View of HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PEMBINAAN KADER DALAMANYA MENIADI KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU DI DESA BABELAN KOTA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BABELAN I KABUPATEN BEKASI

  

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PEMBINAAN KADER

DALAMANYA MENIADI KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM

KEGIATAN POSYANDU DI DESA BABELAN KOTA WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BABELAN I KABUPATEN BEKASI

  

1

  2 Sri Dinengsih Tati Hartati Program studi DIV Kebidanan

  • – Fakultas Ilmu Kesehatan

    Universitas Nasional Jakarta

  

Abstrak

Keaktifan kader posyandu secara Nasional hingga tahun 2011 baru mencapai 78% dari target 80% Posyandu Sebagai

unit pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat, dalam pergerakannya dijalankan oleh para kader terpilih dari

wilayah sendiri yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu maupun diluar hari buka

posyandu.Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di

wilayahnya masing-masing. Peran kader sangat penting dalam mencapai target kesehatan nasional karena kesehatan

adalah milik bersama dan butuh kerjasama dari berbagai lintas sektor dan programPenelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan, pembinaan kaderdan lamanya menjadi kader dengan keaktifan kader dalam

kegiatan posyandu. Penelitian ini dilakukan di desa babelan kota wilayah kerja puskesmas babelan I kabupaten bekasi

dimulai bulan April

  • – Mei tahun 2016. Penelitian ini mengunakan desain observasional dengan metode pendekatan

  

cross sectional . Dengan data sekunder dan primer. Sampel penelitian ini adalah kader yang terdaftar di wilayah kerja

puskesmas babelan I berjumlah 109 responden. Teknik pengolahan data dan analisis penelitian ini mengunakan statistic

dengan aplikasi sofware SPSS 18 dengan uji statistik Chi Square dan disajikan dalam bentuk tabel dan tekstular. Hasil

penelitian ini menunjukan ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan keaktifan kader dengan

hasil P value 0,000, pada variabel pembinaan kader berhubungan dengan keaktifan kader dengan nilai P. 0,005, dan

variabel lamanya menjadi kader tidak berhubungan dengan keaktifan kader dengan nilai P. 0.460. Diperlukan kaderisasi

kader, penyegaran tentang pentingnya kegiatan posyandu di tengah masyarakat sebagai upaya pemberdayaan

masyarakat. Pemberian penghargaan bagi kader yang sudah lama menjadi kader.

  Kata Kunci : Pengetahuan, Pembinaan, Lamanya kader, Keaktifan kader

Abstract

The activeness of posyandu cadres nationally up to 2011 only reached 78% of the target 80% Posyandu As a

community-based health service unit, the movement is run by elected cadres from their own areas who are trained and

skilled to carry out routine activities in Posyandu or outside the open posyandu . The success of posyandu can not be

separated from the hard work of cadres who volunteer to manage posyandu in their respective areas. The role of cadres

is very important in achieving the national health targets because health is a common property and requires

cooperation from various cross sectors and programsThe research aims to determine the relationship between

knowledge, coaching and the length of time to become a cadre with the activeness of cadres in posyandu activities. This

research was conducted in the village of babelan city of working area of puskesmas babelan I district of bekasi started

from April to May 2016. This research use observational design with cross sectional approach method. With secondary

and primary data. The sample of this study is the cadres registered in the work area of puskesmas babelan I amounted

to 109 respondents. Data processing techniques and analysis of this research using statistics with SPSS 18 software

applications with Chi Square statistical test and presented in tabular and textual form. The result of this research shows

that there is a significant correlation between the knowledge variables with the activeness of the cadres with the result

of P value 0,000, the cadre coaching variables are related to the liveliness of the cadres with P value of 0.005, and the

variable becomes the cadre is not related to the liveliness of the cadre with P value 0.460. Cadres needed cadres,

refreshing about the importance of posyandu activities in the community as an effort to empower the community. Award

for cadres who have long been a cadre.

  Keywords: Knowledge, Development, Duration of cadres, Activity of cadres

  Pendahuluan

  Pelayanan Terpadu yang disingkat Posyandu adalah : “Suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan tehnis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini”

  . 1 Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang paling memasyarakat dewasa ini

  Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari program pembangunan secara keseluruhan. Jika dilihat dari kepentingan masyarakat, pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui perbaikan status kesehatan. Jika di lihat dari kepentingan pemerintah, maka pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan usaha memperluas jangkauan layanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta dengan peran aktif dari masyarakat sendiri. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat yang bersangkutan. 2 Millenium Develpoment Goals (MDGs) atau

  Tujuan Pembangunan Milenium adalah Deklarasi milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa- Bangsa yang dimulai September tahun 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015 9 .

  Sustainable Development Goals (SDGs) adalah

  sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan Negara-negara di dunia. Konsep SDGs melanjutkan konsep MDGs dimana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi kerangka pembangunan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MDGs diganti SDGs 9 Target utamanya mengetaskan kemiskinan, tapi di

  Indonesia akan menggunakan tiga indikator terkait dengan dokumen SDGs, yaitu pembangunan manusia yang meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan yang berskala kecil dan lingkungan yang besar berupa keterbatasan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik 9 WHO memperkirakan diseluruh duniasetiap tahunnya lebih dari 585.000 jiwa per tahun meninggal saat hamil atau bersalin. Menurut data WHO sebanyak 99% kematian ibu akibat persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. AKI di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 516 / 1000 KH, sedangkan pada tahun 2011 AKB 42 / 1000 KH.

  Jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran 7 AKI di Asia Tenggara tahun 2011 yaitu Singapura hanya 6/1000 KH, Malaysia 41/1000 KH,

  Thailand sebanyak 44/1000 KH dan Filipina 170/100.000 KH. Berdasarkan Human Development Report 2012, AKB mencapai 31/1000 KH, angka itu 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika di bandingkan Thailand. Tingginya AKI dan AKB menempatkan Indonesia pada urutan teratas di ASEAN 10 Target AKI di indonesia pada tahun 2015 adalah 102 / 100.000 KH dan AKB 15 / 1000 KH.

  Sementara itu berdasarkan survei Demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 / 100.000 KH dan angka kematian bayi (AKB) mencapai 32 / 1000 KH.Sementara itu, laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan pada tahun 2013 sebanyak 5019. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estiminasi SDKI pada tahun 2012 mencapai 160.681 anak. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Bayi (AKB) dipropinsi Jawa Barat berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, AKI mencapai 86,3 / 100.000 KH dan AKB mencapai 5,2 / 1000 KH. Banten menduduki posisi ke-5 secara nasional. Jumlah penduduk yang tinggi, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat di Banten menjadi penyebab tingginya AKI yaitu 189/100.000 KH dan AKB sebanyak 818 kasus. Di Jawa Timur AKI 2012 97,4/100.000 KH, AKB tahun 2012 turun menjadi 25,85/ 100.000 KH. Sedangkan di DKI Jakarta tahun 2013 AKI 93/100.000 KH, AKB 32/ 1000 KH. 8 Salah satu usaha Depkes untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi adalah dibentuknya kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat 6 Terdapat 289.635 Posyandu pada tahun 2014 di

  Indonesia, dari jumlah tersebut posyandu pratama sebanyak 13,06%, madya sebanyak 27,74%, purnama 31,s6% dan mandiri sebanyak 8,71% Keaktifan kader posyandu secara Nasional hingga tahun 2011 baru mencapai 78% dari target 80% dan pada tahun 2011 mencapai cakupan program/partisipasi masyarakat sangat bervariasi mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80% 6 Kegiatan di posyandu harus didukung oleh keaktifan kader, di DKI Jakarta keaktifan kader paling baik dibandingkan dengan Banten dan Jawa Timur. DKI mempunyai struktur organisasi dan manajemen posyandu sangat bagus karena di dukung oleh sumber daya manusia yang baik. Di Kabupaten Bekasi peran serta masyarakat di bidang kesehatan juga diwujudkan dengan adanya 7356 orang kader yang tersebar di 2167 posyandu. Posyandu ini tersebar di seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Bekasi 10 Kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada posyandu yang mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak semua kader aktif dalam setiap kegiatan posyandu sehingga pelayanan tidak berjalan lancar. Keterbatasan kader disebabkan adanya kader drop out karena lebih tertarik bekerja ditempat lain yang memberikan keuntungan ekonomis, karena ikut suami, kader sebagai relawan merasa jenuh dan tidak adanya penghargaan kepada kader yang dapat memotivasi mereka untuk bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti kurangnya pelatihan serta adanya keterbatasan pengetahuan dan pendidikan yang seharusnya dimiliki kader 5 Sebagai unit pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat, dalam pergerakannya posyandu dijalankan oleh para kader terpilih dari wilayah sendiri yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu maupun diluar hari buka posyandu.Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Peran kader sangat penting dalam mencapai target kesehatan nasional karena kesehatan adalah milik bersama dan butuh kerjasama dari berbagai lintas sektor dan program 5 Salah satu upaya pemerintah di bidang kesehatan yaitu dengan menggalakkan kembali kegiatan posyandu yaitu dengan mengadakan pelatihan untuk kader-kader posyandu, memberi bantuan dana untuk kegiatan posyandu serta memberikan penghargaan terhadap kader yang berprestasi 5 Desa Babelan Kota adalah salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Babelan I di Kecamatan

  Babelan Kabupaten Bekasi. Bila dibandingkan dengan desa lainnya diwilayah kerja Puskesmas Babelan I, desa Babelan Kota merupakan desa yang paling rendah tingkat keaktifan kader posyandunya. Dari 150 orang kader Posyandu, hanya 69 orang kader yang aktif (46%). Sedangkan desa lainnya seperti desa Kedung Pengawas 78%, Kelurahan Kebalen 80%, dan Kelurahan Bahagia 86%. Hal ini menunjukkan masih rendahnya keaktifan kader dalam kegiatan posyandu, khususnya di posyandu perkampungan karena diharapkan keaktifan kader di wilayah kerja puskesmas Babelan I dapat mencapai 100% 9 Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pembinaan kader dan lamanya menjadi kader dengan keaktifan kader Desa Babelan Kota wilayah kerja Puskesmas Babelan I Kabupaten Bekasi Tahun 2016.

  Metode

  Penelitian ini mengunakan desain penelitian desain observasional dengan metode pendekatan

  cross sectional . Dilakukan pada seluruh kader

  posyandu desa babelan kota periode April - Mei tahun 2016 Populasi dalam penelitian ini diambil dengan cara

  total population yaitu seluruh kader posyandu

  dengan sample yang memenuhi criteria sejumlah 109 orang. Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut: a.

  Kader yang dapat berkomunikasi dengan baik, termasuk diantaranya tidak memahami apa yang dimaksud dalam pertanyaan yang diajukan. b.

  Kader memiliki nomer telepon.

  value = 0,000< a=0,05 artinya ada hubungan

  Kader yang bersedia di jadikan subjek penelitian atau responden Kriteria eksklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut: a.

  Kader yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik, termasuk diantaranya tidak memahami apa yang dimaksud dalam pertanyaan yang diajukan b.

  Kader tidak memiliki nomer telepon.

  c.

  Kader yang tidak bersedia di jadikan subjek penelitian atau responden. Jenis data yang dikumpulkan melalui data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden dan yang di isi sendiri oleh responden Uji validitas dan reabilitas dari instrument penelitian dengan tujuann kuesioner sebagai alat instrument menjadi jelas dan mudah dipahami oleh responden, pengujian validitas dan reabilitas diolah mengunakan SPSS statistic 18. Nilai validitas butir pertanyaan setiap variabel yang nilainya < 0.325 tidak diikut sertakan dalam perhitungan selanjutnya.seluruh butir pertanyaan dalam penelitian ini dinyatakan valid. Data yang terkumpul (data mentah/raw data) dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk

  1. Penyajian Karakteristik respon dan berupa distribusi frekwensi responden yang akan disajikan dalam bentuk tabel umum dan dijelaskan secara tulisan (tekstular/naratif).

  artinya ada hubungan secara statistik antara keaktifan kader dengan pembinaan kader, Ho ditolak. Dari hasil perhitungan OR = 3,500 (8,097-1,513) artinya kader yang tidak mendapatkan pembinaan memiliki resiko 3,500 kali lebih besar kurang aktif menjadi kader dibandingkan dengan kader yang mendapatkan pembinaan. Variabel lamanya menjadi kader dengan hasil uji chi square menunjukan nilai P Pvalue = 0,460 > a=0,05 artinya tidak ada hubungan secara statistik antara keaktifan kader dengan kurun waktu menjadi kader, Ho gagal ditolak. Dari hasil perhitungan OR = 1,594 (4,100-0,620) artinya kader dengan kurun waktu yang baru menjadi kader memiliki resiko 1,594 kali lebih besar kurang aktif menjadi kader dibandingkan dengan kader yang memiliki kurun waktu yang lama menjadi kader.

  chi square nilai P value = 0,005< a=0,05

  secara statistik antara keaktifan kader dengan pengetahuan, Ho ditolak. Dari hasil perhitungan OR = 76,700 (268,742-21,890) artinya kader dengan pengetahuan kurang memiliki resiko 76,700 kali lebih besar kurang aktif menjadi kader dibandingkan dengan kader yang berpengetahuan baik. Untuk variabel pembinaan menunjukan hasil

  c.

  (58,7%) kader yang memiliki lamanya

  menjadi kader baru (< 3 tahun ) sebanyak 84

  orang (77,1%)dan kader lama (> 3 tahun)

  yaitu 25 orang (22,9%). kader yang mendapat pembinaan sebanyak 63orang (57,8%) dan yang tidak mendapat pembinaan sebanyak 46orang (42,2%). Dari Hasil uji chi square menunjukan nilai P

2. Penyajian Analisa data yang disajikan dalam bentuk tabel.

  Instrument penelitian ini memiliki reabilitas sebesar 0,9077 ( 0,898-0,925) dan karakteristik umur dari

  Hasil

  3. Penyajian dari hipotesis penelitian berdasarkan dari hasil pengolahan data

  Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keaktifan KaderDi Desa Babelan Kota Di Wilayah Puskesmas Babelan I Bekasi Tahun 2016 Variab el penget ahuan Keaktifan kader OR CI 95% P valu e Ak tif Kurang Aktif Total f % f % F % 76,7 Baik 00 268,7 42- 21,89 0,00 3 9 86,6 6 13, Kurang 4 45 100 5 7,8 5 9 92, Jumlah 2 64 100 4 4 46,3 6 5 59, 7 109 100

  109 responden,kader yang berumur 20 – 35 tahun sebanyak 56 orang (51,4%) dan kader yang berumur <20 dan>35 tahun sebanyak 53 orang (48,6 %). kader yang tidak bekerja sebanyak 66orang (60,6%) dan responden yang bekerjayaitu 43 orang (39,4%). kader yang aktif sebanyak 44 orang (40,4%) dan kader yang kurang aktif sebanyak 65 orang (59,6 %). kader yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 45 orang (41,3%) dan kader yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 64 orang

  Hubungan Antara Pembinaan Dengan KeaktifanKader Di Desa Babelan Kota Di Wilayah PuskesmasBabelan

  Lama (> 3th)

  9

  4 4, 10 0-

  0,

  62 0,4

  60 Baru (< 3th) 36 42,

  8 48 57, 2 84 100

  8

  95 % P val ue Aktif Kurang aktif Total f % f % f % 1,

  32

  17

  68 25 100 Jumlah 44 40,

  3 65 59,

  7

  10

  5

  I

  I Bekasi Tahun 2016 Hubungan Kurun Waktu Menjadi Kader Dengan Keaktifan Kader Di Desa Babelan Kota Di WilayahPuskesmas Babelan I Bekasi Tahun 2016 Diskusi

  3 52,3 30 47,

  Dari hasil pengujian hipotesa dapat di simpulkan sebagai berikut : Pertama, kelompok pengetahuan yang ada hubungan dengan keaktifan kader di Posyandu yang paling banyak adalah pengetahuan cukup karena kelompok ini dangan mudah menerima informasi dan pengetahuan tentang posyandu dan kegiatan dalam bidang kesehatan lainnya , karena semakin baik / cukup pengetahuan seseorang maka semakin baik pola pikirnya termasuk dalam memahami masalah-masalah kesehatan yang ada kaitannya dengan kader posyandu, sehingga dengan ini dapat mempengaruhi keaktifan, kinerja kader secara maksimal dan kenyataan di lapangan disarankan kepada pihak puskesmas terutama pemegang program promkes, bidan dan pembina desa dalam rangka peningkatan keaktifan kader sebagai wujud kinerja kader terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu, peningkatan pemahaman dan pengetahuan perlu dilaksanakan melalui pemberian informasi yang cukup kepada kader atau dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihankepada kader yang bersangkutan ataupun refresing kader untuk kader-kader yang lama.

  Kedua Kader yang telah dilakukan pembinaan dengan rutin akan lebih memiliki motivasi untuk meningkatkan kegiatan posyandu sehingga menjadikannya kader yang aktif, pembinaan kader dilakukan didesa babelan kota hanya dilakukan 1-2 kali/tahun, hal ini terlalu jauh jaraknya sehingga masih kurang untuk memotivasi para kader dalam keaktifannya dikegiatan posyandu. Sehingga disarankan kepada pihak puskesmas terutama pemegang program promkes, bidan dan pembina desauntuk melakukan kaderisasi setahun sekali agar kader-kader tetap termotivasi untuk melakukan kegiatan posyandu dan menyelenggarakan pelatihan kepada kader yang bersangkutan dan pemberian imbalan sebagai wujud motivator, aspek ini perlu mendapat perhatian karena setiap aktivitas memerlukan suatu bentuk penghargaan pada aktivitas kerja yang dilaksanakan Ketiga kader yang lamanya menjadi kader > 3 tahun akan lebih terdorong motivasinya untuk aktif dalam mengikuti posyandu dibandingkan dengan kader yang lamanya menjadi kader < 3 tahun, karena menjadi kader atas keinginan sendiri dan sesuai dengan pergantian kepala desa yang dilakukan pemilihan dalam waktu 8 tahun sekali. Lama kerja berkaitan dengan pengalaman.Pengalaman mempunyai pengaruh terhadap keaktifan seseorang dalam bekerja. Di beberapa daerah pergantian kader identik dengan pergantian kepala desa, namun ada beberapa hal lain yang menyebabkan

  Varia bel Pemb inaan Keaktifan kader O R CI 95% P value Aktif Kurang aktif Total f % f % f % 3,5

  00 8,09 7- 1,51

  3 0,005 Ya

  3

  7 63 100 Tidak

  9 100 Variabe l Kurun waktu Pemanfaatan posyandu O R C

  1

  1 23,9 35 76,

  1 46 100 Jumla h

  4

  4 46,3 65 59,

  7

  10

  9 100 lamanya kader bekerja sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Saran kepada pihak puskesmas terutama pemegang program promkes, bidan dan pembina desa berdasarkan hasil penelitian ini mengenai lama menjadi kader dapat terlihat bahwa masih ada kader yang lama menjadi kader < 1 tahun sehingga dengan adanya pengalaman kerja kader yang masih belum lama ini diharapkan agar kader tersebut dapat lebih meningkatkan keaktifannya dalam kegiatan posyandu sehingga kelangsungan posyandu dapat dipertahankan dan diharapkan adanya pemberian penghargaan bagi kader-kader posyandu yang lama menjadi kader dan bagi yang berprestasi diikutsertakan dalam lomba kader.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak kader yang kurang aktif dalam kegiatan posyandu, ada hubungan antara pengetahuan dan pembinaan kader dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu, tidak ada hubungan antara lamanya menjadi kader dengan keaktifan kader Masih perlu penelitian lanjutan tentang keaktifan kader dengan variabel-variabel lain dalam skala lebih luas mengingat upaya pemberdayaan masyarakat adalah posyandu meski banyak lembaga-lembaga lain di masyarakat namun posyandu menjadi langkah pertama untuk menurunkan angka kesakitan pada ibu dan anak dan upaya pertama dalam pemberdayaan masyarakat Melaksanakan kaderisasi setahun sekali agar kader-kader tetap termotivasi untuk melakukan kegiatan posyandu dan menyelenggarakan pelatihan kepada kader yang bersangkutan dan pemberian imbalan sebagai wujud motivator para kader untuk berperan serta secara aktif dalam melaksanakan kegiatan posyandu

  Dinas Kesehatan Bekasi. (2010) Profil Dinas Kesehatan, Bekasi.

  19. Notoatmodjo, S. (2008) Metedologi

  Muningdjaya (2007) Manajemen Kesehatan, Jakarta, EGC.

  l 22 mei 2016 18.

  17. Menkes RI, (2011) infodatin, Data danInformasi

  Jakarta, EGC.

  kesehatan reproduksi wanita,

  16. Manuaba, I. B. G. (2007 )memahami

  Masyarakat. Depok, Universitas Indonesia.

  15. Hastono, S. P. (2007) analisis data kesehatan. fakultas Kesehatan

  Posyandu Dalam Pelita V, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

  14. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat (2007) Rencana Strategi Pembinaan

  Panduan Kader Posyandu, Jakarta, Kementrian Kesehatan RI.

  13. Direktorat Bina Gizi. (2011) Buku

  Indonesia, Jakarta 12.

  Daftar Pustaka

  10. Depkes (2015) Pusat Litbang Depkes, Jakarta 11. Depkes (2014) Profil Kesehatan

  9. Depkes (2010) Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV, Jakarta.

  8. Depkes (2010) Pedoman Kerja Puskesmas Jilid II, Jakarta.

  7. Depkes (2009) Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta.

  nasional kesehatan di Indonesia, Jakarta.

  6. Depkes (2007) Kebijakan dan strategi

  Seri PSM no 1 dan 2 Jakarta, Balai Pustaka.

  5. Depkes (2007) Buku Pegangan Kader

  Bahasa Indonesia Jilid 10, Jakarta, Balai Pustaka.

  4. Depdikbud (2010) Kamus Besar

  3. Arikunto (2006) Populasi dan sampel, Jakarta, Rineka Cipta.

  Kesehatan dan Ilmu perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.

  2. Andi, O. (2008) Pengantar Pendidikan

  1. Alamsyah (2009) Thesis Drop Out Kader. Jakarta Timur, Urindo.

  Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.

  20. Notoatmodjo, S. (2012) Metedologi

  Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka

  Cipta 21. Pusat Litbang Depkes (2015)

  22. Pusat Promosi Kesehatan (2014) Kemenkes RI,

  23. Babelan I. (2015) Puskesmas

  ProfilKesehatanPuskesmasBabelan 1, Bekasi.

  24. Poerwadarminta, W. (2007) Kamus

  Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-7, Jakarta, Balai Pustaka.

  25. SDKI 2010, Angka kematian ibu dan

  bayDiunduh

  tanggal 22 mei 2016

  26. KeramahanMembuat Siagian,(2010)

  • Kita Produktif ,http://www.B.I

  Indonesia.com.Di unduh tanggal 1 mei 2016.