5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum
SDN Telukan 03 Grogol Sukoharjo berdiri pada tahun 1982. Sekolah ini beralamat di Telukan RT 02RW 01 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Jumlah karyawan di
SDN Telukan 03 Grogol sebanyak 13 orang yang terdiri dari 11 guru, satu kepala sekolah dan satu penjaga sekolah, sedangkan jumlah siswa pada tahun 2016 adalah 101
siswa. SDN Telukan 03 Grogol Sukoharjo memiliki satu kantin sekolah yang berada di dalam lingkungan sekolah. kantin sekolah selain menjual makanan dan minuman
kemasan juga menjual makanan matang contohnya nasi bungkus, es kucir dan gorengan. Pada waktu istirahat para siswa membeli jajanan atau makanan di kantin sekolah. Siswa
tidak diperbolehkan keluar lingkungan sekolah pada jam istirahat, sedangkan jika ingin membeli jajanan di luar sekolah harus menunggu jam pulang sekolah atau membeli dari
halaman sekolah. Penjual makanan keliling banyak yang berjualan di luar sekolah. Makanan dan minuman yang dijual bermacam-macam contohnya cakwe, bakso, roti
bakar, leker, siomay, tela-tela, telur goreng, mie, agar-agar, pop ice, es cincau, es doger, es sirup, dan lain sebagainya Profil Sekolah.
3.2 Analisis Univariat
3.2.1 Karakteristik Responden
Responden adalah siswa kelas tiga sampai kelas enam yang diambil dari populasi secara
Sistematic Random Sampling
. Jumlah keseluruhan responden adalah 44 siswa, sedangkan jumlah populasi 101 siswa. Pada penelitian ini
terdiri dari 25 anak 56,8 laki-laki dan 19 anak perempuan 43,2. Rata-rata umur responden adalah 10 tahun. Umur minimal adalah 8 tahun dan maksimal
12 tahun. 3.1.2
Distribusi Status Gizi Berdasarkan IMTU
Tabel 1. Distribusi Status Gizi Berdasarkan IMTU
Kategori n
Sangat kurus 2
4,5 Kurus
4 9,1
Normal 34
77,3 Gemuk
1 2,3
Sangat gemuk 3
6,8 Pengukuran antropometri pada penelitian ini menggunakan indeks massa
tubuh menurut umur IMTU. Indikator IMTU merupakan indikator yang
6 paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang menggambarkan keadaan
status gizi masa lalu dan masa kini karena berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu WHO, 2007.
Status gizi berdasarkan indeks IMTU dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu sangat kurus -3, kurus -3 SD sd -2 SD, normal -2 SD sd
1 SD, gemuk 1 SD sd 2 SD dan obesitas 2 SD Depkes, 2010. Statistik deskriptif status gizi berdasarkan nilai IMTU dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Statistik Deskriptif Status Gizi Berdasarkan Nilai IMTU
Statistik deskriptif Nilai IMTU
Mean
-0,48 Standar Deviasi
1,45 Minimum
-3,23 Maksimum
2,53
Responden dalam penelitian ini memiliki
mean
atau rata-rata nilai IMTU sebesar -0,48 dengan nilai minimum -3,23 yang berarti tergolong dalam status
gizi buruk dan nilai maksimum 2,53 yang berarti tergolong status gizi lebih. Sebagian besar responden memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 77,3.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Seprianty 2015 yang menyatakan penelitian status gizi berdasarkan IMTU terhadap siswa yang
berusia antara 7-10 tahun di SD Negeri 1 Sungaililin didapatkan jumlah siswa yang memiliki gizi baik sebesar 77,0. Status gizi yang normal dapat terjadi
apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja mencapai tingkat kesehatan optimal Lestari, 2016. Selain status gizi normal, masih ditemukan siswa dengan status gizi sangat
kurus dan kurus. Persentase status gizi siswa sangat kurus sebanyak 4,5 dan status gizi kurus sebanyak 9,1. Persentase status gizi siswa sangat kurus
sebanyak 4,5 dan status gizi kurus sebanyak 9,1. Persentase ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Lestari 2011 yang menyatakan sebanyak 14,6
responden berstatus gizi kurus. Penyebab gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang makan atau ketika kebutuhan tubuh normal terhadap suatu
nutrient tidak terpenuhi. Keadaan gizi kurang juga diakibatkan oleh faktor-faktor lain seperti faktor kebersihan diri. Jika seseorang memiliki praktik
hygiene
7 rendah maka dengan mudah penyakit atau patogen menyerang suatu individu
Gibney, 2009. Responden dengan status gizi gemuk sebesar 2,3 dan sangat gemuk
sebanyak 6,8. Prevalensi pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian Mariza 2012 yang menyatakan prevalensi
overweight
dan
obesitas
anak sekolah dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang sebesar 19,7 untuk
overweight
dan 8 untuk obesitas. Menurut Mariza 2012, obesitas dapat terjadi karena ketika anak melewatkan sarapan dan merasa lebih lapar maka
anak tersebut akan mengonsumsi makanan berkalori lebih tinggi yang didapatkan dari makanan jajanan. Pada penelitian tersebut juga dinyatakan
responden yang tidak biasa sarapan akan berisiko menjadi biasa jajan sebesar 1,5 kali. Sedangkan kebiasaan jajan memiliki risiko 7 kali lebih besar terhadap
terjadinya status gizi lebih. 3.1.3
Distribusi Higiene Personal Responden
Tabel 3. Distribusi Higiene Personal Responden
Kategori n
Sedang 10
22,7 Baik
34 77,3
Berdasarkan data higiene personal pada penelitian ini terdapat sebanyak 77,3 responden memiliki higiene personal baik. Menurut Hidayat 2010
personal hygiene
dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh, yang dapat dilakukan dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, dan memakai
pakaian yang bersih. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dikarenakan tangan seringkali menjadi agen yang
membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik kontak langsung maupun tidak langsung. Riset global juga
menunjukkan bahwa kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun CTPS tidak hanya mengurangi, tapi mencegah kejadian diare hingga 50 dan ISPA hingga 45
Purwandari, Ardiana Wantiyah, 2013. Karakteristik statistik deskriptif higiene personal dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Statistik Deskriptif Higiene Personal
Statistik deskriptif Skor Higiene Personal
Mean
46,59 Standar Deviasi
7,14 Nilai Minimum
29,50 Nilai Maksimum
58,99
8
Mean
atau rata-rata higiene personal responden berdasarkan Tabel 4 didapat skor higiene personal sebesar 46,59. Nilai minimum dari higiene personal adalah
29,50 yang berarti dalam kategori sedang dan nilai maksimum sebesar 58,99 yang berarti dalam kategori baik. Higiene personal dapat dikatakan kurang
apabila mendapat skor 12, kategori sedang jika skor higiene personal 12 sampai dengan 39,99 dan dikatakan
baik apabila mendapat skor ≥40. Berdasarkan penelitian di SDN Telukan 03 Grogol Sukoharjo sebagian besar
siswa memiliki higiene personal baik yaitu sebanyak 34 siswa 77,3. Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa sebesar 22,7 responden memiliki
higiene personal sedang. Penelitian yang dilakukan oleh Raples 2013 yang dilakukan di SDN 38 Kuala Alam Kota Bengkulu menyatakan responden yang
memiliki tingkat
personal hygiene
baik sebesar 56,8, sedangkan tingkat
personal hygiene
sedang sebesar 35,8. Apabila kedua penelitian dibandingkan, terlihat bahwa persentase
personal hygiene
pada penelitian Raples lebih rendah. Hal ini disebabkan karena pada penelitian tersebut didapatkan pernyataan bahwa
kurangnya fasilitas di SDN 38 Kuala Alam yang mendukung kesehatan, diantaranya tidak ada sumber air bersih di sekolah dan tidak ada tempat cuci
tangan khusus sehingga siswa yang tidak menerapkan
personal hygiene.
3.1.4 Distribusi Kejadian Infeksi Responden
Tabel 5. Distribusi Kejadian Infeksi Responden
Kategori n
Tidak Infeksi 12
27,3 Infeksi
32 72,7
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa di SDN Telukan 03 Grogol Sukoharjo menderita infeksi yaitu sebesar 72,7.
Menurut Julia 2011, terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor lingkungan,
faktor individu, dan faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi pencemaran udara, ventilasi rumah, dan kepadatan hunian. Faktor individu meliputi umur
anak, berat badan, dan status gizi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA atau peran aktif keluarga atau masyarakat dalam
menangani penyakit ISPA. Penyakit infeksi berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare, cacingan dan penyakit pernafasan akut ISPA.
Pada anak usia sekolah dan dewasa, penyebab diare berasal dari makanan dan minuman yang terkontaminasi mikroorganisme. Diare yang disebabkan oleh
9 bakteri banyak disebabkan oleh bakteri patogen seperti
Escherichia coli, Salmonella,
dan
Vibrio cholera.
Kontaminasi sendiri dapat disebabkan oleh makanan yang tidak dimasak dengan sempurna, memakan makanan yang
mentah, serta penjamah makanan tidak menerapkan kebersihan personal Junias dan Balelay, 2008.
3.2 Analisis Bivariat