LATAR BELAKANG PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSBINDU DI WILAYAH Pemberdayaan Kader dengan Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Bayat.

2 Penanggulangan PTM merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan mandiri oleh petugas, masyarakat dan individu yang bersangkutan serta kebijakan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit harus ditangkap secara cerdas untuk selanjutnya diimplementasikan kepada masyarakat secara intensif, mengingat banyaknya masyarakat yang belum tahu tentang berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit, terutama penyakit tidak menular. Pos pembinaan terpadu atau Posbindu merupakan salah satu bentuk dari deteksi dini faktor resiko yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2010. Menurut data pengendalian penyakit tidak menular atau PPTM tahun 2015, di Indonesia terdapat 7.225 posbindu yang telah berjalan. Di Jawa Tengah sebagian besar kota maupun kabupaten juga sudah melaksanakan program Posbindu dengan baik diantaranya Kabupaten Klaten, Magelang, Sukoharjo, Semarang, Wonosobo, dan Pati. Sedangkan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sebanyak 34 Puskesmas sudah melaksanakan kegiatan Posbindu minimal satu desa dalam setiap lingkup puskesmas. Posbindu merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang melibatkan peran masyarakat baik kader, organisasi, kelompok masyarakat dan keagamaan. Penyelenggaraan kegiatan Posbindu oleh dan untuk masyarakat khusunya kader. Peran kader Posbindu dalam pelaksanaan kegiatan sangat dominan karena tenaga kesehatan hanya sebagai pendamping dan penerima rujukan, sehingga pengetahun dan ketrampilan kader perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dengan keterbatasan tenaga kesehatan dan sarana prasarana dari dinas terkait serta permasalahan kesehatan masyarakat yang begitu komplek maka diperlukan pemberdayaan kader. Penelitian yang dilakukan oleh Armiyati dan Soesanto 2014 tentang pemberdayaan kader posbindu lansia sebagai upaya peningkatan kualitas hidup lansia di desa, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa m eningkatnya jumlah kader posbindu lansia yang aktif, tersedianya media promosi kesehatan bagi lansia berupa leaflet dan lembar balik, peningkatan pengetahuan kader posbindu lansia tentang pencegahan dan penanganan masalah kesehatan pada lansia dengan hipertensi, DM, hiperuresimia dan anemia yang ditandai dengan peningkatan nilai post test dibandingkan dengan nilai pre test, meningkatnya ketrampilan kader kader posbindu lansia dalam melakukan deteksi 3 3 dini melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana, tersedianya peralatan yang dapat mendukung pengolahan tanaman obat keluarga herbal dalam rangka meningkatkan kualitas hidup lansia, kader mampu memproduksi bahan herbal berupa sirup, serbuk, ekstrak, dan minyak atsiri. Penelitian yang dilakukan Fatmah 2013 menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan hampir mencapai 15 poin, naiknya peningkatan pengetahuan tersebut didukung oleh peningkatan kemampuan kader dalam melakukan teknik penyuluhan obesitas dan hipertensi selama dua kali pengamatan lapangan pasca pelatihan, dan setelah intervensi hampir seluruh kader telah mampu menyuluh dengan baik dalam penyampaian isi sesuai media secara sistematis dan menarik, dan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader posbindu dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang dilanjutkan dengan monitoring lapangan observasi keterampilan kader. Sankar at al 2013, dalam penelitiannya menjelaskan pengetahuan dan keterampilan dinilai kembali segera setelah pelatihan dan pada 6 minggu setelah pelatihan. Pada penilaian awal, pada tenaga kesehatan pada kelompok perlakuan ditemukan memiliki signifikan lebih tinggi dan berarti pada pengetahuan sedangkan tenaga kesehatan pada kelompok eksperimen juga memiliki skor keterampilan secara signifikan lebih tinggi. Segera setelah pelatihan, skor meningkat pada kedua kelompok. Pada 6 minggu, namun juga diamati bahwa penurunan tidak seragam dalam kinerja di kedua tenaga kesehatan tersebut atas pengetahuannya dari dampak pelatihan tersebut. Jadi, pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan pada tenaga kesehatan lebih meningkat bila dibandingkan dengan pengetahuan dan keterampilan pada kelompok kontrol. Pada penelitian ini, pengukuran pengetahuan yang digunakan dengan menggunakan kuesioner sedangkan ketrampilan kader digunakan lembar observasi yang diisi oleh bidan desa sebagai observer dengan merujuk pada satu ketrampilan yaitu ketrampilan mengukur tekanan darah. Fenomena yang terjadi di masyarakat, peran kader sudah berpengaruh dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan di masyarakat, tetapi peran kader cenderung hanya berdasarkan utusan atau perintah dari tenaga kesehatan. Sehingga peran aktif kader kurang teraktualisasi dengan baik. Di sisi lain, 4 4 pengetahuan kader tentang pelayanan Posbindu masih kurang, hal ini dapat diketahui dari beberapa kader yang harus menunggu ada komando dari dinas kesehatan atau puskesmas dalam melakukan pelayanan Posbindu. Di samping itu dilihat dari ketrampilan masih ditemukan beberapa kader kurang dapat memberikan pelayanan yang maksimal terutama berkaitan dengan ketrampilan dalam pengukuran tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam pelayanan Posbindu setelah diberikan pemberdayaan kader di wilayah kerja Puskesmas Bayat.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan quasy eksperiment design serta desain penelitian yang digunakan adalah pretest and posttest control group design. Populasi penelitian ini seluruh kader kesehatan di Wilayah Puskesmas Bayat, Klaten yang berjumlah 60 orang, sampel diambil sebanyak 60 orang dengan 30 orang pada kelompok perlakuan dan 30 orang kelompok kontrol dengan teknik total sampling. Variabel independen berupa pemberdayaan kader sedangkan variabel dependen pengetahuan dan keterampilan, instrumen yang digunakan dengan kuesioner. Teknik analisis data dengan uji paired simple test dan independen paired simple t-test

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh pemberdayaan kader dengan meningkatkan pengetahuan kader

dalam pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Bayat Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan responden dari kedua kelompok sebagian besar responden berpengetahuan cukup. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mellydar 2013 pendidikan sangat mempengaruhi seseorang terhadap pengetahuan yang dimilikinya dimana melalui pendidikan maka orang tua akan dapat mengembangkan potensi dirinya dan memperoleh pengetahuan maupun ketrampilan ketrampilan yang dibutuhkannya untuk meningkatkan derajat kesehatannya serta keluarganya. Selain itu umur juga mempengaruhi pengetahuan dari seseorang dan yang terakhir informasi yang didapatkan dari wilayah tempat tinggal atau tempat kerja kader tersebut. 5 5 Kelompok eksperimen yang diberikan pemberdayaan kader terdapat perubahan tingkat pengetahuan, pada pre test pengetahuan kategori kurang yang semula terdapat 5 responden menurun menjadi 4 responden, sehingga ada penurunan sebesar 10,0. Kategori tingkat pengetahuan cukup terjadi penurunan dari 21 responden 70 menjadi 17 responden 56,7, meningkat sebesar 13,3 Tingkat pengetahuan kategori baik terjadi kenaikan yaitu dari 4 responden 13,3 menjadi 9 responden 30,0. Wawan dan Dewi 2010 meyatakan bahwa pengetahuan dapat diubah dengan strategi persuasi yaitu memberikan informasi kepada orang lain dengan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah dengan memberikan leaflet dan materi berupa ceramah. Proses pemberian materi dengan metode ceramah dan adanya komunikasi dua arah yaitu antara pemberi pendidikan kesehatan dan adanya pertanyaan dari responden menjadikan pengetahuan yang diberikan mudah dicerna sehingga menjadikan responden semakin mudah memahami materi yang disampaikan. Hasil pre test pada kelompok kontrol menunjukkan terjadi perubahan pada pengetahuan. Notoatmodjo 2010 menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu, dan hal tersebut terjadi pada saat kelompok eksperimen menerima pendidikan kesehatan. Menurut Suhendra 2006, pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual, Sumber Daya Manusia, aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial budaya, ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan. Pemberdayaan kader dapat diberikan melalui beberapa metode, diantaranya metode demonstrasi dan ceramah. Sampai saat ini efektivitas pemberdayaan kader metode demonstrasi dan ceramah terhadap perubahan, proses belajar dengan metode yang lebih mengandalakan peserta untuk mendengar, melihat dan berfikir untuk mengerjakan sesuatu tugas yang baik termasuk adanya kesadaran untuk mengetahui manfaat dari pemberdayaan kader dalam pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Bayat. Penelitian yang dilakukan Khayati 2015, menjelaskan bahwa 6

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

8 91 112

PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSBINDU Pemberdayaan Kader dengan Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Bayat.

0 3 15

PENDAHULUAN Pemberdayaan Kader dengan Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Bayat.

0 3 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM MENJALANKAN POSYANDU Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keaktifan Kader Dalam Menjalankan Posyandu Balita Di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan.

0 4 9

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

2 12 10

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

0 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG DIARE DENGAN SIKAP KADER DALAM UPAYA PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II.

0 1 6

View of HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PEMBINAAN KADER DALAMANYA MENIADI KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU DI DESA BABELAN KOTA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BABELAN I KABUPATEN BEKASI

0 0 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER TENTANG POSYANDU DAN MOTIVASI KADER POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS WERA KABUPATEN BIMA

0 1 13