transparansi (transparency), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat, waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana diawasi oleh dewan komisaris.

4. Pertanggungjawaban (responsibility), memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

Menurut Lins dan Wanock, 2004 ( dalam Warikki, 2008) secara umum mekanisme Good Corporate Governance dapat diklasifikasikan kedalam dua


(34)

kelompok. Pertama adalah mekanisme internal spesifik perusahaan yang terdiri atas struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan. Kedua adalah mekanisme eksternal spesifik negara yang terdiri atas aturan hukum dan pasar pengendalian korporat. Penelitian ini akan memasukkan mekanisme internal spesifik perusahaan sebagai variabel pemoderasi, yaitu :

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen puncak (Morck, Schleifer, dan Vishny, 1989 dalam Boediono, 2005). Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba yang berkaitan dengan kandungan informasi dalam laba.

b. Komisaris Independen

Peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atau pelaporan keuangan. Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate


(35)

Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Melalui perannya dalam fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan fungsi pengawasan terhadap manajemen, karena komisaris independen tidak mempunyai kepentingan yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjalankan kewajiban secara adil di perusahaan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

Agung Suaryana (2006) Pengaruh Konservatisme Laba terhadap koefisien respon laba Cumulatif abnormal return, unexpected earning, dan daya prediksi laba sebagai variabel dependen, dan Konservatisme, persistensi laba, pertumbuhan laba, sebagai variabel independen Akuntansi konservatif mempunyai daya prediksi laba yang lebih rendah dibandingkan akuntansi non konservatif. Dwi Yana Amalia S.Fala (2007) Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan dimoderasi oleh

Market to book ratio sebagai variabel dependen dan konservatisme sebagai variabel independen serta Konservatisme berpengaruh signifikan terhadap penilaian ekuitas perusahaan. Variabel jumlah


(36)

Good Corporate Governance (GCG) kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen sebagai variabel moderasi dewan komisaris independen sebagai salah satu mekanisme GCG dapat menjadi variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan konser vatisme dengan penilaian ekuitas. Sedangkan mekanisme GCG lainnya yaitu kepemilikan manajerial tidak dapat menjadi variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan konser vatisme dengan penilaian ekuitas perusahaan. Magdalena Warikki (2008) Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Perusahaan dimoderasi oleh Good Corporate Governance (GCG) Discretionary accruals sebagai variabel dependen dan konservatisme sebagai variabel independen serta kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen sebagai variabel moderasi Konservatisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Sedangkan dua variabel GCG yaitu kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak dapat menjadi variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi konservatisme dengan kualitas laba perusahaan. Sumber : Hasil Olahan Peneliti


(37)

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah : 1. Pada penelitian terdahulu populasinya adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdatar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan penelitian yang dilakukan penulis membatasi pada kategori perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Penelitian yang dilakukan penulis memiliki periode waktu penilaian yang lebih panjang yaitu selama lima tahun (2004-2008), sedangkan penelitian sebelumnya memiliki periode selama empat tahun (2004-2007).

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variable-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel independen (Maya, 2009).

Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Lo, 2005 (dalam Warikki, 2008) mendefinisikan konservatisme sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi Penerapan konservatisme diharapkan akan membawa pengaruh terhadap kualitas laba perusahaan, khususnya kualitas akrual. Besarnya laba yang dihasilkan


(38)

perusahaan sering dijadikan tolak ukur untuk menilai kinerja manajemen. Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan keuangan. Selain prinsip konservatisme, penerapan Good Corporate Governance (GCG), khususnya mekanisme internal (kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen) diduga juga mempunyai pengaruh terhadap hubungan konservatisme dan kualitas laba akrual. Atas dasar pemahaman tersebut, maka dibuatlah kerangka konseptual penelitian ini, yaitu :

H3

H1

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Konservatisme Akuntansi

(X1)

Kualitas Laba Akrual (Y)

Komposisi Komisaris Independen

(X3)

Kepemilikan Manajerial (X2)


(39)

Keterangan :

Y = Kualitas Laba Akrual X1 = Tingkat konservatisme X2 = Kepemilikan Manajerial

X3 = Komposisi komisaris independen 2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2008:49), menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan adalah sebagai berikut :

H1 : Konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba akrual

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Kepemilikan manajerial mampu memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Komposisi komisaris independen mampu memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2006:72), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur bidang barang konsumsi (Consumer Goods Industries) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tahun 2004-2008 yang berjumlah 40 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:55). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.

Kriteria yang dijadikan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(41)

1. Perusahaan manufaktur kategori barang konsumsi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari 2004 dan tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan (2004-2008).

2. Data laporan tahunan harus memuat informasi mengenai kepemilikan manajerial.

3. Data laporan tahunan harus memuat informasi mengenai komposisi komisaris independen.

Proses Pemilihan Sampel dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1

Daftar Sampel Penelitian

No Perusahaan

Kriteria

Kode Sampel

1 2 3

1 PT Ades Water Indonesia Tbk √ √ ADES

2 PT Aqua Golden Missisipi Tbk √ AQUA

3 PT Cahaya Kalbar Tbk √ CEKA

4 PT Davomas Abadi Tbk DAVO

5 PT Indofood Sukses M. Tbk √ √ √ INDF Sampel 1

6 PT Mayora Indah Tbk √ MYOR

7 PT Multi Bintang I. Tbk √ MLBI

8 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ PSDN Sampel 2

9 PT Delta Jakarta Tbk √ DLTA

10 PT Sari Husada Tbk √ SHDA

11 PT Sekar Bumi Tbk √ SKBM

12 PT Sekar Laut Tbk √ √ √ SKLT Sampel 3

13 PT Siantar Top √ √ √ STTP Sampel 4

14 PT Suba Indah SUBA

15 PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk √ AISA

16 PT Ultra Jaya Tbk √ ULTJ

17 PT Fast Food Indonesia √ FAST

18 PT Smart Tbk √ SMAR

19 PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ TBLA Sampel 5

20 PT BAT Indonesia Tbk √ BATI

21 PT Bentoel International I. Tbk √ RMBA

22 PT Gudang Garam Tbk √ GGRM

23 PT HM Sampoerna Tbk √ HMSP


(42)

25 PT Bristol-Myers Tbk SQBI

26 PT Darya-Varia L Tbk √ DVLA

27 PT Indofarma Tbk √ INAF

28 PT Kalbe Farma Tbk √ KLBF

29 PT Kimia Farma Tbk √ KAEF

30 PT Merck Tbk √ MERK

31 PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ PYFA Sampel 6

32 PT Schering Plough I. Tbk √ SCPI

33 PT Tempo Scan P. Tbk √ TSPC

34 PT Mandom Indonesia Tbk √ √ √ TCDI Sampel 7

35 PT Mustika Ratu Tbk √ MRAT

36 PT Sara Lee B. C. I. Tbk √ PROD

37 PT Unilever Indonesia Tbk √ UNVR

38 PT Kedaung Indah C. Tbk √ √ √ KICI Sampel 8

39 PT Kedawung Setia. Tbk √ KDSI

40 PT Langgeng Makmur I. Tbk √ √ √ LMPI Sampel 9 Sumber : Hasil Olahan Peneliti

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. “Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Erlina, 2008:24). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan mendownload melalui situs dalam penelitian ini termasuk data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mendownload melalui www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang dibutuhkan.


(43)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya/terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi yang merupakan reaksi hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Secara lebih spesifik, prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan.

Pengukuran tingkat konservatisme akuntansi yang sering digunakan adalah akrual, yaitu selisih antara net income dan cash flow from operation. Apabila akrual bernilai negatif, maka laba dapat digolongkan konservatif.

Rumus untuk menghitung akrual :

Cit = NIit – CFit

Dimana :

Cit : Konservatisme perusahaan i pada tahun t

NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t


(44)

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laba, khususnya kualitas akrual. Kualitas laba menurut Gumanti, 2001 (dalam Tanumihardjo, 2006) salah satunya dapat diukur melalui discretionary accruals (DACit) yang akan mengindikasikan ada atau tidaknya manajemen laba. Nilai discretionary accruals yang positif mengindikasikan kualitas laba yang rendah, sedangkan nilai discrenationary accrual yang negatif mengindikasikan kualitas laba yang tinggi.

Model perhitungannya adalah sebagai berikut :

TACit = NIit – CFit

Dimana :

TACit : Total accruals perusahaan i pada tahun t

NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t

CFit : Arus kas kegiatan operasi perusahaan i pada tahun t

DACit = (TACit/SALESit) – (TACit-1/SALESit-1)

Dimana :

DACit : Dicretionary accruals perusahaan i pada tahun t


(45)

SALESit : Penjualan perusahaan i pada tahun t t : Periode tes

t-1 : Periode sebelumnya 3. Variabel Pemoderasi

Variabel pemoderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance (GCG), yang berkaitan dengan mekanisme internal spesifik perusahaan. Mekanisme internal spesifik perusahaan tersebut terdiri dari struktur kepemilikan, yang menggunakan variabel kepemilikan manajerial, dan struktur pengelolaan, yang menggunakan variabel jumlah komisaris independen.

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan besarnya persentase saham yang dimiliki oleh pihak manajemen prusahaan. Pemilik manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari pihak manajemen, yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Informasi mengenai besarnya kepemilikan manajerial ini akan diperoleh dari laporan keuangan tahunan masing-masing perusahaan.

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah saham yang dimiliki direktur dan komisaris

X 100 % Jumlah Saham


(46)

b. Komposisi Komisaris Independen

Komisaris independen adalah komisaris yang tidak mempunyai kepentingan internal di perusahaan. Informasi mengenai jumlah komisaris independen ini akan diperoleh dari laporan tahunan masing-masing perusahaan. Komposisi komisaris independen dapat dihitung dengan :

Tabel 3.2

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Jenis Variabel Defenisi Indikator Pengukuran

Independen Konservatisme (X) Metode akuntansi berterima umum yang melaporkan aktiva dengan nilai terendah, kewajiban dengan nilai tertinggi, menunda pengakuan pendapatan, serta mempercepat pengakuan biaya.

Cit=Nit-CFit Rasio

Dependen Kualitas Laba Akrual (Y) Laba yang menunjukkan kondisi yang sebenarnya dan dapat digunakan stakeholders sebagai dasar pengambilan keputusan yang baik.

DACit=(TACit/SALESt

)-(TACit-1/SALESit-1)

Rasio

Jumlah komisaris independen

X 100 % Jumlah komisaris


(47)

Moderasi 1 Kepemilikan Manajerial (X2) Pihak manajemen yang ikut serta dalam kepemilikan saham.

Jumlah saham yang dimiliki pihak

manajemen dibagi total saham dikali 100 %

Rasio Moderasi 2 Komposisi Komisaris Independen (X3) Komisaris yang tidak mempunyai kepentingan internal. Jumlah komisaris independen dibagi jumlah total komisaris dikali 100%

Rasio

Sumber : Hasil Olahan Peneliti

F. Metode Analisis Data

1. Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linear sederhana dan regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS versi 15. Penggunaan metode analisis dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi tersebut meliputi :

a. Uji Normalitas Data

Menurut Nugroho (2005:18), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Pada uji normalitas, data dikatakan berdistribusi normal jika residual (nilai pengganggu) mendekati nol. Pengujian normalitas ini dilakukan dengan uji one sample Kolmogorov-smirnov. Dengan α = 5%, bila sig >

α , maka data mempunyai distribusi normal. Dan sebaliknya, jika sig <


(48)

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Nugroho (2008 : 58), uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel lainnya.

c. Uji Autokorelasi

Menurut Nugroho (2005:59), uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan penganggu pada periode satu dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik, seharusnya tidak terdapat autokorelasi. Uji ini dapat dilakukan dengan menhitung nilai Durbin-Watson. Beberapa kriteria untuk mendeteksi autokorelasi :

• Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif

• Angka D-W diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi

• Angka D-W diatas 2 berarti ada autokorelasi. d. Uji Heterokedastisitas

Menurut Nugroho (2005:62), uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (varians) antar satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu. Jika membentuk pola tertentu maka telah terjadi gejala heterokedastisitas.


(49)

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji-t. Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain untuk menguji pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara parsial.

Persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + ε...(1) Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X1X2 + ε...(2) Y = α + β1X1 + β2X3 + β3X1X3 + ε...(3)

Keterangan :

Y = Discretionary accruals X1 = Konservatisme akuntansi X2 = Kepemilikan manajerial

X3 = Komposisi komisaris independen

X1X2 =Pengaruh konservatisme akuntansi dan kepemilikan manajerial X1X3 = Pengaruh konservatisme akuntansi dan komposisi komisaris

independen. α = Konstanta ε = Error


(50)

G. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu sebagaimana tertera pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian November 2009 Desember 2009 Januari 2010 Februari 2010 Maret 2010 April 2010 Pencarian Data awal Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Pelaporan Akhir Sumber : Hasil Olahan Peneliti


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat sembilan perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2004-2008.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari manufaktur dari tahun 2004 sampai tahun 2008 yang dijabarkan dalam bentuk statistik. Variabel dari peneltian ini terdiri dari konservatisme akuntansi sebagai variabel bebas (independent variable), discretionary accruals (ukuran kualitas laba akrual) sebagai variabel terikat (dependent variable), dan kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen sebagai variabel


(52)

pemoderasi (moderating variable) antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual. Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel perusahaan barang konsumsi selama periode 2004-2008 disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel-variabel selama tahun 2004 sampai tahun 2008

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Discretionary

Accruals 45 -.5262 .8504 .020900 .2412251

Konservatisme 45 -76660959 000.0000 89076567 060.0000 -10461839 333.99999 0 29407440908. 4868800 Kepemilikan

Manajerial 45 .0002 .2308 .041409 .0730605

Komposisi Komisaris Independen

45 .2000 .6666 .358498 .0803737

Valid N (listwise) 45

Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:

a. Variabel Y sebagai discretionary accruals memiliki nilai minimum 0.5262 dan maksimum 0.8504. Dengan rata-rata 0.0209 dan standar deviasinya 0.2412251. Serta jumlah amatan sebanyak 45.

b. Variabel X1 sebagai konservatisme akuntansi memiliki nilai minimum -76660959000dan nilai maksimum 89076567060 dengan rata-rata sebesar -10461839333.9999 dan standar deviasi 29407440908.48688. Serta jumlah amatan sebanyak 45.

c. Variabel X2 sebagai kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum 0.0002 dan nilai maksimum 0.2308 dengan rata-rata


(53)

0.041409 dan standar deviasi 0.0730605. Serta jumlah amatan sebanyak 45.

d. Variabel X3 sebagai komposisi komisaris independen memiliki nilai minimum 0.2dan nilai maksimum 0.6666 dengan rata-rata 0.358498 dan standar deviasi 0.0803737 . Serta jumlah amatan sebanyak 45. 2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas terhadap data dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.

Tabel 4.2 Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation .20685628

Most Extreme Differences Absolute .172

Positive .172

Negative -.156

Kolmogorov-Smirnov Z 1.157

Asymp. Sig. (2-tailed) .138


(54)

Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.157 dan signifikansi pada 0.138 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal karena p = 0.138 > 0.05.

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk memenuhi salah satu asumsi penting dalam model regresi berganda, yaitu variabel-variabel independen dalam model regresi tersebut tidak berkorelasi secara sempurna. Uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat angka tolerance dan nilai VIF dari masing-masing variabel independen yang diuji. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts

t Sig

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleran

ce VIF

1 (Constant) .152 .162 .943 .351

Konservatisme

3.81E-012 .000 .465 3.193 .003 .919 1.088

Kepemilikan

Manajerial -.410 .471 -.124 -.870 .390 .958 1.044

Komposisi Komisaris Independen

-.208 .428 -.069 -.485 .630 .959 1.043

a Dependent Variable: Discretionary Accruals

Batas yang digunakan angka tolerance adalah 0.10 dan batas untuk nilai VIF adalah 10. Dari hasil pengujian yang dilakukan terlihat bahwa tidak ada nilai tolerance yang kurang dari 0.10 dan tidak ada angka VIF


(55)

yang lebih dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson.

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .683(a) .466 .411 .1872187 1.774

a Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial, Komposisi Komisaris Independen, Konservatisme

b Dependent Variable: Discretionary Accruals

Tabel 4.7 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1.774 berada pada angka D-W di antara -2 dan 2, berarti tidak terjadi autokorelasi. d. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS.


(56)

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.

Regression Standardized Predicted Value

4 2 0 -2 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l 3 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot

Dependent Variable: Discretionary Accruals

Gambar 4.1 Scatterplot

Hasil pengujian heterokedastisitas dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi tersebut. Penulis juga melakukan uji glejser untuk menguji kepastian tidak terjadinya heteroskedastisitas. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(57)

Tabel 4.5 Uji Glejser

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .307 .114 2.689 .010

Konservatisme

1.10E-012 .000 .201 1.297 .202

Kepemilikan

Manajerial -.494 .333 -.225 -1.482 .146

Komposisi Komisaris Independen

-.369 .303 -.185 -1.219 .230

a Dependent Variable: absut

Dari hasil regresi diatas menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya adalah 0.202, 0.146, dan 0.230. Semuanya berada diatas 0.05 maka dapat dipastikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

3. Analisis Regresi

a. Persamaan Regresi

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Persamaan regresi yang pertama bertujuan untuk melihat pengaruh konservatisme akuntansi terhadap discretionary accruals, yang merupakan ukuran kualitas laba akrual. Ini dapat dilihat pada tabel berikut


(58)

Tabel 4.6 Persamaan Regresi 1

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B Std. Error Beta

1 (Constant) .057 .035 1.641 .108

Konservatisme 3.49E-012 .000 .425 3.083 .004

a Dependent Variable: Discretionary Accruals

Dari tabel diatas dapat ditentukan persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0.057 + 3.49 X + ε

Keterangan :

1) Konstanta sebesar 0.057 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X = 0) maka discretionary accruals adalah sebesar 0.057.

2) β1 sebesar 3.49 menunjukkan bahwa setiap kenaikan

konservatisme akuntansi sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals sebesar 3.49.

Persamaan regresi yang kedua bertujuan untuk melihat apakah variabel kepemilikan manajerial mampu memoderasi hubungan konservatisme akuntansi dan discretionary accruals. Ini dapat dilihat pada tabel berikut :


(59)

Tabel 4.7 Persamaan Regresi 2

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .067 .041 1.639 .109

Konservatisme

2.76E-012 .000 .337 2.209 .033

Kepemilikan

Manajerial -.407 .456 -.123 -.892 .377

MODERAT_1

9.82E-011 .000 .263 1.759 .086

a Dependent Variable: Discretionary Accruals

Dari tabel diatas, dapat ditentukan persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0.067 + 2.76X1 – 0.407X2 + 9.82X1X2

Keterangan :

1) Konstanta sebesar 0.067 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X = 0) maka discretionary accruals adalah sebesar 0.067.

2) β1 sebesar 2.76 menunjukkan bahwa setiap kenaikan

konservatisme akuntansi sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals sebesar 2.76.

3) β2 sebesar -0.407 menunjukkan bahwa setiap kenaikan

kepemilikan manajerial sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan discretionary accruals sebesar 0.407

4) β3 sebesar 9.82 menunjukkan bahwa setiap kenaikan


(60)

kepemilikan manajerial) sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals sebesar 9.82

Persamaan regresi yang ketiga bertujuan untuk melihat apakah variabel komposisi komisaris independen mampu memoderasi hubungan konservatisme akuntansi dan discretionary accruals. Ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Persamaan Regresi 3

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .131 .162 .808 .424

Konservatisme

2.34E-012 .000 .285 .252 .802

Komposisi Komisaris Independen

-.204 .432 -.068 -.473 .639

MODERAT_2

3.69E-012 .000 .155 .137 .891

a Dependent Variable: Discretionary Accruals

Dari tabel diatas, dapat ditentukan persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0.131 + 2.34X1 – 0.204X3 + 3.69X1X3

Keterangan :

1) Konstanta sebesar 0.131 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X = 0) maka discretionary accruals adalah sebesar 0.131.

2) β1 sebesar 2.34 menunjukkan bahwa setiap kenaikan

konservatisme akuntansi sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan discretionary accruals sebesar 2.34.


(61)

3) β2 sebesar -0.204 menunjukkan bahwa setiap kenaikan

komposisi komisaris independen sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan discretionary accruals sebesar 0.204

4) β3 sebesar 3.69 menunjukkan bahwa setiap kenaikan

MODERAT_2 (perkalian konservatisme akuntansi dan komposisi komisaris independen) sebesar 1% akan diikuti oleh discretionary accruals sebesar 3.69

b. Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi/ R Square (R2) dilakukan untuk melihat seberapa besar proporsi variabel independen, dalam hal ini tingkat konservatisme, kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen, MODERAT_1 (perkalian antara tingkat konservatisme dan kepemilikan manajerial), dam MODERAT_2 (perkalian antara tingkat konservatisme dan komposisi komisaris independen), dapat mempengaruhi variabel dependen, yaitu discretionary accruals. Hasil Uji Koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Uji R Square Model Summary

a Predictors: (Constant), MODERAT_2, Komposisi Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, MODERAT_1, Konservatisme

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate


(62)

Dari hasil uji dapat dilihat nilai R sebesar 0.514, hal ini berarti hubungan antara discretionary accruals dengan variabel-variabel independen nya adalah kuat karena berada diatas 0.5. Nilai R Square didapat 0.265, namun untuk mengevaluasi model regresi sebaiknya digunakan nilai Adjusted R Square yaitu 0.170. Hasil ini menjelaskan bahwa 0.170 (17 %) dari variasi discretionary accruals dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yang ada.. Sedangkan sisanya 83 % (100%-17%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard Error of the Estimate (SEE) model tersebut adalah 0.2197165. SEE yang semakin kecil akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

c. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (t test). Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya.

Hasil pengujian hipotesis pertama terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.10

Uji t Hipotesis 1

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B Std. Error Beta

1 (Constant) .057 .035 1.641 .108

Konservatisme 3.49E-012 .000 .425 3.083 .004


(63)

Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel konservatisme akuntansi adalah sebesar 3.083 dengan nilai signifikan 0.004. Hasil uji statistik tersebut disimpulkan bahwa t hitung adalah 3.083 sedangkan t tabel adalah 2.0181, sehingga t hitung > t tabel (3.083 > 2.0181), maka konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap discretionary accruals. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka < 0.05 (0.004 < 0.05), maka dapat disimpulkan konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals.

Hasil pengujian hipotesis kedua terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.11

Uji t Hipotesis 2 Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

T Sig

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .067 .041 1.639 .109

Konservatisme

2.76E-012 .000 .337 2.209 .033

Kepemilikan

Manajerial -.407 .456 -.123 -.892 .377

MODERAT_1

9.82E-011 .000 .263 1.759 .086

a Dependent Variable: Discretionary Accruals

Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel MODERAT_1 yang merupakan interaksi antara konservatisme akuntansi dengan kepemilikan manajerial adalah sebesar 1.759 dengan nilai signifikan 0.086. Hasil uji statistik tersebut disimpulkan bahwa t hitung adalah 1.759 sedangkan t tabel adalah 2.0181, sehingga t hitung < t tabel


(64)

(1.759 < 2.0181), maka kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan konservatisme akuntansi dan discretionary accruals. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0.05 (0.086 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak mampu memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan discretionary accruals.

Hasil pengujian hipotesis ketiga terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12 Uji t Hipotesis 3

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .131 .162 .808 .424

Konservatisme

2.34E-012 .000 .285 .252 .802

Komposisi Komisaris Independen

-.204 .432 -.068 -.473 .639

MODERAT_2

3.69E-012 .000 .155 .137 .891

a Dependent Variable: Discretionary Accruals

Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel MODERAT_2 yang merupakan interaksi antara konservatisme akuntansi dengan komposisi komisaris independen adalah sebesar 0.137 dengan nilai signifikan 0.891. Hasil uji statistik tersebut disimpulkan bahwa t hitung adalah 0.137 sedangkan t tabel adalah 2.0181, sehingga t hitung < t tabel (0.137 < 2.0181), maka komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap hubungan konservatisme akuntansi dan


(65)

discretionary accruals. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0.05 (0.891 > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel komposisi komisaris independen tidak mampu memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dan discretionary accruals .

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba akrual. Tabel 4.10 menunjukkan t hitung > t tabel (3.083 > 2.0181), maka konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap discretionary accruals, yang merupakan ukuran dari kualitas laba akrual. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka < 0.05 (0.004 < 0.05), maka dapat disimpulkan konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba akrual.

Berdasarkan hasil review penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Magdalena (2008), serta hasil penelitian Mayangsari dan Wilopo 2002 (dalam Fala, 2007). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba akrual. Jadi semakin tinggi tingkat konservatisme, maka akan dihasilkan laba yang semakin berkulaitas, dan sebaliknya.


(66)

2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dalam Hubungan Antara Konservatisme Akuntansi dengan Kualitas Laba Akrual

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial mampu memoderasi hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual. Tabel 4.11 menunjukkan t hitung < t tabel (1.759 < 2.0181), maka kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan konservatisme akuntansi dan discretionary accruals, yang merupakan ukuran kualitas laba akrual. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0.05 (0.086 > 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial bukanlah variabel pemoderasi dalam hubungan konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual.

Berdasarkan review penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukn oleh Magdalena (2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba akrual. Kepemilikan manajerial yang tinggi sering terjadi karena motif lain, seperti memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi. Selain itu, hal tersebut mungkin saja terjadi karena struktur kepemilikan manajerial di Indonesia masih sangat kecil.


(1)

Statistik Deskriptif Variabel-variabel selama tahun 2004 sampai tahun

2008

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Discretionary

Accruals 45 -.5262 .8504 .020900 .2412251

Konservatisme

45

-76660959 000.0000

89076567 060.0000

-10461839 333.99999 0

29407440908. 4868800 Kepemilikan

Manajerial 45 .0002 .2308 .041409 .0730605

Komposisi Komisaris Independen

45 .2000 .6666 .358498 .0803737


(2)

Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation .20685628

Most Extreme Differences Absolute .172

Positive .172

Negative -.156

Kolmogorov-Smirnov Z 1.157


(3)

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardi zed Coefficie

nts

t Sig

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleran

ce VIF

1 (Constant) .152 .162 .943 .351

Konservatisme

3.81E-012 .000 .465 3.193 .003 .919 1.088

Kepemilikan

Manajerial -.410 .471 -.124 -.870 .390 .958 1.044

Komposisi Komisaris Independen


(4)

Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson


(5)

Hasil Uji Heterokedastisitas

Regression Standardized Predicted Value

4 2 0 -2 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l 3 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot

Dependent Variable: Discretionary Accruals

Hasil Uji Glejser

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B Std. Error Beta

1 (Constant) .307 .114 2.689 .010

Konservatisme

1.10E-012 .000 .201 1.297 .202

Kepemilikan

Manajerial -.494 .333 -.225 -1.482 .146

Komposisi Komisaris


(6)

Hasil Uji t Hipotesis 1

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig

B Std. Error Beta

1 (Constant) .057 .035 1.641 .108

Konservatisme 3.49E-012 .000 .425 3.083 .004

Hasil Uji t Hipotesis 2

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B Std. Error Beta

1 (Constant) .067 .041 1.639 .109

Konservatisme

2.76E-012 .000 .337 2.209 .033

Kepemilikan

Manajerial -.407 .456 -.123 -.892 .377

MODERAT_1

9.82E-011 .000 .263 1.759 .086

Hasil Uji t Hipotesis 3

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B Std. Error Beta

1 (Constant) .131 .162 .808 .424

Konservatisme

2.34E-012 .000 .285 .252 .802

Komposisi Komisaris Independen

-.204 .432 -.068 -.473 .639

MODERAT_2


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 62 92

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Rasio Profitabilitas pada Perusahaan Go Public (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

6 99 88

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011 - 2013

4 84 89

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 63 101

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1 74 88

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating Pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 46 80

Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013

32 241 88

Pengaruh Kualitas Auditor, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 12 111